DOSEN PEMBIMBING:
DEARME ARTIS, S.E., M.Sc.
DISUSUN OLEH:
SAID RIZKI ANANDA (C1A020033)
R-002 EKONOMI PEMBANGUNAN
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Analisis Industri
Rokok di Indonesia. Kami mengaui bahwa kami manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sempurna.
Begitu pula dengan laporan analisis industri yang telah kami selesaikan ini. Tidak semua hal
dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam laporan analisis industri ini. Kami
melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki.
Dengan selesainya laporan analisis industri ini, tidak terlepas dari bantuan banyak piha
yang telah memberikan masukan maupun saran dan berbagai sumber referensi yang telah
kami pakai sebagai data dan fakta pada laporan ini. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terimakasih. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan analisis industri
ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi tercapainya kesempurnaan dari laporan analisis industri ini. Dengan menyelesaikan
laporan analisis industri ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan
diambil dari laporan ini.
Penulis,
Industri rokok merupakan salah satu industri yang memiliki peranan relatif besar
terhadap penerimaan negara. Dalam krisisis moneter yang dialami Indonesia saat ini,
peranan cukai rokok menjadi sangat berarti, apalagi konsumsi rokok tidak akan terlalu
terpengaruh oleh pendapatan masyarakat yang menurun. Cukai yang diterima negara,
lebih dari 90% berasal dari cukai rokok, pada tahun 1998 yang lalu penerimaan negara
dari cukai tersebut mencapai Rp 7,3 trilyun (Business Trend, 1999). Kementrian
Perindustrian Indonesia menyatakan bahwa industri roko mempunyai peran penting
dalam menggerakkan ekonomi nasional, karena mempunyai multiplier effect yang sangat
luas, seperti menumbuhkan industri jasa terkait, penyediaan lapangan usaha dan
penyerapan tenaga kerja mencapai 6,1 juta orang terutama di daerah penghasil tembakau,
cengkeh dan sentra-sentra produksi rokok.
2. Jenis-Jenis Rokok
Berdasarkan bahan isiannya:
1) Rokok Kretek; rokok jenis ini merupakan rokok dengan bahan baku tembakau asli
yang dikeringkan dipadukan dengan saus cengkih. Rokok kretek bermula di kota
Kudus dan masih terkenal produknya hingga saat ini.
2) Rokok Putrih; jenis rokok ini merupakan rokok berbahan dasar daun tembakau
tanpa campuran cengkih seperti pada rokok kretek. Rokok putih atau seringkali
disebut dengan rokok mild memiliki kandungan tar dan nikotin yang lebih rendah
dibandingkan dengan rokok kretek dan rokok pada umumnya.
Berdasarkan bahan pembungkusnya:
1. Strategi Harga
Setiap produsen dalam industri tentu memiliki strategi dalam hal penetapan harga.
Khusus untuk industri rokok, penetapan harga tidak dapat ditentukan sendiri oleh
produsen. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 203/PMK. 011/2008,
pemerintah menetapkan Harga Jual Eceran (HJE) rokok sebagai dasar pengenaan
cukai rokok. HJE sebenarnya tidak harus menjadi Harga Transaksi Pasar (HTP).
Harga Transaksi Pasar merupakan besaran harga transaksi penjualan yang terjadi pada
tingkat konsumen akhir. Berikut penjelasan mengenai ketentuan harga dalam industri
rokok berdasarkan ketentuan harga pada tahun 2008
HJ HT R
E P a
Mi Mi t
ni ni a
J
mu mu -
e %
Golon m m r
n
gan Per Per a
i HTP/HJE
bat bat t
s
ang ang a
%
HTP/HJE
I 600 460 76 6
,7 9
SKM
II 374 250 66 ,
,8 2
S I 375 275 73
P ,3
M II 217 142 65
,4
I 520 400 76
S ,9
K II 336 241 71
T ,7
III 234 125 53
,4
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, 2009 berdasarkan PMK 203/PMK011/2008
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di atas, didapatkan
bahwa HTP untuk setiap jenis rokok dan golongan produksinya lebih rendah dari HJE
yang ditetapkan oleh pemerintah. Rata-rata HTP-nya hanya berkisar 69 persen dari
HJE. Penetapan HTP pada jenis rokok SPM cenderung lebih rendah dibandingkan
dengan jenis rokok SKM maupun SPT. Hal ini diduga karena produsen rokok putih
berusaha untuk menarik perhatian pasar supaya selera konsumen segera beralih pada
rokok putih. Penetapan harga yang demikian murah merupakan salah satu strategi
untuk mencapai tingkat keuntungan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
produksi sebelumnya, dengan asumsi konsumsi meningkat. Adapun perbedaan yang
paling signifikan terdapat pada rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) Golongan III.
Pada jenis rokok tersebut, HTP-nya hanya bernilai 53 persen dari HJE. Hal ini
menunjukkan bahwa produsen rokok menanggung sebagian beban cukai rokok yang
seharusnya ditanggung oleh perokok, sehingga konsumsi justru semakin tidak
menurun. Adapun golongan pengusaha pabrik hasil tembakau atau rokok dijelaskan
dalam tabel berikut.
No. Pengusaha Pabrik
Batasan Jumlah Produksi Pabrik
Urut Jenis Golongan
I Lebih dari 2 miliar batang
1 SKM
II Tidak lebih dari 2 milyar batang
I Lebih dari 2 miliar batang
2 SPM
II Tidak lebih dari 2 milyar batang
I Lebih dari 2 miliar batang
Lebih dari 500 juta batang tetapi tidak lebih dari
3 SKT
II 2 milyar batang
II Tidak lebih dari 500 juta batang
Sumber : Peraturan Menteri Keuangan No. 203/PMK. 011/2008
2. Strategi Promosi
Industri rokok merupakan salah satu industri yang berkontribusi besar terhadap
pendapatan negara. Melihat potensi tersebut, akhirnya pemerintah berupaya untuk
tetap mempertahankan industri ini. Berbagai cara dilakukan, agar industri rokok
semakin berkembang. Hal tersebut telah menjadi kesepakatan antara pemerintah,
produsen rokok, biro iklan, maupun rumah tangga.
Penayangan iklan rokok di televisi pada dasarnya sudah dibatasi oleh pemerintah
sejak lama. Pemerintah mengeluarkan Peraturan No. 38 Tahun 2000, yang
menyebutkan bahwa penayangan iklan rokok di media elektronik (televisi/radio)
dapat dilakukan pada pukul 21.30 sampai pukul 05.00 waktu setempat.Ketika terjadi
pembatasan promosi tersebut, maka pengiklan rokok masih memiliki alternatif lain
untuk mempromosikan produknya. Upaya tersebut diantaranya dengan menjadikan
rokok sebagai sponsor utama acara olahraga.
Masing-masing produsen, baik dari industri rokok kretek maupun industri rokok
putih, kemudian bersaing untuk mensponsori even-even olahraga skala nasional
maupun internasional. Adapun even-even olahraga yang disponsori oleh produsen
rokok putih cenderung mengacu pada pertandingan olahraga skala internasional.
Contoh-contoh acara olahraga tersebut diantaranya adalah kejuaraan tim reli mobil
Melalui aspek kesehatan, kenaikan tarif akan menaikkan harga jual yang akan
berdampak pada pengendalian konsumsi rokok, penurunan prevalensi merokok
yang secara umum diharapkan menurun dari 33,8% menjadi 33,2% di tahun 2021.
Selain itu, diharapkan pula penurunan prevalensi merokok anak golongan usia 10
Analisis Industri Rokok Di Indonesia 18
hingga 18 tahun yang ditargetkan turun menjadi 8,7% di tahun 2024 dari 9,1% di
tahun 2020.
Dari aspek ketenagakerjaan, Pemerintah berupaya melindungi keberadaan industri
padat karya dalam penyusunan kebijakan cukai hasil tembakau 2021. Format
kebijakan di atas tetap mempertimbangkan jenis sigaret (terutama SKT) yang
sangat berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja langsung sebesar 158.552
orang.
Dari aspek pertanian, besaran kenaikan tarif cukai memperhatikan tingkat serapan
tembakau lokal. Oleh sebab itu, kenaikan tarif cukai sigaret kretek lebih rendah
dari kenaikan tarif cukai sigaret putih, bahkan SKT tahun ini tidak mengalami
kenaikan. Sehingga diharapkan, tingkat penyerapan tembakau lokal dapat terjaga
mengingat terdapat lebih dari 526 ribu kepala keluarga yang menggantungkan
hidupnya dari pertanian tembakau.
Dari aspek Industri terdapat bantalan kebijakan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) dengan mengalokasikan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau (DBH CHT) untuk membentuk Kawasan Industri Hasil Tembakau
(KIHT) sebagai langkah preventif terhadap peredaran rokok ilegal.
Dari aspek peredaran rokok ilegal, agar kebijakan tidak menjadi insentif bagi
peredaran rokok ilegal. Upaya pengawasan dan penindakan akan terus
ditingkatkan baik yang bersifat preventif melalui sosialisasi dan pendirian
Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT), dan represif melalui kegiatan Operasi
Gempur Rokok Ilegal, Operasi Jaring, patroli laut, dan berbagai kegiatan
penindakan yang sinergis dengan aparat penegak hukum dan pihak terkait lainnya.
Dari aspek penerimaan, meskipun kebijakan tarif cukai hasil tembakau
dititikberatkan pada pengendalian konsumsi, namun demikian, kebijakan cukai
yang diambil mampu mendukung program pembangunan nasional melalui
penerimaan negara. Target penerimaan cukai dalam APBN tahun 2021 sebesar
Rp173,78 triliun.
Untuk memastikan tercapainya tujuan kebijakan cukai hasil tembakau di atas dan
meredam dampak kebijakan yang tidak diinginkan, maka pemerintah membuat
bantalan kebijakan dalam bentuk pengaturan ulang penggunaan dana bagi hasil cukai
hasil tembakau (DBHCHT). Sebesar 50% akan digunakan untuk meningkatkan
Industri hasil tembakau (IHT) merupakan salah satu sektor strategis domestik
yang memiliki daya saing tinggi dan terus memberikan kontribusi signifikan terhadap
perekonomian nasional. Sumbangan sektor yang dikategorikan sebagai kearifan lokal
ini meliputi penyerapan tenaga kerja, pendapatan negara melalui cukaiserta menjadi
komoditas penting bagi petani dari hasil perkebunan berupa tembakau dan cengkeh.
Kemenperin mencatat, pendapatan negara dari IHT yang berasal dari cukai dan
pajak setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kontribusi IHT pada tahun 2016
memberikan pembayaran cukai sebesar Rp138,69 triliun atau 96,65 persen dari
totalcukai nasional. Sedangkan, serapan tenaga kerja di sektor manufaktur dan
distribusi mencapai 4,28 juta orang serta di sektor perkebunan sebanyak 1,7 juta
orang. Data market share dari jenis rokok pada tahun 2016, untuk SKM sebesar 72,07
persen, Sigaret Kretek Tangan (SKT) sebesar 20,23 persen, dan Sigaret Putih Mesin
(SPM) sebesar 5,43 persen. Sisanya, antara lain rokok Klobot dan Klembak menyan
sebesar 2,27 persen.
Pada tahun 2021 ini, kinerja emiten rokok bakal sangat tergantung pada kebijakan
tarif cukai 2022. Sejauh ini, emiten rokok belum mampu membalikan margin akibat
kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) tahun 2021 yang rata-rata sebesar 12,5 persen.
Kinerja emiten rokok juga masih sangat ditentukan oleh Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh pemerintah. Untuk mengurangi dampak akibat
PPKM dan kenaikan cukai tahun 2021, emiten telah berangsur menaikkan harga jual
produknya kepada konsumen.
Kinerja industri rokok diukur dengan pendekatan Price Cost Margin (PCM). PCM
di sini memiliki pengertian sebagai proksi dari nilai keuntungan yang berasal dari
kelebihan penerimaan industri atas biaya langsung. Secara umum, rata-rata PCM yang
diraih industri rokok putih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata PCM
pada industri rokok kretek. Hal ini berlangsung wajar, karena jumlah perusahaan
dalam industri rokok putih sangat sedikit, sehingga pesaing yang ada juga sedikit.
Kondisi ini mengakibatkan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan besar
dalam industri rokok putih juga semakin besar.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rokok_di_Indonesia
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Industri_Hasil_Tembakau
Hamid, E.S. 1991. Bentuk Pasar Industri Rokok dan Tembakau di Indonesia.UNISIA
10.XI.IV., 80-82.
Padmo, Soegijanto dan Djatmiko, Edhi, Tembakau, Andhita-P3PK UGM, 1990.
Pratiwi, Gustyanita dan Anggraeni, Lukytawati. 2013. ANALISIS STUKTUR,
KINERJA, DAN PERILAKU INDUSTRI ROKOK KRETEK DAN ROKOK PUTIH DI
INDONESIA PERIODE 1991-2008. Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 1, Juni 2013);
halaman 59-70.
https://www.kemenperin.go.id/jawaban_attachment.php?id=438&id_t=3154
Neraca. 2019. Industri Hasil Tembakau Tercatat Serap 5,98 Juta Tenaga Kerja.
https://kemenperin.go.id/artikel/20475/Industri-Hasil-Tembakau-Tercatat-Serap-5,98-
Juta-Tenaga-Kerja , diakses pada: 23 September 2021.
Rafael, E.C. 2019. Industri Rokok Masih Bertahan di Era Industri 4.0.
https://amp.kontan.co.id/news/industri-rokok-masih-bertahan-di-era-industri-40 , diakses
pada: 23 September 2021.
Gie. 2020. Mengetahui Pengertian Pasar Oligopoli, Ciri-Ciri, Contoh, dan Jenisnya.
https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-pasar-oligopoli-ciri-ciri-contoh-dan-
jenisnya/ , diakses pada: 23 September 2021.
Kemenperin. 2021. Penerapan Prokes Industri Hasil Tembakau Bisa Jadi Contoh di
Sektor Lain.
https://kemenperin.go.id/artikel/22762/Penerapan-Prokes-Industri-Hasil-Tembakau-Bisa-
Jadi-Contoh-di-Sektor-Lain , diakses pada: 23 September 2021.
https://www.gudanggaramtbk.com/tentang-kami/
Astuti, Novi Fuji. 2020. 10 Jenis Rokok di Indonesia, Perhatikan Perbedaannya.
https://m.merdeka.com/jabar/10-jenis-rokok-di-indonesia-perhatikan-perbedaannya-
kln.html , diakses pada: 24 September 2021.
Azami. 2021. Mengenal 3 Pabrik Rokok Terbesar di Indonesia.
https://bolehmerokok.com/2021/04/mengenal-3-pabrik-rokok-terbesar-di-indonesia/ ,
diakses pada: 24 September 2021