Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS INDUSTRI ROKOK DI INDONESIA

DOSEN PEMBIMBING:
DEARME ARTIS, S.E., M.Sc.

DISUSUN OLEH:
SAID RIZKI ANANDA (C1A020033)
R-002 EKONOMI PEMBANGUNAN

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Analisis Industri
Rokok di Indonesia. Kami mengaui bahwa kami manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sempurna.
Begitu pula dengan laporan analisis industri yang telah kami selesaikan ini. Tidak semua hal
dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam laporan analisis industri ini. Kami
melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki.
Dengan selesainya laporan analisis industri ini, tidak terlepas dari bantuan banyak piha
yang telah memberikan masukan maupun saran dan berbagai sumber referensi yang telah
kami pakai sebagai data dan fakta pada laporan ini. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terimakasih. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan analisis industri
ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi tercapainya kesempurnaan dari laporan analisis industri ini. Dengan menyelesaikan
laporan analisis industri ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan
diambil dari laporan ini.

Jambi, 24 September 2021

Penulis,

Said Rizki Ananda


NIM. C1A020033

Analisis Industri Rokok Di Indonesia i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii

A. IDENTIFIKASI INDUSTRI ............................................................................................1


1. Ciri Industri Rokok .......................................................................................................1.
2. Jenis-Jenis Rokok ..........................................................................................................1
3. Karakteristik Industri Rokok .........................................................................................2
4. Perkembangan Industri Rokok di Indonesia .................................................................2
5. Perusahaan dalam Industri Rokok .................................................................................3
B. KONDISI PERMINTAAN DAN PENAWARAN ..........................................................5
1. Kinerja Emiten Rokok ...................................................................................................5
2. Ekspansi Bisnis Perusahaan Rokok ...............................................................................7
3. Pengaruh Kenaikan Bea Cukai ......................................................................................8
C. STRUKTUR PASAR ......................................................................................................10
1. Pasar Industri Rokok ...................................................................................................10
2. Dua Kekuatan Industri Rokok .....................................................................................10
D. PERILAKU
PASAR ........................................................................................................12
1. Strategi Harga ..............................................................................................................12
2. Strategi Promosi ..........................................................................................................13
E. KEBIJAKAN PEMERINTAH .......................................................................................18
F. KINERJA PASAR ...........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................23

Analisis Industri Rokok Di Indonesia ii


A. IDENTIFIKASI INDUSTRI

Industri rokok merupakan salah satu industri yang memiliki peranan relatif besar
terhadap penerimaan negara. Dalam krisisis moneter yang dialami Indonesia saat ini,
peranan cukai rokok menjadi sangat berarti, apalagi konsumsi rokok tidak akan terlalu
terpengaruh oleh pendapatan masyarakat yang menurun. Cukai yang diterima negara,
lebih dari 90% berasal dari cukai rokok, pada tahun 1998 yang lalu penerimaan negara
dari cukai tersebut mencapai Rp 7,3 trilyun (Business Trend, 1999). Kementrian
Perindustrian Indonesia menyatakan bahwa industri roko mempunyai peran penting
dalam menggerakkan ekonomi nasional, karena mempunyai multiplier effect yang sangat
luas, seperti menumbuhkan industri jasa terkait, penyediaan lapangan usaha dan
penyerapan tenaga kerja mencapai 6,1 juta orang terutama di daerah penghasil tembakau,
cengkeh dan sentra-sentra produksi rokok.

1. Ciri-ciri Industri Rokok


Adapun ciri-ciri industri rokok adalah sebagai berikut:
 Mengolah bahan baku yakni daun tembakau dan cengkih yang merupakan bahan baku
utamanya sehingga menjadi produk rokok.
 Industri yang tidak terlepas dari industri korek api karena saling keterkaitan.
 Produk yang dijual bersifat homogen yakni hanya satu produk rokok, namun memiliki
varian produk yang banyak.

2. Jenis-Jenis Rokok
Berdasarkan bahan isiannya:
1) Rokok Kretek; rokok jenis ini merupakan rokok dengan bahan baku tembakau asli
yang dikeringkan dipadukan dengan saus cengkih. Rokok kretek bermula di kota
Kudus dan masih terkenal produknya hingga saat ini.
2) Rokok Putrih; jenis rokok ini merupakan rokok berbahan dasar daun tembakau
tanpa campuran cengkih seperti pada rokok kretek. Rokok putih atau seringkali
disebut dengan rokok mild memiliki kandungan tar dan nikotin yang lebih rendah
dibandingkan dengan rokok kretek dan rokok pada umumnya.
Berdasarkan bahan pembungkusnya:

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 1


1) Rokok Kawung; kawung merupakan bahan pembungkus yang terbuat dari daun
aren. Rokok kawung juga merupakan rokok tradisional khas Nusantara.
2) Rokok Sigaret; sigaret merupakan bahan pembungkus rokok berupa kertas. Bahan
ini yang sampai sekarang masih digunakan baik dalam rokok tradisional maupun
modern.
3) Rokok Cerutu; cerutu merupakan gulungan utuh daun tembakau yang dikeringkan
dan difermentasikan. Rokok cerutu sudah ada di Eropa sejak tahun 1400-an
Berdasarkan penggunaan filter:
1) Rokok Filter; merupakan rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat busa atau
gabus untuk dihisap.
2) Rokok Non Filter; merupakan okok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus atau busa.

3. Karakteristik Industri Rokok


Beberapa karakteristik industri rokok diantaranya:
 Industri sektor manufaktur yang mengolah bahan belum jadi atau barang setengah jadi
menjadi barang jadi.
 Consumer goods, rokok merupakan salah satu barang jadi ataupun produk akhir yang
langsung dikonsumsi oleh konsumen dan tidak dipergunakan untuk memproduksi
barang lain.
 Termasuk pada kelompok industri sekunder yang berorientasi pada pengolahan
industri hasil tembakau.
 Konsumen loyal dan bersifat konsumtif.
 Dinilai sebagai sektor padat karya dan berorientasi ekspor.
 Segmen pasar usia produktif dan maskulin.
 Penyumbang pajak tertinggi di Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun
seiring kenaikan tarif cukai tembakau dan rokok yang ditetapkan pemerintah
Indonesia.

4. Perkembangan Industri Rokok Di Indonesia


Industri rokok atau industri hasil temnbakau (IHT) menjadi salah satu sektor
manufaktur nasional yang strategis dan memiliki keterkaitan yang luas mulai dari
hulu hingga hilir. Kementrian Perindustrian Republik Indonesia mencatat, total tenaga

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 2


kerja yang diserap oleh sektor industri rokok ini sebanyak 5,98 juta orang, terdiri dari
4,28 juta adalah pekerja disektor manufaktur dan distribusi, serta sisanya 1,7 juta
bekerja di sektor perkebunan.
Pada tahun 2018, nilai ekspor rokok dan cerutu mencapai USD 931,6 juta atau
meningkat 2,98% dibanding 2017 sebesar USD 904,7 juta. Industri rokok juga
penyumbang penerimaan negara yang cukup signifikan melalui cukai. Sepanjang
2018, penerimaan cukai rokok menembus hingga Rp 153 triliun atau lebih tinggi
dibanding perolehan di 2017 sebesar Rp 147 triliun.
Koordinator Komite Nasional Pelestarian Kretek (KNPK) menilai, tahun 2020 ini
menjadi tahun yang berat bagi industri rokok atau industri hasil tembakau (IHT).
Paling tidak, ada dua beban berat yang mesti dipikul. Pertama, kebijakan tarif cukai
yang eksesif sebesar 23% dan harga jual eceran (HJE) sebesar 35%. Kedua, karena
adanya krisis akibat pandemi Covid-19 yang membuat rontoknya perekonomian
nasional.
5. Perusahaan dalam Industri Rokok.
Beberapa perusahaan yang menguasai industri rokok di indonesia saat ini antara lain:
1. Gudang Garam Tbk
Perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan rokok. Perusahaan ini adalah
produsen rokok kreterk (jenis rokok cengkeh yang merupakan merek dagang dari
Indonesia). Perusahaan ini telah menghasilkan berbagai macam rokok kretek
termasuk varian rendah tar, rendah nikotin dan kretek tangan tradisional, yang
didistribusikan ke dalam negeri dan seluruh dunia.
2. H.M. Sampoerna Tbk
Perusahaan tembakau terbesar di Indonesia yang menguasai sekitar 35% pasar
tembakau Indonesia. HM Sampoerna menoperasikan tujuh fasilitas manufaktur di
Indonesia, dua fasilitas produksi kretek buatan mesin (SKM) dan 5 fasilitas kretek
(SKT). Perusahaan ini juga mendistribusikan merek Marlboro yang terkenal di pasar
domestik.
3. PT. Djarum
PT Djarum merupakan perusahaan keluarga yang didirikan Oei Wie Gwan pada
1951. Sepeninggalnya, perusahaan ini diteruskan sang putra, Robert Budi Hartono. PT
Djarum merupakan satu-satunya perusahaan rokok besar di Indonesia yang tidak
mendaftarkan diri di Bursa Efek Indonesia sehingga tidak diketahui data keuangan,
termasuk laba yang didapat. Perusahaan yang memiliki 75.000 orang karyawan ini
Analisis Industri Rokok Di Indonesia 3
berpusat di Kudus, Jawa Tengah. Pada 2017, Djarum menjual 58,8 miliar batang
rokok.
4. PT. Bentoel Internasional Investama
PT Bentoel Internasional Investama (RMBA) didirikan pada 1930 oleh Ong Hok
Liong. Perusahaan rokok terbesar ke-4 di Indonesia ini memiliki dua kantor pusat,
yakni di Jakarta dan Malang, dengan jumlah karyawan lebih dari 6.000 orang. Pada
2017 tercatat laba kotor yang didapatkan PT Bentoel mencapai Rp 2,09 triliun

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 4


B. KONDISI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

1. Kinerja Emiten Rokok


Pandemi Covid-19 menjadi faktor utama dalam perubahan kondisi penawaran dan
permintaan industri rokok. Di awal pandemi saat masa Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) diberlakukan karena pandemi corona, sejumlah pabrik rokok ternyata
tetap beroperasi. Bahkan, industri rokok justru meningkatkan produksi karena
permintaan yang melonjak selama pandemi.
Bagi PT Bentoel Internasional Inversstama, penjualan rokoknya pada paruh
pertama 2021 turun 36,3% menjadi Rp 4,8 triliun. Rugi bersih RMBA mencapai Rp
28,9 miliar. Angka ini menurun 82,5% dari kerugian Rp 165,44 miliar pada periode
yang sama tahun lalu.
Penurunan kinerja sebenarnya tak hanya terjadi pada Bentoel. Laba dua emiten
besar produsen rokok lainnya tercatat juga turun. Pemberlakuan pembatasan kegiatan
sosial masyarakat karena pandemi Covid-19 menjadi salah satu yang memicu hal itu.
Laba PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) susut 15,4% pada paruh pertama 2021 menjadi
Rp 4,13 triliun dibandingkan semester pertama tahun sebelumnya. PT Gudang Garam
Tbk (GGRM) keuntungannya pun turun 39,53% menjadi Rp 2,31 triliun.
Kendati laba bersih terkoreksi, pendapatan dan penjualan usaha mengalami
kenaikan sebesar 12,92% dari posisi semester I 2020 mencapai Rp 53,65 triliun
menjadi Rp 60,59 triliun pada periode yang sama tahun ini. Penjualan dalam negeri
masih menopang mayoritas penjualan perusahaan di tahun ini, mendominasi sebesar
Rp 59,73 triliun.

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 5


Pandemi juga mengubah preferensi rokok orang Indonesia. Data Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai menunjukkan terjadi peralihan besar ke rokok full flavour
karena harganya lebih murah dan dianggap lebih ‘mengenyangkan’. Daya beli
masyarakat saat ini sedang turun. “Dengan harga rokok (mild) semakin tinggi maka
akhirnya mereka pilih full flavour,” kata Direktur Teknis dan Fasilitas Cukai Nirwala
Dwi Heryanto pada 26 Agustus lalu. Mahalnya harga rokok tak lepas dari kebijakan
kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) sebesar 12,5% rata-rata tertimbang pada
2021, seperti terlihat pada grafik Databoks berikut. Untuk tahun ini, tarif baru mulai
berlaku sejak 1 Februari.

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 6


2. Ekspansi Bisnis Perusahaan Rokok
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah perokok usia 15 tahun ke
atas turun 29,03% pada 2020. Selain isu daya beli, alasan kesehatan di tengah
pandemi juga membuat banyak orang memutuskan berhenti merokok. Beberapa yang
masih merokok memutuskan untuk mengurangi konsumsinya. Hasil survei Center for
Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) pada 26 Agustus lalu
menyebut, dari 1.082 responden terdapat 29% perokok aktif. Dari angka itu, sebanyak
37% mengaku mulai mengurangi konsumsinya. Dari sisi pengeluaran, 42% telah
mengurangi biaya untuk merokok. Lalu, sebanyak 24% memilih membeli rokok
dengan harga murah.
Hasil survei Atlas Tembakau Indonesia pada 2020 menunjukkan usia pertama kali
merokok paling banyak pada umur 15 hingga 19 tahun. Angkanya mencapai 52%. Di
bawahnya adalah usia 10 hingga 14 tahun, sebanyak 23%.

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 7


3. Pengaruh Kenaikan Bea Cukai
Sejumlah produsen rokok pada akhirnya menurunkan produksi akibat anjlok nya
tingkat penjualan menyusul kenaikan tarif cukai rokok rata-rata 12,5% yang mulai
berlaku sejak 1 Ferbruari 2021. Permintaan tembakau dipengaruhi oleh harga riil
cengkeh dan permintaan tembakau oleh industri selain rokok kretek. Penawaran
tembakau dipengaruhi oleh luas lahan perkebunan tembakau, harga riil tembakau di
tingkat konsumen dan harga riil tembakau impor Indonesia. Harga tembakau di
tingkat produsen ii dipengaruhi oleh harga riil tembakau di tingkat konsumen Harga
tembakau di tingkat konsumen dipengaruhi oleh permintaan tembakau total pada
tahun sebelumnya. Kenaikan tarif cukai rokok kretek berpengaruh terhadap
permintaan, penawaran dan harga rokok kretek. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa
kenaikan tarif cukai rokok kretek akan berpengaruh secara positif terhadap harga riil
rokok kretek di tingkat konsumen. Penawaran rokok kretek, permintaan rokok kretek
dan harga riil rokok kretek di tingkat produsen dipengaruhi secara negatif. Tarif cukai
rokok kretek berpengaruh terhadap permintaan, penawaran dan harga tembakau.
Permintaan tembakau, penawaran tembakau dan harga tembakau baik di tingkat
petani maupun konsumen dipengaruhi secara negatif oleh peningkatan tarif cukai
rokok kretek. Perubahan yang disebabkan oleh perubahan tarif cukai rokok
berdampak pada berubahnya kesejahteraan petani tembakau, konsumen tembakau,
produsen rokok, konsumen rokok, pendapatan pemerintah dan keuntungan ekonomi
total. Kenaikan tarif cukai rokok kretek akan menyebabkan meningkatnya pendapatan

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 8


pemerintah. ek. Berkurangnya konsumsi rokok kretek dapat meminimalisir kerugian
dari konsumsi rokok kretek namun pemerintah harus melakukan suatu kebijakan
untuk mengurangi dampak penurunan kesejahteraan dan keuntungan ekonomi total
yang terjadi sebagai dampak kenaikan tarif cukai rokok kretek.

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 9


C. STRUKTUR PASAR

1. Pasar Industri Rokok


Jumlah perusahaan rokok di Indonesia yang menjadi anggota GAPPRI (Gabungan
Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia) saat ini mencapai sekitar 120 perusahaan. Di
luar itu, masih ada lagi sejumlah perusahaan rokok kecil yang tidak bergabung dalam
wadah tersebut. Namun demikian, dalam kenyataannya hanya 8 industri rokok yang
dominan dalam pasar rokok ini. Dan dari “8 besar” ini bisa dikecilkan lagi menjadi “3
besar” bahkan yang bersaing di pasar. Oleh karena itu, industri rokok di Indonesia
dari sisi penawaran, dapat di kategorikan sebagai suatu industri oligopoli. Segelintir
oligopolist ini berperan sebagai “price leader”, sementara pabrik rokok kecil hanya
menyesuaikan dengan industri rokok besar tersebut.
Pertambahan rokok yang akan diproduksi, akan menambah pula secara
proporsional permintaan akan tembakau tersebut. Jika tadi kita melihat dari sisi
penawaran output, industri rokok ini adalah oligopoli, maka dari sisi permintaannya
akan tembakau, maka industri rokok ini juga berperan sebaga oligopsoni. Hal ini
terjadi karena permintaan akan tembakau ini memang hanya didominasi oleh industri
rokok tersebut. Karena tidak banyak alternatif penggunaan tembakau untuk produk
lainnya selain untuk membuat rokok, maka jelas kita bisa menderivasikan “pasar
penawaran” rokok yang oligopoli tersebut ke “pasar permintaan” oligopoli , dimana
hal tersebut akan menuju ke pasar inputnya sehingga menjadi pasar oligopsoni.
Karena hanya beberapa oligopolist (pabrik rokok besar) inilah yang menjadi
konsumen utama tembakau dari para petani tembakau tersebut.

2. Dua Kekuatan Industri Rokok


Tembakau bukanlah tanaman pangan yang menyebar di setiap daerah pertanian.
Tembakau ini merupakan tanaman perkebunan yang hanya tumbuh di daerah tertentu
yang secara agronomi sesuai untuk tembakau tersebut, seperti di daerah Temanggung,
Muhtilan atau Deli di Sumatera Utara. Namun, di setiap daerah perkebunan tembakau
tersebut, terutama di Jawa, jumlah petaninya banyak sekali.
Menurut data yang ada, diperkirakan ada sekitar 331 552 petani pemilik tembakau
(1987) di Indonesia ini. Petani yang demikian banyak ini dapatdikatakan tldak
terorganisir, dan belum pula bisa dihimpun dalam wadah koperasi produksi yang
handal. Akibatnya, petani ini berjalan sendiri-sendiri, atau dalam terms ekonomi
Analisis Industri Rokok Di Indonesia 10
diistilahkan bersaing antara satu dengan lainnya. Jadi jumlah penjual (petani)
tembakau yang banyak dan bersaing ini dapat dikategorikan sebagai bentuk pasar
persaingan murni. Dengan posisi yang demikian, maka industri rokok mempunyai dua
kekuatan yang cukup kokoh dalam pengendalian pasar/harga, terlebih lagi jika
mereka mengadakan suatu persekongkolan. Di pasar outputnya ia mempunyai
kemampuan menetapkan harga, walaupun tidak sehebat monopolist. Sementara
berapa harga yang ia bersedia membeli, mengingat mereka berada pada posisi
oligopsonist yang berhadapan dengan penjual yang jumlahnya banyak sekali dan
bersaing satu dengan lainnya.
Industri rokok ini bisa memunculkan kekuatannya di pasar input, khususnya
"dalam pembelian tembakau, mengingat pemerintah tidak mengatur mengenai tentang
harga dasar ataupun harga standar tembakau ini. Lebih dari itu, untuk melakukan
kolusi bagi industri rokok juga sangat mudah. Wadah Gappri justru memberikan jalan
yang mudah dan membuka kesempatan untuk melakukan kolusi tersebut, walaupun
tidak melibatkan semua industri yang ada. Dengan demikian secara singkat gambaran
mengenai perkiraan bentuk pasar dari pasar tembakau, dan juga pasar rokok, di tanah
air kita. Yang jelas uraian ringkas di atas memberikan petunjuk kepada kita bahwa
posisi petani tembakau di tanah air saat ini masih dalam kedudukan yang lemah, dan
terpaksa bersifat "nrimo" dalam berhadapan dengan industri rokok yang merupakan
konsumen utamanya. Uraian di atas memang tidak secara detail dan merujuk pada
analisis teknis-mikro ekonomi yang dalam (advances micro economics), melainkan
hanya merujuk pada analisis'intermediate micro economics untuk memberikan
gambaran sederhana dalam menguak kondisi pasar tembakau ini.

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 11


D. PERILAKU PASAR

1. Strategi Harga
Setiap produsen dalam industri tentu memiliki strategi dalam hal penetapan harga.
Khusus untuk industri rokok, penetapan harga tidak dapat ditentukan sendiri oleh
produsen. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 203/PMK. 011/2008,
pemerintah menetapkan Harga Jual Eceran (HJE) rokok sebagai dasar pengenaan
cukai rokok. HJE sebenarnya tidak harus menjadi Harga Transaksi Pasar (HTP).
Harga Transaksi Pasar merupakan besaran harga transaksi penjualan yang terjadi pada
tingkat konsumen akhir. Berikut penjelasan mengenai ketentuan harga dalam industri
rokok berdasarkan ketentuan harga pada tahun 2008
HJ HT R
E P a
Mi Mi t
ni ni a
J
mu mu -
e %
Golon m m r
n
gan Per Per a
i HTP/HJE
bat bat t
s
ang ang a
%

HTP/HJE
I 600 460 76 6
,7 9
SKM
II 374 250 66 ,
,8 2
S I 375 275 73
P ,3
M II 217 142 65
,4

I 520 400 76
S ,9
K II 336 241 71
T ,7
III 234 125 53
,4
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, 2009 berdasarkan PMK 203/PMK011/2008

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 12


Keterangan : - HJE Minimum Berdasarkan
- HTP Minimum berdasarkan olahan data Monitoring HJE

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di atas, didapatkan
bahwa HTP untuk setiap jenis rokok dan golongan produksinya lebih rendah dari HJE
yang ditetapkan oleh pemerintah. Rata-rata HTP-nya hanya berkisar 69 persen dari
HJE. Penetapan HTP pada jenis rokok SPM cenderung lebih rendah dibandingkan
dengan jenis rokok SKM maupun SPT. Hal ini diduga karena produsen rokok putih
berusaha untuk menarik perhatian pasar supaya selera konsumen segera beralih pada
rokok putih. Penetapan harga yang demikian murah merupakan salah satu strategi
untuk mencapai tingkat keuntungan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
produksi sebelumnya, dengan asumsi konsumsi meningkat. Adapun perbedaan yang
paling signifikan terdapat pada rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) Golongan III.
Pada jenis rokok tersebut, HTP-nya hanya bernilai 53 persen dari HJE. Hal ini
menunjukkan bahwa produsen rokok menanggung sebagian beban cukai rokok yang
seharusnya ditanggung oleh perokok, sehingga konsumsi justru semakin tidak
menurun. Adapun golongan pengusaha pabrik hasil tembakau atau rokok dijelaskan
dalam tabel berikut.
No. Pengusaha Pabrik
Batasan Jumlah Produksi Pabrik
Urut Jenis Golongan
I Lebih dari 2 miliar batang
1 SKM
II Tidak lebih dari 2 milyar batang
I Lebih dari 2 miliar batang
2 SPM
II Tidak lebih dari 2 milyar batang
I Lebih dari 2 miliar batang
Lebih dari 500 juta batang tetapi tidak lebih dari
3 SKT
II 2 milyar batang
II Tidak lebih dari 500 juta batang
Sumber : Peraturan Menteri Keuangan No. 203/PMK. 011/2008

2. Strategi Promosi
Industri rokok merupakan salah satu industri yang berkontribusi besar terhadap
pendapatan negara. Melihat potensi tersebut, akhirnya pemerintah berupaya untuk
tetap mempertahankan industri ini. Berbagai cara dilakukan, agar industri rokok
semakin berkembang. Hal tersebut telah menjadi kesepakatan antara pemerintah,
produsen rokok, biro iklan, maupun rumah tangga.

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 13


Berbagai aturan yang ditetapkan pemerintah dalam industri rokok, menyebabkan
pihak produsen dan biro iklan rokok harus cerdas dalam menetapkan strategi promosi.
Strategi promosi diterapkan melalui desain dan simbol-simbol yang menarik,
sementara bahasa iklan dibuat sepersuasif mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk
mengajak konsumennya berimajinasi terhadap jenis produk yang ditawarkan.
Strategi promosi kemudian diwujudkan dalam bentuk komunikasi
langsung melalui papan iklan, iklan media cetak dan elektronik, poster, aksesoris,
gerai warna, maupun logo pada kemasan. Tampilan visual dari iklan rokok pada
dasarnya ditujukan untuk membentuk pencitraan pada produk . Iklan Rokok Gudang
Garam misalnya, memiliki beragam varian yaitu Gudang Garam Merah,
Gudang Garam Filter, Gudang Garam Surya Pro, dan beberapa varian lain.
Masing-masing mempunyai nama dasar yang sama namun terdapat penambahan frasa
yang berbeda untuk memberikan citra pada produk tersebut. Pencitraan ini
menggambarkan tentang suatu kegiatan, dimana ketika orang merokok tidak hanya
sekedar menghirup dan mengeluarkan asap, tapi juga menciptakan gaya hidup yang
bisa meningkatkan gengsi.
Berikut tabel khusus pada tahun 2009 mengenai penggunaan iklan rokok melalui
media massa, dimana media televisi menempati posisi pertama dengan belanja iklan
sebesar Rp. 1,33 Trilyun. Posisi kedua ditempati oleh iklan rokok melalui media
cetak, sebesar Rp. 0,73 Trilyun, sedangkan sisanya ditempati oleh media lain.
Belanja Iklan Persentase
Jenis Media (Trilyun (%)
Rupiah)
Televisi 1,3 62
3
Media Cetak 0,7 34
3
Media Lainnya 0,0 4
8
Total 2,1 100
5
Sumber : Nielsen Media Research. http//www.nielsen.net. [20 Juni 2011]

Adapun jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, belanja iklan rokok


cenderung meningkat, meskipun pada pertengahan tahun sempat mengalami
penurunan. Berdasarkan data AC Nielsen Advertising Services, belanja iklan rokok

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 14


pada tahun 1999 mencapai angka sebesar Rp. 0,31 Trilyun. Tujuh tahun berikutnya
yaitu pada tahun 2006, belanja iklan rokok sudah mencapai Rp. 1,60 Trilyun. Belanja
iklan rokok sempat mengalami penurunan sebesar 7 persen dari Rp. 0,74 Trilyun
(2007) menjadi Rp. 0,69 Trilyun (2008). Pada tahun 2009, seperti yang terlihat dalam
Tabel 5.8., belanja iklan rokok kembali meningkat. Produk ini menempati urutan
kelima dengan belanja iklan sebesar Rp. 2,15 Trilyun, setelah iklan kendaraan
bermotor. Adapun persentase iklan terhadap total belanja untuk tiap sektornya
mencapai 7,93 persen.
Belanja Iklan (Trilyun Persentase
No. Sektor Rupiah) (%)
Telekomunikasi 3,86 14,24
Pemerintah dan Parpol 3,62 13,33
Koperasi dan Layanan Sosial 2,44 8,99
Kendaraan Bermotor 2,17 8,01
Rokok 2,15 7,93
Produk Perawatan Rambut 2,03 7,50
Layanan Hotline dan
Partyline 1,89 6,98
Produk Perawatan Wajah 1,87 6,90
Media dan Rumah Produksi 1,85 6,84
10. Keuangan dan Perbankan 1,80 6,65
11. Sektor Lainnya 3,43 12,63
Total 27,1 100
Sumber : ABG Nielsen Media Indonesia, http:// www.pefindo.com.[20 Juni 2011]

Penayangan iklan rokok di televisi pada dasarnya sudah dibatasi oleh pemerintah
sejak lama. Pemerintah mengeluarkan Peraturan No. 38 Tahun 2000, yang
menyebutkan bahwa penayangan iklan rokok di media elektronik (televisi/radio)
dapat dilakukan pada pukul 21.30 sampai pukul 05.00 waktu setempat.Ketika terjadi
pembatasan promosi tersebut, maka pengiklan rokok masih memiliki alternatif lain
untuk mempromosikan produknya. Upaya tersebut diantaranya dengan menjadikan
rokok sebagai sponsor utama acara olahraga.
Masing-masing produsen, baik dari industri rokok kretek maupun industri rokok
putih, kemudian bersaing untuk mensponsori even-even olahraga skala nasional
maupun internasional. Adapun even-even olahraga yang disponsori oleh produsen
rokok putih cenderung mengacu pada pertandingan olahraga skala internasional.
Contoh-contoh acara olahraga tersebut diantaranya adalah kejuaraan tim reli mobil

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 15


dan motor yang disponsori oleh BAT Indonesia Tbk, serta Formula One (F1) yang
disponsori oleh Philip Morris Indonesia (PMI Indonesia).
Berbeda dengan produsen rokok putih, produsen rokok kretek lebih memilih
untuk mensponsori acara-acara olahraga betaraf nasional seperti yang terdapat dalam
tabel berikut ini.
Even dengan Sponsor Utama Produsen Rokok, Tahun 2004-2008
Nama Produsen Rokok Acara yang disponsori
a Produsen Rokok Kretek Even Olahraga
.
1. PT. Djarum - Djarum Bakti Olahraga (semua olahraga)
- ISL, Indonesia Super League (Sepak Bola)
- PB Djarum (Bulu Tangkis)
- Djarum Open (Bulu Tangkis)
- Liga Djarum Indonesia (Sepak Bola)
- Djarum Super Adventure (Petualangan)
- Djarum Super Submission
Gappling(Beladiri)
2. PT. HM Sampoerna - A Mild Basket Competition (Basket)
- Copa Dji Sam Soe Indonesia (Sepak Bola)
- Sampoerna Hijau Voli Proliga (Bola Voli)
3. PT. Bentoel International - Bentoel International 4x4 Championship
Investama Tbk. (Otomotif)
- Sponsor utama Tim Arema (Sepak Bola)
4. PT. Gudang Garam - Perkumpulan Tenis Meja (PTM) Surya
- PORSENI (Pekan Olahraga dan Seni)
- Gudang Garam Motor Prix BMK 57
Championship (Balap sepeda motor).
b Produsen Rokok Putih Even Olahraga
.
5. BAT Indonesia Tbk - Tim Reli Mobil dan Tim Reli Motor
- Kejuaraan Bulu Tangkis Nasional
6. PMI Indonesia - Formula One (F1)
7. RPMI - Kejuaraan Sepak Bola
Sumber: www.scribd.com. Jeratan Rokok Srategi dan Bisnis Industri Rokok dan
Pembentukan-Citranya-Di-Masyarakat.[27 Mei 2011]

Program-program seperti pemberian beasiswa juga dilakukan sebagai alternatif


lain dari strategi promosi. Program Djarum Bakti Pendidikan misalnya, program ini
telah dilaksanakan sejak tahun 1984. Djarum Bakti Pendidikan kemudian berganti
nama menjadi Djarum Beasiswa Plus yang saat ini telah diberikan kepada 32.000
Mahasiswa S1 berprestasi tinggi dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri maupun
Swasta di seluruh Indonesia .

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 16


Selain mendapat bantuan biaya pendidikan, penerima Djarum Beasiswa Plus
(Beswan Djarum)juga menerima manfaat lain yaitu program pengembangan karakter.
Program tersebut diantaranya berupa, seminar/lokakarya, pelatihanpelatihan,
leadership, motivasi, outbound, practical skills, maupun kewirausahaan (entrepreneur
skill). Hal ini ditujukan agar para penerima Beswan Djarum dapat hidup mandiri dan
memiliki kepemimpinan yang baik.
Secara umum, produsen rokok juga masih mempertimbangkan terciptanya
corporate image dalam melakukan strategi promosi. Sebagai contohnya adalah
Djarum yang saat ini tengah fokus dalam melaksanakan kegiatan CSR-nya. Misalnya
dalam membangun tim bulutangkis Indonesia, pihaknya tidak perlu
mengkomunikasikan kegiatannya, tetapi lebih menunjukkan kepada hasil yang
didapat. Sebagai contoh, keberhasilan pada saat meraih piala Thomas dan Uber
setelah disponsori oleh pihaknya. Proses promosi yang baik seperti inilah yang
diyakini produsen sebagai langkah utama untuk menciptakan hubungan positif dengan
masyarakat.

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 17


E. KEBIJAKAN PEMERINTAH

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah menetapkan


kebijakan tarif cukai hasil tembakau tahun 2021. Kebijakan ini selaras dengan visi-
misi Presiden Republik Indonesia yaitu “SDM Unggul, Indonesia Maju”, melalui
komitmen pengendalian konsumsi demi kepentingan kesehatan, namun juga
perlindungan terhadap buruh, petani, dan industri dengan meminimalisir dampak
negatif kebijakan, sekaligus melihat peluang dan mendorong ekspor hasil tembakau
Indonesia.
Ada beberapa pokok kebijakan cukai hasil tembakau tahun 2021 yaitu: (1) Hanya
besaran tarif cukai hasil tembakau yang berubah, mengingat tahun 2021 merupakan
tahun yang berat bagi hampir seluruh industri termasuk industri hasil tembakau; (2)
Simplifikasi digambarkan dengan memperkecil celah tarif antara Sigaret Kretek
Mesin (SKM) golongan II A dengan SKM golongan II B, serta Sigaret Putih Mesin
(SPM) golongan II A dengan SPM golongan II B; serta, (3) besaran harga jual eceran
di pasaran sesuai dengan kenaikan tarif masing-masing.Pemerintah menetapkan rata-
rata tertimbang dari kenaikan tarif cukai per jenis rokok adalah sebesar 12,5%.
Pemerintah juga telah menetapkan untuk tidak menaikkan tarif cukai Sigaret Kretek
Tangan (SKT), berdasarkan pertimbangan situasi pandemi dan serapan tenaga kerja
oleh Industri Hasil Tembakau (IHT). Secara rinci, kenaikan tarif cukai SKM adalah
16,9% untuk golongan I, 13,8% untuk golongan II A, dan 15,4% untuk golongan II B.
Sementara jenis SPM adalah 18,4% untuk golongan I, 16,5% untuk golongan II A,
dan 18,1% untuk golongan II B.
Kebijakan ini diambil Pemerintah melalui pertimbangan terhadap lima aspek,
yaitu kesehatan terkait prevalensi perokok, tenaga kerja di industri hasil tembakau,
petani tembakau, peredaran rokok ilegal, dan penerimaan. Berangkat dari kelima
instrumen tersebut, Pemerintah berupaya untuk dapat menciptakan kebijakan tarif
cukai hasil tembakau yang inklusif. Kebijakan tersebut diharapkan dapat memberikan
dampak positif terhadap masing-masing aspek pertimbangan, diantara lain:

 Melalui aspek kesehatan, kenaikan tarif akan menaikkan harga jual yang akan
berdampak pada pengendalian konsumsi rokok, penurunan prevalensi merokok
yang secara umum diharapkan menurun dari 33,8% menjadi 33,2% di tahun 2021.
Selain itu, diharapkan pula penurunan prevalensi merokok anak golongan usia 10
Analisis Industri Rokok Di Indonesia 18
hingga 18 tahun yang ditargetkan turun menjadi 8,7% di tahun 2024 dari 9,1% di
tahun 2020.
 Dari aspek ketenagakerjaan, Pemerintah berupaya melindungi keberadaan industri
padat karya dalam penyusunan kebijakan cukai hasil tembakau 2021. Format
kebijakan di atas tetap mempertimbangkan jenis sigaret (terutama SKT) yang
sangat berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja langsung sebesar 158.552
orang.
 Dari aspek pertanian, besaran kenaikan tarif cukai memperhatikan tingkat serapan
tembakau lokal. Oleh sebab itu, kenaikan tarif cukai sigaret kretek lebih rendah
dari kenaikan tarif cukai sigaret putih, bahkan SKT tahun ini tidak mengalami
kenaikan. Sehingga diharapkan, tingkat penyerapan tembakau lokal dapat terjaga
mengingat terdapat lebih dari 526 ribu kepala keluarga yang menggantungkan
hidupnya dari pertanian tembakau.
 Dari aspek Industri terdapat bantalan kebijakan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) dengan mengalokasikan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil
Tembakau (DBH CHT) untuk membentuk Kawasan Industri Hasil Tembakau
(KIHT) sebagai langkah preventif terhadap peredaran rokok ilegal.
 Dari aspek peredaran rokok ilegal, agar kebijakan tidak menjadi insentif bagi
peredaran rokok ilegal. Upaya pengawasan dan penindakan akan terus
ditingkatkan baik yang bersifat preventif melalui sosialisasi dan pendirian
Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT), dan represif melalui kegiatan Operasi
Gempur Rokok Ilegal, Operasi Jaring, patroli laut, dan berbagai kegiatan
penindakan yang sinergis dengan aparat penegak hukum dan pihak terkait lainnya.
 Dari aspek penerimaan, meskipun kebijakan tarif cukai hasil tembakau
dititikberatkan pada pengendalian konsumsi, namun demikian, kebijakan cukai
yang diambil mampu mendukung program pembangunan nasional melalui
penerimaan negara. Target penerimaan cukai dalam APBN tahun 2021 sebesar
Rp173,78 triliun.

Untuk memastikan tercapainya tujuan kebijakan cukai hasil tembakau di atas dan
meredam dampak kebijakan yang tidak diinginkan, maka pemerintah membuat
bantalan kebijakan dalam bentuk pengaturan ulang penggunaan dana bagi hasil cukai
hasil tembakau (DBHCHT). Sebesar 50% akan digunakan untuk meningkatkan

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 19


kesejahteraan masyarakat khususnya petani/buruh tani tembakau dan buruh rokok.
Dari alokasi ini, sebesar 35% akan diberikan melalui dukungan program pembinaan
lingkungan sosial yang terdiri dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada buruh tani
tembakau dan buruh rokok, sebesar 5% untuk pelatihan profesi kepada buruh
tani/buruh pabrik rokok termasuk bantuan modal usaha kepada buruh tani/buruh
pabrik rokok yang akan beralih menjadi pengusaha UMKM, serta 10% untuk
dukungan melalui program peningkatan kualitas bahan baku. Sedangkan alokasi
lainnya yaitu sebesar 25% adalah untuk mendukung program jaminan kesehatan
nasional, dan 25% untuk mendukung penegakan hukum dalam bentuk program
pembinaan industri, program sosialisasi ketentuan di bidang cukai, serta program
pemberantasan Barang Kena Cukai ilegal.
Untuk mencegah kebijakan menjadi insentif bagi peredaran rokok ilegal, upaya
pengawasan dan penindakan akan terus ditingkatkan, baik yang bersifat preventif
maupun represif. Hingga 30 November 2020, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
(DJBC) sebagai unit di bawah Kemenkeu, telah melakukan penindakan sebanyak
8.155 kali dengan rata-rata 25 tangkapan per hari. Penindakan tersebut berhasil
mengamankan 384,51 juta batang rokok ilegal atau senilai dengan Rp339,18 miliar.
Meskipun dalam situasi pandemi, kegiatan pengawasan dan penindakan dibandingkan
tahun sebelumnya meningkat 41,23% secara year on year (yoy). Berdasarkan hasil
survei rokok ilegal oleh Unit Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada (P2EB UGM), tingkat peredaran rokok ilegal di tahun 2020
sebesar 4,86%. Dengan pertimbangan kompleksitas, struktur industri, cakupan luasan
pengawasan, dan keterbatasan pergerakan karena pemberlakuan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB), maka hasil tersebut merupakan hasil yang sangat baik,
terutama jika dibandingkan dengan tingkat peredaran rokok ilegal di negara-negara
lain, khususnya di ASEAN.
Selanjutnya, Pemerintah akan terus mendorong ekspor hasil tembakau Indonesia
karena memiliki daya saing tinggi. Data empat tahun terakhir menunjukkan bahwa
ekspor SPM trennya meningkat. Ekspor SPM di tahun 2019 mencapai 81,4 miliar
batang, yang melonjak dari 70,9 miliar batang di tahun 2016. Untuk mendukung
ekspor hasil tembakau, Pemerintah telah memberikan fasilitas berupa penundaan
pembayaran pita cukai untuk penjualan lokal bagi perusahaan yang dominan
melakukan ekspor dari normalnya 60 hari menjadi 90 hari, fasilitas Kawasan Berikat
(KB), dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE).
Analisis Industri Rokok Di Indonesia 20
Kebijakan ini akan berlaku pada 1 Februari 2021. Saat ini, peraturan terkait
Kebijakan Cukai Hasil Tembakau 2021 sedang dalam proses perundangan dan dalam
waktu dekat akan segera diundangkan. Pemerintah akan memastikan proses transisi
dari kebijakan CHT tahun 2020 menuju tahun 2021 akan berjalan tanpa hambatan.
Pada kesempatan pertama setelah diundangkan, DJBC dan pihak terkait akan
melakukan sosialisasi aturan terkait. Di saat yang sama, DJBC juga membentuk
satuan tugas untuk mengawal proses transisi.
Pemerintah berkomitmen untuk tetap mengedepankan industri padat karya dan
yang menggunakan konten lokal yang tinggi, antara lain tembakau lokal dan cengkeh.
Pemerintah juga siap mendorong dan memfasilitasi industri hasil tembakau yang
memiliki potensi untuk mendorong kegiatan ekspor, sesuai dengan agenda program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Melalui bauran kebijakan yang dikeluarkan
bersamaan dengan kebijakan tarif cukai hasil tembakau, Pemerintah berharap industri
hasil tembakau akan pulih di tahun 2021.

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 21


F. KINERJA PASAR

Industri hasil tembakau (IHT) merupakan salah satu sektor strategis domestik
yang memiliki daya saing tinggi dan terus memberikan kontribusi signifikan terhadap
perekonomian nasional. Sumbangan sektor yang dikategorikan sebagai kearifan lokal
ini meliputi penyerapan tenaga kerja, pendapatan negara melalui cukaiserta menjadi
komoditas penting bagi petani dari hasil perkebunan berupa tembakau dan cengkeh.
Kemenperin mencatat, pendapatan negara dari IHT yang berasal dari cukai dan
pajak setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kontribusi IHT pada tahun 2016
memberikan pembayaran cukai sebesar Rp138,69 triliun atau 96,65 persen dari
totalcukai nasional. Sedangkan, serapan tenaga kerja di sektor manufaktur dan
distribusi mencapai 4,28 juta orang serta di sektor perkebunan sebanyak 1,7 juta
orang. Data market share dari jenis rokok pada tahun 2016, untuk SKM sebesar 72,07
persen, Sigaret Kretek Tangan (SKT) sebesar 20,23 persen, dan Sigaret Putih Mesin
(SPM) sebesar 5,43 persen. Sisanya, antara lain rokok Klobot dan Klembak menyan
sebesar 2,27 persen.
Pada tahun 2021 ini, kinerja emiten rokok bakal sangat tergantung pada kebijakan
tarif cukai 2022. Sejauh ini, emiten rokok belum mampu membalikan margin akibat
kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) tahun 2021 yang rata-rata sebesar 12,5 persen.
Kinerja emiten rokok juga masih sangat ditentukan oleh Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh pemerintah. Untuk mengurangi dampak akibat
PPKM dan kenaikan cukai tahun 2021, emiten telah berangsur menaikkan harga jual
produknya kepada konsumen.
Kinerja industri rokok diukur dengan pendekatan Price Cost Margin (PCM). PCM
di sini memiliki pengertian sebagai proksi dari nilai keuntungan yang berasal dari
kelebihan penerimaan industri atas biaya langsung. Secara umum, rata-rata PCM yang
diraih industri rokok putih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata PCM
pada industri rokok kretek. Hal ini berlangsung wajar, karena jumlah perusahaan
dalam industri rokok putih sangat sedikit, sehingga pesaing yang ada juga sedikit.
Kondisi ini mengakibatkan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan besar
dalam industri rokok putih juga semakin besar.

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 22


DAFTAR PUSTAKA

 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rokok_di_Indonesia
 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Industri_Hasil_Tembakau
 Hamid, E.S. 1991. Bentuk Pasar Industri Rokok dan Tembakau di Indonesia.UNISIA
10.XI.IV., 80-82.
 Padmo, Soegijanto dan Djatmiko, Edhi, Tembakau, Andhita-P3PK UGM, 1990.
 Pratiwi, Gustyanita dan Anggraeni, Lukytawati. 2013. ANALISIS STUKTUR,
KINERJA, DAN PERILAKU INDUSTRI ROKOK KRETEK DAN ROKOK PUTIH DI
INDONESIA PERIODE 1991-2008. Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 1 No 1, Juni 2013);
halaman 59-70.
 https://www.kemenperin.go.id/jawaban_attachment.php?id=438&id_t=3154
 Neraca. 2019. Industri Hasil Tembakau Tercatat Serap 5,98 Juta Tenaga Kerja.
https://kemenperin.go.id/artikel/20475/Industri-Hasil-Tembakau-Tercatat-Serap-5,98-
Juta-Tenaga-Kerja , diakses pada: 23 September 2021.
 Rafael, E.C. 2019. Industri Rokok Masih Bertahan di Era Industri 4.0.
https://amp.kontan.co.id/news/industri-rokok-masih-bertahan-di-era-industri-40 , diakses
pada: 23 September 2021.
 Gie. 2020. Mengetahui Pengertian Pasar Oligopoli, Ciri-Ciri, Contoh, dan Jenisnya.
https://accurate.id/marketing-manajemen/pengertian-pasar-oligopoli-ciri-ciri-contoh-dan-
jenisnya/ , diakses pada: 23 September 2021.
 Kemenperin. 2021. Penerapan Prokes Industri Hasil Tembakau Bisa Jadi Contoh di
Sektor Lain.
https://kemenperin.go.id/artikel/22762/Penerapan-Prokes-Industri-Hasil-Tembakau-Bisa-
Jadi-Contoh-di-Sektor-Lain , diakses pada: 23 September 2021.
 https://www.gudanggaramtbk.com/tentang-kami/
 Astuti, Novi Fuji. 2020. 10 Jenis Rokok di Indonesia, Perhatikan Perbedaannya.
https://m.merdeka.com/jabar/10-jenis-rokok-di-indonesia-perhatikan-perbedaannya-
kln.html , diakses pada: 24 September 2021.
 Azami. 2021. Mengenal 3 Pabrik Rokok Terbesar di Indonesia.
https://bolehmerokok.com/2021/04/mengenal-3-pabrik-rokok-terbesar-di-indonesia/ ,
diakses pada: 24 September 2021

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 23


 Julianto, Pramdia Arhando. Produsen Rokok Minta Kenaikan Cukai Minimal 5 Persen.
https://money.kompas.com/read/2017/05/15/215557926/produsen.rokok.minta.kenaikan.c
ukai.rokok.maksimal.5.persen , diakses pada: 24 September 2021.
 Widianto, Satrio. 2020. Temuan Peneliti FOSES, Ada Oligopoli Ketat di Struktur Pasar
Industri Hasil Tembakau. https://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/pr-01809109/temuan-
peneliti-foses-ada-oligopoli-ketat-di-struktur-pasar-industri-hasil-tembakau?
page=2&_gl=1*4e4h8m*_ga*Q1lTOTdwVnN4RjdUZWt1aEsxNjdWbE9taWN3ajJjUD
R4TTJJV0EzcjlXZGlWQ0FqM1h5UUU0LS1MT1NXY3cwWg , diakses pada: 24
September 2021.
 Azanella, Luthfia Ayu. 2018. Inilai 4 Produsen Rokok Terbesar di Indonesia.
https://nasional.kompas.com/read/2018/05/31/17281561/inilah-4-produsen-rokok-
terbesar-diindonesia?
page=all&jxconn=1*6txm1u*other_jxampid*T2hCc2V6TGdQU3BIdFJRejBLRWtIcVp
xRTNwSWtmazhhZG9NUUswYzN3WWNIbkdwc0FmM01CSUJXYkxmcl9sZw..#page
2 , diakses pada: 15 November 2021
 Tobing, Sorta. 2021. Masa Depan Industri Rokok di Tengah Tekanan Cukai dan Daya
Beli. https://katadata.co.id/sortatobing/indepth/615d55c00052c/masa-depan-industri-
rokok-di-tengah-tekanan-cukai-dan-daya-beli , diakses pada: 15 November 2021
 Qobi, Nur. 2021. Ada sentimen kenaikan cukai rokok, simak rekomendasi analis pada
saham HMSP dan GGRM. https://stocksetup.kontan.co.id/news/ada-sentimen-kenaikan-
cukai-rokok-simak-rekomendasi-analis-pada-saham-hmsp-dan-ggrm , diakses pada: 15
November 2021.
 Wareza, Monica. 2021. Laba 'Raksasa' Rokok RI Anjlok, Pengusaha Teriak soal Pajak.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20210820135726-17-269942/laba-raksasa-rokok-
ri-anjlok-pengusaha-teriak-soal-pajak , diakses pada: 15 November 2021.
 Sinaga, Royke. 2021. Analis: Kenaikan cukai picu industri rokok turunkan produksi.
https://www.antaranews.com/berita/2090878/analis-kenaikan-cukai-picu-industri-rokok-
turunkan-produksi#mobile-nav , diakses pada: 15 November 2021.
 Santia, Tira. 2020. Kemenperin: Industri Hasil Tembakau Minus 5,19 Persen di Kuartal
III 2020.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4434733/kemenperin-industri-hasil-tembakau-
minus-519-persen-di-kuartal-iii-2020 , diakses pada: 15 November 2021.
 Santoso, Yusuf Imam. 2021. Begini tanggapan Gappri soal tarif cukai rokok yang
berpotensi naik 25% tahun depan. https://amp.kontan.co.id/news/begini-tanggapan-
Analisis Industri Rokok Di Indonesia 24
gappri-soal-tarif-cukai-rokok-yang-berpotensi-naik-25-tahun-depan , diakses pada: 15
November 2021.
 Kemenkeu. 2020. Pemerintah Tetapkan Kebijakan Tarif Cukai Hasil Tembakau Tahun
2021.https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-pemerintah-tetapkan-
kebijakan-tarif-cukai-hasil-tembakau-tahun-2021/ , diakses pada: 15 November 2021.
 Ulfah, F.U. 2021. Kinerja Produsen Rokok Sampoerna (HMSP) pada 2020 di Bawah
Proyeksi Analis.
https://m.bisnis.com/amp/read/20210323/192/1371395/kinerja-produsen-rokok-
sampoerna-hmsp-pada-2020-di-bawah-proyeksi-analis , diakses pada: 16 November
2021.
 Merdeka. 2021. Bos Sampoerna: Kinerja Industri Hasil Tembakau Turun 10 Persen di
2020 Akibat Pandemi. https://m.merdeka.com/uang/bos-sampoerna-kinerja-industri-hasil-
tembakau-turun-10-persen-di-2022-akibat-pandemi.html , diakses pada: 16 November
2021.
 CNBC. 2021. Gapero: Jika Cukai Rokok Naik 17%, Kinerja Industri Turun 40%.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20201026114348-19-197099/gapero-jika-cukai-
rokok-naik-17-kinerja-industri-turun-40 , diakses pada: 16 November 2021.
 Soenarso, Sugeng Adji. 2021. Strategi HM Sampoerna (HMSP) tingkatkan kinerja di
tengah tekanan cukai rokok. https://amp.kontan.co.id/news/strategi-hm-sampoerna-hmsp-
tingkatkan-kinerja-di-tengah-tekanan-cukai-rokok , diakses pada: 16 November 2021.
 Mola, Thomas. 2021. Kinerja Emiten Rokok Ditentukan Kebijakan Tarif Cukai 2022.
https://m.bisnis.com/amp/read/20210929/7/1448460/kinerja-emiten-rokok-ditentukan-
kebijakan-tarif-cukai-2022 , diakses pada: 16 November 2021.
 Tri, Rahma. 2020. Permintaan Melonjak Selama Pandemi, Pabrik Rokok Genjot
Produksi. https://bisnis.tempo.co/read/1341971/permintaan-melonjak-selama-pandemi-
pabrik-rokok-genjot-produksi , diakses pada: 16 November 2021.
 Arief, Andi M. 2020. Produksi Rokok dan Tembakau Susut, Industri Minta Kenaikan
Cukai 2021 Moderat. https://ekonomi.bisnis.com/read/20200918/257/1293529/produksi-
rokok-dan-tembakau-susut-industri-minta-kenaikan-cukai-2021-moderat , diakses pada:
16 November 2021.

Analisis Industri Rokok Di Indonesia 25

Anda mungkin juga menyukai