Anda di halaman 1dari 222

Dasar-Dasar Kewirausahaan:

Untuk Perguruan Tinggi dan


Dunia Bisnis
UU 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4

Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.

Pembatasan Perlindungan Pasal 26

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:

a. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya
untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
b. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan;
c. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram
yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
d. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan
dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak
ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Dasar-Dasar Kewirausahaan:
Untuk Perguruan Tinggi dan
Dunia Bisnis

Penulis:
Agung Purnomo, Acai Sudirman, Abdurrozzaq Hasibuan
Andriasan Sudarso, Syafrida Hafni Sahir, Salmiah, Rini Mastuti
Dina Chamidah, Try Koryati, Janner Simarmata

Penerbit Yayasan Kita Menulis


Dasar-Dasar Kewirausahaan:
Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis
Copyright © Yayasan Kita Menulis, 2020

Penulis:
Agung Purnomo, Acai Sudirman, Abdurrozzaq Hasibuan
Andriasan Sudarso, Syafrida Hafni Sahir, Salmiah, Rini Mastuti
Dina Chamidah, Try Koryati, Janner Simarmata

Editor: Alex Rikki


Desain Cover: Tim Kreatif Kita Menulis

Penerbit
Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id
e-mail: press@kitamenulis.id
Kontak WA: +62 858-3552-3449

Agung Purnomo, dkk.


Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis
Yayasan Kita Menulis, 2020
xvi; 204 hlm; 16 x 23 cm
ISBN: 978-623-7645-60-3 (cetak)
E-ISBN: 978-623-7645-61-0 (online)
Cetakan 1, April 2020
I. Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi
dan Dunia Bisnis
II. Yayasan Kita Menulis

Katalog Dalam Terbitan


Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku tanpa
Ijin tertulis dari penerbit maupun penulis
Kata Pengantar
Prof. Dr. Ir. Rosmayati, M.S.
Wakil Rektor I Universitas Sumatera Utara (USU)

#Salam Literasi Menulis


Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS RI) dapat dilihat bahwa tren
lapangan pekerjaan selama Agustus 2018-Agustus 2019, lapangan pekerjaan
yang mengalami peningkatan persentase terutama pada Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum (0,50 persen poin), Industri Pengolahan (0,24 persen poin),
dan Perdagangan (0,20 persen poin). Sementara lapangan pekerjaan yang
mengalami penurunan terutama pada Pertanian (1,46 persen poin), Jasa
Keuangan (0,06 persen poin), dan Pertambangan (0,04 persen poin) dan ada
sejumlah 8,13 juta orang setengah pengangguran (orang yang bekerja kurang
dari 35 jam seminggu dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia
menerima pekerjaan) dan 28,41 juta orang pekerja paruh waktu (orang yang
bekerja di bawah jam kerja normal kurang dari 35 jam seminggu tetapi tidak
mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain).

Kondisi di atas mengisyaratkan betapa masalah pengangguran menjadi masalah


yang sangat serius. Beberapa pihak menyoal keberadaan lulusan perguruan
tinggi saat ini. Dipandang perlu untuk mengembangkan struktur kurikulum
yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan pengembangan
lingkungan berbasis Kewirausahaan. Telah disadari bersama oleh semua pihak
betapa penting peran kewirausahaan dalam mengatasi masalah pengangguran.
Untuk menumbuh-kembangkan jiwa dan aktivitas kewirausahaan–sehingga
lulusan PT lebih menjadi pencipta lapangan kerja dari pada pencari kerja–
diperlukan suatu usaha nyata.

Berdasarkan data Global Entrepreneurship Index tahun 2019, Indonesia


menempati peringkat 94 dunia dari 137 negara dan naik dari tahun sebelumnya
di mana Indonesia menempati peringkat 94 dari 197 Dunia.
vi Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo saat memberikan Orasi Ilmiah
tahun 2018 dalam rangka Dies Natalis ke-66 Universitas Sumatera Utara (USU)
di Auditoriun Kampus USU menyampaikan bahwa Indonesia memerlukan
lebih banyak wirausahaan agar dapat bersaing dengan negara lain dan meminta
lembaga Pendidikan Tinggi mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman
dan mendukung kreativitas baru untuk memberi solusi bagi permasalahan yang
ada di masyarakat.

Langkah-langkah dari beberapa dosen yang menuliskan buku ini harus tetap
diapresiasi karena telah meluangkan waktunya untuk menulis dan tentunya ini
sangat bermanfaat bagi mahasiswa, dosen, praktisi, pelalku bisnis dan perguruan
tinggi.

Akhir kata, semoga buku yang berjudul Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk


Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis ini, memberikan manfaat yang besar pagi
para pembacanya
Prakata

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya dalam penyelesaian buku ini.

Di era ekonomi digital saat ini, kewirausahaan adalah salah satu kata yang
sering kita dengar. Secara sederhana kewirausahaan dapat didefinisikan
sebagai kemampuan untuk menciptakan visi, inovasi dan melihat suatu
peluang di masa datang.

Buku ini berjudul: Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi


dan Dunia Bisnis dan ditulis secara kolaborasi dengan membahas:
Bab 1 Pengantar, Konsep Dasar, dan Hakikat Kewirausahaan
Bab 2 Kompetensi Inti dan Karakteristik Kewirausahaan
Bab 3 Proses, Fungsi dan Peran Kewirausahaan, Ide dan Peluang Wirausaha
Bab 4 Perintis Usaha Baru dan Membantu Pengembangan Para Pelaku UKM
dan Pengusaha Pemula
Bab 5 Manajemen dan Strategi Kewirausahaan
Bab 6 Penggunaan Sumber Daya Wirausaha
Bab 7 Perencanaan dan Pengendalian Keuangan
Bab 8 Tantangan Kewirausahaan Dalam Konteks Global
Bab 9 Etika Bisnis dan Profesionalisme Kewirausahaan
Bab 10 Kewirausahaan dalam Bidang Pendidikan

Pada akhirnya, ucapan terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang
telah membantu sehingga buku ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari buku
ini masih memiliki kekurangan, sehingga penulis juga menerima segala
masukan dan saran demi perbaikan buku ini untuk lebih baik lagi.

Medan, Maret 2020

Penulis
viii Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis
Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................v


Prakata ...............................................................................................................vii
Daftar Isi ............................................................................................................ix
Daftar Gambar .................................................................................................xiii
Daftar Tabel ......................................................................................................xv

Bab 1 Pengantar, Konsep Dasar, dan Hakikat Kewirausahaan


1.1 Pengantar.....................................................................................................1
1.2 Konsep Dasar Kewirausahaan...................................................................3
1.2.1 Historis ...............................................................................................3
1.2.2 Pengertian...........................................................................................5
1.2.3 Perkembangan Konsep .....................................................................6
1.2.4 Pengertian Perspektif Jenis Kata ......................................................7
1.3 Hakikat Kewirausahaan ............................................................................8
1.4 Transformasi Kewirausahaan yang Merubah Dunia ...............................10
1.5 Kewirausahaan di Indonesia ......................................................................11

Bab 2 Kompetensi Inti dan Karakteristik Kewirausahaan


2.1 Pendahuluan................................................................................................15
2.2 Kompetensi Inti Kewirausahaan ...............................................................16
2.2.1 Berfikir Kreatif ..................................................................................19
2.2.2 Bertindak Inovatif .............................................................................21
2.3 Karakteristik Kewirausahaan.....................................................................22
2.4 Prinsip-Prinsip Kewirausahaan .................................................................27

Bab 3 Proses, Fungsi dan Peran Kewirausahaan, Ide dan Peluang


Wirausaha
3.1 Proses Kewirausahaan ...............................................................................31
3.2 Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha.....................36
3.3 Fungsi dan Peran Kewirausahaan .............................................................38
3.4 Ide dan Peluang Wirausaha .......................................................................45
3.4.1 Sumber Peluang Potensial................................................................47
3.4.2 Analisis SWOT Usaha .....................................................................51
x Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Bab 4 Perintis Usaha Baru dan Membantu Pengembangan Para Pelaku


UKM dan Pengusaha Pemula
4.1 Pendahuluan................................................................................................55
4.1.1 Masalah kewirausahaan ....................................................................56
4.1.2 Masalah Pengusaha Pemula .............................................................57
4.2 Peran Mentor dalam Pengembangan dan Pembelajaran Pengusaha
Pemula .........................................................................................................58
4.2.1 Pembelajaran Kewirausahaan ..........................................................59
4.2.2 Mentoring sebagai dukungan kewirausahaan .................................61
4.2.3 Hasil Pembelajaran ...........................................................................63
4.3 Kegiatan Inkubasi dan Kewirausahaan ....................................................68
4.3.1 Tantangan UKM Secara Umum ......................................................69
4.3.2 Inkubasi Memungkinkan Peningkatan Ide Bisnis ..........................71
4.4 Peran Pemerintah untuk Mendorong Pertumbuhan Kewirausahaan......72
4.4.1 Pengusaha Mendorong Pertumbuhan Ekonomi ............................73
4.4.2 Booming Masyarakat melalui Kewirausahaan ..............................74
4.4.3 Peran Pemerintah untuk Mendukung Generasi Baru Pengusaha .75

Bab 5 Manajemen dan Strategi Kewirausahaan


5.1 Pendahuluan................................................................................................79
5.2 Perencanaan Strategi ..................................................................................79
5.3 Pendekatan Memulai Usaha ......................................................................83
5.4 Perilaku Wirausahawan Yang Baik ..........................................................94

Bab 6 Penggunaan Sumber Daya Wirausaha


6.1 Wirausahan (Entrepreneur)........................................................................97
6.2 Faktor Pemicu Lingkungan Kewirausahan ..............................................98
6.3 Nilai Kemampuan Kewirausahan .............................................................103
6.4 Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM).............................................112
6.4.1 Pengertian ..........................................................................................112
6.4.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) ...................114
6.5 Penggunaan Sumberdaya Manusia ...........................................................116
6.5.1 Pengertian Penggunaan Karyawan ..................................................116
6.5.2 Tujuan Penggunaan ...........................................................................118
6.5.3 Penggunaan Karyawan .....................................................................120
6.5.4 Beberapa Masalah Dalam Penggunaan sumber daya.....................123
Daftar Isi xi

Bab 7 Perencanaan dan Pengendalian Keuangan


7.1 Pendahuluan................................................................................................125
7.2 Perencanaan Keuangan ..............................................................................127
7.3 Pengendalian Keuangan.............................................................................141
7.3.1 Pengendalian Kas Jangka Pendek ....................................................141
7.3.2 Pengendalian Kas Jangka Panjang ...................................................141

Bab 8 Tantangan Kewirausahaan Dalam Konteks Global


8.1 Pendahuluan................................................................................................143
8.2 Apa yang dimaksud Globalisasi? ..............................................................144
8.3 Kewirausahaan dan Relevansinya dengan Globalisasi............................146
8.4 Kewirausahaan dan Inovasinya di Era Revolusi Industri 4.0 dalam
Ekonomi Digital ..........................................................................................148
8.4.1 Peran Kewirausahaan Menuju Tantangan Global ..........................148
8.4.2 Industri 4.0 .........................................................................................149
8.4.3 Pendidikan 4.0 ...................................................................................150
8.5 Peranan Perguruan Tinggi dalam Menumbuhkan Prospek Masa Depan
Kewirausahaan ............................................................................................151

Bab 9 Etika Bisnis dan Profesionalisme Kewirausahaan


9.1 Pengertian Etika Bisnis ..............................................................................153
9.1.1 Pendekatan dalam Perumusan Etika Bisnis.....................................154
9.1.2 Etika Bisnis di Bidang Pemasaran ...................................................156
9.2 Faktor dan Proses Kewirausahaan ............................................................159
9.2.1 Nilai-Nilai Kewirausahaan dalam Organisasi Bisnis .....................162
9.2.2 Sifat dan Kepribadian Wirausaha.....................................................164
9.2.3 Kepribadian Wirausaha ....................................................................167
9.2.4 Faktor yang Memengaruhi Jiwa Kewirausahaan............................170
9.2.5 Sumber Daya Manusia Faktor Keberhasilan Usaha .......................172

Bab 10 Kewirausahaan dalam Bidang Pendidikan


10.1 Pendahuluan..............................................................................................177
10.2 Peran Kewirausahaan dalam Pendidikan ...............................................178
10.3 Usaha Peningkatan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi .....................180
10.4 Pengembangan Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan .......................181

Daftar Pustaka ...................................................................................................185


Biodata Penulis .................................................................................................199
xii Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis
Daftar Gambar

Gambar 1.1: Alasan Jumlah Pengusaha di Indonesia Rendah .....................11


Gambar 1.2: Jumlah Penelitian Kewirausahaan di Indonesia per Tahun
(1972-2019) ................................................................................12
Gambar 2.1: Perkembangan Kompetensi Wirausaha ...................................18
Gambar 3.1: Proses Kewirausahaan ...............................................................34
Gambar 5.1: Kartu Indeks Tunggal ................................................................81
Gambar 5.2: Kompas Strategy Wirausaha ....................................................84
Gambar 6.1: Proses Kewirausahawan ( ..........................................................98
Gambar 7.1: Grafik Titik Impas .....................................................................132
Gambar 9.1: Pendekan Etika Bisnis ................................................................155
Gambar 9.2: Relasi Faktor-faktor Pembentuk Wirausahawan......................166
Gambar 9.3: Proses Kewirausahaan ...............................................................166
Gambar 10.1: Tahapan pendidikan kewirausahaan ......................................179
xiv Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis
Daftar Tabel

Tabel 1.1: Daftar 10 Orang Terkaya di Indonesia Tahun 2019 .............. 1


Tabel 1.2: Pengertian Perspektif Jenis Kata.............................................. 7
Tabel 2.1: Karakteristik Sukses Wirausaha .............................................. 26
Tabel 6.1: Karakteristik EntrepreNeur ..................................................... 100
Tabel 6.2: Karakteristik dan Watak Kewirausahawan............................. 106
Tabel 6.3: Karakteristik Kewirausahawan................................................ 107
Tabel 9.1: Hasil Beberapa Peneliti terhadap Keberhasilan Wirausaha
dengan Pendidikan .................................................................... 171
xvi Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis
Bab 1
Pengantar, Konsep Dasar, dan
Hakikat Kewirausahaan

1.1 Pengantar
Jalan-jalan keliling dunia, memiliki kendaraan terbaik, rumah idaman, bebas
belanja apapun atau bahkan dapat mewujudkan seluruh harapan dalam hidup.
Kebebasan waktu tanpa harus bekerja melayani atasan dan dihormati banyak
orang karena status dan harta. Kebebasan finansial dengan memiliki banyak
uang dan aset yang dapat diartikan sebagai menjadi orang kaya bisa jadi adalah
harapan sebagian besar penduduk dunia. Itu semua dapat diwujudkan dengan
menjadi seorang wirausahawan atau pengusaha. Pemikiran itu sangat rasionalis
dengan melihat data orang-orang terkaya merupakan seorang wirausahawan
seperti tampak pada Tabel 1.1: Daftar 10 Orang Terkaya di Indonesia Tahun
2019 (Forbes, 2019). Ada 582 juta pengusaha di seluruh dunia (Simovic, 2019).
Tabel 1.1: Daftar 10 Orang Terkaya di Indonesia Tahun 2019 (Forbes, 2019)
Peringkat Nama Kekayaan Bidang
ke Wirausaha
1 R. Budi & Michael $37.3 B atau 615 Konglomerat
Hartono triliun rupiah
2 Keluarga Widjaja $9.6 B atau 158 Beragam
triliun rupiah
3 Prajogo Pangestu $7.6 B atau 125 Petrokimia
triliun rupiah
2 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

4 Susilo Wonowidjojo $6.6 B atau 108 Tembakau


triliun rupiah
5 Sri Prakash Lohia $5.6 B atau 92 Petrokimia
triliun rupiah
6 Anthoni Salim $5.5 B atau 90 Beragam
triliun rupiah
7 Tahir $4.8 B atau 79 Beragam
triliun rupiah
8 Boenjamin Setiawan $4.35 B atau 71 Farmasi
triliun rupiah
9 Chairul Tanjung $3.6 B atau 59 Beragam
triliun rupiah
10 Jogi Hendra Atmadja $3 B atau 49 triliun Barang
rupiah konsumsi
Keterangan: untuk penghitungan kekayaan, 1 $ diasumsikan setara dengan Rp.
16.500.
Internet dan gawai canggih merupakan daya pengungkit baru bagi warga dunia
dan wirausahawan di Indonesia maupun seluruh dunia untuk membangun dan
mengembangkan bisnis pada jaman now. Pengguna internet diseluruh dunia
pada tahun 2019 mencapai 4,5 milyar orang atau setara dengan 58,7% penduduk
dunia (Miniwatts, 2020). Pada awal tahun 2020 ada 175,4 juta pengguna internet
di Indonesia. Terjadi kenaikan 17% atau 25 juta pengguna internet di Indonesia
dibanding tahun sebelumnya. Artinya 64% penduduk nusantara sudah
mengakses dunia maya. Ada 160 juta pengguna media sosial dan 338 juta
koneksi seluler di Indonesia. Di mana 48% menggunakan aplikasi untuk transfer
uang dan 55% memiliki aplikasi belanja daring. Kegiatan e-commerce meliputi
93% melakukan pencarian daring informasi suatu produk atau jasa untuk dibeli,
90% melakukan kunjungan daring ke website toko retail, 88% melakukan
pembelian secara daring, 25% membeli daring menggunakan laptop atau PC,
dan 80% membeli dating menggunakan mobile phone. Ada 168 juta orang telah
melakukan pembeliang barang konsumsi secara daring di Indonesia (Hootsuite,
2020). Perusahaan pemula yang dibangun dengan kekuatan aset tak berwujud
(intangible assets) seperti keterampilan, brain image, inovasi, ide, dan
pengetahuan menggunakan internet memiliki valuasi lebih tinggi daripada
perusahaan yang hanya mengandalkan kekuatan aset berwujud (tangible assets)
seperti bangunan dan mesin (Syafina, 2019). Para wirausahawan pemula
maupun senior perlu memanfaatkan momentum era revolusi industri 4.0 dan
society 5.0.
Bab 1 Pengantar, Konsep Dasar, & Hakikat Kewirausahaan 3

1.2 Konsep Dasar Kewirausahaan


1.2.1 Historis
Pengakuan wirausaha sebagai suatu bidang studi di era modern berawal dari
Prancis pada abad kedelapan belas ketika bankir dan investor Prancis Irlandia,
Richard Cantillon, menghubungkan wirausahawan dengan aktivitas
'menanggung risiko' dalam perekonomian (Frederick, O’Connor and Kuratno,
2016). Kata entrepreneur atau “wirausahawan“ berasal dari kata kerja
enterprendre dari bahasa Perancis, yang berarti 'melakukan'. Ini merujuk pada
mereka yang “melakukan” risiko perusahaan baru. Suatu perusahaan diciptakan
oleh seorang entrepreneur atau wirausahawan. Proses penciptaan tersebut
dikenal sebagai “kewirausahaan“ (Chand, 2016). Di Inggris selama periode
yang sama, Revolusi Industri tumbuh dan pengusaha memainkan peran yang
terlihat dalam pengambilan risiko dan transformasi sumber daya. Ekonom
cukup lama mengklaim kata kewirausahaan sebagai milik mereka (Kirzner,
1979). Hingga tahun 1950-an, pemahaman teori kewirausahaan masih
bersumber dari para ekonom. Misalnya, Richard Cantillon (1680–1734),
ekonom terkenal Prancis Jean Baptiste Say (1767–1832) dan ekonom abad
kedua puluh Joseph Schumpeter (1883–1950) semuanya menulis tentang
kewirausahaan dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi (Filion, 2011).
Selama beberapa dekade, ilmuwan terus mencoba menggambarkan atau
mendefinisikan apa itu wirausaha.
Berikut adalah beberapa contoh.
“Kewirausahaan ... terdiri dari melakukan hal-hal yang umumnya tidak
dilakukan dalam kegiatan rutin bisnis biasa; ini pada dasarnya adalah
fenomena yang berada di bawah aspek kepemimpinan yang lebih luas“
(Schumpeter, 1951).
“Kewirausahaan, setidaknya dalam semua masyarakat non-otoriter,
merupakan jembatan antara masyarakat secara keseluruhan, terutama aspek-
aspek non-ekonomi masyarakat itu, dan berorientasi pada keuntungan.
lembaga yang didirikan untuk mengambil keuntungan dari kekayaan
ekonominya dan untuk memuaskan, sebaik mungkin, keinginan
ekonominya“ (Cole, 1959).
“Dalam ... kewirausahaan, ada kesepakatan bahwa kita berbicara tentang
semacam perilaku yang meliputi: (1) pengambilan inisiatif, (2)
4 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

pengorganisasian atau pengorganisasian kembali mekanisme sosial ekonomi


untuk mengubah sumber daya dan situasi ke akun praktis, dan (3)
penerimaan risiko kegagalan“ (Shapero, 1975).
“Kewirausahaan adalah proses dinamis untuk menciptakan kekayaan
tambahan. Kekayaan ini diciptakan oleh individu yang menanggung risiko
utama dalam hal kesetaraan, waktu, dan atau komitmen karier untuk
memberikan nilai bagi beberapa produk atau layanan. Produk atau layanan
itu sendiri mungkin atau mungkin bukan baru atau unik tetapi nilainya harus
disuntikkan oleh pengusaha dengan mengamankan dan mengalokasikan
keterampilan dan sumber daya yang diperlukan“ (Ronstadt, 1984).
Pada abad kedua puluh, kata wirausahawan telah dikaitkan dengan perusahaan
secara bebas. Juga, secara umum diakui bahwa pengusaha berfungsi sebagai
agen perubahan; menyediakan ide-ide kreatif dan inovatif untuk perusahaan
bisnis; dan membantu bisnis tumbuh serta menjadi menguntungkan. Sekarang,
pengusaha telah dikaitkan dengan orang-orang yang menciptakan nilai tambah,
apakah itu nilai sosial atau bisnis. Apa pun aktivitas spesifik yang pengusaha
lakukan, para wirausahawan di abad ke-20 saat ini dianggap sebagai pahlawan
perusahaan di era bebas dan penjelajah sosial. Banyak dari mereka
menggunakan inovasi dan kreativitas untuk membangun perusahaan sosial dan
bisnis yang sangat bernilai dari usaha patungan. Wirausahawan ini menciptakan
produk dan layanan baru dan menanggung risiko yang terkait dengan usaha ini.
Banyak orang sekarang menganggap kewirausahaan sebagai pelopor di garis
depan bisnis. Semakin banyak pengusaha yang dipandang sebagai kunci untuk
memecahkan teka-teki pemanasan global dan perubahan iklim (Frederick,
O’Connor and Kuratno, 2016).
“Kewirausahaan adalah proses dinamis dari visi, perubahan dan penciptaan.
Ini membutuhkan aplikasi energi dan semangat menuju penciptaan dan
implementasi ide-ide baru yang menambah nilai dan solusi kreatif. Bahan-
bahan penting termasuk kesediaan untuk mengambil risiko yang telah
diperhitungkan waktu, ekuitas atau karier; kemampuan untuk merumuskan
tim ventura yang efektif; keterampilan kreatif untuk mengumpulkan sumber
daya yang dibutuhkan; dan, akhirnya, visi untuk mengenali peluang yang
dilihat orang lain kekacauan, kontradiksi dan kebingungan“ (Frederick,
O’Connor and Kuratno, 2016).
Teori kewirausahaan dimaknai sebagai formulasi hubungan yang dapat
diverifikasi dan secara logis koheren atau prinsip-prinsip mendasar yang
Bab 1 Pengantar, Konsep Dasar, & Hakikat Kewirausahaan 5

menjelaskan kewirausahaan. Prinsip-prinsip kewirausahaan memprediksi


aktivitas kewirausahaan. Misalnya, dengan mengkarakterisasi kondisi yang
cenderung mengarah pada penciptaan nilai atau peluang sosial dan
pembentukan perusahaan baru. Atau, memberikan panduan normatif yaitu,
meresepkan tindakan yang tepat dalam keadaan tertentu (Shane and
Venkataraman, 2000; Connelly et al., 2010).
Dalam milenium baru, semakin jelas bahwa kita perlu memiliki beberapa teori
atau klasifikasi yang kohesif untuk lebih memahami bidang kewirausahaan
yang muncul ini. Kita perlu mengenali keragaman teori sebagai munculnya
pemahaman kewirausahaan. Dalam studi kewirausahaan kontemporer, satu
konsep berulang yaitu bahwa kewirausahaan adalah interdisipliner, yang berarti
menggabungkan bidang dan melintasi batas antar disiplin ilmu. Dengan
demikian, kewirausahaan berisi berbagai pendekatan yang dapat meningkatkan
pemahaman seseorang tentang kewirausahaan dilapang (Gartner, 1990).

1.2.2 Pengertian
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan
„Wiraswasta adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk
baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan
produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya“
(KBBI, 2020b).
„Pengusaha adalah orang yang mengusahakan (perdagangan, industri, dan
sebagainya); orang yang berusaha dalam bidang perdagangan.Usaha adalah
kegiatan di bidang perdagangan (dengan maksud mencari untung);
perdagangan; perusahaan“ (KBBI, 2020a).
Kosakata wirausaha atau wirausahawan belum masuk didalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) (KBBI, 2020c). Wirausaha dan pengusaha menurut
KBBI seakan-akan memiliki fungsi yang berbeda. Namun, kenyataan dilapang
dunia wirausaha Indonesia, antara istilah wiraswasta, pengusaha, dan
wirausahawan memiki makna yang serupa dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai entrepreneur.
Entrepreneur atau wirausahawan atau pengusaha atau wiraswasta adalah orang
yang mengabdikan diri untuk mencari sesuatu yang baru dan mengeksploitasi
gagasan dan visi baru menjadi peluang yang menguntungkan dengan
menanggung risiko yang terlibat dalam proses. Wirausahawan memahami ide
6 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

perusahaan, hidup bersamanya, dan akhirnya mendirikan perusahaan (Dhar,


2020).
Wirausahawan adalah pencipta, inovator, dan pemimpin yang memberikan
kembali kepada masyarakat sebagai dermawan, direktur, dan wali, dan yang,
lebih dari yang lain, mengubah cara orang hidup, bekerja, belajar, bermain, dan
memimpin. Pengusaha menciptakan teknologi, produk, proses, dan layanan
baru yang menjadi gelombang industri baru berikutnya, dan ini pada gilirannya
mendorong perekonomian. Pengusaha menciptakan nilai dengan perusahaan
berpotensi tinggi dan pertumbuhan tinggi, yang merupakan mesin penciptaan
lapangan kerja ekonomi di hampir seluruh dunia (Spinelli and Adams, 2016).
Entrepreneurship atau kewirausahaan adalah proses tindakan seorang
wirausahawan sebagai orang yang selalu mencari sesuatu yang baru dan
mengeksploitasi ide-ide tersebut menjadi peluang yang menguntungkan dengan
menerima risiko dan ketidakpastian dengan perusahaan (Chand, 2016).
Kewirausahaan adalah tindakan memulai sendiri dan memulai bisnis alih-alih
bekerja untuk orang lain dalam bisnisnya (Kimmons, 2019). Kewirausahaan
mengacu pada proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang pengusaha.
Kewirausahaan adalah proses yang menggabungkan kegiatan seperti
memvisualisasikan, menanggung risiko, mengorganisir dan mendirikan
perusahaan bisnis. Kewirausahaan sebagai proses yang dinamis
dimanifestasikan melalui upaya para wirausahawan untuk menghasilkan
kombinasi baru, produk baru, proses produksi baru, dan pendirian perusahaan
baru (Dhar, 2020).
Secara singkat, pengusaha atau wirausahawan adalah orang yang berinovasi,
membangun organisasi, dan membuat organisasi berjalan dengan
kemampuannya yang khas.

1.2.3 Perkembangan Konsep


(Dhar, 2020) menjelaskan konsep wirausaha telah berkembang melalui berbagai
tahap yang masing-masing menekankan aspek fungsi wirausaha yang berbeda.
a. Kegiatan Bisnis
Perkembangan konsep pertama adalah istilah 'wirausahawan' untuk
kegiatan bisnis pada abad 1800. Sementara, fokus pada fungsi
kewirausahaan sebagai koordinasi, organisasi dan pengawasan.
Bab 1 Pengantar, Konsep Dasar, & Hakikat Kewirausahaan 7

b. Inovasi
Fase selanjutnya dalam evolusi konsep wirausaha ditandai dengan
penekanan pada inovasi. Pengusaha di era modern adalah seorang
individu yang memperkenalkan sesuatu yang baru dalam ekonomi
atau metode produksi yang belum diuji oleh pengalaman di cabang
manufaktur yang bersangkutan, produk yang belum dikenal
konsumen, sumber baru bahan baku atau pasar baru dan kehidupan.

1.2.4 Pengertian Perspektif Jenis Kata


Belum ada pemahaman bersama atau pemahaman tunggal tentang apa
sebenarnya kewirausahaan itu (Davidsson, 2004). Bidang kewirausahaan
didefinisikan menggunakan pemeriksaan ilmiah tentang bagaimana, oleh siapa,
dan dengan apa dampak peluang untuk menciptakan barang dan jasa masa
depan ditemukan, dievaluasi dan dieksploitasi (Shane and Venkataraman,
2000).
Tabel 1.2: Pengertian Perspektif Jenis Kata (Peverelli and Song, 2012)
Penulis / Tahun Perspektif Jenis Kata
(Lumpkin and Dess, 1996), (Low and Pendatang baru; penciptaan perusahaan
MacMillan, 1988) baru atau organisasi
(Cole, 1949) Aktivitas yang bertujuan untuk memulai,
mempertahankan, dan mengembangkan
bisnis yang berorientasi laba
(Wiklund, 1998) Mengambil keuntungan dari peluang
dengan kombinasi sumber daya baru
dengan cara yang berdampak pada pasar
(Stevenso and Jarillo (1990) Proses di mana individu mengejar
peluang tanpa memperhatikan sumber
daya yang saat ini mereka kendalikan.
Definisi kewirausahaan pertama menggunakan kata benda (noun), yang
membangkitkan persepsi kewirausahaan sebagai entitas, atau ciri. Sedangkan,
definisi kewirausahaan kedua berbicara menggunakan kata kerja (verb), yang
menyampaikan perasaan proses. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa tren dalam
studi akademik kewirausahaan adalah meninggalkan sifat dan fokus pada proses
(Peverelli and Song, 2012).
8 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

1.3 Hakikat Kewirausahaan


Daksh (2018) menjelaskan beberapa hakikat kewirausahaan yang melekat
menjadi karakter khas sebagai berikut.
1. Kegiatan Ekonomi

Kewirausahaan terutama sebagai fungsi ekonomi karena melibatkan penciptaan


dan operasi suatu perusahaan. Kewirausahaan pada dasarnya berkaitan dengan
produksi dan distribusi barang dan jasa.
2. Aktivitas Kreatif

Kewirausahaan terdiri dari melakukan hal-hal yang biasanya tidak dilakukan


dalam kegiatan bisnis biasa. Kewirausahaan melibatkan mengeksplorasi
peluang baru. Kewirausahaan menciptakan pekerjaan baru, tugas baru dan
usaha baru di masyarakat. Kewirausahaan menciptakan nilai-nilai ekonomi
baru, kekayaan dan modal di suatu negara.
3. Kecenderungan Berorientasi Bisnis

Kewirausahaan mencerminkan bisnis dan sifat orang yang aktif semangat. Ini
mendorong orang untuk memulai bisnis, membayangkan usaha baru, dan
mendirikan unit produksi. Kewirausahaan mempromosikan bisnis dan industri
di masyarakat.
4. Kegiatan Pengorganisasian

Kewirausahaan sebagai kemampuan untuk menyatukan sumber daya produktif


masyarakat. Pengusaha memanfaatkan tanah, tenaga kerja, modal, teknologi,
pengetahuan dan bakat manajerial untuk kepentingan umat manusia.
5. Kegiatan Penanggung Risiko

Risiko adalah elemen yang melekat dan tidak terpisahkan dari kewirausahaan.
Seorang pengusaha menjamin uang sewa kepada tuan tanah dan kewajiban beri
upah kepada karyawan. Juga, minat kepada investor dengan harapan
mendapatkan penghasilan lebih dari biaya. Wirausahawan mengasumsikan
ketidakpastian masa depan. Dalam mengejar profit, pengusaha dibayang-
bayangi kemungkinan kerugian juga.
Bab 1 Pengantar, Konsep Dasar, & Hakikat Kewirausahaan 9

6. Proses Dinamis

Kewirausahaan adalah fungsi yang dinamis. Pengusaha berkembang pada


perubahan di lingkungan, yang membawa peluang yang bermanfaat untuk
bisnis.
7. Aktivitas Inovatif

Kewirausahaan adalah fungsi inovatif karena melibatkan melakukan sesuatu


dengan cara yang lebih baik. Inovasi mungkin dalam bentuk produk baru atau
sumber baru bahan baku atau pasar baru atau metode produksi baru yang belum
diterapkan di cabang manufaktur tertentu, dll.
8. Aktivitas Bertujuan

Pengusaha yang menciptakan dan mengoperasikan suatu perusahaan berupaya


untuk menghasilkan laba melalui kepuasan kebutuhan pelanggan. Karenanya,
kewirausahaan adalah kegiatan yang berorientasi pada tujuan.
9. Fungsi Prestasi Tinggi

Orang berbeda tidak hanya dalam kemampuan mereka untuk melakukan tetapi
juga dalam keinginan mereka untuk melakukan, atau motivasi. Motivasi, pada
gilirannya, tergantung pada kekuatan motif mereka yang kadang-kadang
didefinisikan sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan atau dorongan dalam diri
individu. Dengan demikian, orang-orang yang memiliki kebutuhan tinggi akan
prestasi dan kekuasaan lebih mungkin untuk berhasil sebagai wirausahawan. Ini
merupakan faktor yang sangat penting yang mengarah pada wirausaha.
10. Kegiatan Profesional

Dewasa ini di usia yang kompetitif, kewirausahaan diadopsi sebagai profesi


seperti teknik atau hukum. Kualitas kewirausahaan, seperti kemampuan
manajerial, juga sedang dikembangkan oleh para ahli. Mereka memberikan
pelatihan kepada orang-orang yang aktif dan bersikap siap menanggung risiko.
11. Bukan Sifat Kepribadian, tetapi Perilaku

Kewirausahaan bukanlah sifat kepribadian yang lahir. Kewirausahaan muncul


dari keputusan yang mengandung risiko dan perilaku kegiatan seseorang.
10 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

12. Praktek Berbasis Pengetahuan

Kewirausahaan bukanlah seni maupun ilmu. Kewirausahaan merupakan latihan


dan praktek. Kewirausahaan memiliki basis pengetahuan. Kualitas
kewirausahaan dihasilkan setelah praktik panjang perilaku menanggung risiko.
13. Keterampilan Manajerial dan Fungsi Kepemimpinan

Keterampilan manajerial dan kepemimpinan adalah aspek terpenting dari


kewirausahaan. Pengusaha harus memiliki kemampuan untuk memimpin dan
mengelola.
14. Berdasarkan Prinsip, bukan pada Intuisi

Kewirausahaan tidak didasarkan pada perasaan atau intuisi. Melainkan


dikembangkan melalui prinsip-prinsip tertentu. Ini ditingkatkan dengan
pengetahuan ekonomi, sosiologi, psikologi, dan berbagai mata pelajaran
lainnya.

1.4 Transformasi Kewirausahaan yang


Merubah Dunia
Tren menunjukkan adanya transformasi konsep kewirausahaan yang sangat
memengaruhi bagaimana dunia belajar, hidup, bekerja, hingga menikmati
waktu luang (Spinelli and Adams, 2016), yaitu:
1. Kewirausahaan adalah paradigma manajemen baru. Pemikiran dan
penalaran kewirausahaan kini dimasukkan dan tertanam ke dalam
strategi dan praktek perusahaan profitabel.
2. Kewirausahaan telah melahirkan paradigma baru pada ranah
pendidikan untuk belajar dan mengajar.
3. Kewirausahaan menjadi model manajemen yang dominan untuk
menjalankan bisnis nirlaba dan bidang usaha sosial yang sedang
berkembang.
4. Kewirausahaan dengan cepat melampaui sekolah bisnis: teknik, ilmu
alam, arsitektur, kedokteran, musik, seni, dan pendidikan dasar serta
Bab 1 Pengantar, Konsep Dasar, & Hakikat Kewirausahaan 11

pendidikan menengah adalah ranah akademik baru dalam kurikulum


yang mengeksplorasi dan menyerap kewirausahaan.

1.5 Kewirausahaan di Indonesia


Kewirausahaan di nusantara dinggap masih perlu diperjuangkan dengan
sungguh-sungguh jika dikomparasikan dengan negara lain. Wiranto selaku
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menyampaikan
bahwa pelaku wirausaha di Indonesia mencapai 3,1% pada tahun 2019. Kajian
kewirausahaan menyebutkan bahwa salah satu syarat untuk menjadi negara
maju tatkala jumlah wirausahawan didorong hingga lebih dari 14% dari rasio
penduduknya (Akhir, 2019).
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita era Kabinet Kerja menyampaikan
bahwa tingkat kewirausahaan Indonesia masih rendah. Sehingga, bangsa
Indonesia harus menerima status rangking 94 dari 137 negara berdasarkan hasil
survei Global Entrepreneurship Monitor. Peringkat ini tentunya masih di bawah
negara ASEAN lainnya yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina yang
telah menduduki peringkat 27, 58, 71, dan 84 (GEM, 2018; Zuraya, 2018;
Hastuti et al., 2020).

Gambar 1.1: Alasan Jumlah Pengusaha di Indonesia Rendah (Lidwina,


Joshua and Pretty, 2019)
Alasan pertama rendahnya kewirausahaan di Indonesia adalah sistem
pendidikan Indoensia yang kurang mendukung siswa guna tumbuh dan
12 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

berkembang menjadi seorang pengusaha. Berwirausaha masih dianggap


sebagai karir yang berisiko dan kurang menjanjikan. (GEM, 2018; Zuraya,
2018). Alasan kedua rendahnya kuantitas pengusaha di Indonesia yaitu
minimnya individu berketerampilan sangat tinggi di Indonesia. Ini terjadi karena
kurikulum pendidikan Indonesia umumnya fokus kepada keterampilan teknis,
seperti membaca, menghafal, dan berhitung. Tetapi, belum membangun
kebiasaan dan ketrampilan individu supaya berpikir kritis, analitis, dan
memecahkan masalah (Lidwina, Joshua and Pretty, 2019).
Penelitian bidang kewirausahaan oleh para peneliti Indonesia terus mengalami
pertumbuhan setiap tahunnya. Ada sekitar 947 dokumen akademik hasil
penelitian bidang kewirausahaan yang diterbitkan internasional dari tahun 1972
hingga tahun 2019 menggunakan database Scopus (Purnomo, 2020).
Pertumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 1.2. Individu peneliti dan institusi
dengan afiliasi Indonesia terproduktif dalam penelitian bidang kewirausahaan
adalah Grisna Anggadwita dan Institut Teknologi Bandung. Sumber publikasi
dan bidang studi dan terbanyak ranah kewirausahaan adalah prosiding IOP
Conference Series: Materials Science and Engineering; dan bisnis, manajemen,
dan akuntansi (Purnomo, Usman and Asitah, 2019).

Gambar 1.2: Jumlah Penelitian Kewirausahaan di Indonesia per Tahun


(1972-2019) (Purnomo, Usman and Asitah, 2019)
Nadiem Makarim merupakan salah satu sosok wirausahawan inspirasi generasi
muda Indonesia. Nadiem lahir di Singapura pada 4 April 1984 dan
menyelesaikan pendidikan formal strata satu di Universitas Brown jurusan
Hubungan Internasional, serta Master of Business Administration di Universitas
Harvard (Pertiwi, 2019). Nadiem memiliki kekayaan 1,23 triliun pada tahun
Bab 1 Pengantar, Konsep Dasar, & Hakikat Kewirausahaan 13

2019 setelah keberhasilan Gojek yang didirikan pada tahun 2010. Gojek
awalnya yang bergerak dibidang jasa aplikasi ojek daring untuk mengatasi
kemacetan khususnya di Jakarta, kini berkembang menjadi 20 ragam jasa solusi
sehari-hari masyarakat (Gojek, 2020). Sekarang Gojek telah tergolong status
decacorn sebab memiliki valuasi US$10 miliar atau setara 165 triliun dengan
asumsi 1$ adalah Rp. 16.500 (Franedya, 2020). Atas keberhasilannya
membangun startup Unicorn di Indonesia, Presiden Joko Widodo
mengamanahkan jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI pada periode
2019-2024 kepada Nadiem (Setneg, 2019). Yang menjadikan Nadiem sebagai
menteri termuda pada kabinet kabinet Indonesia Maju. Nadiem adalah contoh
nyata bagaimana wirausaha dapat mengantarkan seseorang kepada kekayaan,
popularitas, dan jabatan prestisius negarawan dalam tempo begitu cepat
dibandingkan jalur profesi lainnya.
14 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis
Bab 2
Kompetensi Inti dan
Karakteristik Kewirausahaan

2.1 Pendahuluan
Perkembangan kewirausahaan saat ini telah mengalami dinamika perubahan ke
arah yang lebih baik dengan kondisi yang tercermin dari kebijakan pemerintah
yang mulai memperhatikan kebutuhan seorang wirausaha dalam berwirausaha.
Kondisi ini mencerminkan tingkat peranan pemerintah sangat dibutuhkan dalam
pengembangan potensi kewirausahaan yang dapat dilakukan saat seseorang
ingin melakukan kegiatan berwirausaha. Jusoh et al., (2011), dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat keterampilan kewirausahaan
pengusaha yang disurvei cukup terampil, dan mereka merasa bahwa mereka
membutuhkan pelatihan keterampilan kewirausahaan di berbagai bidang seperti
untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi, keterampilan untuk membuat akun
bisnis, menciptakan promosi iklan dan keterampilan, keterampilan menetapkan
harga yang tepat dan keterampilan menjual. Ketika ide-ide mulai muncul, maka
pada saat itu juga keinginan untuk mengawali proses interaksi dengan
lingkungan akan terbentuk sebagai dasar untuk memulai sebuah usaha atau
bisnis (Widayati et al., 2019).
Kewirausahaan dan praktik bisnis telah menunjukkan bahwa untuk sebagian
besar kewirausahaan perusahaan bukan hanya kegiatan individu tetapi
mencakup kompleksitas sistem yang dinamis dengan partisipasi banyak orang,
yang akan menghasilkan diferensial efek dari komposisi tim yang berbeda pada
kegiatan strategis kewirausahaan (Yang and Wang, 2014). Penelitian Pinho and
de Sá, (2014), menunjukkan bahwa kinerja kewirausahaan adalah hasil
kombinasi faktor-faktor pribadi dan berbasis konteks dan tidak dapat dijelaskan
16 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

oleh satu set tunggal. Karakteristik pribadi wirausaha atau serangkaiannya


memiliki hubungan dan keterkaitan antar kelembagaan.
Pada dunia pendidikan, pembelajaran kewirausahaan sangat diperlukan untuk
mendorong dan meningkatkan pemahaman serta mengembangkan potensi
peserta didik tentang dunia usaha. Kewirausahaan dapat diartikan sebagai
semangat, sikap dan perilaku atau kemampuan seseorang dalam menangani
usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan,
menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan
efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik (Mopangga,
2014). Temuan penelitian Yu and Man, (2009), menunjukkan bahwa
karakteristik kewirausahaan peserta didik akan dikembangkan dan ditingkatkan
melalui empat jenis utama interaksi sosial, termasuk interaksi dengan anggota
tim, instruktur, guru sekolah, dan pemangku kepentingan bisnis. Namun,
dampak sosialnya interaksi lebih langsung pada pengembangan karakteristik
kewirausahaan yang berorientasi pada tugas, tetapi kurang langsung pada
karakteristik kewirausahaan yang berorientasi konseptual.

2.2 Kompetensi Inti Kewirausahaan


Wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki
kompetensi, yaitu seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,
dan kualitas individu yangmeliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/ kegiatan (Mulyadi, 2011).
Kompetensi ini tentunya sangat diperlukan seorang wirausahawan dalam
menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0. Pada era industri 4.0 saat ini,
tugas kegiatan dan pekerjaan yang bersifat manual berulang dan dilakukan
sederhana akan digantikan oleh robot dan mesin (Rumondang et al., 2019).
Tenaga kerja (manusia) akan mengambil alih tugas yang terkait dengan
manajemen, oleh karenanya memerlukan keterampilan pribadi yang lebih kuat
seperti komunikasi, koordinasi, dan keterampilan lunak lainnya untuk
mengambil alih tanggung jawab dan pengambilan keputusan (Haeffner and
Panuwatwanich, 2018). Melalui pendidikan kewirausahaan, tuntutan sumber
daya manusia era industri 4.0 yang berupa kemampuan berpikir kritis, kreatif
dan inovatif, komunikatif, kolaboratif, percaya diri, koordinatif, tanggung
jawab, mengambil keputusan, memecahkan masalah, beradaptasi, dan
kepemimpinan) dapat dipenuhi oleh nilai-nilai pokok atau jiwa dan sikap
Bab 2 Kompetensi Inti dan Karakteristik Kewirausahaan 17

kewirausahaan yang dihasilkan dari pendidikan kewirausahaan (Sumarno and


Gimin, 2019). Dengan demikian, situasi ini menampilkan sinyal ntuk memenuhi
tuntutan kompetensi era industri 4.0, maka perlu dilakukan berbagai terobosan
yang konkret dalam bentuk literasi baru yang diimplementasikan dengan
kemampuan komunikasi, serta berpikir kreatif dan inovatif. Li and Garnsey,
(2014), meneliti bagaimana kewirausahaan perusahaan mengidentifikasi
peluang berdasarkan perubahan kebijakan, memobilisasi pemangku
kepentingan untuk mengintegrasikan sumber daya dan akhirnya terwujud
dengan suksesnya komersialisasi dalam industri farmasi.
Menurut Zimmerer dan Norman (2008), seorang wirausaha harus memiliki
beberapa karakter yang kuat untuk mencerminkan tingkat kompetensinya, yaitu
antara lain:
1. Komitmen Yang Tinggi

Seorang wirausahawan harus memiliki komitmen penuh dalam melakukan


aktivitas yang berhubungan dengan wirausaha. Urgensi untuk memiliki
komitmen diharapkan dapat membentuk kompetensi seorang wirausaha untuk
siap melewati rintangan yang dihadapi dalam menjalankan usahanya.
2. Toleransi Terhadap Ambiguitas

Kecenderungan memiliki toleransi yang tinggi terhadap situasi yang berbeda


dan selalu berubah merupakan salah satu karakter para wirausahawan. Seorang
wirausahawan dituntut untuk kredibel dalam mengambil keputusan yang
menggunakan informasi-informasi terbaru meskipun informasi yang diperoleh
bertentangan dan ambigu untuk diterima.
3. Fleksibilitas

Kemampuan seorang wirausahawan sejatinya terlihat dari tingkat adaptasi yang


cepat dengan perubahan permintaan pelanggan dan bisnisnya. Hal ini tentunya
menjadi ciri khas seorang wirausahawan untuk dapat beradaptasi dengan cepat
dalam menghadapi perubahan-perubahan yang sifatnya kontemporer.
4. Keuletan

Wirausahawan pada dasarnya sudah siap menghadapi hambatan, rintangan dan


kekalahan yang terjadi jika dalam proses berwirausaha mengalami kondisi
tersebut. Konsistensi seorang wirausahawan terlihat dari kemampuan mereka
18 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

untuk menggapai visi yang telah mereka rencanakan. Dengan kata lain, mereka
akan terus mencoba untuk mengembangkan usaha yang mereka jalankan.
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
individu (personality) yang langsung berpengaruh pada kinerja. Kinerja bagi
wirausaha merupakan tujuan yang selalu ingin dicapainya (Mulyadi, 2011).
Dalam dunia bisnis, yang disebut kompetensi inti (care competency) adalah
kreativitas dan inovasi guna menciptakan nilai tambah untuk meraih
keunggulan, yang tercipta melalui pengembangan pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan. Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan merupakan
kompetensi inti wirausaha untuk menciptakan daya saing khusus agar memiliki
posisi tawar-menawar yang kuat dalam persaingan (Mulyadi, 2011).
Keselarasan antara kompetensi dan keterampilan sangat penting untuk
menampilkan kemampuan manajerial dalam berwirausaha. Oleh karena itu,
perlu adanya penguasaan terkait keterampilan dalam berwirausaha khususnya
yang memiliki keterkaitan dengan kompetensi.
Berikut ini dijelaskan bagan tentang proses perkembangan kompetensi
wirausaha:

Gambar 2.1: Perkembangan Kompetensi Wirausaha (Mulyadi, 2011)


Pada gambar 2.1 di atas tampak bahwa Intelectual Capital = Competence x
Commitmen, artinya menskipun ia memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi
Bab 2 Kompetensi Inti dan Karakteristik Kewirausahaan 19

apabila tidak disertai dengan komitmen yang tinggi, maka wirausaha tersebut
tidak akan dapat menggunakan modal intelektualnya. Demikian pula,
Competnence = Capability x Authority, artinya bahwa wirausaha yang
kompeten adalah wirausaha yang memiliki kemampuan dan wewenang sendiri
dalam pengelolaan usahanya (kemandirian). Wirausaha selalu bebas
menentukan usahanya, tidak tergantung pada orang lain. Selanjutnya,
Capability = Skill x Knowledge, artinya bahwa kapabilitas wirausaha sangat
ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan atau kecakapan. Pengetahuan,
keterampilan atau kecakapan yang dilengkapi dengan sikap dan motivasi untuk
selalu berprestasi membentuk kepribadian wirausaha. Dalam dunia bisnis, yang
disebut kompetensi inti (Core Competency) adalah kreativitas dan inovasi guna
menciptakan nilai tambah untuk meraih keunggulan, yang tercipta melalui
pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan (Mulyadi, 2011).
Kemampuan, keterampilan, dan kemampuan merupakan kompetensi inti
wirausaha untuk menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi
tawarmenawar yang kuat dalam persaingan.

2.2.1 Berfikir Kreatif


Minat wirausaha (entrepreneurial intention) dapat diartikan sebagai langkah
awal dari suatu proses pendirian sebuah usaha yang umumnya bersifat jangka
panjang (Lee and Wong, 2004). Kecenderungan tingginya minat wirausaha
mahasiswa karena adanya perasaan lebih bebas, mandiri dan produktif bila
berwirausaha; senang bekerja menurut intuisi pribadi; keyakinan pada
kemampuan dan potensi diri; serta keberanian menerima tantangan dan
mengambil risiko (Mopangga, 2014).
Menurut Mulyadi (2011), terdapat beberapa kriteria kreativitas, antara lain:
1. Sensitivity problems, artinya kratifitas dilihat dari kepekaan terhadap
masalah yang muncul.
2. Originality, artinya pemecahan masalah dengan cara baru, bukan
meniru pemecahan masalah yang lain.
3. Ingenuity, artinya kecerdikan dalam pemecahn masalah.
4. Breadth, artinya ketepatan dalam pemecahan masalah dan berguna.
5. Recognity by peers, artinya ada pengakuan dari kelompoknya tentang
penemuannya
20 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam kreativitas adalah kemampuan


berpikir menyebar (divergent thinking) dan berpikir menyatu (convergent
thinking). Convergent thinking adanya jawaban yang benar dan tepat,
sedangkan Divergent thinking adalah menghasilkan bermacam-macam
alternatif pemecahan yang luas, yang masing-masing merupakan kemungkinan
yang masuk akal, tidak terikat oleh harapan, tidak menghendaki jawaban yang
benar tetapi dipicu pemikiran asli, spontan dan bebas, seperti melamun dan
asosiasi bebas. Asosiasi bebas yang digunakan dalam pemecahan masalah
secara kelompok disebut Brainstorming.
Selanjutnya Mulyadi (2011), ada beberapa faktor eksternal yang dapat
memengaruhi pengembangan diri seseorang, antara lain:
1. Kebudayaan
a. Kebudayan dapat mengembangkan krativiats jika kebudayaan itu
memberi kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas
potensial yang dimiliki anggota masyarakat.
b. Struktur masyarakat yang bersifat feodal dan tradisiaonal
menghambat perkembangan kreativitas individu anggoata
masyarakat.
c. Adanya kebudayaan creativogenic, yaitu kebudayaan yang
memupuk dan mengembangkan kreativitas dalam masyarakat,
antara lain :
• Tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan
dan media.
• Adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi
semua lapisan masyarakat.
• Menekankan pada becoming dan tidak hanya being, artinya
tidak menekankan pada kepentingan untuk masa sekarang
melainkan berorientasi pada masa mendatang.
• Memberi kebebasan terhadap semua warga negaratanpa
diskriminasi, terutama jenis kelamin.
• Adanya kebebasan setelah pengalaman tekanan dan tindakan
keras, artinya setelah kemerdekaan diperoleh dan kebebasan
dapat dinikmati.
• Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda.
Bab 2 Kompetensi Inti dan Karakteristik Kewirausahaan 21

• Adanya toleransi terhadap pandangan yang berbeda.


• Adanya interaksi antara individu yang berhasil.
• Adanya insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif.
2. Lingkungan.
a. Dalam lingkungan keluarga orang tua adalah pemegang otoritas,
sehingga peranannya sangat menentukan pembentukan krativitas
anak.
b. Lingkungan sekolah cukup besar pengaruhnya terhadap
kemampuan berpikir anak untuk menghasilkan produk kreativitas,
yaitu berasal dari guru.
c. Lingkungan pekerjaan yang terdiri atas tugas-tugas yang harus
dilakukan, kesempatan untuk berkembang, suasana kerja yang
menyenangkan, sikap pimpinan yang kondusif mendorong pekerja
dalam bekerja & berpikir kreatif.
d. Kegiatan dalam masyarakat baik yang digerakan oleh
perseorangan atau lembaga membantu timbulanya kreativitas
anggota masyarakat.

2.2.2 Bertindak Inovatif


Untuk dapat memiliki pekerjaan atau meraih peluang (kerja dan usaha) di era
industri 4.0, sumber daya manusia dituntut memiliki kompetensi atau
kemampuan yang berkenaan dengan berpikir kritis, kreatif, inovatif,
berkomunikasi, bekerja sama, dan percaya diri, dan lainnya. Kemampuan
tersebut sangat terkait dengan kompetensi dan nilai-nilai kewirausahaan.
Tuntutan kemampuan era industri 4.0 tersebut ternyata juga terkait erat dengan
atau jiwa dan sikap wirausaha atau wiraswastawan; dan juga sesuai dengan inti
dari kewirausahaan yaitu kreativitas dan inovasi (Jati & Priyambodo, 2015;
Sumarno & Suarman, 2017).
Keberhasilan wirausaha dicapai apabila wirausaha menggunakan produk,
proses, dan jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali perubahan. Oleh sebab
itu, inovasi merupakan instrumen penting untuk memberdaysumber-sumber
agar menghasilkan sesuatu yang baru menciptakan nilai (Mulyadi, 2011).
Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka
pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing). Jadi,
22 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang baru dan


berbeda, sedangkan inovasi merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu
yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dapat dalam
bentuk hasil seperti barang dan jasa, dan bisa dalam bentuk proses seperti ide,
metode, dan cara. Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan melalui
proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan nilai tambah (value
added) dan merupakan keunggulan yang berharga. Nilai tambah yang berharga
adalah sumber peluang bagi wirausaha. Ide kreatif akan muncul apabila
wirausaha “look at old and thing something new or different”.
Lebih lanjut menurut Mulyadi (2011), seorang inovator yang memiliki jiwa
wirausaha mencerminkan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Penuh inisiatif dan mandiri.
2. Mampu menentukan sikap menghadapi lingkungannya.
3. Ulet dan berani menanggung risiko.
4. Memiliki usaha kuat dalam memenuhi kebutuh masyarakat.

2.3 Karakteristik Kewirausahaan


Kebutuhan untuk meraih prestasi merupakan dorongan kuat untuk unggul
dalam kerjadan berusaha. Karakter insan/ inidividu yang menunjukkan
semangat tinggi dalam konteks ini umumnya mau menerima risiko yang relatif
keras dan tinggi, keinginan mendalam untuk mendapatkan tanggapan atau
umpan balik tentang hasil kerja mereka, dan juga keinginan mendapatkan
tanggung jawab yang penting untuk menyelesaikan masalah (Sipakoly, 2019).
Keberhasilan dalam menjalankan usaha tentunya perlu didorong dengan
karakteristik wirausaha yang dimiliki oleh pribadi UMKM (Maisaroh, 2019;
Hastuti et al., 2020). Hasil studi Dinis et al., (2013), menunjukkan bahwa ada
hubungan antara beberapa karakteristik psikologis dan niat wirausaha.
Kecenderungan untuk mengambil risiko secara negatif memengaruhi niat
wirausaha, sementara itu kepercayaan diri dan kebutuhan untuk berprestasi
secara positif memengaruhi konstruk.
Bab 2 Kompetensi Inti dan Karakteristik Kewirausahaan 23

Menurut Mulyadi (2011), sifat-sifat seorang wirausaha dapat dijelaskan sebagai


berikut:
1. Percaya diri

Kepercayaan diri adalah sikap dalam keyakinan seseorang dalam melaksanakan


dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Kepercayaan diri berpengaruh pada
gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja
keras, dan kegairahan berkarya.
2. Berorientasi pada tugas dan hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu
mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan
dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, enerjik, dan
berinisiatif.
3. Keberanian mengambil risiko

Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai
utama dalam kewirausahaan. Keberanian menanggung risiko tergantuing pada
daya tarik setiap alternatif, persediaan untuk rugi, dan kemungkinan relatif untuk
sukses atau gagal. Kemampuan untuk mengambil risiko ditentukan oleh
keyakinan diri, kesediaan untuk menggunakan kemampuan, dan kemampuan
untuk menilai risiko.
4. Kepemimpinan

Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan.


Kepemimpinan kewirausahaan memiliki sifat-sifat kepeloporan, keteladanan,
tampil berbeda, mampu berfikir divergen dan konvergen.
5. Keorisinilan

Keorisinilan mempunyai unsur-unsur inovatif, kreatif, dan fleksibel.


Keinovasian adalah kemampuan untuk bertindak yang baru dan berbeda.
Kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir yang baru dan berbeda. Rahasia
kewirausahaan dalam menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak pada
penerapan kreativitas dan dan keinovasian untuk memecahkan persoalan dan
meraih peluang yang dihadapi setiap hari.
24 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

6. Berorientasi ke masa depan

Berorientasi ke masa depan adalah perspektif, selalu mencari peluang, tidak


cepat puas dengan keberhasilan, dan berpandangan jauh ke depan.
Pada tingkah laku kewirausahaan tergambar dalam kepribadian, kemampuan
hubungan, kemampuan pemasaran, keahlian mengatur, dan sikap terhadap
uang. Kepribadian wirausaha tercermin dalam kreativitas, disiplin diri,
kepercayaan diri, keberanian menghadapi risiko, dan dorongan dari kemauan
yang kuat (Mulyadi, 2011). Daya kreatif seorang wirausaha terlihat pada
kemampuan untuk mengelola gagasan-gagasan bisnis menjadi peluang bisnis
baru untuk mengembangkan bisnis.
Menurut Zimmerer dan Norman (2008), ringkasan karakteristik seorang
wirausahawan, antara lain:
1. Hasrat akan tanggungjawab

Wirausahawan memiliki integritas untuk bertanggungjawab secara pribadi atas


hasil usaha yang mereka mulai. Inisiatif untuk memilih dan mengendalikan
sumber-sumber daya yang mereka miliki merupakan manifestasi upaya dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Lebih menyukai risiko menengah

Para wirausahawan merupakan oran-orang yang memiliki tanggungjawab


penuh atas risiko yang telah mereka perhitungkan. Tendensi wirausaha yang
sukses bukanlah tercermin dari risiko yang mereka ambil, melainkan tingkat
penghapusan risiko dan halangan yang membatasi ruang gerak usaha mereka.
3. Menyakini kemampuannya untuk sukses

Pada umumnya seorang wirausaha cenderung memiliki kemampuan untuk


melakukan segala sesuatu dengan baik untuk menggapai target yang dicapai.
Keoptimisan menjadi salah satu kunci untuk meraih peluang, meskipun
tantangan dan kegagalan kerap kali menghampiri peluang tersebut.
4. Hasrat untuk mendapatkan umpan balik yang sifatnya segera

Wirausahawan menikmati hal-hal yang bersifat tantangan dalam menjalankan


perusahaan dan terus menerus bekerja untuk mencari umpan balik.
Bab 2 Kompetensi Inti dan Karakteristik Kewirausahaan 25

5. Tingkat energi yang tinggi

Unsur energi merupakan faktor penting uintuk meningkatkan semangat dalam


berwirausaha dan mendirikan perusahaan. Kerja keras yang lama merupakan
representatif tingkat energi yang besar untuk mewujudkan segala seuatu yang
ingin dicapai dalam berwirausaha.
6. Orientasi masa depan

Mayoritas seorang wirausahawa melihat potensi usaha dengan


mempertimbangkan arah orientasi masa depan usaha, apakah usaha tersebut
dapat bertahan dan berkembang serta memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Karakteristik yang sangat menonjol dalam diri wirausahawan terlihat dari
semangat bisnis untuk memulai dan mengembangkan suatu usaha ke arah yang
lebih baik.
7. Keterampilan mengorganisasi

Seorang wirausahawan mengetahui cara menggumpulkan dan


mengorganisasikan orang-orang yang tepat dan benar untuk menyelesaikan
tugas. Kombinasi orang-orang tersebut dilakukan selektif dengan tujuan
mengubah pandangan ke depan menjadi suatu kenyataan.
8. Menilai prestasi lebih tinggi daripada uang

Pemikiran dasar seorang wirausahawan terkait motivasi untuk mengembangkan


usaha bukan sepenuhnya karena uang. Prestasi yang tampak merupakan pemicu
wirausahawan untuk menunjukkan simbol prestasi.
Selain itu seorang wirausaha harus memiliki sikap dan kepribadian yang
meliputi : keterbukaan, kebebasan, pandangan yang luas, berorientasi pada masa
datangatang, berencana, berkeyakinan, sadar, dan menghormati orang lain dan
pendapat orang lain. Menurut Sunarya, Sudaryono dan Asep (2011), terdapat
beberapa karakteristik sukses para wirausahawan dan karakteristik gagal para
wirausahawan, antara lain sebagai berikut:
26 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Tabel 2.1: Karakteristik Sukses Wirausaha (Sudaryono dan Asep, 2011)


Karakteristik Sukses Ciri Sukses yang Menonjol
Pengedalian diri Karakter ini cenderung untuk
mengedalikan semua usaha yang
mereka kerjakan
Mengusahakan Mencerminkan kemajuan yang
terselesaikannya urusan berorientasi pada tujuan
Mengarahkan diri sendiri Adanya keinginan untuk memotivasi
diri sendiri dengan hasrat yang tinggi
Mengelola dengan sasaran Keinginan untuk memahami rincian
tugas yang harus diselesaikan dengan
maksud tercapainya sasaran
Penganalisis kesempatan Perilaku untuk melakukan analisis
terkait semua pilihan untuk
memastikan usaha tersebut berjalan
dengan sukses serta mengurangi
risiko
Pengendalian pribadi Kecenderungan untuk mengenali
pentingnya kehidupan pribadi
terhadap hidup bisnisnya
Pemecah masalah Perilaku untuk melihat pilihan-pilihan
terkait pemecahan masalah yang
dihadapi
Pemikiran objektif Sikap tidak takut untuk mengakui
kesalahan dan tindakan yang keliru

Tabel 2.2: Karakteristik Gagal Wirausaha (Sudaryono dan Asep, 2011)


Karakteristik Kegagalan Ciri Kegagalan yang Menonjol
Pengalaman manajemen Kurangnya pemahaman tentang
pengelolaan disiplin manajemen
Perencanaan keuangan Adanya perilaku meremehkan
kebutuhan modal bisnis
Lokasi Usaha Memilih lokasi awal yang buruh
untuk perusahaannya
Pengendalian bisnis Kegagalan dalam mengendalikan
aspek-aspek utama dalam bisnis
Bab 2 Kompetensi Inti dan Karakteristik Kewirausahaan 27

Pembelanjaan besar Perilaku menghabiskan modal usaha


dengan cara pengeluaran awal yang
tinggi
Manajemen piutang Adanya perilaku menimbulkan
masalah arus kas yang buruk terkait
pengelolaan piutang
Dedikasi Sikap meremehkan waktu dan
dedikasi pribadi yang diperlukan
untuk memulai bisnis
Memperluas berlebihan Ketidaksiapan memulai program
perluasan usaha

2.4 Prinsip-Prinsip Kewirausahaan


Seorang yang kreatif inovatif, tidak akan kehabisan ide untuk mengembangkan
bisnisnya. Sehingga ketika di pasar produk yang ditawarkan sudah mulai jenuh,
maka bisa membuat atau mengembangkan produk yang baru untuk ditawarkan
kembali. Pembaharuan produk, dan proses sebagai hasil kreatif akan
mengurangi tingkat kejenuhan pasar akan produk kita, bahkan akan semakin
membuat konsumen menjadi loyal dengan produk kita. Selain karakteristik di
atas, proses kepemimpinan, motivasi/semangat berprestasi, rasa percaya diri,
dan karakteristik pribadi lainnya juga menjadi salah satu karakteristik yang
dominan dalam diri seorang wirausaha (Maisaroh, 2019).
Kebutuhan untuk meraih prestasi merupakan dorongan kuat untuk unggul
dalam kerja dan berusaha. Karakter insan/ inidividu yang menunjukkan
semangat tinggi dalam konteks ini umumnya mau menerima risiko yang relatif
keras dan tinggi, keinginan mendalam untuk mendapatkan tanggapan atau
umpan balik tentang hasil kerja mereka, dan juga keinginan mendapatkan
tanggung jawab yang penting untuk menyelesaikan masalah (Sipakoly, 2019).
Maka dari itu, perlu adanya pedoman seorang wirausaha dalam mengelola
manajemen usahanya agar dapat bertahan dan berkembang sesuai dengan
dinamika keadaan lingkungan bisnis.
28 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Menurut Sunarya, Sudaryono dan Asep (2011), terdapat 12 prinsip dalam


berwirausaha, antara lain:
1. Sikap jangan takut gagal

Dalam berwirausaha sikap berani dan tidak takut akan kegagalan merupakan
salah satu fundamental untuk mendorong jiwa wirausaha menjadi lebih kredibel
dalam menghadapi segala kondisi. Wirausaha yang sukses merupakan cerminan
sikap dari ketidaktakutan akan sebuah kegagalan yang menerpa dirinya.
2. Penuh semangat

Seorang wirausaha sebaiknya memiliki gairah semangat yang besar untuk


menjalankan usahanya. Tujuan utama seorang wirausaha dalam memulai
usahanya bukan hanya berorientasi pada hasil, melainkan lebih menghargai
semangat dalam menjalani prosesnya. Dengan semangat yang besar, tujuan
yang akan dicapai terasa lebih dekat dan menantang untuk meraihnya.
3. Kreatif dan inovatif

Tingkat imajinasi dan pemikiran daya cipta yang handal merupakan modal
utama seorang wirausahawan. Kreativitas sangat dibutuhkan untuk mendorong
perkembangan usaha sekaligus didukung dengan pemikiran yang berhubungan
akan hal-hal yang bersifat kebahuran atau inovasi.
4. Bertindak penuh perhitungan dalam mengambil risiko

Memperhitungkan segala kondisi untuk meminimalisir tingkat risiko


merupakan salah satu upaya yang dapat dijadikan pedoman untuk menjalankan
dan mengembangkan usaha. Tindakan ini merupakan bentuk kepedulian
seorang wirausaha dalam memantau perkembangan usahanya sehingga ada
kesiapan dalam menanggung segala risiko yang didapat selama proses
berwirausaha.
5. Sabar, ulet, dan tekun

Tetap sabar dan tekun merupakan hal yang penting dalam berwirausaha.
Prakarsa ini diperlukan untuk menghadapi berbagai permasalahan, percobaan
dan kendala selama proses menjalankan usaha.
Bab 2 Kompetensi Inti dan Karakteristik Kewirausahaan 29

6. Harus optimis

Optimis merupakan modal usaha yang cukup penting untun memotivasi


kesadaran diri seorang wirausahawan. Dengan sikap optimis, tentunya akan
mendorong seseorang agar lebih yakin terhadap pekerjaan yang dikerjakan.
7. Ambisius

Seorang wirausaha harus memiliki ambisi yang besar dalam menjalankan segala
bentuk usahanya. Sikap ini menandakan adanya target yang akan dicapai dalam
memulai suatu usaha.
8. Pantang menyerah

Prinsip pantang menyerah merupakan salah satu bagian yang harus digunakan
pada waktu tertentu. Sikap ini diperlukan disaat kondisi mendukung maupun
kurang mendukung sebagai stimulus untuk meningkatkan gairah berwirausaha.
9. Peka terhadap pasar

Kepekaan terhadap kondisi pasar atau dapat membaca peluang pasar adalah
prinsip mutlak yang harus dimiliki wirausaha. Peluang pasar sekecil apapun
harus dapat diindentifikasi dengan baik sehingga dapat mengambil peluang
tersebut dengan baik.
10. Berbisnis dengan standar etika

Wirausaha harus memegang standar etika yang berlaku secara umum. Standar
etika merupakan rujukan untuk melakukan usaha sesuai dengan peraturan yang
berlaku dan memiliki standarisasi yang jelas terkait perlindungan konsumen.
Prinsip tersebut merupakan pedoman penting untuk menjalankan segala
aktivitas dalam berwirausaha.
11. Mandiri

Prinsip kemandirian merupakan panduan dalam berwirausaha dengan segala


bentuk dan jenis usahanya. Mandiri dalam banyak hal adalah kunci penting agar
dapat menghindari ketergantungan dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan
atas usaha yang dijalankan.
30 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

12. Jujur

Sikap jujur merupakan hal penting yang harus dimiliki seorang wirausaha.
Implementasi kejujuran berhubungan dengan sikap kita terhadap pelanggan dan
pemasok, juga kepada seluruh pemangku kepentingan usaha.
Bab 3
Proses, Fungsi dan Peran
Kewirausahaan, Ide dan
Peluang Wirausaha

3.1 Proses Kewirausahaan


Proses kewirausahaan, diawali dengan suatu aksioma, yaitu adanya tantangan.
Dari tantangan tersebut, timbul gagasan, kemauan dan dorongan untuk
berinisiatif, yang tidak lain adalah dengan berpikir kreatif dan bertindak inovatif,
sehingga tantangan tersebut, dapat diatasi dan diselesaikan. Jika tidak ada
tantangan, maka seorang wirausaha tidak akan kreatif dan begitu juga
sebaliknya, tidak akan ada daya kreatif wirausaha, jika tidak ada tantangan.
Semua tantangan pasti memiliki risiko, yaitu kemungkinan untuk berhasil atau
tidak berhasil. Oleh sebab itu, wirausaha adalah seseorang yang berani
menghadapi risiko dan menyukai tantangan (Hastuti et al., 2020).
Memang pada awalnya, ide kreatif dan inovatif wirausaha, bermula dari proses
imitasi (peniruan) dan duplikasi, tetapi kemudian berkembang menjadi proses
pengembangan dan pada akhirnya, berujung pada proses penciptaan sesuatu
yang baru dan berbeda (inovasi). Tahap proses penciptaan sesuatu yang baru
dan berbeda itulah, yang disebut sebagai Tahap Kewirausahaan. Tahap inovasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari pribadi maupun
lingkungan. Faktor pribadi yang memicu kewirausahaan adalah motif
berprestasi, komitmen, nilai-nilai pribadi, pendidikan dan pengalaman.
32 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Sedangkan, faktor pemicu yang berasal dari lingkungan adalah peluang,


model/peran dan aktivitas.
Menurut Carol Noore dalam Suryana (2009), proses kewirausahaan diawali
dengan adanya inovasi. Inovasi dipicu oleh faktor pribadi, lingkungan dan
sosiologi. Faktor individu yang memicu kewirausahaan adalah pencapaian locus
of control, toleransi, pengambilan risiko, nilai-nilai pribadi, pendidikan,
pengalaman, usia, komitmen dan ketidakpuasan. Faktor pemicu yang berasal
dari lingkungan ialah peluang, model peran, aktivitas, pesaing, inkubator,
sumber daya dan kebijakan pemerintah, sedangkan faktor pemicu yang berasal
dari lingkungan sosial meliputi keluarga, orang tua dan jaringan kelompok.
Sama seperti pada tahap perintisan, pertumbuhan kewirausahaan sangat
bergantung pada kemampuan pribadi, organisasi, dan lingkungan. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan kewirausahaan adalah pesaing,
pelanggan, pemasok, dan lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu
pendanaan. Faktor yang berasal dari pribadi adalah komitmen, visi,
kepemimpinan dan kemampuan manajerial, sedangkan faktor yang berasal dari
organisasi adalah kelompok, struktur, budaya dan strategi.
Model proses kewirausahaan terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1. Proses Inovasi: Beberapa faktor personal yang mendorong inovasi
adalah keinginan berprestasi, adanya sifat penasaran, keinginan
menanggung risiko, faktor pendidikan dan faktor pengalaman. Adanya
inovasi yang berasal dari diri seseorang akan mendorong mencari
pemicu ke arah memulai usaha. Sedangkan faktor-faktor environment
mendorong inovasi adalah adanya peluang, pengalaman dan
kreativitas.
2. Proses Pemicu: Faktor personal yang memicu seseorang untuk terjun
ke dunia bisnis adalah:
a Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang sekarang.
b Adanya pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak ada pekerjaan
lain.
c Dorongan karena faktor usia.
d Keberanian menanggung resiko.
e Komitmen atau minat yang tinggi terhadap bisnis.
Bab 3 Proses, Fungsi dan Peran Kewirausahaan, Ide dan Peluang Wirausaha 33

Faktor-faktor environment yang mendorong menjadi pemicu bisnis adalah:


a Adanya persaingan dalam dunia kehidupan.
b Adanya sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan.
c Kebijaksanaan pemerintah.

Faktor-faktor sociological sebagai pemicu serta pelaksanaan bisnis adalah :


a Adanya hubungan-hubungan atau relasi-relasi dengan orang lain.
b Adanya tim yang dapat diajak kerjasama dalam berusaha.
c Adanya dorongan dari orang tua untuk membuka usaha.
d Adanya bantuan famili dalam berbagai kemudahan.
e Adanya pengalaman dalam dunia bisnis sebelumnya.
3. Proses Pelaksanaan: Faktor personal yang mendorong pelaksanaan
dari sebuah bisnis adalah:
a Adanya seorang wirausaha yang sudah siap mental secara total.
b Adanya manajer pelaksana sebagai tangan kanan, pembantu
utama.
c Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis.
d Adanya visi, pandangan yang jauh ke depan guna mencapai
keberhasilan.
4. Proses Pertumbuhan: Proses pertumbuhan ini didorong oleh faktor
organisasi antara lain :
a Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha sehingga
semua rencana dan pelaksanaan operasional berjalan produktif.
b Adanya strategi yang mantap sebagai produk dari tim yang
kompak.
c Adanya struktur dan budaya organisasi yang sudah membudaya.
d Adanya produk yang dibanggakan, atau keistimewaan yang
dimiliki.

Sedangkan faktor environment yang mendorong implementasi dan


pertumbuhan bisnis adalah sebagai berikut :
a Adanya unsur persaingan yang cukup menguntungkan.
b Adanya konsumen dan pemasok barang yang kontinu.
34 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

c Adanya bantuan dari pihak investor bank yang memberikan fasilitas


keuangan.
d Adanya sumber-sumber yang tersedia, yang masih bisa dimanfaatkan.
e Adanya kebijaksanaan pemerintah yang menunjang berupa peraturan
bidang ekonomi yang menguntungkan.

Gambar 3.1: Proses Kewirausahaan (Bygrave dalam Alma, 2011)


Menurut Bygrave (1996), proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi.
Inovasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi
maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan
dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas,
keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembang
menjadi wirausaha yang besar.
Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu,
seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman.
Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi
diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi
berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi
lingkungan, organisasi dan keluarga.
Bab 3 Proses, Fungsi dan Peran Kewirausahaan, Ide dan Peluang Wirausaha 35

Faktor-faktor pemicu Proses Kewirausahaan ditentukan oleh Property right,


competency incentives, and environment. Sedangkan dalam implementasinya
perlu memperhatikan aspek-aspek melakukan wirausaha, antara lain :
1. Mencari peluang usaha baru : lama usaha dilakukan, dan jenis usaha
yang pernah dilakukan
2. Pembiayaan : pendanaan jumlah dan sumber-sumber dana
3. SDM : tenaga kerja yang dipergunakan
4. Kepemilikan : peran-peran dalam pelaksanaan usaha
5. Organisasi : pembagian kerja di antara tenaga kerja yang dimiliki
6. Kepemimpinan : kejujuran, agama, tujuan jangka panjang, proses
manajerial (POAC)
7. Pemasaran : lokasi dan tempat usaha

Tahap-tahap pertumbuhan kewirausahaan ditandai dengan ciri-ciri proses


pertumbuhan kewirausahaan meliputi :
a Tahap imitasi dan duplikasi; Pada tahap awal pertumbuhan seorang
wirausahawan cenderung melakukan imitasi yaitu meniru inovasi yang
berhasil dari para Innovative entrepreneur kemudian baru
dikembangkan dengan cara duplikasi (penggandaan). Dengan
demikian tahap ini disebut dengan Immiative entrepreneurship, di
mana produk yang dihasilkan baik berupa barang atau jasa cenderung
sama tapi dengan merek yang berbeda.
b Tahap duplikasi dan pengembangan; Pada tahap ini sering disebut
dengan Fabian entrepreneurship, sikap yang teramat hati-hati dan
skeptical tetapi segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi hal
yang nyata. Hal ini dilakukan untuk menghindari kehilangan posisi
relative pada industry yang bersangkutan. Namun dalam prakteknya,
pada tahap ini diikuti dengan inovasi-inovasi yang relatif kecil atau
sederhana sesuai permintaan pasar. Dengan demikian pada tahap
duplikasi dan pengembangan ini akan menciptakan produk (barang
atau jasa) yang sama dengan kualitas serta merek berbeda.
c Tahap menciptakan sesuatu yang baru dan beda; Pada tahap ini disebut
dengan Innovative Entrepreneurship dengan cara beresksperimentasi
36 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

secara agresif, trampil mempraktekkan disertai transpormasi yang


atraktif. Produk yang dihasilkan berupa produk baru.

3.2 Faktor Penyebab Keberhasilan dan


Kegagalan Wirausaha
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal
maupun internal. Menurut Sujuti Jahja (2007), faktor internal yang berpengaruh
adalah kemauan, kemampuan dan kelemahan. Sedangkan faktor yang berasal
dari eksternal diri adalah kesempatan atau peluang. Kedua faktor tersebut
dipengaruhi oleh nilai-nilai kepribadian wirausaha, yaitu nilai keberanian
menghadapi risiko, sikap positif dan optimis, keberanian mandiri dan
memimpin serta kemauan belajar dari pengalaman
Beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha
barunya yaitu :
1. Tidak kompeten dalam manejerial. Tidak kompeten atau tidak
memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan
faktor penyebab utama yang membuat usahanya kurang berhasil.
2. Kurang berpengalaman. Baik dalam kemampuan teknik, kemampuan
memvisualisasikan usaha, kemampuan mengorganisasikan,
keterampilan mengelola sumberdaya manusia, maupun kemampuan
mengintegrasikan operasi usaha.
3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar usaha berhasil dengan
baik faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara
aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat.
Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat
operasional usaha dan mengakibatkan usaha tidak lancar.
4. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari
suatu kegiatan, sekali gagal dalam melakukan perencanaan maka akan
mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5. Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan
faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak
Bab 3 Proses, Fungsi dan Peran Kewirausahaan, Ide dan Peluang Wirausaha 37

strategis dapat mengakibatkan usaha sukar beroperasi karena kurang


efisien.
6. Kurangnya pengawasan. Pengawasan erat hubungannya dengan
efisiensi dan efektifitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan
tidak efisien dan tidak efektif.
7. Sikap kurang sungguh-sungguh dalam melaksanakan wirausaha. Sikap
yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha
yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati,
kemungkinan gagal menjadi besar.
8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahan.
Wirausaha yang kurang siap dalam menghadapi dan melakukan
perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan
dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan
perubahan dan mampu membuat peralihan setiap saat.

Faktor penyebab lain sehingga terjadi kegagalan dalam berwirausaha yaitu :


1. Pendapatan tidak menentu. Baik dalam tahap awal maupuntahap
pertumbuhan, dalam bisnis tidak ada jaminan untuk terus memperoleh
pendapatan yang berkesinambungan. Dalam kewirausahaan, sewaktu-
waktu bisa rugi dan untung. Kondisi yag tidak menentu dapat membuat
seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.
2. Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi
usaha baru sangatlah tinggi. Menurut Wirasasmita (1998), tingkat
mortalitas/kegagalan usaha kecil di indonesia mencapai 78%.
Kegagalan investasi mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan
wirausaha. Bagi seorang wirausaha, kegagalan sebaiknya dipandang
sebagai pelajaran berharga.
3. Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya bekerja
sendiri mulai dari pembelian, pengolahan, penjualan dan pembukuan.
Waktu yang lama dan keharusan bekerja keras dalam berwirausaha
mengakibatkan orang yang ingin menjadi wirausaha menjadi mundur.
Ia kurang terbiasa dalam menghadapi tantangan. Wirausaha yang
38 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

berhasil pada umumnya menjadikan tantangan sebagai peluang yang


harus dihadapi dan ditekuni.
4. Kualitas kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya mantap.
Kualitas yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan
mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha,
misalnya pedagang yang kualitas kehidupannya tidak meningkat,
maka akan mundur dari usaha dagangnya dan masuk keusaha lain.

Keberhasilan berwirausaha sangat tergantung pada beberapa faktor yaitu


Kemauan, Kemampuan, Peluang dan Kesempatan. Sedangkan faktor penyebab
keberhasilan dipengaruhi oleh perilaku para wirausahawan. Ada beberapa
kategori perilaku, antara lain.
1. Innovating Entrepreneurship; Bereksperimentasi secara agresif,
trampil mempraktekkan, transformasi atraktif
2. Imitative Entrepreneurship; Meniru inovasi yang berhasil dari para
Innovating Entrepreneur.
3. Fabian Entrepreneurship; Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap
skeptikal tetapi yang segera melaksanakan peniruan-peniruan menjadi
jelas sekali, apabila mereka tidak melakukan hal tersebut, mereka akan
kehilangan posisi relatif pada industri yang bersangkutan.
4. Drone Entrepreneurship; Drone = malas. Penolakan untuk
memanfaatkan peluang-peluang untuk melaksanakan perubahan-
perubahan dalam rumus produksi sekalipun hal tersebut akan
mengakibatkan mereka merugi diandingkan dengan produsen lain.
5. Parasitic Entrepreneurship, dalam konteks ilmu ekonomi disebut
sebagai Rent-seekers (pemburu rente).

3.3 Fungsi dan Peran Kewirausahaan


Fungsi dan peran wirausaha, dapat dilihat melalui dua pendekatan, yaitu : secara
mikro dan secara makro.
Bab 3 Proses, Fungsi dan Peran Kewirausahaan, Ide dan Peluang Wirausaha 39

Secara Mikro
Secara mikro, wirausaha memiliki dua peran, yaitu sebagai penemu (innovator)
dan perencana (planner). Sebagai penemu, wirausaha menemukan dan
menciptakan sesuatu yang baru, seperti produk, teknologi, cara, ide, organisasi
dan lain sebagainya. Sebagai perencana, wirausaha berperan merancang
tindakan dan usaha baru, merencanakan strategi usaha yang baru, merencanakan
ide-ide dan peluang dalam meraih sukses, menciptakan organisasi perusahaan
yang baru dan lain sebagainya.
Secara Makro
Secara makro wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali, dan pemacu
perekonomian suatu bangsa. Di amerika serikat, eropa barat, dan negara-negara
di Asia, kewirausahaan menjadi kekuat-an ekonomi negara tertentu, sehingga
negara-negara itu menjadi kekuatan ekonomi dunia yang kaya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Hasil-hasil dari
penemuan ilmiah, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi rekayasa telah menghasilkan kreasi-kreasi baru dalam produk barang
dan jasa-jasa yang berskala global, yang merupakan hasil dari proses dinamis
wirausaha yang dinamis. Bahkan para wirausahalah yang berhasil menciptakan
lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Peranan wirausaha melalui usaha kecilnya tidak diragukan lagi, karena:
a Usaha kecil dapat memperkokoh pereko-nomian nasional melalui
berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi produksi,
fungsi penyalur, dan pemasar bagi hasil produk-produk industri besar.
b Usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam
menyerap sumber daya yang ada, dapat menyerap tenaga kerja lokal,
sumber daya lokal, dan meningkatkan sumber daya manusia menjadi
wirausaha-wirausaha yang tangguh.
c Usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian pendapatan
nasional, alat pemerataan berusaha, dan pemerataan pendapatan,
karena jumlahnya tersebar baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Konsep berikutnya yang harus kita pertegas adalah “fungsi kewirausahaan”.


Fungsi kewirausahaan adalah kegiatan yang harus dilaksanakan oleh seorang
wirausaha dalam merealisasikan tugas-tugas pokoknya. Menurut pusat latihan
40 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

koperasi dan pengusaha kecil (Puslatkop dan PK) yang diedit oleh Salim Siagian
dan Asfahani (1955) fungsi yang paling pokok dari kewirausahaan ada 2, yaitu
1. Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil risiko tentang
tujuan dan sasaran perusahaan serta pasar yang akan dilayani.
2. Mencari dan menciptakan terobosan-terobosan baru, terobosan baru
dalam mendapatkan masukan atau input, serta mengolahnya menjadi
barang dan jasa yang menarik dan memasarkan barang dan jasa
tersebut untuk memuaskan langganan dan sekaligus memperoleh
keuntungan.

Masih menurut Puslatkop dan PK, dalam melaksanakan peran dan fungsinya,
lazimnya wirausaha yang baik, dianggap dan diakui sebagai pionir-pionir
pengembangan usaha yang menciptakan lapangan kerja, menghasilkan barang
dan jasa yang lebih baik, yang lebih bermanfaat serta melakukan pengembangan
dan akumulasi sumber daya modal, sumber daya manusia, dan sarana teknologi.
Jadi, wirausaha yang baik adalah mereka yang berperan dan berfungsi untuk
meningkatkan dan sekaligus memperkuat bangsa dan negara. Dengan
mencermati pengertian peran dan fungsi kewirausahaan di atas dapat
disimpulkan bahwa antara peran dan fungsi kewirausahaan terdapat hubungan
pengertian yang tidak dapat dipisahkan. Di mana istilah fungsi merujuk pada
jenis kegiatan atau tugas yang dilaksanakan, sedangkan istilah peran merujuk
kepada aktor atau pelaku yang mengemban tugas tersebut. Bertolak dari dasar
pemikiran, seperti di atas maka pembahasan kita tentang peran dan fungsi
kewirausahaan ini, akan kami bahas secara bersamaan.
Dan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli terdapat sejumlah
peran dan fungsi kewirausahaan di antaranya peran selaku inovator yang
kegiatannya mencari dan melakukan tugas-tugas pembaruan, peran selaku
perencana yang kegiatannya meliputi penyusunan sebuah rencana sebagai
pedoman untuk pengoperasian usaha; peran selaku penanggung risiko yang
kegiatannya, meliputi berkenaan dengan usahanya; peran selaku pemimpin
yang kegiatannya melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan; peran selaku
pengambil keputusan yang harus melaksanakan tugas-tugas pengambilan
keputusan baik keputusan yang sifatnya rutin, adaptif maupun keputusan yang
sifatnya inovatif; dan peran selaku penghubung di mana seorang wirausaha
harus bisa menumbuhkan suasana hubungan yang harmonis baik di dalam
perusahaan maupun dengan pihak lain di luar perusahaan.
Bab 3 Proses, Fungsi dan Peran Kewirausahaan, Ide dan Peluang Wirausaha 41

Selanjutnya, marilah kita memfokuskan perhatian untuk membahas peran dan


fungsi wirausaha tersebut satu demi satu.
1. Peran dan Fungsi selaku Inovator

Peter F. Drucker (1985) mengungkapkan bahwa peran pokok dari seorang


wirausaha adalah melakukan inovasi. Menurutnya inovasi adalah alat spesifik
wirausaha. Suatu alat untuk memanfaatkan perubahan sebagai peluang bagi
bisnis yang berbeda atau jasa yang berbeda. Dalam menjalankan perannya
sebagai inovator, wirausaha secara sengaja mencari sumber inovasi, mencermati
perubahan, dan gejala yang menunjukkan adanya peluang untuk inovasi yang
berhasil, dan mereka berusaha mengetahui serta menerapkan prinsip inovasi
yang dijadikan sebagai inti pokok disiplin.
a Menganalisis peluang. Dalam melakukan inovasi yang bertujuan dan
sistematis, seorang wirausaha memulainya dengan menganalisis
peluang.
b Konseptual dan perseptual. Karena inovasi bersifat konseptual dan
perceptual maka seorang wirausaha

2. Peran dan Fungsi Selaku Penanggung Risiko

Meredeith (1996) mengungkapkan bahwa “para wirausaha merupakan


pengambil risiko yang sudah diperhitungkan. Mereka bergairah menghadapi
tantangan. Wirausaha menghindari situasi berisiko rendah karena tidak ada
tantangannya dan menjauhi situasi risiko tinggi karena mereka ingin berhasil.
Para wirausaha berperan sebagai pengambil risiko yang realistik, yaitu suatu
situasi yang berisiko dan menantang, tetapi dapat dicapai. Mereka mendapatkan
kepuasan besar dalam melaksanakan tugas-tugas yang sukar dengan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Dalam peran selaku
penanggung risiko juga mengandung pengertian bahwa seorang wirausaha
waktu mengambil keputusan, harus siap menanggung risiko jika dampak dari
keputusan yang diambilnya itu tidak sesuai dengan harapan. Para wirausaha,
yang berada pada manajemen tingkat puncak dalam struktur organisasi, mereka
bersedia menerima perubahan, mencoba berbagai alternatif dan
mengembangkan inovasi, mengembangkan produk yang sudah ada,
menciptakan produk-produk baru, mengembangkan teknik-teknik produksi
yang inovatif dalam mengejar keuntungan usaha. Para wirausaha yang berani
42 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

mengambil risiko dan inovatif ini biasanya menjadi tokoh dalam bisnis. Mereka
mempunyai gagasan-gagasan dan berupaya mengombinasikan sumber-sumber
ekonomi yang ada untuk merealisasikan gagasan mereka.
3. Peran dan Fungsi Selaku Pemimpin

Salah satu peran penting dari seorang wirausaha adalah berperan selaku
pimpinan. Menurut Robert L. Swidggett (dalam Kouzes dan Posner 1987),
wirausahawan yang sukses membawa Kollorgen Corporation di Amerika, salah
satu tugas utama wiraswasta dalam perannya sebagai pemimpin adalah to
create a vision. Selaku pemimpin dia akan mengerahkan seluruh sumber daya
yang ada termasuk orang-orang yang bekerja untuk organisasinya ke arah
tertentu. Dalam situasi persaingan yang semakin tajam dan adanya gelombang
perubahan yang semakin unpredictable keharusan memiliki suatu visi yang
jelas merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Melihat kecenderungan
sekarang, keharusan memiliki visi dan misi ini tidak hanya dirasakan oleh
lembaga-lembaga bisnis yang profitoriented, tetapi juga dirasakan oleh
organisasi-organisasi pemerintah, rumah sakit, yayasan dan lembaga pelayanan
sosial lainnya serta lembaga pendidikan. Sebuah visi adalah suatu gambaran
mental tentang keadaan dan kemungkinan masa depan yang diharapkan dari
suatu organisasi.
Selaku pemimpin, seorang wirausaha juga memiliki peran sebagai berikut.
a Menjelaskan hasil apa yang dituntut.
b Memastikan bahwa setiap orang memahami perannya.
c Memahami bagaimana kesesuaian setiap tugas tertentu dalam
organisasi dan tujuan-tujuannya.
d Merencanakan bagaimana tugas itu harus dilaksanakan.
e Menentukan sumber daya yang dibutuhkan.
f Mengalokasikan setiap sumber daya yang sesuai.
g Memastikan bahwa proses dan struktur organisasi sesuai dengan tugas
tersebut
h Memantau kemajuan pelaksanaan tugas.
i Menilai hasil dan meninjau kembali proses secara keseluruhan.
Bab 3 Proses, Fungsi dan Peran Kewirausahaan, Ide dan Peluang Wirausaha 43

4. Peran dan Fungsi Selaku Pengambil Keputusan

Setiap wirausahawan harus melakukan peran sebagai pengambil keputusan


dalam situasi pekerjaan yang bagaimanapun. Dan dari sinilah masa depan usaha
dan organisasi akan ditentukan. Meredith (1996) mengungkapkan bahwa
seorang wirausaha harus kreatif, terutama dalam mengambil keputusan. Dia
juga menyarankan agar setiap wirausaha harus punya kepercayaan diri yang
teguh dan yakin dalam membuat keputusan-keputusan yang tepat. Menurut
Meredith peran dan kemampuan membuat keputusan inilah yang membedakan
seorang wirausaha dari yang lain. Hellriegel dan Slocum (1992) menyatakan
bahwa peran mengambil keputusan merupakan peran yang selalu dibutuhkan
pada setiap fungsi manajemen, yaitu ketika seseorang sedang merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan. Agar keempat aspek
tersebut bisa berjalan maka diperlukan proses pengambilan keputusan secara
menyeluruh.
Perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi akan dialami
dalam perjalanan sebuah organisasi. Hal ini kerap kali menimbulkan masalah
yang sangat serius dan membutuhkan penanganan yang segera. Seorang
wirausaha harus cepat tanggap dan memahami masalah yang dihadapi secara
utuh. Kemudian, dia harus menganalisis dan mengevaluasi alternatif solusi yang
akan diambil, dan pada akhirnya membuat suatu keputusan. Dalam melakukan
perannya sebagai pengambil keputusan Meredith (1966) menyarankan agar para
wirausaha sepatutnya menggunakan pengalaman masa lampau sebagai
pedoman untuk mengambil keputusan, namun harus diingat bahwa tidak ada
dua situasi pengambilan keputusan yang benar-benar sama. Meskipun
persoalannya mungkin sama, tetapi situasi dan lingkungannya berbeda.
Menurut Boulton (1987) terdapat tiga jenis keputusan yang harus diambil oleh
seorang wirausaha, yaitu keputusan yang sifatnya rutin, keputusan adaptif, dan
keputusan inovatif.
a Keputusan yang sifatnya rutin (routine decision), yaitu jenis keputusan
yang diambil berdasarkan atas alternatif-alternatif solusi yang sudah
dipersiapkan sebagai respons terhadap permasalahan yang secara
relatif sudah diketahui dengan baik. Pada jenis keputusan ini, alternatif
keputusan dari setiap masalah yang muncul sudah dipersiapkan.
b Keputusan yang adaptif (adaptive decision), yaitu jenis keputusan
yang diambil sebagai respons terhadap masalah yang jarang terjadi
44 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

sehingga hanya sebagian saja dari masalah dan alternatif


pemecahannya yang diketahui.
c Keputusan yang inovatif (innovative decision), yaitu keputusan yang
diambil berdasarkan pada penemuan baru dan diagnosis terhadap
masalah-masalah baru yang tidak pernah dialami sebelumnya. Adanya
penemuan dan masalah baru tersebut telah mengundang kreativitas
pengambil keputusan untuk mengambil alternatif solusi yang unit dan
inovatif.

5. Peran dan Fungsi Selaku Penghubung

Salah satu aspek lainnya yang harus dimainkan oleh seorang wirausaha adalah
melaksanakan peran sebagai penghubung. Peran penghubung ini bisa berupa
melakukan hubungan dengan orang-orang yang di perusahaan/organisasi
tempat ia bekerja maupun dengan orang atau pihak lain yang berada di luar
organisasi. Kita mengetahui bahwa cukup banyak badan-badan pemerintah
yang mengatur, mengawasi, dan menawarkan bantuan untuk pengusaha
nasional terlebih-lebih bagi pengusaha kecil. Dengan kepiawaian seorang
wirausaha maka keberadaan badan-badan tersebut dapat didayagunakan untuk
membantu dan memaksimumkan keuntungan bisnis. Sebagai contoh, selama
Pemerintahan Orde Baru, tumbuh dan berkembangnya perusahaan-perusahaan
nasional keturunan Cina di Indonesia adalah tidak lepas dari kemampuan
mereka dalam melakukan peran hubungan dengan pihak luar terutama badan-
badan pemerintah dan pemegang kendali kekuasaan. Misalnya, Liem Sioe
Liong (Sudono Salim), yang berjaya sebagai penanam saham terbesar pada
berikut ini.
a PT. Waringin yang bergerak di sektor perdagangan;
b PT. Unicor Prima, PT. Indo Mobil Utama yang bergerak di sektor
otomotif;
c PT. Bogasari, yang bergerak di bidang pangan (tepung),
d PT. Indocement, bergerak di bidang penyediaan bahan bangunan
(semen);
e PT. Mega, pada bidang ekspor dan impor cengkih;
f Bank Central Asia, di bidang perbankan.
Bab 3 Proses, Fungsi dan Peran Kewirausahaan, Ide dan Peluang Wirausaha 45

Terlepas dari pergunjingan sebagian pihak tentang praktik-praktik bisnis yang


dijalankannya, tetapi saudara Sudono Salim telah membuktikan semangat
kewirausahaannya dalam mengelola kerajaan bisnis di tanah air. Di samping itu
seorang wirausaha juga harus mampu menjalin hubungan baik dengan
pelanggan. Pelanggan adalah segala-galanya. Oleh sebab itu, pelanggan harus
ditempatkan di atas semua kepentingan. Zikmund dan D’amico (1989).
Mengatakan bahwa The consumer or customer should be seen as the fulcrum
(konsumen atau pelanggan harus dilihat sebagai titik tumpu). Maksudnya
bahwa setiap upaya yang kita lakukan dari mulai perencanaan produk atau jasa
yang akan kita sediakan, organisasi yang kita bangun, strategi pemasaran yang
kita tempuh, semuanya harus diorientasikan pada kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai penghubung,
seorang wirausaha juga harus pintar dalam menjalin hubungan baik dengan para
pemasok (suppliers), para wirausaha lain, para profesional, seperti bankir,
konsultan manajemen, agen asuransi, pengacara, dan pihak lain yang dapat
meningkatkan kemajuan usaha yang dikelola.

3.4 Ide dan Peluang Wirausaha


Fokus utama dalam mengembangkan kewirausahaan harusnya ditekankan pada
penciptaan nilai tambah untuk meraih keunggulan daya saing (competitive
advantage) melalui pengembangan kemampuan khusus (kewirausahaan)
sehingga perusahaan kecil tidak lagi mengendalikan strategi kekuatan pasar
melalui monopoli dan fasilitas pemerintah. Seorang wirausahawan dapat
menambahkan nilai suatu barang dan jasa melalui inovasi. Keberhasilan
wirausahawan dicapai apabila wirausahawan menggunakan produk, proses, dan
jasa-jasa inovasi sebagai alat untuk menggali perubahan. Oleh sebab itu, inovasi
merupakan instrument penting untuk memberdayakan sumber-sumber yang ada
agar menghasilkan suatu yang baru dan menciptakan nilai. Wirausahawan dapat
menciptakan nilai dengan cara mengubah semua tantangan menjadi peluang
melalui ide-idenya dan pada akhirnya menjadi pengendali usaha (busines
driven) dan pengendali pasar (market driven).
Inti dari proses kewirausahaan adalah mengidentifikasi peluang, karena
kekuatan yang mendorong kesuksesan perusahaan start-up terdiri dari tiga
macam, yaitu: peluang, tim, dan sumber daya. Proses kewirausahaan diawali
bukan dari ketersediaan uang, strategi, network, tim ataupun rencana bisnis,
46 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

melainkan dari adanya peluang. Peluang yang berpotensi tinggi terkadang


memiliki kekuatan yang jauh lebih besar daripada ketersediaan sumber daya
atau tim pada saat itu.
Kreativitas sering kali muncul dalam bentuk ide-ide untuk menghasilkan
barang-barang dan jasa-jasa baru. Ide dapat digerakkan secara internal melalui
perubahan cara-cara/metode yang lebih baik untuk melayani dan memuaskan
pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya (produk dan jasa baru). Banyak
wirausahawan yang berhasil bukan berdasarkan ide sendiri tetapi berdasarkan
hasil pengamatan dan penerapan ide-ide lain. Agar ide-ide yang potensial
menjadi peluang bisnis riil, maka wirausahawan harus mencari dan
mengindentifikasi sumber-sumber potensial peluang bisnis tersebut. kegiatan
mengindentifikasi merupakan upaya awal dari wirausahawan untuk dapat
masuk ke pasar. Dengan kegiatan indentifikasi ini, wirausahawan akan dapat
mengetahui tingkat persaingan, strategi industri, tujuan pesaing, menilai
kekuatan dan kelemahan pesaing, dan mengestimasi pola persaingan.
Ketangguhan kewirausahaan sebagai penggerak perekonomian, terletak pada
kreasi baru untuk menciptakan nilai secara terus-menerus. Wirausaha dapat
menciptakan nilai, dengan cara mengubah semua tantangan menjadi peluang,
melalui ide-ide dan akhirnya dapat menjadi pengendali usaha. Semua tantangan
dapat menjadi peluang, apabila terdapat inovasi, misalnya ketika menciptakan
permintaan melalui penemuan baru. Dengan penemuan baru, para pengusaha,
dapat mengendalikan pasar dan akhirnya dapat membawa konsumen kepada
produsen. Dengan demikian, produsen tidak lagi bergantung pada konsumen,
seperti falsafah pemasaran yang bersifat konvensional.
Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal dari wirausaha, dapat menciptakan
peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di pasar. Ide-ide itu menciptakan nilai
potensial di pasar, sekaligus dapat menjadi peluang usaha. Dalam mengevaluasi
ide, maka wirausaha perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi semua risiko
yang mungkin terjadi, dengan cara :
1. Mengurangi kemungkinan risiko, melalui melalui strategi yang
proaktif.
2. Menyebarkan risiko pada aspek yang paling mungkin.
3. Mengelola risiko yang mendatangkan nilai atau manfaat.
Bab 3 Proses, Fungsi dan Peran Kewirausahaan, Ide dan Peluang Wirausaha 47

Ada tiga risiko yang dapat dievaluasi, yaitu :


1. Risiko pasar atau persaingan: Risiko ini terjadi, akibat adanya
ketidakpastian pasar. Pada hakikatnya, ketidakpastian pasar terjadi,
akibat dari berbagai faktor, seperti : lingkungan ekonomi, teknologi,
demografi dan sosial politik.
2. Risiko finansial: Risiko ini terjadi, akibat rendahnya hasil penjualan
dan tingginya biaya.
3. Risiko teknik: Risiko ini terjadi, akibat adanya kegagalan teknik.

Menurut Zimmerer (1996), kreativitas seringkali muncul dalam bentuk ide,


untuk menghasilkan barang dan jasa baru. Ide bukanlah peluang dan tidak akan
muncul, apabila wirausaha tidak mengadakan evaluasi dan pengamatan secara
terus-menerus. Banyak ide yang betul-betul asli, akan tetapi sebagian besar
peluang tercipta ide adalah ketika wirausaha memiliki cara pandang baru
terhadap ide yang lama. Pertanyaannya, bagaimana ide tersebut dapat menjadi
peluang? Terdapat beberapa jawaban atas pertanyaan ini, di antaranya:
1. Ide dapat digerakkan secara internal, melalui perubahan cara-
cara/metode yang lebih baik, untuk melayani dan memuaskan
pelanggan, dalam memenuhi kebutuhannya.
2. Ide dapat dihasilkan, dalam bentuk produk dan jasa baru.
3. Ide dapat dihasilkan, dalam bentuk modifikasi pekerjaan yang
dilakukan atau dari cara melakukan suatu pekerjaan.

Hasil dari ide-ide tersebut, secara keseluruhan adalah perubahan dalam bentuk
arahan atau petunjuk bagi perusahaan atau kreasi baru, tentang barang yang
dihasilkan perusahaan. Banyak wirausaha yang berhasil bukan atas ide sendiri,
tetapi dari hasil pengamatan dan penerapan ide-ide dari orang lain, sehingga
dapat dijadikan peluang.

3.4.1 Sumber Peluang Potensial


Agar ide-ide potensial, dapat menjadi peluang bisnis yang riil, maka wirausaha,
harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus.
Proses penjaringan ide disebut proses screening, yang merupakan suatu cara
terbaik, untuk menuangkan ide potensial menjadi produk dan jasa riil. Adapun
48 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

langkah dalam penjaringan ide, dapat dilakukan sebagaimana dijelaskan


berikut.
1. Menciptakan produk baru dan berbeda

Ketika ide dimunculkan secara riil atau nyata, misalnya daiam bentuk barang
dan jasa baru, maka produk dan jasa tersebut, harus berbeda dengan produk dan
jasa yang ada di pasar. Selain itu, produk dan jasa tersebut, harus menciptakan
suatu nilai bagi pembeli atau penggunanya. Agar berguna, maka barang dan
jasa, harus bernilai bagi konsumen, baik bagi pelanggan maupun bagi konsumen
potensial lainnya. Oleh karena itu, wirausaha harus benar-benar mengetahui
perilaku konsumen di pasar. Daiam mengamati perilaku pasar, paling sedikit
ada dua unsur pasar, yang perlu diperhatikan yaitu : a) permintaan terhadap
barang/jasa yang dihasilkan, b) waktu penyerahan dan waktu permintaan
barang/jasa.
Dengan demikian, jelaslah bahwa wirausaha yang sukses, perlu menciptakan
produk dan jasa yang unggul, sehingga dapat memberikan nilai kepada
konsumen. Misalnya, apakah produk-produk barang dan jasa tersebut, dapat
meningkatkan efisiensi bagi pemakainya? Berapa besarnya? Apakah perbaikan
dalam efisiensi dapat diketahui juga oleh pembeli potensial? Berapa persen
target yang ingin dicapai dari segmentasi pasar tersebut? Pertanyaan-pertanyaan
tersebut, penting dalam menciptakan peluang.
Secara implisit, apabila wirausaha baru berfokus pada segmen pasar, maka
secara spesifik, peluang tersebut akan sangat tergantung pada perilaku segmen
pasar. Kemampuan untuk memperoleh peluang, sangat bergantung pada
kemampuan wirausaha untuk menganalisis pasar, yang meliputi aspek :
• Kemampuan menganalisis demografi pasar.
• Kemampuan menganalisis sifat, serta tingkah laku pesaing.
• Kemampuan menganalisis keunggulan bersaing dan kevakuman
pesaing, sehingga dapat dijadikan sebagai peluang.

2. Mengamati pintu peluang

Wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki pesaing, misalnya


kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru, pengalaman keberhasilan
dalam mengembangkan produk baru, dukungan keuangan dan keunggulan-
Bab 3 Proses, Fungsi dan Peran Kewirausahaan, Ide dan Peluang Wirausaha 49

keunggulan yang dimiliki pesaing di pasar. Kemampuan pesaing untuk


mempertahankan posisi pasar, dapat dievaluasi dengan mengamati kelemahan-
kelemahan dan risiko pesaing, dalam menanamkan modal barunya.
Untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh pesaing, serta
untuk mengetahui peluang yang dapat kita peroleh, maka ada beberapa
pertanyaan penting, yaitu :
1. Pertanyaan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pesaing,
dalam mengembangkan produk, meliputi :
a Bagaimana kemampuan teknik yang dimiliki pesaing, dalam
mengembangkan produk, jika dibandingkan dengan kemampuan
teknik yang kita miliki?
b Bagaimana catatan prestasi pesaing, untuk mencapai sukses,
dalam mengembangkan produknya?
2. Pertanyaan untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan pesaing,
tentang kapabilitas dan sumber-sumber yang dimiliki, yang meliputi :
a Sejauh mana kemampuan dan kesediaan pesaing, untuk
melakukan investasi dalam mengembangkan produk baru dan
produk awal?
b Keunggulan pasar apa yang dimiliki oleh pesaing?
3. Pertanyaan untuk menentukan, apakah pintu peluang ada atau tidak,
yang meliputi :
a Sejauh mana kecepatan perusahaan, membawa produk ke pasar,
sehingga dapat mendahului pesaing?
b Apakah kapabilitas dan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan,
cukup untuk membawa produk ke pasar, yang sedang dikuasai
oleh pesaing?
c Apakah perusahaan memiliki kekuatan yang cukup, untuk
menguasai serangan pesaing?

Menurut Zimmerer (1996), ada beberapa keadaan yang dapat dijadikan sebagai
peluang, yaitu :
a Produk baru, harus segera dipasarkan dalam jangka waktu yang relatif
singkat.
50 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

b Kerugian teknik harus rendah. Oleh karena itu, penggunaan teknik


harus dipertimbangkan sebelumnya.
c Saat dimana pesaing tidak begitu agresif untuk mengembangkan
strategi produknya.
d Pesaing tidak memiliki teknologi canggih.
e Pesaing sejak awal tidak memiliki strategi, dalam mempertahankan
posisi pasarnya.
f Perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber, untuk
menghasilkan produk barunya.

4. Analisis produk dan proses produksi secara mendalam. Analisis ini


sangat penting, untuk menjamin apakah jumlah dan kualitas produk
yang dihasilkan memadai atau tidak. Berapa biaya yang dikeluarkan
untuk membuat produk tersebut? Apakah biaya yang kita keluarkan
lebih efisien, dari biaya yang dikeluarkan oleh pesaing?
5. Menaksir biaya awal, yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha
baru. Dari mana sumbernya dan untuk apa digunakan? Berapa yang
diperlukan untuk operasi, perluasan dan biaya lainnya?
6. Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi, misalnya risiko teknik,
finansial dan pesaing. Risiko pesaing adalah kemampuan dan
kesediaan pesaing, untuk mempertahankan posisinya di pasar.
Risiko pesaing meliputi pertanyaan :
a Kemungkinan kesamaan dan keunggulan produk apa yang
dikembangkan pesaing?
b Tingkat keberhasilan apa yang telah dicapai oleh pesaing dalam
mengembangkan produknya?
c Seberapa jauh dukungan keuangan pesaing bagi pengembangan
produk baru dan produk yang diperkenalkannya?
d Apakah perusahaan baru cukup kuat, untuk mengatasi serangan-
serangan pesaing?

Risiko teknik, berhubungan dengan proses pengembangan produk, yang sesuai


dengan yang diharapkan atau menyangkut suatu objek penentu, apakah ide
secara aktual dapat ditransformasi menjadi produk yang siap dipasarkan dengan
Bab 3 Proses, Fungsi dan Peran Kewirausahaan, Ide dan Peluang Wirausaha 51

kapabilitas dan karakteristiknya atau tidak. Risiko finansial adalah risiko yang
timbul sebagai akibat ketidak cukupan finansial, baik dalam tahap
pengembangan produk baru maupun dalam menciptakan dan mempertahankan
perusahaan, untuk mendukung biaya produk baru. Analisis kelemahan
(strength), kekuatan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threats),
sangat penting dalam menciptakan keberhasilan, bagi perusahaan yang baru
didirikan.

3.4.2 Analisis SWOT Usaha


Analisis SWOT (Strength=S, Weakness=W, Opportunities=O, dan Threats=T)
telah menjadi salah satu alat analisis yang berguna dalam dunia usaha. Sebelum
bisnis baru dimulai sebaiknya terlebih dahulu dilakukan analisis SWOT
(Strength, Weakness, Opportunities, dan Threats). Analisis SWOT dapat
membantu untuk mengidentifikasi cara untuk meminimalkan pengaruh
kelemahan sambil memaksimalkan kekuatan dalam bisnis. Analisis SWOT
biasanya digunakan oleh wirausaha untuk lebih mengetahui serta dapat
mengukur kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya dibandingkan
pesaingnya. Analisis SWOT merupakan metode dasar yang banyak dipakai
perusahaan untuk menganalisis permasalahan dari kekuatan, kelemahan,
kesempatan, dan ancaman dari lingkungan. Analisis SWOT dilakukan dengan
melakukan survei internal tentang kekuatan dan kelemahan, serta survei
eksternal untuk ancaman dan peluang (kesempatan). Analisis SWOT bersifat
deskriptif dan terkadang akan sangat subyektif.
Analisis SWOT adalah suatu metoda penyusunan strategi perusahaan atau
organisasi yang bersifat satu unit bisnis tunggal. SWOT itu sendiri merupakan
singkatan dari strength (S), Weakness (W), Opportunities (O), dan Threats (T)
yang artinya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau kendala, dimana
yang secara sistematis dapat membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor
luar (O dan T) dan faktor di dalam perusahaan (S dan W).
Analisis SWOT adalah suatu bentuk analisis di dalam manajemen perusahaan
yang secara sistematis dapat membantu dalam usaha penyusunan suatu rencana
untuk mencapai tujuan, baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangkan
panjang. Menurut Rangkuti (1998) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini
didasarkan pada hubungan atau interaksi antara unsur-unsur internal, yaitu
kekuatan dan kelemahan, terhadap unsurunsur eksternal yaitu peluang dan
ancaman.
52 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Tahap awal proses penetapan strategi adalah menaksir kekuatan, kelemahan,


kesempatan, dan ancaman yang dimiliki organisasi. Analisis SWOT
memungkinkan organisasi memformulasikan dan mengimplementasikan
strategi utama sebagai tahap lanjut pelaksanaan dan tujuan organiasasi, dalam
analisis SWOT informasi dikumpulkan dan dianalisa. Hasil analisa dapat
menyebabkan dilakukan perubahan pada misi, tujuan, kebijaksanaan, atau
strategi yang sedang berjalan.
Dalam penyusunan suatu rencana yang baik, perlu diketahui sumber daya dan
dana yang dimiliki pada saat akan memulai usaha, mengetahui segala unsur
kekuatan yang dimiliki, maupun segala kelemahan yang ada. Data yang
terkumpul mengenai faktor-faktor internal tersebut merupakan potensi di dalam
melaksanakan usaha yang direncanakan. Dilain pihak perlu diperhatikan faktor-
faktor eksternal yang akan dihadapi yaitu peluang-peluang atau kesempatan
yang ada atau yang diperhatikan akan timbul dan ancaman atau hambatan yang
diperkirakan akan muncul dan mempengaruhi usaha yang dilakaukan.
Empat komponen analisis SWOT, yaitu:
1. Strenght (Kekuatan)

Strenght (S) yaitu analisis kekuatan dimana situasi ataupun kondisi yang
merupakan kekuatan atau kelebihan dari suatu perusahaan pada saat ini. Dalam
analisis ini yang perlu di lakukan adalah setiap perusahaan perlu menilai
kekuatan-kekuatan di bandingkan dengan para pesaingnya. Perusahaan dengan
mengetahui kekuatannya maka akan memaksimalkan kekuatannya sehingga
bisa mengalahkan pesaingnya. Kekuatan itu bisa berupa sumber daya, kualitas
produk, dan sebagainya yang dapat dikembangkan lagi. Misalnya jika kekuatan
perusahaan tersebut unggul di dalam teknologinya, maka keunggulan itu dapat
dimanfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat
teknologi dan juga kualitas yang lebih maju. Langkah menganalisis kekuatan
pada dasarnya bertujuan untuk mendefinisikan keunggulan kompetitif bisnis
yang dijalankan. Beberapa pertanyaan untuk dijawab untuk menganalisis
kekuatan meliputi: a. Apakah bisnis Anda berjalan dengan baik? b. Apakah
bisnis Anda dikenal di pasar? c. Apa akses sumber daya yang Anda miliki
(manusia, keuangan, kekayaan intelektual)?
2. Weaknesses (Kelemahan)

Weaknesses (W) yaitu analisis kelemahan merupakan situasi ataupun kondisi


yang merupakan kelemahan dari suatu perusahaan pada saat ini yang menjadi
Bab 3 Proses, Fungsi dan Peran Kewirausahaan, Ide dan Peluang Wirausaha 53

kendala yang serius dalam kemajuan suatu perusahaan atau organisasi.


Kelemahan perusahaan dapat berupa tidak memiliki sumber daya yang
kompeten, kurangnya modal dan lainlain. Perusahaan perlu mengevaluasi
kelemahannya sehingga dapat dengan cepat menemukan penyelesaiannya.
Sedangkan tujuan menganalisis kelemahan adalah untuk mencari titik-titik di
mana perusahaan perlu melakukan peningkatan. Beberapa hal yang harus digali
dalam analisis kelemahan adalah: a. Apa yang tidak berjalan dengan baik pada
bisnis Anda? b. Apa yang tidak disukai pelanggan dari produk atau jasa Anda?
c. Di mana titik-titik tekanan dalam bisnis Anda? d. Apa yang lebih baik dari
pesaing Anda?
3. Opportunity (Peluang)

Opportunity (O) merupakan analisis peluang dimana kondisi yang merupakan


peluang diluar suatu perusahaan dan memberikan peluang berkembang bagi
organisasi dimasa depan. Cara ini adalah untuk mencari peluang ataupun
terobosan yang memungkinkan suatu perusahaan bisa berkembang di masa
yang akan datang. Peluang dapat berupa pinjaman modal, tawaran kerja sama
dan sebagainya. Sedangkan langkah analisis peluang bertujuan untuk
menetapkan daerah di mana perusahaan bisa mengembangkan bisnis di masa
depan. Beberapa pertanyaan untuk dijawab dalam analisis peluang meliputi: a.
Tren bisnis seperti apa yang mampu menjadi peluang bagi Anda (teknologi,
perubahan demografi atau sosial, perubahan aturan)? b. Produk baru apa yang
dibutuhkan pelanggan Anda? c. Apa yang akan melengkapi penawaran produk
Anda saat ini? d. Wilayah mana yang bisa Anda targetkan?
4. Threats (Ancaman)

Threats (T) merupakan analisis ancaman, yaitu cara menganalisis ancaman yang
harus dihadapi oleh suatu perusahaan untuk menghadapi berbagai macam faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan pada suatu perusahaan yang
menyebabkan kemunduran. Jika tidak segera diatasi, ancaman tersebut akan
menjadi penghalang bagi suatu usaha yang bersangkutan baik di masa sekarang
maupun masa yang akan datang. Pada analisis ancaman harus mengkaji faktor
eksternal dan internal yang dapat menciptakan masalah bagi bisnis. Beberapa
pertanyaan untuk dijawab dalam analisis ancaman yaitu: a. Apakah Anda
kekurangan sumber daya untuk mengembangkan bisnis? b. Apakah pesaing
mengancam bisnis Anda? c. Apakah tren industri seperti perubahan teknologi
54 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

atau perubahan aturan merupakan ancaman bagi bisnis Anda? d. Apakah bisnis
Anda rentan terhadap perubahan ekonomi lainnya?
Bab 4
Perintis Usaha Baru dan
Membantu Pengembangan Para
Pelaku UKM dan Pengusaha
Pemula

4.1 Pendahuluan
Mempertimbangkan peran penting pengusaha dalam perekonomian,
pemerintah telah menyiapkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan jumlah
pengusaha di Indonesia. Seperti diketahui bahwa jumlah pengusaha di Indonesia
masih terbatas, masih di bawah jumlah minimum yang dibutuhkan untuk
menjadi negara maju. Masih kalah dengan negara lain seperti Malaysia,
Singapura, dan bahkan Amerika. Jumlah pengusaha di Indonesia masih 1,6
persen dari jumlah penduduk. Masih jauh dari persyaratan, yaitu 2 persen.
Upaya pemerintah dalam meningkatkan jumlah pengusaha adalah dengan
memberikan bimbingan teknis untuk penyediaan modal berbunga rendah
seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR). Selain itu, pertumbuhan pengusaha baru
telah dilakukan melalui berbagai program Kementerian, seperti Kementerian
Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melalui program Wirausaha Muda Pemula
(WMP), dan Pendidikan Keterampilan Kewirausahaan (PKW).
Upaya menciptakan pengusaha baru juga dilakukan di tingkat pendidikan
melalui pembentukan kurikulum pusat atau lembaga wirausaha. Dalam hal ini,
56 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

tujuan utamanya adalah bagaimana menciptakan pengusaha baru dari kalangan


pelajar. Siswa saat ini diwajibkan ketika lulus untuk menjadi pengusaha yang
dapat menciptakan peluang bisnis dibandingkan dengan mencari pekerjaan.
Sebagai kunci untuk sejumlah hasil sosial yang diinginkan, termasuk
pertumbuhan ekonomi, pengangguran yang lebih rendah, dan modernisasi
teknologi. Hambatan kewirausahaan terbagi menjadi dua aspek lingkungan,
yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Hambatan internal dapat
berupa keuangan, keterampilan manajemen, teknologi informasi dan banyak
lagi, sementara apa yang mengelilingi lingkungan eksternal adalah iklim bisnis,
pemerintah, infrastruktur.
Upaya menciptakan atau melahirkan pengusaha, terutama pengusaha baru
adalah tidak mudah. Berbagai masalah akan dihadapi baik oleh calon pengusaha
itu sendiri maupun oleh pihak lain sebagai pendorong lahirnya pengusaha baru.
Kendala dalam menciptakan pengusaha baru terletak pada situasi pencapaian
kebijakan pendidikan tinggi yang masih belum optimal untuk mengembangkan
perilaku pengusaha siswa. Dengan kata lain, kebijakan antara tingkat makro dan
praktik pembelajaran di tingkat mikro masih belum sinkron. Ketidaksinkronan
ini merupakan salah satu penyebab kurangnya sinergi antara berbagai elemen
pendukung pendidikan formal untuk merangsang semangat dan perilaku
pengusaha.
Hampir 80% dari pengusaha pemula di Indonesia gagal pada tahun pertama.
Tingkat kematian/kegagalan usaha kecil di Indonesia mencapai 78%. Ini
menunjukkan bahwa tingkat kegagalan untuk bisnis baru sangat tinggi. Pada
awal pendirian bisnis baru dimulai dengan peluang yang sangat besar, tetapi
belum diimbangi oleh sumber daya yang memadai (keuangan) dan tim
manajemen, yang mengakibatkan ketidaksetaraan yang meningkatkan
ketidakpastian dan faktor risiko (Sujatna, Kusumawati and Istimal, 2019).

4.1.1 Masalah kewirausahaan


Kewirausahaan adalah perjalanan panjang yang dilakukan oleh para pebisnis,
mulai dari awal mulai hingga periode kesuksesan. Tahapan pengembangan
kewirausahaan menjadi dua tahap, yaitu tahap awal (start-up) dan tahap
pertumbuhan (growth). Fase start-up ditandai dengan berfokus pada masa
depan dibandingkan dengan bisnis saat ini dan bisnis skala menengah yang
diarahkan pada jangka panjang, pengambilan risiko moderat dengan toleransi
tinggi terhadap perubahan dan kegagalan, kapasitas untuk menemukan ide-ide
inovatif yang memberikan kepuasan kepada konsumen dan pengetahuan dan
Bab 4 Perintis Usaha Baru dan Membantu Pengembangan Para Pelaku UKM 57

pengalaman teknis di lapangan. Sedangkan pada tahap pertumbuhan ditandai


dengan kapasitas untuk menempa selama pertumbuhan yang cepat, kemurnian
organisasi dan kemampuan untuk menghitung, dan pengetahuan manajerial dan
pengalaman menggunakan orang lain dan sumber daya yang tersedia.
Dalam hal waktu, pengusaha pemula atau pengusaha baru adalah pengusaha
perintis usaha baru. Mendefinisikan pengusaha pemula dalam hal waktu adalah
bisnis yang telah berjalan kurang dari tiga tahun. Karena waktu atau pengalaman
bisnis masih relatif kecil atau belum lama, pengusaha pemula masih dalam tahap
menemukan bentuk ideal dalam mengelola bisnisnya. Dalam proses ini
kewirausahaan dapat dicirikan dalam beberapa aspek. Seperti dalam aspek
produksi: produksi dalam jumlah terbatas tergantung pada kemampuan biaya
produksi dan jangkauan pasar.
Aspek pemasaran: Produk yang ditawarkan masih sederhana, tidak ada inovasi
yang berarti, dengan jangkauan pasar terbatas, pemasaran masih mengandalkan
media sosial seperti Facebook, Instagram, atau WhatsApp karena selain murah
juga dapat menjangkau konsumen yang malas. Aspek manajemen dan sumber
daya manusia: belum ada tenaga kerja, masih dilakukan oleh pemiliknya,
walaupun tenaga kerja pemiliknya masih terlibat langsung dalam kegiatan
bisnis. (Sujatna, Kusumawati and Istimal, 2019)

4.1.2 Masalah Pengusaha Pemula


Karena pengusaha pemula masih relatif singkat, maka pengalaman yang didapat
untuk mengembangkan bisnis mereka juga tidak banyak. Pada tahap ini,
pengusaha kerap mengalami masalah dalam mengembangkan bisnisnya,
bahkan tidak sedikit yang mengalami kegagalan atau kebangkrutan. Hampir
80% dari perusahaan pemula di Indonesia gagal pada tahun pertama. Tingkat
kematian / kegagalan usaha kecil di Indonesia mencapai 78%. Ini menunjukkan
bahwa tingkat kegagalan untuk bisnis baru sangat tinggi. Pada awal pendirian
bisnis baru dimulai dengan peluang yang sangat besar, tetapi belum diimbangi
dengan sumber daya yang memadai (keuangan) dan tim manajemen,
menghasilkan ketidaksetaraan yang meningkatkan ketidakpastian dan faktor
risiko.
Pengusaha pemula sering gagal karena tiga faktor, yaitu: ide-ide didorong pasar
pertama, pengusaha pemula gagal karena tidak adanya pasar potensial. Faktor
ini biasanya terjadi pada produk baru di area tertentu atau hasil dari inovasi
produk sebelumnya. Kedua, keterampilan manajemen, bisnis gagal karena
58 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

faktor internal atau manajer bisnis itu sendiri. Seperti rendahnya pengetahuan
dan keterampilan dalam menjalankan bisnis, termasuk menyiapkan rencana
bisnis. Ketiga, Akses ke modal, pengusaha pemula gagal karena mereka tidak
mengerti cara menggunakan modal yang mereka miliki, atau mereka tidak
berhasil mendapatkan modal yang cukup dari pihak lain ketika bisnis
membutuhkannya. Juga mencirikan startup dengan pendapatan yang tidak pasti.
Masalah pengusaha pemula dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal terjadi sebagai akibat dari
kelemahan atau kemampuan internal bisnis termasuk kemampuan pelaku bisnis.
Sedangkan faktor eksternal dapat terjadi karena faktor eksternal yang sulit
dikendalikan oleh pelaku usaha. Masalah pengusaha pemula terbagi menjadi
dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari
keahlian manajemen, lokasi dan hubungan. sementara faktor eksternal terdiri
dari variabel ekonomi dan pasar, kejahatan perburuhan dan korupsi,
infrastruktur, dan peraturan. Faktor internal terdiri dari modal yang terbatas,
sumber daya manusia yang terbatas, dan lembah jaringan bisnis. Sementara
faktor eksternal disebabkan oleh iklim bisnis yang tidak kondusif, kebijakan
pemerintah membatasi fasilitas dan infrastruktur, implikasi dari kebijakan
perdagangan bebas, dan kesulitan menjangkau pasar yang lebih luas.
Faktor internal yang menyebabkan kegagalan pengusaha pemula meliputi
sumber daya manusia, aspek keuangan, teknik produksi / operasional, dan aspek
pasar. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari kebijakan pemerintah, aspek sosial
budaya dan ekonomi, dan aspek peran lembaga terkait. Selanjutnya, beberapa
penelitian yang menyatakan bahwa masalah internal yang sering dialami oleh
pengusaha pemula adalah sumber daya manusia, Pemasaran, dan keuangan /
modal. Sedangkan masalah eksternal terdiri dari iklim ekonomi, instansi terkait,
dan kebijakan pemerintah (Sujatna, Kusumawati and Istimal, 2019).

4.2 Peran Mentor dalam Pengembangan


dan Pembelajaran Pengusaha Pemula
Salah satu penyebab utama yang menyebabkan kegagalan bisnis baru adalah
kurangnya pengalaman dan kompetensi dari pengusaha baru, sebagaimana
dibuktikan oleh kurangnya visi dan kesulitan atau ketidakmampuan mereka
untuk menemukan ceruk yang menguntungkan bisnis mereka. Selain itu,
Bab 4 Perintis Usaha Baru dan Membantu Pengembangan Para Pelaku UKM 59

tampak bahwa peningkatan keseluruhan keterampilan dan pengetahuan


pengusaha dalam tahun-tahun pertama kehidupan perusahaan adalah faktor
penentu dalam kelangsungan hidup akhirnya. Beberapa penulis bahkan
mengklaim bahwa pembelajaran kewirausahaan dapat memengaruhi
pertumbuhan bisnis. Bagi siapa pun yang khawatir tentang peningkatan
kemungkinan bertahan hidup untuk bisnis baru, pengamatan ini akan
menunjukkan bahwa dukungan yang tepat untuk pembelajaran dan
pengembangan keterampilan bisnis sangat penting. Namun, kebutuhan
pengusaha baru tampaknya tidak dipertimbangkan secara memadai dalam
desain program dukungan mereka. Banyak yang mengeluh bahwa pelatihan
yang mereka terima tidak disesuaikan dengan kebutuhan mereka, menunjukkan
bahwa proses pembelajaran yang lebih personal mungkin lebih tepat. Penelitian
menunjukkan bahwa mentoring cukup dipersonalisasi untuk membantu
pengusaha pemula mengembangkan keterampilan manajemen bisnis. Dalam
situasi di mana tidak ada cukup waktu untuk pelatihan, interaksi dengan seorang
mentor dapat memfasilitasi transfer pengalaman yang cepat dan efisien ke dalam
pembelajaran. Terlepas dari kurangnya studi yang telah mengeksplorasi hasil
belajar dari bentuk dukungan kewirausahaan khusus ini, ada minat yang jelas
untuk menyelidiki lebih lanjut subjek ini.
Dengan perspektif ini, dalam pikiran kita akan mencoba untuk menjelaskan
berbagai jenis hasil pembelajaran yang terjadi sebagai hasil dari hubungan
bimbingan, serta cara yang digunakan oleh mentor untuk mencapainya.
Pertama, literatur yang berkaitan dengan pembelajaran akan disajikan.
Mentoring sebagai sarana mendukung individu, dan lebih khusus lagi, manfaat
yang terjadi sebagai akibat akan dibahas (St-Jean and Audet, 2012).

4.2.1 Pembelajaran Kewirausahaan


Belajar adalah tindakan atau proses di mana perubahan perilaku, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap diperoleh. Yang pertama berkaitan dengan konten
pembelajaran. Peningkatan kemampuan pengusaha untuk mengelola bisnisnya
adalah produk pembelajaran sama seperti peningkatan efisiensi dalam
menyelesaikan tugas-tugas tertentu, atau bahkan meningkatkan kepercayaan
diri. Proses pembelajaran, pada bagiannya, berurusan dengan transformasi
pembelajar, atau cara di mana pembelajaran dikembangkan. Dikotomi ini, untuk
membedakan antara pembelajaran kewirausahaan (proses) dan pengetahuan
kewirausahaan (konten).
60 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Bagi sebagian orang, kewirausahaan adalah proses pembelajaran itu sendiri.


Pembelajaran kewirausahaan berkaitan dengan pengembangan interpretasi
pengusaha baru melalui proses mencari dan mengenali peluang, dan cara dia
mengelola dan mengatur bisnisnya. Pembelajaran kewirausahaan jarang
direncanakan, tetapi merupakan hasil dari serangkaian reaksi terhadap peristiwa
kritis, di mana orang belajar untuk memproses informasi, menyesuaikan
strategi, dan membuat keputusan. Dengan kata lain, pengusaha pemula belajar
secara tidak mudah, dengan memperoleh pengalaman melalui proses coba-coba.
Peristiwa kritis, atau bahkan “periode“ kritis sangat kondusif untuk
pengembangan pembelajaran tingkat tinggi, atau pembelajaran loop ganda.
Tampak juga bahwa belajar secara tidak mudah lebih efektif ketika pengusaha
meluangkan waktu untuk memikirkan tindakannya. Dalam kasus tertentu,
diskusi yang terlibat tentang peristiwa kritis dengan anggota jaringan pengusaha
dapat memfasilitasi dan merangsang pemikiran dan pembelajarannya. Diskusi
ini memungkinkan transformasi secara sendiri dan keseluruhan peningkatan
kemampuan untuk mengelola bisnis. Jaringan pengusaha juga merupakan
sumber pembelajaran potensial. Pembelajaran kewirausahaan berkaitan dengan
kemampuan pengusaha untuk belajar dan beradaptasi dengan agen-agen utama
yang berinteraksi dengannya (pelanggan, pemasok, bankir, akuntan, dan lain
lain). Ketika pengusaha dihadapkan pada suatu keputusan, beberapa individu,
baik dari dalam maupun dari luar UKM, berupaya untuk memengaruhi
keputusannya, yang mengarah pada beberapa pembelajaran dari mereka melalui
proses negosiasi. Interaksi ini akan memungkinkan berbagai tingkat
pembelajaran, terutama bagi mereka yang melibatkan transformasi kepercayaan
individu.
Berkenaan dengan konteks di mana pembelajaran terjadi, tiga faktor yang
menjadi ciri dan membatasi proses pembelajaran manajer-pemilik UKM.
Pertama, kurangnya waktu dan sumber daya untuk mengeksplorasi dan
merefleksikan pengalaman merupakan keterbatasan serius untuk belajar.
Selanjutnya, fakta bahwa manajer UKM sering beroperasi tanpa adanya rekan
kerja jelas mengurangi kemungkinan belajar dari orang lain. Terakhir,
pengusaha sering didahulukan dalam menafsirkan peristiwa dan dianggap
“mahatahu”, dan berisiko kehilangan muka jika terjadi kesalahan.
Dalam tinjauan menyeluruh literatur tentang pembelajaran, relatif sedikit yang
diketahui tentang "konten" sebagai proses yang bertentangan. Penulis ini lebih
jauh menjelaskan lima bidang utama pembelajaran kewirausahaan: „Belajar
tentang diri sendiri, belajar tentang bisnis, belajar tentang lingkungan dan
Bab 4 Perintis Usaha Baru dan Membantu Pengembangan Para Pelaku UKM 61

jaringan pengusaha, belajar tentang manajemen bisnis kecil, dan belajar tentang
sifat dan manajemen hubungan“. Klasifikasi pembelajaran yang disesuaikan:
“Tahu-mengapa“ berkaitan dengan sikap, nilai-nilai dan motivasi; “Tahu-
bagaimana“, terkait dengan keterampilan kejuruan; “Tahu-siapa“ melibatkan
keterampilan sosial; “Tahu-kapan“, mengacu pada pengalaman dan intuisi; dan
“tahu-apa“, mengacu pada pengetahuan ensiklopedi. Sayangnya, sistem ini
didasarkan pada tinjauan literatur yang menyeluruh dan bukan bukti empiris.
Dari analisis kisah hidup yang berkaitan dengan pembelajaran kewirausahaan,
seperti keyakinan, kepercayaan diri dan kemanjuran diri, nilai-nilai pribadi dan
motivasi untuk mencapai, menetapkan dan mencapai tujuan yang ambisius,
teori pribadi yang berasal dari pengalaman, kemampuan yang dikenal -
keterampilan dan pengetahuan yang ada, hubungan melalui mana pembelajaran
sosial terjadi, dan pembelajaran aktif: kemampuan untuk belajar melalui dan
menggunakan pembelajaran dalam tindakan. Namun, kategori-kategori ini tidak
eksklusif satu sama lain, juga isinya tidak dirinci secara sistematis.

4.2.2 Mentoring sebagai dukungan kewirausahaan


Istilah mentor berasal dari Homer's Odyssey, di mana Odysseus menempatkan
Mentor yang bertanggung jawab atas putranya Telemachus saat sedang dalam
perjalanan. Mentor adalah untuk melihat pendidikan Telemakus dan
pengembangan identitasnya di dunia orang dewasa. Demikian pula, di zaman
modern, istilah ini datang untuk menunjukkan seseorang dengan kualitas
tertentu, atau yang berada dalam posisi otoritas yang mengawasi orang yang
lebih muda, yang mendapat manfaat dari nasihat dan dukungan dari mentor.
Mentoring berbeda dari bentuk lain yang sejenis dari dukungan individu, seperti
pembinaan, di mana mentor menempatkan kepentingan individu kepada siapa
ia memberikan dukungan sebagai prioritas absolut, dan bukan sebagai bagian
dari serangkaian prioritas. Mentoring dapat dipraktikkan dalam berbagai
konteks, seperti memberikan bantuan kepada kaum muda yang bermasalah.
Demikian pula, banyak program mentoring telah dikembangkan dalam
organisasi besar. Tujuan utama dari program-program ini adalah untuk
mempromosikan kenaikan hierarkis dan kenaikan upah untuk anak didik,
sambil mengembangkan pemahaman keseluruhan yang lebih baik dari budaya
organisasi. Karena sang mentor sering berada dalam posisi otoritas, ia dapat
memastikan peningkatan visibilitas, mempromosikan anak didiknya, dan
menasihatinya mengenai peluang untuk kemajuan dan sebagainya.
62 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Sehubungan dengan mentoring kewirausahaan, sejumlah kecil studi sulit


menemukan definisi yang disepakati secara umum. Secara umum,
bagaimanapun, mentoring wirausaha melibatkan hubungan dukungan antara
pengusaha yang berpengalaman (mentor), dan pengusaha pemula (yang
didampingi), untuk mendorong pengembangan pribadi. Apalagi bentuk
iringannya juga bisa beragam. Kami saat ini menyaksikan munculnya sejumlah
program mentoring jarak jauh, di mana para peserta melakukan pertemuan
virtual dalam apa yang dikenal sebagai ementoring. Sejumlah inisiatif juga
memasangkan pengusaha pemula di antara mereka, seperti dengan kelompok
pendukung. Kami telah memilih untuk secara eksklusif menyelidiki mentoring
pasangan dengan satu mentor berpengalaman karena penelitian menunjukkan
bahwa program pengusaha online eksklusif akan sulit, jika bukan tidak
mungkin, untuk diterapkan dan hanya dianggap sebagai pelengkap bantuan
“tatap muka“.
Beberapa peneliti telah melakukan studi mendalam tentang manfaat mentoring
pengusaha melalui wawancara yang didampingi. Manfaat yang dilaporkan
dalam literatur yang ditinjau tampak agak berbeda. Ada manfaat bekerja dengan
seorang mentor. Mereka mengutip peningkatan kemampuan untuk mengelola,
untuk mencapai tujuan, untuk belajar, serta transformasi dengan bisnis itu
sendiri, seperti peningkatan angka omset, pekerjaan, dan keuntungan. Ketika
dipasangkan dengan seorang mentor, mereka menerima saran, saran untuk
solusi, membantu dalam berbagai bidang (pemasaran, keuangan, dan lain lain.)
Dan akses ke jaringan kontak. Pada tingkat psikologis, manfaat yang dilaporkan
berkaitan dengan motivasi, kepercayaan diri, keluar dari isolasi, dan
mendapatkan umpan balik. Semua dukungan ini juga menumbuhkan angka
omset yang meningkat. Penelitian lain menegaskan pentingnya elemen-elemen
pendukung ini berkaitan dengan manajemen bisnis, dukungan psikologis, atau
keduanya.
Meskipun pembelajaran diilustrasikan dengan jelas dalam beberapa studi, itu
tetap tersirat dalam semua studi lain. Kontribusi mentor untuk pemasaran,
perencanaan keuangan atau akses ke informasi, bantuan ini menyiratkan
pembelajaran yang didampingi ketika saran dan saran mentor dilaksanakan,
meskipun tidak disebutkan secara eksplisit oleh penulis. Yang lain
menggarisbawahi bahwa pembelajaran atau pengembangan kompetensi dapat
bertindak sebagai "moderator" antara hubungan mentoring dan pertumbuhan
atau peningkatan laba. Bahkan, bahkan hasil yang berasal dari saran luar yang
diberikan oleh organisasi pendukung tidak segera terlihat dan dapat dilihat,
Bab 4 Perintis Usaha Baru dan Membantu Pengembangan Para Pelaku UKM 63

mengingat efek keseluruhan dari banyak perubahan dan keputusan yang dibuat
oleh UKM dari waktu ke waktu. Namun, kita harus ingat bahwa setiap dampak
mentoring pada bisnis adalah karena pengusaha, karena bisnis itu sendiri bukan
pemangku kepentingan dalam hubungan mentoring dan tidak dapat
memprovokasi hasil apa pun tanpa keterlibatan mentoring.
Literatur yang berkaitan dengan mentoring di sektor lain, seperti organisasi
besar dan pendidikan, menunjukkan bahwa pengetahuan tentang pembelajaran
yang terjadi sebagai hasil mentoring agak lebih lazim. Tanpa terlalu banyak
menjelaskan, melaporkan peningkatan pemahaman tentang operasi bisnis,
pengetahuan terkait pekerjaan tertentu, peluang jaringan serta kemampuan
untuk menyelesaikan masalah manajemen dengan anak didik. Hubungan
mentoring memungkinkan peningkatan ketiganya seperti taksonomi hasil
pembelajaran: pembelajaran kognitif, pembelajaran afektif, dan pembelajaran
berbasis keterampilan (St-Jean and Audet, 2012).

4.2.3 Hasil Pembelajaran


Berbagai tema yang muncul akan disajikan untuk memberikan rincian
mengenai kontennya.
a. Pembelajaran kognitif

Sehubungan dengan pembelajaran kognitif, pengusaha pemula tampaknya telah


memperoleh pengetahuan verbal tentang manajemen. Karena mentor telah
berkecimpung dalam bisnis, atau setidaknya memegang posisi manajemen,
mereka berada dalam posisi yang baik untuk berbagi informasi tentang berbagai
tema sesuai dengan bidang keahlian mereka. Dalam beberapa kasus,
pengetahuan ini bersifat umum. Misalnya, seorang pengusaha pemula
menyatakan: “dia benar-benar membantu saya memahami laporan keuangan“.
Kurangnya pengetahuan manajemen kadang-kadang merupakan hasil dari
pelatihan pengusaha pemula yang kurang. Daripada mencari pelatihan yang
tepat, mereka mengambil keuntungan dari hubungan mentoring untuk menebus
kekurangan mereka.
“Dua dari kita dan rekan saya belum pernah belajar bisnis, dia tidak tahu apa-
apa. Kami terkadang bertanya-tanya tentang masalah, dan saya satu-satunya
dengan jawaban [...] Kami memiliki karyawan yang dikelola, pembiayaan untuk
mengamankan [...]. [Penting] untuk dapat mengajukan pertanyaan [kepada
64 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

mentor], dan dia kadang-kadang dapat membantu mencerahkan kami tentang


poin-poin tertentu ”.

Informasi tersebut mendorong pengembangan kompetensi manajemen tertentu.


Beberapa pengusaha pemula ingat bahwa mereka bekerja dengan keterampilan
yang sangat spesifik berkaitan dengan pengelolaan bisnisnya dengan mentor
mereka. Misalnya, pengusaha secara teratur terlibat dalam manajemen
keuangan, yang tidak hanya membutuhkan pengetahuan tetapi juga kompetensi.
Seorang pengusaha pemula, dalam menyebutkan “pekerjaan rumah” yang telah
diterimanya, mengingat hal-hal berikut:
“[Mentor saya] membantu saya menghitung biaya dan harga. Dia banyak
membantu saya dalam mengelola keuangan dan banyak hal lainnya. [Mentor
saya] hadir. Dia melakukan pekerjaan dengan baik ”.
Dan yang lain mengenang pengalaman ini: "Dia secara khusus membantu saya
menyiapkan perkiraan laporan keuangan [...] Mentor saya adalah spesialis di
bidang ini, dan inilah mengapa saya memintanya". Namun yang lain
menceritakan bagaimana mentornya membantunya mengembangkan
kompetensi promosi produknya:
“[Mentor saya] adalah seorang akuntan, memiliki gelar MBA, dan hebat dalam
pemasaran. Inilah yang saya cari karena itu adalah kelemahan saya. Saya tidak
pernah harus mempromosikan apapun [...]. Saya tahu saya harus melakukannya
pada akhirnya, jadi saya pikir saya harus belajar bagaimana sebelum saya benar-
benar harus melakukannya [...]. Dia memberi saya pekerjaan rumah setiap kali
kami bertemu [saya katakan padanya di mana saya berada] [...] Ini sangat
membantu saya ”.
Diskusi dengan seorang mentor telah membantu banyak orang
mengembangkan visi bisnis yang lebih jelas, yang melibatkan reorganisasi
pengetahuan. Beberapa pengusaha pemula tidak memiliki kekurangan ide,
tetapi mengalami kesulitan memilah yang terbaik, atau yang paling cocok
dengan tujuan hidup mereka. Seorang pengusaha pemula menyatakan: "Saya
punya begitu banyak ide dan hal-hal yang ingin saya jalani [...] ia membantu
saya fokus, menyalurkan energi saya menuju apa yang saat ini berjalan dengan
baik, dan menyebar nanti". Melalui diskusi dengan seorang mentor, seorang
pengusaha pemula meluangkan waktu untuk mencari tahu arah mana yang
harus diambil. Sebagai contoh, ketika seorang pengusaha pemula menyatakan:
Bab 4 Perintis Usaha Baru dan Membantu Pengembangan Para Pelaku UKM 65

"Saya memiliki kesempatan untuk mundur selangkah dengan mentor saya, dan
itu sangat brilian". Dengan demikian, tampak bahwa mentoring memberikan
waktu khusus kepada pengusaha pemula ketika dia tidak terus-menerus
dipanggil setiap hari operasional, memberinya ruang yang diperlukan untuk
mendefinisikan dan membentuk proyek bisnisnya dengan pengusaha atau
manajer yang berpengalaman.
Meluangkan waktu ini untuk refleksi tidak hanya membantu memperjelas tetapi
juga mengembangkan visi seseorang dan untuk menemukan jalan baru untuk
dijelajahi. Seorang pengusaha pemula menawarkan pengamatan ini: “[Mentor]
telah membuka cakrawala baru. Di sinilah kita, kita berdua [rekan], kita
memiliki semua ide ini, kita mempresentasikannya kepadanya, dan dia
membuka pintu yang bahkan belum pernah kita lihat ”. Dalam hal ini, mentor
menyarankan jalan baru untuk bisnis pengusaha pemula. Mentor dapat
memberikan informasi tentang klien tertentu dan pasar tertentu: "Saya
mengeluarkan daftar prospek kami, dan mentor saya terus berkata:" Saya kenal
mereka, jangan repot-repot melihatnya, hal-hal tidak berjalan dengan baik di
sana. Saya akan pergi melihat orang-orang ini sebagai gantinya. Anda tidak akan
memiliki masalah untuk masuk, dan segalanya akan jauh lebih baik ”. Terakhir,
diskusi dengan seorang mentor memungkinkan seorang pengusaha
mengembangkan kemampuannya untuk memilih strategi pemecahan masalah
terbaik, seperti yang dinyatakan oleh salah satu peserta: “Saya belajar untuk
fokus pada hal-hal penting. Saya biasa melihat hampir semua klien. Saya tidak
fokus pada hal-hal yang hakiki ”.
b. Pembelajaran afektif

Salah satu elemen pembelajaran afektif yang berkaitan dengan sikap adalah
pengembangan citra diri. Melalui diskusi tentang berbagai aspek kehidupannya
dengan seorang mentor, seorang pengusaha pemula dapat menyadari apa yang
dia inginkan. Misalnya, satu peserta menyatakan: “Saya belajar tentang diri saya
melalui hubungan saya dengan mentor saya“. Dengan dipasangkan dengan
pengusaha lain, seorang pengusaha pemula dapat menemukan karakteristik
umum dengan mentornya sehingga memvalidasi statusnya sendiri sebagai
pengusaha. Ini bisa menjadi faktor penting bagi pengusaha pemula tanpa teladan
usaha keluarga, seperti yang ditunjukkan oleh peserta ini:
“Saya benar-benar orang aneh di keluarga saya [...] Saya tidak pernah memiliki
banyak kontak dengan pengusaha. Ketika saya memutuskan untuk berbisnis,
saya langsung meminta seorang mentor. Saya telah menahan dorongan
66 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

kewirausahaan saya untuk waktu yang lama. . [...] [Itu sangat tidak dihargai ]
oleh orang-orang di sekitar saya. Fakta bahwa saya tidak memiliki dukungan
adalah pengaruh pada saya. Sekarang, saya bisa melihat diri saya sendiri, saya
sudah mengenal diri saya lebih baik. Saya memiliki kesamaan [dengan mentor
saya] dan itu penting“.
Pengusaha pemula mencari kualitas mentor yang khusus untuk mendapatkan
inspirasi, seperti yang diilustrasikan oleh komentar berikut: “[Mentor saya]
memiliki kualitas yang lebih dari saya. Niat saya [...] adalah untuk menarik
darinya kualitas-kualitas yang ingin saya kembangkan ”. Dengan demikian
mentor dapat bertindak sebagai cermin bagi pengusaha pemula, yang
memungkinkannya untuk menyadari kekuatan dan kelemahannya dengan
memberikan umpan balik dan pemodelan, sehingga berkontribusi pada
pengembangan pribadinya.
Tahun-tahun pertama dalam bisnis juga sulit ditanggung oleh seorang
pengusaha pemula. Selain banyak masalah yang berkaitan dengan permulaan,
pengusaha baru sering merasa sendirian tanpa siapa pun yang dapat berbagi
masalahnya. Misalnya, satu peserta menyebutkan bahwa: "Hal tersulit ketika
Anda berada dalam bisnis adalah perasaan sendirian" [...] Mentor dapat
membantu meringankan rasa keterasingan ini. Pengusaha pemula lain
menambahkan yang berikut:
“[Mentor saya] memberi saya dukungan moral. Untuk tidak menjadi apa-apa,
tidak memiliki uang masuk ... Saya sendirian di rumah, sendirian dalam bisnis,
tidak ada kolega, dengan begitu banyak hal yang harus dilakukan. Anda tidak
bisa bebas dari tekanan, dan dengan tagihan masuk ... [...] Setiap kali saya
melihatnya, dia mengatakan: “Tenang“ “. [...] [Jadi, mentoring membantu
Anda] bernafas, dan tenang ”.
Mentor memberikan perhatian yang penuh kepada pengusaha pemula dan
memberikan dukungan selama masa-masa sulit. Untuk beberapa pengusaha
pemula, dia adalah orang yang ideal untuk berbagi masalah mereka, karena
peserta ini menjelaskan: “Dia tahu segalanya tentang bisnis saya. Jadi, daripada
mengganggu semua teman saya dengan masalah 'bisnis' saya, saya hanya
berbicara dengannya ”.
Selain itu, seorang mentor dapat membantu meyakinkan pengusaha pemula
tentang kemampuannya untuk berhasil dalam usaha bisnisnya. Satu pengusaha
pemula menyatakan: “Bahkan ketika Anda mendapatkan pengalaman, ada
baiknya untuk bertanya kepadanya apakah Anda pergi ke arah yang benar dari
Bab 4 Perintis Usaha Baru dan Membantu Pengembangan Para Pelaku UKM 67

waktu ke waktu. Kadang-kadang sangat membantu dalam hal keyakinan”. Yang


lain menambahkan: “Mentor saya memberi saya kepercayaan pada ide-ide saya
[...]. Ini membantu kami percaya pada diri sendiri dan produk kami ”.
Kepercayaan diri ini, yang berkembang di bawah pengawasan mentor,
menginspirasi ketekunan, seperti yang ditunjukkan oleh contoh berikut: “Ketika
Anda memulai perusahaan baru dengan penemuan baru, Anda harus sedikit
sombong untuk mengatakan bahwa Anda akan merobohkan tembok dan
membawanya keluar [...], dan mentor memberi Anda kepercayaan diri. Ini
membantu Anda melangkah lebih jauh ”. Keyakinan ini, bersama dengan efek
meyakinkan dari hubungan mentoring, bermain pada motivasi, yang
meningkatkan ketekunan di masa-masa sulit. Seorang pengusaha pemula cukup
eksplisit: “Pada titik tertentu, Anda berhenti bergerak maju [...]. Dia
membesarkan hati, Anda dalam fase yang sulit, tetapi ia memberi tahu Anda
bahwa pada saatnya nanti, segala sesuatunya akan bergerak maju ”. Yang lain
menambahkan: “Adapun saya, saya menerima suntikan energi yang sangat
besar [...]. Dia adalah motivator sejati ”. Singkatnya, kehadiran seorang mentor
tampaknya meningkatkan ketahanan kewirausahaan dengan membantu
mempertahankan atau meningkatkan motivasi ketika masa sulit.
c. Pembelajaran berbasis keterampilan

Jenis pembelajaran ini berkaitan dengan keterampilan teknis dan motorik yang
melibatkan gerakan fisik atau hiburan. Mempelajari cara mengemudi mobil
adalah contoh yang baik untuk jenis pembelajaran ini. Mempertimbangkan
bahwa mentor di atas segalanya adalah seorang generalis, bukan spesialis teknis,
tidak mengherankan untuk melihat bahwa tidak ada pembelajaran seperti itu
terjadi. Dalam kasus tunggal ini, keterampilan dikembangkan sebagai hasil dari
bekerja bersama, yang tampaknya mewakili rata-rata yang paling tepat (St-Jean
and Audet, 2012).
Kami telah mengamati bahwa mentoring menawarkan peluang bagi pengusaha
pemula untuk mengembangkan pembelajaran kognitif dan afektif. Dalam
konteks di mana ia mungkin mengalami beberapa kesulitan dalam memperoleh
pelatihan yang tepat, terutama karena kurangnya waktu dan sumber daya, yang
seringkali merupakan hal yang tidak diperhatikan saat memulai bisnis, jenis
dukungan ini dapat membantunya memenuhi beberapa kebutuhannya.
Mentoring sangat membantu dalam memungkinkan transfer pengetahuan
tentang dunia bisnis, dan mengembangkan seperangkat kompetensi yang akan
berguna bagi pengusaha, dalam batas-batas apa yang dapat ditawarkan oleh
68 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

mentor. Selain itu, kami telah mengamati bahwa beberapa pengusaha telah
mengembangkan visi yang lebih baik untuk bisnis mereka dan yang lainnya
telah mengidentifikasi peluang bisnis baru untuk dikejar. Mentoring juga dapat
membantu meningkatkan berbagai aspek pembelajaran afektif termasuk citra
diri, kemanjuran diri dan ketahanan dalam menghadapi kesulitan.
Mentor, dengan pendekatan mereka pada hubungan mentoring, dapat
berkontribusi pada pengembangan jenis pembelajaran tertentu. Di mana diskusi,
penjelasan, pertanyaan, dan bekerja bersama sangat berguna untuk
pengembangan pembelajaran kognitif, dorongan dan pemodelan mendorong
perkembangan pembelajaran afektif. Oleh karena itu mentor harus peka
terhadap spesifik peran mereka dan menyesuaikan pendekatan mereka sesuai
dengan kebutuhan yang diungkapkan oleh pengusaha pemula untuk
memfasilitasi hasil pembelajaran yang diinginkan.
Pembelajaran ini dapat membantu memperbaiki sejumlah masalah dan
kesulitan yang dialami oleh pengusaha pemula. Oleh karena itu, mentoring
merupakan bentuk dukungan yang dapat disesuaikan dan serbaguna yang dapat
sangat bermanfaat bagi pengusaha pemula. Jelas, tidak semua hubungan
mentoring dapat mengarah pada semua hasil pembelajaran ini, atau bahkan satu,
dalam hal ini (St-Jean and Audet, 2012).

4.3 Kegiatan Inkubasi dan


Kewirausahaan
Tidak ada keraguan bahwa kewirausahaan dianggap sebagai mesin
pertumbuhan ekonomi, tempat kerja baru dan daya saing. Ini dipandang sebagai
konsep multidimensi di mana kondisinya berubah berkat globalisasi dan
lingkungan ekonomi yang dinamis. Saat ini, pembangunan ekonomi
menawarkan banyak tantangan positif untuk pengembangan UKM tetapi di sisi
lain itu adalah lingkungan yang sangat kompetitif yang membutuhkan individu
yang dipersiapkan dengan baik. Untuk bertahan dan memanfaatkan peluang-
peluang ini, para pengusaha dewasa ini dipaksa untuk mengembangkan produk-
produk inovatif, teknik-teknik produksi yang efisien dan manajemen untuk
keberlanjutan unit-unit mereka. Laju penyebaran informasi meningkat serta
waktu untuk penggunaannya. Pengusaha tidak dapat dibiarkan dengan tidak
memiliki informasi yang benar di tempat yang tepat.
Bab 4 Perintis Usaha Baru dan Membantu Pengembangan Para Pelaku UKM 69

Memang benar bahwa kewirausahaan adalah inti dari pembangunan ekonomi.


Memang, dalam lingkungan saat ini, ia tidak akan ada tanpa berbagai inisiatif
yang memungkinkan terciptanya lingkungan untuk inovasi dan kewirausahaan
seperti inkubator bisnis, inisiatif taman sains. Lembaga pendukung
kewirausahaan ini memupuk interaksi antara perusahaan, industri, dan
seringkali bidang akademik untuk berbagi ide, pengalaman, dan menghidupkan
ide bisnis. Ada, khususnya di negara-negara maju, perhatian yang meningkat
diberikan pada potensi kegiatan inkubasi bisnis untuk memfasilitasi
pengembangan usaha, khususnya pengembangan UKM. Diyakini bahwa
potensi tersebut dapat diwujudkan dalam pandangan jangka panjang. Untuk
memastikan bahwa tren memiliki arah yang benar, harus ada tinjauan sistematis
tentang kegiatan-kegiatan tersebut secara teratur. Penting untuk menilai
seberapa penting peran inkubator bagi pengembangan kewirausahaan dan
dalam dunia bisnis yang lebih luas secara umum, dan bagaimana inkubator
memenuhi kebutuhan dan keinginan klien dan pemangku kepentingan juga.

4.3.1 Tantangan UKM Secara Umum


UKM, daya saing, keberlanjutan dan inovasi telah menjadi kata kunci baru-baru
ini. UKM memiliki kemampuan untuk menahan ekonomi, bisnis, dan negara-
negara di “sisi aman”. Sejak 80-an abad terakhir, kepentingan UKM telah
meningkat pesat dan mereka menjadi pusat dari setiap strategi ekonomi
pemerintah. Minat booming dalam kegiatan UKM dijelaskan oleh banyak ahli
yang melihat UKM sebagai agen perubahan yang merupakan kekuatan
pendorong ekonomi. UKM sebagai alat yang cukup murah untuk
mengidentifikasi potensi kewirausahaan dan manajerial. Seperti diketahui,
dalam perjalanan menuju kesuksesan UKM ada banyak kendala yang perlu
diperjuangkan. Fakta yang paling luas adalah misalnya: kesulitan dengan
aksesibilitas modal, birokrasi administrasi, kebijakan pemerintah (seperti
perpajakan, kondisi lingkungan bisnis), kurangnya keterampilan, pengalaman,
pendidikan kewirausahaan atau hanya akses ke informasi.
Untuk mendukung kegiatan UKM ada beberapa opsi yang dapat digunakan.
Hampir setiap pemerintah mengakui kemampuan mereka untuk menghasilkan
nilai-nilai ekonomi dan menyiapkan alat variabel dukungan mereka. Di samping
alat langsung klasik dengan karakter finansial, ada fokus tertentu pada alat tidak
langsung yang terutama berkaitan dengan penawaran layanan yang kompleks.
Salah satu opsi yang menggabungkan langsung beberapa kemungkinan
dukungan adalah konsep inkubator bisnis. Inkubasi bisnis menghadirkan
70 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

metode modern bagaimana membantu pengusaha pemula untuk bertahan dan


mengembangkan bisnis mereka. Ini dapat dianggap sebagai metode yang
tersebar luas yang sistem evaluasinya masih sedikit tambal sulam, terutama di
negara-negara di mana sejarahnya lebih pendek.
Selain itu, perlu disebutkan bahwa UKM saat ini dalam posisi yang menarik.
Mereka sedang mengalami perubahan signifikan yang simultan ke nasional,
atau lebih tepatnya, ke ekonomi dunia. Untuk bertahan dan memungkinkan
pertumbuhan usaha mereka, mereka harus lebih fleksibel, energik dan tak kenal
lelah dengan menjalankan bisnis mereka. Daya saing adalah salah satu kata
kunci di dunia global saat ini yang perlu mereka perhatikan. World Economic
Forum mendefinisikan daya saing pada contoh dua belas pilar yang ditetapkan
sebagai seperangkat institusi, kebijakan, dan faktor yang menentukan tingkat
produktivitas suatu negara. Keduabelas pilar menghadirkan faktor terpenting
yang mungkin bisa membantu dengan membuat hidup UKM lebih mudah.
Mereka misalnya: lingkungan kelembagaan, kondisi infrastruktur, pendidikan
tinggi dan pelatihan, kecanggihan bisnis atau inovasi. Dengan kata lain, daya
saing berarti bagaimana negara menciptakan kondisi ekonomi, sosial dan
lingkungan terbaik untuk perkembangan ekonomi mereka. Berjuang untuk daya
saing adalah berjuang untuk meningkatkan kesejahteraan. Tingkat daya saing
tergantung pada interaksi antara beberapa faktor sebagaimana disebutkan di atas
termasuk faktor kritis lainnya, seperti ketersediaan dan kualitas peluang
pendidikan.
Tantangan spesifik lainnya yang berbicara tentang posisi UKM dan perannya
dalam perekonomian adalah kemampuannya untuk berkontribusi pada
keberlanjutan bisnis. Keberlanjutan bisnis adalah dimasukkannya kepedulian
finansial, lingkungan dan sosial ke dalam keputusan bisnis. UKM dipengaruhi
oleh konteks global dan kondisi lingkungan bisnis saat ini untuk
mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam bisnis inti mereka. Tetapi untuk
menemukan tujuan keberlanjutan tersebut kadang-kadang dapat menarik
mereka ke beberapa arah yang berbeda. Mungkin ada pertanyaan, bagaimana
UKM dapat mempertahankan daya saing dan berkontribusi pada keberlanjutan?
Fleksibilitas, pengetahuan dan inovasi adalah jawaban penting untuk
kelangsungan hidup mereka. Melalui inovasi, UKM dapat berfungsi sebagai
pengungkit untuk perlindungan lingkungan dan menciptakan nilai sosial.
Jelas dikatakan, UKM menghadapi banyak tantangan sejak lahir. Mereka tidak
hanya perlu membuktikan bahwa mereka mampu menangani masalah
Bab 4 Perintis Usaha Baru dan Membantu Pengembangan Para Pelaku UKM 71

tradisional dari sektor ini, tetapi juga mereka masih lebih berhubungan dengan
topik daya saing dan keberlanjutan secara umum.

4.3.2 Inkubasi Memungkinkan Peningkatan Ide Bisnis


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, untuk mengatasi hambatan dan
bertahan di pasar, UKM dapat menggunakan berbagai bantuan. Secara umum,
ada beberapa pendapat di antara para ahli dalam sistem pendukung bisnis.
Beberapa ahli memiliki keraguan tentang kesesuaian skema dukungan.
Seseorang berbicara untuk semua. Mengacu pada efek samping dari skema
dukungan untuk cenderung UKM menjadi perubahan kegiatan kewirausahaan
asli mereka hanya karena mendapatkan beberapa dukungan. Di sisi lain, setiap
UKM sebagai pengusaha perorangan yang menawarkan bantuan khusus harus
ditawarkan. Setiap UKM memiliki hak atas informasi tetapi sayangnya tidak
setiap UKM memiliki semua informasi yang tersedia. Namun, UKM dapat
menggunakan cara bantuan yang tepat untuk mengurangi kurangnya informasi.
Lebih lanjut, ia menunjukkan pertanyaan tentang penggerak pertama dan
pembalap bebas. Untuk meminimalkan biaya penggerak pertama dan
mendukung antusiasmenya, alat pendukung bisnis juga dapat digunakan. Yang
terakhir, namun tidak kalah pentingnya, alasan penting untuk membantu dan
kehadiran UKM tersebut adalah menghadirkan sumber nilai tambah dan
pekerjaan yang berharga.
Tren beberapa tahun terakhir adalah fenomena inkubator bisnis. Untuk menjadi
lebih akurat, riwayat inkubasi bisnis tergantung pada tujuannya. Upaya inkubasi
pertama kali muncul di tahun 90-an abad lalu, tetapi booming terbesar telah
diakui sejak tahun 2005. Pengembangan seperti itu telah disertai dengan
perkembangan taman sains dan dalam beberapa tahun akselerator menjadi
populer juga.
Jelas, inti inkubasi bisnis diciptakan oleh upaya untuk membantu pengusaha
baru dan pemula berkat berbagai tawaran bantuan. Karena definisi pengusaha
berbeda, hal yang sama berlaku untuk inkubator bisnis. Inkubator sebagai subjek
yang secara efektif mengumpulkan pengetahuan, bakat, dan teknologi untuk
mendukung pengusaha pemula. mereka mencirikan mereka sebagai organisasi
yang memungkinkan dan mengatur pengembangan usaha baru berkat tinjauan
transparan dukungan bisnis seperti ruang kantor, jaringan, dan konsultasi.
Layanan tersebut dapat dibagi menjadi 3 kelompok:
a. Pra-inkubasi
72 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Kegiatan yang diperlukan untuk mendukung pengusaha potensial dalam


mengembangkan ide bisnisnya.
b. Inkubasi

Dukungan diberikan kepada pengusaha dari awal hingga fase ekspansi,


biasanya inkubasi fisik, bimbingan, pelatihan, jejaring dan lain lain.
c. Pasca inkubasi

Berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan ketika perusahaan telah


mencapai fase jatuh tempo.
Misi inkubator dapat diringkas dengan jelas dalam kata-kata: memfasilitasi,
memungkinkan, mendukung dan mengembangkan. Dalam praktek ada
beberapa jenis inkubator. Selain itu, disimpulkan tujuan dasar dari konsep
inkubasi tersebut ke dalam beberapa tugas:
a Bantuan untuk tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi dari usaha
baru,
b Pendirian dan pengembangan usaha baru,
c Penurunan biaya perusahaan yang diinkubasi,
d Tempat kerja baru,
e Meningkatkan daya saing nasional (regional).

Mereka menggambarkan tujuan utama inkubator mereka dalam merawat


proyek pengusaha yang berpotensi untuk bertahan.
Sebagai indikasi kegunaannya, banyak inkubator baru telah didirikan dalam
beberapa tahun terakhir. Namun, indikasi seperti itu mungkin tidak dianggap
sebagai argumen yang cukup untuk evaluasi dampaknya terhadap ekonomi.
Saat ini, metodologi untuk menilai dan membandingkan dampak inkubator pada
kinerja dan daya saing UKM sedang muncul. (Prochazkova, 2015)
Bab 4 Perintis Usaha Baru dan Membantu Pengembangan Para Pelaku UKM 73

4.4 Peran Pemerintah untuk Mendorong


Pertumbuhan Kewirausahaan
Kewirausahaan sangat umum selama beberapa dekade di dunia profesional,
tetapi baru-baru ini, setelah tumbuh dengan mantap sejak tahun 1950-an, ketika
perampingan dan pemotongan gaji memaksa karyawan untuk
mempertimbangkan opsi lain, satu-satunya pilihan yang tersisa adalah memulai
sesuatu sendiri, karena semakin baik penggunaan keterampilan dan waktu
mereka. Itu relatif lebih baik daripada dipekerjakan di mana pun karena
kebebasan dan kualitas hidup yang dapat dicairkan dengan mendapatkan lebih
banyak dalam bisnis sendiri. Kemajuan teknologi telah menciptakan lebih
banyak peluang bagi pendatang kecil dan baru untuk bersaing di pasar global.
Seseorang harus cukup kreatif untuk memulai bisnisnya sendiri, bersama
dengan visi dan misi yang luas dan terbuka dari ide bisnis, proses dan risikonya.
Dengan kata lain, ini semua tentang mengubah sumber menjadi sumber daya.
Seorang pengusaha mencari perubahan, meresponsnya dan memanfaatkan
peluang. Inovasi adalah alat spesifik pengusaha sehingga pengusaha yang
efektif mengubah sumber menjadi sumber daya. Untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, penciptaan dan pertumbuhan bisnis memainkan peran
yang sangat vital. Untuk membuat bisnis tumbuh, Anda harus memiliki inovasi
dan menemukan apa yang dituntut dan menghasilkan ide unik di pasar. Berhasil
mencapai ini, Anda dapat kembali ke ekonomi Anda melalui pajak, upah,
pengadaan, investasi modal, dan pengembalian ke investor.
Pada saat yang sama pemerintah harus selalu memenuhi ini dan membuat
reformasi seperti itu yang akan menyambut pendatang baru dan memberi
mereka alasan gratis untuk memastikan pertumbuhan mereka dan menghibur
keprihatinan mereka mengenai hal-hal yang berada di bawah badan hukum
(Tariq Izhar and Shabib-ul-Hasan, 2015).

4.4.1 Pengusaha Mendorong Pertumbuhan Ekonomi


Banyak orang mempertanyakan bagaimana perkembangan ekonomi dapat
terjadi melalui kewirausahaan? Responsnya berbeda dengan pertanyaan ini akan
sederhana. Menciptakan pekerjaan dapat dimungkinkan jika kita
mempromosikan kewirausahaan. Karena pengusaha menghasilkan usaha baru
74 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

dan usaha baru ternyata menjadi sumber utama penciptaan lapangan kerja. Ini
secara berturut-turut menunjukkan ekonomi nasional yang dinamis.
Pengangguran adalah masalah kronis negara-negara berkembang. Untuk
menghilangkan masalah ini, penting bagi negara-negara berkembang, untuk
mempromosikan kegiatan kewirausahaan karena memberikan peluang kerja
instan skala besar. Dengan cara membangun lebih banyak usaha oleh pengusaha
baik skala besar maupun kecil, banyak peluang kerja dapat diciptakan di suatu
negara. Seiring berjalannya waktu, usaha ini akhirnya, kesempatan kerja baru
meningkat secara langsung dan tidak langsung kepada orang lain. Jadi, kita
dapat mengatakan bahwa pengusaha memainkan peran penting dalam
mengurangi kelangkaan kesempatan kerja di negara ini yang pada gilirannya
membuka jalan menuju pertumbuhan ekonomi negara.
Perkembangan ekonomi suatu negara dapat terjadi di mana pendapatan per
kapita riil naik seiring perjalanan waktu, yang dapat mengakibatkan proses
perubahan ke atas. Kewirausahaan terutama terkait dengan menghasilkan modal
melalui produksi barang dan jasa. Ini adalah salah satu cara pengusaha untuk
menggali peluang besar. Mereka selalu berusaha untuk menemukan dan
memanfaatkan peluang, meningkatkan mobilisasi sumber daya dan dana yang
bermanfaat. Untuk pertumbuhan ekonomi, mereka terus berusaha untuk
membawa barang dan jasa baru dan menumbuhkan pasar pemasaran. Dengan
cara ini, pengusaha meningkatkan GNP serta pendapatan per kapita rakyat. Ini
adalah tanda pembangunan ekonomi di suatu negara, di mana produk nasional
bruto dan pendapatan per kapita rakyat meningkat.
Dalam domain kewirausahaan, dua kontribusi penting diberikan selama dekade
dekade 1960-an. Pertama adalah bahwa ada hubungan yang kuat antara
kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi dan yang kedua terkait dengan
pengembangan hipotesis kuat bahwa tingkat kewirausahaan dapat meningkat
melalui pengerahan tenaga yang terorganisir. Di sisi lain, pemangku
kepentingan menyadari bahwa pertumbuhan industri suatu daerah dapat
terperangkap karena kurangnya dukungan pemerintah. Oleh karena itu, perlu
untuk mengidentifikasi dan mengembangkan pengusaha generasi pertama
melalui program pengembangan kewirausahaan yang merangsang. Ini adalah
salah satu persepsi umum tentang pertumbuhan ekonomi bahwa kehadiran
sumber daya yang murah hati dan mendorong kebijakan pemerintah dapat
secara otomatis meningkatkan sistem ekonomi. Ini dapat meningkatkan
kegiatan kewirausahaan, yang dapat mentransmutasikan ekonomi daerah itu.
Bab 4 Perintis Usaha Baru dan Membantu Pengembangan Para Pelaku UKM 75

Untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi, baik kemampuan dan keahlian


wirausahawan sangat penting (Tariq Izhar and Shabib-ul-Hasan, 2015).

4.4.2 Booming Masyarakat melalui Kewirausahaan


Untuk mempromosikan pendekatan organisasi terhadap kewirausahaan,
penting untuk memahami peran yang dimainkan oleh pemangku kepentingan
masyarakat yang berbeda dan untuk menekankan atau memperkuat bahwa
setiap pemangku kepentingan memiliki antusiasme untuk mengembangkan
kewirausahaan di tingkat nasional.
Inovasi adalah kunci yang membuka pintu kegiatan kewirausahaan. Karena
didorong oleh permintaan, kegiatan wirausaha adalah tentang memberikan
pilihan sesuai dengan pasar yang diberikan. Karena kewirausahaan adalah
tentang ide-ide baru, maka dibutuhkan orang-orang baru yang dapat secara
signifikan mengurangi grafik pengangguran baik secara langsung maupun tidak
langsung begitu pengusaha memiliki sumber daya keuangan.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, pengusaha cukup inovatif sehingga
mereka dapat menawarkan barang dan jasa dengan harga yang sangat
terjangkau. Ada penggunaan terbaik adalah di daerah di mana orang tidak
mampu membayar layanan kesehatan atau pendidikan, pengusaha sangat
berguna untuk mengisi kesenjangan ini. Ekonomi negara akan berkembang jika
Pemerintah mendukung kegiatan pengusaha, itu akan menghasilkan
peningkatan basis pajak tetapi manfaatnya akan sangat besar dalam hal
kesempatan kerja, membina hubungan perdagangan membuka cakrawala baru
untuk investasi, jumlah pemasok akan meningkat dan ekonomi akan
berkembang.
Namun Serikat Buruh telah mengambil pendekatan biasa saja terhadap
kewirausahaan, tetapi mereka perlu memahami pentingnya pengusaha pemula
hari ini akan menjadi majikan di masa depan, jika mereka akan diposisikan
sebagai seseorang yang akan menjadi kekuatan pendorong masa depan kita dan
akan membawa pertumbuhan yang luar biasa dan kemakmuran bagi negara di
sana signifikansi tidak akan lagi ditolak oleh serikat pekerja (Tariq Izhar and
Shabib-ul-Hasan, 2015).
76 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

4.4.3 Peran Pemerintah untuk Mendukung Generasi Baru


Pengusaha
Pemerintah bertanggung jawab untuk menyediakan semua fasilitas dasar
kepada masyarakat, sehingga tidak hanya dapat mengembangkan banyak
kualitas dalam masyarakat tetapi juga menciptakan dampak positif pada
peningkatan ekonomi masyarakat. Fasilitas dasar termasuk, kebijakan
pendanaan keuangan bebas stres, biaya rendah fasilitas pinjaman dengan syarat
dan ketentuan yang lunak, kondisi politik yang stabil, melakukan program
kesadaran publik, fasilitas pendidikan tinggi, fasilitas infrastruktur yang
memadai dapat sangat membantu pengembangan keterampilan yang lebih baik
di masyarakat.
Disadari bahwa usaha kecil memiliki peran lebih besar dalam pembangunan
ekonomi. Karena beragam penyebab, usaha kecil memiliki signifikansi kritis
untuk setiap sistem keuangan negara. Secara rasional, kebijakan pemerintah
menunjukkan perhatian dalam mempromosikan kewirausahaan. Untuk
menghasilkan lapangan kerja, tidak ada pendekatan yang mudah untuk
meningkatkan Produk Domestik Bruto dan meningkatkan taraf hidup bangsa
selain mempromosikan kewirausahaan dan memberikan kepercayaan diri yang
memiliki nyali untuk membangun usaha mereka sendiri. Setiap usaha yang ada
dan berkembang berarti menciptakan lapangan kerja baru dan perluasan Produk
Domestik Bruto.
Masalah sosial ekonomi sedang dihadapi oleh semua negara di dunia. Di setiap
negara masalah ini disajikan, namun para juara adalah mereka yang paling
banyak dikalahkan jika tidak semuanya. Tanggung jawab utama ada di pundak
pemerintah untuk membantu pengusaha menemukan usaha baru dan
menyediakan tempat berlindung untuk mengubah peluang yang telah mereka
identifikasi menjadi sesuatu yang signifikan. Usaha baru tidak akan berhasil
tanpa memiliki infrastruktur yang memadai seperti energi listrik, air, jalan dan
jaringan kereta api, transportasi, layanan telekomunikasi, pelatihan kemahiran
yang diperlukan, sistem pendidikan yang memadai di semua tahap. Pemerintah
bertanggung jawab untuk menyediakan semua fasilitas ini kepada perusahaan
swasta. Juga sangat penting apakah tingkat kabupaten atau provinsi dan
pemerintah pusat yang bertanggung jawab untuk menyediakan fasilitas yang
disebutkan di atas.
Untuk mendorong pertumbuhan perusahaan swasta dan penciptaan lapangan
kerja, pemerintah dapat mendukungnya dengan memelihara dengan
Bab 4 Perintis Usaha Baru dan Membantu Pengembangan Para Pelaku UKM 77

menyediakan lingkungan perdagangan dan industri. Ini berarti syarat dan


ketentuan yang realistis, suku bunga rendah, akses ke lembaga keuangan, akses
ke keuangan dan kredit untuk pengusaha dengan akses yang lebih mudah ke
dana untuk semua bisnis, fasilitas perdagangan bebas untuk pasar lokal dan
internasional. Pemerintah juga dituntut untuk memberikan keunggulan fasilitas
pendampingan, terutama dengan mempertimbangkan untuk memberikan
nasihat pada saat permulaan, memperluas pasar bagi para pengusaha,
mendukung program pengembangan kewirausahaan, mendanai informasi
dukungan, kesadaran peluang menopang bisnis, tingkat sistem pemerintahan
yang bersangkutan dalam perluasan usaha baru, terutama dengan
mempertimbangkan prosedur penciptaan lapangan kerja. Untuk menjadi
fasilitator, pemerintah seharusnya melakukan sumber daya untuk menopang
badan penasehat. Pemerintah dapat menghasilkan prosedur yang tidak praktis
untuk memberikan kebebasan dan infrastruktur bagi perusahaan baru dan bisnis
perintis, dan membantu mereka untuk menyelesaikan masalah industri, dan
untuk berburu pengetahuan dan menopang kemajuan.
Pertumbuhan kewirausahaan menjanjikan jika pemerintah memainkan peran
pendukungnya. Pemerintah memberikan kesukaan tertinggi untuk memelihara
kewirausahaan dengan menyusun dan melaksanakan strategi yang tepat dan
sistem pendukung seperti peraturan minimum, adil, pajak serendah mungkin,
bersantai perdagangan yang saling menguntungkan baik lokal maupun
internasional dan menyediakan layanan yang membantu industri. Pemerintah
memiliki peran kunci dengan menyediakan orang-orang dengan fasilitas
tertentu untuk memelihara dan merawat pencari risiko. Sehingga pengusaha
yang lebih baik dapat diproduksi yang akan membantu dalam pertumbuhan
ekonomi dan pada gilirannya akan bermanfaat bagi masyarakat.
Pemerintah juga harus mendorong jaringan dukungan bisnis dan juga
memberikan keunggulan fasilitas mentoring, khususnya dengan
mempertimbangkan untuk memberikan nasihat pada saat permulaan,
memperluas pasar bagi para pengusaha, mendukung program pengembangan
kewirausahaan, mendanai informasi dukungan, kesadaran peluang menopang
bisnis, tingkat sistem pemerintah yang bersangkutan dalam perluasan usaha
baru, khususnya dengan mempertimbangkan prosedur penciptaan lapangan
kerja. Dengan demikian Pemerintah berperan mendukung dalam
mengembangkan pengusaha. Badan-badan administrasi harus merenungkan
tanggung jawab dasar mereka dalam menghasilkan perusahaan yang sehat dan
strategi untuk mendukung pengusaha (Tariq Izhar and Shabib-ul-Hasan, 2015).
78 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis
Bab 5
Manajemen dan Strategi
Kewirausahaan

5.1 Pendahuluan
Wirausahawan sering membuat rencana yang berbeda untuk bisnis mereka
tetapi cenderung menggunakan perencanaan informal atau kurang sistematis.
Persyaratan untuk perencanaan bervariasi dan tergantung pada ukuran, sifat, dan
struktur bisnis. Usaha kecil yang beroperasi dengan dua karyawan
berpenghasilan rendah dapat berhasil dengan perencanaan yang tidak
direncanakan karena tingkat kompleksitas yang rendah dalam bisnis mereka.
Agar bisnis dapat tumbuh secara eksponensial dengan jumlah karyawan yang
terus meningkat dan ukuran pasar yang semakin meningkat, sangat penting
untuk memiliki Perencanaan formal mengikuti kompleksitas operasi dan
operasinya.

5.2 Perencanaan Strategi


Strategi adalah rencana tindakan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang harus
mempertimbangkan berbagai kekuatan, peluang, ancaman, dan kelemahan
berdasarkan pada kemampuan, posisi, persaingan, pelanggan, dan faktor luas
baik ekonomi maupun teknologi. Dalam merencanakan kewirausahaan tentu
diperlukan penetapan strategi yang akan dilakukan, agar dapat memperoleh
keuntungan. Istilah ini terkait dengan perusahaan kecil yang berupaya
80 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

menghadapi pesaing yang jauh lebih besar dan menantang status quo. Ini tidak
mudah dilakukan dan umumnya membutuhkan bakat, ambisi, komitmen,
kreativitas, ketekunan dan kecepatan. Kewirausahaan adalah kekuatan ekonomi
mendasar yang mendorong kehancuran kreatif di mana perusahaan besar yang
melakukan hal-hal dengan cara lama digantikan dengan perusahaan yang lebih
efisien atau yang melayani kebutuhan pelanggan dengan lebih baik.
Lansekap bisnis abad ke-21 telah ditandai oleh perubahan revolusioner, tidak
dapat diprediksi, peningkatan tingkat risiko, perusahaan yang cair dan batas-
batas industri, pola pikir manajerial baru, dan model bisnis yang inovatif.
Bahkan, atmosfer baru ini dapat digambarkan dalam empat kekuatan pendorong
yang berbeda: perubahan, kompleksitas, kekacauan, dan kontradiksi.
Kemampuan untuk bernavigasi melalui lingkungan yang menantang ini telah
menjadi titik fokus para sarjana dalam disiplin ilmu ekonomi, manajemen
strategis, dan kewirausahaan. Kewirausahaan Strategis adalah istilah yang relatif
baru yang muncul dalam literatur bisnis yang mewakili persimpangan strategi
dan kewirausahaan. Sampai saat ini, sifat tepat dari kewirausahaan strategis
tetap agak sulit dipahami dan abstrak.
Kewirausahaan strategis telah dibahas terutama dalam bidang kewirausahaan
perusahaan. Kewirausahaan strategis mengacu pada serangkaian fenomena
kewirausahaan yang lebih luas. Meskipun mereka mungkin atau mungkin tidak
menghasilkan entitas bisnis baru yang ditambahkan ke perusahaan, mereka
semua melibatkan kegiatan inovatif organisasi konsekuensial yang diadopsi
dalam mengejar keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Telah dilaporkan
bahwa kewirausahaan strategis melibatkan perilaku pencarian peluang (yaitu,
kewirausahaan) dan pencarian keuntungan (yaitu, manajemen strategis) secara
bersamaan. Inovasi ini adalah fokus dari inisiatif kewirausahaan strategis dan
mewakili cara di mana peluang diciptakan dan dieksploitasi. Dengan demikian,
inovasi dapat terjadi di mana saja dan memang di mana saja di dalam
perusahaan.
Penekanan pada pola pikir yang didorong oleh peluang memungkinkan
manajemen untuk memperoleh posisi yang menguntungkan secara kompetitif
bagi perusahaan. Inovasi tersebut dapat merupakan perubahan mendasar dari
strategi masa lalu organisasi, produk, layanan, pasar, struktur, kemampuan, atau
model bisnis, atau, alternatifnya, inovasi dapat mewakili basis fundamental yang
membedakan perusahaan dari persaingan industrinya. Dengan demikian, ada
dua aspek penting yang harus dipertimbangkan ketika perusahaan menampilkan
kewirausahaan strategis
Bab 5 Manajemen dan Strategi Kewirausahaan 81

Tren ini telah mengubah dunia bisnis secara tak terkira. Tetapi mereka tentu saja
tidak mencabut aturan strategi abadi. Namun bagi terlalu banyak wirausahawan,
terutama mereka yang tekun dalam bidang teknologi dan mengabdikan diri pada
produk, strategi sering kali tampaknya menjadi renungan. Eksperimen dan
ciptakan produk yang hebat, pemikirannya berkembang, lalu skala, dan
kemudian mencari tahu model bisnis setelah berhasil.
Tantangan strategi adalah mengembangkan pandangan terpadu tentang cara
kerja bisnis dan bagaimana ia menciptakan dan menangkap nilai dalam
lingkungan operasinya. Strategi saat ini terlalu kompleks, dinamis, dan
menuntut untuk mengandalkan alur cerita parsial. Strategi adalah kerja keras,
dan tidak ada jalan pintas ajaib. Apa yang ditunjukan dalam Gambar 5.1: Kartu
Indeks Tunggal (Boudreau, 2017) merupakan titik awal: pertanyaan paling
mendasar yang harus dijawab oleh setiap bisnis yang sukses. Pengusaha yang
mendesain bisnis mereka di sekitar pertanyaan-pertanyaan ini akan memiliki
jalan untuk memulai bisnis.
Untuk memulai, dapat dibuat sketsa jawaban terkait dengan pertanyaan-
pertanyaan berikut pada kartu indeks tunggal.

Gambar 5.1: Kartu Indeks Tunggal (Boudreau, 2017)


Nilai apa yang ingin Anda ciptakan, dan untuk siapa?
Pelanggan membeli produk dan layanan karena mereka merasakan nilai di
dalamnya. Langkah pertama menuju strategi yang sukses adalah
mengklarifikasi untuk siapa nilai diciptakan, bagaimana rencana menciptakan
nilai. Itu berarti mendefinisikan siapa yang akan menjadi pelanggan. Itulah
82 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

ruang kosong pertama pada kartu indeks di atas: Siapa yang akan layani?
Pelanggan dapat ditentukan oleh sejumlah atribut - usia, geografi, minat,
skenario tertentu atau kasus penggunaan tempat mereka berada, atau sejumlah
hal lainnya.
Langkah selanjutnya adalah menentukan proposisi nilai, yang juga dikenal,
antara lain, sebagai pekerjaan yang harus dilakukan atau masalah yang ingin
diselesaikan. Itulah ruang kedua: Apa yang akan tawarkan? Ini adalah area
strategi yang sangat tumpang tindih dengan bidang lain seperti pemikiran
desain, dan ada bacaan yang tak ada habisnya dan sejumlah besar kerangka kerja
dan praktik yang bisa dilihat. Pertanyaan utama yang akan diajukan meliputi:
Dimensi apa dari solusi yang dihargai pelanggan - kecepatan, biaya,
kemampuan penyesuaian? Dalam dimensi apakah solusi yang dilakukan lebih
baik daripada pesaing? Di mana paritasnya? Mana yang lebih buruk?
Pikirkan nilai yang ingin diciptakan terhadap pasar sebagai hal yang sama
dengan posisi pada dunia permainan. Posisi akan ditentukan oleh kombinasi
ruang lingkup pelanggan dan proposisi nilai. Posisi terbaik yang dapat
dibayangkan adalah untuk menawarkan produk yang sangat dihargai dan
dituntut oleh pelanggan dan cukup unik untuk menentang duplikasi oleh pesaing
(lebih dari itu sedikit lagi). Jika dua pertanyaan pertama ini tidak dapat dijawab
dengan baik, pikirkan tentang pelanggan dan preferensi mereka. Apa yang
mereka inginkan lebih banyak, dan apa yang kurang mereka inginkan?
Misalnya, mungkin pelanggan menghargai variasi dan harga yang lebih rendah.
Bagaimana cara membandingkan dengan pesaing disepanjang dimensi itu?
Mungkin proposisi nilai yang diperoleh adalah untuk menawarkan harga
serendah mungkin, tetapi dengan mengorbankan variasi yang ditawarkan oleh
pesaing.
Bagaimana Merencanakan Pemberian Nilai?
Dalam merencanakan posisi di pasar, menentukan bagaimana cara menciptakan
nilai dan untuk siapa, model operasi perlu didefinisikan. Model operasi adalah
serangkaian pilihan dan praktik yang mendefinisikan cara menjalankan bisnis.
Ini biasanya akan menyiratkan serangkaian trade-off dalam mencoba
menemukan kombinasi kegiatan yang dimungkinkan untuk mengengtahui
posisi - memberikan dimensi tertentu dari solusi yang dilakukan lebih baik
daripada kompetisi.
Ini mungkin yang paling sulit dari pertanyaan yang tercantum di atas, karena
merancang model operasi berarti memilah pilihan di seluruh perusahaan yang
Bab 5 Manajemen dan Strategi Kewirausahaan 83

perlu bekerja sama. Model operasi yang sukses lebih dari sekadar “bagaimana
menghasilkan uang“; itu adalah seperangkat keputusan yang bersama-sama
menciptakan nilai lebih dari masing-masing dengan sendirinya. Ini tentang
melakukan hal-hal yang saling menguatkan, untuk menciptakan keseluruhan
yang lebih berharga daripada jumlah bagian-bagiannya.
Dalam memulai, pikirkan langkah-langkah pada rantai nilai yang didapat, dan
buat daftar praktik kunci apa saja yang membedakan perusahaan. Kemudian
pikirkan tentang bagaimana agar dapat dilakukan bersama. Di mana ada saling
melengkapi, di mana satu kegiatan dibuat lebih berharga oleh yang lain?
Akhirnya, pikirkan tentang bagaimana praktik-praktik ini terhubung ke posisi
yang telah direncanakan dalam sketsa. Bagaimana kegiatan komplementer ini
menciptakan nilai bagi pelanggan?
Apa Keunggulan Kompetitif dan Sumber Keunikan?
Pertanyaan terakhir pada kartu indeks mungkin adalah pertanyaan utama dari
strategi: Mengapa tidak ada kemungkinan untuk ditiru? Bahkan jika dapat
memberikan produk hebat, menghasilkan uang dan disukai pelanggan, jika
pesaing dapat dengan mudah memasuki pasar dan meniru, teori ekonomi
menyatakan kerugian akan datang.
Ada banyak sumber keunggulan kompetitif, tetapi dapat dibedakan dalam dua
kategori besar. Keuntungan berbasis sumber daya didasarkan pada aset atau
input unik yang berharga, langka, sulit ditiru, tahan lama, dan spesifik untuk
organisasi. Keuntungan berbasis posisi melibatkan peran dan posisi yang akan
ditempati dalam industri- hal-hal seperti skala dan jabatan atau pengaruh
jaringan dan entri awal. Pikirkan tentang sumber daya yang dapat dimiliki dan
yang paling sulit ditiru pesaing, serta keuntungan apa yang didapat dalam posisi
yang telah diperoleh. Apa yang membuat perusahaan lain tidak mudah meniru
model operasi yang telah direncanakan?

5.3 Pendekatan Memulai Usaha


Peluang strategis untuk usaha baru dapat dikategorikan dalam dua dimensi:
sikap terhadap pemain lama (berkolaborasi atau bersaing?) Dan sikap terhadap
inovasi (membangun parit atau menyapu bukit?) Ini menghasilkan empat
strategi berbeda yang akan memandu keputusan usaha mengenai pelanggan,
84 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

teknologi, identitas, dan ruang kompetitif. Gambar 5.2.: Kompas Strategi


Wirausaha.

Gambar 5.2: Kompas Strategy Wirausaha (Gans, Scott and Stern, 2018)
Empat Keputusan
Setidaknya empat domain pengambilan keputusan sangat penting untuk setiap
usaha. Meskipun perusahaan mana pun akan menghadapi pilihan tambahan
yang khusus untuk konteksnya, sebuah perusahaan baru yang belum bergulat
dengan setidaknya empat keputusan ini tidak mungkin menciptakan dan
menangkap nilai secara berkelanjutan. Sebagai contoh kasus : Kisah Amazon.
Pelanggan
Mengidentifikasi pelanggan dan memahami kebutuhan mereka biasanya
merupakan langkah pertama dalam setiap strategi masuk ke pasar. Tetapi
pelanggan target belum tentu pelanggan pertama — dan penting bagi Anda
untuk memahami hubungan antara keduanya. Anda memvalidasi produk Anda
dengan mendapatkan pengadopsi awal yang tepat. Keputusan Amazon untuk
Bab 5 Manajemen dan Strategi Kewirausahaan 85

awalnya menargetkan pembaca buku adalah pilihan strategis.


Kepemimpinannya mengakui bahwa buku adalah tempat berpijak dari mana
perusahaan dapat berekspansi ke kategori ritel lainnya.
Teknologi
Pilihan teknologi dan pelanggan saling terkait. Amazon dapat membangun
sistem pemesanan online sederhana untuk melayani toko-toko yang ada.
Sebaliknya tujuannya adalah untuk membiarkan konsumen membeli sejumlah
buku yang tersedia dalam jumlah besar namun pembelinya sedikit, buku yang
tidak dapat disimpan secara fisik di mal setempat. Jadi perusahaan harus
berinvestasi di luar layanan transaksi untuk membangun database dan mesin
pencari yang mampu membimbing pembaca melalui jutaan, bukan ribuan buku.
Identitas, Budaya, dan Kemampuan
Pilihan dalam kategori ini harus membuat narasi tentang apa yang akan
diperjuangkan perusahaan dan mengomunikasikan kepada semua pemangku
kepentingan tentang perilaku yang diharapkan dan kemampuan apa yang akan
dikembangkannya. Pembaca menyukai tawaran Amazon, dan Wall Street
dengan cepat melihat berapa banyak uang yang dapat dihasilkan perusahaan.
Tetapi pendiri Amazon, Jeff Bezos, tidak membangun toko buku. Dia ingin
membuat " toko yang menyediakan berbagai jenis barang.". Itu akan
mengharuskan konsumen awam percaya bahwa mereka mendapatkan
penawaran bagus, yang berarti bahwa Amazon akan fokus tanpa henti pada
penurunan harga, meskipun ada tekanan dari investor untuk pengembalian awal.
Pesaing
Amazon mendefinisikan pesaingnya sebagai pengecer lain dan memilih untuk
bersaing secara agresif dengan menawarkan konsumen lebih banyak pilihan,
keandalan yang lebih besar, dan harga yang lebih rendah. Pada masa-masa
awalnya, perusahaan dapat dengan mudah memilih bekerja dengan pengecer
yang ada — bahkan mungkin mendefinisikan mereka sebagai pelanggan.
Pesaing akan menjadi penyedia layanan pencarian dan logistik lainnya, dan
perusahaan dapat memantapkan dirinya sebagai penyedia layanan premium
dengan menambahkan nilai lebih bagi penjual buku.
Untuk perusahaan dengan sumber daya, keempat keputusan tersebut melibatkan
analisis data yang mungkin sudah mereka miliki. Mereka juga cukup sering
mampu melakukan riset pasar dan eksperimen di berbagai bidang. Dan mereka
86 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

dapat memanfaatkan pengalaman sebelumnya. Sebaliknya, memulai dengan tali


sepatu tidak memiliki sejarah dan pengetahuan yang dibawanya.
Namun, dapat menjadi keuntungan, karena pengalaman, data historis, dan
komitmen mendorong praktik yang ada dapat menciptakan dapat menciptakan
kerugian bagi perusahaan yang mapan, bahkan mungkin menyebabkan mereka
mengabaikan inovasi yang menimbulkan ancaman eksistensial. Namun
demikian, perusahaan baru mungkin pada akhirnya menghadapi persaingan
ketika pemain lama bangun untuk inovasi baru, dan mereka pasti akan
menghadapi tekanan dari perusahaan baru lainnya yang mencoba mengalahkan
mereka ke pasar.
Pengusaha mungkin merasa kewalahan oleh sejumlah besar pilihan yang
mereka hadapi, meskipun beberapa jalur dapat dianggap tidak praktis, dan
beberapa tidak akan saling berhubungan secara koheren. Penelitian kami
menunjukkan, bagaimanapun, bahwa empat kategori kompas membuat proses
dapat dikelola, membuat perusahaan-perusahaan muda dengan cepat masuk ke
strategi pasar dan meletakkan asumsi-asumsi yang menginformasikan pilihan.
Untuk memilah-milah strategi potensial, setiap usaha baru harus
mempertimbangkan dua trade-off kompetitif spesifik:
Berkolaborasi atau bersaing?
Bekerja dengan pihak yang sudah dikenal bisa menyediakan akses ke sumber
daya dan rantai pasokan yang memungkinkan start-up bisa memasuki pasar
yang lebih besar dengan cepat. Tetapi, usaha tersebut bisa mengalami
penundaan yang signifikan karena sifat birokrasi organisasi yang besar serta
dapat menangkap sebagian kecil dari keseluruhan yang berpotensi lebih besar
(pelaku usaha lama cenderung memiliki posisi tawar yang lebih besar dalam
hubungan tersebut - terutama jika hal itu bisa menyesuaikan dengan elemen
kunci dari ide start-up)
Alternatifnya juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Bersaing melawan
pemain mapan dalam suatu industri berarti perusahaan baru memiliki lebih
banyak kebebasan untuk membangun rantai nilai yang dibayangkannya, untuk
bekerja dengan pelanggan yang mungkin terlewatkan oleh para pemain lama,
dan untuk membawa inovasi ke pasar yang meningkatkan nilai bagi pelanggan
sambil mengganti produk yang sukses. Namun, itu berarti menghadapi pesaing
yang memiliki sumber daya keuangan lebih besar dan infrastruktur bisnis yang
mapan.
Bab 5 Manajemen dan Strategi Kewirausahaan 87

Membuat Benteng Pertahanan atau Menyerbu Pasar


Ada perusahaan yang percaya mereka akan mendapatkan keuntungan dengan
cara kontrol ketat atas produk dan teknologi sehingga produknya tidak mudah
diimitasikan (ditiru). Dengan demikian mereka berinvestasi dalam melindungi
kekayaan intelektual. Perlindungan IP formal, meskipun mahal, bisa membuat
Start-up yang digerakkan oleh teknologi untuk mengeluarkan pihak lain dari
persaingan langsung atau menggunakannya sebagai daya tawar yang signifikan
dalam negosiasi dengan mitra rantai pasokan. Tetapi kontrol yang diprioritaskan
meningkatkan biaya transaksi dan tantangan untuk membawa inovasi ke pasar
dan bekerja dengan pelanggan dan mitra.
Sebaliknya, berkonsentrasi pada pasar yang cepat mempercepat komersialisasi
dan pengembangan, yang biasanya terjadi dalam kolaborasi erat dengan mitra
dan pelanggan. Start-up yang memilih untuk mengejar jalur ini
memprioritaskan kemampuan untuk bereksperimen dan beralih pada ide-ide
mereka secara langsung di pasar. Sedangkan strategi yang dibangun di atas
kontrol dapat menyebabkan penundaan untuk memulai usaha, start up fokus
untuk mendapatkan pasar dan berharap menemukan pesaing dan menggunakan
berusahana merespon ancaman persaingan muncul. Mereka bergerak cepat dan
merusak. Dan merusak pasar.
Mengaitkan kedua pertanyaan ini sangat menyederhanakan proses refleksi
strategis. Daripada mencari untuk mengidentifikasi kombinasi a la carte untuk
pilihan yang "tepat" untuk suatu ide, tim pendiri bisa mempertimbangkan
potensi untuk nilai penciptaan dan perolehan dari berbagai opsi yang mungkin
dibuat dalam masing-masing dari empat strategi, yaitu :
1. Strategi Kekayaan Intelektual

Dalam kuadran kompas ini, perusahaan berkolaborasi dengan pemegang


jabatan dan mempertahankan kontrol terhadap produk atau teknologinya. Start-
up berfokus pada generasi dan pengembangan dan menghindari biaya hilir,
kegiatan yang dihadapi pelanggan. Oleh karena itu, pilihan pengembangan
mengenai hal itu akan menentukan pelaku usaha lama (incumbent) mana yang
merupakan mitra yang paling cocok untuk usaha tersebut.
Selain itu, karena kerja sama membutuhkan keselarasan dengan kegiatan para
incumbent, para start-up mungkin akan memilih generalizable technology
investment yang kompatibel dengan sistem yang ada.
88 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Pada akhirnya, identitas start-up — sebagai suatu pabrik ide — akan


tercerminkan dalam pengembangannya terhadap inovasi yang bisa membawa
pasar melalui incumbent, yang terpilih. Tetapi akan melihat dirinya sebagai
mengembangkan sejumlah kecil teknologi modular yang dapat membuat
perbedaan yang menentukan bagi industri dan tidak akan terlibat dalam
eksperimen tidak terstruktur dengan setiap potensi teknologi baru.
Perusahaan suara Dolby menyediakan contoh yang klasik. siapapun di pasar
untuk sistem stereo atau menonton film di teater dijamin akan menemukan nama
Dolby. Dolby Laboratories mematenkan teknologi pengurangan kebisingan,
yang ditemukan oleh Ray Dolby pada tahun 1965, menjadi standar global, dan
mempertahankan kepemimpinan di pasar selama 50 tahun. Teknologi Dolby
telah dikreditkan dengan meningkatkan intensitas emosional film ikonik seperti
A Clockwork Orange karya Stanley Kubrick dan Star Wars karya George Lucas.
Namun penilaian bernilai jutaan dolar Dolby dicapai dengan interaksi terbatas
dengan sutradara film, produser musik, dan audiophiles. Perusahaan ini telah
melisensikan teknologi miliknya kepada banyak pengembang dan produsen
produk, termasuk Sony, Bose, Apple, dan Yamaha.
Pengusaha yang mengejar strategi seperti Dolby mengambil menjaga dan
melindungi kekayaan intelektual mereka dengan sangat serius. Paten dan merek
dagang yang disusun dengan hati-hati, dikelola dalam kombinasi dengan R&D
yang kuat, dapat menciptakan pertahanan yang kuat yang memungkinkan
pemula untuk mempertahankan daya tawar dalam jangka waktu yang lama.
Strategi ini menentukan pilihan budaya dan kemampuan: Perusahaan baru perlu
berinvestasi tidak hanya dalam keterampilan litbang yang relevan, tetapi juga
dalam pemikiran hukum yang cerdas dan berkomitmen. Strategi IP telah
terbukti kuat tidak hanya dalam kasus-kasus sempit seperti Dolby tetapi
diseluruh industri, seperti bioteknologi; dengan pemain platform teknologi
terkemuka, termasuk Qualcomm; dan untuk perantara pasar, seperti Getty
Images.
2. Strategi Gangguan

Strategi ini adalah kebalikan dari strategi IP. Ini melibatkan keputusan untuk
bersaing secara langsung dengan pemain lama, menekankan komersialisasi ide
dan pertumbuhan cepat pangsa pasar daripada kontrol pengembangan ide.
Pengusaha gangguan bertujuan untuk mendefinisikan kembali rantai nilai yang
sudah mapan dan perusahaan yang mendominasi rantai itu. Tetapi sifat
Bab 5 Manajemen dan Strategi Kewirausahaan 89

gangguan memungkinkan orang lain untuk mengikuti. Jadi inti dari strategi ini
adalah kemampuan untuk maju dan terus maju.
Meskipun kata “gangguan“ berarti kekacauan, tujuan awal wirausahawan
sebenarnya adalah untuk menghindari berhadapan dengan perusahaan papan
atas dan memprovokasi respons yang kuat (dan berpotensi fatal). Start-up
berusaha untuk dengan cepat membangun kemampuan, sumber daya, dan
loyalitas pelanggan sehingga ketika pemain lama akhirnya bangun, start-up
terlalu jauh ke depan untuk peniru untuk mengejar ketinggalan.
Karena alasan ini, pilihan awal pelanggan biasanya adalah segmen khusus —
biasanya yang dilayani dengan buruk oleh pemain lama dan dari layar radar
mereka. Hal ini memungkinkan perusahaan baru untuk membangun kredibilitas
dan mengeksplorasi (sebelum ada yang memperhatikan) teknologi baru yang
mungkin memiliki kelemahan awal tetapi prospek yang solid untuk peningkatan
dramatis. Jika terbukti layak, teknologi ini biasanya sulit untuk diadopsi — yang
kemampuan dan komitmennya dibangun berdasarkan teknologi yang sudah
mapan — untuk diadopsi.
Banyak pengusaha khawatir bahwa keraguan akan menunda
komersialisasi.
Proyek-proyek identitas wirausahawan yang mengganggu itu cepat dan
bersemangat. Start-up dikelola oleh orang-orang muda dan gesit. Mereka tidak
takut perang kompetitif yang akan datang; melainkan, sangat ingin terlibat dan
sangat cepat untuk merespon. Dan mereka sangat fokus pada pertumbuhan.
Netflix memberikan layanan berlangganan streaming, yang mana ditawarkan
secara online dengan beberapa program film dan televisi, termasuk beberapa
program yang dibuat sendiri secara berkualitas untuk kuadran ini. Frustrasi oleh
denda sewa film yang sudah lewat, pendirinya, Marc Randolph dan Reed
Hastings, membayangkan solusi yang akan memanfaatkan teknologi DVD
yang muncul saat itu. Setelah menguji konsep mereka dengan mengirimkan disk
melalui surat AS, mereka menciptakan layanan di akhir 1990-an yang
memungkinkan bioskop — daripada konsumen arus utama yang hanya ingin
menonton blockbuster terbaru — untuk menerima dan mengembalikan DVD
dengan cara itu. Strategi Netflix adalah mengambil keuntungan dari “long tail”
konten (berbiaya rendah) dan membangun mesin rekomendasi yang akan
memperkuat hubungan pelanggan, memungkinkan pengembangan metode baru
penyewaan film yang akan membuat Blockbuster bata-dan-mortar model usang.
90 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Pada tahun 2009, Jennifer Hyman dan Jennifer Fleiss (MBA Harvard,) ,
mendirikan perusahaan Rent the Runway, setelah mengamati bahwa wanita
yang mengikuti mode membeli baju hanya untuk digunakan sekali saja.
Perusahaan mengembangkan laman daring yang menawarkan pilihan untuk
menyewakan busana kepada mereka. Dan berfokus kepada operasi logistiknya
di mana harus mengirim baju baju yang akan disewakan kepada pelanggan, dan
mengambil pakaian setelah selesai digunakan. Meskipun perusahaan ini belum
dapat menggeser Neiman Marcus dan toko tradisional lainnya yang fokus
utamanya adalah pelanggan yang memiliki kemampuan untuk membeli
adibusana (Haute Couture) dan menyukai pelayanan pribadi di toko tersebut.
Kemudian perusahaan membuat data base pelanggan yang mempromosikan
merek melalui sosial media. Perkembangan perusahaan memberikan bukti
kemampuan melakukan eksekusi dalam logistik dan pemasaran pada saat bisnis
pakaian mengalami kelesuan.
3. Strategi Rantai Nilai

Strategi rantai pasok kelihatannya lambat dibandingkan dengan Disrupsi. Start


up berinvestasi dikomersialisasi produk dan kekuatan kompetisi. Start up tidak
berfokus pada pengendalian produk baru dan tidak menciptakan penghalang
pada produk baru lain. Tapi fokusnya pada menyesuaikan bisnisnya pada rantai
pasok yang ada. Pedestrian approach pada akhirnya bisa menciptakan bisnis
yang besar. Contohnya Foxconn perusahaan elektronik Cina yang bisa
membuat produk baru Apple dan merk lain pada skala besar dan tepat waktu.
Citra sebuah perusahaan timbul dari kompetensi bukan pada kompetisi agresif.
Meskipun para pengusaha rantai pasok dikendalikan oleh pelanggan dan
teknologi perusahaan lain, mereka fokus pada pencarian partner yang
mempunyai kemampuan unik. Strategi rantai pasok tersedia bagi kebanyakan
Start-up. Webvan yang didirikan tahun 1996 berusaha menganggu industri
supermarket, Peapod menjadi pemimpin di industri penjualan bahan makanan
online dengan cara memberikan nilai tambah dan sebagai komplimen dari
pengecer tradisional (Webvan bangkrut pada tahun 2001)
Kemitraan awal dengan pemasok makanan daerah Chicago, Jewel-Osco,
memungkinkan Peapod untuk menjelaskan siapa pelanggan idealnya (wanita
profesional) dan apa yang mereka hargai (kemampuan untuk mengulangi
pesanan secara teratur dan untuk menjadwalkan pengiriman untuk waktu-waktu
tertentu). Sementara strategi gangguan Webvan membutuhkan
rekonseptualisasi ulang seluruh pengalaman berbelanja, pendekatan Peapod
Bab 5 Manajemen dan Strategi Kewirausahaan 91

yang lebih terfokus memungkinkannya untuk mengembangkan proposisi nilai


yang berarti bagi pelanggan yang bersedia membayar premi untuk pemesanan
dan pengiriman otomatis, menghasilkan kemitraan yang menguntungkan
dengan rantai supermarket. Stop & Belanja. Peapod memperoleh pengetahuan
dan mengembangkan kemampuan khusus yang dengannya ia memimpin bisnis
kelontong online selama hampir 20 tahun.
Pengusaha yang mengadopsi pendekatan Peapod menciptakan dan
mendapatkan nilai dengan berfokus pada satu lapisan “horizontal” rantai nilai di
mana keahlian dan kemampuan mereka tidak disaingi. Dalam mungkin tidak
ada strategi wirausaha lain, tim pendiri memainkan peran yang lebih penting.
Selain merekrut tenaga penjualan yang berfokus pada pelanggan akhir, atau
insinyur yang dapat meningkatkan fungsi teknis produk, ia harus dapat
mengintegrasikan inovator, pemimpin pengembangan bisnis, dan mitra rantai
pasokan.
Kemampuan start-up harus diterjemahkan ke dalam diferensiasi yang
ditingkatkan atau keuntungan biaya untuk perusahaan yang sudah mapan. Dan
bahkan jika inovasi meningkatkan posisi kompetitif dari keseluruhan rantai
nilai, usaha baru itu hanya akan berlaku jika pemain lain dalam rantai tidak dapat
mereplikasi nilai yang telah diciptakannya.
4. Strategi Arsitektur

Sedangkan strategi rantai nilai adalah domain yang berprestasi tenang,


pengusaha yang memilih dan sukses dengan strategi arsitektur cenderung
memiliki profil publik yang sangat tinggi. Strategi ini memungkinkan
perusahaan baru untuk bersaing dan mencapai kontrol, tetapi tidak terjangkau
oleh banyak orang, jika tidak, sebagian besar ide dan sangat berisiko jika
memungkinkan. Ini adalah domain Facebook dan Google.
Pengusaha yang mengikuti strategi arsitektur merancang rantai nilai yang sama
sekali baru dan kemudian mengendalikan kemacetan utama di dalamnya.
Mereka mungkin bukan pencetus inovasi yang mendasari — mesin pencari
sebelum Google, dan jejaring sosial sebelum Facebook — tetapi mereka
membawanya ke pasar massal melalui penyelarasan keinginan pelanggan,
teknologi, dan pilihan identitas. Facebook berkomitmen sejak awal untuk tidak
membebankan biaya kepada pengguna, meskipun dinamika media sosial akan
mengikat mereka ke dalam platform. Google mengadopsi motto "Don't Be Evil"
sehingga dapat mencapai dominasi tanpa pushback yang telah mengganggu
92 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

perusahaan digital lainnya seperti IBM dan Microsoft. Risiko bagi


wirausahawan arsitektur berasal dari fakta bahwa mereka mungkin hanya
memiliki satu kesempatan. Mungkin tidak mengherankan bahwa wirausahawan
arsitektur seringkali akhirnya mencoba membangun platform daripada produk.
Meskipun platform dapat dikomersialkan melalui strategi lain, jika inti dari
platform ditutup, pengusaha mungkin dapat mengendalikan rantai nilai baru.
Pertimbangkan OpenTable, layanan reservasi restoran online yang didirikan
pada tahun 1998 oleh Chuck Templeton. Terrmotivasi oleh tantangan untuk
membuat reservasi makan malam sederhana melalui telepon, Templeton
berhipotesis bahwa selain menawarkan platform reservasi, dengan cara online
berhasil menyelesaikan masalah manajemen tempat duduk restoran. Dia
memutuskan untuk membangun sistem yang menggabungkan pemesanan
restoran dengan tempat duduk dan perangkat lunak manajemen,
menempatkannya dalam persaingan langsung dengan vendor point-of-sale yang
sudah mapan seperti IBM dan NCR.
Pada awalnya OpenTable mencoba membuat jaringan dan konektivitas untuk
membangun kekuatan bisnisnya. Memperkenalkan pasar pada start-up nya,
dengan target dapat bekerja sama dengan 20 restoran papan atas di San
Fransisco, dengan demikian 50 resto lain akan mengikuti jejak 20 resto terkenal
tadi. Mulai ada massa kritis di situs web. " Templeton menata ulang rantai nilai
industri makan sehingga operasi internal restoran diintegrasikan ke dalam
keterlibatan pertama pelanggan dengan mereka: fase pemesanan. OpenTable
mencapai kontrol atas data hak milik yang berharga pada preferensi dan
permintaan pelanggan dan membangun platform yang sulit untuk dihilangkan
yaitu “meja taruhan” untuk pemilik restoran baru. Pada tahun 2014, Priceline
mengakuisisi senilai $ 2,6 miliar.
Membuat Pilihan
Langkah pertama adalah mengisi sebanyak mungkin kuadran kompas dengan
opsi-opsi strategis. Ini bukan tugas yang mudah, melibatkan pengumpulan
informasi tambahan dan bereksperimen sampai tingkat tertentu. Pendekatan
yang sangat efektif untuk para pemula dapat ditemukan dalam The Lean Startup
karya Eric Ries, Alexander Osterwalder dan Generasi Model Bisnis Yves
Pigneur dan Kewirausahaan Disiplin Bill Aulet. Apapun kerangka yang dipilih,
bagaimanapun, itu harus melibatkan proses eksplisit membangun dan menguji
— pengamatan yang dibuat dengan baik dalam “ Membawa Ilmu Pengetahuan
Bab 5 Manajemen dan Strategi Kewirausahaan 93

ke Seni Strategi ,” oleh AG Lafley, Roger L. Martin, Jan W. Rivkin, dan Nicolaj
Siggelkow (HBR, September 2012).
Proses ini setidaknya menghasilkan wawasan penting ke hambatan yang terkait
dengan jalur tertentu dalam kompas. Beberapa alternatif dapat dihentikan karena
kurangnya kelayakan atau kurangnya keselarasan dengan kemampuan tim
pendiri. Dalam kasus-kasus lain, persyaratan — dalam hal modal, komitmen,
dan momentum — akan menjadi jelas, memungkinkan permulaan untuk fokus
pada mereka agar strategi yang dipilih berhasil.
Setelah alternatif telah diidentifikasi, bagaimana seharusnya pengusaha benar-
benar membuat pilihan? Mari kita kembali ke RapidSOS. Ketika para pendiri
memperdebatkan langkah selanjutnya untuk gagasan mereka — sistem tanggap
darurat seluler-sentris — mereka menggunakan kompas untuk mengidentifikasi
empat strategi. Seperti disebutkan sebelumnya, mereka dapat menggunakan
strategi arsitektur untuk menggantikan sistem 911 yang ada dengan "Uber untuk
ambulan." Mereka dapat menggunakan strategi IP untuk berkolaborasi dengan
pemain yang ada di sektor tanggap darurat. Mereka dapat menggunakan strategi
rantai nilai untuk bekerja dengan perusahaan asuransi dan mitra lain yang
menghadapi konsumen, menjadi fitur untuk aplikasi telepon pintar perusahaan.
Atau mereka dapat menggunakan strategi gangguan untuk fokus pada segmen
pelanggan yang sempit untuk siapa prioritas tanggap darurat - seperti epilepsi -
dan bermitra dengan kelompok advokasi pasien untuk memenuhi
kebutuhannya.
Untuk setiap kuadran kompas, perusahaan mengidentifikasi pelanggan mana
yang menjadi target, teknologi mana yang menjadi fokus, identitas apa yang
harus diasumsikan, dan siapa yang harus bersaing dengan dan bagaimana.
Keempat jalur tampak masuk akal, yang merupakan validasi dari ide pendiri.
Jika hanya ada satu visi masa depan yang ada, wirausahawan mungkin tidak
memiliki banyak bisnis untuk memulai.
Banyaknya pilihan tidak akan membuat sulit. Secara sederhana, pengusaha
harus memilih strategi yang cocok dengan tujuan bisnis yang dibangunnya.
RapiSOS mempunyai misi untuk meningkatkan pelayanan pada pelanggan
yang khusus, tim fokus bekerja dengan keyakinan tinggi dengan strategi
disrupsi. Komitmen ini - yang dapat dikomunikasikan oleh Martin dan Horelik
dengan penuh semangat dan tujuan - memungkinkan mereka untuk
memenangkan kelompok pasien dan pemangku kepentingan di seluruh sektor
94 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

tanggap darurat, memungkinkan RapidSOS untuk meluncurkan teknologinya


ke pasar yang lebih luas selama dua tahun.
Tim pendiri tidak hanya membuat pilihan; itu harus menjalani pilihan.
Penyelarasan antara strategi dan tujuan sangat penting untuk memotivasi para
pendiri dan membujuk para pemangku kepentingan awal untuk menempuh
jalan yang dipilih. Agar jelas, membuat pilihan membutuhkan komitmen tetapi
tidak menutup semua jalan lain ke depan. Keputusan RapidSOS untuk terlibat
dengan advokat pasien dan komunitas tanggap darurat berarti bahwa permulaan
tidak mungkin melewati sistem 911 tradisional — setidaknya dalam jangka
menengah. Tetapi fokus pada kelompok advokasi pasien mendorong
keterlibatan pengguna akhir, yang seiring waktu menghasilkan peluang
kolaborasi yang bermakna dan menarik investasi dari pemain yang lebih mapan,
termasuk Motorola.
Namun, setiap strategi memengaruhi kemungkinan dasar (fundamental) masa
yang akan datang, menghilangkan beberapa, dan membuka yang lain. Suatu
usaha harus memperhatikan hal ini sehingga tidak meningkatkan biaya di masa
depan tetapi, memungkinkan peluang untuk beralih dari tahap awal ke tahap
peningkatan.

5.4 Perilaku Wirausahawan Yang Baik


Iklim bisnis yang terus berubah, mengakibatkan wirausahawan dapat dengan
mudah menjadi kewalahan. Namun, dituntut untuk fokus pada tujuan
perusahaan. Bahkan dengan strategi yang tegas, setiap wirausahawan harus
memiliki kemampuan di bawah ini untuk menuju sukses (Sykes, 2017).
1. Pelajari kompetisi.

Wirausahawan harus mengetahui siapa pesaingnya dan harus memahami


produk atau layanan saingan yang ditawarkan.
Pengetahuan ini akan membantu dalam memasarkan produk atau layanan
denggan lebih baik, bahkan mungkin menggunakan kelemahan pesaing menjadi
keuntungan baginya.
Bab 5 Manajemen dan Strategi Kewirausahaan 95

2. Hemat uang tidak peduli seberapa bagus bisnisnya

Menjalani hidup dengan semurah mungkin, wirausahawan harus konservatif


dengan uang mereka mungkin untuk dapat berurusan dengan setiap tambalan
kasar yang muncul. Menghemat biaya operasional selama beberapa bulan di
bank akan membantu untuk bertahan dalam situasi yang tidak terduga.
3. Teliti produk dan layanan baru

Memahami produk atau layanan yang muncul di lingkungan bisnis yang dapat
meningkatkan operasi perusahaan. Lakukan penyesuaian terhadap bisnis.
Manfaatkan semua teknologi yang ditawarkan, adaptasi semua aplikasi yang
dapat digunakan untuk mengatur waktu menjadi lebih efisien dan
memungkinkan pendelegasian tugas-tugas.
4. Jangan menangani pasar besar pada awalnya

Hindari ekspansi ke pasar besar di tahap awal. Berpikir “jika kita dapat
menangkap hanya 1 persen dari Cina“ bisa berubah menjadi kesalahan.
Pemasaran ceruk bisa sangat efektif biaya jika wirausahawan mengingat tiga
hal:
• Memenuhi kebutuhan unik pasar dengan menawarkan sesuatu yang
baru dan menarik.
• Berbicaralah dengan bahasa pasar dan pahami tombol-tombol
panasnya.
• Bahasa yang digunakan harus selaras dengan ceruk itu bahkan untuk
aspek-aspek kecil dari kampanye pemasaran seperti slogan
perusahaan.
5. Mendengarkan umpan balik pelanggan dan beradaptasi

Tenaga penjualan tahu pepatah “lakukan transaksi“, disebut oleh singkatan


ABC (always be closing) dan selalu beradaptasi, atau ABA (always be
adapting). Tetapi pengusaha dapat mengembangkan bisnis mereka hanya ketika
mereka mendengarkan umpan balik pelanggan. Ini mungkin tidak berarti
banyak jika satu pelanggan tidak menyukai produk tetapi jika ini berlaku untuk
banyak dari mereka dan mereka meminta fitur lain, dengarkan dan siap untuk
beradaptasi.
96 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

6. Tanggapi perubahan

Dalam perubahan bisnis tidak terhindarkan dan mereka yang mampu merespons
fleksibel dan fleksibel. Wirausahawan harus siap untuk menerima perubahan
dan menyesuaikan operasi bisnis yang sesuai. Jadilah fleksibel. Jika perubahan
dalam produk atau layanan terjamin, jangan ditinggalkan. Kurangnya
kemampuan beradaptasi dapat menyebabkan kerugian pada pelanggan,
keuntungan, dan bahkan kegagalan bisnis. Sebagai wirausaha, pahami bahwa
dunia berkembang dengan pesat. Bahkan sebuah perusahaan yang didirikan
setahun lalu dapat mengubah dunia saat ini. Kewirausahaan di pasar negara
berkembang bisa menjadi faktor utama dalam pengembalian ekonomi global
yang sehat.
Bab 6
Penggunaan Sumber Daya
Wirausaha

6.1 Wirausahan (Entrepreneur)


Wirausaha atau populernya disebuat Entrepreneur selalu diprofilkan sebagai
pengusaha yang sukses, mandiri dalam menjalankan usahanya, mengelola
sumber daya, berani mengambil risiko untuk mencapai tujuan memperoleh
penghasilan dan kemakmuran yang telah direncanakannya. Kewirausahawan
atau Entrepreneurship adalah suatu kegiatan yang disebut creative destruction,
merupakan upaya untuk mendapatkan titik keseimbangan yang baru, serta
mengimplementasikan konsep dan perencanaan yang telah diidentifikasi sesuai
rencana akhir untuk meningkatkan penghasilan dan memaksimalkan
kesejahteraan. Kegagalan (failure) adalah merupakan konsekwensi bagi
individu atau organisasi untuk menjadi wirusahawan (Cardon, Stevens and
Potter, 2011). Keinginan untuk tumbuh kembang adalah merupakan tujuan
utama dari entrepreneur. Jadi dapat didefinisikan bahwa entrepreneur adalah
seseorang yang melihat peluang dan memanfaatkan peluang tersebut dengan
baik (Dutta and Thornhill, 2008).
Faktor penentu penemuan trobosan (breakthrough invention) adalah merupakan
sesuatu yang dibutuhkan dari sisi penggunaan teknologi dan perkembangan
organisasi, karena dapat menggambarkan keunggulan daya saing yang unik,
bernilai (value) dan tidak mudah diadopsi (Ahuja and Morris Lampert, 2001).
Perusahaan akan berusaha mengeksploitasi peluang untuk membuat produk
unggul yang mempunyai keuntungan mampu bersaing dan berkesinambungan
98 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

(sustainable competive advantage), walaupun daya saing tersebut dapat juga


bertahan dalam waktu cepat tergantung dari lingkungan. Di sisi lain keunggulan
dapat menggambarkan perbedaan sumber daya yang dimiliki perusahaan,
sehingga menyebabkan berbedanya faktor pendukung.

6.2 Faktor Pemicu Lingkungan


Kewirausahan
Proses kewirausahaan dimulai dengan inovasi yang didukung berdasarkan
pengalaman pribadi, faktor lingkungan dan sosiologi (Suryana, 2006). Faktor
locus of control, toleransi, risiko, kepribadian, usia seseorang, pengalaman,
pendidikan, gender, komitmen dan ketidakpuasan adalah faktor pemicu
individu kewirausahaan, sedangkan faktor pemicu linkungan adalah
kesempatan/peluang, model peran, aktivitas, kompetitor, inkubator, sumber
daya dan kebijakan pemerintah. Pemicu dari lingkungan sosial adalah orangtua,
keluarga dan jaringan kelompok. Pada tahap perintisan, pertumbuhan
kewirausahaan tergantung pada tingkat kemampuan seseorang, organisasi dan
lingkungan. Pertumbuhan kewirausahaan dipengaruhi oleh kompetitor,
konsumen, pemasok, dan lembaga keuangan untuk pendanaan. Faktor yang
memengaruhi pribadi antara lain adalah komitmen, visi, kemamuan managerial,
sedangkan kelompok, struktur, budaya dan strategi dipengaruhi oleh organisasi.

Gambar 6.1: Proses Kewirausahawan (Bygrave, 2004)


Bab 6 Penggunaan Sumber Daya Wirausaha 99

Proses kewirausahaan mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:


1. Proses inovasi

Faktor pribadi yang mendorong inovasi adalah, ingin berprestasi, sifat


penasaran, imgin menanggung risiko, pendidikan dan pengalaman, sedangkan
faktor lingkungan yang mendorong inovasi adalah kreativitas, pengalaman dan
adanya peluang/kesempatan. Dengan adanya inovasi akan mendorong dan
mengarahkan seseorang untuk memulai usaha.
2. Proses pemicu

Pemicu seseorang untuk masuk kedunia bisnis antara lain adalah;


a. Ketidakpuasan pada pekerjaan yang sekarang.
b. Tidak bekerja sebagai akibat dari pemutusan hubungan kerja
c. Faktor usia
d. Berani mengambil risiko
e. Mempunyai komitmen yang tinggi pada usaha

Pemicu usaha dari faktor lingkungan adalah;


a. Persaingan hidup.
b. Punya modal yang dapat digunakan untuk usaha.
c. Turut serta pelatihan atau inkubator usaha.
d. Kebijakan pemerintah.

Faktor pemicu sosiologi antara lain adanya;


a. Hubungan relasi.
b. Team yang solid dalam melaksanakan usaha.
c. Dorongan orang tua.
d. Bantuan keluarga atau famili.
e. Pengalaman dari usaha yang lalu.
3. Proses implementasi

Faktor pribadi yang mendorong pelaksanaan usaha adalah;


a. Orangnya siap mental (totlitas)
b. Pembatu utama yang handal.
100 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

c. Komitmen yang kuat.


d. Punys visi kedepan untuk berhasil.

4. Proses Pertumbuhan

Faktor organisasi yang mendorong pertumbuhan;


a. Punya team yang kompak dan handal dalam menjalankan usaha.
b. Strategi yang mantap karena adanya team yang handal.
c. Membudayang struktur dan organisasi.
d. Adanya produk unggulan dalam produksi

Faktor lingkungan yang mendorong implementasi pertumbuhan usaha adalah:


a. Unsur persaingan yang menguntungkan.
b. Fasilitas investor.
c. Mudahnya pengadaan modal usaha dari investor bank.
d. Tersedianya sumber dana yang dapat dimanfaatkan.
e. Adanya kebijakan pemerintah berupa peraturan yang menunjang untuk
usaha.

Perilaku kewirausahawan (seperti pada Gambar 6.1), terbentuk berdasarkan


prilaku dan sifat pribadi seseorang, perilaku kewirausahawan dan
lingkungannya (Nassif, Ghobril and Silva, 2010). Faktor yang bersifat personal
akan langsung melekat pada pribadi seseorang, ini akan menjadi alat pemicu
penting untuk menjadi wirausahawan, pendorong utama untuk mencapai
keberhasilan dan sebagai katalisator adalah faktor lingkungan. Karakteristik
entrepreneur oleh Bygrave digambarkan dalam 10 D berikut:
Tabel 6.1: Karakteristik Entrepreneur (Bygrave, 1996)

DREAM Mampu mewujudkan masa depan sesuai visi yang di


rencanakan

DECISIVENESS Berani mengambil keputusan sesuai dengan analisis


dan kalkulasi yang akurat dan bekerja dengan cepat

DOERS Melaksanakan keputusan yang telah dibuat


Bab 6 Penggunaan Sumber Daya Wirausaha 101

DETEMINATION Fokus dalam menjalankan semua kegiatan


DEDICATION Punya dedikasi yang tinggi

DEVOTION Menjiwai dan meyukai pekerjaan

DETAILS Rinci dalam menghadapi kondisi kritis

DESTINY Bertanggung jawab kepada hasil yang ditargetkan


DOLLARS Motivasi bukan semata karena uang

DISTRIBUTE Membagi kepemilikan kepada orang yang


dipercayai
Hasil penelitian di Brazil oleh Nassif, Ghobril and Silva (2010) bahwa adanya
dominasi yang kuat dari aspek afektif seperti motivasi diri dan ketekunan,
keberanian, dan besarnya risiko yang akan diterima serta rasa optimis pada awal
membentuk usaha dan konsep usaha. Dominasi ini akan tumbuh kembang
bergeser dari afekrif ke kognitif dan selanjuknya faktor lingkungan kultural,
sosial budaya, ekonomi dan sosial politik akan memengaruhi aspek afektif dan
kognitif dari waktu ke waktu.
Bosma, Van Praag dan De Wit (2000) melakukan penelitian di Belanda perihal
faktor-faktor yang memengaruhi kesuksesan entreprenurship. Penelitian
diklasifikasikan pada beberapa sumber daya dalam bobot yang berbeda dengan
kategori sumber daya manusia, keuangan, dan sosial. Variabel yang dipakai
adalah strategi yang digunakan untuk mempertahankan dan menjaga
perusahaannya. Tolak ukur keberhasilan adalah tingkat untuk yang didapat, laju
perkembangan lapangan kerja yang terciptakan dan lama waktu bertahanya
perusahaan (survival period).
Hasil penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut;
(a) Sumber daya manusia (Human Capital), pengusaha senior lebih sedikit
menciptakan lapangan kerja dibanding yang junior, namun yang junior
lebih memiliki kemungkinan/ probalilitas untuk meninggalkan
pekerjaan lebih tinggi dari yang senior. Dari aspek tingkat pendidikan
dan pengalaman ternyata probalitas untuk sukses lebih besar.
102 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

(b) Sumber daya Sosial (Sosial capital), adanya hubungan keluarga sering
lebih menciptakan negatif dari sisi keuntungan, namun dukungan dari
keluarga inti, menjadi pendorong dan menambah semangat hidup
entitas usaha, sedangkan hubungan jaringan (networking)
kewirausahaan lebih positif dalam menciptakan lapangan kerja.
(c) Sumber daya modal (Finacial Capital), Penghasilan yang didapat
pengusaha diluar pendapatan yang diperolehnya dari entitas usaha,
ternyata berpengaruh negatif dalam hal penciptaan lapangan kerja, dan
persuhaan dengan modal sendiri tidak menciptakan banyak lapangan
kerja, namun kontribusi finasial dari mitra kerja lebih dapat
meningkatkan penyediaan lapanngan kerja,
(d) Strategi untuk menjaga usaha, pengusaha harus fokus memperoleh
informasi bagi usahanya untuk mencapai target keuntungannya,
menjaga hubungan lansung ke konsumen dan pemasok untuk
mencapai probabilitas yang tinggi.
(e) Variabel kontrol, hasil penelitian menyatakan bahwa berkaitan dengan
kelangsungan hidup (survival) dan ketahanan (durabity) entitas usaha,
ternyata pengusaha lelaki lebih unggul dari pengusaha perempuan,
tetapi lapangan kerja tidak ada perbedaannya. menyangkut penyediaan

Untuk menunjang keberhasilan atau kesuksesan entrepreneur (Rose, Kumar and


Yen, 2006) melakukan penelitian di negri jiran Malaysia dengan hasil seperti
berikut;
(a) Faktor kesuksesan, suksesnya entrepreneur ditentukan oleh inisiatif
pribadi, semakin tinggi dia mengembangkan manajemen akan semakin
meningkatkan operasi bisnis dan dapat meningkatkan sikap keinginan
untuk terus menambah ilmu dan terus belajar agar usaha semakin
maju.
(b) Sumberdaya manusia, terdapat hubungan positif antara berbagi aspek
sumber daya manusia dengan tumbuh-kembangnya dan entitas suatu
bisnis, karena sumber daya manusia juga merupakan pembeda yang
sangat menunjang pertumbuhan entitas usaha.
(c) Perkembangan perusahaan, entrepreneur akan berhasil seusai
tujuannya adalah jika sebagai pendiri perusahaannya dia senatiasa
Bab 6 Penggunaan Sumber Daya Wirausaha 103

dapat menumbuh-kembangkan manejemen perusahaan, peningkatan


dan inovasi produk dan dan jasa serta faham terhadap kebutuhan pasar
dan merespon dengan tepat umpan balik dari pelanggan.
(d) Memahami permintaan, seorang entrepreneur harus mampu membuat
perencanaan strategis dalam kaitan persaingan yang sedang terjadi dan
akan terjadi di masa datang, dengan planning yang tepat maka
kelangsungan hitup entitas usaha akan dapat dipertahankan.

Motivasi sebagai salah satu faktor penunjang keberhasilan bisnis entrepreneur


merupakan aspek individu, (Aidis, Mickiewicz and Sauka, 2008)
mengkonfimasi hasil penelitian menyatakan bahwa entrepreneur yang
mempunyai sifat optimis mempunyai performasi/ kinerja probabilitas yang
lebih berhasil dibanding yang mempunyai sifat pesimis. Dan dikatakan bahwa
ekpektasi awal dari seorang entrepreneur akan berdampak positip secara aktual
dimasa datang dan lebih lanjut dinyatakan jika entitas usaha dijalankan oleh
orang yang belum berpengalaman (nescent ertrepreneur) sulit untuk
mendapatkan keuntungan yang ditargetkan. Dibutuhkan pengalaman
kewirausahawan 2 sampai 16 tahun untuk menjadi usahawan yang dinamis
(disebut middle catagory).
Berdasarkan uraian diatas bahwa seorang entrepreneur untuk berhasil
memperoleh keuntungan dengan tingkat probabilitas sesuai sasaran atau target
yang telah dirancang, juga probabilitas menciptakan lapangan kerja, masa
bertahan usaha tidak cukup hanya mempunyai kemampuan/keterampilan
kewirausahawan (entrepreneurial skills), tetapi harus juga menguasai faktor
lingkungan.

6.3 Nilai Kemampuan Kewirausahan


Adalah merupakan prilaku seseorang yang ditunjukkan oleh nilai nilai
kemampuannya dalam berwirausaha. Sedangkan menurut Suryana (2006)
seseorang dikatakan mempunyai kemampuan dalam berwirausaha apabila
seseorang itu mempunyai:
(a) Kemampuan menciptakan suatu konsep rumusan tentang tujuan hidup
/ usaha. Untuk menciptakan konsep rumusan tujuan hidup dan
104 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

keberhasilan usaha, maka butuh inspirasi dari hasil pemikiran,


direnungkan kemudian dikoreksi untuk hal-hal yang tidak perlu. Untuk
mendapatkan hasil yang sempurna, maka konsep perlu dibaca berulang
ulang serta dipahami, apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan.
Selanjutnya adalah memotivasi diri sendiri untuk berhasil dalam
melaksanakan konsep/rumusan tersebut dengan tekad dan kemauan
yang keras agar semua yang dilakukan tercapai sesuai tujuan.
(b) Kemampuan berinovasi dan berinisiatif yaitu melakukan sesuatu
berdasarkan keinginan diri sendiri, bukan instruksi dari orang lain, dan
melakukannya terus menerus, sehingga menjadi suatu kebiasaan,
sehingga dapat tercipta kreativitas (daya cipta) yang tinggi, dan
selanjutnya akan meningkatkan motivasi untuk terus berusaha mencari
dan menciptakan sesuatu hal yang baru atau kombinasi baru yang akan
menjadi perangkat dalam menyajikan beraneka barang dan jasa untuk
pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat.
(c) Kesanggupan menciptakan modal (capital) berupa barang modal atau
uang, sebagai salah satu sarana dalam membentuk usaha, dan harus
dibarengi dengan kemampuan mengatur waktu seefektif mungkin,
terbiasa bekerja tepat waktu, disiplin tinggi, sehingga terhindar dari
kebiasaan menunda pekerjaan. Selanjutnya harus mempunyai mental
yang berlandaskan agama, agar terbiasa berlaku jujur dan berhati
Nurani dalam setiap pengambilan keputusan, dan selalu mengambil
hikmah dari pengalaman baik maupun buruk dalam berusaha,
mempunyai jiwa yang tegar agar terhindar dari sifat putus asa.

Seseorang dikatakan mempunyai jiwa wirausaha, apabila berani


mengembangkan usaha dengan die-ide baru yang dimilikinya, Menurut
(Suryana, 2006) kewirausahaan adalah merupakan perpaduan antara sumber
daya, watak pribadi dan keuangan. Oleh karena itu wirausaha adalah merupakan
suatu pekerjaan yang sifatnya fleksibel, tapi mampu mengatur waktu, uang
sebagai modal, membuat perencanaan, membuat keputusan terhadap pekerjaan,
berani menanggung risiko, terhadap tindakan-tindakan yang akan dan telah
dilakukan, serta penuh dengan imajinasi untuk mencapai tujuan sesuai yang
diinginkan.
Bab 6 Penggunaan Sumber Daya Wirausaha 105

Untuk mencapai semua itu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam
berwirausaha, yaitu mampu menganalisa dan mengevaluasi peluang yang ada
untuk menciptakan peluang baru, dapat menspesifikasikan sumber daya yang
diperlukan, sehingga dapat diperoleh keuntungan berdasarkan perencanaan.
Esensi kewirausahaan adalah dapat menciptakan keragaman produk,
berdasarkan hasil kombinasi sumber daya sehingga terbentuk produk baru
dengan cara baru, serta berbeda dengan produk lain, sehingga dapat bersaing
dengan produk yang sudah ada dan mempunyai nilai jual dan nilai tambah yang
tinggi di pasaran.
Pada dasarnya, seseorang yang memiliki jiwa wirausaha adalah oang yang
mempunyai kreativitas tinggi, senang melakukan treatment dan inovasi baru,
selalu aktif untuk hal hal yang positif, menyukai tantangan dan perubahan
dengan melakukan pembaharuan, mempunyai keinginan untuk maju, berani
terhadap risiko, dan mempunyai pemikiran yang jauh kedepan.
Ada lima hakikat penting dalam berwirausaha
1. Kewirausahaan merupakan perwujudan dari prilaku seseorang sebagai
sumber daya yang mampu menggerakkan suatu kegiatan yang
mempunyai kiat dan proses dalam memulai suatu usaha dan
perkembangan usaha yang bertujuan hasil bisnis.
2. Kewirausahaan mampu menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
serta dapat bersaing.
3. Kewirausahaan merupakan suatu kreativitas yang punya inovasi yang
bisa mencari solusi dari permasalahan yang ada untuk mendapatkan
peluang baru dalam memperbaiki usaha/bisnis.
4. Kewirausahaan merupakan usaha dalam menciptakan sesuatu yang
baru, dan berbeda, mempunyai nilai lebih serta mempunyai manfaat.
5. Kewirausahaan merupaka usaha mengkombinasikan berbagai sumber
daya dengan metode baru, dan hasil yang berbeda serta dapat bersaing.

Beberapa ahli mempunyai konsep yang berbeda beda dalam


mengkarakteristikkan kewirausahaan, di antaranya Suryana (2006) yang
membuat konsep karakteristik dan watak kewirausahaan, antara lain:
106 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Tabel 6.2: Karakteristik dan Watak Kewirausahawan


Karakteristik Watak
1. Percaya diri Individualitas, mempunyai kemampuan yang
tinggi, tidak tergantung pada orang lain, dan penuh
optimis
2. Berorientasi pada Berusaha meningkatkan prestasi, penuh ketekunan
pekerjaan dan Hasil dan ketabahan, bertekad untuk maju, mempunyai
usaha dorongan jiwa yang kuat, energik dan penuh
inisiatif, serta orientasi keuntungan
3. Pengambilan risiko Menyukai hal baru yang penuh tantangan, serta
berani mengambil risiko yang sewajarnya
4. Kepemimpinan Berjiwa pemimpin, dapat bergaul dengan baik
pada semua orang, mempunyai pengaruh, bersifat
mengayomi, serta mau menanggapi kritik dan
saran
5. Keorisinilan Memiliki kreativitas yang tinggi, mempunyai
inovasi serta fleksibel
6. Berorientasi ke masa Mempunyai pola pikir yang maju kedepan serta
depan gambaran masa depan

Suryana (2001) berpendapat, bahwa ada delapan karakteristik kewirausahaan:


1. Desire for responsibility, yaitu mempunyai tanggung jawab yang
tinggi pada usaha/bisnis yang telah dijalankan, dengan kata lain akan
selalu mawas diri terhadap segala rintangan yang akan dihadapi,
2. Preference for moderate risk, yaitu lebih menginginkan risiko yang
moderat, artinya berusaha menolak risiko yang tinggi, dan berusaha
mengatasi risiko yang rendah
3. Confidence in their ability to success, yaitu mempunyai keyakinan diri
yang tinggi pada kemampuan diri sendiri, agar sukses
4. Desire for immediate feedback, yaitu berusaha agar ada pengamatan
terhadap tanggapan langsung dari masyarakat (umpan balik) dengan
cepat agar dapat melakukan antisipasi untuk keberhasilan usaha.
Bab 6 Penggunaan Sumber Daya Wirausaha 107

5. High level of energy, yaitu Energik dan mempunyai semangat yang


tinggi, dengan bekerja keras untuk mendapatkan usaha yang lebih baik
untuk masa depan
6. Future orientation, yaitu memiliki perspektif masa depan yang lebih
baik, dan orientesi kedepan akan lebih maju.
7. Value of achievement over money, yaitu mempunyai skill dan
keterampilan dalam mengelola sumber daya, baik berupa materi
maupun inmateri agar mempunyai nilai tambah.
8. Skill at organizing, yaitu memiliki keahlian dalam mengelola sumber
daya sesuai dengan kebutuhan dan keterampilan.

Menurut Suryana (2001) ciri ciri dan karakteristik kewirausahaan berdasarkan


nilai dan perilaku kewirausahaan.
Tabel 6.3: Karakteristik Kewirausahawan

Values Behavior

Commitment Bertanggung jawab dan menyelesaikan tugas


sampai selesai

Moderate risk Tidak mencoba coba, memilih jalan tengah


dalam mengambil risiko

Seeing opportunities Mengambil kesempatan yang ada


Objectivity Mengamati kondisi dengan kenyataan yang ada

Feedback Menganalisa data kinerja sebagai panduan


aktivitas

Optimism Menunjukkan percaya diri pada situasi yang


baru

Money Melihatnya sebagai sumber daya, bukan


sebagai tujuan akhir

Proactive management Mengelola situasi aktual berdasarkan


perencanaan kedepan
108 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Sedangkan menurut Suryana (2006) mengemukakan secara ringkas ciri ciri


kewirausahaan sebagai berikut :
(1) Mandiri, dengan kemampuan sendiri, (2) Berani mengambil risiko, (3)
Belajar dari pengalaman yang ada, (4)memiliki motivasi yang kuat, (5) Sanggup
bersaing, (6) Pekerja keras, (7) Kepecayaan diri yang tinggi, (8) Bertekad untuk
maju dengan meningkatkan prestasi, (9) Energik dan punya kemampuan tinggi,
(10) tegas, (11) yakin akan kemampuan diri sendiri, (12) Mandiri dan tidak
butuh bantuan orang lain (13) Tidak mudah menyerah baik pada kondisi alam
maupun lingkungan (14)berjiwa pemimpin (15) tidak dibuat buat atau apa
danya (16) Pola pikir maju kedepan dan penuh ide .
Suryana (2001) menyimpulkan bahwa ciri seorang wirausahaan yang yang
berhasil adalah:
Tegas dan berinisiatif (Proaktif), kemampuan berprestasi yang tercermin dalam
sikapnya yang peka melihat peluang yang ada, berbuat efisien dan efektif,
mempunyai perencanaan, melakukan peningkatan dan mempertahankan
kualitas pekerjaan, melakukan monitoring, serta mempunyai komitmen yang
tinggi dalam melakukan kontrak kerja terhadap pelanggan maupun rekan bisnis.
Sedangkan menurut pendapat Suryana (2001), bahwasanya seseorang dapat
dikatakan menjadi seorang wirausaha yang berhasil apabila memiliki
karakteristik sebagai berikut : mempunyai visi, misi dan tujuan yang jelas, berani
menerima risiko baik risiko waktu maupun uang, memiliki perencanaan yang
terarah dan terorganisir, sanggup berkerja keras berdasarkan kepentingan yang
dibutuhkan, mempunyai konsep dan inisiatif untuk menjalin hubungan baik
dengan pelanggan maupun rekan bisnis, para pekerja atau lainnya, serta mau
bertanggung jawab apabila terjadi kegagalan .
Menurut Suharyadi, Purwanto and Maman (2007) seseorang dapat dikatakan
seorang wirausahawan, tercermin dari sikap, prilaku dari kegiatan sehari hari,
seperti:
• Mempunyai disiplin yang tinggi terhadap tugas, waktu maupun
pekerjaan, mempunyai komitmen yang jelas terhadap lingkup
kewirausahaan, tugas dan perkerjaan, mempunyai komitmen yang baik
terhadap pelanggan, menjaga nama baik pada pelanggan, sehingga
selalu mendapat kepercayaan dari pelanggan.
Bab 6 Penggunaan Sumber Daya Wirausaha 109

• Bersikap jujur, merupakan hal yang penting yang harus diberikan pada
pelanggan untuk menjaga kepercayaan agar pelanggan tidak lari ke
orang lain, terutama mengenai karakteristik produk, dan pelayanan
purna jual, ketepatan janji.
• Kreatif dan inovatif, sebagai seorang wirausaha yang handal, harus
mempunyai kreativitas yang tinggi untuk mendapatkan inovasi baru
terhadap produk, mampu melakukan diversifikasi produk, sehingga
tercipta produk baru yang mempunyai nilai tambah yang tinggi dan
mampu bersaing dengan produk sejenis, hal ini mutlak harus dimiliki
oleh seorang wirausahawan.

Ada empat nilai ciri ciri orientasi wirausahawan, (Suryana, 2001) yaitu:
1. Orientasi untuk maju dengan mengutamakan perolehan materi, ciri-ciri
ini dimiliki oleh orang yang berani mengambil risiko, dan mau
menerima teknologi baru.
2. Orientasi untuk maju tetapi tidak untuk mengutamakan materi, ciri-ciri
ini dimiliki oleh orang yang bersikap hanya ingin melayani sebagai
perwujudan rasa tanggung jawab antar sesama, mempunyai sikap yang
positif dan kreatif.
3. Orientasi untuk mendapatkan materi, hal ini dilakukan berdasarkan
pada kebiasaan yang selama ini dijalankan misal dengan menghitung
perbandingan antara modal yang dikeluarkan dengan pendapatan yang
diperoleh, selalu ingin melakukan usaha yang menguntungkan.
4. Orientasi bukan mengutamakan materi, hal ini dilakukan berdasarkan
pengalaman dan kebiasaan yang ada, dengan perhitungan berdasarkan
mistik, mempunyai paham etnocentris, serta taat pada aturan para
leluhur.

Menurut Suryana (2001), berdasarkan 4 ciri kewirausahaan di atas, ada beberapa


nilai hakiki yang penting dan harus dimiliki oleh seorang wirausaha yaitu rasa
percaya diri yang tinggi, hal ini akan memengaruhi pola pikir pembentukan ide
dan gagasan, dengan inisiatif sendiri, ketekunan dan semangat kerja yang keras,
akan meningkatkan kreativitas dan inovasi baru akan memuncul keberanian dan
gairah untuk berkarya yang berorientasi pada pekerjaan dan hasil. Orang yang
110 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

seperti ini adalah merupakan orang yang selalu bermotifkan pada prestasi,
dengan tekad kerja keras, tekun dan tabah dengan orientasi untuk keuntungan
/laba. Kreativitas adalah merupakan kemampuan berpikir akan hal hal yang baru
dan berbeda, sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk bertindak yang baru
dan berbeda.
Sikap berani mengambil risiko, adalah merupakan suatu tantangan yang
menarik, sebagai alternatif kemungkinan bisa berhasil atau gagal. Keberanian
untuk mengambil risiko sangat dipengaruhi oleh rasa percaya diri yang tinggi,
dengan memanfaatkan seluruh kemampuan yang ada, dan memiliki
pengetahuan dalam menilai kemungkinan risiko yang akan dihadapi, selain itu
wirausahawan harus memiliki sifat kepeloporan yang dapat menjadi tauladan
orang banyak, serta selalu mencari peluang untuk mendapatkan ide ide baru,
mempunyai keorisinilan, tidak cepat puas dengan keberhasilan yang ada,
mempunyai sifat yang menonjol, mampu berpikir divergen dan konvergen, dan
berpikiran jauh kedepan.
Seorang wirausaha dapat juga dikatakan seorang innovator karena kemampuan
nalurinya yang tajam untuk menganalisa dan melihat materi atau benda yang
ada disekitarnya sedemikian rupa dan terbukti benar, mampu merobah pola pikir
yang dirasa sulit untuk berubah, mampu bertahan pada kondisi yang sulit untuk
berubah, dan mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi sosial yang ada.
Menurut Suryana (2001), pola dan tingkah laku sorang wirausahawan dilihat
dari inovasi yang diciptakannya dalam menemukan dan menerima die-ide baru,
berani mengambil risiko, pada setiap keputusan yang dibuat dalam menghadapi
ketidakpastian, selain itu juga harus mempunyai kemampuan managerial dalam
mengelola fungsi-fungsi organisasi, seperti melakukan perencanaan, koordinasi
setiap unsur organisasi, mengawasi dan mengevaluasi, serta dapat memotivasi
setiap anggota untuk bekerja lebih baik, selalu meningkatkan prestasi dalam
melaksanakan usaha sesuai dengan tujuan usaha yang hendak dicapai .
Dalam mencapai prestasi yang dinginkan, seorang wirausaha akan selalu
melakukan usaha yang efisien dari sebelumnya, Menurut Suryana (2001) ciri-
ciri seorang wirausaha yang mempunyai motivasi dan prestasi adalah mampu
mengatasi segala masalah dan menghadapi semua kesulitan sendiri, melakukan
usaha umpan balik dari pelanggan sesegera mungkin untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan kegagalan, serta kekurangan dan kelebihan produk, penuh
tanggung jawab, mampu menganalisa besarnya risiko yang akan dihadapi yang
penuh tantangan, dan dapat melihat semua kondisi secara seimbang.
Bab 6 Penggunaan Sumber Daya Wirausaha 111

Menurut Suryana (2001), ada beberapa alasan seseorang menjadi wirausaha


yaitu:
a. Keuangan, yaitu sebagai kegiatan dalam mencari nafkah, mendapatkan
keuntungan untuk memperoleh kekayaan, serta sebagai pendapatan
tambahan, untuk menjamin stabilitas keuangan.
b. Sosial, yaitu sebagai suatu usaha dalam meningkatkan status
sosial/gengsi, agar lebih dihormati dan dikenal oleh masyarakat
banyak, bisa bertemu dengan banyak orang, dan dapat menjadi
panutan dan sebagai contoh bagi orangtua terhadap anggota keluarga
yang lain.
c. Pelayanan, yaitu mempunyai sikap yang positif dengan menyediakan
lapangan pekerjaan pada orang banyak dan yang membutuhkan, untuk
membantu perekonomian masyarakat, menatar masyarakat dengan
ilmu yang bermanfaat, dan juga untuk membentuk jiwa dan masa
depan anak anak dan keluarga, serta dapat membahagiakan orang tua.
d. Untuk kepentingan diri sendiri, yaitu untuk menggunakan kemampuan
diri sendiri, dengan bersikap lebih produktif, agar tidak tergantung
pada orang lain, dan tidak di bawah perintah orang lain, berusaha
menjadi pimpinan, untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.

Dapat diambil suatu kesimpulan bahwasanya prilaku kewirausahaan


berdasarkan watak, sifat jiwa dan nilai kewirausahaan dapat dilihat dari sifat
percaya diri yang tinggi, selalu mengutamakan pekerjaan dan hasilnya, berani
menanggung risiko, punya jiwa kepemimpinan, bersifat orisinil, serta
mempunyai pola pikir untuk maju kedepan. Keberhasilan seorang wirausaha
tidak hanya berdasarkan punya jiwa yang kreatif dan inovatif tapi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya yaitu faktor kemauan,
kemampuan, ada pelunag dan kesempatan, dengan alasan berwirausaha adalah
faktor keuangan, sosial, pelayanan dan memenuhi keinginan diri sendiri.
112 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

6.4 Manajemen Sumber Daya Manusia


(SDM)
6.4.1 Pengertian
Adalah sumber daya manusia, secara perseorangan terlibat dalam kegiatan
kewirausahaan yang dapat mendatangkan keuntungan yang berharga untuk
perusahaan sesuai dengan keinginan yang akan dicapai, dan hal ini mengacu
pada tingkat produktivitas sesuai dengan posisi dan jabatan yang mereka
duduki. Tetapi sebaliknya bagi sumber daya yang terlibat dalam kegiatan
perusahaan, namun kurang atau tidak memberikan keuntungan yang berarti bagi
pencapaian tujuan perusahaan, maka dikatakan bahwa individu tersebut tidak
produktif dan tidak effektif dalam menduduki posisi jabatan mereka.
Penyediaan sumber daya manusia adalah merupakan hal yang utama bagi
wirausahawan. Beberapa faktor yang mempunyai peranan dan sangat
menentukan serta memengaruhi ketepatan posisi masing masing individu dalam
organisasi kewirausahawan antara lain latar belakang individu, umur,
Pendidikan formal, pengalaman yang berkaitan dengan jabatan dan tingkat
pendidikan. Produktivitas sumber daya manusia dalam organisasi
kewirausahawan ditentukan oleh bagaimana sumber daya tersebut dapat
berinteraksi dengan sumber daya lain dalam satu manajemen.
Menurut Wayne (2008) manajemen sumber daya manusia adalah merupakan
usaha memanfaatkan sumber daya manusia secara individu untuk tujuan
perusahaan. Sedangkan menurut Werther and Davis Jr (1996), tujuannya
MSDM yaitu untuk menaikkan produktivitas dan peran serta para karyawan
pada perusahaan, penuh semangat kerja serta mempunyai tanggung jawab
sosial.
Manusia sebagai sumber daya, mempunyai sifat yang khas dan unik yang
berbeda dengan sumber daya lain, memiliki pola pikir yang berbeda satu sama
lain. Hal inilah yang menyebabkan perlu adanya kekhususan yang spesifik
dalam mengelola sumber daya manusia, Mengelola manusia tidak semudah
mengelola benda mati atau sumber daya yang lain. Jika Sumber daya lain bisa
diatur sesuai keinginan pengelola pengelola atau manajer, tetapi sumber daya
manusia harus dikelola dan diberdayakan secara etis dan manusiawi, sesuai
berdasarkan sifat dan karakter personal, agar dapat mengerjakan pekerjaan
Bab 6 Penggunaan Sumber Daya Wirausaha 113

sesuai tata aturan yang diinginkan perusahaan, dan terhindar dari konflik yang
bisa merugikan kedua belah pihak, baik dari pengelola maupun yang dikelola.
Dan yang melaksanakan semua ini adalah seorang manager personalia atau
manajer sumber daya manusia.
Peranan MSDM adalah mengatur perencanaan dan program kepegawaian yang
berkaitan dengan hal hal berikut:
1. Menentukan dan menetapkan jumlah SDM, menilai kualitas dalam
menempatkan SDM yang effektif berdasarkan skill dan diskripsi
pekerjaan, spesifikasi kerja, kebutuhan kerja dan melakukan evaluasi
kerja, sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
2. Melakukan perputaran kerja SDM dengan sistem mutasi baik secara
vertical maupun horizontal dan seleksi dalam penggunaan SDM
mengacu pada asas the right man in the right place, the right man in
the right job dan the right man in the right time.
3. Membuat konsep yang berkaitan dengan SDM, seperti kesejahteraan
dengan penilaian prestasi kerja, pengembangan dengan memberi
pendidikan dan pelatihan, promosi dan konsep pemberhentian yang
mengacu pada undang-undang yang ada.
4. Memprediksi faktor penawaran dan permintaan akan penggunaan
SDM pada situasi mendatang.
5. Memprediksi dan menganalisa kondisi perekonomian dimasa
mendatang dengan memonitor kemajuan teknik yang berdampak pada
perkembangan perusahan kedepan.
6. Memantau undang-undang perburuhan yang berlaku dengan cermat,
memantau perkembangan serikat buruh dan melakukan kebijaksanaan
pemberian balas jasa pada perusahaan sejenis.
7. Membuat konsep yang mengatur pension, pemberhentian dan konsep
pemberian pesangon

Ruang lingkup kegiatan MSDM: yaitu pengelolaan yang dilakukan oleh


manajer personalia mencakup:
1. Membuat perencanaan, pengorganisasian kerja, dan
mengalokasikannya pada karyawan.
114 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

2. Membuat perencanaan, dalam menerima dan menyeleksi calon


karyawan, serta memberi pelatihan yang efektif dalam rangka
pengembangan kinerja karyawan, agar dapat melakukan pekerjaan
sesuai yang dinginkan perusahaan.
3. Memberi kesempatan pada karyawan dalam pengembangan karir,
membentuk organisasi karyawan, agar tercipta kondisi kerja dan
lingkungan kerja yang dapat memuaskan karyawan, memberi insentif
dan kompensasi berupa balas jasa secara adil, sehingga akan diperoleh
hubungan yang harmonis antara atasan dan karyawan.
4. Memotivasi dan memberi semangat kerja yang tinggi pada karyawan,
agar lebih efektif dan dapat dipertahankan dalam jangka Panjang.

6.4.2 Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)


1. Tujuan Organisasional

Departemen MSDM memberi dukungan pada para manager akan hal hal yang
berkaitan dengan pengelolaan SDM, dalam mencapai tujuan perusahaan, tetapi
para manager tetap mempunyai tanggung jawab penuh terhadap para
bawahannya, oleh karena itu dipastikan bahwa MSDM dapat berkontribusi
secara efektif pada organisasional
2. Tujuan Fungsional

Sumber sumber daya akan sia sia dan tidak bermanfaat jika Manajemen Sumber
Daya Manusia (MSDM) tidak dikelola berdasarkan perencanaan yang optimal
sesuai dengan tujuan perusahaan, oleh karena itu perlu pengelolaan dan
kontribusi dari departemen SDM pada tingkat yang layak bagi kebutuhan
perusahaan.
3. Tujuan Kemasyarakatan

Perusahaan bersikap etis dan mempunyai tanggung jawab social dalam


memenuhi kebutuhan masyarakat, serta berusaha meminimalkan dampak
negatif dari tuntutan terhadap perusahaan.
Bab 6 Penggunaan Sumber Daya Wirausaha 115

4. Tujuan Personal

Tujuan para karyawan secara personal ingin meningkatkan kinerja, dan mencari
kepuasan kerja, hal ini dapat tercapai jika tingkat kepuasan itu dapat
dipertahankan dan me motivasi karyawan agar kinerjanya meningkat dan tidak
meninggalkan perusahaan. Dalam hal ini perusahaan dapat mewujudkan
keinginan para karyawan dalam mencapai tujuan personal, selagi tujuan tersebut
dapat memberikan keuntungan individual bagi perusahaan.
Pentingnya manajemen SDM dalam berwirausaha.
1. Untuk mengorganisir dan mengelola SDM agar dapat terlaksana
berdasarkan visi, misi yang telah di rencanakan agar tujuan perusahaan
dapat tercapai dengan hasil yang optimum sesuai yang diinginkan
2. Mengelola staffing dan personalia dalam bentuk recruitment dan
seleksi calon tenaga kerja, sesuai dengan keahlian, yang punya
orientasi kerja yang tinggi, kemudian memberi pelatihan dan penilaian
karyawan, memberi insentif berupa imbalan, sehingga diharapkan
mampu mengemban tugas dan jabatan dalam menganalisis
permasalahan serta mampu mencari solusi.
3. Manajer berperan penting dalam mengelola sumber daya manusia
(SDM) dengan cara meningkatkan kinerja, meningkat rasa saling
memiliki secara Bersama sama, dapat mendukung inovasi baru yang
fleksibel, dengan kata lain seorang manager dituntut untuk respon
terhadap perubahan eksternal, agar lingkungan internal perusahaan
menjadi lebih dan bersifat kompetitif.
4. Sebagai tolok ukur atas keberhasilan bisnis perusahaan yaitu adanya
sumber daya manusia (SDM) yang dapat memberikan nilai tambah
(Value added), kemampuan ini merupakan competitive advantage bagi
perusahaan. Sumber daya ini akan menjadi strategi bisnis dalam
mendapatkan nilai tambah (Value added) yang maksimum dan
competitive advantage yang optimum.
5. Menggunakan SDM ekspertis, SDM yang handal bersama dengan
manager strategis dapat menghasilkan nilai tambah (Value added) bagi
perusahaan, di mana Nilai tambah adalah merupakan strategi
116 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

mengelola SDM yang merupakan bagian dari modal tenaga kerja


perusahaan.
6. Perubahan secara menyeluruh, sesuai dengan kemajuan zaman, terjadi
perubahan dan pergeseran terhadap nilai nilai usaha yang akan dicapai,
sehingga seorang manager dituntut untuk merespon perubahan
tersebut dengan cepat.

6.5 Penggunaan Sumberdaya Manusia


Untuk mendapatkan SDM yang propesional sangat tergantung pada bagaimana
proses dilakukan, karena untuk mendapatkan tenaga kerja yang propesioanl
tidak mudah. Untuk itu organisasi atau perusahaan harus melakukan seleksi
untuk mendapatkan hal tersebut, dengan demikian akan diketahui pelamar yang
diharapkan. Pada masa sekarang organisasi atau perusahaan sering
menggunakan pihak ketiga atau perusahan profesional untuk melakukan seleksi,
sehingga proses seleksi tidak akan berlangsung adil dan tanpa pengaruh pihak
perusahaan atau rekomendasi pihak lain. Perencanan yang baik dan benar adalah
suatu cara mendapatkan SDM yang handal dan terampil, dan dengan didapatkan
tenaga kerja tersebut maka pengadaan SBM dilanjutkan dengan penggunaan
posisi karyawan lama dan baru akan menjadi keberhasilan perusahaan tersebut.

6.5.1 Pengertian Penggunaan Karyawan


Penggunaan (placement} adalah suatu proses pemberian tugas kepada pegawai
baik jabatan baru atau jabatan berbeda (Hariandja, 2002)”. Penggunaan posisi
atau jabatan tenaga kerja kepada karyawan baru yang lolos seleksi adalah sesuai
dengan job desk yang telah ditetapkan, baik tanggung jawab, wewenang dan
risiko yang akan dihadapi dan lingkup kerja sesuai kapasitas yang dimilikinya.
Dapat dikatakan bahwa penggunaan adalah suatu kebijakan yang diambil untuk
menempatkan sumber daya manusia pada posisi sesuai rekrutmennya.
1. Faktor-Faktor Yang Di Pertimbangkan

Faktor yang harus dipertimbangkan dalam proses penepatan posisi seseorang


pada jabatannya menurut Hariandja ( 2002) adalah :
Bab 6 Penggunaan Sumber Daya Wirausaha 117

Tingkat Pendidikan
Tanggung jawab yang akan diberikan pada jabatan tertentu memerlukan
pengetahuan dasar bagi tenaga kerja, semakin tinggi pendidikan seseorang,
semakin mudah dia memahami pekerjaan yang diberikan, dan lebih
bertanggungjawab. Prestasi akademis menggambarkan kemampuan seseorang
dalam menimba ilmu pendidikannya. Yang berprestasi tinggi harus ditempatkan
pada posisi yang lebih tinggi dari yang mempunyai prestasi lebih rendah
pendidikannya karena dia mengemban wewenang dan tanjung jawab yang lebih
besar. Penggunaan tenaga kerja harus sesuai dengan latar belakang
pendidikannya, misalnya Sarjana Pertanian penggunaannya harus berhungan
dengan bidang pertanian (right man on the right place)
Usia dan Kesehatan
Produtivitas atau out-put dari suatu pekerjaan selaras dengan usia dan kesehatan
tenaga kerja, untuk itu dalam proses perekrutannya harus dipertimbangkan. Hal
khusus juga untuk menempatan tenaga kerja yang lama untuk jabatan baru.
Keterampilan Kerja.
Pengalaman dan keahlihan dalam praktik membuat seseorang menjadi handal
dalam melaksanakan pekerjaannya, keterampilan ini dapat dikatagorikan
sebagai berikut;
• Keterampilan mental, misal mengambil keputusan, memahami hasil
kajian data
• Keterampilan fisik, misal reparasi mesin, komputer
• Keterampilan sosial, misal memberi advis, promosi barang

Pengalaman Kerja
Seseorang yang bekerja dalam pekerjaan yang sejenis ditambah peningkatan
pelatihan membuatnya menjadi terampil dan handal. Kenyataan ini menyatakan
bahwa semakin lama bekerja semakin banyak pengalamannya. Perusahan
manufaktur lebih mengutamakan pengalaman seseorang dari tingkat
pendidikannya dalam merekrut karyawannya. Tidak perlu petunjuk yang
panjang untuk menyelesaikan pekerjaannya, dan hanya perlu pelatihan singkat,
sedangkan karyawan dengan gelar pendidikan yang tinggi, belum tentu dapat
langsung bekerja dan dapat bekerja cepat, disamping itu selalu meminta gaji
atau honor yang tinggi karena gelar tersebut.
118 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

2. Prosedur Penggunaan Karyawan

Proses perekrutan karyawan erat hubungannya dengan sistem dan prosedur


yang dipergunakan, dan harus jelas maksud dan tujuannya.
Prosedur penempatan karyawan harus memenuhi persyaratan antara lain;
a. Perlu ada personalia yang dikembangkan melalui kajian penggunaan
karyawan atau tenaga kerja.
b. Punya standar baku dalam proses seleksi antarcalon pekerja/karyawan.
c. Adanya pelamar yang akan diseleksi dan jumlahnya lebih dari satu
orang.

Jika terjadi kesalahan dalam penggunaan posisi pekerjaan, maka harus


dilakukan program penyesuaian karyawan tersebut sesuai dengan keahliannya
dan memberi tugas baru sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

6.5.2 Tujuan Penggunaan


Penggunaan posisi atau jabatan dilakukan untuk sesuatu tujuan dan agar dapat
mengarahan perilaku, lebih berdayaguna dalam melaksanakan beban kerja dan
dapat meningkatkan kapabilitas dan keterampilan sebagai dasar kelancaran
tugas. Penggunaan karyawan atau tenaga kerja sebagai unsur pelaksana
pekerjaan pada posisi yang tepat harus mempunyai kriteria Kapabilitas, Ahli dan
Terampil
Prinsip-Prinsip Penggunaan Kerja
Beberapa prinsip yang perlu dipertimbang dalam hal penggunaan karyawan atau
tenaga kerja.
1. Kemanusiaan.

Prinsip bahwa manusia sebagai pekerja mempunyai hak, cita cita, keinginan,
harga diri, kemampuan harus dihargai sebagai manusia bukan robot atau mesin.
2. Demokrasi.

Prinsip demokrasi dapat dilihat dalam pelaksananan keja pada hal yang
berkaitan dengan saling menghormati, saling mengingatkan, saling menghargai
dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan.
Bab 6 Penggunaan Sumber Daya Wirausaha 119

3. Sesuai penggunaan.

Prinsip the man on the right place, merupakan hal diutamakan karena orang
yang ditempatkan sesuai dengan jabatan, keahlianyang dimiliki, kemampulan,
pengalaman serta pendidikan yang dimilikinya dan bukan karena relasi atau
ikatan keluarga.
4. Reward

Pemberian reward atau penghargaan terhadap karayawan dilakukan sesuai


prestasi yang diperoleh dalam melaksakan beban kerja yang berikan.
5. Kesatuan Arah.

Prinsip kesatuan arah ini dilakukan ini agar karyawan atau tenaga kerja agar
dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai arah yang telah diberikan dan selaras
dengan program yang digariskan.
6. Prinsip Kesatuan Tujuan.

Karyawan harus mempunyai kesatuan arah yaitu fokus pada target yang harus
dicapai sesuai arahan organisasi.
7. Kesatuan Komando.

Kesatuan komando yang diberikan pada semua karyawan harus mengikuti


perintas 1 orang sehingga jelas instruksinya.
8. Produktifitas Kerja dan Efisiensi

Prinsip ini menjadi tujuan utama perusahaan atau organisasi karena merupakan
kunci utama bagi suksesnya perusahaan mencapai tujuannya
Melaksanakan 8 (delapan) prinsip tersebut bukanlah hal yang mudah, terutama
bagi karyawan baru yang belum dikenal, maka untuk itu perlu diberi masa
“percobaan”. Selanjutnya dilakukan pengenalan dan pemahaman, artinya
memberitahu kepada anggota baru perihal peraturan perusahaan atau organisasi,
seperti hak dan kewajiban, historical perusahaan, tugas dan tanggung jawab dan
mengenalkan dengan struktur organisasi dan rekan kerja baik yang baru atau
yang lama. Yang penting dipahami bahwa orientasi harus dilalukan sebelum
induksi diterapkan setelah dilakukan tindak lanjutnya (follow-up).
120 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Induksi dilakukan agar karyawan baru dapat melaksakan beban kerja yang
diberikan berjalan secara efektif dan efisien. Pengarah induksi ini bisa dilakukan
atasan langsung atau didelegasikan pada karyawan yang lebih senior pada
satuan kerjanya. Karena induksi ini merupakan tolak ukur pada masa percobaan,
maka jika gagal maka calon karyawan tersebut bias tidak diterima sebagai
karyawan tetapa sehabis masa percobaannya.

6.5.3 Penggunaan Karyawan


Setelah lulus dari masa percobaan perusahan harus menempatlan karyawan atau
tenaga kerja tersebut sesuai dengan jabatan yang keahliannya. Penggunaan ini
berlaku bagi yang baru sedangkan untuk karyawan lama adalah dalam
mempertahankan jabatan atau memindahkan ke posisi lain.
1. Kegunaan Dasar Orientasi
• Budaya Perusahaan. Mengambarkan petunjuk perilaku untuk
karyawan yang mencakup cara berbicara, berpakaian dan sikap
sesama karyawan.
• Keanggotaan Tim. Memperkuat kemampuan dan keahlian
karyawan baru dalam berkontribusi kepada tim atau kelompok
pekerjaan.
• Pengembangan Karyawan. Memberi tahu kepada Para karyawan
untuk meningkatkan kemampuannya dan penguasaan
pengetahuannya secara kontinyu.
• Sosialisasi. Untuk karyawan baru perusahaan mengintegrasikan
mereka kepada organisasi tidak resmi (informal) dengan tujuan
untuk mengurangi rasa nervous atau cemas.
2. Hak-hak Orientasi yaitu; Hak-Hak Karyawan, Skala bayaran dan
waktu bayaran, Cuti dan libur, Waktu istirahat, Tunjangan pelatihan
dan pendidikan, Konseling, Tunjangan asuransi, Program pensiun,
Layanan-layanan organisasi bagi karyawan, Program rehabilitasi.

Manfaat orientasi adalah (Werther and Davis Jr, 1996):


• Mereduksi rasa cemas karyawan
• Mempermudah Karyawan mempelajari beban kerja yang dapat
dipahami
Bab 6 Penggunaan Sumber Daya Wirausaha 121

• Membuat karyawan mempunyai harapan sesuai kenyataan terhadap


kerjanya
• Menghindari masuknya hal hal negatif yang kurang mendukung baik
dari rekan kerja atau atasan
• Menjadikan karyawan baru lebih mandiri
• Karyawan baru dapat bekerja lebih baik lagi
• Membuat betah karyawan baru, sehingga minat mengundurkan diri
dari perusahaan berkurang

Terdapat 2 cara Penggunaan Staffing yaitu:


1. Karyawan baru yang berasal dari perusahaan lain.
2. Penugasan baru karyawan yang lama (inplacement atau penggunaan
internal).

Karyawan harus diberitahu hal-hal mengenai proses penggunaan dari mulai


bekerja sampai terjadi pemutusan hubungan kerja. Ada 4 (empat) cara
penggunaan sumber daya yaitu promosi, transfer, demosi dan PHK.
1. Promosi

Promosi merupakan peningkatan jabatan dari satu posisi ke posisi yang lebih
tinggi dan dia akan mendapat penghasilan lebih tinggi berikut fasilitas yang
baru, dan akan mendapat wewenang dan tanggung jawab yang lebih luas.
Promosi merupakan pengakuan dari perusahan atas prestasi masa lalu seseorang
dan menjadi komitmen di masa depan.
Promosi dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Merit Based Promotion adalah promosi yang diberikan atas dasar
jasa/prestasi dan kinerja karyawan
b. Seniority based promotion adalah promosi atas lamanya (waktu)
seorang karyawan mengabdi pada perusahaan atau lamanya masa
bekerja pada jabatan tertentu, tidak tergantung usia karyawan tersebut.
Kelebihan metode ini adalah keputusan yang diambil bersifat objektif,
Kelemahannya tidak ada jaminan bahwa yang dipromosikan lebih
mampu dari pada karyawan yang tidak dipromosikan.
122 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

2. Transfer

Transfer dan demosi adalah dua kegiatan utama penggunaan karyawan lainnya
yang ada pada perusahaan. Pada Transfer karyawan yang dipindahkan dari suatu
jabatan ke jabatan lainnya, di mana pembayaran, tanggung jawab tingkat
jabatannya relatif sama. Dengan cara transfer, perusahaan dapat meningkatkan
pemanfaatan karyawan, bahkan dapat bermanfaaat bagi karyawan itu sendiri.
Melalui transfer dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja, khususnya
jika karyawan menemukan tantangan yang lebih pada jabatan sebelumnya, baik
dari segi pekerjaan ataupun dari hubungan antarkaryawan.
3. Demosi

Demosi adalah tindakan yang dilakukan perusahaan dengan memindahkan


karyawan ke posisi atau jabatan lain yang lebih rendah dari sebelumnya, begitu
juga dengan honorariumnya, maupun tanggung jawabnya, hal ini dilakukan
berkaitan masalah mental dan disiplin kerja seseorang. Tindakan ini tidak terlalu
berpengaruh bagi perusahaan atau organisasi. Karyawan yang di demosi
disebabkan terlalu banyak mangkir, kinerja rendah, umumnya karena kurang
motivasi (demotivated). Demosi merupakan cara halus bagi perusahaan untuk
memberhentikan karyawan, diarahkan agar mengundurkankan diri untuk
menghindar dari membayar pesangon jika dilakukan pemecatan.
4. Pemutusan Hubungan Kerja

PHK dapat disebabkan beberapa hal antara lain, disiplin kerja, ekonomi, alasan
pribadi, berhianat pada perusahaan.
Beberapa bentuk PHH adalah:
• Atrition, adalah pengurangan tenaga kerja secara normal contoh seperti
pensiun meninggal, resain.
• Layoffs, yaitu PHK dengan alasan bisnis dan ekonomi.
• Termination, yaitu PHK atau pemecatan karena tidak disiplin karena
tabiat dan perilaku
Bab 6 Penggunaan Sumber Daya Wirausaha 123

6.5.4 Beberapa Masalah Dalam Penggunaan sumber daya


Penggunaan tenaga kerja perlu dilakukan berdasarkan kebijakan dan hukum
yang berlaku. Ada 3 (tiga) hal sebagai dasar mengambil kebijakan penggunaan
sumber daya yaitu efektivitas, tuntutan hukum dan Prevensi PHK.
1. Keefektifan

Efektivitas dimulai dari saat penggunaan, karena jika tidak diminimalisi


penggunaan akan mengakibatkan kekacauan di perusahaan, contoh seorang
karyawan baru harus diberi masa pengenalan untuk tidak nervous ketika mulai
bekerja, orientasi promosi, demosi dan pemindahan harus dirancang sesuai
prosedur berdasarkan langkah dan seleksi.
2. Tuntutan Hukum

Karyawan selalu berada dipihak yang lemah jika terjadi masalah dengan
majikannya, karena butuh kerja terkadang legal aspek, seperti perjanjian kerja
diputuskan sepihak. Semua aturan harus mengikuti naskah yang dibuat majikan,
termasuk hak perusahaan memecat karyawan baik dengan alasan atau tanpa
alasan, ini disebut juga sebagai aturan perusahaan (pemberi kerja). Aturan ini
menyatakan bahwa perusahaan atau manajemen berhak atas karyawan.
Walaupun pemerintah dan undang undang telah membatasi hak ini, namun
pemecatan karyawan dilarang karena:
• Mengacu pada undang undang dan hukum persamaan kesempatan,
seperti kebangsaan, agama, suku/ras, jenis kelamin, kehamilan, dan
umur.
• Kegiatan serikat pekerja.
• Penolakan terhadap pelanggaran keselamatan dan kesehatan kerja
(safety and healty).
• Hak menolak penugasan dapat membahayakan atau mengancam jiwa.
• Hak menolak tindakan yang melanggar dengan hukum seperti kerja
sama dalam penentuan harga.

Pencegahan ini bisa diterapkan berdasarkan peraturan dan hukum lokal.


Pemecatan boleh ditentang jika dilakukan secara semena-mena, tidak objektif,
124 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

dan juga tidak adil. Serta tidak boleh bertentangan dengan peraturan dan
kebijakan public
3. Prevensi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Adalah sangat penting jika departemen SDM dapat mencegah SDM yang
mumpuni keluar dari perusahaan, karena uang yang ditanam dalam rekuitmen,
seleksi, orientasi dan pelatihan tidak hilang dan juga dapat menghemat biaya
operasional dengan mengurangi keperluan penyebaran pekerja yang tersisa.
Perusahaan atau organisasi mempunyai tujuan mendapatkan karyawan yang
handal, produktif, berkwalitas tinggi dalam bidang yang dimilikinya, sehingga
tujuan atau target yang ingin dicapai dapat diperoleh dengan efektif dan efisien.
Oleh sebab seleksi yang dilakukan bagi penerimaan karyawan dan penggunaan
karyawan harus benar benar mencakup semua kebutuhan SDM yang
dibutuhkan. Seleksi ketat tidak hanya mencari orang yang baik tertapi juga
orang yang tepat pada posisi yang diberikan kepadanya (The right man on the
right place)
Bab 7
Perencanaan dan Pengendalian
Keuangan

7.1 Pendahuluan
Tugas utama dari manajemen di perusahaan adalah untuk merencanakan masa
depan perusahaan serta membawa keberhasilan pada perusahaan dengan cara
memanfaatkan peluang atau kemungkinan yang dapat diambil serta
direalisasikan, secara maksimum untuk memperoleh return sesuai harapan.
Hal-hal yang perlu dilakukan supaya tepat dalam merencanakan manajemen
keuangan adalah :
1. Menentukan Tujuan Perusahaan

Dilakukan dengan menentukan tujuan yang jelas, apa yang menjadi proyek
perusahaan, untuk mengatur kegiatan atau aktivitas keuangan perusahaan
seperti analisa, perencanaan dan pengendalian terhadap kegiatan keuangan.
2. Menentukan Kegiatan Perusahaan

Kegiatan yang tepat sasaran akan mengakibatkan pengeluaran biaya oleh


perusahaan menjadi terarah dan jelas untuk menghindari kegiatan operasional
yang tidak penting sehingga memperkecil pengeluaran keuangan.
126 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

3. Mencari Sumber Dana

Sumber dana diperlukan oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan


mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sumber dana dapat berasal dari
penjualan, investor dan klien. Kepastian sumber dana dan pemasukan akan
mempermudah perencanaan keuangan perusahaan, karena jumlah sumber
pemasukan yang jelas akan menjadi acuan pada pengeluaran setiap kegiatan.
4. Menentukan Pengeluaran

Menentukan pengeluaran yang tepat saat mengeksekusi kegiatan yang


direncanakan perlu dilakukan supaya tidak terjadi pemborosan keuangan
perusahaan.
5. Mencatat Keuangan Perusahaan

Mencatat pemasukan dan pengeluaran keuangan yang baik akan mempermudah


proses monitor perputaran arus keuangan perusahaan.
Perencanaan dan Pengendalian mempunyai hubungan yang kuat. Perencanaan
adalah proyeksi untuk melihat tindakan yang harus dilakukan untuk
mewujudkan tujuan perusahaan. Pengendalian adalah proses meninjau
kebelakang dengan melihat yang telah terjadi dan membandingkannya dengan
hasil perencanaan. Perbandingan tersebut digunakan untuk menyesuaikan
anggaran, dengan melihat kembali kemasa depan (Kardinal, 2014)
Perencanaan dan pengendalian keuangan
1. Menggunakan proyeksi - proyeksi keuangan berdasarkan
perkembangan umpan balik serta melakukan proses penyesuaian untuk
memperbaiki kinerja.
2. Menggunakan prakiraan beberapa jenis anggaran.
3. Sistem anggaran dikembangkan untuk setiap divisi yang menentukan
dari kegiatan perusahaan.

Kelebihan yang didapat dari anggaran (Kardinal, 2014):


1. Memaksa manajer melakukan perencanaan dan memaksa manajemen
untuk membuat perencanaan masa depan, mengembangkan arah untuk
perusahaan, mengantisipasi masalah serta mengembangkan kebijakan
untuk masa depan.
Bab 7 Perencanaan dan Pengendalian Keuangan 127

2. Menyediakan informasi untuk memperbaiki pembuatan keputusan,


yang bertujuan mencegah timbulnya masalah dan memperbaiki status
bisnis menjadi lebih baik.
3. Memperbaiki komunikasi dan koordinasi pada karyawan.
4. Menyediakan standar evaluasi kerja, yang dapat mengendalikan
penggunaan sumberdaya perusahaan dan memotivasi karyawan.

Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Keuangan adalah untuk:


1. Memperbaiki profitabilitas perusahaan
2. Mencapai tujuan perusahaan
3. Meningkatkan kemampuan perusahaan dengan cara meningkatkan
tingkat efisisensi dan efektifitas masing-masing divisi.
4. Menghindari situasi tidak terjaminnya kondisi kas perusahaan

7.2 Perencanaan Keuangan


Perencanaan keuangan berkaitan dengan penyusunan proyeksi laba, penjualan
dan aktiva dengan berpatokan pada strategi produksi dan pemasaran serta
penentuan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai proyeksi tersebut.
Dalam proses perencanaan keuangan, manajer sekaligus mengevaluasi rencana-
rencana serta mengidentifikasi perubahan-perubahan pada operasi untuk dapat
meningkatkan hasil yang akan dicapai.
Manfaat dari perencanaan keuangan adalah :
1. Mengontrol penggunaan uang perusahaan sesuai budget
2. Meningkatkan produktivitas
3. Sebagai bahan evaluasi dan indikator usaha

Perencanaan keuangan masa depan merupakan perencanaan jangka panjang,


yang memerlukan koordinasi dari berbagai fungsi didalam perusahaan secara
terpadu.
128 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Perencanaan tersebut membutuhkan kebijakan keuangan mengenai :


1. Keputusan penganggaran modal perusahaan, untuk melakukan
investasi pada asset-asset baru karena adanya peluang-peluang
investasi.
2. Kebijakan struktur modal perusahaan, yaitu tingkat leverage keuangan
yang dipergunakan untuk menentukan jumlah pinjaman yang akan
digunakan oleh perusahaan dalam mendanai investasinya pada asset
riil.
3. Kebijakan dividen perusahaan yaitu jumlah kas yang harus dibayarkan
kepada pemegang saham.
4. Keputusan modal kerja bersih perusahaan, yaitu jumlah modal kerja
dan likuiditas yang diperlukan perusahaan untuk operasi harian.

Perencanaan keuangan merupakan kegiatan untuk memprediksi posisi dan


kondisi keuangan perusahaan dimasa depan. Proses ini memerlukan beberapa
skenario dengan berasumsi pada beberapa kondisi yang mungkin terjadi dimasa
depan.
Skenario-skenario tersebut, yaitu:
1. Kondisi Terbaik (Best Condition) : Kondisi ketika perusahaan atau
perekonomian pada situasi terbaik sehingga angka –angka yang
digunakan pada perencanaan keuangan adalah angka –angka yang
optimistik.
2. Kondisi Normal (Normal Condition) : Kondisi dimana situasi
perusahaan dan perekonomian berjalan seperti biasa.
3. Kondisi Terburuk (Worst Condition) : Kondisi dimana situasi
perusahaan dan perekonomian sedang sulit sehingga angka-angka
yang digunakan dalam perencanaan adalah angka-angka yang
pesimistis.

Dalam pelaksaan, supaya anggaran dapat berjalan dengan baik, maka :


a. Membuat rencana anggaran secara periodik agar dapat di bandingkan
dengan laba rugi aktual sehingga kita capat mencegah kebocoran
anggaran ketika nilai aktual sudah mendekati anggaran.
Bab 7 Perencanaan dan Pengendalian Keuangan 129

b. Anggaran dibuatkan permasing-masing divisi.

Masing masing anggaran dibuat lebih kecil lagi ruang lingkupnya, daripada
anggaran perusahaan, sehingga masing-masing divisi harus mengajukan
proposal anggaran. Tujuannya supaya masing-masing divisi bisa melakukan
perencanaan kerja, pengendalian kerja serta evaluasi kerja.
Metode atau teknik perencanaan dan pengendalian keuangan terdiri dari :
1. Analisis Titik Impas / BEP

Analisis titik impas/analisis Break Even Point (BEP)/analisis perencanaan laba


(profit planning) merupakan salah satu analisis keuangan pada perencanaan
keuangan perusahaan. Analisis ini untuk mengetahui pada titik berapa, hasil
penjualan sama dengan jumlah biaya. Melalui analisis titik impas dapat
diketahui hubungan antara biaya variabel, biaya tetap, keuntungan dan volume
kegiatan (Kasmir, 2012).
Dalam penentuan titik impas, beberapa hal penting perlu diketahui supaya titik
impas dapat ditentukan dengan tepat, adalah (Kasmir, 2012) :
1. Keuntungan (laba) yang ditargetkan tercapai dalam suatu periode.
2. Besarnya kapasitas produksi yang dapat ditingkatkan atau tersedia.
3. Jumlah biaya (tetap dan variabel) yang harus dikeluarkan.

Klasifikasi Biaya Operasional


Biaya operasional terbagi atas:
1. Biaya tetap (Fixed cost), yaitu biaya yang relatif tetap sampai tingkat
produksi tertentu. Contohnya: penyusutan peralatan dan mesin, sewa
(rentals), beban umum kantor, gaji eksekutif, biaya overhead pabrik,
asuransi dan lainnya.
2. Biaya tidak tetap (Variable cost), yaitu biaya yang berubah secara
proporsional terhadap peningkatan aktivitas atau penjualan secara total
berubah sedangkan per unit tetap. Contoh : upah tenaga kerja pabrik,
bahan baku, komisi penjualan.
130 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Tujuan Analisis Titik Impas (BEP)


Dalam praktiknya, penggunaan analisis titik impas memiliki beberapa tujuan
yang ingin dicapai (Kasmir, 2012); (Margaretha, 2004b) yaitu :
1. Mendesain spesifikasi produk, hal tersebut berkaitan dengan
pengeluaran biaya dan harga yang akan dibebankan.
2. Menentukan harga jual persatuan yang realistis.
3. Menentukan produksi atau penjualan minimal agar tidak perusahaan
tidak merugi.
4. Memaksimalkan jumlah produksi.
5. Merencanakan target laba sesuai dengan kapasitas produksi yang
dimiliki.

Manfaat analisis BEP :


Analisis BEP dapat menjelaskan beberapa keputusan penting dalam bisnis.
Umumnya analisis BEP dapat dimanfaatkan perusahaan antara lain untuk :
1. Dalam keputusan tentang pembuatan produk baru, analisis BEP dapat
membantu menentukan beberapa tingkat penjualan agar perusahaan
mendapat laba.
2. Analisis BEP dapat juga digunakan sebagai kerangka dasar untuk
ekspansi atau memperluas usaha perusahaan.
3. Analisis BEP dapat membantu pengendalian melalui anggaran.
4. Analisis BEP dapat membantu untuk mengetahui Margin Of Safety
(MOS)
5. Analisis BEP dapat membantu modernisasi dan pengadaan
otomatisasi.

Asumsi-asumsi dan Keterbatasan Analisis BEP (Kasmir, 2012; Margaretha,


2004b) adalah :
1. Biaya, terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Pemisahan biaya ini
dapat dilakukan dengan :
a. Pendekatan analitis, meneliti setiap jenis dan unsur biaya beserta
sifat-sifat biaya.
Bab 7 Perencanaan dan Pengendalian Keuangan 131

b. Pendekatan historis, memisahkan jenis-jenis biaya berdasarkan


angka-angka dan data biaya dimasa lalu.
2. Biaya tetap, biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walau
terjadi perubahan volume produksi atau penjualan (dalam batas
tertentu). Contohnya : bunga, gaji, penyusutan aktiva tetap, sewa,
biaya kantor dan lainnya.
3. Biaya variabel, biaya yang secara total berubah menyesuaikan
dengan perubahan volume produksi atau penjualan.
4. Harga jual, menggunakan satu macam harga jual.
5. Tidak terjadi perubahan harga jual selama priode analisis, yang
bertentangan dengan kondisi sebenarnya di lapangan.
6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk.

Rumus analisis titik impas dalam unit, adalah :.


!"
BEP = &'
# % ()*+

Di mana :
BEP = Analisis Titik Impas (Break Even Point)
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel Persatuan (Variabel Cost)
P = Harga Jual Persatuan (Price)
S = Jumlah Penjualan (Sales Volume)
132 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Gambar 7.1: Grafik Titik Impas (Kasmir, 2012)


Contoh :
Penjualan = 250.000 unit
Harga jual per unit = Rp 25,-
VC/unit = Rp 21,-
FC = Rp 605.000,-
Jika terjual 250.000 unit, maka :
Total Penerimaan = 250.000 x Rp 25,- = Rp 6.250.000,-
VC = 250.000 x Rp 21,- = Rp 5.250.000,-
TC = Rp 5.250.000,- + Rp 605.000,- = Rp 5.855.000,-

Sales revenues = Total operation cost


PxQ = (VHQ) + F
PQ - VQ = F
Q (P-V) = F
Bab 7 Perencanaan dan Pengendalian Keuangan 133

, ,
QBE = -%. = 012345673512 894:52
, ;< =>?.AAA
QBE = -%. = ;< B?%;< BA = 129.000 unit

Contribution Margin :
Contribution Margin sangat berguna untuk mengukur seberapa besar
sumbangan setiap unit output terhadap biaya tetapnya dan laba operasi.
, ,
SBE = C = :41EE <41F53 894:52
-%
D
, ;< =A?.AAA
SBE = G%H = JKLM NO = Rp. 3.225.000,-
I<
LM NP

Contribution Margin merupakan jumlah uang yang tersisa untuk menutupi


biaya tetap, yaitu penjualan dikurangi total biaya variabel, sehingga ada tiga
kemungkinan yaitu :
1. Contribution margin > FC => Laba (profit)
2. Contribution margin < FC => Rugi (loss)
3. Contribution margin = FC => BEP

Oleh karena itu, analisis BEP mempelajari perimbangan antara revenue


dikurangi Variable Cost / VC (contribution margin to fixed cost) dan Fixed Cost
/ FC, maka sering dikatakan analisis BEP adalah salah satu alat analisis untuk
mempelajarai operating leverage.
Cash Operating BEP
BEP tercapai apabila pos-pos yang bukan berupa pengeluaran tunai
dikurangkan dari biaya tetap.

2. Operating Leverage

Operating Leverage adalah untuk menunjukkan besar biaya tetap yang


digunakan dalam operasi perusahaan. Jadi bila sebagian besar biaya total
perusahaan adalah biaya tetap, maka dikatakan leverage operasi perusahaan
tersebut tinggi (Margaretha, 2004b).
134 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Degree Of Operating Leverage (DOL)


Degree Of Operating Leverage (DOL) atau tingkat operasi leverage bermanfaat
untuk mengukur sensitifitas laba perusahaan (EBIT/Earnings Before Interst and
Taxes/Pendapatan sebelum Bunga dan Pajak) terhadap volume penjualan.
Financial Leverage
Financial leverage adalah penggunaan modal pinjaman di samping modal
sendiri. Operational leverage mempengaruhi laba sebelum bunga dan pajak
(EBIT), sementara financial leverage mempengaruhi laba setelah bunga dan
pajak (EAT) atau laba yang tersedia bagi pemegang saham.
Rumus Menghitung EBIT
Terdapat dua jenis rumus menghitung EBIT (Pendapatan sebelum bunga dan
pajak) yaitu metode langsung (dari sudut pandang operasi awal) dan tidak
langsung (di sudut pandang profitabilitas akhir tahun).
Rumus menghitung EBIT metode langsung, dihitung dengan mengurangi harga
pokok penjualan dan biaya operasional dari total pendapatan.
EBIT = Total Penjualan – Harga Pokok Pejualan – Biaya Operasional
Rumus menghitung EBIT metode tidak langsung, menambahkan pajak dan
bunga ke laba bersih.
EBIT = Laba Bersih + Pajak + Bunga
Peramalan Kebutuhan Dana (Financial Forecasting)
Tujuan operasi perusahaan adalah memperoleh laba dari hasil penjualan.
Bila penjualan meningkat maka produksi akan meningkat sehingga investasi
dan modal kerja juga meningkat. Karena variabel penjualan paling
mempengaruhi, maka dalam meramalkan penggunaan dana didasarkan pada
peramalan penjualan.
Jika penjualan meningkat, terdapat pos-pos dalam neraca yang juga meningkat
secara spontan yaitu :
• Aktiva lancar, contohnya kas, piutang, persediaan
• Utang lancar, contohnya utang dagang, utang pajak, utang gaji

Jika kapasistas sudah maksimal, maka Financial Forecasting akan meningkat.


Bab 7 Perencanaan dan Pengendalian Keuangan 135

Metode peramalan kebutuhan dana adalah dengan analisis :


1. Percent of sales methods
2. Linear regression method

3. Cash Budget (Anggaran Kas)

Investasi baru diperlukan oleh perusahaan yang tumbuh, baik investasi aktiva
lancar maupun investasi aktiva tetap. Investasi baru harus didanai yang
melibatkan komitmen dan kewajiban untuk membayar kembali modal yang
telah diperoleh. Perusahaan yang menguntungkan dan sedang tumbuh biasanya
memerlukan tambahan kas untuk investasi pada piutang dagang, persediaan dan
aktiva tetap.
Perusahaan dapat dianggap mempunyai dua dasar nilai yang terpisah tetapi
saling berkaitan yaitu:
• aktiva yang ada, yang menghasilkan laba dan arus kas, dan
• peluang pertumbuhan yang merupakan kesempatan untuk
mengadakan investasi baru guna memperbesar laba dan arus kas di
masa mendatang.

Kemampuan untuk memanfaatkan peluang pertumbuhan sering kali tergantung


pada ketersediaan kas untuk membeli aktiva baru dan arus kas dari aktiva yang
ada merupakan sumber utama bagi dana yang akan digunakan untuk investasi
baru yang menguntungkan. Inilah alasan lain mengapa baik investor maupun
manajer berkepentingan terhadap arus kas sebagaimana halnya laba.
Estimasi Arus Kas
Terdapat tiga kategori arus kas (cash flow) yang perlu diperhatikan (Margaretha,
2004) yaitu :
1. Cash Outflow, yaitu cash flow yang segera dibutuhkan untuk
membiayai aktiva dan menyiapkan aktiva itu beroperasi.

Contohnya :
• Harga pembelian aktiva
• Modal kerja
136 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

• Biaya pemasangan
• Biaya tenaga ahli
• Biaya pelatihan
• Hasil penjualan mesin lama (replacement)
2. Cash Inflow, yaitu arus kas masuk yang diperoleh dari hasil
aktiva/investasi baru.

Contohnya :
• Tambahan penjualan
• Penghematan bahan bakar, bahan baku, tenaga kerja dan lainnya.
3. Terminal cash flow, yang berkaitan dengan penutupan proyek.

Contohnya :
• Nilai sisa aktiva/nilai residu
• Investasi modal kerja

Relevant Cash Flows


Adalah arus kas tertentu yang perlu dipertimbangkan dalam mengambil
keputusan pada capital budgeting (Margaretha, 2004a).
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Taksiran kas harus dihitung atas dasar setelah pajak.
2. Pada penambahan investasi baru atau mengganti yang lama dengan
yang baru, cash inflow yang dihitung adalah penambahan (kenaikan)
akibat penambahan investasi jangka panjang.
3. Unsur bunga tidak boleh dihitung dalam cash outflow.

Metode analisis garis lurus :


Q%R
D=
S
Di mana :
D = besar depresi setiap tahun
C = harga dari investasi
Bab 7 Perencanaan dan Pengendalian Keuangan 137

S = nilai residu
N = taksiran umur investasi
Book value (nilai buku), adalah nilai aktiva yang dibukukan.
= harga aktiva – akumulasi depresiasi
Market value (nilai pasar), adalah harga dimana aktiva bisa dijual.
Laporan Arus Kas
Kas adalah alat pengukur pada aktifitas pembiayaan pertukaran barang dan jasa.
Kas juga merupakan alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk
kegiatan perusahaan (Sugiono, Yanuar and Synthia, 2010). Kas adalah aktiva
lancar yang paling likuid, sebagai alat pembayaran yang diterima secara umum,
dan tersedia untuk pembayaran kewajiban jangka pendek yang tidak dibatasi
penggunaannya baik yang berada ditangan (cash on hand) maupun yang berada
di bank (Maruta, 2017).
Aktivitas operasi kas meliputi transaksi-transaksi yang menentukan besarnya
laba/rugi bersih. Arus kas masuk diperoleh dari penjualan barang atau
pemberian jasa, dividen, pendapatan bunga dan penjualan sekuritas yang
diperdagangkan. Sedangkan arus kas keluar meliputi pembayaran untuk
membayar gaji/upah, membeli barang dagangan, bunga, beban pajak, beban
utilitas, pembelian sekuritas yang diperdagangkan dan sewa. Laporan arus kas
berupa anggaran dan realisasi, dengan kegunaan untuk memprediksi kebutuhan
kas perusahaan agar tidak berlebih dan tidak kurang, karena kekurangan kas
dapat menimbulkan ketidakstabilan usaha, sedangkan kelebihan kas indikator
kondisi keuangan yang tidak efisien.
Laporan arus kas disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi historis
kepada pengguna laporan, mengenai keluar dan masuknya kas perusahaan pada
suatu periode tertentu, dengan cara mengklasifikasikan arus kas berdasarkan
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan (Maruta, 2017).
Laporan tersebut disusun untuk :
1. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas serta
menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.
2. Mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur
keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk
138 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas, dalam rangka beradaptasi


dengan perubahan keadaan dan peluang-peluang.

Laporan arus kas bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai likuiditas


dan fleksibilas keuangan serta kemampuan operasional perusahaan sehingga
membantu pihak eksternal untuk dapat menganalisis (Harahap, 2009) :
1. Kemampuan perusahaan dalam hal merencanakan, mengelola, serta
mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan dimasa
lalu.
2. Kemungkinan keadaan arus kas bersih perusahaan, arus kas masuk dan
keluar, serta kemampuan perusahaan membayar dividen dimasa
depan.
3. Informasi bagi kreditor dan investor untuk memproyeksikan return
dari sumber kekayaan perusahaan.
4. Kemampuan perusahaan memasukkan kas kedalam perusahaan
dimasa depan.
5. Alasan mengapa terjadi perbedaan antara laba bersih, penerimaan
sertapengeluaran kas.
6. Pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya
terhadap posisi keuangan selama satu periode tertentu.

Kegunaan arus kas adalah memberikan informasi untuk (Prastowo and Julianti,
2005):
1. Mengembangkan model penilaian serta membandingkan nilai arus kas
sekarang dengan arus kas masa depan dari berbagai perusahaan
2. Mengetahui perubahan aktiva bersih, kemampuan mempengaruhi arus
kas dan struktur keuangan.
3. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas.
4. Meneliti kecermatan taksiran arus kas masa depan dan menentukan
hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak
perubahan harga
5. Histori informasi arus kas sebagai indikator dari jumlah, waktu dan
kepastian arus kas masa depan.
Bab 7 Perencanaan dan Pengendalian Keuangan 139

Penyusunan arus kas


Sumber-sumber informasi untuk menyusun laporan arus kas adalah :
1. Neraca komparatif, berisi informasi tentang perubahan aktiva, utang
dan simpanan anggota selama periode tertentu.
2. Laporan laba rugi, berisi informasi laba bersih dan komponennya serta
pembayaran deviden selama satu periode.
3. Informasi pendukung lainnya hasil analisis perubahan rekening-
rekening neraca yang menyebabkan perubahan kas.

Penyajian laporan arus kas dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori (Harahap,
2009) yaitu :
1. Arus kas aktivitas operasi.
2. Arus kas dari aktivitas investasi.
3. Arus kas dari aktivitas pendanaan.

Metode penyajian laporan arus kas dari aktivitas operasi, dapat menggunakan
dua metode (Prastowo and Julianti, 2005) yaitu :
1. Metode langsung (Direct Method)

Metode langsung, metode sederhana yang terdiri atas arus kas operasi yang
dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu kelompok utama penerimaan
kas bersih dan pengeluaran kas bersih. Metode langsung pada dasarnya
merupakan laporan laba-rugi berbasis tunai atau kas. Dalam penyusunan
laporan arus kas dengan menggunakan metode langsung harus dihitung dahulu
jumlah penerimaan kas dan pengeluaran kas.
Berikut merupakan perhitungan-perhitungan untuk menyusun laporan arus kas
(Kieso, Weygant and Warfield, 2002) :
a. Penerimaan kas dari pelanggan sama dengan pendapatan/penjualan
ditambah penurunan piutang usaha atau dikurangi kenaikan piutang
usaha.
b. Pembayaran kas kepada pemasok sama dengan harga pokok penjualan
ditambah kenaikan persediaan atau dikurangi penurunan persediaan
dan ditambah penurunan hutang usaha atau dikurangi kenaikan hutang
usaha.
140 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

c. Pembayaran kas untuk beban operasi sama dengan beban operasi


ditambah kenaikan beban bayar dimuka atau dikurangi penurunan
beban dibayar dimuka dan ditambah penurunan hutang beban akrual
atau dikurangi kenaikan hutang beban aktual.
d. Pembayaran kas untuk pajak penghasilan sama dengan pajak
penghasilan ditambah kenaikan pajak dibayar dimuka atau dikurangi
penurunan pajak dibayar dimuka dan ditambah penurunan hutang
pajak atau dikurangi kenaikan hutang pajak.

2. Metode tidak langsung (Indirect Method)

Metode tidak langsung adalah metode yang laba-ruginya disesuaikan dengan


mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferal) atau
aktual dari penerimaan dan pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa
depan, dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas
investasi atau pendanaan.
Pada metode tidak langsung penyajiannya dimulai dari laba/rugi bersih dan
selanjutnya disesuaikan dengan menambah/mengurangi perubahan dalam pos-
pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik turunnya
pos aktiva lancar dan utang lancar.
1. Dalam metode ini pendapatan bersih disesuaikan dengan
menghilangkan transaksi yang tidak tunai:
2. Pengaruh transaksi yang belum direalisir (deferral) dari arus kas masuk
dan keluar dari transaksi yang lalu seperti penambahan jumlah
persediaan pendapatan yang belum direalisir (deferral income), arus
kas masuk dan keluar yang bertambah seperti piutang atau utang.
3. Pengaruh perkiraan yang terdapat dalam kelompok investasi dan
pembiayaan yang tidak mempengaruhi kas seperti: penyusutan,
laba/rugi dari penjualan aktiva tetap dan dari pembatalan utang atau
transaksi pembiayaan
Bab 7 Perencanaan dan Pengendalian Keuangan 141

7.3 Pengendalian Keuangan


Pengendalian keuangan berlangsung pada tahap implementasi yaitu
menyangkut umpan balik, dan proses penyesuaian yang diperlukan untuk
menjamin bahwa rencana terlaksana atau untuk mengubah rencana sebagai
tanggapan terhadap berbagai perubahan dalam lingkungan operasi.
Tahapan Pengendalian Keuangan
1. Pengendalian dengan pengawasan fisik
2. Pengendalian dengan menggunakan akutansi historis
3. Pengendalian dengan menggunakan anggaran statis dan biaya standar
4. Pengendalian dengan mengggunakan anggaran fleksibel dan biaya
standar.
5. Pengendalian dengan pembuatan pusat-pusat pertanggungjawaban dan
penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban.
6. Pengendalian dengan menggunakan software akuntansi.

7.3.1 Pengendalian Kas Jangka Pendek


Kebanyakan perusahaan memisahkan pengendalian kas dari pengendalian
kiprah (performance) laba. Pelaporan kas kepada manajemen pusat harus
sedikitnya sama seringnya seperti pelaporan laba. Terdapat dua tipe varian kas
jangka pendek yaitu yang berkaitan dengan kiprah laba (volume atau biaya atas
produksi; penjualan atau overheads), dan yang berkaitan dengan manajemen
kas, yang meliputi perbaikan dalam penagihan piutang, Kelambatan dalam
pembayaran piutang, Pelunasan dini atas pinjaman dan Perubahan dalam
pembayaran pajak atau dividen.
Tujuan utama dari suatu pengendalian kas jangka pendek adalah untuk melihat
bagaimana uang tunai itu bergerak, jika perusahaan bekerja sebagaimana
direncanakan. Pengendalian harus menyoroti, pada keperluan pinjaman jangka
pendek. Hal itu sangat relevan untuk bisnis musiman, bahkan jika diperoleh laba
yang tinggi.

7.3.2 Pengendalian Kas Jangka Panjang


Prinsip dasar pengendalian jangka waktu lebih dari dua tahun secara esensial
adalah sama seperti jangka pendek namun proses dan bentuk pendekatannya
142 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

berbeda. Angka-angka itu cenderung kurang cermat dan perhatiannya terletak


lebih dalam kecenderungan jangka panjang ketimbang fluktuasi jangka pendek.
Tujuan dari suatu pengendalian kas jangka panjang adalah untuk melihat arus
kas yang ditimbulkan oleh rencana laba perusahaan jangka panjang dan untuk
menaksir investasi modal yang diperlukan untuk mempertahankan rencana itu.
Persyaratan pinjaman perusahaan dapat dilihat dari arus kas dan suatu keputusan
dapat diambil tentang bagaimana dana dapat diperoleh. Sebaliknya, surplus kas
bertambah, keputusan bisa diambil untuk meningkatkan dividen, menanamkan
uang di luar perusahaan, atau menginvestasikan ke dalam, lebih banyak aset
dalam perusahaan. Suatu kebutuhan kas jangka panjang harus didahului suatu
studi tentang bagaimana uang dapat diperoleh dengan meningkatkan modal
saham, penerbitan pengakuan utang atau hipotek atas harta milik.
Bab 8
Tantangan Kewirausahaan
Dalam Konteks Global

8.1 Pendahuluan
Globalisasi sebagai fenomena di abad ke 21 sering dihubungkan dengan
bangkitnya perekonomian internasional. Kata globalisasi adalah istilah
ekonomi-politik yang telah umum digunakan sejak awal 1990-an untuk
menggambarkan dunia saat ini di mana kita hidup. Konsep ini menemukan
ekspresi hari ini dalam sebuah bahasa utama dunia. Globalisasi memang telah
menjadi, "klise dari zaman kita" (Held et al. 1999: 3). ‘Gagasan yang mencakup
segalanya, mulai dari pasar keuangan global hingga internet’ (Lawal, 2006: 5)
Menurut Nnamani (2004), globalisasi mengacu pada fenomena di mana negara,
orang, dan bisnis di seluruh dunia saling berhubungan tanpa kesulitan.
Globalisasi bersifat multidimensi dengan implikasi sosial, politik dan ekonomi.
Namun dimensi ekonominya mendapat perhatian paling besar karena
kecenderungannya untuk mendorong dan menetapkan langkah untuk proses-
proses lain. Dimensi ekonomi globalisasi mengacu pada integrasi ekonomi
domestik dengan konsekuensi peningkatan saling ketergantungan ekonomi
negara dan kawasan melalui perdagangan dan aliran bebas dari faktor-faktor
produksi (Mirza, 2000; Ikechi & Edward, 2009).
Globalisasi adalah masalah topikal yang telah menarik perhatian para sarjana
dari semua disiplin ilmu sosial. Penggunaan populer istilah ini di kalangan
ilmuwan sosial telah membuatnya menarik perhatian bahkan ilmuwan non-
sosial. Secara umum, globalisasi melibatkan masalah-masalah seperti
penghancuran batas-batas ekonomi internasional dan karenanya kecenderungan
144 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

ke arah keseragaman pada sejumlah masalah seperti sistem pasar, pandangan


budaya, kebijakan ekonomi dan lembaga politik (Bello, 2004). Dari perspektif
liberal, globalisasi mengacu pada peningkatan integrasi kegiatan dan praktik
masyarakat manusia di seluruh dunia. Ini disajikan sebagai proses integrasi
vertikal dan horizontal, yang melibatkan peningkatan volume dan variasi
transaksi transnasional dalam barang dan penyebaran luas seni, budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi (Bello, 2004).
Akan tetapi, akan sangat keliru untuk menyimpulkan fakta bahwa globalisasi
bermanfaat bagi ekonomi politik semua orang di dunia. Yusuf (2000)
mengamati bahwa kekuatan penuh dari perubahan positif yang timbul dari
globalisasi hanya dirasakan oleh sejumlah kecil negara-negara berpenghasilan
tinggi dan menengah.

8.2 Apa yang dimaksud Globalisasi?


Secara umum, ada pandangan yang berbeda di antara para sarjana tentang
makna dasar dari istilah globalisasi. Menurut Asobie (2001) yang dikutip dalam
Bello (2004); globalisasi adalah konsep yang sarat dengan konotasi ideologis;
artinya ada dalam pertentangan; karakternya adalah titik perselisihan dan
sejarahnya terperosok dalam kontroversi. Menurut Held et.al (1999) yang
dikutip dalam Lawal, (2006), ada tiga aliran pemikiran luas tentang globalisasi,
termasuk Hyper-Globalisers; Skeptis dan Transformasionalis. Untuk hiper
globalisasi, globalisasi dipandang sebagai periode baru di mana orang-orang di
seluruh dunia semakin menjadi subjek dunia global yaitu era sejarah manusia di
mana negara bangsa yang masih menganut faham tradisional telah menjadi unit
bisnis yang tidak alami, bahkan mustahil. Oleh karena itu, ini menyajikan logika
ekonomi dari munculnya pasar global tunggal di mana prinsip persaingan global
menjadi kondisi yang diperlukan untuk kemajuan manusia (Held et.al. 1999).
Mengikuti aliran pemikiran ini, Mussa (2000) melihat mekanisme utama
globalisasi untuk memasukkan kebijakan terbuka sehubungan dengan
perdagangan internasional, penghapusan hambatan terhadap aliran modal
internasional dan penyebaran pengetahuan internasional. Demikian pula, Yusuf
(2000: 32) mendefinisikannya hanya sebagai 'keterbukaan terhadap arus faktor
perdagangan, ide, dan informasi'. Proses mengintegrasikan tidak hanya ekonomi
negara tetapi juga budaya, teknologi, dan tata kelola mereka (Lawal, 2006;
Bello, 2004).
Bab 8 Tantangan Kewirausahaan Dalam Konteks Global 145

Mazhab globalisasi yang skeptis mewakili mazhab kritik. Para sarjana dalam
kategori ini menekankan bahwa seluruh gagasan globalisasi hanyalah
berlebihan. Mereka mencatat bahwa globalisasi pada dasarnya adalah mitos
yang menyembunyikan realitas ekonomi internasional yang semakin
tersegmentasi ke dalam blok perdagangan regional tertentu di mana pemerintah
internasional tetap sangat kuat (Lawal, 2006). Argumen skeptis didasarkan
sepenuhnya pada konsepsi ekonomi globalisasi, menyamakannya dengan pasar
global yang terintegrasi sempurna (Mohamad, 1996). Kritik globalisasi telah
mengamati bahwa sementara globalisasi dapat berarti lebih banyak kekayaan
dan pembangunan bagi masyarakat dunia pertama, secara otomatis berarti lebih
banyak kemiskinan dan keterbelakangan yang diperdalam bagi orang-orang di
negara-negara berkembang seperti Indonesia. Ini bisa menjadi alasan mengapa
Bello (2004) menyimpulkan bahwa globalisasi telah menjadi kekuatan bagi
ketidaksetaraan dan marginalisasi, justru daripada mempromosikan kesatuan
wilayah global merupakan faktor pemisah yang terus menerus antara negara-
negara maju dan berkembang di dunia.
Menurut Held, et al. (1999) dan Hill (2009), globalisasi mengacu pada
transformasi fundamental dalam ekonomi dunia di mana negara-negara
bergerak menuju sistem ekonomi global yang saling tergantung. Pada intinya,
globalisasi telah menghasilkan pasar yang sebelumnya secara historis
dipisahkan menjadi satu pasar global yang sangat besar sebagai hasil dari
pengurangan hambatan perdagangan dan kemajuan teknologi informasi dan
transportasi. Menurut Lawal (2006), seluruh gagasan tentang globalisasi
berkisar pada realitas dan terminologi baru seperti Teknologi Informasi (TI);
World Wide Web (WWW); Deregulasi; Liberalisasi perdagangan; persaingan
ekonomi atau usaha bebas dan sistem politik yang muncul yang berorientasi
pada orang. Implikasi dari transformasi ini kepada pengusaha menurut
Transformationalists adalah bahwa perusahaan kecil sekarang dapat
berpartisipasi dalam perdagangan internasional sejak awal (Ikechi & Edward,
2009). Sebuah contoh dikutip oleh kaum transformasionalis dengan
kemunculan insidental dari banyak negara Asia Timur seperti Cina; India dan
Korea. Negara-negara ini telah berubah dari menjadi salah satu daerah termiskin
di dunia 40 tahun yang lalu namun menjadi wilayah progresif akhir-akhir ini
secara ekonomi dan politik (Schaefer, 2006; Hill, 2009).
146 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

8.3 Kewirausahaan dan Relevansinya


dengan Globalisasi
Menurut Sarkin-Daji (2004), seorang wirausahawan adalah individu yang
berkeinginan dan memiliki kemampuan untuk mencari peluang investasi dalam
suatu lingkungan dan mampu membangun dan menjalankan roda bisnis yang
berhasil berdasarkan peluang yang teridentifikasi. Demikian pula, Okpara
(2005), Falabi & Olatunji (2014) melihat kewirausahaan sebagai kemampuan
untuk menciptakan sesuatu (biasanya entitas bisnis) dari apa-apa yang praktis.
Definisi kewirausahaan yang paling awal, yang berasal dari abad kedelapan
belas, digunakan sebagai istilah ekonomi yang menggambarkan proses
menanggung risiko pembelian dengan harga tertentu dan menjual dengan harga
yang tidak pasti (Morris & Lewis, 1991), tidak seperti karyawan yang digaji,
pengusaha menganggap kepemilikan risiko. Menurut Ikechi & Edward (2009),
pengusaha adalah individu yang mengidentifikasi kebutuhan masyarakat dan
meluncurkan perusahaan yang berisiko dan menciptakan pasar untuk memenuhi
kebutuhan. Hirsch & Peter (1998) melihat wirausaha sebagai seseorang yang
menciptakan sesuatu yang berbeda dengan nilai dengan mencurahkan waktu
dan upaya yang diperlukan, dengan asumsi risiko keuangan, psikis dan sosial
yang menyertainya, dan menerima imbalan yang dihasilkan dari kepuasan
moneter dan pribadi. Beberapa peneliti (Huefner & Hunt, 1994; Chung &
Gibbons, 1997; Okpara, 2005; Olatunji, 2012, Falabi & Olatunji, 2014) telah
mendefinisikan wirausaha sebagai seseorang yang mengakui peluang dan
mengerahkan sumber daya untuk memanfaatkan, atau menindaklanjuti
kesempatan itu.
Tanpa wirausaha, tidak akan ada inovasi baru atau imitasi kreatif di pasar;
karenanya, transformasi ke metode produksi dan barang baru di negara tidak
akan terjadi. Ketika pengusaha mengubah pasar, mereka tidak hanya
menyediakan barang dan jasa baru ke pasar domestik, mereka juga
menyediakan sumber pekerjaan baru bagi perekonomian. Akibatnya,
kewirausahaan berfungsi sebagai agen aktif dalam proses pembangunan
ekonomi; ini berfungsi sebagai katalisator untuk transformasi pasar dan
memberikan peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan
kerja dan peningkatan pendapatan per kapita. Hal ini meningkatkan kualitas
hidup, menempatkan suatu negara di posisi menguntungkan dalam kompetisi
ekonomi global, dan menciptakan kekayaan baru melalui investasi dan
Bab 8 Tantangan Kewirausahaan Dalam Konteks Global 147

melakukan investasi kembali (Okpara, 2005; Ikechi & Edward, 2009; Afolabi,
2009; Olatunji Issah & Sakariyau, 2014).
Dari penjelasan di atas tentang globalisasi dan kewirausahaan, orang akan
menyadari bahwa kewirausahaan yang dinamis relevan sebagai salah satu syarat
yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan globalisasi. Meskipun,
globalisasi berpotensi mempromosikan kewirausahaan dan kewirausahaan
meningkatkan globalisasi tetapi tantangan yang dihadapi sebagian besar negara
Asia seperti Indonesia adalah bahwa tingkat kegiatan wirausaha dan kinerja
wirausaha yang rendah telah menjadikannya sebagai tantangan untuk mencapai
tujuan globalisasi.
Dengan kata lain, globalisasi sebenarnya telah mempengaruhi tren kegiatan
kewirausahaan di Indonesia. Ini karena globalisasi adalah kebijakan ekonomi di
mana pengembangan sektor wirausaha merupakan salah satu prasyarat dasar
untuk dapat bekerja. Dengan kata lain, rendahnya aktivitas wirausaha di
Indonesia adalah salah satu faktor mendasar yang menghambat pemanfaatan
globalisasi untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di negara ini. Dengan
demikian, pengembangan kewirausahaan adalah faktor penting yang perlu
dikembangkan secara efektif di Indonesia agar menjadi ujung positif dari praktik
globalisasi.
Dalam menghadapi globalisasi seperti ini maka Indonesia sangat memerlukan
adanya konsep pembangunan (development) yang akan menjadi salah satu
pendekatan perubahan sosial terencana yang paling luas dan terpenting
digunakan oleh banyak pihak. Pembangunan tidak saja berkonotasi damai
namun juga terkandung gagasan perubahan nasib terhadap suatu keadaan. Hal
ini terutama berkaitan dengan usaha terus-menerus yang dilakukan untuk
membebaskan masyarakat dari belenggu kemunduran sosio-kultural,
sebagaimana yang dilabelkan oleh negara maju/Barat sebagai tradisionalisme
(Dharmawan, 2006). Pembangunan suatu negara adalah pembangunan yang
mencerminkan kesejahteraan dari mayoritas penduduk suatu negara.
Kita semua mengetahui bahwa Perguruan tinggi biasanya sarat dengan tugas-
tugas berkarya dalam dunia ilmiah yang tentunya akan bisa mencetak kader-
kader wirausaha yang handal. Kewirausahaan sangat diperlukan karena setiap
manusia memiliki potensi untuk mengembangkan diri, disamping itu setiap
manusia juga mempunyai kebutuhan yang selalu meningkat, untuk itu setiap
manusia akan berusaha memenuhinya secepat mungkin.
148 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Semakin cepat keinginan pemenuhan kebutuhan tersebut semakin tinggi


semangat kewirausahaan yang dibutuhkan. Kewirausahaan dapat meningkatkan
daya saing dengan tujuan menyediakan lapangan pekerjaan, mengurangi
kemiskinan, yang bisa diredifinisi sebagai “gairah mengembangkan bisnis
baru”. Oleh karena itu upaya dalam peningkatan kapabiltas wirausaha dalam
peningkatan kemampuan kewirausahaan dengan peningkatan kemandirian,
kemampuan bisnis dan jiwa kepemimpinan dalam sektor kewirausahaan,
diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan kualitas kewirausahaan, salah
satunya dengan mengelola UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah).

8.4 Kewirausahaan dan Inovasinya di Era


Revolusi Industri 4.0 dalam Ekonomi
Digital
Perhatian besar pada kewirausahaan antara lain tergambar pada The World
Entrepreneurs Invesment Forum 2019 di Manama, Bahrain pada 11-13
November 2019 menghasilkan rekomendasi yang diberi judul “Achieving the
SDGs: Entrepreneurship and Innovation, Investing in the 4th Industrial
Revolution in a Digital Economy”. Beberapa rekomendasi dari forum tersebut
adalah (WEIF, 2019):

8.4.1 Peran Kewirausahaan Menuju Tantangan Global


Pengangguran saat ini merupakan salah satu tantangan pembangunan terbesar
yang dihadapi negara-negara secara global. Telah diakui bahwa jawaban untuk
penciptaan lapangan kerja terletak pada promosi sektor swasta terutama
pengusaha, yaitu melalui promosi investasi, baik asing maupun domestik.
Sektor/pengusaha swasta adalah mitra kunci untuk pembangunan ekonomi,
dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berkontribusi pada tingkat
pekerjaan yang tinggi, pengurangan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi
bottom-up, perubahan struktural, dan inovasi. Kewirausahaan juga memiliki
peran positif dalam menjembatani kesenjangan teknologi, dan memberikan
peluang bagi para penganggur untuk menunjukkan potensi mereka dengan
menjadi pencipta pekerjaan (WEIF, 2019).
Bab 8 Tantangan Kewirausahaan Dalam Konteks Global 149

Pengembangan ekonomi memastikan peningkatan penciptaan lapangan kerja;


asalkan dukungan diberikan kepada pengusaha untuk memfasilitasi penciptaan
perusahaan yang pada gilirannya merangsang inovasi dan kreativitas. Bahkan;
kebutuhan untuk menempatkan dan memelihara lingkungan bisnis yang
kondusif yang merangsang penciptaan dan pertumbuhan usaha, terutama untuk
usaha mikro, kecil dan menengah; yang pada gilirannya akan memainkan peran
positif dalam menjembatani kesenjangan teknologi dan membuat UMKM lebih
kompetitif (WEIF, 2019).
Namun, wirausahawan memerlukan dukungan untuk memfasilitasi penciptaan
usaha dan keberlanjutannya, dan mengatasi beberapa tantangan: sistem
pendidikan tidak memberikan keterampilan yang dibutuhkan, dengan kesulitan
mengakses modal dan layanan pengembangan usaha yang secara khusus
diarahkan untuk wirausaha baru. Pengusaha cenderung dianggap berisiko
tinggi, dan sering kurang memiliki pengetahuan tentang jaringan, pasar dan
peluang investasi dan sumber informasi dibandingkan pemain yang lebih tua
(WEIF, 2019).
Memanfaatkan potensi populasi pemuda yang besar di seluruh dunia bisa
menjadi peluang abad ini. Untuk mengubah lintasan hidup dalam situasi yang
menantang di seluruh dunia, kaum muda membutuhkan peluang ekonomi,
keterlibatan sipil, dan keadilan serta peluang untuk mengubah komunitas
mereka secara positif. Tantangan utama bagi kawasan ini adalah untuk
mendorong pertumbuhan dan menciptakan kondisi politik dan peluang ekonomi
untuk melibatkan penduduk usia muda yang bekerja. Jika harapan anak muda
yang meningkat dibiarkan tidak terpenuhi, ketiadaan keadilan dan martabat
akan menumbuhkan frustrasi, keputus asaan, dan perlakuan buruk terhadap
orang lain yang lebih lanjut berkontribusi pada protes sosial, radikalisasi agama,
dan sering seiring dengan kebangkitan sekularisme. Ketidakstabilan sosial dan
politik yang juga berkontribusi terhadap imigrasi massal yang melepaskan diri
dari kekerasan, kemiskinan, atau hanya kurangnya kesempatan (WEIF, 2019).

8.4.2 Industri 4.0


Revolusi Industri Keempat adalah paduan teknologi yang membiaskan batas
antara bidang fisik, digital, dan biologis. Kecepatan perkembangan teknologi
meningkat dan mengikis keunggulan kedekatan pasar dan upah rendah di sektor
manufaktur dan jasa yang mendukung inovasi dan penyerapan efektif teknologi
baru. Dunia masih perlu mengatasi beberapa masalah mendasar yang akan
memungkinkannya untuk menavigasi melalui perkembangan ini. Dengan
150 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

setengah dari populasi tidak terhubung ke Internet, konektivitas tetap


bermasalah untuk sebagian besar wilayah, terutama di daerah pedesaan. Selain
itu, sistem pendidikan perlu melatih siswa untuk memiliki pola pikir yang
fleksibel, kreatif, dan kritis, serta kapasitas untuk belajar terus menerus dan
beradaptasi dengan tantangan yang akan diterapkan oleh sistem produksi dan
ekonomi yang diciptakan oleh Revolusi Industri Keempat. Teknologi generasi
berikutnya seperti Robotics Process Automation (RPA), kecerdasan buatan
(AI), dan internet of things (IoT) mendorong revolusi industri berikutnya yang
disebut sebagai industri 4.0 (WEIF, 2019).
Internet of Things memungkinkan pemikiran otonom dalam segala hal mulai
dari alat rumah tangga paling sederhana hingga mesin canggih industri berat.
Dan lompatan maju dalam pembelajaran robotika dan mesin menandai era baru
kerja non-manusia dalam bidang usaha masyarakat yang paling monoton dan
berbahaya. Dalam manufaktur di seluruh wilayah, misalnya, Industry 4.0 akan
membuka jalan baru lebih jauh ke bawah rantai nilai. Di sisi digital, lalu lintas
berbasis cloud diatur untuk tumbuh secara eksponensial. Dengan demikian,
pengembangan solusi cloud yang aman dan skalabel sangat penting untuk
operasi yang efisien dan produktif di publik dan swasta (WEIF, 2019).
Revolusi Industri Keempat menyebabkan perubahan dramatis yang melibatkan
serangkaian teknologi baru yang memadukan dunia fisik, digital, dan biologis,
yang memengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, dan industri dan memberikan
peluang baru yang dapat mendukung pertumbuhan (WEIF, 2019).

8.4.3 Pendidikan 4.0


Ketersediaan bakat yang tepat untuk mengatasi lanskap yang berubah ini tetap
menjadi masalah. Kesuksesan di masa depan tergantung dari kemampuan
mengasah keterampilan dan bakat. Pada tahun 2040, angkatan kerja benua
diperkirakan akan melampaui India dan China. Selama 15 tahun terakhir,
komunitas global telah melakukan banyak upaya dalam menginspirasi dan
melibatkan perempuan dan anak perempuan dalam sains. Kekhawatirannya
adalah bahwa mereka masih kurang terwakili dalam bidang terkait STEM,
sementara mereka mewakili lebih dari setengah populasi (WEIF, 2019).
Studi menunjukkan bahwa banyak yang akan mendapat manfaat dari lebih
banyak peluang wirausaha melalui peningkatan integrasi pendidikan
kewirausahaan inklusif ke dalam pendidikan formal dan universitas. Ini telah
menjadi tren global yang berkembang yang lazim di negara-negara maju di
Bab 8 Tantangan Kewirausahaan Dalam Konteks Global 151

mana pendidikan kewirausahaan formal tersedia di lebih dari 30% lembaga


pendidikan pasca-sekolah menengah mereka (WEIF, 2019).
Dengan demikian, penggabungan keterampilan baru dan relevan untuk
pendidikan formal atau meningkatkan pendidikan informal akan merangsang
pola pikir kewirausahaan dan inovatif. Pendidikan kewirausahaan memainkan
peran penting dalam mengubah niat kewirausahaan menjadi tindakan, dan
membahas kepercayaan budaya dan sosial; sehingga mengarah pada kepastian
proses yang jelas dari pendidikan untuk inovasi ke inkubasi dan akhirnya
kewirausahaan (WEIF, 2019).

8.5 Peranan Perguruan Tinggi dalam


Menumbuhkan Prospek Masa Depan
Kewirausahaan
Peranan perguruan tinggi yang strategis perlu diaktifkan untuk mendorong
akselerasi perluasan kesempatan kerja melalui pengembangan pelaku-pelaku
ekonomi baru (entrepreneur) yang trampil, yang mempunyai teknologi maju,
berusia muda yang produktif-kreatif dan berdaya saing baik di pasar regional
maupun di pasar global. Berbagai kekuatan (strength) dan peluang
(opportunities) yang telah dimiliki perguruan tinggi di Indonesia dapat
dioptimalkan seperti:
1. Strategi umum dibidang produksi, investasi, fiskal, moneter,
perdagangan, harga, upah, pendidikan dan pelatihan.
2. Perencanaan tenaga kerja trampil dan ahli sesuai dengan
kebutuhan pembangunan.
3. Usaha mandiri dan kewirausahaan melalui program-program yang
memperkuat usaha kecil, memperbanyak pelaku ekonomi baru,
memperkuat daya saing pelaku-pelaku ekonomi yang lemah, mendorong
inovasi dan memodernisasikan usaha kecil (Payaman, 1989) dalam Idrus
(1999)
152 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Berbagai kekuatan (strength) dan peluang (opportunities) yang telah dimiliki


perguruan tinggi di Indonesia dapat dioptimalkan seperti:
1. Tersedianya berbagai disiplin ilmu yang lengkap dan luas serta memadai
untuk mendorong pertumbuhan, pemerataan, dan kelanjutan pembangunan
ekonomi.
2. Tersedianya sumber daya manusia baik tenaga pelatih yang mempunyai
integritas keilmuan yang tinggi (Guru Besar, Doktor, Magister yang
berpengalaman di bidang penelitian dan pengabdian masyarakat), maupun
mahasiswa yang terseleksi dengan baik.
3. Besarnya kemungkinan kerjasama dengan Departemen pemerintahan
beserta badan penelitian dan pengembangan yang ada pada departemen
tersebut dan balai-balai latihan yang relevan serta dunia usaha di sekeliling
perguruan tinggi.
4. Sebagai salah satu agent of change di Indonesia, perguruan tinggi tidak saja
dapat melakukan transfer of knowledge, tetapi juga transfer of technology
yang dibutuhkan untuk melakukan modernisasi sektor usaha kecil.
5. Perguruan tinggi tidak saja sebagai mesin produksi sarjana, tetapi juga dapat
memproduksi basic dan applied science and technology yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan serta memproduksi publikasi dan informasi ilmu
pengetahuan dan teknologi terbaru untuk membantu entrepreneur muda
(Piyani, 2006),
Dalam upaya untuk memaksimalkan kesempatan dan kekuatan tersebut,
perguruan tinggi sebaiknya berpikir dan bertindak strategis yaitu berpikir
entrepreneur (mampu melihat peluang dan memanfaatkannya dengan segala
risiko yang ada) dan berpikir strategis dengan menggunakan sumber informasi
dari luar untuk melakukan adaptasi ke dalam sehingga sesuai keinginan dari
pelanggan dan kondisi yang ada. Berpikir strategis tidak dimulai dari dalam
yang hanya menunjukkan kelemahan entrepreneurial dan tidak mau mengambil
risiko (Piyani, 2006).
Bab 9
Etika Bisnis dan Profesionalisme
Kewirausahaan

9.1 Pengertian Etika Bisnis


Sebelum membahas tentang pengertian etika bisnis, seyogiyanya kita
mengetahui tentang apa itu etika dan bisnis. Secara etimologi (asal kata) etika
berasal dari kata “etchus” (Bahasa Latin) “eticos” (Bahasa Yunani) yang
memeliki makna “kebiasaan”. Menurut (Chaniago, 2013) etika adalah nilai-nilai
yang dianut oleh suatu masyarakat, didasarkan pada kebiasaan mereka. Hal ini
dipertegas Skinner dalam (Pandji, 2007) “bisnis adalah pertukaran barang, jasa
atau uang yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Sedangkan
menurut arti dasarnya, bisnis memiliki makna sebagai the buying and selling of
goods and services. Sedangkan perusahaan bisnis adalah organisasi yang terlibat
dalam pertukaran barang, jasa, atau uang untuk menghasilkan keuntungan.
Dari beberapa definisi mengenai etika, dapat kita tarik kesimpulan bahwa etika
adalah hal yang penuh dengan pandangan atau nilai yang dianut oleh
masyarakat, di mana dasar nilai itu dibangun dari kebiasaan yang mereka
lakukan. Membahas mengenai etika, maka kita akan masuk pada ranah
kebiasaan yang terjadi pada suatu masyarakat, etika akan berbicara mengenai
benar atau salah. Kebiasaan yang berlaku disuatu tempat biasanya mengacu
pada adat istiadat, norma, peraturan, budaya dan lainnya. Semakin seseorang
sesuai dengan kebiasaan setempat, maka dapat dikatakan ia semakin beretika di
tempat yang bersangkutan.
Salah satu aspek yang sangat populer dan perlu mendapat perhatian dalam dunia
bisnis ini adalah norma dan etika bisnis. Etika bisnis selain dapat menjamin
kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada perusahaan
154 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

juga sangat menentukan maju atau mundurnya perusahaan. Etika bisnis sangat
penting untuk mempertahankan loyalitas pemilik kepentingan dalam membuat
keputusan dan memecahkan persoalan perusahaan. Karena semua keputusan
perusahaan sangat memengaruhi dan dipengaruhi oleh pemilik kepentingan.
Pemilik kepentingan adalah semua individu atau kelompok yang
berkepentingan dan berpengaruh terhadap keputusan perusahaan
Berberapa pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis adalah salah satu cara melakukan kegiatan bisnis yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, dan masyarakat.
Dalam perusahaan, etika bisnis dapat membentuk nilai, norma, dan perilaku
karyawan hingga pimpinan dalam membangun hubungan yang baik, adil, dan
sehat dengan pelanggan, rekan kerja, pemegang saham, hingga masyarakat.
Etika bisnis juga dapat menjadi salah satu standar bagi seluruh karyawan,
termasuk manajemen (Fahmi, 2014).
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai
moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan
memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi (Zimmerer). Etika bisnis
adalah studi tentang aspek-aspek moral dari kegiatan ekonomi dan bisnis

9.1.1 Pendekatan dalam Perumusan Etika Bisnis


Etika bisnis adalah salah satu cara melakukan kegiatan bisnis yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, dan masyarakat.
Dalam perusahaan, etika bisnis dapat membentuk nilai, norma, dan perilaku
karyawan hingga pimpinan dalam membangun hubungan yang baik, adil, dan
sehat dengan pelanggan, rekan kerja, pemegang saham, hingga masyarakat
(Fahmi, 2014).
Bab 9 Etika Bisnis dan Profesionalisme Kewirausahaan 155

Gambar 9.1: Pendekan Etika Bisnis


Ada beberapa cara pendekatan dalam etika bisnis yaitu;
a. Pendekatan Utilitarian (Utilitarian Approach)

Setiap tindakan dalam dunia bisnis harus didasarkan pada konsekuensi yang
ditimbulkan oleh tindakan tersebut. Dalam pendekatan ini, setiap tindakan harus
didasarkan dengan konsekuensinya. Untuk itu, sebelum bertindak, Anda harus
memberikan manfaat yang besar untuk masyarakat dengan cara yang tidak
membahayakan dan menggunakan biaya serendah-rendahnya. Ketika sebuah
bisnis telah berhasil memberikan manfaat yang banyak bagi masyarakat, maka
bisnis dengan mudah akan disukai oleh banyak orang dan tentu saja akan
mendapatkan banyak pelanggan yang loyal.
b. Pendekatan Individu (Individual Rights Approach)

Pendekatan ini memiliki pengaruh besar dalam menghargai dan menghormati


setiap tindakan yang dilakukan orang lain. Namun, jika tindakan tersebut dinilai
bisa mengakibatkan suatu perpecahan atau benturan dengan hak orang lain,
maka tindakan tersebut harus dihindari.
c. Pendekatan Keadilan (Justice Approach)

Setiap pembuat keputusan memiliki kedudukan yang sama, serta bertindak adil
dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, baik perorangan maupun
156 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

kelompok. Pendekatan etika bisnis ini akan memberikan keuntungan baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini karena semua pihak merasa
diuntungkan dengan keputussan yang adil.

9.1.2 Etika Bisnis di Bidang Pemasaran


Dalam setiap produk harus dilakukan promosi untuk memberitahukan atau
menawarkan produk atau jasa agar mudah dan cepat dikenali oleh masyarakat
dengan harapan kenaikan pada tingkat pemasarannya. Promosi sangat
diperlukan untuk dapat membuat barang yang produksi menjadi dikeahui oleh
publik, dalam berpromosi diperlukan etika-etika yang mengatur bagaimana cara
berpromosi yang baik dan benar serta tidak melanggar peraturan yang berlaku,
etika ini juga diperlukan agar dalam berpromosi tidak ada pihak yang dirugikan
oleh teknik promosi.
Cara-Cara Melakukan Promosi dengan Etika Bisnis
Dalam menciptakan etika bisnis, (Dalimunthe, 2004) menganjurkan untuk
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengendalian Diri

Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-


masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dana dalam bentuk
apapun.
2. Pengembangan Tanggung JawabSosial (Social Responsibility)

Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan
hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan
lebih kompleks lagi
3. Mempertahankan Jati Diri

Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk teromabang-ambing oleh


pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis.
4. Menciptakan Persaingan yang Sehat

Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas,
tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus
Bab 9 Etika Bisnis dan Profesionalisme Kewirausahaan 157

terdapat jalinan yang erat anatara pelaku bisnis besar dan golongan menengah
ke bawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu
memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam
menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam
dunia bisnis tersebut.
5. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”

Dunia bisnis sehaurusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat


sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
6. Menghindari Sifat 5 K (katabelece, Konkalikong, Koneksi, Kolosi dan
Komisi)

Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak
akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala
bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang
menvemarkan nama bangsa dan Negara.
7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar

Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit
(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan
“katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang
salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” kepada pihak yang
terkait.
8. Menumbuhkan Sikap saling Percaya antar Golongan

Pengusaha untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada sikap
saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan
pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama
dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan.
9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama

Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana
apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut.
Mengapa? Seandainya semua etika bisnis telah disepakati, sementara ada
‘oknum”, baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk
158 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

melakukan “kecurangan” demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etka


bisnis itu akan “gugur” satu demi satu.
10. Memelihara Kesepakatan

Memelihara kesepakatan atau menumbuh kembangkan kesadaran dan rasa


memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis.
11. Menuangkan ke dalam Hukum Positif

Perlunya sebagian etika bisnis dalam sustu hukum positif yang menjadi
Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian
hukum dari etika bisnis tersebut seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah.
Usaha mempertahankan Etika bisnis dapat dilakukan dengan cara, antara lain :
1. Menciptakan kepercayaan
2. Mengembangkan kode etika
3. Menjalankan kode etik secara adil dan konsisten
4. Menlindungi hak-hak perorangan
5. Mengadakan pelatihan dan sosialisasi etika
6. Melakukan audit etika secara periodic
7. Mempertahankan standar etika yang tinggi
8. Menciptakan budaya komunikasi dua arah
9. Menghindari dari perbuatan tercela
10. Melibatkan semua personal karyawan dalam mempertahankan etika

Budaya dalam bisnis adalah karakteristik suatu organisasi atau bisnis yang
mencakup pengalaman, cerita, kepercayaan dan norma-norma bersama yang
dianut oleh seluruh jajaran pembisnis. Misalnya pada sebuah bisnis dapat kita
lihat, bagaimana pembisnis berpakaian, berbicara, melayani tamu, pengaturan
kantor, dan sebagainya. Pengembangan budaya dalam bisnis harus dilakukan,
karena sangat bermanfaat untuk: meningkatkan sense of identity, sense of
belonging, komitmen bersama, stabilitas internal bisnis, pengendalian sifat-sifat
yang kurang baik, dan akhirnya akan menjadi pembeda suatu bisnis dengan
bisnis lain, dan akhirnya akan menimbulkan citra tersendiri bagi kemajuan
bisnis.
Bab 9 Etika Bisnis dan Profesionalisme Kewirausahaan 159

Jadi etika bisnis merupaka suatu pedoman yang sangat penting dalam kegiatan
bisnis, pelaku bisnis mampu memahami dan menginterprestasikan yang
dimaksud dengan etika bisnis. Etika bisnis menjadi sangat penting bagi
kelangsungan hidup suatu perusahaan, maksudnya adalah keberlangsungan
hidup suatu perusahaan bergantung pada bagaimana cara penerapan etika bisnis
oleh pelaku bisnis.
Dengan terapkannya etika dalam bisnis, maka secara tidak langsung dapat
menumbuhkan kepercayaan dari rekan kerja, masyarakat, dan pelanggan, di
mana kepercayaan merupakan sebuah modal yang sangat penting agar
kelangsungan hidup perusahaan tetap terjamin. Maka dari itu, perusahaan
memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan
standar etika. Dengan terciptanya kesadaran akan pentingnya etika bisnis, maka
akan ada banyak pihak yang mendapat keuntungan, diantaranya adalah pelaku
bisnis itu sendiri, pelanggan, serta masyarakat dan pemerintah. Dengan
menerapkan etika bisnis, dapat membantu tatanan ekonomi menjadi lebih baik
dan dapat meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan.
Dari hasil penelitian (Andjarwati dan Budiadi, 2018) menyatakan bahwa
aplikasi etika dalam berbisnis (berwirausaha) akan mengakibatkan seorang
manajer mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan sosial. Manajer
yang mempunyai filosofi juga moral personal yang bagus dan bekerja dalam
organisasi yang betul-betul menerapkan etika serta menerapkan nilai-nilai
agama kehidupannya termasuk dalam bisnis, maka hal ini akan berpengaruh
positif terhadap kegiatan bisnis perusahaan dengan lingkungan sosial.

9.2 Faktor dan Proses Kewirausahaan


Definisi Kewirausahaan menurut Rye dan Pujaatmaka (1996) adalah suatu
pengetahuan terapan dari konsep dan teknik manajemen yang disertai risiko
dalam merubah atau memproses sumberdaya menjadi output yang bernilai
tambah tinggi (value edded). Perubahan ini dilakukan melalui menciptaan
diferensiasi, standarisasi, proses dan alat desain dalam menciptakan pasar dan
pelanggan baru.
Selain itu, definisi Kewirausahaan menurut Instruksi Presiden Republik
Indonesia (INPRES) No. 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Me-
masyarakat-kan dan Mem-budaya-kan Kewirausahaan adalah semangat, sikap,
160 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan/atau kegiatan


yang mengarah pada upaya mencari menciptakan, menerapkan cara kerja,
teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efesiensi dalam rangka
memberikan pelayanan yang lebih baik dan/atau memperoleh keuntungan yang
lebih besar
Kewirausahaan atau entrepreneurship adalah sebagai sebuah topik yang sangat
menarik untuk dianalisis dan didiskusikan telah diperkenankan oleh para ahli
ekonomi pada abad ke-18 dan semakin populer pada abad ke-19 dan ke-20. Pada
abad sekarang dengan kemajuan teknologi dan berbagai perubahan yang terjadi,
dunia terasa seolah menjadi sempit dan kehilangan batas. Seiring dengan
kenyataan tersebut perlu kita akui bahwa kemajuan dan perubahan yang kita
capai pada saat ini merupakan bukti dari kehadiran sejumlah wirausaha
multinasional dari berbagai penjuru dunia. Mereka hadir sebagai agen
perubahan, mereka lahir dengan sejumlah ide-ide inovatif untuk perkembangan
dunia usaha dan pembangunan ekonomi pada umumnya (Darojat dan Sumiyati,
2013).
Kewirausahaan didefinisikan sebagai proses di mana individu mengejar peluang
tanpa tergantung kepada sumber daya yang saat ini mereka kuasai untuk tujuan
pemanfaatan barang dan jasa di masa depan. Seorang wirausaha adalah
seseorang yang memiliki intensi atau niat, keinginan, untuk membuat suatu hal
yang baru atau menambahkan nilai kepada suatu produk atau jasa tidak hanya
pada bentuk akhirnya namun juga pada proses-proses pendukung pembuatan
produk tersebut agar dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi konsumen
(Barringer, 2015).
Kewirausahaan adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan
membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif,
peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari
proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko
atau ketidakpastian. Dengan demikian, tentunya kita mengharapkan motivasi
kewirausahaan dapat membudaya dan menjadi salah satu konsep perekonomian
nasional. Sesungguhnya, kewirausahaan memiliki potensi untuk itu. Potensi
tersebut ditandai oleh beberapa keunggulan komparatif (comparative
advantages) dibandingkan dengan konglomerasi. Di masa mendatang, para
wirausahawan dituntut untuk mampu mentransformasikan keunggulan
kompetitif nasional.
Bab 9 Etika Bisnis dan Profesionalisme Kewirausahaan 161

Adapun keunggulan komparatif tersebut adalah: Pertama, entrepreneur


memiliki legitimasi moral yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan dan
menciptakan kesempatan kerja. Karena target entrepreneur adalah masyarakat
kelas menengah dan bawah, maka entrepreneur memiliki peran penting dalam
proses trickling down effect. Kedua, seorang entrepreneur memiliki visi bisnis,
intuisi pengelolaan sumber daya, adaptable terhadap perubahan lingkungan dan
kemampuan untuk berkerja sama secara integral (Yoyon, B.I)

Gambar 9.2: Relasi Faktor-faktor Pembentuk Wirausahawan

Gambar 9.3: Proses Kewirausahaan (Bygrave, 1996)


162 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

9.2.1 Nilai-Nilai Kewirausahaan dalam Organisasi Bisnis


Entrepreneur dalam dunia bisnis telah banyak dijadikan pilihan bagi sebagian
besar pelaku bisnis. Entrepreneur telah dianggap memiliki kemampuan untuk
mandiri dan berhasil, dan bahkan memberikan peluang kerja bagi orang lain.
Dengan berentrepreneur, tidak saja memungkinkan orang dapat melakukan
sesuatu yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan, namun di samping itu
juga, berentrepreneur akan mendapatkan kebebasan keuangan dan waktu yang
cukup untuk melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai bersama teman-
teman dan keluarganya.
Mengapa seorang entrepreneur dapat lebih tangguh dari yang lain? Kuncinya
adalah pada etos bisnis, yaitu keyakinan yang kuat dan mendalam mengenai
nilai penting dari bisnis yang ditekuninya. Seseorang dengan keyakinan bahwa
bisnisnya itu bermakna penuh bagi hidupnya, maka ia akan berjuang lebih keras
untuk berhasil. Berbeda dengan seseorang yang menganggap bisnisnya sebagai
alternatif mencari uang, bila menemui kesulitan, akan dengan cepat
meninggalkannya untuk mencari alternatif baru yang diharapkan lebih mudah.
Seorang pelaku bisnis sejati “tidak takut melarat” untuk sementara, karena ia
yakin melalui usahanya ia akan menjadi “kaya” di belakang hari. Karena itu,
seorang pelaku bisnis selalu memiliki kesediaan untuk menunda kesenangan
sementara, demi kebahagiaan yang lebih besar. Penundaan kesenangan
(deference of gratification) adalah selaras dengan sikap hidup hemat dan tidak
konsumtif.
Ada karakter-karakter yang paling dibutuhkan untuk mendukung munculnya
seorang wirausaha yang berpeluang sukses yaitu:
1. Daya gerak (drive), seperti inisitaif, semangat, tanggung-jawab,
ketekunan dan kesehatan.
2. Kemampuan berpikir (thinking ability), seperti gagasan asli, kreatif,
kritis dan analitis.
3. Kemampuan membina relasi (competency in human relation), seperti
mudah bergaul (sociability), mempunyai tingkat emosi yang stabil (EQ
tinggi), ramah, suka membantu (cheer fullness), kerja sama, penuh
pertimbangan (consideration), dan bijaksana (tactfulness).
Bab 9 Etika Bisnis dan Profesionalisme Kewirausahaan 163

4. Mampu menyampaikan gagasannya (communication skills), seperti


terbuka dan dapat menyampaikan pesan secara lisan (bicara) atau
tulisan (memo).
5. Keahlian khusus (technical knowledge), seperti menguasai proses
produksi atau pelayanan yang dibidanginya, dan tahu dari mana
mendapatkan informasi yang diperlukan.

Faktor-faktor kunci keberhasilan seseorang menjadi wirausahawan, adalah;


1. Motivasi, yaitu keinginan menjadi sosok yang berguna bagi
masyarakat melalui prestasi kerja sebagai wirausaha.
2. Pengetahuan, yaitu keinginan belajar terus agar tidak menjadi usang
dalam perubahan situasi persaingan usaha.
3. Menjalani, yaitu keinginan berhasil yang didukung dengan
perencanaan matang yang dipersiapkan secara realistis sesuai dengan
kebutuhan menghadapi persaingan dan kemampuan melaksanakannya

Dari karakter-karakter dan faktor-faktor kunci keberhasilan seseorang menjadi


wirausahawan, telah melahirkan pemimpin-pemimpin bisnis yang
berkepribadian tinggi. Tipe-tipe kepribadian pebisnis yang dapat dijadikan
bahan kajian, antara lain (Sari dan Suryono, 2017):
1. The Improver, yaitu pemimpin yang memiliki kepribadian dalam
menjalankan organisasi dengan menonjolkan gaya improver alias
ingin selalu memperbaiki. Improver memiliki kemampuan yang kokoh
dalam menjalankan roda organisasi, dan mereka juga memiliki
intergritas dan etika yang tinggi. Namun, pemimpin seperti ini
terkadang cenderung menjadi perfeksionis dan terlalu kritis terhadap
bawahannya.
2. The Advisor, yaitu pemimpin yang bersedia memberikan bantuan dan
saran tingkat tinggi bagi para pelanggannya. Motto dari advisor ini
yaitu bawahannya adalah benar dan para pemimpin harus melakukan
apa saja untuk menyenangkan bawahannya. Namun, yang harus
diwaspadai, seorang advisor bisa jadi terlalu fokus pada kebutuhan
organisasi saja, sehingga cenderung mengabaikan kebutuhan
pribadinya.
164 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

3. The Superstar, yaitu pemimpin yang dikelilingi oleh karisma dan


energi tinggi dari Sang Superstar. Pemimpin dengan kepribadian
seperti ini biasanya membangun organisasi mereka dengan personal
brand mereka sendiri. Kelemahan tipe pemimpin seperti ini ialah bisa
menjadi terlalu kompetitif dan workaholics.
4. The Artist, yaitu kepribadian pemimpin yang senang menyendiri tapi
memiliki kreativitas yang tinggi. Mereka biasanya sering kali
ditemukan di bisnis yang membutuhkan kreativitas seperti pada
organisasi agen periklanan, web design, dan lainnya. Kelemahan tipe
ini adalah bisa jadi terlalu sensitif terhadap respon pelanggan,
walaupun kritik dari mereka bersifat membangun.

9.2.2 Sifat dan Kepribadian Wirausaha


Dari berbagai penelitian yang ada, ditemukan sembilan belas sifat penting
wirausaha yang diperoleh dari tujuh penelitian yang pernah dilakukan.
Kesembilan belas sifat itu dikelompokkan menjadi enam sifat unggul (research
methodology workshop, 1977), sebagai berikut:
1. Percaya Diri, seorang entrepreneur haruslah memiliki sifat percaya
diri yang tercermin dari:
• Yakin dan optimisme: ia harus yakin dan optimis bahwa usahanya
akan maju dan berkembang untuk itu Seorang wirausaha harus
mampu menyusun rencana keberhasilan perusahaannya.
• Mandiri: Tidak mengandalkan dan bergantung orang lain atau
keluarga.
• Kepemimpinan, dan dinamis: Seorang wirausaha harus mampu
Bertanggung jawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya,
baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang
pengusaha tidak hanya pada material, tetapi juga moral kepada
berbagai pihak
2. Originalitas: seorang entrepreneur haruslah memiliki sifat orginalitas
yang tercermin dari:
• Kreatif: mampu mengembangkan ide-ide baru dan menemukan
cara-cara baru dalam memecahkan persoalan
Bab 9 Etika Bisnis dan Profesionalisme Kewirausahaan 165

• Inovatif: mampu melakukan sesuatu yang baru yang belum


dilakukan banyak orang sebagai nilai tambah keungulan bersaing.
• Inisiatif/proaktif, mampu mengerjakan banyak hal dengan baik,
dan memiliki pengetahuan. Inisiatif dan selalu proaktif. Ini
merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya
menunggu sesuatu terjadi, tetap terlebih dahulu memulai dan
mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
3. Berorientasi Manusia, terdiri dari:
• Sifat suka bergaul dengan orang lain berarti anda harus mampu
mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai
pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang
dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan
antara lain kepada para pelanggan, pemerintah pemasok, serta
masyarakat luas
• Komitmen, Komitnen pada berbagai pihak merupakan ciri yang
harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk
melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera
ditepati dan direalisasikan.
• Responsive terhadap saran/kritik. Menganggap saran dan kritik
adalah dasar untuk mencapai kemajuan. Saran dan kritik yang
masuk di respon dengan baik untuk memperbaiki pelayanan
kepada pelanggan, proses bisnis dan efesiensi perusahaan
4. Berorientasi Hasil Kerja, terdiri dari sifat:
• Ingin berprestasi, kemauan untuk terus maju dan mengembangkan
usaha. IQ dan EQ tidak cukup untuk memprediksi keberhasilan.
Dibutuhkan AQ (Adversity quotient) yaitu tingkat ketahanan
terhadap hambatanhambatan yang ditemuinya dalam mencapai
keberhasilan. Dalam AQ ada tiga tipe pendaki puncak
keberhasilan, yaitu quitter, champer, dan climber. Tipe quitter
adalah mereka yang langsung menyerah atau tidak mau
memanfaatkan peluang. Tipe champer adalah mereka yang cepat
puas dengan apa yang sudah dicapai walaupun bisa mencapai
keberhasilan yang lebih tinggi kalau mereka mau. Tipe climber
166 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

adalah orang yang terus mendaki tangga keberhasilan hingga


mencapai puncak tertinggi meski menemui berbagai hambatan
atau rintangan
• Berorientasi keuntungan, semua cara dan usaha yang dilakukan
harus mendatangkan profit, karena bisnis tidak akan bisa bertahan
dan berkembang jika tidak ada profit
• Teguh, tekun, dan kerja keras, Kerja keras. Jam kerja pengusaha
tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ ia datang.
Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu
kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-
ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja keras
merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah
yang tidak dapat diselesaikan.
• Penuh semangat, dan Penuh energi. Melakukan semua aktivitas
dengan semangat untuk keberhasilan.
5. Berorientasi masa depan: terdiri dari sifat pandangan ke depan,
ketajaman persepsi. Untuk itu anda harus Memiliki visi dan tujuan
yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah
yang dituju sehingga dapat diketahui apa yang akan dilakukan oleh
pengusaha tersebut Beorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses
selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya.
Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan
menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktivitas usaha yang
dijalankan selalu dievalusi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.
6. Berani ambil risiko: terdiri dari sifat mampu ambil risiko, suka
tantangan. Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang
harus dimiliki seorang pengusaha kapan pun dan di mana pun, baik
dalam bentuk uang maupun waktu. Seorang wirausaha yang berhasil
dalam usahanya bukanlah seorang penjudi yang sukses karena unsur
keberuntungan. Ketika seorang wirausaha memutuskan untuk terjun
dalam suatu usaha, mereka menangani usaha pada pekerjaannya
tersebut dengan penuh perhitungan dan hati-hati. Ia pun menyadari
betul bahwa setiap usaha yang dimulai tidak selalu berhasil dengan
Bab 9 Etika Bisnis dan Profesionalisme Kewirausahaan 167

baik dalam keberhasilan, akan tetapi ada kemungkinan berakhir


dengan kegagalan.

9.2.3 Kepribadian Wirausaha


Untuk menjadi seorang wirausaha yang profesional selain memiliki ke enam
sifat yang telah dijelaskan di atas, juga harus punya tipe kepribadian wirausaha.
Menurut (Miner dan Raju, 2004) ada empat tipe kepribadian wirausaha, yaitu
(1) personal achiever, (2) supersalesperson, (3) real manager, dan (4) expert idea
generation
1. Personal Achiever

Ciri-ciri wirausaha tipe personal achiever adalah sebagai berikut:


• Memiliki kebutuhan berprestasi;
• Memiliki kebutuhan akan umpan balik;
• Memiliki kebutuhan perencanaan dan penetapan tujuan;
• Memiliki inisiatif pribadi yang kuat;
• Memiliki komitmen pribadi yang kuat untuk organisasi;
• Percaya bahwa satu orang dapat memainkan peran penting;
• Percaya bahwa pekerjaan seharusnya dituntun oleh tujuan pribadi
bukan oleh hal lain.
2. Supersalesperson.

Ciri-ciri wirausaha tipe supersalesperson adalah sebagai berikut:


• Memiliki kemampuan memahami dan mengerti orang lain;
• Memiliki keinginan untuk membantu orang lain;
• Percaya bahwa proses-proses sosial sangat penting;
• Kebuhan memilik hubungan positif yang kuat dengan orang lain;
• Percaya bahwa bagian penjualan sangat penting untuk
melaksanakan strategi perusahaan.
168 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

3. Real managers.

Ciri-ciri wirausaha tipe real managers adalah sebagai berikut:


• Keinginan untuk menjadi pemimpin perusahaan;
• Ketegasan;
• Sikap positif terhadap pemimpin;
• Keinginan untuk bersaing;
• Keinginan berkuasa;
• Keinginan untuk menonjol di antara orang-orang lain.
4. The expert idea generator.

Ciri-ciri wirausaha tipe expert idea generator adalah sebagai berikut:


• Keinginan untuk melakukan inovasi: Keinginan untuk berinovasi
menyebabkan expert idea generator suka menemukan gagasan
baru dan melaksanakannya. Keinginan untuk berinovasi konsisten
dengan usaha sendiri untuk mencapai keberhasilan dan merasakan
kepuasan pribadi dengan itu.
• Menyukai gagasan-gagasan Suka akan gagasanmencakup banyak
unsur, seperti antusiame, memperlihatkan perhatian terhadap
pendapat orang lain.
• Percaya bahwa pengembangan produk baru sangat penting untuk
menjalankan strategi dan organisasi.
• Inteligensi yang tinggi: inteligensi mencakup kemampuan seperti
penilaian dan penalaran, serta kemampuan untuk menggunakan
abstraksi, konsep, dan gagasan. Juga kemampuan untuk belajar,
menganalisis dan membuat sintetis.
• Ingin menghindari risiko. Meskipun banyak orang yang
menganggap sifat suka ambil risiko sebagai esensi profesi
wirausaha, banyak wirausaha yang sangat berhati-hati, dan baru
melangkah kalau betul-betul sudah yakin. Bagi wirausaha tipe ini,
sifat ini memang penting karena gagasan-gagasannya bisa saja
sangat baru dan aneh.
Bab 9 Etika Bisnis dan Profesionalisme Kewirausahaan 169

Ada beberapa ciri dan cara Wirausaha Tangguh dan Unggul (Darojat dan
Sumiyati, 2013):
Ciri dan Cara Wirausaha Tangguh
1. Berpikir dan bertindak strategik serta adaptif terhadap perubahan
dalam berusaha mencari peluang keuntungan termasuk yang
mengandung risiko yang agak besar dan dalam mengatasi berbagai
masalah.
2. Selalu berusaha untuk mendapatkan keuntungan melalui berbagai
keunggulan dalam memuaskan langganan
3. Berusaha mengenal dan mengendalikan kekuatan dan kelemahan
perusahaan (dan pengusaha hanya) serta meningkatkan kemampuan
dengan sistem pengendalian intern.
4. Selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan ketangguhan
perusahaan terutama dengan pembinaan motivasi dan semangat kerja
serta penumpukan permodalan.

Ciri dan Cara Wirausaha Unggul


1. Berani mengambil risiko serta mampu memperhitungkan dan berusaha
menghindarinya.
2. Selalu berupaya mencapai dan menghasilkan karya bakti yang lebih
baik untuk langganan, pemilik, pemasok, tenaga kerja, masyarakat,
bangsa dan negara.
3. Antisipatif terhadap perubahan akomodatif terhadap lingkungan.
4. Kreatif mencari dan menciptakan peluang pasar dan meningkatkan
produktivitas dan efisiensi.
5. Selalu berusaha meningkatkan keunggulan dan citra perusahaan
melalui investasi baru di berbagai bidang.

Bagi seorang wirausaha kemampuan manajerial dan kepemimpinan diperoleh


tidak hanya terbatas dari lembaga pendidikan formal dan non formal, tetapi
diperoleh secara belajar sendiri dari berbagai sumber dan terutama melalui
pengalaman langsung. Dalam memahami dan menerapkan manajemen dan
kepemimpinan, seorang wirausaha, tidak hanya cukup mempelajarinya sebagai
suatu ilmu, tetapi dia menerapkannya dengan kiat (seni)-nya sendiri. Oleh
170 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

karena itu, penerapan seni atau gaya manajemen dan kepemimpinan oleh setiap
wirausaha jelas berbeda tergantung pada wirausahawan yang melaksanakannya.

9.2.4 Faktor yang Memengaruhi Jiwa Kewirausahaan


Faktor yang memengaruhi jiwa kewirausahaan yang dimiliki seseorang selain
dari faktor internal, seperti bakat atau sifat yang dibawa sejak lahir (faktor
keturunan) mungkin pula karena dibentuk oleh faktor yang berada di sekitarnya.
Beberapa faktor eksternal yang memengaruhi jiwa kewirausahaan, di antaranya
adalah (Suryaningtyas, 2012):
1. Pendidikan

Pengaruh pendidikan terhadap perkembangan jiwa seseorang (termasuk jiwa


wirausaha) sebenarnya berbeda dengan pengaruh eksternal yang lain. Pada
umumnya pengaruh lingkungan sekitar (fisik maupun sosial) bersifat pasif,
dalam arti bahwa lingkungan tidak memberikan suatu paksaan terhadap
individu. Lingkungan hanya memberikan kesempatan atau peluang bagaimana
individu mengambil kesempatan atau peluang tersebut tergantung pada yang
bersangkutan. Tidak demikian halnya dengan pendidikan, terutama yang
langsung berhubungan dengan wirausaha. Pendidikan dijalankan dengan penuh
kesabaran, mempunyai tujuan, target, dan sasaran tertentu serta diberikan secara
sistematis untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada. Pendidikan juga
berfungsi untuk membentuk kepribadian seseorang menjadi lebih kuat dan
tahan hantaman. Kepribadian yang kuat merupakan salah satu modal pokok
bagi seorang wirausahawan. Hanya perlu diingat bahwa untuk membentuk
elemen kualitas sumber daya manusia yang diinginkan tersebut diperlukan
waktu yang panjang, bahkan konsepsi pendidikan seumur hidup (life-long
education) menuntut partisipasi dari berbagai pihak.
Pendidikan merupakan syarat keberhasilan bagi seorang wirausaha. Dalam
penelitiannya terhadap sejumlah wirausaha, Bowen & Robert (dalam Staw,
1991) merangkum hasil penelitian tentang tingkat pendidikan wirausaha, dan
hasilnya Tabel 9.1. di bawah ini.
Bab 9 Etika Bisnis dan Profesionalisme Kewirausahaan 171

Tabel 9.1: Hasil Beberapa Peneliti terhadap Keberhasilan Wirausaha dengan


Pendidikan
Peneliti Penemuan

Brockhaus (1982 Mengulas empat penelitian yang


menyimpulkan bahwa wirausaha cenderung
memiliki pendidikan yang lebih baik dari
populasi umum, tetapi di bawah para manajer

Cooper&Dunkelberg Ditemukan bahwa tingkat pendidikan


(1984 wirausaha di bawah universitas (64%).

Gasse (1982) Mencatat dari empat studi di mana wirausaha


memiliki pendidikan yang lebih baik daripada
masyarakat umum

Jacobowitz & Vidler Hasil wawancara dengan 430 wirausaha


(1982 menunjukkan bahwa mereka memiliki
pendidikan yang kurang memadai, yaitu 30%
drop-out dari Sekolah Menengah Atas. Hanya
11% lulus dari universitas 4 tahun

2. Lingkungan Sekitar Lingkungan sekitar mempunyai peranan penting


dalam perkembangan individu. Seseorang yang tumbuh di lingkungan
pedagang, secara relatif akan mempunyai kesempatan yang lebih besar
untuk menjadi pedagang. Demikian individu lain yang tumbuh di
lingkungan petani, nelayan, wirausaha, guru dan sebagainya.
Lingkungan ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yakni
lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
a. Lingkungan fisik

Lingkungan alam sekitar dapat memengaruhi perkembangan jiwa


seseorang. Daerah pantai sebagian besar penduduknya menjadi
nelayan, daerah industri sebagian besar penduduknya akan mempunyai
172 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

pekerjaan di bidang industri. Jiwa kewirausahaan dapat tumbuh dan


berkembang karena pengaruh lingkungan fisik di sekitarnya.
b. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial merupakan lingkungan di mana terjadi interaksi


antar individu yang satu dengan yang lain. Lingkungan sosial ini ada
yang primer dan ada yang sekunder. Lingkungan sosial primer terjadi
bila di antara individu yang satu dengan yang lain mempunyai
hubungan yang erat dan saling mengenal dengan baik, misalnya
keluarga. Lingkungan demikian akan mempunyai pengaruh yang
mendalam terhadap perkembangan individu. Lingkungan sosial
sekunder adalah suatu lingkungan di mana antar individu yang ada di
dalamnya mempunyai hubungan yang longgar antar individunya,
pengaruh lingkungan ini relatif tidak mendalam.

9.2.5 Sumber Daya Manusia Faktor Keberhasilan Usaha


Salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan suatu usaha adalah adanya
sumber daya manusia yang potensial. Sumber daya manusia tidak akan
berkembang apabila tidak digali potensi yang ada dalam dirinya. Dalam
hubungannya dengan pengembangan SDM ini salah satunya dapat dilakukan
melalui bidang pendidikan.
Menurut (Tjiptoherijanto, 1989) mengemukakan bahwa pendidikan merupakan
salah satu faktor yang penting dalam pengembangan SDM. Pendidikan
menambah pengetahuan baik secara langsung dan tidak langsung menyangkut
pekerjaan maupun mengenai cara dan teknik menyelesaikan suatu tugas kerja
tersebut secara tepat guna. Dengan demikian pendidikan pada dasarnya dapat
dipandang sebagai investasi yang imbalannya baru dapat dinikmati beberapa
tahun kemudian dalam bentuk pertambahan kemampuan dan keterampilan kerja
serta pengelolaan usaha.
Selain dari faktor pendidikan tersebut, keberhasilan usaha juga tidak lepas dari
sikap yang dimiliki oleh seseorang dalam mengelola usaha yang digeluti.
Definisi sikap menurut (Setiawan, 1993) sikap adalah predisposisi mental
(kesiapan mental untuk memberikan respon) yang telah dibentuk oleh
pengalaman untuk menentukan lebih dahulu akan menerima atau menolak,
menyukai atau membenci, pro atau kontra, menyetujui atau membantah suatu
ransang tertentu.
Bab 9 Etika Bisnis dan Profesionalisme Kewirausahaan 173

Jadi Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan kemampuan seseorang


dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih dan
atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sikap atau etika dasar seorang
wirausaha adalah, memiliki tekad bulat untuk berwirausaha, memilih risiko
yang sedang, karena ingin berhasil, terlalu tinggi mungkin gagal, terlalu rendah
kurang menantang. Positif terhadap diri sendiri, maupun positif terhadap orang
lain, namun demikian masih ada kemungkinan gagal, tetapi tidak gentar, karena
ia mau belajar dari pengalaman termasuk juga dari kegagalannya.
Para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan
menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang
dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan
yang tepat untuk mencapai sukses. Sikap dasar seorang wirausaha adalah,
memiliki tekad bulat untuk berwirausaha, memilih risiko yang sedang, karena
ingin berhasil, terlalu tinggi mungkin gagal, terlalu rendah kurang menantang.
Positif terhadap diri sendiri, maupun positif terhadap orang lain, namun
demikian masih ada kemungkinan gagal, tetapi tidak gentar, karena ia mau
belajar dari pengalaman termasuk juga dari kegagalannya. Fakta yang ada
menunjukkan minat, jiwa dan sikap kewirausahaan masyarakat Indonesia masih
tergolong rendah. Padahal syarat dasar untuk menjadi seorang wirausahawan
yang tangguh memerlukan sikap dan minat kewirausahaan
Dalam melaksanakan peran dan fungsinya, lazimnya wirausaha yang baik,
dianggap dan diakui sebagai pionir-pionir pengembangan usaha yang
menciptakan lapangan kerja, menghasilkan barang dan jasa yang lebih baik,
yang lebih bermanfaat serta melakukan pengembangan dan akumulasi sumber
daya modal, sumber daya manusia, dan sarana teknologi. Jadi, wirausaha yang
baik adalah mereka yang berperan dan berfungsi untuk meningkatkan dan
sekaligus memperkuat bangsa dan negara. Dengan mencermati pengertian
peran dan fungsi kewirausahaan dapat disimpulkan bahwa antara peran dan
fungsi kewirausahaan terdapat hubungan pengertian yang tidak dapat
dipisahkan. Di mana istilah fungsi merujuk pada jenis kegiatan atau tugas yang
dilaksanakan, sedangkan istilah peran merujuk kepada aktor atau pelaku yang
mengemban tugas tersebut.
Selanjutnya, untuk keberhasilan usaha maka peran dan fungsi wirausaha
merupakan hal yang penting yaitu (Darojat dan Sumiyati, 2013):
174 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

1. Peran dan Fungsi selaku Inovator

Dalam menjalankan perannya sebagai inovator, wirausaha secara sengaja


mencari sumber inovasi, mencermati perubahan, dan gejala yang menunjukkan
adanya peluang untuk inovasi yang berhasil, dan mereka berusaha mengetahui
serta menerapkan prinsip inovasi yang dijadikan sebagai inti pokok disiplin.
2. Peran dan Fungsi Selaku Penanggung Risiko

Para wirausaha berperan sebagai pengambil risiko yang realistik, yaitu suatu
situasi yang berisiko dan menantang, tetapi dapat dicapai.
3. Peran dan Fungsi Selaku Pemimpin

Salah satu peran penting dari seorang wirausaha adalah berperan selaku
pimpinan. Selaku pemimpin dia akan mengerahkan seluruh sumber daya yang
ada termasuk orang-orang yang bekerja untuk organisasinya ke arah tertentu.
Selaku pemimpin, seorang wirausaha juga memiliki peran sebagai berikut.
a. Menjelaskan hasil apa yang dituntut.
b. Memastikan bahwa setiap orang memahami perannya.
c. Memahami bagaimana kesesuaian setiap tugas tertentu dalam
organisasi dan tujuan-tujuannya.
d. Merencanakan bagaimana tugas itu harus dilaksanakan.
e. Menentukan sumber daya yang dibutuhkan.
f. Mengalokasikan setiap sumber daya yang sesuai.
g. Memastikan bahwa proses dan struktur organisasi sesuai dengan tugas
tersebut.
h. Memantau kemajuan pelaksanaan tugas.
i. Menilai hasil dan meninjau kembali proses secara keseluruhan.

4. Peran dan Fungsi Selaku Pengambil Keputusan

Setiap wirausahawan harus melakukan peran sebagai pengambil keputusan


dalam situasi pekerjaan yang bagaimanapun. Dan dari sinilah masa depan usaha
dan organisasi akan ditentukan. (Meredith, Neck dan Nelson, 1984)
mengungkapkan bahwa seorang wirausaha harus kreatif, terutama dalam
Bab 9 Etika Bisnis dan Profesionalisme Kewirausahaan 175

mengambil keputusan, dan agar setiap wirausaha harus punya kepercayaan diri
yang teguh dan yakin dalam membuat keputusan-keputusan yang tepat
Menurut Boulton (1987) dalam (Darojat dan Sumiyati, 2013) terdapat tiga jenis
keputusan yang harus diambil oleh seorang wirausaha, yaitu keputusan yang
sifatnya rutin, keputusan adaptif, dan keputusan inovatif.
a. Keputusan yang sifatnya rutin (routine decision), yaitu jenis keputusan
yang diambil berdasarkan atas alternatif-alternatif solusi yang sudah
dipersiapkan sebagai respons terhadap permasalahan yang secara
relatif sudah diketahui dengan baik. Pada jenis keputusan ini, alternatif
keputusan dari setiap masalah yang muncul sudah dipersiapkan.
b. Keputusan yang adaptif (adaptive decision), yaitu jenis keputusan
yang diambil sebagai respons terhadap masalah yang jarang terjadi
sehingga hanya sebagian saja dari masalah dan alternatif
pemecahannya yang diketahui.
c. Keputusan yang inovatif (innovative decision), yaitu keputusan yang
diambil berdasarkan pada penemuan baru dan diagnosis terhadap
masalah-masalah baru yang tidak pernah dialami sebelumnya. Adanya
penemuan dan masalah baru tersebut telah mengundang kreativitas
pengambil keputusan untuk mengambil alternatif solusi yang unit dan
inovatif.

5. Peran dan Fungsi Selaku Penghubung

Salah satu aspek lainnya yang harus dimainkan oleh seorang wirausaha adalah
melaksanakan peran sebagai penghubung. Peran penghubung ini bisa berupa
melakukan hubungan dengan orang-orang yang di perusahaan/organisasi
tempat ia bekerja maupun dengan orang atau pihak lain yang berada di luar
organisasi. Dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai penghubung,
seorang wirausaha juga harus pintar dalam menjalin hubungan baik dengan para
pemasok (suppliers), para wirausaha lain, para profesional, seperti bankir,
konsultan manajemen, agen asuransi, pengacara, dan pihak lain yang dapat
meningkatkan kemajuan usaha yang dikelola.
176 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis
Bab 10
Kewirausahaan dalam Bidang
Pendidikan

10.1 Pendahuluan
Secara nasional, implementasi pelaksanaan pendidikan kewirausahaan di
lingkungan perguruan tinggi dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan.
Dalam perjalanannya, pendidikan kewirausahaan di lingkungan perguruan
tinggi akhir-akhir ini menjadi kajian diberbagai kesempatan, baik melalui
diskusi, seminar, lokakarya, dan bahkan dijadikan lesson learn dengan
menghadirkan sosok keberhasilan “alumni” dalam berwirausaha dan sekaligus
sebagai bench marking. Dalam penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan di
lingkungan perguruan tinggi, permasalahan yang dihadapi antara lain adanya isu
pengangguran (Wiratno, 2012).
Dalam kurun waktu 10 tahun belakangan pendidikan kewirausahaan
(entrepreneurship) di Indonesia menjadi trend. Sampai detik ini semangat
kewirausahaan di perguruan tinggi bahkan sekolah menengah dan dasar di
Indonesia terus tumbuh dan berkembang melalui penyelenggaraan pendidikan
kewirausahaan (Kasih, 2013).
Lulusan perguruan tinggi yang setengah menganggur jumlahnya lebih besar
dibandingkan dengan pengangguran terbuka. Lulusan perguruan tinggi akan
memilih menjadi setengah menganggur dari pada tidak bekerja sama sekali
sehingga angkanya akan terus bertambah. Salah satu solusi yang ditawarkan
pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran adalah menciptakan
178 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

lapangan kerja yang bersifat padat karya. Namun kalangan terdidik cenderung
menghindari pilihan pekerjaan ini karena preferensi mereka terhadap pekerjaan
kantor lebih tinggi. Preferensi yang lebih tinggi didasarkan pada perhitungan
biaya yang telah mereka keluarkan selama menempuh pendidikan dan
mengharapkan tingkat pengembalian yang sebanding (Wahyuni, 2008).

10.2 Peran Kewirausahaan dalam


Pendidikan
Tantangan paling nyata adalah era globalisasi. Globalisasi tersebut sudah
menimbulkan dampak ganda, di satu sisi membuka kesempatan kerja sama
yang seluas-luasnya antar negara, namun di sisi lain ternyata membawa
persaingan yang sangat ketat. Oleh sebab itu, tantangan utama di masa
kompentitif pada semua sektor jasa dengan mengandalkan kemampuan Sumber
Daya Manusia (SDM), teknologi dan manajemen.
Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh
(holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan keterampilan
sebagai wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat
diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di
sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah,
guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama
sebagai suatu komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke
dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah
yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta
didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan
kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek
(Isrososiawan, 2013).
Dalam Center for Entrepreneurial Leadership Clearing house on
Entrepreneurship Education (Handrimurtjahjo, 2016), pendidikan
kewirausahaan merupakan proses menyediakan konsep dan keterampilan bagi
individu untuk mengenali peluang yang orang lain abaikan, dan untuk memiliki
wawasan, harga diri dan pengetahuan untuk bertindak di mana orang lain ragu-
ragu. Lebih spesifik (Fayolle, 2013) mengemukakan pendidikan kewirausahaan
sebagai aktivitas yang ditujukan untuk terjadinya proses kewirausahaan, yaitu
mulai dari menumbuhkan pola pikir dan sikap serta keterampilan
Bab 10 Kewirausahaan dalam Bidang Pendidikan 179

kewirausahaan sehingga dapat membangkitkan ide/gagasan usaha, kemudian


memulai usaha dan mengembangkannya melalui inovasi. Secara lebih rinci
(Rasmussen, Moberg dan Revsbech, 2015), mengungkapkan bahwa pendidikan
kewirausahaan mencakup unsur isi, metode, dan aktivitas untuk pengembangan
motivasi, kompetensi, dan pengalaman agar peserta dapat menerapkan,
mengelola, dan berpartisipasi dalam proses pemberian nilai tambah. Dari
pengertian pendidikan kewirausahaan yang dikemukakan di atas, dapat
dirangkum bahwa pendidikan kewirausahaan adalah segenap isi, metode, dan
aktivitas untuk mengembangkan pola pikir, sikap, motivasi, pengetahuan,
keterampilan, serta pengalaman kewirausahaan, sehingga individu mampu
menemukan ide/gagasan usaha untuk meraih peluang, memulai usaha, dan
mengembangkan usaha yang dapat memberikan nilai tambah bagi dirinya dan
atau orang lain. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan
kewirausahaan memiliki cakupan: isi, metode, dan aktivitas. Cakupan tersebut
ditujukan untuk memberikan/mengembangkan pengetahuan, pola pikir, sikap,
motivasi, keterampilan, dan pengalaman kewirausahaan. Cakupan dan tujuan
tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan individu yang mampu menciptakan
ide/gagasan usaha hingga mengembangkan usahanya bagi pemberian nilai
tambah bagi dirinya dan atau orang lain.
Gambar 10.1: merangkum peran universitas dari perspektif pendidikan,
menyatukan peran sisi permintaan dan penawaran.

Gambar 10.1: Tahapan pendidikan kewirausahaan (Davey, Hannon dan


Penaluna, 2016)
180 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Bentuk-bentuk pendidikan dan pelatihan untuk pengusaha di universitas dapat


diklasifikasikan dalam empat kategori (Davey, Hannon dan Penaluna, 2016):
1. Sensibilization for entrepreneurship - memberikan kesadaran
pendidikan yang berfokus pada peningkatan jumlah orang yang
memiliki motivasi atau cukup memiliki pengetahuan tentang
kewirausahaan.
2. Entrepreneurship education - menyediakan pengembangan
kompetensi dan perilaku kewirausahaan, termasuk keterampilan keras
dan lunak.
3. Education for entrepreneurship - memberikan bantuan praktis dan
pelatihan bagi mereka yang mempertimbangkan untuk memulai usaha
baru, sering dilakukan di tingkat tersier atau dalam struktur kursus
informal.
4. Education in entrepreneurship - menyediakan pendidikan bisnis
berkelanjutan bagi mereka yang sudah berkecimpung dalam bisnis

10.3 Usaha Peningkatan Kewirausahaan


di Perguruan Tinggi
Di Indonesia, usaha-usaha untuk menanamkan jiwa dan semangat
kewirausahaan diperguruan tinggi terus digalakan dan ditingkatkan, tentunya
dengan berbagai metode dan strategi yang membuat mahasiswa tertarik untuk
berwirausaha. Untuk merubah mindset masyarakat membutuhkan usaha keras
dan kerja cerdas dari semua elemen bangsa terutama seluruh lembaga ilmiah
dan komunitas intelektual kampus.
Berikut usaha untuk meningkatkan gema kewirausahaan bagi mahasiswa
(Meiriyanti dan Santoso, 2018):
1. Pendirian Pusat kewirusahaan Kampus seperti Entrepreneurship
Center.

Melalui pusat kewirausahaan kampus banyak kegiatan yang dilaksanakan


seperti: seminar, talkshow, short course, lokakarya, workshop, praktek usaha,
Bab 10 Kewirausahaan dalam Bidang Pendidikan 181

kerjasama usaha, Entrepreneurship Expo, Entrepreneurship Challenge, dan lain-


lain. Mahasiswa wajib mendapatkan pelatihan entrepreneurship karena
entrepreneurship tidak hanya mendidik orang jadi pengusaha, tetapi juga
melatih berpikir kritis, problem solving, management, dan financial education.
2. Entrepreneurship Priority.

Perguruan tinggi di Indonesia sudah mulai sadar akan pentingnya


kewirausahaan dikampus dan menjadikan matakuliah kewirausahaan sebagai
hal terpenting yang harus diberikan kepada mahasiswa.
3. Pengembangan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW).

Program kewirausahaan yang digagas pendidikan tinggi (Dikti) melalui


Direktur Kelembagaan Ditjen Dikti (Juli, 2009) di mana implementasi dari
program ini adalah Dikti memberikan alokasi dana (modal) dalam bentuk
subsidi untuk mahasiswa yang mempunyai usaha atau rencana usaha. Namun
mengingat keterbatasan dana, program dari pemerintah ini “dilombakan”
melalui proposal yang harus dikirimkan oleh mahasiswa dan perguruan tinggi
yang berminat.

10.4 Pengembangan Kurikulum


Pendidikan Kewirausahaan
Program pengembangan jiwa kewirausahaan telah dicanangkan oleh Presiden
Republik Indonesia pada bulan Juli 1995. Setelah itu diluncurkan berbagai
program rintisan pengembangan jiwa kewirausahaan di kalangan mahasiswa.
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), KKN-Usaha dan Cooperative Edu-
cation (Co-op) yang diluncurkan beberapa saat setelah pencanangan Presiden
tersebut, telah banyak menghasilkan alumni yang terbukti lebih kompetitif
didunia kerja. Hasil-hasil karya invosi mahasiswa melalui PKM potensial
tersebut ditindaklanjuti secara komersial menjadi sebuah embrio bisnis berbasis
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (Ipteks) (Siswoyo, 2009).
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam menciptakan wirausahawan
di Perguruan Tinggi, antara lain (Nuriasari, 2013):
a. Memasukkan kurikulum kewirausahaan dalam kurikulum pendidikan.
182 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Dengan memasukkan kurikulum kewirausahaan, maka diharapkan Perguruan


Tinggi sebagai lembaga pendidikan yang berorientasi pada menghasilkan
sumber daya manusia yang (wirausahawan).
b. Memasukkan mata kuliah kewirausahaan ke dalam kurikulum.

Dengan adanya mata kuliah kewirausahaan dan mata kuliah yang berkaitan
dengan kewirausahaan, maka diharapkan mahasiswa mendapatkan ilmu
pengetahuan tentang kewirausahaan yang nantinya akan mampu mendorong
mahasiswa untuk membuka usahanya secara mandiri. Saat ini mata kuliah
kewirausahaan hanya ada di jurusan atau prodi tertentu. Seharusnya mata kuliah
ini harus ada di semua jurusan atau prodi yang ada di Perguruan Tinggi. Karena
lembaga pendidikan saat ini harus mampu menciptakan sumber daya manusia
yang siap terjun kelapangan secara mandiri, bukan lagi menjadi pencari
pekerjaan. Selain itu dengan memasukkan mata kuliah kewirausahaan,
setidaknya akan membuat perubahan suasana pembelajaran yang monoton.
Terbatas pada transfer ilmu di kelas, tetapi menciptakan suatu pembelajaran di
luar kelas, langsung terjun ke masyarakat dan dunia kerja. Pengenalan langsung
terhadap dunia kerja, akan dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan
keilmuannya dan meningkatkan kean mahasiswa dalam kewirausahaan.
c. Mendirikan laboratorium kewirausahaan syariah.

Dengan adanya laboratorium kewirausahaan, mahasiswa mampu


mempraktikkan langsung ilmu yang diterima. Jadi ada penggabungan antara
teori dan praktik. Kurikulum yang ada saat ini pada dasarnya hanya menekankan
pada salah satunya saja. Laboratorium kewirausahaan syariah tentunya akan
mampu memberikan gambaran yang jelas tentang praktik kewirausahaan.
d. Mengadakan pelatihan – pelatihan kewirausahaan.

Dengan mengadakan pelatihan kewirausahaan di Perguruan Tinggi yang tidak


hanya ditujukan ke mahasiswa tetapi juga ke dosennya.
e. Memberikan dukungan bagi wirausaha – wirausaha muda dengan
memberikan bantuan dana lunak.

Saat ini perhatian pemerintah dan Perguruan Tinggi terhadap mahasiswa yang
akan membuka usaha dan yang sedang membuka usaha masih sangat minim.
Padahal dengan memberikan perhatian yang besar terhadap para wirausaha
Bab 10 Kewirausahaan dalam Bidang Pendidikan 183

muda ini, seperti bantuan dana seperti pinjaman lunak akan mampu memotivasi
mahasiswa untuk membuka dan mengembangkan usahanya.
f. Kewirausahaan Nyata.

KKN yang bertujuan menjadikan mahasiswa dekat dengan masyarakat dengan


melakukan pengabdian langsung ke masyarakat ternyata faktanya tidaknya
seperti yang diharapkan.
Hanya sebagian kecil mahasiswa yang mampu aktif terlibat langsung ke
masyarakat dan mengaplikasikan kelimuannya secara optimal, sedangkan
sebagian lainnya pasif. Oleh sebab itu merubah KKN menjadi Kewirausahaan
Nyata sepertinya merupakan solusi yang tepat, di mana mahasiswa telah
memiliki program yang jelas sebelum terjun kelapangan dan tanpa perlu “stay”
di masyarakat. Di sini mahasiswa sebagai mentor dan juga ikut terlibat dalam
kegiatan kewirausahaan di masyarakat, dan posisi dosen sebagai mentor bagi
mahasiswa.
184 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis
Daftar Pustaka

Afolabi, T. (2009). Prospects of small scale industries in Nigeria. Lapai


Sociological Review (1)1. Department of Sociology Ibrahim Badamosi
Babangida University, Lapai: Niger State).
Ahuja, G. and Morris Lampert, C. (2001) ‘Entrepreneurship in the large
corporation: A longitudinal study of how established firms create
breakthrough inventions’, Strategic management journal. Wiley Online
Library, 22(6-7), pp. 521–543.
Aidis, R., Mickiewicz, T. and Sauka, A. (2008) ‘Why are optimistic
entrepreneurs successful? An application of the regulatory focus theory’,
in.
Akhir, D. J. (2019) Syarat Jadi Negara Maju: Jumlah Pengusaha 14% dari Rasio
Penduduk, Okezone. Available at:
https://economy.okezone.com/read/2019/04/09/320/2040896/syarat-
jadi-negara-maju-jumlah-pengusaha-14-dari-rasio-penduduk (Accessed:
25 March 2020).
Alma, B. (2009). Kewirausahawan Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Bagi
Mahasiswa Dan Masyarakat Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Alma, Buchari. (2011). Kewirausahaan. Edisi Revisi. Cetakan Ketujuh belas.
Bandung : Alfabeta.
Andjarwati, A. L. dan Budiadi, S. (2018) “Etika Bisnis dan Perilaku Etis
Manajer Pengaruhnya terhadap Tanggung Jawab Perusahaan pada
Lingkungan Sosial,” BISMA (Bisnis dan Manajemen), 1(1), hal. 1–13.
Asobie, H.A. (2001). Globalisation: A view from the south. In Erinosho. L;
Akindele. R.A & Obasi. N (eds.). Annals of the Social Science Academy
of Nigeria.. No 13 Jan-December.
Barringer, B. R. (2015) Entrepreneurship: Successfully launching new ventures.
Pearson Education India.
186 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Bello, M.L. (2004). The liberal perspective of globalization: A Critique. In J.


Olaniyi (ed.) Political Science Review (3)2:89-96. Ilorin:
Department of Political Science
Bosma, N., Van Praag, M. and De Wit, G. (2000) ‘Determinants of successful
entrepreneurship’. EIM Zoetermeer.
Boudreau, K. J. (2017) A Short Guide to Strategy for Entrepreneurs, Harvard
Business Review. Available at: https://hbr.org/2017/10/a-short-guide-to-
strategy-for-entrepreneurs.
Brygrave, W.D. (1994). The Portable MBA in Entrepreneurship. New York:
John Wiley & Son Inc.
Bygrave, W. D. (1996) “The Portable MBA Entrepreneurship, alih bahasa Dyah
Ratna Permatasari,” Binarupa Aksara, Jakarta.
Bygrave, W. D. (2004) ‘Global Entrepreneurship Monitor: 2004 Financing
Report (with Steve Hunt)’.
Cardon, M. S., Stevens, C. E. and Potter, D. R. (2011) ‘Misfortunes or
mistakes?: Cultural sensemaking of entrepreneurial failure’, Journal of
Business Venturing. Elsevier, 26(1), pp. 79–92.
Chand, S. (2016) Entrepreneurship: Characteristics, Importance, Types, and
Functions of Entrepreneurship, Your Article Library. Available at:
http://www.yourarticlelibrary.com/entrepreneur/entrepreneurship-
characteristicsimportance-types-and-functions-of-
entrepreneurship/5228 (Accessed: 15 March 2020).
Chaniago, H. (2013) “Manajemen Kantor Kontemporer,” Bandung: Akbar
Limas Perkasa, CV, hal. 122–139.
Chung, L. & Gibbons, P. (1997). Corporate entrepreneurship. Group and
organization management. Journal 22 (1):10-30.
Cole, A. H. (1949) ‘Entrepreneurship and entrepreneurial history’, in Change
and the entrepreneur. Cambridge: Harvard University Press.
Cole, A. H. (1959) Business enterprise in its social setting. Cambridge: Harvard
University Press.
Connelly, B. L. et al. (2010) ‘The Power and Effects of Entrepreneurship
Research’, Entrepreneurship Theory and Practice, 34(1), pp. 131–149.
doi: 10.1111/j.1540-6520.2009.00316.x.
Daftar Pustaka 187

Daksh, S. (2018) Entrepreneurship An Introduction Theory and Nature


Characteristics Notes, sdak24. Available at:
https://sdak24.com/entrepreneurship-an-introduction-theory-and-nature-
characteristics-notes/ (Accessed: 25 March 2020).
Dalimunthe, R. F. (2004) “Etika Bisnis.”
Darojat, O. dan Sumiyati, S. (2013) “Pendidikan Kewirausahaan.” Universitas
Terbuka.
Davey, T., Hannon, P. dan Penaluna, A. (2016) “Entrepreneurship education
and the role of universities in entrepreneurship: Introduction to the special
issue.” SAGE Publications Sage UK: London, England.
Davidsson, P. (2004) ‘What is Entrepreneurship?’, in Researching
Entrepreneurship. Boston: Kluwer Academic Publishers (International
Studies in Entrepreneurship). doi: 10.1007/b100548.
Dhar, S. (2020) Concept of Entrepreneurship, Business Management Ideas.
Available at:
https://www.businessmanagementideas.com/entrepreneurship-
2/concept-of-entrepreneurship/20312 (Accessed: 21 March 2020).
Dharmawan, A.H. (2006). Pendekatan-Pendekatan Pembangunan Pedesaan dan
Pertanian: Klasik dan Kontemporer. Makalah, Disampaikan Pada Acara
“Apresiasi Perencanaan Pembangunan Pertanian Daerah Bagi Tenaga
Pemandu Teknologi Mendukung Prima Tani”, Diselenggarakan di Hotel
Jaya-Raya, Cisarua Bogor, 19-25 November 2006.
Dinis, A. et al. (2013) ‘Psychological characteristics and entrepreneurial
intentions among secondary students’, Education and Training, 55(8–9),
pp. 763–780. doi: 10.1108/ET-06-2013-0085.
Dutta, D. K. and Thornhill, S. (2008) ‘The evolution of growth intentions:
Toward a cognition-based model’, Journal of business venturing.
Elsevier, 23(3), pp. 307–332.
Fahmi, I. (2014) “Etika Bisnis.” Bandung: Alfabeta.
Falabi, M.O. & Olatunji, A.G (2014). Considering entrepreneurship in tourism
for sustainable development in Nigeria. Journal of the Business of
Education (2)1:176-194 Published by the Department of Business
Education, Kwara State University Malete - Kwara State
188 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Fayolle, A. (2013) “Personal views on the future of entrepreneurship education,”


Entrepreneurship & Regional Development. Taylor & Francis, 25(7–8),
hal. 692–701.
Filion, L. J. (2011) ‘Defining the Entrepreneur’, World Encyclopedia of
Entrepreneurship. Edward Elgar Publishing.
Forbes (2019) Indonesia’s 50 Richest, Forbes Media LLC. Available at:
https://www.forbes.com/indonesia-billionaires/list/#tab:overall
(Accessed: 25 March 2020).
Franedya, R. (2020) Terungkap! Segini Harta Mendikbud Nadiem Makarim
dari Gojek, CNBC Indonesia. Available at:
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200128154900-37-
133378/terungkap-segini-harta-mendikbud-nadiem-makarim-dari-gojek
(Accessed: 29 March 2020).
Frederick, H., O’Connor, A. and Kuratno, D. F. (2016) Entrepreneurship:
Theory/Process/Practice. 4th Editio. Victoria: Cengage Learning.
Gans, J., Scott, E. L. and Stern, S. (2018) Spotlight: Do Entrepreneurs Need a
Strategy?, Harvard Business Review. Available at:
https://hbr.org/2018/05/do-entrepreneurs-need-a-
strategy?referral=03758&cm_vc=rr_item_
strategy?referral=03758&cm_vc=rr_item_page.top_right .
Gartner, W. B. (1990) ‘What are we talking about when we talk about
entrepreneurship?’, Journal of Business Venturing, 5(1).
GEM (2018) Global Entrepreneurship Monitor 2017/2018, Global
Entrepreneurship Monitor. Available at:
https://www.gemconsortium.org/file/open?fileId=50012.
Gojek (2020) Semangat baru Gojek, Gojek. Available at:
https://www.gojek.com/about/ (Accessed: 4 April 2020).
Haeffner, M. and Panuwatwanich, K. (2018) ‘Perceived Impacts of Industry 4 .
0 on Manufacturing Industry and Its Workforce : Case of Germany’, in
International Conference on Engimeering, Project and Product. Springer
International Publishing, pp. 199–208. doi: 10.1007/978-3-319-74123-9.
Handrimurtjahjo, A. D. (2016) “Model Pembelajaran Kewirausahaan di
Perguruan Tinggi,” Jurnal Universitas Paramadina, 10(2), hal. 729–755.
Daftar Pustaka 189

Hariandja, M. T. E. (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.


GRASINDO.
Hastuti, P. et al. (2020) Kewirausahaan dan UMKM. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Held, D.; Anthony M; David, G. & Jonathan, P. (1999). Global transformation:
politics, economics and culture California: Stanford University
Press.
Hill, C.W.L. (2009). International business: competing in the global
marketplace. New York: McGraw Hill
Hirsch, R. D., & Peters, N. P. (1998). Entrepreneurship. (4th Ed.) Missouri:
McGraw-Hill.
Hootsuite (2020) Digital 2020: Indonesia, We Are Social Ltd. Available at:
https://datareportal.com/reports/digital-2020-indonesia.
Huefner, J. & Hunt, K. (1994). Broadening the concept of entrepreneurship:
comparing business and consumer entrepreneurs.
Entrepreneurship theory and practice, Spring, 61-75.
Idrus M. Syafiie. (1999). Strategi Pengembangan Kewirausahaan
(Entreprenuership) dan Peranan Perguruan Tinggi Dalam rangka
Membangun Keunggulan Bersaing (Competitive advantage) Bangsa
Indonesia Pada Millenium Ketiga, Pidato Pengukuhan Guru Besar,
Universitas Brawijaya Malang.
Ikechi, E. & Edward, B.D. (2009). Challenges and opportunities facing African
entrepreneurs and their small firms. International Journal of
Business Research. (9)3
Isrososiawan, S. (2013) “Peran Kewirausahaan Dalam Pendidikan,” Society,
4(1), hal. 26–49.
Jati, B. M. E., & Priyambodo, T. K. (2015). KEWIRAUSAHAAN-
Technopreneurship untuk Mahasiswa Ilmu-ilmu eksakta. Yogyakarta:
ANDI.
Jusoh, R. et al. (2011) ‘Entrepreneur Training Needs Analysis: Implications On
The Entrepreneurial Skills Needed For Successful Entrepreneurs’,
International Business & Economics Research Journal (IBER), 10(1), pp.
143–148. doi: 10.19030/iber.v10i1.933.
190 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Kasih, Y. (2013) “Mewujudkan pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi


melalui proses pembelajaran yang berkelanjutan,” in Forum Bisnis dan
Kewirausahaan Jurnal Ilmiah STIE MDP. STIE MDP, hal. 164–182.
KBBI (2020a) Usaha, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Available at:
https://kbbi.web.id/usaha.
KBBI (2020b) Wiraswasta, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Available at:
https://kbbi.web.id/wiraswasta.
KBBI (2020c) Wirausaha Wiraswasta, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Available at: https://kbbi.web.id/wirausaha_wiraswasta.
Kewirausahaan, K. D. (no date) ‘Konsep-konsep Dasar Kewirausahaan/
Entrepreneurship’, pp. 1–53.
Kimmons, R. (2019) What Are the Basic Concepts & Characteristics of
Entrepreneurship? Hearst Newspapers, LLC. Available at:
https://smallbusiness.chron.com/basic-concepts-characteristics-
entrepreneurship-18526.html (Accessed: 18 March 2020).
Kirzner, I. M. (1979) Perception, opportunity, and profit: Studies in the theory
of entrepreneurship. Chicago: University of Chicago Press.
Lawal, G. (2006). Globalisation and development: the implications for the
African economy. Humanity & Social Sciences Journal 1 (1): 65-78.
Lee, S. H. and Wong, P. K. (2004) ‘An exploratory study of technopreneurial
intentions: A career anchor perspective’, Journal of Business Venturing,
19(1), pp. 7–28. doi: 10.1016/S0883-9026(02)00112-X.
Li, J. F. and Garnsey, E. (2014) ‘Policy-driven ecosystems for new vaccine
development’, Technovation. Elsevier, 34(12), pp. 762–772. doi:
10.1016/j.technovation.2014.07.002.
Lidwina, A., Joshua and Pretty (2019) Minim keterampilan, Indonesia sulit
cetak pengusaha, Katadata.co.id. Available at:
https://katadata.co.id/infografik/2019/10/01/minim-keterampilan-
indonesia-sulit-cetak-pengusaha (Accessed: 15 February 2020).
Low, M. B. and MacMillan, I. C. (1988) ‘Entrepreneurship: Past Research and
Future Challenges’, Journal of Management, 14(2), pp. 139–161. doi:
10.1177/014920638801400202.
Daftar Pustaka 191

Lumpkin, G. T. and Dess, G. G. (1996) ‘Clarifying the Entrepreneurial


Orientation Construct and Linking It to Performance’, The Academy of
Management Review, 21(1), p. 135. doi: 10.2307/258632.
Maisaroh (2019) ‘Kajian Karakteristik Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan
Usaha UKM (Studi Kasus Sentra Industri Konveksi Dusun Malang dan
Sawahan Nogorito Gamping Sleman Yogyakarta)’, Jurnal EKonomi,
Bisnis dan AKuntansi, 21(2), pp. 1–13.
Meiriyanti, R. dan Santoso, A. (2018) “IMPLEMENTASI KURIKULUM
BERBASIS ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENCETAK
GENERASI PENGUSAHA DALAM MENGHADAPI BONUS
DEMOGRAFI,” Fokus Ekonomi: Jurnal Ilmiah Ekonomi, 12(2), hal. 1–
21.
Meredith, G. G., Neck, P. A. dan Nelson, R. E. (1984) Kewirausahaan: Teori
dan praktek. PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Meredith, Geoffrey G. et. al. (1996) Kewirausahaan: Teori dan PraktIk.Seri
Manajemen No. 17. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo
Miner, J. B. dan Raju, N. S. (2004) “Risk propensity differences between
managers and entrepreneurs and between low-and high-growth
entrepreneurs: A reply in a more conservative vein.” American
Psychological Association.
Miniwatts (2020) Internet World Stats, Miniwatts Marketing Group. Available
at: https://www.internetworldstats.com/stats.htm (Accessed: 2 April
2020).
Mirza, H. (2000). The globalisation of business and East Asian developing
country multinationals. In Hood, N.Y.S., (Ed.) The globalisation of
multinational enterprise activity and economic
development. pp. 202-219. London: Macmillan Press Ltd
Mopangga, H. (2014) ‘Faktor Determinan Minat Wirausaha Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo’,
Trikonomika, 12(1), pp. 78–90.
Morris, M. H. & Lewis, P. S. (1991). Entrepreneurship as a significant factor in
social quality of life. Journal of Business Research, 23 (1):21-36.
192 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Muhamad, M. (1996). Globalization: What it means to small nations. A paper


delivered at the inaugural lecture held in Kuala Lumpur in JDPC
symposium on Globalization and the Nigeria State held on Mon-June
24th, 1996.
Mulyadi (2011) Kewirausahaan Bertindak Kreatif Dan Inovatif. Cetakan Pe.
Palembang: Rafah Press. Available at:
file:///C:/Users/xxxxoozz/Downloads/Kewirausahaan_ Bertindak
Kreatif dan Inovatif ( PDFDrive.com ).pdf.
Munawaroh, M., Rimiyati, H. and Fajarwati (2016) Kewirausahaan Untuk
Program Strata 1.
Mussa, M. (2000). Meeting the challenges of globalization. A paper presented
at the plenary session of the AERC meeting at the International
Monetary Fund. May 28 2000.
Nassif, V. M. J., Ghobril, A. N. and Silva, N. S. da (2010) ‘Understanding the
entrepreneurial process: a dynamic approach’, BAR-Brazilian
Administration Review. SciELO Brasil, 7(2), pp. 213–226.
Nnamani. C. (2004). Globalizing in poverty. Published by the Department of
Political Science, University of Ilorin
Nuriasari, S. (2013) “Menumbuhkan jiwa kewirausahaan di Perguruan Tinggi,”
Adzkiya: Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, 1(2).
Okpara, F. (2005). The practice of entrepreneurship Enugu: Precision Publishers
Limited, Nigeria.
Olatunji, A. (2012). The relevance of guidance and counseling in entrepreneurial
empowerment. Sokoto. Journal of Social Sciences 2(2): 65-78
Olatunji, A., Issah, M. & Sakariyau, O.R. (2014). Rethinking entrepreneurial
education for viable industrial development in Nigeria. in
imhonopi D.O & U.M. Urim (eds.). Trajectory for industrial
development in Nigeria Ibadan: Cardinal Prints. Pp 287-303
Pakpahan, M. (2013) ‘Materi Kuliah Kewirausahaan’, Diktat, pp. 1–107.
Pandji, A. (2007) “Pengantar bisnis,” Pengelolaan Bisnis Dalam Era
Globalisasi. Jakarta: Rieneka Cipta.
Pertiwi, W. K. (2019) Profil Menteri Pendidikan Nadiem Makarim, Lulusan
Harvard yang Dirikan Gojek, Kompas. Available at:
Daftar Pustaka 193

https://tekno.kompas.com/read/2019/10/23/09431827/profil-menteri-
pendidikan-nadiem-makarim-lulusan-harvard-yang-dirikan-gojek
(Accessed: 1 April 2020).
Peverelli, P. J. and Song, J. (2012) Chinese Entrepreneurship: A Social Capital
Approach. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg. doi:
10.1007/978-3-642-28206-5.
Pinho, J. C. and de Sá, E. S. (2014) ‘Personal characteristics, business
relationships and entrepreneurial performance: Some empirical
evidence’, Journal of Small Business and Enterprise Development, 21(2),
pp. 284–300. doi: 10.1108/JSBED-10-2013-0150.
Piyani, A. (2006). Prospek Masa Depan Kewirausahaan di Indonesia. Jurnal
Ekop, Volume 1 Nomor 1.
Prochazkova, P. (2015) ‘Incubation Activities and Entrepreneurship: Does it
Work Together?’, Journal of Eastern Europe Research in Business and
Economics, 2015, pp. 1–12. doi: 10.5171/2015.436040.
Purnomo, A. (2020) Dataset Penelitian Kewirausahaan di Indonesia Terindeks
Scopus (1972-2019), Mendeley Data. doi:
http://dx.doi.org/10.17632/kvbm8g9xm9.1.
Purnomo, A., Usman, I. and Asitah, N. (2019) ‘Penelitian Kewirausahaan di
Indonesia : Pemetaan Publikasi dalam Perspektif Scientometrik (1972-
2019)’, AdBispreneur, 4(3), p. 207. doi:
10.24198/adbispreneur.v4i3.25021.
Rasmussen, A., Moberg, K. dan Revsbech, C. (2015) “A taxonomy of
entrepreneurship education: Perspectives on goals, teaching and
evaluation,” Odense C, Denmark: The Danish Foundation for
Entrepreneurship.
Ronstadt, R. C. (1984) Entrepreneurship: Text, Cases and Notes. Massachusetts:
Lord Pub.
Rose, R. C., Kumar, N. and Yen, L. L. (2006) ‘Entrepreneurs success factors
and escalation of small and medium-sized enterprises in Malaysia’,
Journal of Social Sciences, 2(3), pp. 74–80.
Rumondang, A. et al. (2019) Fintech: Inovasi Sistem Keuangan di Era Digital.
Medan: Yayasan Kita Menulis.
194 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Rye, D. E. dan Pujaatmaka, H. (1996) Tools for executives: wirausahawan.


Simon & Schuster (asia).
Sari, A. E. dan Suryono, Y. (2017) “Perbandingan Analisis Kewirausahaan
dalam Novel dan Film ‘Madre’ dan ‘Filosofi Kopi,’” JPPM (Jurnal
Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat), 4(1), hal. 12–23.
Sarkin-Daji, B.D. (2009). Foundations and framework of entrepreneurship. in
Abdulkadir, D.S (ed.) Contemporary approach to entrepreneurial
development. Published by the Department of Business Administration.
Lapai: Niger State.
Schaefer, R.T. (2009). Sociology (9th edition). N.Y; Mc-Graw Hill Company
Schumpeter, J. A. (1951) Change and the entrepreneur. Massachusetts.
Setiawan, J. (1993) “Strategi Efektif Berwirausaha,” Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Setneg (2019) Jokowi Umumkan Daftar Kabinet Indonesia Maju, Kementerian
Sekretariat Negara RI. Available at:
https://www.setneg.go.id/baca/index/jokowi_umumkan_daftar_kabinet
_indonesia_maju (Accessed: 3 April 2020).
Shane, S. and Venkataraman, S. (2000) ‘The Promise of Enterpreneurship as a
Field of Research’, The Academy of Management Review, 25(1), p. 217.
doi: 10.2307/259271.
Shapero, A. (1975) Entrepreneurship and economic development. Milwaukee:
Center for Venture Management.
Simovic, D. (2019) 39 Entrepreneur Statistics You Need to Know in 2020,
SmallBizGenius.net. Available at: https://www.smallbizgenius.net/by-
the-numbers/entrepreneur-statistics/ (Accessed: 2 April 2020).
Sipakoly, S. (2019) ‘Upaya menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada
mahasiswa jurusan akuntansi politeknik negeri ambon dalam perspektif
motivasi david MC clelland’, Intelektiva: Jurnal Ekonomi, Sosial dan
Humaniora, 1(5), pp. 1–7.
Siswoyo, B. B. (2009) “Pengembangan jiwa kewirausahaan di kalangan dosen
dan mahasiswa,” Jurnal ekonomi bisnis, 14(2), hal. 35–45.
Daftar Pustaka 195

Spinelli, S. and Adams, R. J. (2016) New Venture Creation : Entrepreneurship


for The 21st Century. 10th Editi, McGraw-Hill. 10th Editi. New York:
McGraw-Hill.
St-Jean, E. and Audet, J. (2012) ‘The role of mentoring in the learning
development of the novice entrepreneur’, International Entrepreneurship
and Management Journal, 8(1), pp. 119–140. doi: 10.1007/s11365-009-
0130-7.
Stevenso, H. H. and Jarillo, J. C. (1990) ‘A Paradigm of Entrepreneurship:
Entrepreneurial Management’, Strategic Management Journal,
11(Corporate Entrepreneurship). Available at:
https://www.jstor.org/stable/2486667 .
Suharyadi, A. N., Purwanto, S. K. and Maman, F. (2007) Kewirausahaan
(Membangun usaha sukses sejak usia muda). Jakarta: Salemba Empat.
Sujatna, Y., Kusumawati, B. and Istimal, I. (2019) ‘Identification of Beginning
Entrepreneurs Problems in South Tangerang – Indonesia’, Covenant
Journal of Entrepreneurship, 3(2), pp. 93–108.
Sumarno and Gimin (2019) ‘Analisis konseptual teoretik Pendidikan
Kewirausahaan Sebagai Solusi Dampak Era Industri 4.0 di Indonesia’,
Jurnal Pendidikan Ekonomi, 13(2), pp. 1–14. doi:
10.19184/jpe.v13i2.12557.
Sunarya, PO Abas, Sudaryono, dan Asep Saefullah. 2011. Kewirausahaan.
Yogyakarta: ANDI.
Suryana (2001) Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Suryana (2006) Kewirausahaan: Pedoman Praktis (Kiat dan proses menuju
sukses). Jakarta: Salemba Empat.
Suryana. (2009). Kewirausahaan. Pedoman Praktis : Kiat dan Proses Menuju
Sukses. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Suryaningtyas, D. (2012) “Membentuk Karakter Wirausahawan yang Kreatif
dan Tangguh,” Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, 4(1).
Syafina, D. C. (2019) Intangible Asset: Aset yang Menentukan Valuasi Startup,
tirto.id. Available at: https://tirto.id/intangible-asset-aset-yang-
menentukan-valuasi-startup-ehN5 (Accessed: 1 April 2020).
196 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Sykes, T. (2017) 6 Timeless Strategies That Drive Successful Entrepreneurship,


Entrepreneur. Available at:
https://www.entrepreneur.com/article/242573.
Tariq Izhar, S. and Shabib-ul-Hasan, S. (2015) ‘Government’s Role to
Encourage the Growth of Entrepreneurship in Pakistan’, IOSR Journal of
Business and ManagementVer. I, 17(9), pp. 2319–7668. doi:
10.9790/487X-17912834.
Tjiptoherijanto, P. (1989) Untaian pengembangan sumber daya manusia.
Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Wahyuni, E. T. (2008) “Upaya menumbuh kembangkan kewirausahaan di
kalangan mahasiswa,” Jurnal AKMENIKA UPY, 2.
Wayne, M. R. (2008) Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi kesepuluh, jilid
1. Jakarta: Erlangga.
WEIF. (2019). Global Trend, Office of the Director of National
Intelegence:"Paradox of Progress". Manama, Bahrain: Concet Note.
Werther, W. B. and Davis Jr, K. (1996) Human Resources And Personnel
Management. United Statetes of America: McGraw-Hill, Inc.
Widayati, E. et al. (2019) ‘Pengembangan Kewirausahaan Dengan Menciptakan
Wirausaha Baru dan Mandiri’, Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis dan
Inovasi, 6(2), pp. 98–105.
Wiklund, J. (1998) Small Firm Growth and Performance: Entrepreneurship and
Beyond. Jönköping University.
Wiratno, S. (2012) “Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan di pendidikan
tinggi,” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Indonesian Ministry of
Education and Culture, 18(4), hal. 454–466.
Yang, L. and Wang, D. (2014) ‘The impacts of top management team
characteristics on entrepreneurial strategic orientation: The moderating
effects of industrial environment and corporate ownership’, Management
Decision, 52(2), pp. 378–409. doi: 10.1108/MD-03-2013-0140.
Yu, C. W. M. and Man, T. W. Y. (2009) ‘Social interaction and the formation
of entrepreneurial characteristics: A case study in authentic enterprise
activity’, Journal of Workplace Learning, 21(8), pp. 595–613. doi:
10.1108/13665620910996160.
Daftar Pustaka 197

Yusuf, S. (2000). Globalisation and the challenges for the developing countries.
World Bank Development Economic Research Group DERG
Zimmerer, T. W, Norman, M. S. & Dough, W. 2008. Kewirausahaan dan
Manajemen Usaha Kecil. Edisi 5, Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Zimmerer, Thomas W., Scarborough, Norman M dan Wilson, Doug (2008),
Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, Edisi 5 Buku 1, Salemba
Empat, Jakarta
Zuraya, N. (2018) Enggartiasto: Tingkat Kewirausahaan di Indonesia Rendah,
Republika. Available at:
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/18/10/18/pgsax3
383-enggartiasto-tingkat-kewirausahaan-di-indonesia-rendah
(Accessed: 16 February 2020).
198 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis
Biodata Penulis

Agung Purnomo, MBA.


Penulis kelahiran Sidoarjo ini adalah dosen tetap
(faculty member) program studi Sarjana
Kewirausahaan (business creation) di Universitas
Bina Nusantara, Kampus Malang sejak tahun
2016.
Muslim penggemar ice cream coklat dan film ini
menyelesaikan pendidikan formal Sarjana di
Universitas Brawijaya dan Master of Business
Administration in Creative and Cultural
Entrepreneurship (MBA CCE) di Institut
Teknologi Bandung. Sejak tahun 2019 menjalani pendidikan Doktor Ilmu
Manajemen di Universitas Airlangga. Email: agung.purnomo@binus.ac.id,
URL : https://about.me/agungpurnomo

Acai Sudirman, SE, MM.


Lahir di Lubuk Pakam, 15 Maret 1989, lulus dari
Jurusan Sarjana Manajemen dari Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Sultan Agung pada tahun 2016.
Gelar Magister Manajemen diperoleh dari
program Magister Manajemen Fakultas
Pascasarjana Universitas HKBP Nommensen
Medan dengan konsentrasi Manajemen
Pemasaran dan lulus pada tahun 2018. Saat ini
aktif mengajar pada Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Sultan Agung pada Program Studi
Manajemen. Buku yang telah terbit hasil
kolaborasi dengan para penulis antara lain adalah FINTECH: Inovasi Sistem
Keuangan di Era Digital (2019), E-Learning: Implementasi, Strategi & Inovasi
(2019), Manajemen Sumber Daya Manusia (2019), Gagasan Manajemen
200 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

(2020), Metode Penelitian: Pendekatan Multidisipliner (2020), Aplikasi


Pembelajaran Berbasis TIK (2020), Menjadi Kepala Sekolah Profesional Era
Revolusi 4.0 (2020), Keterampilan Manajerial Efektif (2020), E-Business:
Implementasi, Strategi dan Inovasinya (2020), Online Marketing (2020).

Ir. Abdurrozzaq Hasibuan, M.T.


Dilahirkan di Medan 26 Juni 1968. Lulus dari
Politeknik Universitas Syiah Kuala
Lhokseumawe, Diploma III (D-III), Jurusan
Teknik Mesin, Program Studi Produksi, pada
tahun 1992; Gelar Sarjana Teknik (Insinyur)
Industri diperoleh dari Institut Teknologi Medan
(ITM) – Medan pada tahun 1997; dan Gelar
Magister Teknik Program Studi Teknik Industri
dari
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) –
Surabaya pada tahun 2001. Pada tanggal 11 September sampai dengan tanggal
30 September 1989, Mengikuti Pendidikan Dasar Keprajuritan (MENWA) di
Banda Aceh; Dosen tetap Yayasan Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Medan. Tahun 2001 sampai
dengan tahun 2010 sebagai mengajar di Universitas Medan Area (UMA) –
Medan Program Studi Teknik Industri. Tahun 2010 mengajar di Institut Sains
dan Teknologi T.D Pardede (ISTP) Medan, Jurusan Teknik Manajemen
Industri.
Jabatan yang pernah dipegang Centre for Health Services (Pusat Kajian
Layanan Kesehatan) dan K3 sebagai Bendahara tahun 2006 sampai dengan
2010, Dewan Riset Daerah Sumatera Utara (DRD-SU) sebagai Sekretaris
Eksekutif tahun 2008 – 2009, Peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan
Provinsi Sumatera Utara Bidang Sumber Daya Alam dan Maritim, Tenaga Ahli
2009 – 2011, BAPPEDA Kota Medan (Menyusun Master Plan Sosbud Kota
Medan), Tenaga Ahli tahun 2009 – 2010, Tim Seleksi Anggota Dewan Riset
Daerah Sumatera Utara (DRD-SU) Periode Tahun 2009 – 2014, pada tahun
2009 – 2014 sebagai Sekretaris Eksekutif Dewan Riset Daerah Sumatera Utara
(DRD-SU). Tahun 2008 – 2010 Ketua Program Studi Teknik Industri Fakultas
Teknik Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Tahun 2010 – 2016 Kepala
Biro Akademik dan Kemahasiswaan (BAA-K) UISU, Tahun 2014 – 2019
Biodata Penulis 201

sebagai Sekretaris Eksekutif Dewan Riset Daerah Sumatera Utara (DRD-SU)


2019 – sampai sekarang. Menulis Buku sejak tahun 2010.

Dr. Andriasan Sudarso, S.Mn., MM., CMA.


Lulus S1 Jurusan Manajemen dari Universitas
Terbuka dan STIE Nusa Bangsa Medan pada
tahun 2008. Gelar Magister Manajemen diraih
pada tahun 2011 dari STIE Harapan Medan. Pada
tahun 2015, penulis memperoleh gelar Doktor
Ilmu Manajemen Universitas Persada Indonesia
YAI Jakarta. Penulis merupakan staf pengajar di
beberapa Universitas diantaranya Program Pasca
Sarjana Univeristas HKBP Nommensen Medan, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
IBBI Medan, penulis mengajar Manajemen Pemasaran, Kewirausahaan,
Metodologi Penelitian, Manajemen Strategik, Ekonomi Manajerial,
Kepemimpinan dan Manajemen SDM. Penulis menulis buku Manajemen
Pemasaran (Teori & Aplikasi Bisnis) tahun 2015, Manajemen Pemasaran Jasa
Perhotelan(dilengkapi dengan Hasil Riset pada Hotel Berbintang 5 di Sumatera
Utara) tahun 2015, Metode Penelitian(Petunjuk Praktis untuk Penyusunan
Skripsi Ekonomi dan Tesis Magister Management) Edisi 1 tahun 2016,
Metodologi Penelitian Kuantitatif(Petunjuk Praktis untuk penyusunan Skripsi
Ekonomi dan Tesis Magister Manajemen) Edisi 2 tahun 2017, Kewirausahaan
dan UKM tahun 2020, Online Marketing tahun 2020. Penulis juga sudah
mempublisikan beberapa karya ilmiah yang bertaraf Internasional bereputasi
terindex Scopus. Penulis juga telah lulus sertifikasi Internasional Certified
Marketing Analyst(CMA) dari American Academy of Project Management
USA. Email : andriasans@gmail.com.
202 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Dr. Syafrida Hafni Sahir


Lahir di Medan, memiliki 3 orang putra. Tahun
1989, menyelesaikan studi sarjana Ekonomi
jurusan Manajemen di Universitas Sumatera
Utara (USU) dan bekerja di konsultan Teknik PT.
Cipta Strada dan PT. Dian Farica. Tahun 1990
bekerja di Bank Niaga Medan sebagai Credit
Analyst. Tahun 1994, menjadi dosen PNS di
lingkungan LLDIKTI-I dan menyelesaikan studi
S2 di Pasca Sarjana Jurusan Ilmu Manajeman di
Universitas Sumatera Utara (USU) pada tahun 2004. Pendidikan terakhir S3
diperoleh dari University Malaya, Kuala Lumpur pada tahun 2010 jurusan
Sosiologi Bandar. Saat ini aktif mengajar di FEB – Universitas Medan Area dan
merupakan Editor in Chief dari JKBM (Jurnal Konsep Bisnis dan Manajemen)
yang telah terakreditasi SINTA 3.
Penulis juga menjadi dosen tamu di Pasca Universitas Sumatera Utara dan
beberapa Pasca Universitas Swasta. Saat ini Penulis tergabung dalam Forum
Kerjasama Pendidikan Tinggi (FKPT), dan anggota Assosiasi Dosen Indonesia
(ADI).

Dr. Ir. Salmiah., MS.


Lahir di Medan, 17 Februari 1957, Meraih gelar
sarjana S1 bidang Sosial Ekonomi Pertanian di
Universitas Sumatera Utara pada tahun 1984.
Kemudian menyelesaikan Program Pasca Sarjana
di Universitas Pajajaran, Bandung pada tahun
1994, Pada tahun 2004 berhasil menyelesaikan
program Doktor di bidang Ekonomi Pertanian di
Universitas Pajajaran, Bandung. Saat ini penulis
adalah merupakan Lektor Kepala dan Dosen di
Program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Biodata Penulis 203

Dr. Rini Mastuti


Meraih gelar Doktor dibidang Agribisnis
Peternakan dari Universitas Brawijaya Tahun
2017. Arema yang saat ini berdomisili di Langsa
Aceh, pernah mengampu Mata Kuliah Budidaya
Peternakan, Kewirausahaan, Perilaku Konsumen,
Pemberdayaan Masyarakat dan Metode
Penelitian di Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Samudra. Penulis beberapa kali
menjadi dosen pembimbing Kegiatan Mahasiswa
Wirausaha yang memenangkan Pendanaan Usaha
baik dari Internal Kampus maupun dari
Ristekdikti sejak tahun 2018. Dibidang penerbitan karya ilmiah selain menjadi
Chef Editor di Jurnal Agrisamudra, penulis juga menjadi Reviewer di beberapa
Jurnal Ilmiah Nasional. Karya Ilmiah yang dihasilkan sampai sekarang lebih
dari 20 jurnal yang sudah terindeks di Google Scholar, SINTA dan Scopus.
Semoga semakin banyak dosen di Indonesia yang dapat berkontribusi untuk
pengembangan ilmu pengetahuan melalui karya ilmiah baik berupa buku
maupun bentuk tulisan lainnya.

Dina Chamidah, S.Pd., SH., M.Si., M.Kn.


Dosen di Program Studi Pendidikan Biologi,
Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya. Memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Biologi dari FPMIPA Universitas
Negeri Surabaya, juga Sarjana Hukum dari
Fakultas Hukum Universitas Kartini, Surabaya.
Magister Sains dari Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Airlangga, juga Magister
Kenotariatan dari Universitas Surabaya,
Pendidikan Khusus Advokat PERADI dari
Universitas Surabaya, dan sekarang masih belajar di Magister Hukum di
Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dan juga sebagai
Awardee LPDP pada Program Doktoral Pendidikan Biologi di Universitas
Negeri Malang. Anggota Organisasi: PBI, PDRI, Divisi Pelatihan TAPLAI 2
Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (LEMHANNAS RI),
204 Dasar-Dasar Kewirausahaan: Untuk Perguruan Tinggi dan Dunia Bisnis

Jakarta, Indonesia, pernah menjadi calon legislatif DPR RI dari Partai


PERINDO, pernah menjabat sebagai Notaris Pengganti di Kota Mojokerto dan
juga pernah menjabat sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Biologi di
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, juga sebagai anggota EURASIA
(TERA, STRA, SSHRA, HBSRA), dan dari tahun 2019 menjadi International
Referee Board dari TAFFD’s. Minat utama saya adalah Biologi, Pendidikan
Biologi, Ilmu Biologi Reproduksi, Zoologi, Pendidikan, Manajemen
Pendidikan, Manajemen, Teknologi Pendidikan, Hukum dan Kenotariatan.
Google Scholar ID:
https://scholar.google.com/citations?user=TfasyrUAAAAJ&hl=en&oi=ao, ID
Scopus: 57200991838, Researcher ID: W-1563-2019, Sinta ID: 5986378, Orcid
ID: https://orcid.org/0000-0001-9353-456X.

Dr. Ir. Try Koryati, MP.


Lahir di Takengon, 10 Mei 1962, lulus sarjana
Dari Fakultas pertanian unsyiah, pd thn 1987.
Gelar Magister Pertanian diperoleh dari PPs USU
pada tahun 1994 Dan gelar Doktor ilmu petanian
diperoleh dari PPs Usu pada tahun 2016. Saat ini
bertugas sebagai dosen LLDIKTI wil.I Sumut dpk
Univ. Amir Hamzah Medan.

Dr. Janner Simarmata, S.T., M.Kom.


Sarjana Teknik Informatika dari STMIK
Bandung, Magister Ilmu Komputer dari
Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Doktor
Pendidikan Teknologi Kejuruan (PTK) diperoleh
dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
bidang kajian Blended Learning.
Menulis buku sejak tahun 2006. Dosen di Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Medan. Informasi
lengkap dapat dilihat di web pribadi
www.jannersimarmata.com | surel:
jannersimarmata[at]unimed.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai