Disusun oleh :
Kelompok I
Rifky Abdillah
Zainal Fikri
MAHASISIWA SEMESTER V
Kelompok I
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Karena itu benarlah kalau dikatakan bahwa setiap orang yang terlihat
dalam dunia pendidikan sepatutnyalah selalu merenungkan makna dan hakikat
pendidikan, merefleksikannya di tengah-tengah tindakan/aksi sebagai buah
refleksinya.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui definisi pendidikan.
2. Untuk mengetahui hakekat pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
a) Tarbiyah adalah proses pengembangan dan bimbingan jasad, akal dan jiwa
yang dilakukan secara berkelanjutan sehingga mutarabbi (anak didik) bisa
dewasa dan mandiri untuk hidup di tengah masyarakat. (Ath-Thabari:67).
b) Tarbiyah adalah kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang,
kelembutan hati, perhatian bijak dan menyenangkan; tidak membosankan
(Al-Maraghi, Juz V; 34).
c) Tarbiyah adalah proses yang dilakukan dengan pengaturan yang bijak dan
dilaksanakan secara bertahap dari yang mudah kepada yang sulit.
d) Tarbiyah adalah mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan
metode yang mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari (Fathul Bari Jilid I; 162).
e) Tarbiyah adalah kegiatan yang mencakup pengembangan, pemeliharaan,
penjagaan, pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk,
1
Yati Hardiyanti, “Arti, Hakekat dan Dasar Pendidikan”, Program pascasarjana,
Universitas Hasanuddin, 2011, hal.4
bimbingan, penyempurnaan dan perasaan memiliki terhadap anak didik.
(Al-Maraghi jilid III: 79).2
a) Prof. DR. M.J. Langeveld adalah seorang ahli pendidikan bangsa Belanda
yang pendidikannya berorientasi ke Eropa dan lebih menekankan kepada
teori-teori (ilmu). Dapat dikenal dengan bukunya Paedagogik Teoritis
Sistematis. Menurut ahli ini pendidikan adalah: “bimbingan atau
pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak
2
Rohimin dkk, “Hakikat Pendidikan”, Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan
Indonesia, hal. 3-4
3
Yati Hardiyanti, loc. cit.
untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap
dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang
lain.4
b) John Dewey seorang ahli filsafat pendidikan Amerika pragmatisme dan
dinamis, pendidikan (education) diartikan sebagai “Proses pembentukan
kecakapankecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke
arah alam dan sesama manusia”. Menurutnya hidup itu adalah suatu proses
yang selalu berubah, tidak satupun yang abadi. Karena kehidupan itu
adalah pertumbuhan, maka pendidikan berarti membantu pertumbuhan
bathin tanpa dibatasi oleh usia. Dengan kata lain pendidikan adalah suatu
usaha manusia untuk membantu pertumbuhan dalam proses hidup tersebut
dengan membentukan kecakapan fundamental atau kecakapan dasar yang
mencakup aspek intelektual dan emosional yang berguna atau bermanfaat
bagi manusia terutama bagi dirinya sendiri dan bagi alam sekitar.
c) Ki Hajar Dewantara, sebagai Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia,
peletak dasar yang kuat pendidikan Nasional yang progresif untuk
generasi sekarang dan generasi yang akan datang merumuskan pengertian
pendidikan sebagai berikut: Pendidikan adalah daya upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak
yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
d) Pengertian pendidikan yang tertera dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara (Tap MPR No.II/MPR/1988), dinyatakan sebagai berikut:
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dengan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
4
L. Hendrowibowo, “KAJIAN ILMIAH TENTANG ILMU PENDIDIKAN”, Cakrawala
pendidikan tahun XIII, 1994, hal. 126
e) Definisi Pendidikan Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) No. 20 tahun 2003 Bab I, pasal 1 menggariskan pengertian:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.5
Pendidikan tidak hanya berkaitan dengan masa lalu dan masa kini,
tetapi lebih penting lagi pendidikan bersangkutan dengan kehidupan manusia
masa mendatang. Dengan demikian, pendidikan dilaksanakan sekarang,
dengan modal pengalaman masa lalu, untuk diarahkan pada masa yang akan
datang. Untuk itulah kita dalam pendidikan harus memusatkan perhatian
kepada masalah yang akan datang.6
B. Hakekat Pendidikan
5
Yati Hardiyanti, op. cit. hal. 9-10
6
L. Hendrowibowo, op. cit. hal. 127
untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya
untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai
yang disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan.
9
Koentjaraningrat, Pengantar Antopologi I, (Jakarta: Rineka Putra, 1996), hal. 72
dewasa, hal tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan itu dimulai sejak kecil
hingga dewasa.
Maka jika dari kecil sudah diberi pendidikan seperti tersebut di atas,
dan selama hidup, lingkungannya juga membentuk manusia lahir dan
batinnya, maka ketika dewasa pun akan membentuk karakter. Oleh karena itu
dapat disebutkan bahwa manusia adalah suatu proses.
BAB III
10
Yuli Sectio Rini, “PENDIDIKAN: HAKEKAT, TUJUAN, DAN PROSES” , jurnal,
hal. 6-9
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan adalah segala daya upaya dan semua usaha untuk membuat
masyarakat dapat mengembangkan potensi manusia agar memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan,
berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota
masyarakat dan warga negara. Di samping itu pendidikan merupakan usaha
untuk membentuk manusia yang utuh lahir dan batin cerdas, sehat, dan
berbudi pekerti luhur.