Anda di halaman 1dari 184

PROFESI

KEGURUAN
Teguh Prasetyo, M.Pd.
Dr. Widyasari, M.Pd.
Resti Yektyastuti, M.Pd
Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta :

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau mem-


perbanyak ciptaan pencipta atau memberi izin untuk itu, dapat dipidana
dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta
atau hak terkait, dapat dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

ii
PROFESI
KEGURUAN

ii i
PROFESI KEGURUAN
© Teguh Prasetyo, M.Pd.
Dr. Widyasari, M.Pd.
Resty Yektiastuty, M.Pd

Editor : Team WADE Publish


Layout : Team WADE Publish
Cover : Team WADE Publish

Diterbitkan oleh:

Jln. Pos Barat Km. 1 Melikan Ngimput Purwosari


Babadan Ponorogo Jawa Timur Indonesia 63491
Website : BuatBuku. com
Email : redaksi@buatbuku. com
Phone : 0821 3954 7339

Anggota IKAPI 182/JTI/2017

Cetakan Pertama, Juni 2018


ISBN: 978-602-5498-61-9

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini
dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk mem-
fotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa seizin tertulis
dari Penerbit.

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


15x23cm

iv
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penyu-
sunan Buku mata kuliah Profesi Keguruan dapat diselesaikan.
Buku Profesi Keguruan ini merupakan pendamping sumber
belajar mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) atau
mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Buku ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan tentang profesi
guru secara utuh dari tingkat teori-teori, peraturan yang men-
dukung dari pemerintah, dan pengembangan lanjutan profesi
calon/tenaga pendidik.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Rektor Universitas Djuanda Bogor
dan jajarannya yang telah mendukung penyusunan buku ini.
Selanjutnya kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Djuanda Bogor yang telah memfasilitasi
penyelesaian buku ini serta kepada semua pihak yang ikut
berpartisipasi dalam penyusunan buku ini.
Profesi guru merupakan profesi yang menuntut per-
syaratan khusus bagi calon tenaga pendidik atau guru di sekolah.
Hal ini tercantum dalam Undang-undang yang menyatakan
bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik S1 atau setara
D.IV dan sertifikat pendidik. Disamping itu, guru juga dituntut
harus memiliki kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, dan
Profesional. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen disebutkan bahwa guru adalah pendidik pro-
fesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Oleh karena itu, menjadi seorang guru bukan pekerjaan yang
mudah. Selain guru memiliki tanggung jawab transfer of
knowledge tetapi juga harus bisa melakukan transfer of value.
Apabila guru dapat memahami tanggung jawab tersebut dengan

v
baik, Allah SWT menjanjikan sesuatu yang sangat berharga yang
termuat dalam Al-qur‟an Surah Asy-Syu‟araa ayat 109 artinya
sebagai berikut: “Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas
ajakan-ajakan itu, upahku tidak lain hanya dari Tuhan semesta alam”.
Berdasarkan ayat di atas menunjukkan bahwa seorang
guru dalam menjalankan profesinya bukan hanya sekedar
menjalankan tugasnya saja, tetapi juga harus diniatkan untuk
beribadah dan mengharap ridho Allah SWT., dengan cara
memberikan yang terbaik yang dimiliki.
Buku Profesi Keguruan ini terdiri dari Sembilan bab
yang disertai kegiatan pembelajaran, latihan dan rangkuman.
Berikut ini organisasi materi bab yang telah disusun oleh penulis.
Bab 1 Pengertian guru, pengertian profesi dan profesi
guru.
Bab 2 Profesi guru sebagai jabatan fungsional, jenjang
jabatan dan pangkat guru, jenis guru serta
persyaratan menjadi guru dan karakter guru
menurut Islam.
Bab 3 Organisasi profesi guru, tujuan organisasi profesi,
dan kewenangan organisasi profesi.
Bab 4 Kode etik guru, fungsi kode etik guru, implikasi
kode etik, dan deskripsi kode etik guru dalam
masyarakat.
Bab 5 Kompetensi guru, jenis kompetensi guru, uji kom-
petensi guru, pelaksanaan uji kompetensi guru.
Bab 6 Penilaian kinerja guru, bentuk penilaian kinerja
guru, penilaian kinerja guru tambahan, instrumen
penilaian kinerja guru.
Bab 7 Program sertifikasi guru, prinsip sertifikasi guru,
tujuan dan manfaat sertifikasi guru, dan penye-
lenggaraan sertifikasi guru.
Bab 8 Pendidikan profesi guru, kurikulum PPG, dan
sistem pembelajaran PPG.

vi
Bab 9 Prinsip pengembangan profesi berkelanjutan, pe-
ngembangan profesi guru, program induksi guru
pemula, prinsip program induksi guru pemula,
dasar hukum program induksi guru pemula,
tujuan program induksi guru pemula.

Buku Profesi Keguruan ini tentu memiliki banyak


kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan. Kritik dan saran
yang membangun untuk revisi buku ini sangat penulis tunggu.
Akhirnya, semoga buku ini menjadi ladang amal dan diterima
Allah SWT serta bermanfaat bagi pembaca, Aamiin.

Bogor, Juni 2017

Penulis

vii
PETA KONSEP
Profesi Keguruan

Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang profesi guru,
profesi guru sebagai jabatan fungsional, organisasi profesi dan
kode etik profesi guru, kompetensi guru dan uji kompetensi
guru, penilaian kinerja guru, program sertifikasi guru, PPG, dan
pengembangan profesi guru berlanjutan.
1. Menjelaskan pengertian guru
2. Menjelaskan profesi guru
3. Menjelaskan profesi guru sebagai jabatan fungsional
4. Menjelaskan jenis-jenis guru
5. Menjelaskan tugas guru
6. Menjelaskan persyaratan menjadi guru
7. Menjelaskan organisasi profesi keguruan
8. Menjelaskan kode etika profesi guru
9. Menjelaskan kompetensi guru
10. Menjelaskan uji kompetensi guru
11. Menjelaskan dan menerapkan penilaian kinerja guru
12. Menjelaskan program sertifikasi guru
13. Menjelaskan pendidikan profesi guru
14. Menjelaskan pengembangan profesi guru berkelanjutan
15. Menjelaskan pengembangan diri
16. Menjelaskan publikasi ilmiah guru
17. Menjelaskan dan merancang karya inovatif guru

viii
DAFTAR ISI

PRAKATA .......................................................................... iv
PETA KONSEP ...................................................................... viii
DAFTAR ISI ..............................................................................ix

BAB I PENGERTIAN PROFESI GURU .................................. 1


PENDAHULUAN ............................................................. 1
PETUNJUK BELAJAR ........................................................... 2

KEGIATAN BELAJAR 1 PENGERTIAN PROFESI


GURU ..................................................................................... 3
A. Pengertian Guru .......................................................... 3
B. Pengertian Profesi ....................................................... 5
C. Pengertian Profesi Guru .............................................. 8
LATIHAN ................................................................................ 8
RANGKUMAN ................................................................. 9

BAB II PROFESI GURU SEBAGAI JABATAN


FUNGSIONAL ......................................................................... 11
PENDAHULUAN ............................................................ 11
PETUNJUK BELAJAR ......................................................... 12

KEGIATAN BELAJAR 2 PROFESI GURU SEBAGAI


JABATAN FUNGSIONAL ................................................. 13
A. Pengertian Jabatan Fungsional ................................. 13
B. Jenjang Jabatan dan Pangkat Guru........................... 15
C. Jenis Guru .................................................................. 16
D. Tugas Guru ................................................................ 20
LATIHAN .............................................................................. 25
RANGKUMAN ................................................................ 26

KEGIATAN BELAJAR 3 PERSYARATAN MENJADI


GURU ................................................................................... 29
ix
A. Syarat-syarat Menjadi Guru ...................................... 29
B. Karakter Profesi Guru Menurut Islam ...................... 30
LATIHAN .............................................................................. 33
RANGKUMAN ................................................................ 33

BAB III ORGANISASI PROFESI GURU .............................. 35


PENDAHULUAN.................................................................. 35
PETUNJUK BELAJAR ......................................................... 36

KEGIATAN BELAJAR 4 ORGANISASI PROFESI


GURU ................................................................................... 37
A. Organisasi Profesi Guru ............................................ 37
B. Tujuan Organisasi Profesi ......................................... 41
LATIHAN .............................................................................. 44
RANGKUMAN ................................................................ 45

BAB IV KODE ETIK GURU ................................................... 47


PENDAHULUAN.................................................................. 47
PETUNJUK BELAJAR ......................................................... 48

KEGIATAN BELAJAR 5 KODE ETIK GURU ................. 49


A. Kode Etik Guru .......................................................... 49
B. Fungsi Kode Etik Guru .............................................. 49
C. Implikasi Kode Etik Guru ......................................... 50
D. Deskripsi Kode Etik Guru dalam Masyarakat ......... 51
LATIHAN .............................................................................. 58
RANGKUMAN ................................................................ 59

BAB V KOMPETENSI GURU DAN UJI KOMPETENSI


GURU........................................................................................ 61
PENDAHULUAN ............................................................ 61
PETUNJUK BELAJAR ......................................................... 62

KEGIATAN BELAJAR 6 KOMPETENSI GURU ............. 63


A. Kompetensi Guru....................................................... 63
B. Jenis-jenis Kompetensi .............................................. 64
x
LATIHAN .............................................................................. 75
RANGKUMAN ................................................................ 76

KEGIATAN BELAJAR 7 UJI KOMPETENSI GURU ....... 77


A. Uji Kompetensi Guru (UKG) ..................................... 77
B. Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) ............... 81
LATIHAN .............................................................................. 87
RANGKUMAN ................................................................ 87

BAB VI PENILAIAN KINERJA GURU................................. 89


PENDAHULUAN.................................................................. 89
PETUNJUK BELAJAR ......................................................... 90

KEGIATAN BELAJAR 8 PENILAIAN KINERJA


GURU ................................................................................... 91
A. Penilaian Kinerja Guru (PKG)................................... 91
B. Bentuk Penilaian Kinerja Guru ................................. 95
C. Penilaian Kinerja Guru Tambahan ........................... 99
D. Instrumen Penilaian Kinerja Guru.......................... 100
LATIHAN ............................................................................ 102
RANGKUMAN .............................................................. 102

BAB VII PROGRAM SERTIFIKASI GURU ....................... 105


PENDAHULUAN................................................................ 105
PETUNJUK BELAJAR ....................................................... 106

KEGIATAN BELAJAR 9 PROGRAM SERTIFIKASI


GURU ........................................................................................ 107
A. Pengertian Sertifikasi Guru ..................................... 107
B. Prinsip Sertifikasi Guru ........................................... 109
C. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru ..................... 110

D. Penyelenggaraan Sertifikasi Guru ....................... 113


LATIHAN ...................................................................... 118
RANGKUMAN ............................................................. 119

xi
BAB VIII PENDIDIKAN PROFESI GURU......................... 121
PENDAHULUAN .......................................................... 121
PETUNJUK BELAJAR ....................................................... 122

KEGIATAN BELAJAR 10 PROGRAM


PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) .......................... 123
A. Pendidikan Profesi Guru ......................................... 123
B. Kurikulum PPG........................................................ 130
C. Sistem Pembelajaran PPG ....................................... 136
LATIHAN ............................................................................ 139
RANGKUMAN .............................................................. 140

BAB IX PENGEMBANGAN PROFESI GURU


BERKELANJUTAN .................................................................... 141
PENDAHULUAN .......................................................... 141
PETUNJUK BELAJAR ....................................................... 142

KEGIATAN BELAJAR 11 PRINSIP


PENGEMBANGAN PROFESI GURU ............................ 143
A. Prinsip Pengembangan Profesi Berkelanjutan
(PKB) ........................................................................ 143
B. Pengembangan Profesi Guru .................................. 145
LATIHAN ............................................................................ 149
RANGKUMAN .............................................................. 150

KEGIATAN BELAJAR 12 PROGRAM INDUKSI


GURU PEMULA................................................................ 151
A. Program Induksi Guru Pemula (PIGP)................... 151
B. Prinsip Program Induksi Guru Pemula (PIGP) ...... 152

C. Dasar Hukum Program Induksi Guru Pemula


(PIGP) ...................................................................... 154
D. Tujuan Program Induksi Guru Pemula (PIGP) ...... 154
LATIHAN ............................................................................ 164
RANGKUMAN .............................................................. 164

xii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 165

xi
ii
xiv
BAB I
PENGERTIAN PROFESI GURU

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu pilar dan modal utama
dalam mengantisipasi, menyongsong masa depan, karena pendi-
dikan selalu diorientasikan untuk mengembangkan sumber daya
peserta didik guna dapat berperan di masa yang akan dating dan
diarahkan kepada kebutuhan manusia. Hal ini sesuai dengan apa
yang diamanatkan pemerintah dalam UU Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 bahwa tujuan pendidikan nasio-
nal berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan mem-
bentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ber-
akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian (expertise) para anggotanya. Artinya pekerjaan itu tidak
bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan
tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu.
Profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan
pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada
pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental
yang dimaksud adalah penekanan kepada penguasaan ilmu
pengetahuan. Pengetahuan teoritis secara mendalam sebagai
instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, atau melakukan
pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik prosedur
yang berlandaskan intelektualitas. Pekerjaan-pekerjaan yang

1
menuntut keterampilan manual atau fisikal, meskipun levelnya
tinggi, tidak digolongkan dalam profesi.
Guru merupakan kunci keberhasilan sebuah lembaga
pendidikan, guru adalah sales agent lembaga pendidikan, baik
atau buruknya perilaku atau cara strategis guru dalam dunia
pendidikan. Karena itu, tidak ada pilihan lain, guru-guru yang
ada harus mampu memposisikan diri sebagai guru yang ideal
dan inovatif, yakni guru-guru yang mampu menyesuaikan diri
dengan tuntutan zaman yang kian maju dan kompetitif, mem-
punyai kekuatan keagamaan, intelektual, emosional, dan sosial
yang tinggi, serta kreatif melakukan terobosan dan pembaharuan
yang terus-menerus dan konsisten.
Pada bab 1 diuraikan pengertian guru, pengertian profesi,
dan syarat profesi guru. Secara umum tujuan pembelajaran pada
bab 1 untuk memahami pengetian profesi guru dan syarat-syarat
profesi guru profesional. Secara khusus setelah mempelajari bab
1 mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan:
1. Pengertian guru
2. Pengertian profesi
3. Pengertian profesi guru

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah uraian dan contoh dengan cermat berulang-ulang
sehingga Anda benar-benar memahami dan menguasai
materi paparan.
2. Kerjakan latihan yang tersedia secara mandiri. Jika dalam
kasus tertentu Anda mengalami kesulitan menjawab, maka
lihatlah rambu-rambu jawaban latihan. Jika langkah tersebut
belum berhasil menjawab, maka mintalah bantuan tutor
Anda atau orang lain yang lebih tahu.

2
KEGIATAN BELAJAR 1

PENGERTIAN PROFESI GURU

A. Pengertian Guru
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum
butir 6, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa guru
adalah pendidik.
Kata pendidik (bahasa Indonesia) merupakan padanan
dari kata educator (bahasa Inggris). Kata educator berarti
educationist atau educationalist yang padanannya dalam Bahasa
Indonesia adalah pendidik, spesialis dibidang pendidikan, atau
ahli pendidikan. Sedangkan kata guru merupakan padanan dari
kata teacher (bahasa Inggris). Di dalam kamus webster, kata
teacher bermakna sebagai “The person who teach, especially in school”
atau guru adalah seseorang yang mengajar, khususnya di
sekolah. Guru adalah tenaga kependidikan yang berasal dari
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Dalam mendefinisikan
kata guru ataupun pendidik, setiap orang pasti memiliki
perspektif masing-masing.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 377), yang dimaksud
dengan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pen-
cahariannya, profesinya) mengajar. Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, mem-
bimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

3
Dalam ajaran agama Islam, guru adalah orang yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan anak didik dengan
mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, potensi
kognitif, maupun potensi psikomotorik. Guru berarti orang
dewasa yang bertanggungjawab memberikan pertolongan pada
anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri
dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah SWT. Selain itu,
guru mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu yang
mandiri.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 2003 Pasal 39 ayat (2)
menyebutkan: Guru/Pendidik Profesional merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan. Guru yang baik adalah guru yang
memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya sehingga akan
tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang
ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode.
Selain itu, guru juga ditunjukan melalui tanggung jawabnya
dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Lebih lanjut, guru
adalah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepan-
daian tertentu kepada seorang atau kelompok orang, sedangkan
guru sebagai pendidik adalah seseorang yang berjasa terhadap
masyarakat dan negara (Purwanto, 1995). Guru merupakan
jembatan penghubung yang menghubungkan pengetahuan
dalam pendidikan dengan para muridnya dalam pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa guru merupakan pendidik
yang bertanggungjawab atas anak didiknya untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan melalui proses
mendidik yang memerlukan kesiapan secara matang dan teren-
cana. Oleh karena itu, sangat penting guru harus mampu meren-
canakan, melaksanakan, membimbing, melatih, dan meng-
evaluasi pembelajaran yang disiapkan guru.

4
B. Pengertian Profesi
Istilah profesi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris
yaitu profession sedangkan dalam bahasa latin, profecus, yang
memiliki arti mengakui, adanya pengakuan, menyatakan
mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Selanjut-
nya, secara terminologi profesi berarti suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang
ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan
pengetahuan teoritis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI (2005), kata
profesi berarti bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Kata
profesi seolah identik dengan kata keahlian. Jarvis (1983)
menyatakan profesi merupakan suatu pekerjaan yang didasar-
kan pada studi intelektual dan latihan yang khusus, tujuannya
adalah untuk menyediakan pelayanan ketrampilan terhadap
yang lain dengan bayaran maupun upah tertentu. Seseorang
yang melakukan tugas profesi juga sebagai seorang ahli (expert).
Pada sisi lain, profesi mempunyai pengertian seseorang yang
menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik,
dan prosedur berdasarkan intelektualitas.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan keteram-
pilan khusus untuk melakukannya. Karena dua kata kunci dalam
istilah profesi adalah pekerjaan dan keterampilan khusus, maka
guru merupakan suatu profesi. Menurut Uno (2008) profesi guru
berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai
guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar
bidang kependidikan.
Berdasarkan pendapat ahli yang dikemukan dapat ditarik
simpulan profesi merupakan suatu pekerjaan/jabatan yang
menuntut suatu keahlian, memiliki persyaratan yang harus
dipenuhi, kode etik, tanggung jawab yang diperoleh melalui
pendidikan, latihan, pembinaan, dan pengalaman pada bidang
tertentu. Profesi suatu bentuk pekerjaan memiliki standar unjuk
5
kerja, lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku
profesi tersebut dengan standar kualitas, akademik yang ber-
tanggungjawab, organisasi profesi, etika dan kode etik profesi,
sistem imbalan serta pengakuan masyarakat.
Adapun karakter sebuah profesi antara lain; (1) profesi
membutuhkan waktu pendidikan dan latihan yang khusus
dalam suatu bidang pekerjaan, (2) suatu pekerjaan khas dengan
keahlian serta keterampilan, (3) menuntut kemampuan kinerja
intelaktual, (4) mempunyai konsekuensi memikul tanggung
jawab pribadi secara penuh, (5) kinerja lebih mengutamakan
pelayanan dari pada imbalan ekonomi, (6) ada sanksi jika
terdapat pelanggaran, (7) memiliki kebebasan untuk memberi-
kan judgment, (8) adanya pengakuan dari masyarakat, (9) me-
miliki kode etik serta asosiasi profesional, (10) mengatur diri
tanpa campur tangan pihak lain, (11) layanan publik sesuai
kebutuhan, (12) status dan imbalan yang tinggi.
Beberapa pengertian profesi, profesional, jabatan profe-
sional, dan profesionalisme.
1. Profesi merupakan suatu hal yang berkaitan dengan bidang
yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian,
sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi
dengan keahlian saja yang diperoleh misalnya dari pen-
didikan kejuruan, belum cukup disebut profesi. Tapi perlu
penguasaan teori sistematis yang mendasari praktik pelak-
sanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam
praktik. Profesi dapat diartikan pekerjaan yang dilakukan
sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup
yang mengandalkan suatu keahlian. Dimana ada beberapa
ciri profesi seperti (1) adanya sebuah asosiasi atau organisasi
keahlian, (2) terdapat pola pendidikan yang jelas, (3) adanya
kode etik profesi, (4) berorientasi pada jasa, (5) adanya
tingkat kemandirian.

6
2. Profesional merupakan orang yang mempunyai profesi atau
pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seseorang
profesional adalah seseorang yang hidup dengan mem-
pratikkan suatu keahlian tertentu atau dengan trlibat dalam
suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara
orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi,
untuk bersenang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
3. Jabatan profesional pelakunya secara nyata (De facto)
dituntut berkecakapan kerja (keahlian) sesuai dengan tugas-
tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya (cenderung
ke spesialisasi). Kecakapan dan keahlian bukan sekedar hasil
pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu
didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap serta
menuntut pendidikan juga. Jabatan yang terprogram secara
relevan serta berbobot, terselenggara secara efektif-efisien
dan tolak ukur evaluatifnya terstandar. Pekerja profesional
dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga pilihan
jabatan serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu,
bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, dan
bermotivasi serta berusaha untuk berkarya sebaik-baiknya:
Hal ini mendorong pekeria profesional yang bersangkutan
untuk selalu meningkatkan (menyempurnakan) diri serta
karyanya Orang tersebut secara nyata mencintai profesinya
dan memiliki etos kerja yang tinggi. Jabatan profesional
perlu mendapat pengesahan dari masyrakat dan atau
negaranya. Jabatan profesional memiliki syarat-syarat serta
kode etik yang harus dipenuhi oleh pelakunya, hal ini
menjamin kepantasan berkarya dan sekaligus merupakan
tanggung jawab sosial pekerja profesional tersebut.
4. Profesionalisme
Profesionalisme merupakan komitmen para anggota suatu
profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus
menerus.

7
C. Pengertian Profesi Guru
Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005
Profesi Keguruan adalah pendidikan profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah. Undang-Undang tersebut
menjelaskan profesi guru adalah pendidik profesional dimana
guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemam-
puan maksimal.
Menurut Hamalik (2006) guru profesional harus memiliki
persyaratan yang meliputi:
1. Memiliki bakat sebagai guru
2. Memiliki keahlian sebagai guru
3. Memiliki keahlian yang baik dan integritas
4. Memiliki mental yang sehat
5. Berbadan sehat
6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
7. Guru adalah manusia berjiwa pancasila
8. Guru adalah seorang warga negara yang baik

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi
di atas, kerjakan latihan berikut ini!
1. Jelaskan pengertian guru dari beberapa para ahli!
2. Jelaskan pula pengertian profesi berdasarkan etimologi!
3. Jelaskan pengertian profesional, jabatan profesional, dan
profesionalisme!
4. Jelaskan profesi guru berdasarkan UU. Nomor 14 Tahun
2005!
5. Jelaskan persyaratan menjadi guru profesional!

8
Petunjuk Jawaban latihan
1. Lihatlah pada teks yang membahas pengertian guru secara
mendalam. Anda akan menemukan beberapa pengertian
konsep guru yang dikemukakan beberapa pendapat para
ahli.
2. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas penger-
tian profesi yang berdasarkan etiomologi.
3. Anda dapat menjelaskan dengan mengingat kembali
tentang pembahasan profesional, jabatan profesional, dan
profesionalismen guru.
4. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas
pengertian profesi guru.
5. Anda dapat menjelaskan dengan melihat kembali teks
persyaratan menjadi guru profesional.

RANGKUMAN
Guru merupakan pendidik yang bertanggungjawab atas
anak didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan melalui proses mendidik yang memerlukan kesiapan
secara matang dan terencana. Oleh karena itu, sangat penting
guru harus mampu merencanakan, melaksanakan, membimbing,
melatih, dan mengevaluasi pembelajaran yang disiapkan guru.
Profesi merupakan suatu pekerjaan/jabatan yang me-
nuntut suatu keahlian, memiliki persyaratan yang harus di-
penuhi, kode etik, tanggung jawab yang diperoleh melalui
pendidikan, latihan, pembinaan, dan pengalaman pada bidang
tertentu. Profesi suatu bentuk pekerjaan memiliki standar unjuk
kerja, lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku
profesi tersebut dengan standar kualitas, akademik yang ber-
tanggung jawab, organisasi profesi, etika dan kode etik profesi,
sistem imbalan serta pengakuan masyarakat.
Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005
profesi keguruan adalah pendidikan profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, melatih, menilai dan mengevaluasi

9
peserta didik pada usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar dan pendidikan menengah

10
BAB II
PROFESI GURU SEBAGAI
JABATAN FUNGSIONAL

PENDAHULUAN
Perkembangan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam
menata administrasi kepegawaian tenaga kependidikan, terakhir
dengan mengganti nama pada jabatan guru. Jenjang kepangkat-
an guru PNS secara umum ada kebijakasanaan Pemerintah ter-
hadap penyesuaian jabatan guru berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 38 Tahun 2010 tentang Penyesuaian
Jabatan Fungsional Guru.
Jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang
mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewe-
nang untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, mem-
bimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Angka kredit adalah satuan nilai
dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir
kegiatan yang harus dicapai oleh seorang Guru dalam rangka
pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya. Penilaian kinerja
Guru adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama Guru
dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya.
Pada bab 2 diuraikan profesi guru sebagai jabatan
fungsional. Secara umum tujuan pembelajaran pada bab 2 untuk
memberikan pemahaman kepada mahasiswa untuk memahami
profesi guru sebagai jabatan fungsional dan angka kredit. Secara

11
khusus setelah mempelajari bab 2 mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan:
1. Pengertian jabatan fungsional guru.
2. Pengertian jenjang jabatan dan pangkat guru.
3. Jenis-jenis guru
4. Tugas guru

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah uraian dan contoh dengan cermat berulang-ulang
sehingga Anda benar-benar memahami dan menguasai
materi paparan.
2. Kerjakan latihan yang tersedia secara mandiri. Jika dalam
kasus tertentu Anda mengalami kesulitan menjawab, maka
lihatlah rambu-rambu jawaban latihan. Jika langkah tersebut
belum berhasil menjawab, maka mintalah bantuan tutor
Anda atau orang lain yang lebih tahu.

12
KEGIATAN BELAJAR 2

PROFESI GURU SEBAGAI JABATAN


FUNGSIONAL

A. Pengertian Jabatan Fungsional


Lahirnya Keputusan Menpan No.84/MENPAN/1993
tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya merupakan
bukti kepedulian pemerintah terhadap pengembangan profesi
guru. Selanjutnya telah diperbarui dengan Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya.
Menurut Peraturan Mentri PAN dan RB No. 16 Tahun
2009, Jabatan fungsional guru adalah jabatan fungsional yang
mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewe-
nang untuk melakukan kegiatan mendidik, mengajar, mem-
bimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang diduduki oleh
Pegawai Negeri Sipil. Jadi, jabatan fungsional Guru adalah
jabatan tingkat keahlian termasuk dalam rumpun pendidikan
tingkat taman kanak-kanak, dasar, lanjutan, dan sekolah khusus.
Selanjutnya Permen PAN dan RB No. 16 Tahun 2009, bidang
kegiatan yang dilakukan guru pada dasarnya dapat dikelom-
pokkan menjadi empat kategori. Keempat kegiatan beserta
riciannya adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan, yang meliputi:
a. Mengikuti pendidikan sekolah dan memperoleh
gelar/ijazah atau akta.

13
b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan dan
memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan
Pelatihan (STTPP) prajabatan atau sertifikat.
2. Pembelajaran/bimbingan atau tugas tertentu yang meliputi:
a. Melaksanakan proses pembelajaran bagi guru kelas dan
guru mata pelajaran;
b. Melaksanakan proses bimbingan dan konseling.
3. Pengembangan keprofesian berkelanjutan, yang meliputi:
a. Pengembangan diri meliputi:
1) Diklat fungsional
2) Kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kom-
petensi dan/atau keprofesian guru
b. Publikasi ilmiah
1) Publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan
inovatif pada bidang pendidikan formal
2) Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan,
dan pedoman guru
c. Karya inovatif
1) Menemukan teknologi tepat guna
2) Menemukan/menciptakan karya seni
3) Membuat alat pelajaran/alat peraga/praktikum
4) Mengikuti pengembangan penyusunan standar,
pedoman, soal dan sejenisnya.
d. Penunjang tugas guru meliputi:
1) Memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai
dengan bidang yang diampunya
2) Memperoleh penghargaan/tanda jasa; dan
3) Melaksanakan kegiatan pendukung pendidikan;
a) membimbing siswa dalam praktik kerja nyata,
praktik industril;
b) ekstrakurikuler dan sejenisnya;
c) menjadi organisasi profesil kepramukaan;
d) menjadi tim penilai angka kredit; dan/atau
e) menjadi tutor pelatih instruktur.

14
B. Jenjang Jabatan dan Pangkat Guru
Guru mempunyai jenjang golongan, kepangkatan, dan
jabatan yang telah diatur sedemikian rupa dalam rangka pem-
binaan. Permen PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 membagi
Jenjang Jabatan Fungsional Guru dari yang terendah sampai
dengan yang tertinggi, yaitu: (1) Guru Pertama; (2) Guru Muda; (3)
Guru Madya; dan (4) Guru Utama. Pada awalnya terdapat guru
PNS yang masih golongan II, tetapi pada perkembangan saat ini
tidak ada lagi rekrutmen guru PNS dengan golongan ruang
dibawah III/A. Perkembangan kebijakan Pemerintah Indonesia
dalam menata administrasi kepegawaian tenaga kependidikan
terakhir ada penyesuaian dengan mengganti nama pada jabatan
guru berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 38 Tahun 2010 tentang Penyesuaian Jabatan Fungsional
Guru. Adapun golongan/ ruang, jenjang pangkat serta jenjang
jabatan guru yaitu:

Tabel 2.1 Penyesuaian Jabatan Fungsional Guru


Golongan/ Jenjang Jabatan
No Jenjang Pangkat
Ruang Sebelum Sekarang
1 II/a Pengatur Muda Guru Pratama -
2 II/b Pengatur Muda Guru Pratama -
Tingkat I Tingkat I
3 II/c Pengatur Guru Muda -
4 II/d Pengatur Tingkat Guru Muda -
I Tingkat I
5 III/a Penata Muda Guru Madya Guru
Pertama
6 III/b Penata Muda Guru Madya Guru
Tingkat I Tingkat I Pertama
7 III/c Penata Guru Dewasa Guru
Muda
8 III/d Penata Tingkat I Guru Dewasa Guru
Tingkat I Muda
9 IV/a Pembina Guru Pembina Guru
Madya

15
10 IV/b Pembina Tingkat I Guru Pembina Guru
Tingkat I Madya
11 IV/c Pembina Utama Guru Utama Guru
Muda Muda Madya
12 IV/d Pembina Utama Guru Utama Guru
Madya Madya Utama
13 IV/e Pembina Utama Guru Utama Guru
Utama

Dalam rangka kenaikan pangkat, para guru harus memiliki


atau mampu mengumpulkan angka kredit yang dibutuhkan
untuk masing-masing jabatan. Jumlah angka kredit kumulatif
minimal untuk pengangkatan dan kenaikan pangkat/ jabatan
sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penyesuaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Guru


Jenjang Jabatan Jumlah Kredit Yang Perlu
Dimiliki
Guru Pertama IIIA 100 kredit
Guru Pertama IIIB 150 kredit
Guru Muda IIIC 200 kredit
Guru Muda IIID 300 kredit
Guru Madya IVA 400 kredit
Guru Madya IVB 550 kredit
Guru Madya IVC 700 kredit
Guru Utama IVD 850 kredit
Guru Utama IVE 1050 kredit
Sumber: Permen PAN dan RB No. 16 Tahun 2009

C. Jenis Guru
Menurut Permen PAN dan RB No. 16 Tahun 2009 guru
digolongkan dalam tiga jenis berdasarkan sifat, tugas dan
kegiatannya. Ketiga jenis guru tersebut antara lain:

16
1. Guru Kelas
Guru kelas adalah guru yang mempunyai tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam
proses pembelajaran seluruh mata pelajaran di kelas tertentu
di TK/RA/TKLB dan SD/MI/SDLB dan satuan pendidikan
formal yang sederajat, kecuali guru mata pelajaran pen-
didikan jasmani dan kesehatan serta guru agama.
Rincian kegiatan Guru Kelas sebagai berikut:
a. Menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pen-
didikan;
b. Menyusun silabus pembelajaran;
c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran;
d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran;
e. Menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran;
f. Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada
mata pelajaran di kelasnya;
g. Menganalisis hasil penilaian pembelajaran;
h. Melaksanakan pembelajaran perbaikan dan pengayaan
dengan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi;
i. Melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya;
j. Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap
proses dan hasil belajar tingkat sekolah dan nasional;
k. Membimbing guru pemula dalam program induksi;
l. Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler
proses pembelajaran;
m. Melaksanakan pengembangan diri;
n. Melaksanakan publikasi ilmiah; dan
o. Membuat karya inovatif.

2. Guru Mata Pelajaran


Guru mata pelajaran adalah guru yang mempunyai
tugas tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh
dalam proses pembelajaran pada 1 (satu) mata pelajaran

17
tertentu pada satuan pendidikan formal di jenjang pen-
didikan dasar (SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB) dan
pendidikan menengah (SMA/MA/SMALB/SMK/MAK).
Rincian kegiatan Guru Mata Pelajaran sebagai berikut:
a. menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendi-
dikan;
b. menyusun silabus pembelajaran;
c. menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran;
d. melaksanakan kegiatan pembelajaran;
e. menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran;
f. menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada
mata pelajaran yang diampunya;
g. menganalisis hasil penilaian pembelajaran;
h. melaksanakan pembelajaran perbaikan dan pengayaan
dengan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi;
i. menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap
proses dan hasil belajar tingkat sekolah dan nasional;
j. membimbing guru pemula dalam program induksi;
k. membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler
proses pembelajaran;
l. melaksanakan pengembangan diri;
m. melaksanakan publikasi ilmiah; dan
n. membuat karya inovatif.

3. Guru Bimbingan Konseling


Guru Bimbingan dan konseling/konselor adalah guru
yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan
hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling
terhadap sejumlah peserta didik satuan pendidikan formal
pada jenjang pendidikan dasar (SMP/MTs/ SMPLB) dan
pendidikan menengah (SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK).
Demikian jenis guru menurut Permendiknas Nomor 35
tahun 2010. Sedangkan tugas utama guru adalah mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

18
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Rincian kegiatan Guru Bimbingan dan Konseling
sebagai berikut:
a. menyusun kurikulum bimbingan dan konseling;
b. menyusun silabus bimbingan dan konseling;
c. menyusun satuan layanan bimbingan dan konseling;
d. melaksanakan bimbingan dan konseling per semester;
e. menyusun alat ukurllembar kerja program bimbingan
dan konseling;
f. mengevaluasi proses dan hasil bimbingan dan
konseling;
g. menganalisis hasil bimbingan dan konseling;
h. melaksanakan pembelajaran, perbaikan, tindak lanjut
bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan hasil
evaluasi;
i. menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap
proses dan hasil belajar tingkat sekolah dan nasional;
j. membimbing guru pemula dalam program induksi;
k. membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler
proses pembelajaran;
l. melaksanakan pengembangan diri;
m. melaksanakan publikasi ilmiah; dan
n. membuat karya inovatif.

4. Tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan dengan


fungsi sekolah/Madrasah sebagai:
a. kepala sekolah/madrasah;
b. wakil kepala sekolah/madrasah;
c. ketua program keahlian atau yang sejenisnya;
d. kepala perpustakaan sekolah/ madrasah;
e. kepala laboratorium, bengkel, unit produksi, atau yang
sejenisnya pada sekolah/madrasah; dan

19
f. pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang
menyelenggarakan
g. pendidikan inklusi.

D. Tugas Guru
Jenis tugas guru sebagaimana yang tercantum dalam Per-
aturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52.
1. Merencanakan Pembelajaran
Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pem-
belajaran (RPP) pada awal tahun atau awal semester, sesuai
dengan rencana kerja sekolah/madrasah.
2. Melaksanakan Pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran merupakan kegiatan
interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru.
Kegiatan tersebut merupakan kegiatan tatap muka sebagai-
mana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2008 tentang guru. Penjelasan kegiatan tatap muka
adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan tatap muka atau pembelajaran terdiri dari
kegiatan penyampaian materi pelajaran, membimbing
dan melatih peserta didik terkait dengan materi
pelajaran, dan menilai hasil belajar yang terintegrasi
dengan pembelajaran dalam kegiatan tatap muka.
b. Menilai hasil belajar yang terintegrasi dalam proses
pelaksanaan pembelajaran tatap muka antara lain
berupa penilaian akhir pertemuan atau penilaian
akhir tiap pokok bahasan merupakan bagian dari
kegiatan tatap muka.
c. Kegiatan tatap muka dapat dilakukan secara langsung
atau termediasi dengan menggunakan media antara
lain video, modul mandiri, kegiatan observasi/
eksplorasi.

20
d. Kegiatan tatap muka dapat dilaksanakan antara lain di
ruang teori/kelas, laboratorium, studio, bengkel atau
di luar ruangan.
e. Waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran atau tatap
muka sesuai dengan durasi waktu yang tercantum
dalam struktur kurikulum sekolah/madrasah.
f. Sebelum pelaksanaan kegiatan tatap muka, guru
diharapkan melakukan persiapan, antara lain penge-
cekan dan/atau penyiapan fisik kelas/ruangan, bahan
pelajaran, modul, media, dan perangkat administrasi.

3. Menilai Hasil Pembelajaran


a. Penilaian dengan tes
1) Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam
bentuk ulangan harian, tengah semester, dan
ujian akhir semester. Tes ini dilaksanakan sesuai
dengan kalender pendidikan atau jadwal yang
telah ditentukan.
2) Tes tertulis dan lisan dilakukan di dalam kelas.
3) Pengolahan hasil tes dilakukan di luar jadwal
pelaksanaan tes.
b. Penilaian nontes berupa pengamatan dan pengukuran
sikap
1) Pengamatan dan pengukuran sikap sebagai
bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan,
dilaksanakan oleh guru dengan tujuan untuk
melihat hasil pendidikan yang tidak dapat diukur
dengan tes tertulis atau lisan.
2) Pengamatan dan pengukuran sikap dapat di-
lakukan di dalam kelas menyatu dengan proses
tatap muka, dan atau di luar kelas.
3) Pengamatan dan pengukuran sikap yang dilak-
sanakan di luar kelas merupakan kegiatan di luar
jadwal tatap muka.

21
c. Penilaian nontes berupa penilaian hasil karya
1) Penilaian hasil karya peserta didik dalam bentuk
tugas, proyek fisik atau produk jasa, portofolio,
atau bentuk lain dilakukan di luar jadwal tatap
muka.
2) Adakalanya dalam penilaian ini, guru harus
menghadirkan peserta didik agar untuk meng-
hindari kesalahan pemahaman dari guru, jika
informasi dari peserta didik belum sempurna.
3) Membimbing dan melatih peserta didik. Mem-
bimbing dan melatih peserta didik dibedakan
menjadi tiga kategori yaitu:
a) Bimbingan dan latihan pada proses tatap
muka
Bimbingan dan latihan pada kegiatan pem-
belajaran adalah bimbingan dan latihan yang
dilakukan agar peserta didik dapat mencapai
kompetensi yang telah ditetapkan.
b) Bimbingan dan latihan pada kegiatan intra-
kurikuler
Bimbingan dalam kegiatan intrakurikuler
terdiri dari pembelajaran perbaikan (remedial
teaching) dan pengayaan (enrichment) pada
mata pelajaran. Kegiatan pembelajaran per-
baikan merupakan kegiatan bimbingan dan
latihan kepada peserta didik yang belum
menguasai kompetensi yang harus dicapai.
Kegiatan pengayaan merupakan kegiatan bim-
bingan dan latihan kepada peserta didik yang
telah menguasai kompetensi yang ditentukan
lebih cepat dari alokasi waktu yang ditetapkan
dengan tujuan untuk memperluas atau mem-
perkaya perbendaharaan kompetensi.

22
Bimbingan dan latihan intrakurikuler dilaku-
kan dalam kelas pada jadwal khusus, disesuai-
kan dengan kebutuhan, tidak harus dilaksana-
kan dengan jadwal tetap setiap minggu.
c) Bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstra-
kurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler bersifat pilihan dan
wajib diikuti peserta didik. Kegiatan ekstra-
kurikuler dilakukan sesuai jadwal yang telah
ditentukan. Jenis kegiatan ekstrakurikuler
antara lain adalah: Pramuka, Olimpiade/
Lomba Kompetensi Siswa, Olahraga, Kese-
nian, Karya Ilmiah Remaja, Kerohanian,
Paskibra, Pecinta Alam, Palang Merah Remaja
(PMR), Jurnalistik, Unit Kesehatan Sekolah
(UKS), dan Fotografi.

4. Melaksanakan Tugas Tambahan


Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru Pasal 24 ayat (7) menyatakan bahwa guru dapat diberi
tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, wakil
kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian satuan
pendidikan, pengawas satuan pendidikan, kepala perpus-
takaan, kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi.
Selanjutnya, sesuai dengan isi Pasal 52 ayat (1) huruf e, guru
dapat diberi tugas tambahan yang melekat pada tugas
pokok misalnya menjadi pembina pramuka, pembimbing
kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.

Selanjutnya, peran guru yang beragam telah diidentifikasi


dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta
Yelon dan Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut
adalah sebagai berikut:

23
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan
dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya.
Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas
tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri
dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) ber-
kaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkem-
bangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman
lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas
dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas
tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keteram-
pilan dasar, persiapan untuk perkawinan dan hidup
berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat
personal dan spiritual.
2. Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing
dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan
peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat
kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam ber-
komunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka
melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan
baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas
bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan
masalah.
3. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode
pembelajaran. Selain itu, guru juga dituntut untuk selalu
menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya tidak
ketinggalan zaman.
4. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta
didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru.

24
Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap
bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi
ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang
dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta
orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh guru: sikap dasar, bicara dan gaya bicara,
kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan kesalahan,
pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku
neurotis, selera, keputusan, kesehatan, gaya hidup secara
umum. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan
antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada
dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang
bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan
berusaha untuk tidak mengulanginya.
5. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik
juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan
khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak
dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik
senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat
keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya.
Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang keper-
cayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus
memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan
mental.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi
di atas, kerjakan latihan berikut ini!
1. Jelaskan pengertian guru sebagai jabatan fungsional!
2. Jelaskan empat kegiatan yang dapat menunjang jabatan
fungsional!

25
3. Jelaskan pengertian guru kelas, guru mata pelajaran dan
guru bimbingan konseling!
4. Jelaskan tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran!
5. Jelaskan apa saja tugas tambahan profesi guru!

Petunjuk Jawaban latihan


1. Lihatlah pada teks yang membahas profesi guru sebagai
jabatan fungsional secara mendalam. Anda dapat membuat
kesimpulan dari pengertian tersebut.
2. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas empat
kegiatan yang dapat menunjang jabatan fungsional.
3. Anda dapat menjelaskan dengan mengingat kembali
tentang pembahasan guru kelas, guru mata pelajaran dan
guru bimbingan konseling.
4. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas tugas
guru dalam melaksanakan pembelajaran.
5. Lihatlah kembali teks yang membahas tugas tambahan
profesi guru.

RANGKUMAN
Permen PAN dan RB No. 16 Tahun 2009, Jabatan fung-
sional guru adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang
lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaku-
kan kegiatan mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pen-
didikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah sesuai dengan peraturan per-
undang-undangan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.
Jenjang Jabatan Fungsional Guru dari yang terendah sampai
dengan yang tertinggi, yaitu: (1) Guru Pertama; (2) Guru Muda;
(3) Guru Madya; dan (4) Guru Utama.
Tiga jenis guru terdiri dari guru kelas, guru mata pelajaran,
dan guru bimbingan konseling. Guru kelas adalah guru yang
mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara

26
penuh dalam proses pembelajaran seluruh mata pelajaran di
kelas tertentu di TK/RA/TKLB dan SD/MI/SDLB dan satuan
pendidikan formal yang sederajat, kecuali guru mata pelajaran
pendidikan jasmani dan kesehatan serta guru agama. Guru mata
pelajaran adalah guru yang mempunyai tugas tanggung jawab,
wewenang, dan hak secara penuh dalam proses pembelajaran
pada 1 (satu) mata pelajaran tertentu pada satuan pendidikan
formal dijenjang pendidikan dan pendidikan menengah. Guru
Bimbingan dan konseling/konselor adalah guru yang
mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara
penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap
sejumlah peserta didik satuan pendidikan formal pada jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

27
28
KEGIATAN BELAJAR 3

PERSYARATAN MENJADI GURU

A. Syarat-syarat Menjadi Guru


Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
pasal 42 ayat 1 bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi
minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan
mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Seorang guru
yang mengajar pada jenjang pendidikan formal harus pula
memiliki kompetensi. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 47
tahun 2008 Kualifikasi Akademik adalah ijazah jenjang pen-
didikan akademik yang harus dimiliki oleh Guru sesuai dengan
jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat
penugasan.
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 menyebutkan
Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Berikut ini
penjelasan syarat khusus yang harus dimiliki guru.
1. Kualifikasi akademik S1-Sarjana Pendidikan
Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi
program sarjana atau program diploma empat.
2. Memiliki empat kompetensi guru
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kom-
petensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
3. Sertifikat pendidikan
Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan
yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.

29
B. Karakter Profesi Guru Menurut Islam
Secara umum syarat profesionalisme guru sebagai
pendidik dalam Islam adalah:
1. Sehat Jasmani dan Rohani
Kesehatan jasmani kerap menjadi syarat bagi mereka
yang akan melamar menjadi guru. Jika guru mengidap
penyakit menular, maka akan membahayakan kesehatan
anak didiknya. Disamping itu, tentu saja guru yang ber-
penyakitan tidak akan bergairah dalam mengajar. Dengan
demikian, kesehatan badan setidaknya akan sangat mem-
pengaruhi semangat dalam bekerja (mengajar). Disamping
kesehatan jasmani, seorang guru harus sehat rohaninya.
Guru yang memiliki rohani yang sehat tentu akan dapat
berpikir secara logis dan rasional. Sebaliknya jika rohani
tidak sehat, peluang untuk menderita stres akan terbuka
lebar. Hal ini disebabkan permasalahan dengan masalah
anak-anak yang sukar diatur, masalah pribadi, hubungan
dengan masyarakat atau kesiapan menerima honor yang
diterima.
2. Takwa kepada Allah SWT
Seorang guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan
Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertawa
kepada Allah SWT, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-
Nya. Takwa adalah iman kepada Allah yang menumbuhkan
karakter rendah hati, optimistik, dan termotivasi akan
profesi sebagai guru. Bertakwa kepada kepada Allah dapat
menumbuhkan motivasi positif dan berkreativitas tinggi.
Sebab itu, guru adalah teladan bagi anak didiknya sebagai-
mana Rasulullah SAW. Guru dapat menjadi teladan bagi
anak didiknya.
3. Berilmu Pengetahuan Yang Luas
Guru harus memiliki pengetahuan yang luas dan
komprehensif. Hal ini menunjang dalam proses pembela-
jaran yang dilakukan guru dengan anak didiknya. Guru

30
secara kualifikasi dapat dinyatakan memiliki kompetensi
melalui ijazah. Namun, ijazah bukan semata-mata secarik
kertas, tetapi suatu bukti, bahwa pemiliknya telah mem-
punyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang
diperlukannya untuk suatu jabatan. Sangatlah penting arti
ilmu bagi manusia, namun yang paling penting adalah sosok
guru sebagai pembawa ilmu pengetahuan yang disam-
paikan kepada anak didiknya. Karena itu Allah senang
kepada orang yang suka mencari ilmu.
4. Berlaku Adil
Secara harfiah, adil berarti lurus dan tegak, bergerak
dari posisi yang salah menuju posisi yang diinginkan. Adil
juga berarti seimbang (balance). Sedangkan adil dalam Islam
memiliki suatu basis hilaiah, berakal dalam moralitas,
sehingga prinsip pertama adil adalah persamaan manusia
dihadapan Tuhan serta dalam kehidupan sosial.
5. Berwibawa
Kewibawaan berarti hak memerintah dan kekuasaan
untuk membuat kita patuh dan ditaati. Ada juga orang
mengartikan kewibawaan dengan sikap dan penampilan
yang dapat menimbulkan rasa segan dan rasa hormat.
Sehingga dengan kewibawaan seperti itu, anak didik merasa
memperoleh pengayoman dan perlindungan.
6. Ikhlas
Ikhlas artinya bersih, murni dan tidak bercampur
dengan yang lain. Sedangkan ikhlas menurut istilah adalah
ketulusan hati dalam melaksanakan suatu amal yang baik,
yang semata-mata karena Allah SWT. Seorang guru yang
ikhlas bukan berarti tidak menerima upah setelah menyam-
paikan apa yang diketahui kepada orang lain.
7. Mempunyai Tujuan Yang Rabbani
Hendaknya guru mempunyai tujuan yang rabbani,
dimana segala sesuatu bersandar kepada Allah dan selalu
menaati-Nya, mengabdi kepada-Nya, mengikuti syariat-

31
Nya dan mengenal sifat-sifat-Nya. Allah berfirman dalam
Al-Quran surah Ali-Imran ayat 79 Rabbani ialah orang yang
sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah SWT., jika guru
telah mempunya sifat Rabbani, maka dalam segala kegiatan
pendidikan anak didiknya akan menjadi Rabbani juga, yaitu
orang yang hatinya selalu bergetar ketika disebut nama
Allah Swt dan merasakan keagungan-Nya pada rentetan
peristiwa sejarah kehidupan melintas dihadapannya.
8. Mampu Merencanakan Dan Evaluasi Pendidikan
Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang
memerlukan pemikiran, imajinasi dan kesanggupan melihat
ke depan. Dengan demikian, seorang guru harus mampu
merencanakan proses belajar mengajar dengan baik. Guru
yang dapat membuat perencanaan adalah sama pentingnya
dengan orang yang melaksanakan rencana tersebut.
Selanjutnya, evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau pro-
ses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat diketahui
mutu atau hasil-hasilnya. Evaluasi adalah suatu proses
penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan dan perkem-
bangan anak didik untuk tujuan pendidikan.
9. Menguasai Bidang Yang Ditekuni
Guru harus cakap mengajarkan ilmunya, karena
seorang guru hidup dengan ilmunya, guru tanpa ilmu yang
dikuasainya bukanlah guru lagi. Oleh karena itu, kewajiban
guru adalah selalu menekuni dan menambah ilmunya lagi.
Yang dimaksud menguasai bidang yang ditekuni adalah
seorang guru yang ahli dalam mata pelajaran tertentu. Tidak
menutup kemungkinan seorang guru mamppu mengajar
anak didiknya sampai dua mata pelajaran, yang penting
profesional dan menguasai, yang tidak termasuk profesional
adalah seoranhg guru yang mengajar mata pelajaran
tertentu hanya karena pelajaran lainnya sudah penuh oleh
guru yang lain, sehingga dia terpaksa memegang pelajaran
tersebut.

32
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi
di atas, kerjakan latihan berikut ini!
1. Jelaskan syarat menjadi profesi guru!
2. Jelaskan mengapa guru memiliki kualifikasi akademik
sarjana pendidikan!
3. Jelaskan mengapa guru harus memiliki pengetahuan dan
wawasan yang luas!
4. Jelaskan mengapa guru perlu memiliki karakter ikhlas!
5. Jelaskan mengapa guru harus memiliki kesehatan jasmani
dan rohani!

Petunjuk Jawaban latihan


1. Lihatlah pada teks yang membahas syarat menjadi profesi
guru secara mendalam.
2. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas guru
memiliki kualifikasi akademik sarjana pendidikan.
3. Anda dapat menjelaskan dengan mengingat kembali teks
yang membahas guru harus memiliki pengetahuan dan
wawasan yang luas.
4. Anda dapat melihat kembali teks yang membahas guru
perlu memiliki karakter ikhlas.
5. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas tentang
guru harus memiliki kesehatan jasmani dan rohani.

RANGKUMAN
Undang-Undang No. 14 tahun 2005 menyebutkan Guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Syarat profesio-
nalisme guru sebagai pendidik dalam Islam adalah Sehat Jasmani
dan Rohani, Takwa kepada Allah SWT, Berilmu Pengetahuan
Yang Luas, Berlaku Adil, Berwibawa, Ikhlas, Mempunyai Tujuan

33
Yang Rabbani, Mampu Merencanakan Dan Evaluasi Pendidikan,
dan Menguasai Bidang Yang Ditekuni.

34
BAB III
ORGANISASI PROFESI GURU

PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Lebih lanjut mengenai organisasi profesi keguruan
dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen dalam pasal 41 dijelaskan bahwa guru mem-
bentuk organisasi profesi yang bersifat independent dan ber-
fungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi,
karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejah-
teraan dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam pasal ini
dijelaskan juga bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi
profesi.
Pada bab 3 diuraikan organisasi profesi guru. Secara
umum tujuan pembelajaran pada bab 3 untuk memberikan
pemahaman kepada mahasiswa untuk memahami organisasi
profesi guru. Secara khusus setelah mempelajari bab 3 maha-
siswa diharapkan dapat menjelaskan:
1. Organisasi profesi guru
2. Tujuan organisasi profesi guru
3. Kewenangan organisasi profesi guru

35
PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah uraian dan contoh dengan cermat berulang-ulang
sehingga Anda benar-benar memahami dan menguasai
materi paparan.
2. Kerjakan latihan yang tersedia secara mandiri. Jika dalam
kasus tertentu Anda mengalami kesulitan menjawab, maka
lihatlah rambu-rambu jawaban latihan. Jika langkah tersebut
belum berhasil menjawab, maka mintalah bantuan tutor
Anda atau orang lain yang lebih tahu.

36
KEGIATAN BELAJAR 4

ORGANISASI PROFESI GURU

A. Organisasi Profesi Guru


Suatu profesi bila ingin berkembang dan maju memer-
lukan organisasi yang sehat. Organisasi dapat membantu untuk
melindungi seluruh anggotanya. Jika organisasi pendidikan
seberapa banyak ciri-ciri suatu profesi sudah ada dalam
pekerjaan sebagai pendidik. Sesuai dengan hakikat profesi dan
ciri-cirinya, dapatlah diterima bahwa jabatan kependidikan/
keguruan merupakan suatu profesi. Pekerjaan sebagai guru
muncul dari kepercayaan masyarakat dan mengabdikan diri
kepada masyarakat. Pekerjaan itu menuntut keterampilan ter-
tentu yang dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan
yang relatif lama, serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang
dapat dipertanggungjawabkan. Seperti FKIP diberbagai Univer-
sitas dan sekolah tinggi serta LPTK lainnya. Profesi keguruan
didukung oleh suatu disiplin ilmu, yaitu keguruan dan ilmu
pendidikan. Profesi ini juga memiliki kode etik dan organisasi
profesinya. Dari pekerjaan ini seorang guru memperoleh imbalan
finansial dari masyarakat sebagai konsekuensi dari layanan yang
diberikannya.
Jabatan profesi harus mempunyai wadah untuk menya-
tukan gerak langkah dan mengendalikan keseluruhan profesi,
yakni organisasi profesi. Bagi guru-guru di Negara kita, wadah
ini telah ada yakni Persatuan Guru Republik Indonesia yang
lebih dikenal dengan singkatan PGRI. PGRI didirikan di
Surakarta pada tanggal 25 November 1945, sebagai perwujudan
aspirasi guru Indonesia dalam mewujudkan cita-cita perjuangan
bangsa (Hermawan S., 1989). Salah satu tujuan PGRI adalah
mempertinggi kesadaran, sikap, mutu dan kegiatan profesi guru
serta meningkatkan kesejahteraan mereka (Basuni, 1986).

37
Selanjutnya, 4 misi utama PGRI, yakni: Misi politis/ideologi,
Misi persatuan organisatoris, Misi profesi, dan Misi kesajah-
teraan.
Dalam praktiknya, misi politis/ ideologis, dan misi per-
satuan/organisasi, lebih menonjol relasinya dalam program-
program PGRI. Ini dapat dibuktikan dengan telaah adanya
wakil-wakil PGRI dalam badan legislatif seperti DPR dan MPR.
Peranan yang lebih menonjol ini dapat kita pahami sesuai
dengan tahap perkembangan dan pembangunan bangsa dalam
era orde baru ini.

1. Fungsi Organisasi Profesi


Organisasi profesi kependidikan selain sebagai ciri suatu
profesi kependidikan, sekaligus juga memiliki fungsi tersendiri
yang bermanfaat bagi anggotanya. Organisasi profesi
kependidikan, Organisasi profesi kependidikan selain sebagai
ciri suatu profesi kependidikan berfungsi sebagai pemersatu
seluruh anggota profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas
keprofesiannya, dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan
profesional profesi ini. Kedua fungsi tersebut dapat diuraikan
berikut ini.
a. Fungsi Pemersatu
Kelahiran susatu organisasi profesi tidak terlepas dari
motif yang mendasarinya, yaitu dorongan yang
menggerakan para profesionilnya untuk membentuk suatu
organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu bervariasi, ada
yang bersifat sosial, politik, ekonomi, kultural, dan falsafah
tentang system nilai.Namun umumnya dilator belakangi
oleh dua motif, yaitu motif instrinsik dan ekstrinsik. Secara
instrinsik , para profesional terdorong oleh keinginannya
mendapat kehidupan yang layak, sesuai dengan profesi
yang diembannya, bahkan mungkin mereka terdorong oleh
semangat menunaikan tugasnya sebaik dan seikhlasnya
mungkin. Secara ekstrinsik mereka terdorong oleh tuntutan

38
masyarakat pengguna jasa suatu profesi yang semakin hari
semakin kompleks.
Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan
bagi pengemban susatu profesi, yang secara teoritis sangat
sulit dihadapi dan diselesaikan secara individual. Kesadaran
atas realitas ini menyebabkan para profesional membentuk
organisasi profesi. Demikian pula organisasi profesi kepen-
didikan, merupakan organisasi profesi sebagai wadah
pemersatu pelbagai potensi profesi kependidikan dalam
menghadapi kompleksitas tantangan dan harapan
masyarakat pengguna-pengguna jasa kependidikan.
Dengan mempersatukan potensi tersebut diharapkan
organisasi profesi kependidikan memiliki kewibawaan dan
kekuatan dalam menentukan kebijakan dan melakukan
tindakan bersama, yaitu upaya untuk melindungi dan
memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi
kependidikan itu sendiri dan kepentingan masyarakat
pengguna jasa profesi ini.

b. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional


Fungsi kedua dari organisasi profesi adalah mening-
katkan kemampuan profesional para pengemban profesi
kependidikan. Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP No.
38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi:
Tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan
profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan mengem-
bangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional,
martabat, dan kesejahtraan tenaga kependidikan.
PP tersebut menunjukan adanya legalitas formal yang
secara tersirat mewajibkan para anggota profesi ke-
pendidikan untuk selalu meningkatkan kemampuan
prfesionalnya melalui organisai atau ikatan profesi
kependidikan. Bahkan dalam UUSPN Tahun 1989, Pasal 31;
ayat 4 dinyatakan bahwa: “Tenaga kependidikan

39
berkewajiban untuk berusaha mengembangkan profe-
sionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta membangun bangsa”.
Kemampuan yang dimaksud dalam konteks ini
adalah apa yang disebut dengan istilah kompentensi, yang
oleh Syamsuddin (1999) dijelaskan bahwa kompentensi
merupakan kecakapan atau kemampuan atau kecakapan
untuk mengerjakan pekerjaan kependidikan disebut dengan
guru yang kompeten.
Peningkatan kemampuan profesional tenaga kepen-
didikan berdasarkan Kurikulum 1994 dapat dilakukan
melalui dua program, yaitu program terstruktur dan tidak
terstruktur. Program terstruktur adalah program yang
dibuat dan dilaksanakan sedemikian rupa, mempunyai
bahan dan produk kegiatan belajar yang dapat
diakreditasikan secara akademik dalam jumlah SKS tertentu.
Dengan demikian, Pada akhir program para peserta akan
memperoleh sejumlah SKS yang pada gilirannya dapat
disertakan dengan kualifikasi tertentu tenaga kependidikan.
Program tidak terstruktur adalah program pembinaan dan
pengembangan tenaga kependidikan yang dibuka
berdasarkan kebutuhan tertentu sesuai dengan tuntunan
waktu dan lingkungan yang ada. Terlingkup dalam
program tidak terstruktur ini adalah:
a. Penataran tingkat nasional dan wilayah;
b. Supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas atau
pejabat yang terkait seperti kepala sekolah, kepala
bidang, Kakandep;
c. Pembinaan dan pengembangan sejawat, yaitu dengan
sesame tenaga kependidikan sejenis melalui forum
komunikasi, seperi MGI.
d. Pembinaan dan pengembangan individual, yaitu upaya
atas inisiatif sendiri dengan partisifasi dalam seminar,
lokakarya, dan yang lain nya.

40
Menurut Jonhson (Syamsuddin, 1999), kompetensi
kependidikan dibangun oleh enam perangkat kompetensi
berikut ini:
a. Performace Component, yaitu unsur kemampuan
penampilan kinerja yang sesuai dengan profesi
kependidikan
b. Subjek Compenent, yaitu unsur kemampuan penguasaan
bahan/subtansi pengetahuan yang relevan.
c. Profesional Component, yaiu unsur kemampuan
penguasaan subtansi pengetahuan dan keterampilan
teknis profesi kependidikan.
d. Process Component, yaitu unsur kemampuan pengua-
saan proses-proses mental mencakup berfikir logis
dalam pemecahan masalah.
e. Adjustement Component, yaitu unsur kemampuan
penyerasiaan dan penyesuaian diri berdasarkan
karateristik pribadi pendidik.
f. Attitudes Component, yaitu unsur komponen sikap, nilai,
kepribadian pendidik/guru.

B. Tujuan Organisasi Profesi


Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi
kesadaran sikap, mutu dan kegiatan profesi guru serta mening-
katkan kesejahtraan guru. Sebagaimana dijelaskan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 pasal 61, ada lima
misi dan tujuan organisasi profesi kependidikan, yatu: Mening-
katkan dan/atau mengembangkan (1) karier, (2) kemampuan, (3)
kewenangan profesional, (4) martabat, dan (5) kesejahteraan
seluruh tenaga kependidikan. Sedangkan visinya secara umum
ialah terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional.
1. Meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota,
merupakan upaya dalam mengembangkan karier anggota
sesuai dengan bidang pekerjaan yang diembannya. Karier
yang dimaksud adalah perwujudan diri seorang pengemban

41
profesi secara bermakna, baik bagi dirinya maupun bagi
orang lain (Lingkungan nya) melalui serangkaian aktivitas.
Organisasi profesi berperan sebagai fasilitator dan motivator
terjadinya peningkatan karier setiap anggota. Adalah
kewajiban organisasi profesi kependidikan untuk mampu
mempasilitasi dan memotivasi anggotanya memcapai karier
yang diharapkan sesuai dengan tugas yang di embannya
2. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan
anggota, merupakan upaya terwujudnya kompentensi ke-
pendidikan yang handal. Dengan kekuatan dan kewibawa-
an organisasi, para pengemban profesi akan memiliki
kekuatan moral untuk senantiasa meningkatkan kemam-
puannya.
3. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kewenangan
profesional anggota, merupakan upaya para profesional
untuk menempatkan anggota suatu profesi sesuai dengan
kemampuannya. Organisasi profesi kependidikan bertujuan
untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
kepada anggotanya melelui pendidikan atau latihan
terprogram.
4. Meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat
anggota, merupakan upaya organisasi profesi kependidikan
agar anggotanya terhidar dari perlakuan tidak manusiawi
dari pihak lain dan tidak melakukan praktik melecehkan
nilai-nilai kemanusiaan. Dengan memasuki organisasi
profesi kependidikan anggota sekaligus terlindung dari
perlakuan masyarakat yang tidak mengindahkan martabat
kemanusiaan dan berupaya memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan standard etis yang disepakati,
5. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kesejahteraan,
merupakan upaya organisasi profesi pendidikan untuk
meningkatkan kesejahtraan lahir batin anggotanya. Dalam
teori maslow, kesejahtraan ini mungkin menempati urutan
pertama beruba kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi.

42
Banyak kiprah organisasi profesi kependidikan dalam
meningkatkan kesejahtraan anggota. Aspirasi anggota
melalui organisasi terhadap pemerintah akan lebih mengin-
dahkan dibandingkan individu.
Guru membentuk organisasi profesi yang bersifat inde-
penden. guru wajib menjadi anggota organisasi profesi.
Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan peraturan per-
undang-undangan. Pemerintah dan/atau pemerintah
daerah dapat memfasilitasi organisasi profesi guru dalam
pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru.

C. Kewenangan Organisasi Profesi


Organisasi profesi berfungsi untuk memajukan profesi,
meningkatkan kompetensi, Karier, Wawasan kependidikan,
Perlindungan profesi, Kesejehteraan, dan Pengabdian kepada
masyarakat.
1. Fungsi Organisasi profesi Kependidikan
a. Sebagai Pemersatu
Menyatukan dan mengendalikan gerak dan langkah
dalam pembinaan dan upaya peningkatan kapasitas
dari anggota agar memiliki kekuatan dalam men-
jalankan tugas profesional.
b. Peningkatan Kemampuan Profesional yaitu:
1) Performace Component
2) Subject component
3) Profesional component
4) Process component
5) Adjusment component
6) Attitudes component
2. Kewenangan Organisasi
Organisasi profesi guru mempunyai kewenangan:
a. Menetapkan dan menegakan kode etik guru;
b. Memberikan bantuan hukum kepada guru;

43
c. Memberikan perlindungan profesi guru;
d. Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi
guru; dan
e. Memajukan pendidikan nasional.
3. Dewan kehormatan guru
Dewan kehormatan guru dibentuk oleh organisasi profesi
guru.
a. Keanggotaan serta mekanisme kerja dewan kehormatan
guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
anggaran dasar organisasi profesi guru.
b. Dewan kehormatan guru sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibentuk untuk mengawasi pelaksanaan kode
etik guru dan memberikan rekomendasi pemberian
sanksi atas pelanggaran kode etik oleh guru.
c. Rekomendasi dewan kehormatan profesi guru sebagai-
mana dimaksud pada ayat (3) harus objektif, tidak
diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran
dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-
undangan.
d. Organisasi profesi guru wajib melaksanakan reko-
mendasi dewan kehormatan guru sebagaimana di-
maksud pada ayat (3)

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi
di atas, kerjakan latihan berikut ini!
1. Jelaskan mengapa penting adanya organisasi profesi guru!
2. Jelaskan alasan berdirinya PGRI!
3. Jelaskan fungsi organisasi profesi guru!
4. Jelaskan tujuan organisasi profesi guru!
5. Jelaskan kewenangan organisasi profesi guru!

44
Petunjuk Jawaban latihan
1. Lihatlah pada teks yang membahas tentang adanya organi-
sasi profesi guru secara mendalam.
2. Anda dapat membaca kembali teks kapan berdirinya PGRI.
3. Anda dapat menjelaskan dengan mengingat kembali ten-
tang pembahasan fungsi organisasi profesi guru
4. Anda dapat mengingat kembali teks yang membahas tujuan
organisasi profesi guru.
5. Lihatlah kembali teks yang membahas kewenangan organi-
sasi profesi guru.

RANGKUMAN
Guru membentuk organisasi profesi yang bersifat inde-
pendent dan berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan
kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan pro-
fesi, kesejahteraan dan pengabdian kepada. Organisasi profesi
kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi kependidikan ber-
fungsi sebagai pemersatu seluruh anggota profesi dalam kiprah-
nya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi
peningkatan kemampuan profesional profesi ini. Selanjutnya
lima misi dan tujuan organisasi profesi kependidikan, yatu:
Meningkatkan dan/ atau mengembangkan (1) karier, (2) kemam-
puan, (3) kewenangan profesional, (4) martabat, dan (5) kesejah-
teraan seluruh tenaga kependidikan.

45
46
BAB IV
KODE ETIK GURU

PENDAHULUAN
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudaya-
kan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan amat
strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan
guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Dalam hal
ini, guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara
langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengem-
bangkan peserta didik, guru dituntut memiliki kemampuan
dasar yang diperlukan sebagai pendidik. Guru merupakan faktor
yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan
formal pada umumnya karena bagi siswa guru merupakan figur
yang dijadikan teladan, tokoh identifikasi diri, bahkan apa yang
dikatakan oleh guru masuk kedalam hatinya melebihi apa yang
dikatakan oleh orang tuanya.
Di sekolah, guru merupakan unsur yang sangat mem-
pengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur peserta
didik dan fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaran pendi-
dikan sangat ditentukan kesiapan guru dalam menyiapkan
peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Secara
umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolak ukur bagi
keberhasilan kinerja yang ditunjukan guru. Meskipun banyak
dilema, faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru dipan-
dang perlu untuk dipelajari, ditelaah dan dikaji secara mendalam
agar dapat memberikan gambaran yang jelas faktor yang lebih
berperan dan urgen yang mempengaruhi kinerja guru
(Suherman & Saondi, 2010)

47
Kode etik bagi suatu organisasai sangat penting dan men-
dasar, sebab kode etik merupakan landasan moral dan pedoman
tingkah laku yang dijunjung tinggi oleh setiap anggotanya.
Dalam menunaikan tugasnya sebagai seorang guru, kode etik
merupakan salah satu elemen penting yang mampu menopang
kinerja guru sehingga terjadi transformasi diri yang optimal
menuju pribadi yang profesional. Guru merupakan salah satu
pekerjaan profesi, sebagaimana halnya seperti kerja-kerja yang
lain dalam masyarakat seperti Akuntan, Dokter, Psikolog, dan
masih banyak lainnya. Sebagai sebuah kerja keguruan, maka ia
harus tunduk kepada syarat dan aturan yang dikenakan dalam
profesi yang lain seperti kode etik, kode etik adalah kumpulan
asas atau nilai moral yang telah disepakati oleh para ahli-ahli
yang mengamalkan profesi tertentu seperti akuntan, dokter,
konseling dan sebagainya.
Pada bab 4 diuraikan kode etik guru. Secara umum tujuan
pembelajaran pada bab 4 untuk memberikan pemahaman
kepada mahasiswa untuk memahami kode etik profesi guru.
Secara khusus setelah mempelajari bab 4 mahasiswa diharapkan
dapat menjelaskan:
1. Pengertian kode etik guru;
2. Fungsi kode etik guru;
3. Implikasi kode etik guru dan
4. Deskripsi kode etik guru dalam masyarakat.

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah uraian dan contoh dengan cermat berulang-ulang
sehingga Anda benar-benar memahami dan menguasai
materi paparan.
2. Kerjakan latihan yang tersedia secara mandiri. Jika dalam
kasus tertentu Anda mengalami kesulitan menjawab, maka
lihatlah rambu-rambu jawaban latihan. Jika langkah tersebut
belum berhasil menjawab, maka mintalah bantuan tutor
Anda atau orang lain yang lebih tahu.

48
KEGIATAN BELAJAR 5

KODE ETIK GURU

A. Kode Etik Guru


Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan
martabat guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,
organisasi profesi guru membentuk kode etik. Kode etik sebagai-
mana dimaksud pada ayat (1) berisi norma dan etika yang meng-
ikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.
Kode etik adalah kumpulan peraturan atau norma-norma atau
perbuatan. Kode etik dapat diartikan sekumpulan peraturan atau
norma kesusilaan bagi perbuatan tingkah laku. Kode etik profesi
keguruan adalah kumpulan peraturan atau norma kesusilaan
bagi para guru sebagai pedoman bersikap, berbuat atau ber-
tindak dalam praktik keguruannya.
Kode etik adalah sistem norma, nilai, dan aturan profe-
sional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan
baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, per-
buatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.

B. Fungsi Kode Etik Guru


Secara umum dapat dirinci bahwa kode etik guru
berfungsi:
1. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam
melaksanakan tugasnya, sehingga terhindar dari penyim-
pangan profesi.
2. Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan per-
tentangan internal.
3. Agar guru mampu meningkatkan kualitas pelayanan
sehingga jasa profesi guru diakui dan digunakan oleh

49
masyarakat sebagai profesi membantu dalam memecahkan
masalah dan pengembangan diri.
4. Agar guru bertanggungjawab atas profesinya.
5. Agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain
dan pemerintah.

C. Implikasi Kode Etik Guru


Dalam menerapkan kode etik guru di masyarakat perlu
diperhatikan karateristik masyarakat, yaitu masyarakat global ini
dengan syarat dengan pemikiran kritis, amat peduli terhadap
hak asasi manusia dan banyak menuntut perlakuan demokratis.
Pentingnya penerapan kode etik guru di masyarakat didasarkan
pada tiga alasan:
1. Karena masyarakat merupakan tempat melaksanakan tugas
keprofesian seorang guru.
2. Karena masyarakat menjadi sumber belajar dan mendidik
diri seorang guru. Ia bisa memberikan berbagai hal yang
bermanfaat bagi masyarakat dan dapat menempa diri untuk
lebih profesional dengan berbagai pengalaman yang
ditemuianya dan dengan pemanfaatan sumber-sumber yang
ada di masyarakat.
3. Karena masyarakat sebagai konsumen dan pengguna jasa
pendidikan.

Penerapan kode etik dalam keluarga sedikitnya memiliki


empat fungsi, yaitu sebagai pedoman bagi guru dalam:
1. Membentuk anggota keluarga menjadi manusia seutuhnya
yang berjiwa Pancasila.
2. Menanamkan kejujuran pada anggota keluarganya.
3. Menumpuk semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan
anggota keluarganya.
4. Mendorong partisipasi anggota keluarga dalam menyuk-
seskan jalannya pendidikan.

50
Penerapan kode etik guru dalam menunaikan tugasnya,
keluarga atau masyarakat berkaitan dengan pengembangan
manusia seutuhnya.Dalam hal ini guru perlu mempertimbang-
kan tiga dimesi keutuhan, yaitu dimensi jasmani-rohani, dimensi
sosial-individual, dan dimensi keselarasan perkembangan
potensi yang berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

D. Deskripsi Kode Etik Guru dalam Masyarakat


Begitu pentingnya pendidikan dalam pembangunan
nasional pemerintah RI mengluarkan Undang-Undang No. 14
Tahun 2005 Tentang guru dan dosen. Dimana pada pasal 1
menjelaskan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendi-
dikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah” serta pada pasal 43 menjelaskan
bahwa, „(1) untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan
martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, organi-
sasi profesi guru membentuk kode etik. (2) Kode etik sebagai-
mana dimaksud apada ayat (1) berisi norma yang mengikat
perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.
Dengan demikian kode etik yang dimaksud pada UU.
No.14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen pasal 43 ayat 1 dan 2
tertuang pada kode etik guru Indonesia (PGRI 1989) selaku
organisasi guru.

1. Kode Etik Guru Indonesia


Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah
bidang pengabdian kepada Tuhan yang Maha Esa, Bangsa dan
Negara serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang
berjiwa Pancasila dan setia pada undang-undang dasar 1945,
turut bertanggungjawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab

51
itu, guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya
dengan berpedoman kepada dasar-dasar sebagai berikut ini.
a. Guru berbakti membimbing peserta untuk membentuk
manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila.
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik
sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid
dan masyarakat sekitar nya untuk membina peran serta dan
rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan
dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat
kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.
h. Guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengab-
diannya.
i. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam
bidang pendidikan.

Kode etik guru yang pertama mengandung pengertian


bahwa perhatian utama seorang guru adalah peserta didik.
Perhatiannya itu semata-mata dicurahkan untuk membimbing
peserta didik, yaitu mengembangkan potensinya secara optimal
dengan mengupayakan terciptanya proses pembelajaran yang
edukatif. Melalui profesi inilah diharapkan peserta didik
menjelma sebagai manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila.
Manusia utuh yang dimaksud adalah manusia yang seimbang
antara kebutuhan jasmani dan rohaninya, bukan saja secara fisik,
namun juga secara psikis. Manusia yang berjiwa pancasila
artinya manusia yang berkehidupan berbangsa dan bernegara

52
selalu mengindahkan dan mengaplikasikan nilai-nilai yanh
terkandung dalam pancasila.
Kode etik guru yang kedua mengandung makna bahwa
guru hanya sanggup menjalankan tugas profesi yang sesuai
dengan kemampuannya, ia tidak menunjukkan sikap organsi
profesional. Manakala menghadapi masalah yang ia sendiri tidak
mampu mengatasinya, ia mengaku dengan jujur bahwa masalah
itu diluar kemampuannya, sambil terus meningkatkan kemam-
puan yang dimilikinya.
Kode etik guru yang ketiga menunjukan pentingnya
seorang guru mendapatkan informasi tentang peserta didik
selengkap mungkin. Informasi tentang kemampuannya, minat,
bakat, motivasi, kawan-kawannya, dan informasi yang kira-kira
berpengaruh pada perkembangan peserta didik dan mem-
permudah guru dalam membimbing dan membina peserta didik
tersebut.
Kode etik guru yang keempat mengisyaratkan pentingnya
guru menciptakan suasana sekolah yang aman, yaman, dan
membuat peserta didik betah belajar. Yamg perlu dinangun
antara lain iklim komunikasi yang demokratis hangat, dan penuh
dengan rasa kekeluargaan, tetapi menjauhkan diri dari kolusi
nepotisme.
Kode etik guru yang kelima mengingat pentingnya peran
serta orangtua siswa dan masyarakat sekitar untuk adil dalam
proses pendidikan disekolah/ madrasah. Peran serta mereka
akan terwujud jika terjalin hubungan baik antara guru dengan
peserta didik, dan ini harus diupayakan sekuat tenaga oleh
seorang guru.
Kode etik guru yang keenam guru diharuskan untuk
selalu meningkatkan dan mengembangkan mutu dan martabat
profesinya. Ini dapat dilakukan secara peribadi dapat juga secara
kelompok.
Kode etik guru yang ketujuh intinya bagaimana menjalin
kerjasama yang mutualistrik dengan rekan seprofesi. Rasa

53
senasib dan sepenanggungan biasanya mengikat para guru
untuk bersatu dalam menyatkan fisi dan misinya.
Kode etik guru yang kedelapan PGRI ini seharusnya
mampu menjembatani dan mengayomi aspirasi para guru, dan
bahkan jika memungkinkan PGRI harus meningkatkan harkat
dan martabat guru yang semakin cenderung terpuruk adanya.
Kode etik guru yang kesembilan didasari oleh dua
asumsi. Pertama karna guru sebagai unsur aparatur Negara
(Sepanjang mereka itu PNS). Kedua karena guru orang yang ahli
dalam bidang pendidikan oleh karna itu, sudah sewajarnya guru
melaksanakan semua kebujakan pemerintah dalam bidang
pendidikan selagi sesuai dengan kemampuan guru itu dan tidak
melecehkahkan harkat dan martabat guru itu sendiri.

2. Fungsi Kode Etik dalam Keluarga


Keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil berupa
pengelompokan primer yang terdiri atas sejumlah kecil orang
karena hubungan sedarah dan sekerabat. Keluarga itu terdiri dari
atas ayah, ibu, dan anak yang selanjutnya disebut para ahli
sosiologi dengan istilah keluarga inti (Nukleus familly), dapat pula
diperluas, yaitu keluarga yang disamping keluarga inti juga ada
orang lain, misalnya kakek/nenek, ipar, pembantu, dan lain-lain.
Peran dan fungsi keluarga dalam proses pendidikan anak sangat
Fundamental. Pendidikan keluarga bagi anak merupakan
pertama dan utama sehingga warnanya akan sangat sulit
dihilangakan dalam diri anak. Keluarga inilah yang menjadi
dasar pendidikan di sekolah dan masyarakat. Keluarga meng-
ajarkan dan menanamkan keyakinan keagamaan pada anak,
Nilai budaya, Adat istiadat, Nilai moral, Tatak rama, Dan ber-
bagai keterampilan untuk bertahan hidup, seperti belajar me-
rangkak, Berjalan, Berlari, Mengembangkan ide dan pemikiran,
dan lain-lain. Begitu pentingnya pendidikan keluarga bagi
perkembangan anak sampai-sampai pemerintah RI menuangkan
nya dalam UU No. 2 Tahun 1989, Pasal 10 Ayat 4 menyatakan

54
bahwa pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pen-
didikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan
yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai norma
dan keterampilan. Penjelasan ayat 5b pasal 10 menegaskan
bahwa pemerintah mengakui kemandirian keluarga untuk
melaksanakan upaya pendidikan dalam lingkungan sendiri.
Membentuk anggota keluarga menjadi manusia seutuhnya
yang berjiwa pancasila. Kode etik guru di dalam keluarga ber-
peran sebagai pedoman yang mengarahkan guru dalam
membentuk anggota keluarga nya menjadi manusia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, seimbang antara kebuthan jasmani dan rohani, selaras
potensi yang dimiliki dengan yang berkebang. Model manusia
untuk itu dilandasi diwarnai oleh nilai-nila luhur falsafah Negara
pancasila. Nilai-nilai itu menjadi milik dan menjelma dalam
peribadi mereka. Menanamkan Kejujuran Pada Anggota
Keluarganya.
a. Sifat kejujuran ini sangat penting dalam perkembangan
pribadi seseorang. Untuk itulah kode etik guru telah
mengarahkan para guru membimbing anggota keluarganya
memiliki kejujuran. Ini bias sangat mungkin terjadi jika di
awali oleh guru itu sendiri yang bersifat jujur.
b. Memupuk semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan
anggota keluarganya.
c. Pemupukan semangat kekeluargaan dan kesetia kawanan
itu mencakup anggota di dalam keluarga dan anggota
masyarakat. Melalui pemupukan semangat tersebut cepat
tanggap jika ada yang membutuhkan pertolongan baik di
dalam maupun di luar keluarga.
d. Mendorong partisipasi anggota keluarga dalam menyuk-
seskan jalan nya pendidikan.
e. Guru sebagai warga Negara yang baik turut berperan serta
dalam menyukseskan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan. Untuk itu guru membimbing

55
keluarganya untuk menjadi anggota masyarakat terdidik,
yaitu anggota masyarakat Indonesia yang sampai saat ini
harus mengikuti wajib belajar 9 tahun. Model pendidikan
dilingkungan keluarga guru seogianya menjadi suri teladan
bagi keluarga sekitarnya.

Contoh-Contoh Penerapan Kode Etik Guru Dalam Keluarga:


a. Guru membimbing anggota keluarganya dengan bimbingan
yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan jasmani dan
rohani anggota keluarganya, pengembangan potensi yang
mereka milki secara optimal sesuai dengan potensi dasar
nya. Guru mengajarkan hal-hal yang bersifat duniawi dan
ukhrawi, misalnya: Mengadakan siraman rohani (Pengajian
keluarga bagi kaum muslimin). Ia mengajarkan cara
berekonomi yang menguntungkan kepada keluarga nya,
sesuain dengan hokum tata Negara atau hokum agama yang
di anutnya.
b. Guru menanamkan kejujuran pada semua anggota keluarga
dengan cara melatih mereka hidup jujur. Misalnya guru
memimta salah satu anggota keluarganya untuk bertanya
jika ada permsalahan yang tidak di pahami dalam keluarga
nya. Guru menyuruh anggota keluarganya untuk berbelanja
membeli sendiri keperluannya. Guru memberi anaknya
uang jajan dan ongkos sekolah seminggu atau sebulan sekali
untuk menguji apakah uang yang diberi kan digunakan
dengan semestinya atau tidak. Guru tidak berbohong
kepada anggota keluarga nya. Misalnya bila ditanya tentang
sesuatu yang tidak ia pahami, ia mengatakan „Saya tidak
memahami hal itu, akan saya coba cari dalam sumber-
sumber lainnya‟.
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang anak dan
anggota keluarga lain nya, Misalnya guru dating kesekolah
atau ketempat kerja anaknya untuk mencari informasi

56
selengkap mungkin tentang kemajuan belajar atau kerja
anak nya itu.
d. Guru menciptakan suasana rumah yang membuat seeluruh
anggota keluarga senang dan giat belajar. Misalnya, guru
membuat jadwal kegiatan belajar keluarga, menyediakan
buku-buku bacanaan yang relevan dengan kebutuhan
anggota keluarga, menata ruang belajar angota keluarga
senyaman mungkin, dan sebagainya.
e. Guru mengajak seluruh anggota keluarga untuk bersama-
sama bertanggungjawab dalam bidang pendidikan. Misal-
nya, guru mengajak anggota keluarganya menyisihkan
hartanya untuk di sumbangkan bagi kelancaran pendidikan.
f. Guru menanamkan keyakinan kepada anggota keluarga
bahwa pendidikan adalah perofesi yang patut di hargai
karna perofesi ini telah memberikan banyak terhadap
pengembangan manusia dalam berbagai lapisan masya-
rakat, misalnya guru selalu menyuruh keluarga menaati
gurunya seperti mengerjakan pekerjaan rumah, menyuruh
selalu mengucapkan salam jika bertemu dengan guru.
g. Guru menciptakan kondisi tertentu bagi keluarganya agar
mereka mampu berinteraksi dengan profesi selain profesi
kependidikan, misalnya, mengikuti ceramah keagamaan,
seminar kesehatan, dan lain-lain, bahkan mungkin dengan
menjalin kerja sama dengan profesi lain. Selain itu guru juga
melatih fsensitivitas anggota keluarga akan semnagat keke-
luargaan dan kesetiakawanan sosial, misalnya mengajak
anggota keluarga bergotong royong membantu masyarakat
yang ditimpa musibah, ikut serta dalam kegiatan pem-
bangunan sarana keagamaan, dan lain-lain.
h. Guru mendorong anggota keluarga untuk memberikan
gagasan, pemikiran, dan saran-saran yang bersifat mengem-
bangkan dan memelihara serta meningkatkan organisasi

57
PGRI, misalnya menulis tentang profil guru yang diharap-
kan siswa, steratergi PGRI dalam meningkatkan kesejah-
traan aggotanya, dan lain-lain.
i. Guru mendidik keluarganya minimal selesai pendidikan
dasar 9 tahun (SD dan SLTA), bahkan sebaiknya untuk
memberikan contoh kepada masyarakat guru sebaiknya
berupaya memdidik anaknya (Keluarganya) ke jenjang
pendidikan yang setinggi mungkin (Djam‟an Satori, 2008).
Penerapan kode etik guru dalam menunaikan tugasnya,
keluarga ataupun masyarakat berkaitan dengan pengem-
bangan manusia seutuh-nya. Dalam hal ini guru perlu
mempertimbangkan tiga dimensi keutuhan, yaitu dimensi
jasmani-rohani, dimensi sosial-individu, dan dimensi ke-
selarasan perkembangan potensi yang berlandaskan
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai
materi di atas, kerjakan latihan berikut ini!
1. Jelaskan pengertian kode etik guru!
2. Jelaskan lima fungsi kode etik guru!
3. Jelaskan kode etik pertama!
4. Jelaskan empat fungsi kode etik dalam keluarga!
5. Jelaskan tiga contoh penerapan kode etik guru dalam
kehidupan sehari-hari!

Petunjuk Jawaban latihan


1. Lihatlah pada teks yang membahas pengertian guru secara
mendalam. Anda akan menemukan beberapa pengertian
konsep guru yang dikemukakan beberapa pendapat para
ahli.
2. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas
pengertian profesi yang dikemukakan para ahli.

58
3. Anda dapat menjelaskan dengan mengingat kembali
tentang pembahasan profesi guru.
4. Guru harus mampu melaksanakan tujuan pendidikan
nasional di sekolahnya, keluarga, dan masyarakat. Tugas
Anda memberikan contoh konkrit.

RANGKUMAN
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan
profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar
dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi pro-
fesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau
salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus
dihindari. kode etik guru berfungsi: (a) agar guru memiliki
pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga terhindar dari penyimpangan profesi, (b) agar profesi
guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal, (c)
agar guru mampu meningkatkan kualitas pelayanan sehingga
jasa profesi guru diakui dan digunakan oleh masyarakat sebagai
profesi membantu dalam memecahkan masalah dan pengem-
bangan diri, (d) agar guru bertanggungjawab atas profesinya, (e)
agar profesi guru terhindar dari campur tangan profesi lain dan
pemerintah.

59
60
BAB V
KOMPETENSI GURU DAN UJI
KOMPETENSI GURU

PENDAHULUAN
Kompetensi dan kompeten adalah dua kata yang semakin
sering diucapkan dalam berbagai dimensi kehidupan kita.
Saking seringnya, makna hakiki kedua kata itu pun cenderung
dipersamakan dan sederhana. Kompeten dan kompetensi,
kadang dianggap sama artinya dengan keahlian atau kemam-
puan. Padahal, kompetensi individu sesungguhnya tidak bisa
berdiri sendiri hanya sebatas pada kebiasaan atau kemampuan
seseorang, tetapi sangat erat berkaitan dengan tugas dan profesi
yang dijalankannya.
Kompetensi diakui sebagai faktor yang memegang faktor
penting dalam keberhasilan seseorang menyelesaikan tugasnya.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kompetensi, kualifi-
kasi akademik, memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani mau-
pun rohani, serta memiliki kecakapan dan kemampuan dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya Menteri
Pendidikan Nasional RI melalui Peraturan Menteri Nomor 16
Tahun 2007 menetapkan Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi profesional guru. Adapun kompetensi yang harus
dimiliki guru, terdiri dari 4 (empat), yaitu kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial serta kompetensi
profesional. Keempat kompetensi dimaksud, tentu dengan
penekanan pada kemampuan mengajar akan menentukan ber-
hasil tidaknya seorang guru mengimplementasikan peran dan
fungsinya dalam pembelajaran.

61
Uji Kompetensi Guru disingkat UKG adalah sebuah
kegiatan Ujian untuk mengukur kompetensi dasar tentang
bidang studi (subject matter) dan pedagogik dalam domain content
Guru. Kompetensi dasar bidang studi yang diujikan sesuai
dengan bidang studi sertifikasi (bagi guru yang sudah ber-
sertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi akademik guru
(bagi guru yang belum bersertifikat pendidik). Uji kompetensi
guru (UKG) dimaksudkan untuk mengetahui peta penguasaan
guru pada kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.
Peta penguasaan kompetensi guru tersebut akan digunakan
sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian program pem-
binaan dan pengembangan profesi guru. Output UKG difokus-
kan pada identifikasi kelemahan guru dalam penguasaan
kompetensi pedagogik dan professional.
Pada bab 5 diuraikan dua kegiatan belajar kompetensi
guru dan uji kompetensi guru. Secara umum tujuan pem-
belajaran pada bab 5 untuk memberikan pemahaman kepada
mahasiswa untuk memahamai kompetensi guru dan uji kom-
petensi guru. Secara khusus setelah mempelajari bab 5 maha-
siswa diharapkan dapat menjelaskan:
1. Pengertian kompetensi guru,
2. Jenis-jenis kompetensi guru,
3. Uji kompetensi guru dan,
4. Pelaksanaan Uji kompetensi guru.

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah uraian dan contoh dengan cermat berulang-ulang
sehingga Anda benar-benar memahami dan menguasai
materi paparan.
2. Kerjakan latihan yang tersedia secara mandiri. Jika dalam
kasus tertentu Anda mengalami kesulitan menjawab, maka
lihatlah rambu-rambu jawaban latihan. Jika langkah tersebut
belum berhasil menjawab, maka mintalah bantuan tutor
Anda atau orang lain yang lebih tahu.

62
KEGIATAN BELAJAR 6

KOMPETENSI GURU

A. Kompetensi Guru
Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan
dari bahasa Inggris, Competence yang berarti kecakapan dan
kemampuan. (Echols dan Shandily, 2002: 132). Kompetensi
menurut Usman (2005), adalah suatu hal yang menggambarkan
kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif
maupun kuantitatif. Menurut Finch dan Crunkilton kompetensi
adalah penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap
dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan
(dalam E. Mulyasa, 2003). Kompetensi adalah Seperangkat
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dimiliki, di-
hayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan. (UU Nomor 14 Tahun 2005). Jadi, dapat
dimaknai kompetensi adalah kualifikasi yang harus dimiliki
seseorang yang dapat berupa kecakapan pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang berguna untuk melaksanakan tugasnya.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005,
Tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kom-
petensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi;
(1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi profesional, (3) kom-
petensi kepribadian, dan, (4) kompetensi sosial. Menurut
Mulyasa (2007b), “Kompetensi guru merupakan perpaduan
antara personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan sprititual yang
secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang
mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta
didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan
profesionalitas.” Selanjutnya kompetensi berdasarkan Undang-
Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, meliputi

63
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
1. Kompetensi pedagogik, meliputi kemampuan merancang,
mengelola, dan menilai pembelajaran serta memanfaatkan
hasil-hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pem-
belajaran;
2. Kompetensi kepribadian, meliputi kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, teladan bagi peserta
didik berakhlak mulia;
3. Kompetensi sosial, meliputi kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
4. Kompetensi profesional, meliputi kemampuan merancang,
melaksanakan, dan menyusun laporang penelitian; kemam-
puan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni; kemam-
puan merancang, melaksanakan dan menilai pengabdian
kepada masyarakat.

B. Jenis-jenis Kompetensi
1. Kompeteni Pedagogik
Menurut Saudagar dan Ali Idrus (2011), kompetensi
pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan
dengan ilmu dan seni mengajar siswa. Hakim (2008) dengan
pendapat bahwa kompetensi pedagogik adalah kompetensi
dalam mengelola pembelajaran, diantaranya ditandai dengan
kompetensi guru mengembangkan situasi pembelajaran yang
utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan
harapan dan kompetensi, serta kebutuhan dan kesiapan siswa.

64
Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik
peserta didik di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan
dengan murid yang memerlukan pengetahuan, keterampilan
dan sikap utama untuk menghadapi hidunya di masa depan.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 88), yang
dimaksud dengan kompetensi pedagogis adalah: Kemampuan
dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliputi: (a)
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pema-
haman tentang peserta didik; (c) pengembangan kurikulum/
silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembe-
lajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan
(g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Berkaitan dengan kegiatan
penilaian kinerja guru terdapat 7 (tujuh) aspek dan 45 (empat
puluh lima) indikator yang berkenaan penguasaan kompetensi
pedagogik.

2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen merupakan kemampuan kepribadian yang:
a. Mantap;
b. Stabil;
c. Dewasa;
d. Arif dan bijaksana;
e. Berwibawa;
f. Beraklak mulia;
g. Menjadi teladan bagi perserta didik dan masyarakat;
h. Mengevaluasi kinerja sendiri; dan
i. Mengembangkan diri secara berkelanjutan.

Kompetensi kepribadian guru mencakup sikap, nilai-nilai,


kepribadian sebagai elemen prilaku dalam kaitannya dengan
performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan yang

65
dilandasi oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemam-
puan dan pelatihan, serta legalitas kewenangan mengajar.
Kompetensi kepribadian guru adalah kompetensi yang berkaitan
dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus
memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perlaku
sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan falsafah hidup yang
mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki
nilai-nilai luhur.
Di Indonesia sikap pribadi yang dijiwai oleh filsafat
Pancasila. Yang mengagungkan budaya bangsanya yang rela
berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya termasuk
dalam kompetensi dalam kepribadian guru. Dengan demikian
pemahaman terhadap kompetensi kepribadian guru harus di-
maknai sebagai suatu wujud sosok manusia yang utuh
(Depdiknas.2006:73). Setiap subjek mempunyai pribadi yang
unik, masing-masing mempunyai ciri dan sifat bawaan serta latar
belakang kehidupan. Banyak masalah psikologi yang dihadapi
peserta didik, banyak pula minat, kemampuan, motivasi dan
kebutuhannya. Semuanya memerlukan bimbingan guru yang
berkepribadian dapat bertindak sebagai pembimbing, penyuluh
dan dapat menolong peserta didik agar mampu menolong
dirinya sendiri.
Disinilah letak kompetensi kepribadian guru sebagai
pembimbing dan suri teladan. Guru adalah sebagai panutan
yang harus digugu dan ditiru dan sebagai contoh pula bagi
kehidupan dan pribadi peserta didiknya (Danim, 2002)
Dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem amongnya
yaitu guru harus:
a. Ing ngarso sungtolodo
b. Ing madyo mangun karso
c. Tut wuri handayani

66
Artinya guru harus menjadi contoh dan teladan, mem-
bangkitkan motif belajar siswa serta mendorong atau memberi-
kan motivasi dari belakang. Dalam arti seorang guru dituntut
melalui sikap dan perbuatan menjadikan dirinya pola panutan
dan ikutan orang-orang yang dipimoinnya. Dalam hal ini siswa-
siswa di sekolahnya, juga sebagai seorang guru dituntut harus
mampu membangkitkan semangat berskwakarsa dan bereaksi
pada orang-orang yang diasuhnya agar berani berjalan dan
sanggup bertanggungjawab (Sudarwan, 2002).
Untuk meningkatkan kompetensi, guru dituntut untuk
menatap dirinya dan memahami konsep dirinya. Seorang guru
harus mampu berkaca pada dirinya sendiri, bila ia berkaca maka
ia akan melihat bukan satu pribadi tetapi ada tiga pribadi yaitu:
Aku dengan konsep diriku (self concept), Aku dengan ide diriku
(self idea) serta, Aku dengan realita diriku (self reality).
Ruang lingkup kepribadian guru tidak lepas dari falsafah
hidup, nilai-nilai yang berkembang ditempat seorang guru
berada, tetapi ada beberapa hal yang bersifat universal yang
mesti dimiliki oleh guru dalam melaksanakan fungsinya sebagai
makhluk individu (pribadi) yang menunjang terhadap keber-
hasilan tugas pendidikan yang diembannya. Kompetensi kepri-
badian yang perlu dimiliki guru antara lain sebagai berikut:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
artinya sebagai seorang guru berkewajiban meningkatkan
iman dan ketakwaan kepada Tuhan, sejalan dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya.
b. Guru memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang lain,
oleh karena itu perlu dikembangkan rasa percaya diri
sendiri dan tanggungjawab bahwa ia memiliki potensi yang
besar dalam bidang keguruan dan mampu untuk
menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya.
c. Tenggang rasa dan toleran, senantiasa berhadapan dengan
komunitas yang berbeda dan beragam keunikan dari peserta
didik.

67
d. Bersikap terbuka dan demokratis, guru diharapkan menjadi
fasilitator dalam menumbuh kembangkan budaya berfikir
kritis di masyarakat, saling menerima dalam perbedaan
pendapat dan menyepakati untuk mencapai tujuan bersama.
e. Sabar dalam menjalani profesi keguruannya, guru diharap-
kan dapat sabar dalam arti tekun dan ulet melaksanakan
proses pendidikan karena hasil pendidikan tidak langsung
dapat dirasakan saat itu tetapi membutuhkan proses yang
panjang.
f. Mengembangkan diri bagi kemajuan profesi, guru mampu
mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik
dalam bidang profesinya maupun dalam spesialisasinya.
g. Memahami tujuan pendidikan baik secara nasional,
kelembagaan, kurikuler sampai tujuan mata pelajaran yang
diberikannya.
h. Mampu menjalin hubungan insani, yaitu kemampuan guru
untuk dapat berhubungan dengan orang lain atas dasar
saling menghormati antara satu dengan yang lainnya.
i. Memahami kelebihan dan kekurangan diri, kepribadian
yang efektif akan terwujud apabila seseorang telah mampu
memahami identitass dirinya, siapakan dirinya, mengapa ia
memilih sebagai seorang guru, serta kekurangan apa saja
yang terdapat dalam dirinya.

Kreatif dan inovatif dalam berkarya, guru mampu melaku-


kan perubahan-perubahan dalam mengembangkan profesinya
sebagai inovator dan kreator.

3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masya-
rakat untuk:

68
a. berkomunikasi lisan dan tulisan,
b. menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional,
c. bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pen-
didik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik,
dan
d. bergaul secara santunan dengan masyarakat sekitar.

Keberhasilan proses belajar peserta didik sangat ditentu-


kan oleh kompetensi sosial guru. Hal ini karena guru mempunyai
peran yang banyak baik sebagai pemimpin pembelajaran, mau-
pun sebagai fasilitator dan sekaligus pusat inisiatif pembelajaran.
Untuk itu guru harus selalu mengembangkan kemampuan
dirinya. Seorang guru perlu mempunyai standar profesi dengan
menguasai materi dan strategi pembelajaran. Selain itu, guru juga
harus mampu mendorong siswanya untuk belajar dengan
sungguh-sungguh. Guru adalah faktor yang penting dan sangan
dominan di dalam pendidikan formal pada umumnya. Hal
tersebut karena guru sering dijadikan tokoh teladan bagi peserta
didik, bahkan guru menjadi tokoh identifikasi diri. Karena
berbagai faktor itulah maka guru seharusnya memiliki perilaku
kompetensi yang memadai untuk mewujudkan/ mengembang-
kan siswa secara utuh, sesuai dengan tujuan pendidikan.
Kompetensi sosial adalah kemampuan seorang guru untuk
memahami bahwa dirinya adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat serta punya kemampuan untuk me-
ngembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga
Negara. Atau lebih dalam lagi kemampuan sosial ini meliputi
kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan kerja
dan lingkungan pada waktu bertugas sebagai guru

69
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkan guru membimbing peserta didik meme-
nuhi standar kompetensi yang diterapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan. Guru harus memahami dan menguasai
materi ajar yang ada dalam kurikulum, memahami struktur,
konsep dan metode keilmuan yang koheren dengan materi ajar,
memahami hubungan konsep-konsep keilmuan dalam kehidup-
an sehari-hari. Selain itu, guru juga diharapkan dapat menguasai
langkah-langkah penelitian, dan kajian kritis untuk memper-
dalam pengetahuan dan materi bidang studi.
Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) Undang-undang Guru dan Dosen merupakan kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang meliputi:
a. Konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni
yang menaungi /koheren dengan materi ajar;
b. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
c. Hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;
d. Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari dan
e. Kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan
tetap melestarikan nilai budaya nasional.

Agar guru mampu membimbing peserta didik mereka


hendaknya memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Untuk me-
menihi kualifikasi standar nasional guru perlu diuji kompetensi.
Uji kompetensi tersebut adalah uji kompetensi pedagogik, kepri-
badian sosial, dan profesional dilakukan melalui prosedur baku
dengan menggunakan instrumen yang terstandarisasi yang di-
lakukan oleh masing-masing. Perguruan tinggi atau beberapa
perguruan tinggi penyelenggara bekerjasama dengan lembaga
penjaminan mutu pendidikan dan/atau pusat pengembangan

70
penataran guru. Kompetensi profesional adalah sesuatu yang
berkenaan dengan penampilan menjalankan jabatan sesuai
dengan profesi orang yang mempunyai kemampuan sesuai
dengan tuntutan profesi.
Berdasarkan uraian di atas maka kompetensi profesional
perlu memiliki kemampuan untuk menguasai landasan kepen-
didikan, penguasaan bahan, program pengajaran dan pelaksa-
naannya serta penilaiannya. Berikutnya dijelaskan sebagai
berikut.
a. Menguasai landasan kependidikan. Meliputi: mengenal
tujuan pendidikan, mengenai fungsi sekolah dalam masya-
rakat, mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang
dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.
b. Menguasai bahan pengajaran. Meliputi: menguasai bahan
pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah
menguasai bahan pengayaan.
c. Menyusun program pengajaran. Meliputi: menetapkan
tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan
pembelajaran, memilih dan mengembangkan strategi belajar
mengajar, memilih dan mengembangkan media pengajaran
yang sesuai, memilih dan memanfaatkan sumber belajar.
d. Melaksanakan program pengajaran. Meliputi: menciptakan
iklim belajar mengajar yang tepat, mengatur ruangan
belajar, mengelola interaksi belajar mengajar.
e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilak-
sanakan. Meliputi: menilai prestasi murid untuk kepen-
tingan pengajaran, menilai proses belajar mengajar yang
telah dilaksanakan (Soetjipto, dkk. 1999: 16-18).

Kompetensi profesional terdiri berbagai jenis diantaranya:


a. Kemampuan menyampaikan/berbicara
Sebagai pengajar, diharapkan memiliki kemampuan ber-
bicara, seperti sebagaimana mengungkapkan gagasan dan
pendapat dengan baik, serta memberikan pengarahan

71
dengan baik. Keterampilan ini merupakan kemampuan
menyampaikan materi pelajaran dengan baik atau transfer
expert. Dengan demikian diharapkan dapat berkomunikasi
secara efektif. Untuk itu diperlukan penguasaan tidak hanya
keterampilan berkomunikasi secara verbal, tetapi juga
secara non verbal, agar dapat mengkomunikasikan ide
dengan jelas dan sistematis, dan jika terpaksa melontarkan
kritik tidak sampai menyinggung perasaan peserta didik
serta mampu merangsang audience untuk menanggapi usul
yang dikemukakan.
b. Kemampuan berfikir/intelektual
Kemampuan untuk mendayagunakan otak dengan optimal.
Berfikir merupakan sebuah proses memahami realitas dalam
rangka mengambil keputusan (decision making), memecah-
kan masalah (problem solving), untuk itu diperlukan kemam-
puan berfikir kreatif, sistematis, integratif, logis/rasional,
jernih, dan kritis diharapkan dapat menjawab dan meme-
cahkan setiap persoalan, setiap pertanyaan dengan jawaban-
jawaban yang jernih, tegas, logis dan kreatif. Dan mampu
menelaah dan meneliti berbagai kemungkinan penjelasan
dari suatu eksternal maupun internal.
c. Kemampuan menjaga hubungan antar pribadi
Dalam berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai tujuan
pembelajaran diperlukan koordinasi atar sesama pengajar,
dengan peserta didik agar koordinasi dapat berjalan dengan
baik sesuai dengan yang diharapkan maka dibutuhkan
adanya komunikasi. Agar komunikasi berjalan efektif
dibutuhkan hubungan interpersonal yang baik. Taylor et. al
(Rakhmat 2002) menyatakan bahwa banyak penyebab dari
rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan
baik diantara komunikan. Sebaliknya, pesan yang paling
jelas, paling tegas, dan paling cermat tidak dapat meng-
hindari kegagalan, jika terjadi hubungan jelek. Untuk
mewujudkan terciptanya hubungan baik maka harus

72
mampu mengembangkan sikap tenggang rasa, saling mem-
buka diri, tidak memaksakan kehendak diri sendiri, bersedia
menolong dan ditolong, sedapat mungkin mampu meredam
timbulnya bibit-bibit konflik dan apabila terjadi konflik
mampu mengelola konflik dengan baik sehingga tidak
berlarut dan meluas.
d. Kemampuan mengembangkan, membangun jaringan atau
memperluaskan hubungan kerja
Guru diharapkan berjiwa kosmopolit, yaitu mampu mem-
bangun kontak dengan dunia luar organisasi sekolahnya.
Dengan membangun jaringan luar, maka akan bertambah
wawasan, pandangan dan pola pikir. Para guru akan banyak
terbantu dalam menyelesaikan berbagai persoalan tertentu
dengan adanya informasi-informasi dari luar.
e. Kemampuan mengembangkan diri
Peran guru diharapkan, secara sadar, mau dan mampu
untuk secara terus menerus mengembangkan diri kearah
yang lebib baik mampu memperhatikan kemampuan diri
secara optimal, dan mampu mendorong diri sendiri untuk
mengembangkan kapasitas prestasi secara optimal. Perlu
kesadaran yang timbul dari dalam diri untuk mampu
menjadi manusia pembelajar.
f. Disiplin
Ketaatan dan kepatuhan serta kerelaan dalam menjalankan
tugas sesuai dengan aturan yang berlaku. Setiap guru secara
sadar dan sukarela harus taat pada berbagai ketentuan yang
berlaku dan memenuhi standar nilai atau norma yang telah
ditetapkan baik yang berlaku di lingkup organisasi,
masyarakat, dan agama. Perasaan memiliki dan kecintaan
terhadap pekerjaan.

Kompetensi profesional adalah sejumlah kompetensi yang


berhubungan dengan profesi yang menuntut berbagai keahlian
di bidang pendidikan/keguruan. Kompetensi profesional

73
merupakan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentang
belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi yang dibinanya,
sikap yang tepat tentang lingkungan pembelajaran dan mem-
punyai keterampilan dalam teknik mengajar. Komponen
profesional guru seperti yang dimaksud oleh UU Guru dan
dosen adalah sebagai berikut:
a. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep;
b. Pengelolaan program belajar mengajar;
c. Pengelolaan kelas;
d. Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar;
e. Penguasaan landasan-landasan kependidikan;
f. Kemampuan menilai prestasi belajar mengajar;
g. Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan
program pendidikan di sekolah;
h. Menguasai metode berfikir;
i. Meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi
profesional;
j. Memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik;
k. Memiliki wawasan tentang penilaian pendidikan;
l. Mampu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk
keperluan pengajaran.
m. Mampu memahami karakteristik peserta didik;
n. Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah;
o. Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan;
p. Berani mengambil keputusan;
q. Memahami kurikulum dan perkembangannya;
r. Mampu bekerja berencana dan terprogram;
s. Mampu menggunakan waktu secara tepat.

Hubungan antara penguasaan materi dengan kemampuan


pembelajaran. Penguasaan materi menjadi landasan pokok
seorang guru untuk memiliki kemampuan mengajar. Penguasa-
an materi dilakukan dengan cara membaca buku-buku pelajaran.
Kemampuan penguasaan materi mempunyai kaitan yang erat

74
dengan kemampuan mengajar seorang guru. Semakin dalam
penguasaan materi/ bahan ajar maka dalam mengajar akan lebih
berhasil jika ditopang oleh kemampuannya dalam menggunakan
model mengajar.
Penguasaan bahan ajar dapat diawali dengan mengetahui
isi materi dan cara melakukan pendekatan terhadap materi ajar.
Guru yang menguasai bahan ajar akan lebih yakin di dalam
mengajarkan materi, senantiasa kreatif dan inovatif dalam
metode penyampaiannya.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai
materi di atas, kerjakan latihan berikut ini!
1. Jelaskan pengertian kompetensi guru dari beberapa para
ahli!
2. Jelaskan mengapa guru penting memiliki kompetensi!
3. Jelaskan pengertian kompetensi kepribadian dan berikan
contohnya!
4. Jelaskan pengertian kompetensi pedagogik dan berikan
contohnya!
5. Jelaskan pengertian kompetensi profesional dan berikan
contohnya!

Petunjuk Jawaban latihan


1. Lihatlah pada teks yang membahas kompetensi guru dari
beberapa para ahli secara mendalam. Anda akan mene-
mukan beberapa pengertian kompetensi guru dari pendapat
para ahli.
2. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas guru
penting memiliki kompetensi.
3. Anda dapat menjelaskan dengan mengingat kembali
tentang pengertian kompetensi kepribadian dan berikan
contohnya.

75
4. Anda dapat melihat kembali teks yang membahas
kompetensi pedagogik dan berikan contohnya.
5. Lihatlah kembali teks yang membahas kompetensi profe-
sional dan berikan contohnya.

RANGKUMAN
Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini
meliputi: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi profesional,
(3) kompetensi kepribadian, dan, (4) kompetensi sosial.
Kompetensi pedagogik, meliputi kemampuan merancang,
mengelola, dan menilai pembelajaran serta memanfaatkan hasil-
hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kompetensi kepribadian, meliputi kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, berwibawa, teladan bagi peserta didik
berakhlak mulia.
Kompetensi sosial, meliputi kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kepen-
didikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi profesional, meliputi kemampuan merancang,
melaksanakan, dan menyusun laporang penelitian; kemampuan
mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi dalam bidang
ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni; kemampuan me-
rancang, melaksanakan dan menilai pengabdian kepada
masyarakat.

76
KEGIATAN BELAJAR 7

UJI KOMPETENSI GURU

A. Uji Kompetensi Guru (UKG)


1. Pengertian Uji Kompetensi
Uji Kompetensi Guru disingkat UKG adalah sebuah
kegiatan Ujian untuk mengukur kompetensi dasar tentang
bidang studi (subject matter) dan pedagogik dalam domain
content Guru. UKG secara rutin telah dilakukan sejak tahun 2012
bagi guru yang akan mengikuti sertifikasi guru. Mulai tahun 2015
ini UKG secara rutin akan dilakukan untuk mengukur pro-
fesionalisme guru. Tujuannya untuk mengetahui level kompe-
tensi individu guru dan peta penguasaan guru pada kompetensi
pedagogik dan kompetensi profesional.
UKG tahun 2015 akan diikuti oleh semua guru dalam
jabatan baik guru PNS maupun bukan PNS dengan jumlah jenis
soal yang akan diujikan adalah 192 mata pelajaran/ guru
kelas/paket keahlian/BK. Perolehan hasil UKG pada masing-
masing guru menjadi bagian dari penilaian kinerja guru, oleh
karena itu sesuai dengan prinsip profesional guru akan meng-
ikuti UKG pada mata pelajaran sesuai dengan sertifikat pendidik
dan jenjang pendidikan yang diampunya. Disamping itu, hasil
UKG juga digunakan sebagai bahan pertimbangan kebijakan
dalam pemberian program pembinaan dan pengembangan
profesi guru serta pemberian penghargaan dan apresiasi kepada
guru.
Pelaksanaan UKG melibatkan berbagai instansi di ling-
kungan peperintah pusat dan pemerintah daerah. Keterlak-
sanaan dan suksesnya pelaksanaan UKG sangat bergantung
kepada tim pelaksana UKG di masing-masing unit terkait. Oleh
karena itu agar seluruh instansi yang terlibat dalam pelaksanaan

77
UKG memiliki pemahaman yang sama tentang dasar pelak-
sanaan, mekanisme pelaksanaan UKG, dan prosedur operasional
standar UKG, maka perlu disusun informasi yang lengkap
tentang persiapan dan pelaksanaan UKG tahun 2015 dalam satu
pedoman pelaksanaan UKG.
Dasar Hukum Uji Kompetensi Guru (UKG) Tahun 2015
dilaksanakan dengan mengacu pada dasar hukum sebagai
berikut.
a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2014 sebagai
penyempurnaan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
e. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru.
g. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru Pendidikan Khusus.
h. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor
i. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/V/PB/ 2010,
Nomor 14 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;

78
j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun
2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kredit.
k. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
l. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57
Tahun 2012 tentang UKG.

2. Tujuan dan Uji Kompetensi Guru


Secara umum pelaksanaan UKG bertujuan sebagai berikut.
a. Memperoleh informasi tentang gambaran kompetensi
guru, khususnya kompetensi pedagogik dan profesional
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
b. Mendapatkan peta kompetensi guru yang akan menjadi
bahan pertimbangan dalam menentukan jenis pen-
didikan dan pelatihan yang harus diikuti oleh guru
dalam program pembinaan dan pengembangan profesi
guru dalam bentuk kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB).
c. Memperoleh hasil UKG yang merupakan bagian dari
penilaian kinerja guru dan akan menjadi bahan pertim-
bangan penyusunan kebijakan dalam memberikan peng-
hargaan dan apresiasi kepada guru.

3. Prinsip Uji Kompetensi Guru


a. Objektif Pelaksanaan uji kompetensi guru dilakukan
secara benar, jelas, dan menilai kompetensi sesuai dengan
apa adanya.
b. Adil Dalam pelaksanaan uji kompetensi guru, peserta uji
kompetensi guru harus diperlakukan sama dan tidak
membeda-bedakan kultur, keyakinan, sosial budaya,
senioritas, dan harus dilayani sesuai dengan kriteria dan
mekanisme kerja secara adil dan tidak diskriminatif.

79
c. Transparan Data dan informasi yang berkaitan dengan
pelaksanaan uji kompetensi seperti mekanisme kerja,
sistem penilaian harus disampaikan secara terbuka dan
dapat diakses oleh yang memerlukan.
d. Akuntabel Pelaksaan uji kompetensi guru harus dapat
dipertanggung-jawabkan baik dari sisi pelaksanaan
maupun keputusan sesuai dengan aturan dan prosedur
yang berlaku.

4. Pentingnya Uji Kompetensi Guru (UKG)


a. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kemampuan
profesional guru;
b. Merupakan alat seleksi penerimaan guru;
c. Untuk pengelompokkan guru;
d. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum;
e. Merupakan alat pembinaan guru;
f. Mendorong kegiatan dan hasil belajar.

5. Sasaran Uji Kompetensi Guru


Sasaran UKG adalah semua guru yang mengajar di
sekolah, baik guru yang bersertifikat pendidik maupun guru
yang belum memiliki sertifikat pendidik, yang akan dilak-
sanakan secara bertahap mulai tahun 2012.

6. Peserta Uji Kompetensi Guru (UKG)


a. Guru yang belum memiliki sertifikat pendidik;
b. Guru PNS dan bukan PNS (GTY) yang mengajar di
sekolah swasta atau guru honorer di sekolah negeri yang
diangkat oleh Bupati/Walikota;
c. Memiliki NUPTK;
d. Mengajar mata pelajaran sesuai dengan kualifikasi
akademik dan sesuai dengan bidang studi yang akan
disertifikasi.

80
7. Teknis Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG)
Uji kompetensi guru pada tahun 2012 akan dilaksanakan
dengan 2 (dua) cara yaitu:
a. Sistem online;
b. Sistem manual (paper pencil test).

Pelaksanaan UKG diarahkan menggunakan sistem online.


Bagi kabupaten/kota yang tidak memiliki perangkat yang
memenuhi persyaratan sistem online, maka akan dilakukan
dengan sistem manual.

B. Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG)


1. Instrumen Uji Kompetensi (UKG)
Pengembangan instrumen uji kompetensi awal terdiri atas
kisi-kisi dan butir soal. Soal UKG dikembangkan oleh Tim Ahli
dengan bentuk soal obyektif tes jenis pilihan ganda dengan 4 opsi
pilihan jawaban. Komposisi instrumen tes adalah 30%
kompetensi pedagogik dan 70% kompetensi profesional dengan
waktu pengerjaan soal ujian adalah 120 menit dan jumlah soal
maksimal 100 butir soal.

2. Waktu Uji Kompetensi (UKG)


Pelaksanaan UKG untuk guru bersertifikat pendidik secara
bertahap dimulai pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan
September 2012. Sedangkan untuk guru yang belum bersertifikat
pendidik mulai pada tahun 2013.

3. Tempat Uji Kompetensi (UKG)


Uji kompetensi guru akan dilaksanakan di tempat uji
kompetensi guru yang telah ditetapkan Dinas Pendidikan Kabu-
paten/Kota sesuai dengan persyaratan dan telah diverifikasi oleh
LPMP.

81
a. Persyaratan Tempat UKG online:
1) Unit kerja pada Kementerian Pendidikan dan Kebu-
dayaan dapat berupa lembaga pendidikan dan latihan
(PPPPTK dan LPMP) atau Lembaga pendidikan
(SMP/SMA/SMK).
2) Memiliki sumber daya manusia yang memahami Lokal
Area Network (LAN) dan terbiasa bekerja dengan
internet yang dapat akan ditugasi sebagai tim teknis
sistem UKG online.
3) Memiliki laboratorium komputer minimal 20 unit PC
dan 1 server, yang terkoneksi dalam jaringan LAN
(berbasis kabel). Spesifikasi PC Client minimal:
a) Prosessor Intel Pentium 3 - 600Mhz;
b) Memory, 512mb;
c) Hard disk Free 5Gb;
d) CDROM (Wajib ada untuk booting sistem UKG
Online) ;
e) Monitor 14, Keyboard;
f) Mouse Standard.
4) Spesifikasi server minimal:
a) Prosessor Intel Pentium 4 - 2,4Ghz;
b) Memory: 1 Gb;
c) Hard disk Free 10 Gb;
d) CDROM;
e) Monitor 14;
f) Terkoneksi dengan jaringan internet minimal 256
kbps.
b. Persyaratan tempat UKG Manual (paper-pencil-test)
Tempat UKG dengan menggunakan sistem manual (paper-
pencil-test) direkomendasikan oleh Dinas Pendidikan Kota/
Kabupaten dan disetujui oleh Badan PSDMPK-PMP.

82
4. Mekanisme Uji Kompetensi (UKG)
a. Persiapan
Persiapan pelaksanaan uji kompetensi guru meliputi
beberapa kegiatan sebagai berikut:
1) Konfirmasi dan Validasi Data Peserta
Data peserta UKG diinformasikan melalui website
http://bpsdmpk.kemdikbud.go.id/ukguru. Validasi
data peserta tanggungjawab LPMP bekerjasama
dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Yang
ditampilkan dalam website hanya guru yang ber-
sertifikat pendidik.
2) Pendaftaran Tempat UKG
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota mengusulkan
tempat UKG kepada LPMP sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
3) Identifikasi daerah yang tidak tersedia jaringan
Daerah yang tidak tersedia jaringan internet akan
dilakukan UKG dengan sistem manual (paper-pencil-
test).
4) Verifikasi Tempat UKG oleh LPMP
Verifikasi tempat UKG dilakukan untuk memastikan
seluruh perangkat yang tersedia sesuai dengan
ketentuan dan koneksi internet dan intranet dapat
berjalan dengan lancar.
5) Distribusi Peserta ke tempat UKG
Distribusi peserta dilakukan oleh LPMP bekerjasama
dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan
mempertimbangkan domisili peserta dan jenjang
tempat tugas.
6) Pembekalan Admin UKG Tingkat LPMP
Admin UKG dimasing-masing LPMP mendapatkan
pembekalan tentang kebijakan UKG, sistem dan
mekanisme pelaksanaan UKG, dan aplikasi perang-
kat pendukung UKG online.

83
7) Pembekalan Teknisi UKG Tingkat Kabupaten/Kota
Teknisi UKG yang mewakili tiap kabupaten/kota
mendapat pembekalan penggunaan aplikasi ujian
online dan mekanisme pelaksanaan. Tujuannya agar
teknisi dapat memahami sistem kerja jaringan se-
hingga dapat mengatasi permasalahan yang timbul
pada saat pelaksanaan UKG. Peserta pembekalan
adalah staf Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau
guru yang belum bersertifikat pendidik yang meme-
nuhi persyaratan sebagai berikut:
1) menguasai trouble shooting jaringan komputer;
2) berpengalaman untuk menginstalasi jaringan
komputer;
3) bertanggungjawab terhadap permasalahan yang
terjadi pada saat pelaksanaan UKG, dan
4) memiliki komitmen untuk memastikan kesiapan
teknis TUK sebelum pelaksanaan UKG.
8) Pembentukan Panitia UKG di tingkat LPMP
LPMP membentuk Panitia Pelaksanaan UKG yang
terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota. Tugas
panitia antara lain mengkoordinasikan pelaksanaan
UKG dimasing-masing wilayahnya.
9) Pembentukan Panitia UKG di tingkat Kabupaten/
Kota
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota membentuk
Panitia Pelaksanaan UKG yang terdiri dari Ketua,
Wakil Ketua, dan Anggota. Tugas panitia antara lain
mempersiapkan TEMPAT UKG, menginformasikan
kepada guru, dan memastikan pelaksanaan UKG
dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan.

84
10) Pemberitahuan Peserta
1) Pemberitahuan peserta UKG dan TEMPAT UKG
dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota.
2) Pemberitahuan peserta sekurang-kurangnya
tujuh hari sebelum pelaksanaan UKG melalui:
a) surat resmi
b) pengumuman (papan pengumuman
dan/atau internet)
c) alat komunikasi lain.
b. Pelaksanaan
Pada hari pelaksanaan UKG beberapa aktifitas
yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Pengecekan perangkat keras pendukung pelaksana-
an UKG oleh petugas LPMP bersama teknisi di setiap
lokasi UKG satu hari sebelum pelaksanaan.
2) Registrasi Peserta
Registrasi peserta dilakukan pada hari pelaksanaan
ujian 30 menit sebelum pelaksanaan UKG online.
Persyaratan yang wajib dibawa dan ditunjukkan
pada saat registrasi yaitu:
a) Format kartu peserta UKG (dapat dicetak mela-
lui aplikasi publikasi peserta UKG)
b) fotokopi sertifikat pendidik yang dilegalisir
kepala sekolahKTP asli
3) Mengisi format registrasi yang telah disediakan oleh
Panitia Kabupaten/Kota.
4) Melakukan login pada komputer.
5) Mengisi perbaikan data individu (data individu wajib
diisi seluruhnya).

85
6) Pelaksanaan UKG
a) UKG Online
UKG online dimulai secara bersamaan
disemua TEMPAT UKG pada tanggal yang di-
tetapkan panitia. UKG dilaksanakan selama 120
menit atau 2 jam. Pelaksanaan UKG tiap harinya
dibagi dalam 2-3 gelombang.
Pada setiap tempat UKG ada 2 (dua)
orang petugas yang memfasilitasi pelaksanaan
UKG yaitu 1 (satu) orang petugas dari LPMP dan
1 (satu) orang teknisi dari Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota. Setiap tempat UKG akan
dipantau oleh Dinas Pendidikan Kab/Kota dan
Kepala Sekolah yang ketempatan sebagai tempat
UKG. Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan
UKG Online, setiap tempat UKG terdapat 1
orang pembantu koordinator tempat UKG untuk
menyelenggarakan kegiatan administratif, dan 1
orang tim teknis untuk mempersiapkan labora-
torium komputer, akses jaringan intranet dan
internet.
b) UKG Manual
UKG manual dilaksanakan di sekolah
yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabu-
paten/Kota secara serentak pada waktu yang
akan ditentukan kemudian.

86
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai
materi di atas, kerjakan latihan berikut ini!
1. Jelaskan pengertian uji kompetensi guru!
2. Jelaskan tujuan uji kompetensi guru!
3. Jelaskan prinsip uji kompetensi guru!
4. Jelaskan mengapa penting uji kompetensi guru!
5. Jelaskan sasaran uji kompetensi guru!

Petunjuk Jawaban latihan


1. Lihatlah pada teks yang membahas pengertian uji kompe-
tensi guru secara mendalam.
2. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas tujuan
uji kompetensi guru.
3. Anda dapat menjelaskan dengan mengingat kembali
tentang prinsip uji kompetensi guru.
4. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas penting
uji kompetensi guru
5. Lihatlah kembali teks yang membahas sasaran uji
kompetensi guru.

RANGKUMAN
Uji Kompetensi Guru disingkat UKG adalah sebuah
kegiatan Ujian untuk mengukur kompetensi dasar tentang
bidang studi (subject matter) dan pedagogik dalam domain
content Guru. Pelaksanaan UKG bertujuan sebagai berikut: (1)
memperoleh informasi tentang gambaran kompetensi guru,
khususnya kompetensi pedagogik dan profesional sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan, (2) mendapatkan peta kompetensi
guru yang akan menjadi bahan pertimbangan dalam menen-
tukan jenis pendidikan dan pelatihan yang harus diikuti oleh
guru dalam program pembinaan dan pengembangan profesi
guru dalam bentuk kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB), dan (3) memperoleh hasil UKG yang
87
merupakan bagian dari penilaian kinerja guru dan akan menjadi
bahan pertimbangan penyusunan kebijakan dalam memberikan
penghargaan dan apresiasi kepada guru.

88
BAB VI
PENILAIAN KINERJA GURU

PENDAHULUAN
Masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian
besar ditentukan oleh pendidikan yang dilaksanakan. Oleh sebab
itu, profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan
proporsional menurut jabatan fungsional guru. Selain itu, agar
fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru
dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka diper-
lukan Penilaian Kinerja Guru (PKG) yang menjamin terjadinya
proses pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pen-
didikan.
Pelaksanaan PKG dimaksudkan bukan untuk menyulit-
kan guru, tetapi sebaliknya PKG dilaksanakan untuk mewujud-
kan guru yang profesional, karena harkat dan martabat suatu
profesi ditentukan oleh kualitas layanan profesi yang bermutu.
PKG dapat membantu guru untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya, akan memberikan kontribusi secara
langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran yang dilaku-
kan, sekaligus membantu pengembangan karir guru sebagai
tenaga profesional. Oleh karena itu, untuk meyakinkan bahwa
setiap guru adalah seorang profesional di bidangnya dan sebagai
penghargaan atas prestasi kerjanya, maka PK GURU harus
dilakukan terhadap guru di semua satuan pendidikan formal
yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat. Guru yang dimaksud tidak terbatas pada guru yang
bekerja di satuan pendidikan di bawah kewenangan Kemen-
terian Pendidikan Nasional, tetapi juga mencakup guru yang

89
bekerja di satuan pendidikan di lingkungan Kementerian
Agama.
Pada bab 6 diuraikan dua kegiatan belajar penilaian
kinerja guru. Secara umum tujuan pembelajaran pada bab 6
untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa untuk
memahamai penilaian kinerja guru. Secara khusus setelah
mempelajari bab 6 mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan:
1. Pengertian penilaian kinerja guru;
2. Bentuk penilaian kinerja guru;
3. Penilaian kinerja guru tambahan;
4. Instrumen penilaian kinerja guru.

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah uraian dan contoh dengan cermat berulang-ulang
sehingga Anda benar-benar memahami dan menguasai
materi paparan.
2. Kerjakan latihan yang tersedia secara mandiri. Jika dalam
kasus tertentu Anda mengalami kesulitan menjawab, maka
lihatlah rambu-rambu jawaban latihan. Jika langkah tersebut
belum berhasil menjawab, maka mintalah bantuan tutor
Anda atau orang lain yang lebih tahu.

90
KEGIATAN BELAJAR 8

PENILAIAN KINERJA GURU

A. Penilaian Kinerja Guru (PKG)


1. Pengertian Penilaian Kinerja Guru (PKG)
Penilaian kinerja guru (PKG) adalah sistem penilaian yang
dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan guru dalam
melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan
kompetensi yang ditunjukan dalam unjuk kerjanya. Konsep
Penilaian Kinerja Guru salah satunya diatur menurut Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru
dan Angka Kreditnya, menegaskan bahwa penilaian kinerja guru
adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam
rangka pembinaan karier, kepangkatan, dan jabatannya.
Penilaian Kinerja Guru tidak hanya dilaksanakan bagi
guru-guru yang berada di bawah naungan Kementrian
Pendidikan Nasional, tetapi juga berlaku untuk guru-guru yang
berada dibawah naungan Kementrian Agama. Oleh sebab itu,
seluruh unsur pendidik di sekolah formal dibawah naungan
Kemendikbud maupun Kementrian Agama terikat oleh per-
aturan terkait penilaian kinerja guru, terutama bagi mereka yang
sudah berstatus PNS.
Unsur yang benar-benar dipertimbangkan dalam penilaian
kinerja guru adalah kompetensi guru itu sendiri. Kompetensi
tersebut tidak dapat dipisahkan dari kemampuan seorang guru
dalam penguasaan pengetahuan, penerapan pengetahuan dan
keterampilan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Pentingnya penilaian kompetensi guru terutama terkait
pertimbangan bahwa penguasaan kompetensi dan penerapan

91
pengetahuan serta keterampilan guru, sangat menentukan
tercapainya kualitas proses pembelajaran atau pembimbingan
peserta didik.
Secara umum berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan
Kinerja Guru yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Kementrian
Pendidikan Nasional, Penilaian Kinerja Guru memiliki 2 fungsi
utama sebagai berikut:
a. Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan pada proses
pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas
tambahan yang relevan dangan fungsi sekolah/madrasah.
b. Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas
kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan
tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/
madrasah yang dilakukannya pada tahun tersebut. Kegiatan
penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari
proses pengembangan karir dan promosi guru untuk
kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya.

2. Syarat Sistem Penilaian Kinerja Guru


Untuk memperoleh hasil penilaian yang benar dan tepat,
Penilaian kinerja guru harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Valid
Sistem penilaian kinerja guru dikatakan valid bila aspek yang
dinilai benar-benar mengukur komponen-komponen tugas
guru dalam melaksanakan pembelajaran, pembimbingan,
dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah.
b. Reliabel
Sistem penilaian kinerja guru dikatakan reliabel atau
mempunyai tingkat kepercayaan tinggi bila proses yang

92
dilakukan memberikan hasil yang sama untuk seorang guru
yang dinilai kinerjanya oleh siapapun dan kapan pun.
c. Praktis
Sistem penilaian kinerja guru dikatakan praktis bila dapat
dilakukan oleh siapapun dengan relatif mudah, dengan
tingkat validitas dan reliabilitas yang sama dalam semua
kondisi tanpa memerlukan persyaratan tambahan.

3. Prinsip Penilaian Kinerja Guru


Agar hasil pelaksanaan dan penilaian kinerja guru dapat
dipertanggungjawabkan, penilaian kinerja guru harus meme-
nuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Berdasarkan ketentuan
Penilaian kinerja guru harus dilaksanakan sesuai dengan
prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
b. Berdasarkan kinerja
Aspek yang dinilai dalam penilaian kinerja guru adalah
kinerja yang dapat diamati dan dipantau sesuai dengan
tugas guru sehari-hari dalam melaksanakan kegiatan pem-
belajaran, pembimbingan, dan/atau tugas tambahan yang
relevan dengan fungsi sekolah/ madrasah.
c. Berlandaskan dokumen
Penilai, guru yang dinilai, dan unsur lain yang terlibat dalam
proses penilaian kinerja guru harus memahami semua
dokumen yang terkait dengan sistem penilaian kinerja guru,
terutama yang berkaitan dengan pernyataan kompetensi
dan indikator kinerjanya secara utuh, sehingga penilai, guru
dan unsur lain yang terlibat dalam proses penilaian kinerja
guru mengetahui dan memahami tentang aspek yang dinilai
serta dasar dan kriteria yang digunakan dalam penilaian.
d. Dilaksanakan secara konsisten
Penilaian kinerja guru dilaksanakan secara teratur setiap
tahun yang diawali dengan evaluasi diri, dengan memper-
hatikan hal-hal berikut.

93
1) Obyektif
Penilaian kinerja guru dilaksanakan secara obyektif
sesuai dengan kondisi nyata guru dalam melaksanakan
tugas sehari hari.
2) Adil
Penilai kinerja guru memberlakukan syarat, ketentuan,
dan prosedur standar kepada semua guru yang dinilai.
3) Akuntabel
Hasil pelaksanaan penilaian kinerja guru dapat
dipertanggungjawabkan.
4) Bermanfaat
Penilaian kinerja guru bermanfaat bagi guru dalam
rangka peningkatan kualitas kinerjanya secara ber-
kelanjutan, dan sekaligus pengembangan karir profesi-
nya.
5) Transparan
Proses penilaian kinerja guru memungkinkan bagi
penilai, guru yang dinilai, dan pihak lain yang ber-
kepentingan, untuk memperoleh akses informasi atas
penyelenggaraan penilaian tersebut.
6) Berorientasi pada tujuan
Penilaian berorientasi pada tujuan yang telah
ditetapkan.
7) Berorientasi pada proses
Penilaian kinerja guru tidak hanya terfokus pada hasil,
tetapi juga perlu memperhatikan proses, yakni bagai-
mana guru dapat mencapai hasil tersebut.

4. Aspek Penilaian Kinerja Guru


Tugas utama guru sebagai pendidik profesional adalah
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, me-
nilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

94
menengah. Selain tugas utamanya tersebut, guru juga dimung-
kinkan memiliki tugas-tugas lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Karena itu, penilaian kinerja guru tidak
terlepas dari tugas utama guru sebagai pengajar. Meskipun
begitu, penilaian kinerja guru juga melakukan penilaian ter-
hadap tugas-tugas tambahan guru terkait peranannya di
kelembagaan sekolah/ madrasah.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009
Tentang Jabatan Fungsional Guru dan angka kreditnya, penilaian
kinerja guru pada intinya dilakukan terhadap 3 (tiga) aspek
yaitu:
a. Unsur pembelajaran (bagi guru mata pelajaran/guru kelas);
b. Unsur pembimbingan (bagi guru konseling);
c. Tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan yang
didasarkan atas aspek kualitas, kuantitas, waktu, dan biaya.

Dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja guru ini


merupakan perangkat penilaian yang dibuat secara kom-
perhensif. Tidak hanya menilai tentang kompetensi dibidang
pembelajaran atau konseling tetapi juga menyangkut tugas-tugas
tambahan yang diemban misalnya terkait tugas kita sebagai
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua program studi,
penanggung jawab perpustakaan atau tugas-tugas lain yang
dibebankan sekolah tempat bertugas.

B. Bentuk Penilaian Kinerja Guru


1. Penilaian Kinerja Guru Mata Pelajaran/Guru Kelas
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya,
penilaian kinerja guru untuk guru mata pelajaran dan guru kelas
meliputi kegiatan sebagai berikut:

95
a. Menyusun kurikulum pembelajaran pada suatu pendidik
b. Menyusun silabus pembelajaran
c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
e. Menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran
f. Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada
mata pelajaran yang diampuhnya
g. Menganalisis hasil penilaian pembelajaran
h. Melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan
dengan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi
i. Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses
dan hasi belajar tingkat sekolah dan nasional
j. Membimbing guru pemula dalam program induksi
k. Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses
pembelajaran
l. Melaksanakan pengembangan diri
m. Melaksanakan publikasi ilmiah; dan
n. Membuat karya inovasi.

Selain meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan


pembelajaran, mengevaluasi dan menilai serta menganalisis hasil
penialaian terkait tugas pembelajaran, penilaian kinerja guru
juga melakukan penilaian terhadap empat (4) domain kompe-
tensi yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Pengelola-
an pembelajaran tersebut mensyaratkan guru memiliki kompe-
tensi yang dikolompokan kedalam empat domain kompetensi
yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Berdasarkan publikasi dari Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP), untuk mempermudah penilaian dalam pe-
nilaian kinerja guru, terdapat 14 kompetensi yang dinilai. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

96
Tabel 6.1 Kompetensi Guru Mata Pelajaran/ Guru Kelas
KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/
GURU KELAS
Pedagogik
1 Menguasai karakteristik peserta didik
2 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsi pembelajaran yang
mendidik
3 Pengembangan kurikulum
4 Kegiatan pembelajaran yang mendidik
5 Pengembangan potensi peserta didik
6 Komunikasi dengan peserta didik
7 Penilaian dan evaluasi
Kepribadian
8. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional.
9. Menunjukan pribadi yang dewasa dan teladan
10. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru
Sosial
11. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif
12. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua,
peserta didik dan masyarakat
Profesional
13. Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuwan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu
14. Mengembangkan keprofesian melalui tindakan yang reflektif.

2. Penilaian Kinerja Guru Bimbingan Konseling (BK)


Kegiatan bimbingan adalah kegiatan guru dalam
menyusun rencana bimbingan, melaksanakan bimbingan,
mengevaluasi proses dan hasil bimbingan, serta melakukan
perbaikan tindak lanjut bimbingan dengan memanfaatkan hasil
evaluasi. Penilaian kinerja guru dalam melaksanakan proses
bimbingan bagi guru Bimbingan Konseling (BK)/ Konselor
meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Menyusun kurikulum bimbingan dan konseling.
b. Menyusun silabus bimbingan dan konseling.
c. Menyusun satuan layanan bimbingan dan konseling.

97
d. Melaksanakan bimbingan dan konseling per semester.
e. Menyusun alat ukur/lembar kerja program bimbingan dan
konseling.
f. Mengevaluasi proses dan hasil bimbingan dam konseling.
g. Menganalisis hasil bimbingan dan konseling.
h. Melaksnakan pembelajaran/perbaikan tindak lanjut
bimbingan dan konseling dengan memanfaatkan hasil
evaluasi.
i. Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses
dan hasil belajar tingkat sekolah dan nasional.
j. Membimbing guru pemula dalam program induksi.
k. Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses
pembelajaran.
l. Melaksanakan pengembangan diri.
m. Melaksanakan publikasi ilmiah.
n. Melaksanakan karya inovatif.

Selain penilaian terhadap unsur-unsur pembimbingan


diatas, seorang guru pembimbing/konselor juga dinilai
berdasarkan ranah kompetensinya. Berdasarkan Peraturan
Manteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor ter-
dapat 4 ranah kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
BK/Konselor yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional. Penilaian kinerja guru BK/Konselor mencakup pada
4 domain kompetensi tersebut yang mencakup 17 kompetensi
sebagaimana diuraikan dalam tabel sebagai berikut:

98
Tabel 6.2 Kompetensi Guru Bimbingan Konseling/Konselor
KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING/KONSELOR
Pedagogik
1. Menguasai teori dan praksis pendidikan
2. Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta
perilaku konseli.
3. Menguasai esensi layanan BK dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan
pendidikan.
Kepribadian
4. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
5. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
individualitas dan kebebasan memilih.
6. Menunjukan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat.
7. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi.
Sosial
8. Mengimplementasikan kolaborasi internal ditempat bekerja.
9. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi BK.
10. Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi.
Profesional
11. Menguasai konsep dan praksis assesmen untuk memahami kondisi,
kebutuhan dan masalah konseli.
12. Menguasai kerangka teoritik dan praksis BK.
13. Merancang program BK.
14. Mengimplementasikan program BK yang komperhensif.
15. Menilai proses dan hasil kegiatan BK.
16. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional.
17. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam BK.

C. Penilaian Kinerja Guru Tambahan


Aspek penilaian kinerja guru tidak hanya terbatas pada
kompetensi pengajaran atau bimbingan, tetapi juga mencakup
kompetensi tugas tambahan. Apa yang dimaksud dengan tugas
tambahan? Tugas tambahan adalah tugas-tugas lain di luar tugas
mengajar atau tugas bimbingan yang menjadi beban seorang
guru. tugas tambahan terutama terkait peranan seorang guru
dalam hal pengelolaan fungsi sekolah atau madrasah tempat dia
bertugas. Misalnya, ketika dia mengemban jabatan sebagai

99
Kepala Sekolah, Tim Penyusun Kurikulum atau tugas-tugas
lainnya terkait kelembagaan pedidikan. Tugas tambahan ter-
sebut tidak hanya mencakup jabatan, tetapi juga mencakup
tugas-tugas lain yang memerlukan pemikiran, waktu, dan biaya
tersendiri. Jadi ketika kita mendapatkan tugas lain dari pim-
pinan, di luar tugas mengajar atau bimbingan, dan tugas tersebut
pada dasarnya relevan dengan fungsi sekolah/madrasah, hal itu
juga bisa dimasukkan sebagai tugas tambahan. Misalnya Pak Adi
berprofesi sebagai Guru Mata Pelajaran Matematika. Selain
mengajar, dia juga ditunjuk oleh atasannya sebagai penanggung
jawab Laboratorium Komputer. Pak Adi dengan sendirinya akan
mendaptkan angka kredit penilaian dari dua sumber. Satu dari
tugas dia sehari-hari sebagai Guru Mata Pelajaran, dan satu lagi
dari tugas dia sebagai Kepala Laboratorium. Dengan begitu,
angka kredit yang akan didapat Pak Adi, akan berpotensi lebih
tinggi dari guru lain yang hanya bertugas sebagai Guru Mata
Pelajaran saja.
Dalam sistem penilaian kinerja guru, tugas tambahan
tersebut mendapatkan penilaian tersendiri. Jadi bagi guru yang
selain mengajar atau membimbing murid, juga dibebani tugas
lain, baik dalam pengelolaan sekolah maupun tugas-tugas
lainnya yang memerlukan waktu yang cukup lama. Dia akan
mendaptkan poin tersendiri dalam penilaian kinerja guru.
Dengan begitu, semakin kita aktif bertugas diluar tugas pokok
mengajar atau membimbing, angka kredit yang kita dapatkan
akan semakin tinggi. Tentu saja dengan syarat tugas tersebut
masih relevan dengan fungsi sekolah/ madrasah.

D. Instrumen Penilaian Kinerja Guru


Berikut ini contoh instrumen Penilaian Kinerja Guru (PKG)
dengan indikator kinerja guru:

100
Tabel 6.3 Tabel Instrumen Penilaian Kinerja Guru (PKG)
No. TUGAS UTAMA/ INDIKATOR KINERJA GURU

I PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP sesuai


1. dengan kurikulum/ silabus dan memperhatikan karakteristik
peserta didik.
Guru menyusun bahan ajar secara runut, logis, kontekstual dan
2.
mutakhir
3. Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang efektif
Guru memilih sumber belajar/ media pembelajaran sesuai dengan
4.
materi dan strategi pembelajaran
PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBELAJARAN YANG AKTIF
II
DAN EFEKTIF
A. Kegiatan Pendahuluan
5. Guru memulai pembelajaran dengan efektif
B. Kegiatan Inti
6. Guru menguasai materi pelajaran
7. Guru menerapkan pendekatan/ strategi pembelajaran yang efektif
8. Guru memanfaatkan sumber belajar/ media dalam pembelajaran
Guru memicu/ memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajar-
9.
an
Guru menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pem-
10.
belajaran
C. Kegiatan Penutup
11. Guru mengakhiri pembelajaran dengan efektif
III PENILAIAN PEMBELAJARAN
12. Guru merancang alat eveluasi untuk mengukur kemajuan dan
keberhasilan belajar peserta didik
13. Guru menggunakan berbagai strategi dan metode penilaian untuk
memantau kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam
mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertulis dalam
RPP
14. Guru memanfaatkan berbagai hasil penilaian untuk memberikan
umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya dan
bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya

10
1
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi
di atas, kerjakan latihan berikut ini!
1. Jelaskan pengertian Penilaian Kinerja Guru (PKG)!
2. Jelaskan fungsi Penilaian Kinerja Guru (PKG)!
3. Jelaskan prinsip Penilaian Kinerja Guru (PKG)!
4. Sebutkan indikator Penilaian Kinerja Guru (PKG) guru kelas
dan guru mata pelajaran!
5. Sebutkan Indikator Penilaian Kinerja Guru (PKG) guru
bimbingan konseling!

Petunjuk Jawaban latihan


1. Lihatlah pada teks yang membahas pengertian Penilaian
Kinerja Guru (PKG).
2. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas fungsi
Penilaian Kinerja Guru (PKG).
3. Anda dapat menjelaskan dengan mengingat kembali
tentang prinsip Penilaian Kinerja Guru (PKG).
4. Anda dapat melihat kembali teks yang indikator Penilaian
Kinerja Guru (PKG) guru kelas dan guru mata pelajaran.
5. Lihatlah teks yang membahas Indikator Penilaian Kinerja
Guru (PKG) guru bimbingan konseling.

RANGKUMAN
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, menegaskan
bahwa penilaian kinerja guru adalah penilaian dari tiap butir
kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karier, ke-
pangkatan, dan jabatannya. penilaian kinerj guru berarti pe-
nilaian kompetensi guru terutama terkait pertimbangan bahwa
penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta
keterampilan guru, sangat menentukan tercapainya kualitas
proses pembelajaran atau pembimbingan peserta didik.
102
Fungsi utama penilaian kinerja guru adalah (a) untuk
menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompetensi
dan keterampilan yang diperlukan pada proses pembelajaran,
pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan
dangan fungsi sekolah/madrasah, dan (b) untuk menghitung
angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran,
pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/madrasah.

10
3
104
BAB VII
PROGRAM SERTIFIKASI GURU

PENDAHULUAN
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kom-
petensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pen-
didikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di
atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi
oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau
sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan
anak usia dini meliputi: (1) Kompetensi pedagogik; (2) Kom-
petensi kepribadian; (3) Kompetensi profesional; dan (4)
kompetensi sosial.
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pen-
didik kepada guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru
yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional
merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik
pendidikan yang berkualitas. Sertifikat pendidik adalah sebuah
sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyeleng-
gara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas
guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen disebut sertifikat
pendidik. Pendidik yang dimaksud disini adalah guru dan dosen
(Muslich, 2007).
Proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru disebut
sertifikasi guru, dan untuk dosen disebut sertifikasi dosen. Guru
dalam jabatan adalah guru PNS dan Non PNS yang sudah

105
mengajar pada satuan Pendidik, baik yang diselenggarakan
pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat, dan sudah
mempunyai perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.
Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan
pengalaman berkarya/ prestasi yang dicapai dalam menjalankan
tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu.
Sertifikat Pendidik.bagi guru dalam jabatan diperoleh melalui
sertifikasi dengan penilaian portofolio atau melalui jalur pen-
didikan.
Pada bab 7 diuraikan dua kegiatan belajar sertifikasi
guru. Secara umum tujuan pembelajaran pada bab 7 untuk
memberikan pemahaman kepada mahasiswa untuk memahamai
sertifikasi guru. Secara khusus setelah mempelajari bab 7 maha-
siswa diharapkan dapat menjelaskan:
1. Pengertian sertifikasi guru
2. Prinsip sertifikasi guru
3. Tujuan dan manfaat sertifikasi guru
4. Penyelenggaraan sertifikasi guru

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah uraian dan contoh dengan cermat berulang-ulang
sehingga Anda benar-benar memahami dan menguasai
materi paparan.
2. Kerjakan latihan yang tersedia secara mandiri. Jika dalam
kasus tertentu Anda mengalami kesulitan menjawab, maka
lihatlah rambu-rambu jawaban latihan. Jika langkah tersebut
belum berhasil menjawab, maka mintalah bantuan tutor
Anda atau orang lain yang lebih tahu.

106
KEGIATAN BELAJAR 9

PROGRAM SERTIFIKASI GURU

A. Pengertian Sertifikasi Guru


Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik
untuk guru dan dosen atau bukti formal sebagai pengakuan yang
diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.
Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Pasal 61 me-
nyatakan bahwa sertifikat dapat berbentuk ijazah dan sertifikat
kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui perte-
muan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya, dan
symposium. Namun sertifikat kompetensi diperoleh dari penye-
lenggara pendidikan dan lembaga pelatihan setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan dosen Bab I pada Ketentuan
Umum Pasal 1 diterangkan bahwa “Sertifikasi adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen”. Istilah
sertifikasi dalam makna kamus berarti surat keterangan (serti-
fikat) dari lembaga berwenang yang di berikan kepada jenis
profesi dan sekaligus pernyataan (lisensi) terhadap kelayakan
profesi untuk melaksanakan tugas. Bagi guru agar dianggap baik
dalam mengemban tugas profesi mendidik. Sertifikat pendidik
tersebut diberikan kepada guru dan dosen yang telah memenuhi
persyaratan.
Sertifikat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,
2005), merupakan tanda atau surat keterangan (pernyataan)
tertulis atau tercetak dari orang yang berwenang yang dapat
digunakan sebagai bukti pemilikan atau suatu kejadian Dari
pengertian dalam KBBI tersebut, sertifikat bukan hanya sekedar

107
kertas berlogo, dengan cap stempel dan tanda tangan sebagai
bukti pengesahan, setifikat hanyalah sebuah sarana sebagai
tanda bukti kepemilikan. Sebagai salah satu bukti tertulis atas
apa yang dicapai. Jadi Sertifikasi guru merupa proses pemberian
serifikat pendidikan untuk guru yang telah lulus uji kopetensi.
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat
pendidik kepada guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada
guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profe-
sional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sebuah
sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas baik.
Menurut Martinis Yamin, sertifikasi adalah pemberian
sertifikat pendidik untuk guru dan dosen atau bukti formal
sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen
sebagai tenaga profesional. Selanjutnya Masnur Muslich menya-
takan sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu
kualifikasi akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pen-
didikan nasional, yang dibarengi dengan peningkatan kesejah-
teraan yang layak.
Berdasarkan pengertian beberapa pendapat di atas
tersebut, sertifikasi dapat diartikan sebagai suatu proses pem-
berian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi
untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pen-
didikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang telah di-
selenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, serti-
fikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk
mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai
landasan pemberian sertifikat pendidik.

108
B. Prinsip Sertifikasi Guru
Menurut Jalal (2007), prinsip sertifikasi guru adalah
sebagai berikut:
1. Dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel.
Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan
sertifikat pendidik yang tidak diskriminatif, dan memenuhi
standar pendidikan nasional. Transparan yaitu mengacu
kepada proses sertifikasi yang memberikan peluang kepada
para pemangku kepentingan pendidikan untuk mem-
peroleh akses informasi tentang proses dan hasil sertifikasi.
Akuntabel merupakan proses sertifikasi yang dipertang-
gungjawabkan kepada pemangku kepentingan pendidikan
secara administratif, finansial, dan akademik.
2. Peningkatan mutu pendidikan nasional melalui pening-
katan guru dan kesejahteraan guru.
Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam
meningkatkan mutu guru yang dibarengi dengan pening-
katan kesejahteraan guru. Guru yang telah lulus uji sertifi-
kasi guru akan diberi tunjangan profesi sebesar satu kali gaji
pokok sebagai bentuk upaya pemerintah dalam mening-
katkan kesejahteraan guru. Tunjangan tersebut berlaku, baik
bagi guru yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS) mau-
pun bagi guru yang berstatus non-pegawai negeri sipil (non
PNS/swasta). Dengan peningkatan mutu dan kesejahteraan
guru maka diharapkan dapat meningkatkan mutu pembe-
lajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara ber-
kelanjutan.
3. Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan.
Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam
rangka memenuhi amanat Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan
109
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
4. Dilaksanakan secara terencana dan sistematis.
Agar pelaksanaan program sertifikasi dapat berjalan
dengan efektif dan efesien harus direncanakan secara
matang dan sistematis. Sertifikasi mengacu pada kompe-
tensi guru dan standar kompetensi guru. Kompetensi guru
mencakup empat kompetensi pokok yaitu kompetensi peda-
gogik, kepribadian, sosial, dan profesional, sedangkan
standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru
yang kemudian dikembangkan menjadi kompetensi guru
TK/RA, guru kelas SD/MI, dan guru mata pelajaran. Untuk
memberikan sertifikat pendidik kepada guru, perlu dilaku-
kan uji kompetensi melalui penilaian portofolio.
5. Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah.
Untuk alasan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan
sertifikasi guru serta penjaminan kualitas hasil sertifikasi,
jumlah peserta pendidikan profesi dan uji kompetensi setiap
tahunnya ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan jumlah
yang ditetapkan pemerintah tersebut, maka disusunlah
kuota guru peserta sertifikasi untuk masing-masing Provinsi
dan Kabupaten/Kota. Penyusunan dan penetapan kuota
tersebut didasarkan atas jumlah data individu guru per
Kabupaten/Kota yang masuk di pusat data Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kepen-
didikan.

C. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru


Sertifikasi guru bertujuan untuk menentukan tingkat
kelayakan seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran di sekolah dan sekaligus memberikan sertifikat
pendidik bagi guru yang telah memenuhi persyaratan dan lulus
uji sertifikasi. Dalam buku panduan dari Kemendiknas, kita bisa

110
mengetahui bahwa tujuan diadakannya sertifikasi guru ini
sebagaimana barikut:
1. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas
sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendi-
dikan nasional.
2. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan
3. Meningkatkan martabat guru.
4. Meningkatkan profesionalisme guru.

Adapun manfaat dai sertifikasi guru tidak hanya terkait


dengan kualitas semata, lebih jauh lagi dari itu, sertifikasi guru
juga berakses pada peningkatan kesejahtraan guru yang selama
ini banyak disindir sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, tanpa
imbalan uang untuk kesejahtraannya yang layak dan juga tanpa
bintang dari pemerintah, inilah beberapa manfaat sertifikasi guru
1. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak
kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan
yang tidak profesional dan tidak berkualitas
3. Meningkatkan kesejahtraan guru.

Manfaat dari diadakan program sertifikasi guru dalam


jabatan adalah sebagai berikut:
1. Pengawasan Mutu
a. Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para
profesi untuk mengembangkan tingkat kompetensinya
secara berkelanjutan.
b. Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi,
baik pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun
pengembangan karir selanjutnya.
c. Proses yang lebih baik, program pelatihan yang lebih
bermutu maupun usaha belajar secara mandiri untuk
mencapai profesionalisme.

111
2. Penjaminan Mutu
a. Adanya pengembangan profesionalisme dan evaluasi
terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi
masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik
terhadap organisasi profesi beserta anggotanya.
b. Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi
para pelanggan atau pengguna yang ingin memper-
kerjakan orang dalam bidang keahlian dan keteram-
pilan tertentu.

Undang-Undang Guru dan Dosen menyatakan bahwa


sertifikasi sebagai bagian dari peningkatan mutu guru dan
peningkatan kesejahteraannya. Oleh karena itu, lewat sertifikasi
diharapkan guru menjadi pendidik yang profesional, yaitu yang
berpendidikan minimal S-I /D-4 dan berkompetensi sebagai
agen pembelajaran yang dibuktikan dengan memiliki sertifikat
pendidik yang nantinya akan mendapatkan imbalan (reward)
berupa tunjangan profesi dari pemerintah sebesar satu kali gaji
pokok.
Sertifikat pendidik disebut dengan sertifikat guru dan
sertifikat dosen. Sertifikasi guru yang dimaksud disini adalah
bertujuan untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksana-
kan tugas sebagai agen pembelajaran dalam tujuan pendidikan
nasional yang berkualitas, meningkatkan proses dan mutu hasil
pendidikan, meningkatkan martabat guru dan meningkatkan
profesionalitas guru. Sehingga nantinya diharapkan dengan
adanya peningkatan kesejahteraan guru secara finansial dapat
menjadikan pendidikan nasional lebih berkualitas baik dari sisi
pendidik maupun peserta didik.
Kesimpulan yang dapat dituangkan dari penjelasan di atas
adalah sebenarnya jika merujuk pada tujuan dan manfaat
sertifikasi diharapkan dari sertifikasi begitu luas dan dalam jika
dilaksanakan dengan bijak tanpa ada kecurangan sehingga
tujuan yang diharapkan akan terwujud dan maksimal.

112
Jenis-jenis Pelaksanaan Program Sertifikasi Guru Dalam
pelaksanaannya, sertifikasi guru terbagi dalam 2 jenis, diantara-
nya sebagai berikut (Dasuki dkk, 2008):
1. Sertifikasi bagi guru prajabatan dilakukan melalui pendi-
dikan profesi di LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan
pemerintah diakhiri dengan uji kompetensi.
2. Sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun
2007, yakni dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio.

D. Penyelenggaraan Sertifikasi Guru


1. Penyelenggaraan Sertifikasi Guru
Lembaga penyelenggara Sertifikasi telah diatur oleh
Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005, pasal 11 (ayat2) yaitu;
perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh peme-
rintah. Maksudnya penyelenggaraan dilakukan oleh perguruan
tinggi yang memiliki fakultas keguruan, seperti FKIP dan
Fakultas Tarbiyah UIN, IAIN, STAIN, STAIS yang telah
terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia dan
ditetapkan oleh pemerintah. Dengan demikian jelaslah, bahwa
kualifikasi kesejanaan calon guru atau guru dpat berasal dari S-
1/D-4 kependidikan yang dihasilkan olah lembaga pengadaan
tenaga kependidikan [LPTK] seperti IKIP, FKIPdan STIKIP untuk
jenjang pendidikan tinggi umumserta Tarbiyah Institut Agama
Islam [IAI] atau Sekolah Tinggi Agalam Islam [STAI] pada
jenjang pendidikan tinggi Agama.
Pelaksanaan Sertifikasi diatur oleh penyelenggara, yaitu
kerjasama antara Dinas Pendidikan Nasional Daerah atau
Departemen Agama Provinsi dengan Perguruan Tinggi yang
ditunjuk. Kemudian pendanaan sertifikasi ditanggung oleh
pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005, pasal 13 (ayat 1) Pemerintah dan

113
pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk pening-
katan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru
dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat.

2. Alur Sertifikasi Guru


Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 5 tahun 2012, guru dalam jabatan yang telah
memenuhi persyaratan dapat mengikuti sertifikasi melalui: (1)
Pemberian Sertifikat Pendidik secara Langsung (PSPL), (2)
Portofolio (PF), (3) Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG),
atau (4) Pendidikan Profesi Guru (PPG). Khusus sertifikasi guru
dalam jabatan melalui PPG diatur dalam buku panduan
tersendiri.
a. Pemberian Sertifikat Pendidik secara Langsung (Pola PSPL)
Sertifikasi guru pola PSPL didahului dengan verifikasi
dokumen. Peserta sertifikasi guru pola PSPL sebagai berikut.
1) Guru yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2
atau S-3 dari perguruan tinggi terakreditasi dalam
bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan
dengan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran
yang diampunya dengan golongan paling rendah IV/b
atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara
dengan golonganIV/b.
2) Guru kelas yang sudah memiliki kualifikasi akademik
S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi terakreditasi dalam
bidang kependidikan atau bidang studi yang relevan
dengan tugas yang diampunya dengan golongan paling
rendah IV/b atau yang memenuhi angka kredit
kumulatif setara dengan golongan IV/b.
3) Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang
sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari

114
perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kepen-
didikan atau bidang studi yang relevan dengan tugas
bimbingan dan konseling dengan golongan paling
rendah IV/b atau yang memenuhi angka kredit
kumulatif setara dengan golongan IV/b
4) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas pada
satuan pendidikan yang sudah memiliki kualifikasi
akademik S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi ter-
akreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang
studi yang relevan dengan tugas kepengawasan dengan
golongan paling rendah IV/b atau yang memenuhi
angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b;
atau
5) Guru yang sudah mempunyai golongan paling rendah
IV/c, atau yang memenuhi angka kredit kumulatif
setara dengan golongan IV/c (melalui in passing)

b. Penilaian Portofolio (Pola PF)


Sertifikasi guru pola PF dilakukan melalui penilaian
dan verifikasi terhadap kumpulan berkas yang men-
cerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian
portofolio mencakup: (1) kualifikasi akademik, (2) pen-
didikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4)
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian
dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya
pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum
ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang. kependidikan
dan sosial, dan (10) penghargaan yang relevan dengan
bidang pendidikan.
Peserta Sertifikasi pola Portofolio adalah guru dan
guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendi-
dikan yang telah memenuhi persyaratan akademik dan
administrasi serta memiliki prestasi dan kesiapan diri.
Sementara itu, bagi guru yang telah memenuhi persyaratan

115
akademik dan administrasi namun tidak memiliki kesiapan
diri untuk mengikuti sertifikasi melalui pola PF, dibolehkan
mengikuti sertifikasi pola PLPG setelah lulus Uji Kom-
petensi Awal (UKA).

c. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)


Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) meru-
pakan pola sertifikasi dalam bentuk pelatihan yang diseleng-
garakan oleh Rayon LPTK untuk memfasilitasi terpenuhinya
standar kompetensi guru peserta sertifikasi. Beban belajar
PLPG sebanyak 90 jam pembelajaran selama 10 hari dan
dilaksanakan dalam bentuk perkuliahan dan workshop
menggunakan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM). Perkuliahan
dilaksanakan untuk penguatan materi bidang studi, model-
model pembelajaran, dan karya ilmiah.
Workshop dilaksanakan untuk mengembangkan,
mengemas perangkat pembelajaran dan penulisan karya
ilmiah. Pada akhir PLPG dilaksanakan uji kompetensi.
Peserta sertifikasi pola PLPG adalah guru yang bertugas
sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan
dan konseling atau konselor, serta guru yang diangkat
dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memilih:
(1) sertifikasi pola PLPG, (2) pola PF yang berstatus tidak
mencapai passing grade penilaian portofolio atau tidak lulus
verifikasi portofolio (TLVPF), dan (3) PSPL tetapi berstatus
tidak memenuhi persyaratan (TMP) yang lulus UKA.
Sertifikasi guru Pola PSPL, PF dan PLPG dilakukan
oleh Rayon LPTK Penyelenggara Sertifikasi Guru yang
ditunjuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Rayon
LPTK Penyelenggara terdiri atas LPTK Induk dan LPTK
Mitra. Bagi Rayon LPTK yang ditugasi oleh KSG untuk men-
sertifikasi mata pelajaran khusus dapat didukung oleh
perguruan tinggi yang memiliki program studi yang relevan

116
dengan mata pelajaran yang disertifikasi. Penyelenggaraan
sertifikasi guru dikoordinasikan oleh Konsorsium Sertifikasi
Guru (KSG).
Penjelasan prosedur sertifikasi bagi guru dalam jabatan:
a. Guru dalam jabatan peserta sertifikasi, menyu-
sun dokumen portofolio dengan mengacu pada
dokumen portofolio dengan mengacu pada
Pedoman Penyusunan Portofolio Guru.
b. Dokumen Portofolio yang telah disusun kemu-
dian diserahkan kepada Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota untuk diteruskan kepada
Rayon LPTK Penyelenggara sertifikasi untuk
dinilai oleh asesor dari rayon LPTK tersebut.
c. Rayon LPTK Penyelenggara Sertifikasi terdiri
atas LPTK Induk dan sejumlah LPTK mitra.
d. Apabila hasil penilaian portofolio peserta serti-
fikasi dapat mencapai angka minimal kelulusan,
dinyatakan lulus dan memperoleh sertifikat
pendidik.
e. Apabila hasil penilaian portofolio peserta serti-
fikasi belum mencapai angka minimal kelulusan,
berdasarakan hasil penilaian (skor) portofolio,
Rayon LPTK merekomendasikan alternatif
sebagai berikut.
a Melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan
dengan profesi pendidik untuk melengkapi
kekurangan portofolio.
b Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi
Guru (Diklat Profesi Guru atau DPG) yang
diakhiri dengan ujian. Materi DPG mencakup
empat kompetensi guru.
c Lama pelaksanaan DPG diatur oleh LPTK Penye-
lenggara dengan memperhatikan skor hasil
penilaian portofolio.

117
d Apabila peserta lulus ujian DPG, peserta akan
memperoleh Sertifikat Pendidik.
e Bila tidak lulus, peserta diberi kesempatan ujian
ulang dua kali, dengan sekurang-kurangnya dua
minggu. Apabila belum lulus juga, peerta di-
serahkan kembali ke Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota.
f. Untuk menjamin standarnisasi prosedur dan
mutu lulusan, rambu-rambu mekanisme, materi,
dann system ujian DPG dikembangkan oleh
Konsorsium Sertifikassi Guru (KSG).
g. DPG dilaksanakan sesuai dengan rambu-rambu
yang ditetapkan oleh KSG.

3. Mekanisme Sertifikasi
Mengacu pada Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007,
persyaratan peserta sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah
guru yang telah memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau
diploma (D-IV). Sertifikasi guru dalam jabatan melibatkan
berbagai institusi pemerintah yaitu Depdiknas (Ditjen Dikti dan
Ditjen PMPTK), DiNAS Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota, dan LPTK penyelenggara.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai
materi di atas, kerjakan latihan berikut ini!
1. Jelaskan pengertian sertifikasi guru!
2. Jelaskan prinsip-prinsip sertifikasi guru!
3. Jelaskan tujuan sertifikasi guru!
4. Jelaskan alur sertifikasi guru!
5. Jelaskan persyaratan sertifikasi guru!

118
Petunjuk Jawaban latihan
1. Lihatlah pada teks yang membahas pengertian sertifikasi
guru secara mendalam.
2. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas prinsip
sertifikasi guru.
3. Anda dapat menjelaskan dengan mengingat kembali
tentang pembahasan tujuan sertifikasi guru.
4. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas alur
sertifikasi guru.
5. Lihatlah pada teks yang membahas persyaratan sertifikasi
guru.

RANGKUMAN
Sertifikasi dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian
pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan
tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang telah diselenggarakan
oleh lembaga sertifikasi. Tujuan diadakannya sertifikasi guru ini
adalah (1) Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan
tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, (2) Meningkatkan proses dan mutu hasil
pendidikan, (3) Meningkatkan martabat guru, (4) Meningkatkan
profesionalisme guru. Guru dalam jabatan yang telah memenuhi
persyaratan dapat mengikuti sertifikasi melalui: (1) Pemberian
Sertifikat Pendidik secara Langsung (PSPL), (2) Portofolio (PF),
(3) Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), atau (4)
Pendidikan Profesi Guru (PPG).

119
120
BAB VIII
PENDIDIKAN PROFESI GURU

PENDAHULUAN
Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah pendidikan tinggi
setelah program pendidikan sarjana yang mempersiapkan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan ke-
ahlian khusus dalam menjadi guru. Pendidikan profesi guru
harus ditempuh selama 1-2 tahun setelah seorang calon lulus dari
program sarjana kependidikan maupun non sarjana kepen-
didikan. PPG (Program Pendidikan Profesi Guru) merupakan
program pengganti akta IV yang tidak berlaku mulai tahun 2005.
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) ini merupakan salah
satu program yang dirancang oleh Direktorat Jenderal Kelem-
bagaan Iptek dan Dikti guna meningkatkan kualitas guru
sehingga diharapkan dapat menghasilkan lulusan calon guru
yang profesional dan siap menghadapi tantangan di era
persaingan yang ketat ini (Dikti, 2017).
Program PPG diselenggarakan untuk mempersiapkan
lulusan S1 Kependidikan dan S1/D-IV Non Kependidikan yang
memiliki bakat dan minat menjadi guru agar menguasai kom-
petensi guru secara utuh sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan sehingga dapat memperoleh sertifikat pendidik
profesional dan kemudian dapat menjadi guru pada pendidikan
anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
umum maupun kejuruan. Program PPG juga akan mendapat
penilaian akreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi (BAN-PT) sehingga calon guru yang sudah memiliki
ijazah Sarjana, dapat segera mendaftar di Lembaga Pendidikan

121
Tenaga Kependidikan (LPTK) yang diberi ijin untuk
menyelenggarakan PPG
Pada bab 8 diuraikan dua kegiatan belajar Pendidikan
Profesi Guru (PPG). Secara umum tujuan pembelajaran pada bab
8 untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa untuk
memahamai Pendidikan Profesi Guru (PPG). Secara khusus
setelah mempelajari bab 8 mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan:
1. Pengertian Pendidikan Profesi Guru (PPG)
2. Kurikulum Pendidikan Profesi Guru (PPG)
3. Sistem Pembelajaran Pendidikan Profesi Guru (PPG)

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah uraian dan contoh dengan cermat berulang-ulang
sehingga Anda benar-benar memahami dan menguasai
materi paparan.
2. Kerjakan latihan yang tersedia secara mandiri. Jika dalam
kasus tertentu Anda mengalami kesulitan menjawab, maka
lihatlah rambu-rambu jawaban latihan. Jika langkah tersebut
belum berhasil menjawab, maka mintalah bantuan tutor
Anda atau orang lain yang lebih tahu.

122
KEGIATAN BELAJAR 10

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI


GURU (PPG)

A. Pendidikan Profesi Guru


Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen menjelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi
akademis, kompetensi, dan sertifikat pendidik. Kualifikasi aka-
demis diperoleh melalui jalur pendidikan tinggi program sarjana
ataupun program diploma empat. Sedangkan, sertifikat pendidik
menjadi bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada
guru atau dosen sebagai tenaga profesional.
Peningkatan profesionalitas tenaga pendidik, seorang guru
atau lulusan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
harus menempuh jalur pendidikan profesi guru atau lebih
dikenal dengan PPG. Bahkan program profesi ini tidak hanya
ditujukan kepada lulusan kependidikan, akan tetapi non
kependidikan pun bisa mengikuti program ini ketika berminat
menjadi guru. Pendidikan Profesi Guru (PPG) ini sendiri
merupakan sebuah program baru dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.Setelah bergulir dengan berbagai pertimbangan
sejak tahun 2008, dan pada tahun 2016 pemerintah telah menge-
luarkan kebijakan bahwa setiap guru harus menempuh pen-
didikan profesi guru guna meningkatkan kompetensi pendidik.
Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah pendidikan tinggi
setelah program pendidikan sarjana yang mempersipakan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan
keahlian khusus dalam menjadi guru. PPG ini sendiri harus
dijalani selama 1-2 tahun setelah seorang calon lulus dari pro-
gram sarjana kependidikan atauun sarjana non-kependidikan.
PPG merupakan program pengganti akta IV yang tidak berlaku

123
mulai tahun 2005, kebijakan tersebut diambil atas pertimbangan
rendahnya kualitas guru di Indonesia saat ini.
Guru yang menjadi tolak ukur sendiri sebagai pendidik
profesional yang bertugas untuk mendidik, mengajar, meng-
arahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Hal
ini pun kemudian dikonstruksi secara yuridis dengan lahirnya
PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Permendiknas No.8
Tahun 2009 tentang PPG. Konstruksi pendangan masyarakat pun
akhirnya berubah secara sosio-kultural.
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tersebut
kemudian melahirkan berbagai kebijakan baru tentang teknis
seperti program sertifikasi dalam jabatan (PP. Nomor 10 Tahun
2009). Tidak hanya melakukan beberapa tahapan diatas peme-
rintah pun akhirnya menindak, dengan membuat sebuah uji
kompetensi untuk mendapat sertifikat pendidik. LPTK pun
memiliki target out put (keluar) bagi calon guru yang otomatis
nantinya akan menjadi seorang guru, namun dengan keluarnya
regulasi baru ini gelar sarjana non kependidikan kini bisa
menjadi guru. Dengan hanya mengikuti kuliah satu taun (sama
dengan sarjana pendidikan yang ingin jadi guru) dengan bobot
30-40 SKS.
Hal yang menarik kita bisa ambil dari ini adalah ternyata
PPG merupakan pertaruhan terakhir yang dilakukan oleh LPTK
sebagai lembaga penghasil tenaga kependidikan.Setelah melalui
berbagai upaya kompetensi guru melalui berbagai kegiatan dan
program, termasuk sertifikasi dengan portofolio, maupun
Pendidikan dan latihan Profesi Guru (PLPG), yang dinilai masih
belum memberikan perubahan secara menyeluruh. Mengingat
sertifikasi melalui portofolio dan PLPG akan berkahir pada tahun
2015, maka persyaratan untuk menempuh sertifikasi melalui
program PPG ini hukumnya menjadi wajib.
Program PPG ini berintikan pada praktik sosial pen-
didikan, yakni; pertama, pra menjadi guru, keluaran pendidikan
tinggi terlebih dahulu diberikan Pendidikan dan Pelatihan

124
Profesi Guru (PPG) Prajabatan. Lalu, keluaran pendidikan tinggi
yang telah mengikuti PPG prajabatan diangkat menjadi guru,
maka yang bersangkutan secara otomatis memenuhi persyaratan
sebagai pendidik profesional. PPG sendiri merupakan sebuah
amanah UU Sisdiknas dan UUGD, dan salah satu jaan keluar
untuk mengendalikan mutu guru. Menurut UUGD No. 14 tahun
2005, guru waib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
sertifikasi kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.

1. Tujuan Pendidikan Profesi Guru (PPG)


Fungsi pendidikan profesi guru (PPG) adalah untuk
menyiapkan guru yang menguasai bidang studi dan memiliki
kompetensi sesuai dengan standar guru. PPG digunakan sebagai
surat ijin dalam mengajar dengan harapan akan terbentuk tenaga
profesional guru yang terampil dibidangnya. Tujuan dari
pendidikan profesi guru itu sendiri adalah menghasilkan caln
guru yang memiliki kompetensi merencanakan dan
melaksanakan proses pmbelajaran, menilai haisl pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan peserta didik. Dengan
kata lain PPG bertujuan untuk menghasilkan guru yang
kompeten dalam seluruh aspek kegiatan pembelajaran.
Mengacu pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
pasal 3 bahwa tujuan umum PPG adalah menghasilkan calon
guru yang memiliki kemampuan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta tanggung jawab. Sedangkan menurut Permendiknas No. *
tahun 2009 pasal 2 bahwa tujuan PPG adalah menghasilkan calon
guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan,

125
melaksanakan dan menilai pembelajaran. Selanjutnya pada
Permendikbud RI No. 87 Tahun 2013 bahwa tujuan PPG adalah:
a. Untuk menghasilkan calon guru yang memiliki
kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan
menilai pembelajaran
b. Menndaklanjuti hasil penilaian dengan melakukan
pembimbingan, dan pelatihan peserta didik
c. Mampu melakukan penelitian dan mengembangkan
profesionalias secara berkelanjutan.

2. Landasan Penyelenggaraan PPG


a. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003. Tentang sistem
Pendidikan nasional
b. Undang undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005.
Undang-undang Guru Dan Dosen
c. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasonal Pendidikan
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru
e. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru
f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 8 Tahun
2009 tentang Program Pendidikan Profesi Pra jabatan
g. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 9 Tahun
2010 tentang Program Pendidikan Profesi Bagi Guru
dalam jabatan.
h. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 87 Tahun
2013 tentang Program Pendidikan Profes Guru Pra
jabatan.

3. Tenaga Pendidik PPG


Sebagai sebuah pendidik profesi, maka dosen yang
mengajar di PPG juga harus memenuhi persyaratan. Menurut

126
Permendiknas nomor 8 Tahun 2009 Tentang Pendididkan profesi
Guru Prajabatan, dosen pada program PPG memiliki kualifikasi
pendidikan minimum lulusan Magister (S2) dan minimal salah
satu strata pendidikan setiap dosen berlatar belakanga bidang
pendidikan sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang
diajarkannya. Selain itu, masih menurut Permendiknas, dosen
juga diutamakan yang memiliki sertifikat keahlian sesuai dengan
tingkat dan bidang keahlian yang diajarkannya.
Dalam Permendiknas No 87 Tahun 2013 juga dijelaskan
bahwa Dosen atau tenaga pendidik pada program PPG memiliki
kualifikasi paling rendah lulusan Magister (S2) dan paling sedikit
salah satunya strata pendidikan setiap dosen berlatar belakang
bidang kependidikan, serta diutamakan yang memiliki sertifikat
keahlian.
Program PPG diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
memiliki lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh menteri. Dalam
Panduan Pendidikan Profesi Guru (PPG) dijelaskan bahwa
penelenggaraan program berkualifikasi doktor (S3) dan jabatan
akademik paling rendah Lektor, dan 4 (empat) orang
berkualifikasi Magister (S2) dengan jabatan akademik paliing
rendah Lektor Kepala, dan berlatar belakang pendidikan sama
atau sesuai dengan program PPG yang akan diselenggarakan.

4. Peserta PPG
Dalam Permendiknas Nomor 87 tahun 2013 tentang
Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan bahwa Kualifikasi
akademik calon peserta didik program PPG adalah (1) S1
Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi
yang akan ditempuh, (2) S1 Kependidikan yang serumpun
dengan program pendidikan profesi yang akan ditempuh, (3)
S1.DIV non kependidikan yang sesuai dengan program
pendidikan profesi yang akan ditempuh, (4) S1/DIV Non
kependidikan serumpun dengan program penddidikan profesi

127
yang akan ditempuh, (5) S1 Psikologi untuk program PPG pada
PAUD atau SD.
Sementara menurut Permendiknas Nomor 9 Tahun 2010
tentang Program Pendidikan Profesi Guru bagi Guru dalam
jabatan bahwa Kualifikasi akademik peserta didik program PPG
bagi guru dalam jabatan adalah S-1/D-IV. Peserta didik berasal
dari S-1/D-IV yang tidak sesuai dengan satuan pendidikan, mata
pelajaran yang mampu berdasarkan hasil seleksi dan Penilaian
Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB) belum
memenuhi standar harus menempuh pendalaman akademik
bidang studi atau akademik kependidikan.
Rekrutmen calon mahasiswa merupakan kunci utama
keberhasilan program PPG. Rekrutmen mahasiswa haruss
memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut.
1. Penerimaan calon harus disesuaikan dengan permintaan
nyata di lapangan dengan menggunakan prinsip supply dan
demand sehingga tidak ada lulusan yang tidak mendapat
tempat bekerja sebagai pendidik di sekolah. Hal ini dapat
mendorogn calon yang baik memasuki program PPG.
2. Mengutamakan kualitas calon mahasiswa dengan menen-
tukan batas kelulusan minimal menggunakan acuan
patokan. Ini berarti bahwa calon mahasiswa hanya akan
diterima jika memenuhi persyaratan lulus minimal dan
bukan berdasarkan alasan lain. Hanya calon terbaik yang
dapat diterima.
3. Untuk memenuhi prinsip butir 1 dan 2 di atas maka
penerimaan mahasiswa baru perlu dilakukan bekerjasama
dengan Dinas Pendidikan di daerah sebagai stakeholders.
Kerjasama ini perlu dilakukan menyangkut jumlah calon,
kualifikasi dan keahlian sesuai dengan mata pelajaran yang
dibina dan benar-benar diperlukan.
4. Agar mendapatkan calon yang berkualitas tinggi maka
proses penerimaan harus dilakukan secara fair,terbuka dan
bertanggung jawab.

128
5. Rekrutmen peserta dilakukan dengan prosedur sebagai
berikut:
a. Seleksi administrasi: (1) Ijazah S-1/D-IV dari program
studi yang terakreditasi, yang sesuai ata serumpun
dengan mata pelajaran yang akan diajarkan (2)
Transkrip nilai dengan indeks prestasi kumulatif
mnimal 2,75 (3) Surat keterangan kesehatan (4) Surat
Keterangan kelakuan baik dan (5) Surat keterangan
bebas napza.
b. Tes penguasaan bidang studi yang sesuai dengan
program PPG yag akan diikuti
c. Tes Potensi Akademik
d. Tes penguasaan kemampuan berbahasa Inggris.
(English for academic purpose)
e. Penelusuran minat dan bakat melalui wawancara dan
observasi kinerja disesuaikan dengan mata pelajaran
yang akan diajarkan serta kemampuan lain sesuai
dengan karakteristik program PPG.
f. Asesmen kepribadian melalui wawancara/inventory
atau instrument asesmen lainnya.
6. Peserta yang dinyatakan lulus dan diterima dalam program
PPG diberikan nomor pokok mahasiswa (NPM) oleh LPTK.
Daftar peserta yang dinyatakan LULUS beserta NPM
selanjutnya se1anjutnya dilaporkan kepada Direktur jendral
Pendidikan Tinggi Depdiknas.
Keberhasilan rekrutmen ini amat tergantung kepada kerja
sama antara LPTK penyelenggara program PPG dan Direkur
Jenderal Pendidikan Tinggi dengan Dinas Pendidikan/
Pemda serta stakeholders Iainnya yang relevan untuk
memegang teguh prinsip akuntabilitas pengadaan tenaga
kependidikan/guru.
Dilihat dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
rekrutiment guru dengan kualifikasi S-1 Kependidikan S-
1/D-IV non Kependidikan, dilihat dari aspek akademis dan

129
profesional, masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangannya. Dalam rangka menjadikan mereka guru
profesional, maka kelebihan dan kekurangan ini merupakan
modal dan sekaligus tantangan atau piakan untuk
melakukan pembenahan lewat Pendidikan Profesi guru
Prajabatan S-1 Kependidikan membutuhkan tambahan 18-
20 SKS. Tambahan ini dilandasai pemikiran bahwa apa yang
belum dimiliki oleh S-1 Kependidikan dan S-1/D-IV non
Kependidikan, begitu pula apa yag telah mereka miliki
dikembangkan dan disempurnakan sehingga berubah
menjadi lebih mantap. Kesemuanya ini secara lengkap
dijabarkan dalam panduan Pendidikan profesi Guru
Prajabatan, yang bertujuan menjadikan guru yang
profesional dan memiliki kompetensi.

B. Kurikulum PPG
Struktur kurikulum program PPG berisi lokakarya
pengembangan perangkat pembelajaran, latihan mengajar
melalui pembelajaran mikro, pembelajaran pada teman sejawat,
dan program pembelajaran lapangan (PPL), dan program
pengayaan bidang studi/ atau pedagogi. Dalam Permendiknas
No 9 tahun 2010 dijelaskan bahwa, struktur kurikulum PPG
terdiri dari: pendidikan bidang studi (Subject Specific Pedagogy/
SSP) yang mencakup standar kompetensi, materi, strategi,
metode, media dan evaluasi; program pengalaman lapangan
(PPL) kependidikan.
Penetapan kurikulum PPG adalah sangat penting karena
hakekat kurikulum sebagai pedoman dalam menyelenggarakan
PPG.Di dalam kurikulum memuat berbagai aspek terkait dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang bermuara pada
pencapaian tujuan kegiatan. Kecermatan dalam penyusunan
Kurikulum PPG mengikuti alur, yaitu: (1) standar kompetensi
kelulusan PPG, (2) Kemempuan awal peserta, dan, (3) kebutuhan
tiap kelompok peserta.

130
1. Standar Kompetensi Kelulusan (SKL)
Penyusunan dan pengembangan Kurikulum PPG merupa-
kan penjabaran dari SKL, PPG SKL merupakan kompetensi
lulusan minimal yang diharapkan dicapai oleh setiap alumnus
pendidikan profesi guru. SKL inimasih merupakan tujuan yang
bersifat umum.Agar SKL dapat tercapai harus dijabarkan
kedalam indikator-indikator hasil belajar.Guru ideal memiliki
kriteria lengkap.Guru minimal dapat berfungsi sebagai
pendamping dalam belajar, sumber ilmu, da pen-transfer ilmu
pengetahuan.Kompetensi berikut menggambarkan sosok utuh
seorang guru.
a. kemampuan mengenal secara mendalam peserta didik yang
dilayani
b. Penguasaan bidang studi secara keilmuan dan kepen-
didikan, yaitu kemampuan mengemas materi pembelajaran
kependidikan
c. kemempuan menyelenggarakan pembelajaran yang
mendidik (perencanaan pelaksanaan, penilaian, peman-
faatan hasil penilaian)
d. pengembangan profesionalitas berkelanjutan.

Keempat kompetensi diatas erat berkaitan dengan


kompetensi akademik dan kompetensi profesional. Adapun
kompetensi profesional PPG, yang merupakan SKL PPG adalah:
a. Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta
didik mencapai standar kompetensi.
b. Menguasi ilmu pendidikan, perkembangan dan mem-
bimbing peserta didik.
c. Menguasi pembelajaran bidang studi, belajar dan pem-
belajaran, evaluasi pembelajaran, perencanaan pembe-
lajaran, media pembelajaran, dan penelitian bagi
peningkatan pembelajarn bidang studi.
d. Mampu melaksanakan praktek pembelajaran bidang studi.

131
e. Memiliki integritas kepribadian yang meliputi aspek fisik-
motorik, intelektual, social, konatif, dan afektif.
f. Kompetensi sosial merupakan kemampuan dalam menjalin
hubungan social secara langsung maupun menggunakan
media disekolah dan diluar sekolah.

SKL di atas dijabarkan menjadi indikator-indikator hasil


belajar yang sesuai. Selanjutnya dilakukan identifikasi materi
yang relevan dengan indicator hasil belajar dengan menetapkan
berbagai macam strategi pembelajaran yang tepat. Langkah ini
harus relevan dan disinkronkan dengan kemampuan awal
peserta. Selai harus memiliki SKL profesional seharusnya setiap
guru juga harus memiliki 7 standar yaitu: (1) mental, (2) moral,
(3) social, (4) Spriritual, (5) Intelektual, (6) fisik, dan (7) psikis.

2. Kemampuan awal peserta


Syarat akademis input PPG adalah semua sarjana S-1/D-
IV kependidikan dan non kependidikan yang tentunya memiliki
latar belakang dan orientasi materi pembelajaran berbeda.
Penyusunan kurikulum PPG harus melalui serangkaian analisa
terhadap kurikulum yang telah ada pada jenjang pendidikan
formal sebagai persyaratan mengikim PPG, yaitu pendidikan
dihubungkan dengan tujuan PPG. Hasil nalisa seperti tercantum
dalam Tabel berikut:

132
Tabel 1 Analisis Perbandingan Kompetensi lulusan S1
Kependidikan dan S1/ DIV Non kependidikan
Lulusan S1/DIV Non
No Kompetensi Lulusan S1 Kependidikan
Kependidikan
1 Akademik Telah menguasi konsep dan Belum menguasi konsep
landasan kependidikan dan landasan kependidikan
Telah memahami peserta Belum memahami peserta
didik secara baik didik karena tidak di-
programkan dalam
pembelajaran
Telah menguasi bidang Telah menguasi bidang
studi dan mampu studi secara mendalam tapi
mengemas bidang studi belum mampu mengemas
untuk pembelajaran bidang studi untuk
pembelajaran
Telah menguasai penge- Belum mengusai
tahuan tentang pembelajar- pengetahuan tentang
an dan segala aspeknya pembelajaran dan segala
aspeknya
2 Profesional Telah memiliki kemampuan Belum memiliki
merencanakan dan melak- kemampuan merencanakan
sanakan pembelajaran dan melaksanakan
dengan segala speknya pembelajaran karena tidak
walaupun belum sempurna diprogramkan dalam
pembela

Berdasarkan Tabel 1 di atas maka disusun kurikulum PPG


yang sesuai untuk kedua kelompok lulusan pendidikan dan non
kependidikan yang tercantum pada table berikut:

133
Tabel 2 Kerangka Kurikulum PPG
Lulusan S1/ D-IV Non
No. Kompetensi Lulusan S1 Kependidikan
Kependidikan
1 Akademik Pengemasan materi untuk Kajian tentang teori
bidang studi untuk pembe- pendidikan dan
lajaran bidang studi yang pembelajaran
mendidik (Subject specific Kajian tentang peserta
pedagogy) didik
Pengemasan materi bidang
studi untuk pembelajaran
bidang studi yang men-
didik (subject specific
pedagogy)
Pembentukan kompetensi
kepribadian pendidik
2 Profesional PPL Kependidikan PPL Kependidikan

Berdasarkan Tabel 2 diatas terdapat perbedaan struktur


kurikulum PPG peserta lulusan S1 Kependidikan dan peserta
lulusan S1/D-IV Non Kependidikan.Perbedaan ini berdasarkan
pada kurikulum jenjang pendidikan sebelumnya, yang dijadikan
dasar dalam menetapkan kemampuan awal peserta didik.

3. Kebutuhan tiap kelompok peserta


Peserta didik dikelompokan kedalam berbagai kelompok
yang disesuaikan dengan tingkat satuan pendidikan dan mata
pelajaran yang akan diampunya, tiap jenjang pendidikan tertentu
memiliki beban belajar yang berbeda dengan tingkat yang lain
terkaiit dengan keleluasaan dan kedalaman materi, berikut tabel
yang menjelaskan tentang tingkat satuan pendidikan, latar
belakang pendidikan, dan beban belajar yang harus disesuaikan:

134
Tabel 3 Tingkat Satuan Pendidikan, Latar Belakang
Pendidikan Peserta Didik dan Beban dalam PPG
Latar Belakang Beban
No Tingkat Satuan Pendidikan
Pendidikan Belajar
1 TK/RA/TKLB atau bentuk Sarjana (S1) atau D-IV 18-20 SKS
lainnya yang sederajat Kependidikan untuk
TK/RA atau bentuk lain
yang sederajat
2 SD/MI/SDLB atau bentuk lain Sarjana (S1) atau D-IV 18-20 SKS
yang sederajat Kependidikan untuk
SD/ MI/ SDLB atau
bentuk lain yang
sederajat
3 TK/RA/TKLB atau bentuk lain Sarjana (S1) atau D-IV 36-40 SKS
yang sederajat Kependidikan untuk
TK/RA/TKLB atau
bentuk lain yang
sederajat
4 SD/MI/SDLB atau bentuk lain Sarjana (S1) atau D-IV 36-40 SKS
yang sederajat Kependidikan untuk
SD/ MI/ SDLB atau
bentuk lain yang
sederajat
5 TK/RA/TKLB atau bentuk lain Sarjana Psikologi S1 36-40 SKS
yang sederajat
6 SMP/MTs/SMPLB atau bentuk Sarjana (S1) atau D-IV 36-40 SKS
lain yang sederajat Kependidikan maupun
S1 atau D-IV non kepen-
didikan
7 SMA/MA/SMALB/SMK/MAK Sarjana (S1) atau D-IV 36-40 SKS
atau bentuk lain yang sederajat Kependidikan maupun
S1 atau D-IV non kepen-
didikan

Selanjutnya dalam pengembangan kurikulum program


PPG paling tidak harus mengacu pada:
1) Kompetensi yang berimplikasi kepada perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian pembelajaran denngan mengacu
pada perangkat komptensi yang dicapai.
2) Berorientasi kepada pengembangan yang lebih ditekankan
pada aspek pengembangan keterampilan yang kontekstual

135
dengan profesi guru, didukung oleh kegiatan praktek,
praktikum dan workshop tanpa mengabaikan pengem-
bangan aspek-aspek teoritis yang relevan.
3) Pentingnya keterlibatan pihak-pihak pemangku kepen-
tingan (Stakeholder), antara lain asosiasi profesi program
studi dan pengguna lulusan, dalam keseluruhan program
pengembangan kurikulum.

Sesuai dengan karakteristik peserta program PPG yang


sangat heterogen, maka alur pengembangan kurikulum program
PPG adalah bertolak dari standar kompetnsi Lulusan dan
berdasarkan hasil survey/asesstmen kemampuan awal peserta;
dan menyusun isi kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan tiap
kelompok peserta.

C. Sistem Pembelajaran PPG


Salah satu kompetensi guru profesional adalah kompetensi
pedagogik. Dalam kompetensi pedagogik seorang guru harus
memahami menguasi dan melaksanakannya yaitu: (a) mengua-
sai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual, (b) menguasi teori belajar
dan prinsip prinsip pembelajaran yang mendidik, (c) menguasi
kurikulum yang terkait dengan bidang studi pengembangan
yang diampu, (d) terampil melakukan kegiatan pengembangan
yang mendidik, (e) memanfaatkan tekhnologi informasi dan
komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan
pengembangan yang mendidik, (f) memfasilitasi pengembangan
potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki,
(g) berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan
peserta didik, (h) terampil melakukan penilaian dan evaluasi
untuk kepentingan pembelajaran, (i) melakukan tindakan
reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

136
Kompetensi pedagogik tersebut bisa diperdalam dalam
program PPG, Guru profesional debentuk hanya dengan melalui
kegiatan belajar tentang prinsip-prinsip akademik di dalam
kelas. Ia harus menyelami dunia praktik melalui prinsipi-prinsip
tersebut dalam dunia nyata sehingga guru secara utuh mencakup
tiga domain kompetensi, yaitu kognitif, afektif maupun psiko-
motorik.
Sistem pembelajaran pada program PPG mencakup
lokakarya pengembangan perangkap pembelajaran dan program
pengalaman lapangan yang diselenggarakan dengan peman-
tauan langsug secara intesif oleh dosen pembimbing dan guru
pamong yang ditugaskan khusus untuk kegiatan tersebut.
Lokakarya pengembangan perangakat pembelajaran dan pro-
gram pengalaman lapangan dilaksanakan dengan berorientasi
pada pencapaian kompetensi merencanaakn dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, menindak-
lanjuti hasil penilaian, serta melakukan pembimbingan dan
pelatihan.
Sistem pembelajaran dn perkuliahan dalam PPG berbentuk
workshop SSP (Subject Spesifik Pedagogy) untuk menyiapkan
perangkat pembelajaran disekolah dan praktik pengalaman
langsung (PPL). Perangkat pembelajaran yang dipelajari men-
cakup RPP bahan ajar, media pembelajaran, evaluasi pem-
belajaran, dan sebagainya. Dalam proses pelaksanaan belajar
mengajar PPG digunakan prinsip-prinsip pembelajaran yaitu:
1. Keaktifan peserta didik
Peserta didik aktif menemukan, menggali, meng-
observasi fenomena, melakukan pemecahan, dan melapor-
kan. Kegiatan dilakukan melalui berbagai cara penemuan
dan media pembelajaran yang sesuai.
2. Higher Order Thingking
Pembelajaran PPG dalah pembelajaran orang dewasa
dalam menghasilkan tenaga yang profesiaonal. Tingkat
berfikir peserta didik di arahkan pada pemikiran tingkat

137
tinggi meliputi berfikir kritis, kreatif, logis, rekleftif,
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
3. Dampak Pengiring
Dampak pengiring (nurtutant effect) diharapkan terjadi
sebagai upaya membantu pengembangan sikap dan kepri-
badian peserta didik sebagai guru. Dalam berbagai interaksi
dan komunikasi antar peserta didik dengan tenaga
pengajar/ dosen, dalam pembelajaan, dalam pengerjaan
tugas dan lain-laindi mungkinkan terjadi pengembangan
kompetensi kepribadian dan sosial peserta didik
4. Mekanisme balikan secara berkala
Dalam pembelajaran hendaknya menggunakan ber-
bagai macam alat penilaian yang dapat di gunakan sebagai
kontrol terhadap pelaksanaan dan efektivitas pembelajaran.
5. Pemanfaatan teknologi informasi
Teknologi bertujuan memudahkan kehidupan
manusia dalam berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali
pendidikan. Penerapan teknologi informasi (dan juga
komunikasi) sedemikian pesat dan telah menjadi kenis-
cayaan bahwa setiap pelaku pendidikan (termasuk guru)
dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Keterampilan mengoprasikan teknologi informasi dan
komunikasi dan memanfaatkan dalam pembelajaran sebagai
media belajar mutlak di miliki oleh setiap peserta didik.
6. Pembelajaran Konstekstual
PPG adalah kegiatan pembentukan dan pengem-
bangan profesi guru Indonesia dengan demikian, segenap
amteri, kegiatan dan media pembelajaran hendaknya
berakar dan bersumber pada keseharian yang akrab dengan
nilai-nilai ke-Indonesia-an. Misalnya, kurikulum PPG untuk
guru IPA hendaknya menampilkan IPA khas Indonesia
dalam rangka mencapa kompetensi penggunaan indikator
alam untuk berbagai senyawa asam dan basa. Indikator
yang digunakan adalah berasal dair keanekaragaman

138
tanaman Indonesia, seperti: kunyit, temulawak, kembang
sepatu, dan lain sebagainya. Dengan pembelajaran yang
konstektual akan mengarahkan peserta didik kepada
pemanfaatan potensi lokal dalam rangka mencapai pem-
belajaran bermakna.
7. Belajar dengan berbuat (Learning by doing)
Dengan konsep belajar “belajar dengan berbuat”
diharapkan segala pemahaman menjadi lebih baik untuk
semau aspek baik kognitif. Afektif maupun psikomotorik.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena peserta didik
melakukan dan menemukan sendiri pengetahuan. Proses
pembelajaran dalam Program PPG lebih menekankan
kepada partisipasi aktif mahasiswa melalui model pembe-
lajaran workshop atau lokakarya dengan bmbingan atau
asuhan dosen dan guru pamong.
Tahapan dan suasana pembelajaran dalam PPG untuk
tahap workshop SSP (Subject Specific Pedagogy), dapat dicon-
tohkan sebagai berikut Workshop SSP adalah suatu pem-
belajaran dalam PPG berbentuk loka karya yang bertujuan
untuk menyiapkan mahasiswa Program PPG agar mampu
mengemas materi bidang studi, sehingga mahasiswa di-
nyatakan siap untuk melaksanakan tugas Praktik Peng-
alaman Lapangan, yang ditandai dengan kesiapa: 1) RPP, 2)
bahan ajar, 3) media pembelajaran, dan 4) pendukung
pembelajaran lainnya, serta 5) kemampuan menampilkan
kinerja calon guru profesional.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi
di atas, kerjakan latihan berikut ini!
1. Jelaskan pengertian pendidikan profesi guru!
2. Jelaskan tujuan pendidikan profesi guru!
3. Jelaskan syarat menjadi peserta pendidikan profesi guru!
4. Jelaskan dan bagaimana kurikulum PPG bagi guru SD!

139
5. Jelaskan empat prinsip pembelajaran di kelas pendidikan
profesi guru!

Petunjuk Jawaban latihan


1. Lihatlah pada teks yang membahas pengertian pendidikan
profesi guru.
2. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas tujuan
pendidikan profesi guru.
3. Anda dapat menjelaskan dengan mengingat kembali
tentang syarat menjadi peserta pendidikan profesi guru.
4. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas
kurikulum PPG bagi guru SD
5. Lihatlah pada teks yang membahas empat prinsip
pembelajaran PPG.

RANGKUMAN
Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah pendidikan tinggi
setelah program pendidikan sarjana yang mempersipakan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan ke-
ahlian khusus dalam menjadi guru. PPG ini sendiri harus dijalani
selama 1-2 tahun setelah seorang calon lulus dari program
sarjana kependidikan atauun sarjana non-kependidikan. Tujuan
PPG adalah (a) untuk menghasilkan calon guru yang memiliki
kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai
pembelajaran, (b) Menndaklanjuti hasil penilaian dengan
melakukan pembimbingan, dan pelatihan peserta didik, Mampu
melakukan penelitian dan mengembangkan profesionalias
secara berkelanjutan. Penyusunan Kurikulum PPG mengikuti
alur, yaitu: (1) standar kompetensi kelulusan PPG, (2) Kemam-
puan awal peserta, dan, (3) kebutuhan tiap kelompok peserta.

140
BAB IX
PENGEMBANGAN PROFESI GURU
BERKELANJUTAN

PENDAHULUAN
Upaya untuk mencapai visi pendidikan yaitu menciptakan
insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif memerlukan
perhatian khusus pada guru sebagai tenaga profesional yang
mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting
dalam hal ini. Profesi guru dipandang perlu untuk dikembang-
kan sebagai profesi bermartabat sebagaimana telah diamanatkan
dalam Undang-Undang tentang Guru dan Dosen Nomor 14
tahun 2005. Salah satu konsekuensinya, maka jabatan guru
sebagai profesi memerlukan pembinaan dan pengembangan
secara berkelanjutan.program Pengembangan Keprofesian Ber-
kelanjutan (PKB) dianggap sebagai salah satu sistem yang dinilai
akan dapat membantu mewujudkan terbentuknya guru-guru
profesional. Berdasarkan permennegpan dan reformasi birokrasi
nomor 16 tahun 2009 di atas, pengembangan keprofesian ber-
kelanjutan (PKB) adalah pengembangan kompetensi guru yang
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan
untuk meningkatkan profesionalitasnya.
Pada Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, PKB adalah
unsur utama yang kegiatannya juga diberikan angka kredit
untuk pengembangan karir guru, selain kedua unsur utama
lainnya, yakni: (1) pendidikan; (2) pembelajaran/pembimbingan
dan tugas tambahan dan/atau tugas lain yang relevan. Menurut
Permennegpan itu telah pula dijelaskan bahwa pengembangan

141
keprofesian berkelanjutan (PKB) terdiri dari 3 komponen, yaitu:
pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.
Selanjutnya PKB pada tahun 2012 nanti merupakan salah satu
komponen pada unsur utama yang pada kegiatannya akan
diberikan angka kredit selain (a) Pendidikan; (b) Pembelajaran/
Bimbingan; dan (c) penunjang.
Pada bab 9 diuraikan dua kegiatan belajar pengembangan
keprofesian berkelanjutan (PKB) dan program induksi guru
pemula (PIGP). Secara umum tujuan pembelajaran pada bab 9
untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa untuk
memahamai pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)
dan program induksi guru pemula (PIGP). Secara khusus setelah
mempelajari bab 9 mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan:
1. Prinsip pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)
dan program induksi guru pemula (PIGP).
2. Pengertian pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)
3. Pengertian program induksi guru pemula (PIGP)
4. Prinsip program induksi guru pemula (PIGP)

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah uraian dan contoh dengan cermat berulang-ulang
sehingga Anda benar-benar memahami dan menguasai
materi paparan.
2. Kerjakan latihan yang tersedia secara mandiri. Jika dalam
kasus tertentu Anda mengalami kesulitan menjawab, maka
lihatlah rambu-rambu jawaban latihan. Jika langkah tersebut
belum berhasil menjawab, maka mintalah bantuan tutor
Anda atau orang lain yang lebih tahu.

142
KEGIATAN BELAJAR 11

PRINSIP PENGEMBANGAN PROFESI GURU

A. Prinsip Pengembangan Profesi Berkelanjutan


(PKB)
Paling tidak ada 9 prinsip dasar yang harus dipenuhi
dalam pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan
untuk guru (PKB), yaitu:
1. PKB harus fokus kepada keberhasilan peserta didik atau
berbasis hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, PKB
harus menjadi bagian integral dari tugas guru sehari-hari.
Hal ini tentu saja lumrah karena tujuan dari pengembangan
keprofesian berkelanjutan pada muaranya adalah hasil
belajar siswa yang meningkat. Sebagai output dari proses
pembelajaran, kualitas siswa merupakan bukti bahwa telah
terjadi peningkatan profesionalisme oleh guru yang
bersangkutan.
2. Setiap guru berhak mendapat kesempatan untuk mengem-
bangkan diri yang perlu diimplementasikan secara teratur,
sistematis, dan berkelanjutan. Untuk menghindari kemung-
kinan pengalokasian kesempatan pengembangan yang tidak
merata, proses penyusunan program PKB harus dimulai
dari sekolah. Begitu besarnya jumlah guru di Indonesia
tentu saja membuat pelaksanaan program pengembangan
keprofesian berkelanjutan harus direncanakan dengan baik.
Pelaksanaan program ini harus diatur sedemikian rupa,
sistematis, dan dan bersifat terus-menerus, agar terjadi
peningkatan kualitas guru di negeri ini.
3. Sekolah wajib menyediakan kesempatan kepada setiap guru
untuk mengikuti program PKB dengan minimal jumlah jam
per tahun sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan

143
Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009. Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota dan/ atau sekolah berhak
menambah alokasi waktu jika dirasakan perlu. Program
pengembangan keprofesian berkelanjutan bukan saja
kewajiban bagi guru, akan tetapi itu sudah merupakan
haknya. Profesi guru menuntut perkembangan yang terus-
menerus dari guru. Guru tidak dapat diam di tempat. Ia
harus terus belajar dan mengembangkan diri untuk menjadi
sosok yang profesional dan bermartabat.
4. Bagi guru yang tidak memperlihatkan peningkatan setelah
diberi kesempatan untuk mengikuti program PKB sesuai
dengan kebutuhannya, maka dimungkinkan diberikan
sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Sanksi tersebut tidak berlaku bagi guru, jika sekolah tidak
dapat memenuhi kebutuhan guru untuk melaksanakan
program PKB. Ini mungkin pernyataan yang sedikit melecut
guru-guru kita untuk bersikap serius untuk melakukan
kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Hal ini
wajar dilakukan pemerintah karena bagaimanapun juga
guru adalah ujung tombak peningkatan kualitas pendidikan
di negeri ini.
5. Cakupan materi untuk kegiatan PKB harus terfokus pada
pembelajaran peserta didik, kaya dengan materi akademik,
proses pembelajaran, penelitian pendidikan terkini, dan
teknologi dan/atau seni, serta menggunakan pekerjaan dan
data peserta didik untuk meningkatkan kualitas pembe-
lajaran. Hal ini antara lain dimaksudkan agar kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan yang dilakukan
oleh seorang guru benar-benar membawa manfaat, dan
berdampak besar bagi peningkatan kualitas kompetensinya
sebagai guru yang profesional.
6. Proses PKB bagi guru harus dimulai dari guru sendiri. Oleh
karena itu, untuk mencapai tujuan PKB, kegiatan
pengembangan harus melibatkan guru secara aktif sehingga

144
betul-betul terjadi perubahan pada dirinya, baik dalam
penguasaan materi, pemahaman konteks, keterampilan, dan
lain-lain sesuai dengan tujuan peningkatan kualitas layanan
pendidikan di sekolah.
7. PKB yang baik harus berkontribusi untuk mewujudkan visi,
misi, dan nilai-nilai yang berlaku di sekolah dan/atau
kabupaten/kota. Oleh karena itu, kegiatan PKB harus
menjadi bagian terintegrasi dari rencana pengembangan
sekolah dan/atau kabupaten/ kota dalam melaksanakan
peningkatan mutu pendidikan yang disetujui bersama
antara sekolah, orangtua peserta didik, dan masyarakat.
8. Sedapat mungkin kegiatan PKB dilaksanakan di sekolah
atau dengan sekolah di sekitarnya (misalnya di gugus KKG
atau MGMP) untuk menjaga relevansi kegiatannya dan juga
untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan yang
disebabkan jika guru dalam jumlah besar bepergian ke
tempat lain.
9. PKB harus mendorong pengakuan profesi guru menjadi
lapangan pekerjaan yang bermartabat dan memiliki makna
bagi masyarakat dalam pencerdasan bangsa, dan sekaligus
mendukung perubahan khusus di dalam praktik-praktik
dan pengembangan karir guru yang lebih obyektif,
transparan dan akuntabel.

B. Pengembangan Profesi Guru


1. Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan upaya-upaya yang
dilakukan oleh seorang guru dalam rangka meningkatkan profe-
sionalismenya. Dengan demikian ia akan mempunyai kompe-
tensi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ia
diharapkan akhirnya akan dapat melaksanakan tugas pokok dan
kewajibannya dalam pembelajaran/ pembimbingan, termasuk
pula dalam melaksanakan tugas-tugas tambahan yang relevan
dengan fungsi sekolah/ madrasah.

145
Kegiatan pengembangan diri terdiri dari dua jenis, yaitu
diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru. Kegiatan pengem-
bangan diri ini dimaksudkan agar guru mampu mencapai
dan/atau meningkatkan kompetensi profesi guru yang men-
cakup: kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial, dan profe-
sional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/
madrasah yang dimaksud di atas dalam kaitan dengan
pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB), diorientasikan
kepada kegiatan peningkatan kompetensi sesuai dengan tugas-
tugas tambahan tersebut (misalnya kompetensi bagi kepala
sekolah, kepala laboratorium, kepala perpustakaan, dsb).
Pendidikan Latihan atau Diklat fungsional adalah kegiatan
guru dalam mengikuti pendidikan atau latihan yang bertujuan
untuk mencapai standar kompetensi profesi yang ditetapkan
dan/atau meningkatkan keprofesian untuk memiliki kompetensi
di atas standar kompetensi profesi dalam kurun waktu tertentu.
Jadi ada batasan waktu, di mana diharapkan guru mampu
melaksanakannya minimal sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009
tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
Kegiatan kolektif guru adalah kegiatan guru dalam
mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau kegiatan bersama
yang bertujuan untuk mencapai standar atau di atas standar
kompetensi profesi yang telah ditetapkan. Kegiatan kolektif guru
mencakup:
a. Kegiatan lokakarya atau kegiatan kelompok guru untuk
penyusunan kelompok kurikulum dan/atau pembelajaran
b. Pembahas atau peserta pada seminar, koloqium, diskusi
pannel atau bentuk pertemuan ilmiah yang lain
c. Kegiatan kolektif lain yang sesuai dengan tugas dan
kewajiban guru.

146
Kegiatan pengembangan diri yang mencakup diklat
fungsional dan kegiatan kolektif guru tersebut harus meng-
utamakan kebutuhan guru untuk pencapaian standar dan/ atau
peningkatan kompetensi profesi khususnya berkaitan dengan
melaksanakan layanan pembelajaran. Kebutuhan guru untuk
mencapai atau meningkatkan kompetensinya dapat mencakup:
a. kompetensi menyelidiki dan memahami konteks di tempat
guru mengajar
b. penguasaan materi dan kurikulum
c. penguasaan metode mengajar
d. kompetensi melakukan evaluasi peserta didik dan
pembelajaran
e. penguasaan teknologi informatika dan komputer (TIK)
f. kompetensi menghadapi inovasi dalam sistem pendidikan
di Indonesia
g. kompetensi menghadapi tuntutan teori terkini
h. kompetensi lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas-
tugas tambahan atau tugas lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah.

2. Publikasi Ilmiah
Publikasi ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang telah
dipublikasikan kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi
guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di
sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum.
Publikasi ilmiah mencakup 3 kelompok kegiatan, yaitu:
a. presentasi pada forum ilmiah;
b. sebagai pemrasaran/nara sumber pada seminar, lokakarya
ilmiah, koloqium atau diskusi ilmiah
c. publikasi ilmiah hasil penelitian atau gagasan inovatif pada
bidang pendidikan formal

147
Publikasi ilmiah publikasi ilmiah hasil penelitian atau
gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal mencakup
pembuatan:
a. karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang
pendidikan di sekolahnya yang diterbitkan/ dipublikasikan
dalam bentuk buku yang ber-ISBN dan diedarkan secara
nasional atau telah lulus dari penilaian ISBN, atau diter-
bitkan/dipublikasikan dalam majalah/jurnal ilmiah tingkat
nasional yang terakreditasi, provinsi, dan tingkat kabu-
paten/kota, diseminarkan di sekolah atau disimpan di
perpustakaan.
b. tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikanyang dimuat di:jurnal
tingkat nasional yang terakreditasi; jurnal tingkat nasional
yang tidak terakreditasi/ tingkat provinsi; jurnal tingkat
lokal (kabupaten/ kota/sekolah/ madrasah, dsb.
c. publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan dan/atau
pedoman guru. Publikasi ini mencakup pembuatan: buku
pelajaran per tingkat atau buku pendidikan per judul yang
lolos penilaian BSNP, atau dicetak oleh penerbit dan ber-
ISBN, atau dicetak oleh penerbit dan belum ber-ISBN
d. modul/diklat pembelajaran per semester yang digunakan di
tingkat: provinsi dengan pengesahan dari Dinas Pendidikan
Provinsi; atau kabupaten/kota dengan pengesahan dari
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota; atau sekolah/madrasah
setempat.
e. buku dalam bidang pendidikan dicetak oleh penerbit yang
ber-ISBN dan/atau tidak ber-ISBN; karya hasil terjemahan
yang dinyatakan oleh kepala sekolah/ madrasah tiap karya;
buku pedoman guru.

148
3. Karya inovatif
Karya inovatif adalah karya yang bersifat pengembangan,
modifikasi atau penemuan baru sebagai bentuk kontribusi guru
terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah
dan pengembangan dunia pendidikan, sains/teknologi, dan seni.
Karya inovatif ini mencakup:
a. penemuan teknologi tepat guna kategori kompleks dan/
atau sederhana;
b. penemuan/peciptaan atau pengembangan karya seni
kategori kompleks dan/atau sederhana;
c. pembuatan/pemodifikasian alat pelajaran/peraga/-prak-
tikum kategori kompleks dan/ atau sederhana;
d. penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya pada
tingkat nasional maupun provinsi.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi
di atas, kerjakan latihan berikut ini!
1. Jelaskan pengembangan keprofesian berkelanjutan!
2. Jelaskan bagaimana pengembangan diri profesi guru!
3. Jelaskan fungsi kegiatan diklat fungsional dan kolektif guru!
4. Jelaskan pengembangan melalui publikasi ilmiah guru!
5. Jelaskan pengembangan melalui karya ilmiah guru!

Petunjuk Jawaban latihan


1. Lihatlah pada teks yang membahas pengembangan kepro-
fesian berkelanjutan secara mendalam.
2. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas
pengembangan diri profesi guru.
3. Anda dapat menjelaskan dengan mengingat kembali
tentang pembahasan fungsi kegiatan diklat fungsional dan
kolektif guru.
4. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas
pengembangan melalui publikasi ilmiah guru.

149
5. Lihatlah pada teks yang membahas pengembangan melalui
karya ilmiah guru.

RANGKUMAN
Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) terdiri
dari 3 komponen, yaitu: pengembangan diri, publikasi ilmiah,
dan karya inovatif. Sembilan prinsip dasar yang harus dipenuhi
dalam pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan
untuk guru (PKB), yaitu: (1) PKB harus fokus kepada keber-
hasilan peserta didik atau berbasis hasil belajar peserta didik, (2)
Setiap guru berhak mendapat kesempatan untuk mengem-
bangkan diri yang perlu diimplementasikan secara teratur,
sistematis, dan berkelanjutan, (3) Sekolah wajib menyediakan
kesempatan kepada setiap guru untuk mengikuti program PKB
dengan minimal jumlah jam per tahun, (4) Bagi guru yang tidak
memperlihatkan peningkatan setelah diberi kesempatan untuk
mengikuti program PKB sesuai dengan kebutuhannya, maka
dimungkinkan diberikan sanksi, (5) Cakupan materi untuk
kegiatan PKB harus terfokus pada pembelajaran peserta didik,
kaya dengan materi akademik, proses pembelajaran, penelitian
pendidikan terkini, dan teknologi dan/atau seni, serta meng-
gunakan pekerjaan dan data peserta didik untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran, (6) Proses PKB bagi guru harus dimulai
dari guru sendiri, (7) PKB yang baik harus berkontribusi untuk
mewujudkan visi, misi, dan nilai-nilai yang berlaku di sekolah,
(8) Sedapat mungkin kegiatan PKB dilaksanakan di sekolah atau
dengan sekolah melalui gugus KKG atau MGMP serta (9) PKB
harus mendorong pengakuan profesi guru menjadi lapangan
pekerjaan yang bermartabat.

150
KEGIATAN BELAJAR 12

PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA

A. Program Induksi Guru Pemula (PIGP)


1. Pengertian Program Induksi Guru Pemula (PIGP)
Sistem itu adalah sesuatu yang baru dalam sistem pen-
didikan nasional kita dibanding dengan negara lain di kawasan
Asia Pasifik. Ditengarai bahwa ketiadaan sistem induksi ini
menjadi salah satu penyebab rendahnya kualitas guru di
Indonesia. Sistem induksi merupakan suatu sistem yang mem-
beri kesempatan kepada guru pemula untuk dapat memahami
tugas pokok dan fungsinya sebagai guru dengan bimbingan dari
seorang mentor. Selama masa induksi ini guru bersama mentor
melakukan diskusi dan perbaikan terhadap rencana-rencana
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru pemula.
Pengertian Program Induksi Guru Pemula (PIGP) Adalah
kegiatan orientasi pelatihan ditempat kerja pengembangan
praktek pemecahan permasalahan dalam proses pembelajaran
bagi guru pemula pada sekolah/madrasah di tempat tugasnya.

2. Prinsip Program Induksi


Diselenggarakan secara profesional, kesejawatan, akun-
tabel, berkelanjutan bagi guru pemula pada sekolah/ madrasah
di tempat tugasnya.
a. Peserta Program Induksi
1) Guru pemula berstatus Calon Pegawai Negeri Sipil
(CPNS) yang ditugaskan pada sekolah/madrasah yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah
daerah;
2) guru pemula berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS)
mutasi dari jabatan lain.

151
3) guru pemula bukan PNS yang ditugaskan pada
sekolah/madrasah yang diselenggarakan oleh masya-
rakat. Program induksi merupakan tahap penting
dalam Pengembangan Profesi Berkelanjutan (PPB) bagi
seorang guru. Program Induksi Guru Pemula dapat
juga dilaksanakan sebagai Program Induksi Guru
Pemula Berbasis Sekolah, karena itu pelaksanaan yang
baik haruslah sistematis dan terencana berdasarkan
konsep kerjasama dan kemitraan diantara para guru
dalam pendekatan pembelajaran profesional. Induksi
merupakan proses pembelajaran profesional yang
berlangsung paling tidak selama satu tahun dimana
guru pemula belajar menyesuaikan diri dari pendidikan
guru di sekolah atau dari tempat kerja lain untuk
menjadi guru baik sebagai guru tetap, guru kontrak
atau guru paruh waktu di sekolah. Induksi adalah
proses pembelajaran untuk menjadi guru dan pem-
belajaran tentang profesi guru serta merupakan proses
perkembangan kepribadian. PIGP adalah kegiatan
orientasi pelatihan di tempat kerja, pengembangan dan
praktik pemecahan berbagai permasalahan dalam
proses pemebelajaran/bimbingan dan konseling bagi
guru pemula pada sekolah/madrasah ditempat
tugasnya.

B. Prinsip Program Induksi Guru Pemula (PIGP)


Penyelenggaraan Program Induksi Guru Pemula
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Profesional; penyelenggaraan program yang didasarkan
pada kode etik profesi, sesuai bidang tugas;
2. Kemitraan; menempatkan guru pemula dan pembimbing
sebagai mitra sejajar;
3. Kesejawatan; penyelenggaraan atas dasar hubungan kerja
dalam tim;

152
4. Mandiri; bekerja tanpa bergantung pada pihak lain;
5. Demokratis; menempatkan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan kelompok;
6. Terbuka; proses dan hasil kerja diketahui oleh pihak-pihak
yang berkepentingan;
7. Fleksibel; menyesuaikan dengan situasi dan kondisi
lingkungan yang ada;
8. Partisipasif; melibatkan banyak pihak dalam pengambilan
keputusan
9. Akuntabel; penyelenggaraan yang dapat dipertanggung-
jawabkan kepada publik;
10. Responsibel; penyelenggaraan bekerja sesuai dengan
tupoksinya
11. Sistemik, dilaksanakan secara teratur dan runtut;
12. Berkelanjutan, dilakukan secara terus menerus dengan
selalu mengadakan perbaikan atas hasil sebelumnya.

Program Induksi Guru Pemula dilaksanakan dalam rangka


menyiapkan guru pemula agar menjadi guru profesional dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Dengan demikian program
induksi senantiasa dipantau dan dievaluasi agar dapat diperbaiki
di masa depan. Pemantaun dan evaluasi sebagai salah satu
bagian proses penjaminan mutu pendidikan terutama dalam
pemenuhan standar kompetensi guru sesuai dengan ketentuan
yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru. Selain itu, melalui program induksi diharap-
kan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga dapat me-
nunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan
sekaligus memecahkan permasalahan yang dihadapi dan dialami
oleh guru pemula dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, kondisi
sekolah, dan lingkungannyat kumpulan lengkap.

153
C. Dasar Hukum Program Induksi Guru Pemula
(PIGP)
1. Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, bagian V: tentang Pembinaan dan Pengem-
bangan, pada Pasal 32 dan 33.
2. Permenpan No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan
fungsional Guru dan Angka kreditnya, bagian V tentang
Pembinaan dan Pengembangan, pada pasal 30.
3. Permendiknas No. 27 Tahun 2010 tentang Program
Induksi bagi Guru Pemula.

D. Tujuan Program Induksi Guru Pemula (PIGP)


Adapun tujuan Program Induksi Guru Pemula (PIGP)
sebagai berikut:
1. Beradaptasi dengan iklim kerja dan budaya sekolah
2. Melaksanakan pekerjaannya sebagai guru profesional di
sekolah

Program Induksi Guru Pemula didasarkan pada pema-


haman bahwa:
1. Pembelajaran di tempat kerja merupakan unsur utama bagi
perkembangan dan pembelajaran profesional guru pemula,
Tahap ini juga berperan penting dalam Pengembangan
Profesi Berkelanjutan (PPB).
2. Pembelajaran profesional melibatkan guru dan kelompok
guru yang mengembangkan praktek dan pemahaman baru
tentang pekerjaan mereka.
3. Kerjasama dan dialog profesional di sekolah dapat
mendukung pembelajaran profesional, mengembangkan
praktek reflektif dan memperkuat pendekatan kolegalitas
untuk perkembangan sekolah.

154
4. Pembelajaran profesional guru merupakan landasan bagi
perkembangan sekolah dan peningkatan hasil belajar siswa
serta peningkatan status profesi.

Program Induksi Guru Pemula (PIGP) yang efektif adakah


program yang:
1. Mengembangkan kompetensi profesional guru pemula
dalam mengajar
2. Menuntut peran kepala sekolah dan mentor untuk men-
ciptakan hubungan yang kuat, profesional, dan positif
dengan guru pemula serta pegawai sekolah lain
3. Didasarkan pada semangat kemitraan di sekolah dan PPB.
4. Mengintegrasikan refleksi dan evaluasi diri untuk guru
pemula, mentor dan kepala sekolah
5. Bersifat fleksibel dan mengalami peerubahan dalam per-
jalanan waktu untuk menyesuaikan dengan kebutuhan yang
muncul dari guru pemula
6. Menghubungkan guru pemula, mentor dan kepala sekolah
dengan jaringan seprofesi di sekolah lain.

Petugas yang membimbing Guru Pemula; (1) Guru


pembimbing yang telah mendapatkan SK dari Kepala sekolah, (2)
Kepala Sekolah, (3) Pengawas Sekolah.
Tata Cara Pelaksanaan Guru Pemula
1. Bulan 1 : Praobservasi,Observasi dan Pascaobservasi
2. Bulan 2-9 : Penilaian oleh Pembimbing
3. Bulan 10-11 : Penilaian Oleh Kepala Sekolah
4. Bulan 12 : Laporan PIGP Kategori Baik atau tidak Baik

Aturan Nilai: 91-100: Amat Baik, 76-90: Baik, 61-75: cukup,


51-60: sedang, < 50: Kurang
Nilai diatas 76 maka akan diterbitkan Sertifikat Guru
Induksi Guru Pemula oleh Dinas Pendidik. Jika Kurang nilai 76

155
maka akan diperpanjang 1 Tahun lagi. Program PIGP dilak-
sanakan di sekolah selama 1 tahun.

1. Program Induksi Guru Pemula Berbasis Sekolah (PIGPBS)


didasarkan pada pemahaman bahwa:
a. Pembelajaran di tempat kerja merupakan unsur utama
bagi perkembangan dan pembelajaran profesional guru
pemula, Tahap ini juga berperan penting dalam Pengem-
bangan Profesi Berkelanjutan (PPB).
b. Pembelajaran profesional melibatkan guru dan kelompok
guru yang mengembangkan praktek dan pemahaman
baru tentang pekerjaan mereka.
c. Kerjasama dan dialog profesional di sekolah dapat
mendukung pembelajaran profesional, mengembangkan
praktek reflektif dan memperkuat pendekatan kolegalitas
untuk perkembangan sekolah.
d. Pembelajaran profesional guru merupakan landasan bagi
perkembangan sekolah dan peningkatan hasil belajar
siswa serta peningkatan status profesi

2. PIGPBS yang efektif adakah program yang:


a. Mengembangkan kompetensi profesional guru pemula
dalam mengajar
b. Menuntut peran kepala sekolah dan mentor untuk
menciptakan hubungan yang kuat, profesional, dan
positif dengan guru pemula serta pegawai sekolah lain
c. Didasarkan pada semangat kemitraan di sekolah dan
PPB.
d. Mengintegrasikan refleksi dan evaluasi diri untuk guru
pemula, mentor dan kepala sekolah
e. Bersifat fleksibel dan mengalami peerubahan dalam
perjalanan waktu untuk menyesuaikan dengan kebutuh-
an yang muncul dari guru pemula

156
f. Menghubungkan guru pemula, mentor dan kepala
sekolah dengan jaringan seprofesi di sekolah lain.

3. Garis Besar PIGBS


Tiap titik poin dalam kotak PIGPBS menunjukkan modul
untuk pembelajaran profesional bagi guru pemula, kepala
sekolah dan mentor. Program PIGPBS merupakan kelanjutan
dari proses pembelajaran di universitas (pendidikan guru pre-
service) dan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Kepala sekolah
harus melakukan analisis kebutuhan terhadap guru pemula dan
sekolah. Program induksiguru pemula berbasis sekolah hendak-
nya dapat memenuhi kebutuhan individual guru pemula dengan
memperhatikan aspek-aspek unik dan khas dari sekolah. Proses
assessmen bagi guru pemula meliputi observasi mengajar dan
pekerjaan lain yang terkait dengan pengajaran. Tahap 1 dilak-
sanakan dari bulan 2-9 pada tahun pertama mengajar. Assessment
tahap 1 merupakan penilaian untuk pengembangan- difokuskan
pada penilaian untuk pembelajaran. Assessmen tahap 2– pe-
nilaian untuk pembelajaran. Penilaian tahap 2 (bulan 10-12)
dapat dilaksanakan setelah dilaksanakannya PIGPBS dan
assessmen tahap-1. Pada assessmen tahap 2, kinerja guru dinilai
berdasarkan elemen kompetensi yang tercantum dalam Standar
Guru (Regulasi menteri 16/2007). Kepala sekolah harus
membuat keputusan tentang kompetensi profesional guru
pemula setelah dilaksanakan proses penilaian Tahap 2. Proses ini
meliputi pembuatan laporan tertulis secara formal tentang guru
yang ditandatangai oleh guru pemula dan kepala sekolah.
Pengawas sekolah akan mengesahkan laporan tersebut setelah
malakukan wawancara dan observasi terhadap guru pemula
pada waktu yang telah ditentukan (bulan 10-12).

157
4. Tugas dan Tanggungjawab Ditjen PMPTK
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) sebagai pembina guru
memiliki tugas dan tanggungjawab untuk membangun sistem
regulasi program induksi. Selain itu juga memberikan pen-
dampingan bagi daerah yang masih belum memiliki sumber
daya manusia yang kompeten untuk melaksanakan program
induksi.

5. Tugas dan Tanggungjawab Dinas Pendidikan


Bagi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) maka dinas pen-
didikan kabupaten/kota/provinsi sesuai dengan lingkup
tugasnya memberikan informasi kepada sekolah tentang guru
pemula yang ditempatkan pada sebuah sekolah. Selain informasi
maka dinas pendidikan juga memberikan surat tugas kepada
guru pemula yang bersangkutan untuk bertugas di sekolah
tertentu. Bagi guru bukan PNS maka pihak sekolah swasta
melaporkan kepada pihak dinas pendidikan tentang adanya
guru pemula di sekolahnya. Dalam kaitannya dengan program
induksi maka dinas pendidikan harus menegaskan kepada
kepala sekolah agar melaksanakan program induksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

6. Tugas dan Tanggungjawab Sekolah


Hari-hari dan minggu pertama guru pemula di sekolah
merupakan waktu yang sangat penting. Pada periode itu guru
pemula memerlukan dukungan penuh dan juga perasaan
nyaman. Kepala sekolah dan mentor harus memahami isi modul
program induksi agar siap melaksanakan program orientasi
sekolah yang memberikan dukungan penuh kepada guru
pemula. Pada program penganalan sekolah ini diharapkan
kepala sekolah dan mentor akan mengetahui informasi penting
tentang sekolah dan dukungan bagi guru pemula dan juga guru
pemula akan mengetahui panduan kerja pada hari-hari dan

158
minggu pertama di sekolah. Sebelum seorang guru pemula
mengawali tugasnya, sekolah dapat menyiapkan buku pedoman
yang berisi tentang kebijakan sekolah, prosedur sekolah, format-
format administratif dan informasi lain yang dapat membantu
guru pemula berlajar menyesuaikan diri dengan rutinitas sekolah
dengan cepat.
Buku pedoman dapat digunakan sebagai petunjuk bagi
guru pemula pada awal-awal memulai tugas di sekolah. Buku
pedoman tersebut dapat membantu menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang terkait dengan prosedur, rutinitas sekolah, serta
membantu menunjukkan sumber-sumber yang mendukung
tugas guru pemula termasuk menunjukkan orang-orang yang
dapat menjawab atas berbagai pertanyaan yang dimilikinya.
Komponen yang disarankan dimuat dalam buku pedoman
induksi meliputi:
1) Informasi tentang rutinitas yang terkait dengan tugas-tugas
harian, memeriksa kehadiran murid, rapat-rapat sekolah,
kegiatan ekstra-kurikuler; dan upacara-upacara;
2) Prosedur yang terkait dengan evakuasi keadaan darurat,
penanganan siswa yang sakit, pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K), komunikasi dengan orang tua/wali
murid, ketidakhadiran guru mendadak karena sakit atau
alasan lain, cara mendapatkan dan menggunakan sumber-
sumber daya;
3) Informasi umum tentang direktori staf yang berisi nama-
nama guru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan
pegawai sekolah beserta dengan tugas dan tanggung jawab
masing-masing, Jadwal Pelajaran Sekolah, peta dan rencana
sekolah, nomor-nomor telepon penting, profile masyarakat
dan sekolah, norma-norma profesi guru, dan rencana
sekolah. Buku pedoman induksi dapat dalam bentuk
kompilasi loose leaf sehingga memudahkan pembaruan
informasi. Bila buku-buku atau sumber-sumber tertentu
tidak boleh difotokopi atau dibawa oleh guru pemula/baru,

159
maka buku-buku dan sumber-sumber tersebut hendaknya
ditempatkan di ruang tertentu di sekolah yang dapat diakses
oleh guru pemula/ baru tersebut.

7. Tugas dan Tanggung jawab Pengawas Sekolah


Sebagai pelaksana evaluasi maka pengawas sekolah
memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:
a. Mempelajari modul program induksi bagi guru pemula.
b. Menyiapkan instrumen evaluasi program induksi.
c. Melakukan evaluasi program induksi.
d. Mengolah data hasil evaluasi program induksi.
e. Menyusun laporan hasil evaluasi program induksi.
f. Memberikan rekomendasi atas hasil program induksi.
g. Merencanakan tindak-lanjut program induksi.

8. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah


Sebagai penanggungjawab sekolah dan penanggungjawab
program induksi di sekolah maka kepala sekolah memiliki tugas
dan wewenang sebagai berikut:
a. Menyambut guru baru/guru pemula.
b. Memperkenalkan guru pemula kepada guru/staf sekolah
yang penting.
c. Menghubungkan guru pemula dengan guru mentor atau
staf yang dapat membantu pada awal-awal masa tugas.
d. Secara berkala menemui/menyapa guru baru untuk
menunjukkan perhatian.
e. Secara berkala mengunjungi ruang kelas guru baru untuk
memberikan rasa nyaman dan dukungan.
f. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi guru baru.
g. Bersikap mendukung.
h. Melakukan evaluasi terhadap kemajuan pelaksanaan
program indyuksi.
i. Menyusun laporan hasil evaluasi pelaksanaan program
induksi.

160
j. Memberikan rekomendasi atas hasil program induksi.
k. Merencanakan tindak-lanjut program induksi.

9. Tugas dan Tanggungjawab Mentor


Seorang mentor sangat penting artinya untuk mendukung
keberhasilan program induksi. Tugas dan tanggung jawab
seorang mentor meliputi tugas minggu pertama, tugas harian,
dan kegiatan pendukung. Tugas Minggu Pertama:
a. Penyambutan guru baru
b. Memperkenalkan guru pemula/baru kepada guru/ staf
sekolah yang penting
c. Pengenalan lingkungan sekolah
d. Menghubungkan guru pemula/baru dengan guru mentor
atau staff yang dapat membantu pada awal-awal masa tugas
e. Memberikan daftar siswa yang diajar guru pemula/ baru
f. Menunjukkan ruang kelas tempat mengajar guru baru
beserta perlengkapan pendukungnya.

Tugas Harian:
a. Mengenalkan guru baru dengan tugas-tugas administratif
sehari-hari yang harus dilakukan semua guru
b. Menemui/menyapa guru baru untuk menunjukkan
perhatian
c. Mengunjungi ruang kelas guru baru untuk memberikan rasa
nyaman dan dukungan:

Kegiatan pendukung:
a. Bertemu dengan guru baru/pemula tiap pagi sebelum
pelajaran dimulai;
b. Berbicara pada guru pemula/baru pada akhir waktu
pelajaran setiap hari dan membicarakan kesulitan-kesulitan
yang mungkin dialami guru dan mencari jalan keluarnya;
c. Siap untuk mendengarkan;
d. Bersikap positif dan konstruktif;

161
e. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi guru baru;
f. Menjelaskan hal-hal yang diharapan;
g. Bersikap mendukung.

Mentor tentu memiliki pengetahuan tentang lingkungan


sekolah yang perlu diberikan kepada guru pemula, yaitu
pengetahuan tentang siswa, tempat asal mereka serta apa yang
sedang terjadi di dalamnya. Setelah guru pemula terbiasa dengan
kegiatan rutinnya, maka mentor sebaiknya meluangkan waktu
untuk berbicara dengan guru baru tersebut tentang persoalan
atau pertanyaan yang mungkin muncul.

10. Tugas dan Tanggungjawab Guru Pemula


Tugas dan tanggungjawab guru pemula dapat di-
kelompokkan menjadi tiga, yaitu kegiatan minggu pertama,
kegiatan awal, dan kegiatan pengelolaan kelas. Kegiatan Minggu
Pertama:
a. Guru pemula melapor kepada kepala sekolah, tetapi apabila
guru pemula tersebut belum dapat bertemu dengan kepala
sekolah, maka harus melapor ke petugas administrasi atau
kantor kepala sekolah dan melengkapi dokumen-dokumen
yang diperlukan sekolah.
b. Menemui mentor yang telah ditunjuk
c. Memastikan bahwa telah mengetahui jadwal sekolah dan
waktu kerja.
d. Mendapatkan daftar siswa yang diajar.
e. Menyiapkan ruang kelas.
f. Memastikan siswa memiliki tempat duduk yang cukup
g. Mengatur tempat duduk siswa.
h. Mengumpulkan sumber-sumber yang diperlukan untuk
pengajaran (buku-buku, kertas, alat-alat tulis).
i. Menyiapkan tata tertib kelas termasuk tata cara masuk dan
keluar kelas.

162
j. Memahami kebijakan sekolah terkait dengan kesejahteraan
dan pendisiplinan siswa.
k. Meminta tolong pada staff/pegawai sekolah bila
diperlukan.
l. Mengatur dan menyiapkan pelajaran sebelum hari mengajar
dan menyiapkan aktivitas tambahan yang mungkin
diperlukan.
m. Bersikap fleksibel dan siap untuk melakukan perubahan.

Kegiatan pengelolaan kelas yang harus dilakukan adalah:


a. Memeriksa daftar siswa sesuai kehadiran.
b. Menjelaskan materi yang harus dimiliki siswa dan
menanyakan ketentuan sekolah tentang materi tersebut
kepada kepala sekolah atau mentor sebelumnya.
c. Menjelaskan tata tertib kelas kepada siswa, beberapa sekolah
menggunakan tata tertib yang dibuat oleh guru bersama
dengan murid. Pada tahap ini sebaiknya guru pemula
menanyakan prosedur-prosedur yang berlaku di sekolah
dan meminta saran kepada mentor atau kepala sekolah.
d. Membuat siswa selalu aktif belajar, kumpulkan dan
periksala pekerjaan siswa seawal mungkin, jangan lupa
memberikan masukan atas pekerjaan tersebut, dengan cara
demikian akan ingat nama-nama siswa.

Bila guru pemula/baru mulai bertugas dan menggantikan


guru di sekolah sementara kegiatan belajar semester itu telah
berjalan maka guru pemula/baru tersebut harus mengikuti
jadwal sekolah yang telah ada. Dalam hal ini guru pemula/baru
tidak memiliki banyak waktu untuk menyesuaikan diri dan
memahami berbagai prosedur sekolah tersebut. Oleh karena itu,
sebaiknya selalu minta saran dari mentor dan guru yang telah
berpengalaman setiap kali Anda mendapat kesulitan.

163
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi
di atas, kerjakan latihan berikut ini!
1. Jelaskan pengertian program induksi guru pemula!
2. Jelaskan prinsip program induksi guru pemula!
3. Jelaskan tujuan program induksi guru pemula!
4. Jelaskan tugas dan tanggung jawab Dinas Pendidikan
terhadap guru pemula!
5. Jelaskan tugas dan tanggung jawab Mentor terhadap guru
pemula!

Petunjuk Jawaban latihan


1. Lihatlah pada teks yang membahas program induksi guru
pemula secara mendalam.
2. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas prinsip
program induksi guru pemula.
3. Anda dapat menjelaskan dengan mengingat kembali
tentang tujuan program induksi guru pemula.
4. Lihatlah pada teks yang membahas tugas dan tanggung
jawab Dinas Pendidikan terhadap guru pemula.
5. Anda dapat membaca kembali teks yang membahas tugas
dan tanggung jawab Mentor terhadap guru pemula.

RANGKUMAN
Program Induksi Guru Pemula dilaksanakan dalam rangka
menyiapkan guru pemula agar menjadi guru profesional dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Program Induksi Guru
Pemula (PIGP) Adalah kegiatan orientasi pelatihan ditempat
kerja pengembangan praktek pemecahan permasalahan dalam
proses pembelajaran bagi guru pemula pada sekolah/madrasah
ditempat tugasnya. Tujuan Program Induksi Guru Pemula
(PIGP) sebagai berikut: (1) beradaptasi dengan iklim kerja dan
budaya sekolah, dan (2) melaksanakan pekerjaannya sebagai
guru profesional di sekolah.
164
DAFTAR PUSTAKA

Danim, S. (2002). Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, (2009). Peraturan Menteri Negara Pendaya-
gunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
16 tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya
Departemen Pendidikan Nasional, (2003). Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional, (2005). Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Jakarta:
Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional, (2010). Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 38 Tahun 2010 tentang
Penyesuaian Jabatan Fungsional Guru
Echols, J.M., dan Hassan Shadily. (2000). Kamus Inggris Indonesia
An English Indonesia Dictionary. Jakarta : PT. Gramedia
Hamalik, O. (2006). Pendidikan guru berdasarkan pendekatan
kompetensi. Jakarta: PT Bumi Aksara
Jalal, F. (2007). Sertifikasi Guru Untuk Mewujudkan Pendidikan Yang
Bermutu Melalui
http://www.sertifikasiguru.org[18/3/08]
Jarvis, P. (1983). Professional Education. London: Routledge
KBBI, (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Mulyasa, E. (2007). Menjadi Guru Profesional menciptakan Pem-
belajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya
Muslich, M. (2007). KTSP. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Panduan Bagi Guru. Kepala Sekolah dan Pengawas
Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.

165
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Sertifikasi Bagi
Guru Dalam Jabatan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru
Purwanto, N. (1995). Psikologi Pendidikan; edisi 3. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya
Saudagar, F. dan Ali I. (2011). Pengembangan Profesionalitas Guru.
Jakarta: Gaung Persada Press.
Suherman, A dan Ondi S., (2010). Etika Profesi Keguruan.
Bandung: PT Refika Aditama
Syamsuddin, A. (1999). Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Uno, H. B., (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta :
Bumi Aksara.
Usman, M. U. (2013). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya

Referensi Website:
http:/ppg-pgsd.blogspot.com/2011/12/manfaat-pendidikan-
profesi-guru-ppg.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23335/4/Cha
pter%20II.pdf
Komponen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
diakses dari http://penelitiantindakankelas.blogspot.
co.id/2014/10/komponen-pengembangan-keprofesian-
berkelanjutan-pkb.html
Prinsip-prinsip Dasar Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB) diakses http://penelitiantindakan
kelas. blogspot.co.id/2014/10/prinsip-dasar-pelaksanaan-
pkb.ht

166
168 167

Anda mungkin juga menyukai