Anda di halaman 1dari 9

PERSPESKTIF ISLAM TERHADAP BUDAYA KOPI PAHIT

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Islam dan Budaya Banjar

Dosen Pengampu: H. Nashrullah, M.H.I

Oleh:

RIFKY ABDILLAH

NIM: 18.11.20.0109.01588

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN (STIQ) AMUNTAI

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA)

TAHUN AKADEMIK 2020-2021


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam, yang karena hanya dengan rahmat serta karunia-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktu nya. Shalawat serta salam selalu
terlimpah dan dicurahkan kepada Junjungan Nabi Besar, Nabi Muhammad SAW,
serta keluarga dan sahabatnya.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Mu’allim H.


Nashrullah, M.H.I selaku Dosen Islam dan Budaya Banjar Sekolah Tinggi Ilmu Al-
Qur’an (STIQ) Amuntai dalam menyusun makalah ini yang berjudul “Perspektif
Islam Terhadap Budaya Kopi Pahit” sebagai pembelajaran bagi kita semua.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat jauh dari
kata sempurna. Karena itu penyusun memohon maaf atas segala kekurangan dan
keterbatasan ilmiah dalam makalah ini. Penyusun pun selalu mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi perbaikannya makalah ini. Semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Amuntai, 19 Maret 2021

Rifky Abdillah
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap bangsa di dunia memiliki ciri-ciri kebudayaannya masing-masing yang


membedakan antara satu dan lainnya. Adat, sejarah, budaya, serta lingkungan hidup
merupakan sumber nilai pembentuk kepribadian, jati-diri, dan watak bangsa dengan
segala cara-cirinya, maka demikian pula dengan bangsa Indonesia yang mewarisi
nilai-nilai sejarah, adat, budaya dan kebudayaan para leluhurnya (bangsa Nusantara).

Kebudayaan merupakan suatu sistem nilai, lambang, dan perilaku hidup serta
perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu merupakan seluruh
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya.
Kebudayaan menjadi identitas masyarakat yang bersangkutan sehingga dalam
kenyataannya tidak ada dua masyarakat yang kebudayaannya seluruhnya sama.

Sebuah kebudayaan atau adat-istiadat dipertahankan oleh masyarakatnya


dikarenakan, apabila tidak dilakukan takut terjadi hal-hal yang mungkin tidak
diinginkan, dan berharap akan ada berkah apabila melaksanakannya. Adat biasanya
berupa sebuah upacara yang didalamnya berisi rentetan ritual dengan persembahan
serta doa atau mantra. Semua rangkaian acara, persembahan maupun mantra yang ada
disetiap ritual adat suatu suku tentunya mengandung banyak simbol yang sarat akan
makna dan harapan untuk yang melakukannya. Untuk mengungkapkan simbol adat
tersebut digunakanlah semiotika kultural sebagai kajian.

Indonesia sangat kaya dengan tradisi kebudayaannnya. Ada bermacam-


macam budaya yang berasal dari setiap suku bangsa yang tinggal di Indonesia. Salah
satu daerah yang memiliki tradisi budaya adalah suku Banjar dari Kalimantan
Selatan. Suku Banjar memiliki banyak tradisi budaya salah satunya adalah budaya
seserahan, sesajen atau masyarakat banjar menyebutnya dengan piduduk. Didalam
piduduk biasanya terdapat beberapa benda seperti kelapa, beras, kue-kue adat banjar,
telur, pisang, kopi pahit dan manis. Pada penelitian ini penyusun akan berfokus pada
sesajen kopi pahitnya saja, dan menelaah serta meneliti makna dan nilai filosofis yang
ada pada kopi pahit yang menjadi bagian dari sesajen atau piduduk.

Maksud dari penelitian ini ialah untuk menggali dan mengkaji sejarah,
budaya, dan kebudayaan Nusantara sebagai leluhur bangsa Indonesia, agar dapat
duduk sejajar dengan kebudayaan besar dunia. Dan untuk mengakaji pandangan islam
terhadap sesajen atau piduduk, terkuhusus terhadap kepercayaan dan keyakinan
masyarakat terhadah sesajen kopi pahit.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sesajen atau piduduk?
2. Apa makna dan nilai filosofis dari sesajen kopi pahit?
3. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap sesajen kopi pahit?
4. Bagaimana pandangan islam terhadap sesajen kopi pahit?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa itu sesajen atau piduduk.
2. Untuk mengetahui apa makna dan nilai filosofis dari sesajen kopi pahit.
3. Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap sesajen kopi pahit.
4. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap sesajen kopi pahit.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sesajen dan Piduduk


1. Pengertian Sesajen

Sesajen menurut bahasa adalah makanan (bunga-bungaan) yang disajikan


untuk atau dijamukan kepada makhluk halus. Menurut KBBI, sesajen ialah macam-
macam makanan yang disediakan untuk roh halus. Sedangkan menurut istilah,
sesajen adalah mempersembahkan sajian dalam upacara keagamaan yang dilakukan
secara simbolik dengan tujuan berkomunikasi dengan kekuatan-kekuatan ghaib,
dengan cara mempersembahkan makanan dan benda-benda lain yang melambangkan
maksud dari pada berkomunikasi tersebut.1

Sedangkan secara luas kata sesajian atau sesajen atau yang biasa disingkat
dengan ‘sajen’ ini adalah istilah atau ungkapan untuk segala sesuatu yang disajikan
dan dipersembahkan untuk sesuatu yang tidak tampak namun ditakuti atau
diagungkan, seperti roh-roh halus, para penunggu atau penguasa tempat yang
dianggap keramat atau angker, atau para roh yang sudah mati (leluhur).2

Sesajen merupakan aktualiasi dari pikiran, keinginan, dan perasaan pelaku


untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Sesajen juga merupakan wahana simbol
yang digunakan sebagai sarana untuk negosiasi spiritual kepada hal-hal ghaib, dengan
pemberian makanan secara simbolis kepada roh halus, diharapkan roh tersebut akan
jinak, dan mau membantu hidup manusia.3 Sesajen dilakukan agar makhluk-makhluk

1
Dato Paduka Haji Ahmad bin Kadi, Kamus Bahasa Melayu Nusantara, (Brunei Darussalam:
Dewan Bahasa dan Pustaka, 2003), H. 2337
2
Artikel : Ibnuabbaskendari.wordpress.com. Diakses tanggal 15 Maret 2021.
3
I Ketut Wiana, Makna Upara Yajna Dalam Agama Hindu, (Surabaya: Paramita, 2002), H.
1-5
halus diatas kekuatan manusia tidak mengganggu manusia. Wujud sesajen
bermacam-macam tergantung kebutuhan yang diperlukan.

2. Pengertian Piduduk

Piduduk merupakan pengganti diri seseorang yang melaksanakan upacara


untuk mempersembahkan kepada makhluk-makhluk halus yang dating atau diundang.
Dalam hal ini pula Piduduk itu mencakup diantaranya sebagai berikut:

a. Beras
b. Gula merah
c. Telur
d. Benang
e. Jarum, dan
f. Kelapa4

Piduduk memiliki tiga makna yang terkandung di dalamnya yaitu hidup


berkah, berperilaku baik, dan hidup bersama. Ketiga makna tersebut disimbolkan dari
beberapa barang yang disiapkan dalam piduduk. Makna-makna dalam piduduk
dijelaskan sebagai berikut.

1. Hidup Berkah

Makna hidup berkah dalam piduduk dimaknai dengan dsimbol-simbol baras


bujur (beras), dan pisang. Penjelasan makna simbol-simbol tersebut dipaparkan
sebagai berikut.

1) Beras

4
Wajidi, Akulturasi Budaya Banjar di Benua Halat, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,
2011), H. 114
Beras mempunyai makna sebagai bentuk kepercayaan bahwa beras itu
mempunyai nilai kesucian karena beras memiliki warna putih, serta memiliki harapan
agar dalam menjalani suatu hubungan selalu diberikan kebahagian.

2) Pisang

Pisang mempunyai makna memiliki banyak manfaat yang bertujuan agar


segala sesuatu yang dilakukan dapat bermanfaat bagi orang lain serta mendapatkan
keberkahan.

2. Berperilaku Baik

Berperilaku baik dalam piduduk di simbolkan dengan nyiur (kelapa). Nyiur


mempunyai makna pohon kehidupan yang sangat bermanfaat bagi orang lain. Dengan
harapan agar hidup lebih bermanfaat untuk orang lain agar mendapatkan keberkahan
di dalam hidup karena perilaku baik yang mereka miliki.

3. Hidup Bersama

Makna hidup bersama disimbolkan dengan baras lakatan (beras ketan), gula
habang (gula merah) dan hintalu (telur). Berikut akan dijelaskan makna dari simbol
tersebut. 5

1) Lakatan

Lakatan mempunyai makna bentuk pengharapan keselamatan bagi


penyelenggara acara.

2) Gula habang

Gula habang mempunyai makna manis dan berwarna merah harapannya


adalah segala sesuatu yang dilakukan selalu berbuah manis atau mempunyai makna

5
Kamariah, Makna Simbolik Dalam Adat Badudus Pangantin Banjar, Universitas Negeri
Surabaya, H. 53-54
bahwa gula tersebut dalam melambangkan suatu kehidupan yang indah yang dijalani
bersama pasangan hidupnya.

3) Hintalu

Hintalu mempunyai makna simbol kehidupan sebagai kekuatan generasi yang


diharapkan memiliki generasi penerus yang kuat dan selalu bermanfaat bagi orang
lain. Serta diharapkan agar selalu bersama-sama menjalani kehidupan baik suka
maupun duka.6

Dari simbol-simbol yang terdapat pada piduduk, mempunyai makna


kepercayaan yang tidak mudah dipahami karena menurut kepercayaan piduduk
mempunyai makna perlindungan kepada sesuatu yang bersifat gaib, penguasa bumi,
yang dipercayai dapat membuang keburukan.

Piduduk bermakna agar segala hajat yang ingin dilakukan diberikan


kemudahan, dijauhkan dari segala keburukan, karena menurut kepercayaan nenek
moyang terdahulu jika ingin melangsungkan suatu prosesi acara maka harus
menyediakan piduduk, dan jika tidak menyediakan piduduk maka akan berdampak
kepada salah satu penyelenggara acara tersebut. Orang tersebut bisa kesurupan, bisa
menjadi sakit, dan dipercaya piduduk itu merupakan cara agar terhindar dari sesuatu
yang tidak diinginkan. Jika salah satu piduduk yang digunakan tersebut ada yang
tertinggal maka akan mengurangi makna dan syarat tersebut karena itu, kepercayaan
tersebut tidak mudah hilang dalam suatu acara. Namun sebagai masyarakat beragama
dengan adanya simbol piduduk yang digunakan tidak mengurangi pengharapan atau
permohonan terhadap Allah swt.7

B. Makna Kopi Pahit dalam Sesajen atau Piduduk

6
Ibid
7
Ibid

Anda mungkin juga menyukai