Anda di halaman 1dari 20

GRADUASI Vol.

29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

PENGARUH KOMPENSASI, PELATIHAN, DAN PERAN


SUPERVISOR TERHADAP KINERJA YANG DIMEDIASI OLEH
KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PAGUYUBAN BATIK
LAWEYAN SURAKARTA

Oleh
Hestin Mutmainah
Dosen Tetap Program Studi S1 Manajemen, STIE Surakarta

ABSTRACT

This research has the aim to testing corelation among variables to reality faced
are the poor performance of employees Batik Club at Laweyan, Surakarta. The
population is all of ceaftman of batik club at Laweyan Surakarta. The samples amount
take with forecasting interval, and use the purposive sampling method to take the
samples. The result of this research show thah compensation and training variables
have not significance (P > 0,05) influence to job satisfaction and also have no
significance influence to employee performance. But the supervisor role variable has
the significance (P < 0,05) influence both to the job satisfaction and also to employee
performance Batik Club at Laweyan, Surakarta. And than, based on the result of
mediating test show that job satisfaction variable in reality mediates the correlation
between compensation, training, and supervisor reole with the employee performance.

Keywords: compensation, training, supervisor role, job satisfaction, performance.

PENDAHULUAN perusahaan karena akan mengurangi nilai


jual maupun membutuhkan pembenahan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan yang memakan biaya yang lebih banyak
teknologi telah mendorong dunia industri karena harus mengulang proses
menjadi berkembang dengan sangat produksinya. Di samping teknologi,
pesat. Teknologi membantu para peralatan yang menunjang proses
produsen untuk mampu memproduksi produksi, lingkungan, loyalitas, dan
barang dengan jumlah dan kapasitas yang kemampuan karyawan, faktor motivasi
besar. Namun sering kali proses produksi serta prestasi kerja mempunyai peran
mengalami hambatan berkaitan dengan yang sangat penting. Oleh karena itu
penggunaan teknologi, sehingga produk peran sumber daya manusia (SDM)
yang dihasilkan terkadang menjadi dalam organisasi semakin penting dan
barang cacat atau defect. Produk yang harus selalu dikembangkan dan
cacat sepenuhnya menjadi beban ditingkatkan.

Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja … 1


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

Alasan utama atau faktor yang kompetitif perusahaan. Perusahaan


mendasari didirikannya sebuah yang ingin sukses dalam mengelolan
perusahaan adalah bisa tumbuh dan SDM harus memahami posisi berbagai
berkembang (growth), mampu kebutuhan karyawan dalam rangka
menghasilkan keuntungan (profitable), memenuhi kepuasan pelanggan dan
dan memiliki kelangsungan hidup memuaskan karyawan serta
(sustainable). Untuk memenuhi harapan memanfaatkanya untuk kepentingan
tersebut maka perusahan harus mampu perusaahaan . Hal tersebut merupakan
berproduksi pada tingkat yang baik serta salah satu kunci suksesnya pengelolaan
mampu meningkatkan prestasi kerja Sumber Daya Manusia ( MSDM ).
karyawan dengan cara pemberian Dalam kenyataannya, perusahaan
kompensasi yang layak, memotivasi sesungguhnya hanya mengharapkan
mereka, dan menerapkan sistem prestasi atau hasil kerja terbaik dari para
manajemen yang baik melalui peran para karyawannya. Namun tanpa adanya
supervisi. Prestasi kerja karyawan akan laporan kondisi prestasi kerja karyawan,
membawa dampak bagi karyawan itu pihak organisasi atau perusahaan juga
sendiri maupun bagi perusahaan tempat ia tidak cukup mampu membuat sebuah
bekerja. Bagi karyawan, dengan tingkat keputusan yang jernih mengenai
prestasi kerja yang tinggi mampu karyawan mana yang patut untuk diberi
memberikan keuntungan sendiri, seperti penghargaan dan karyawan mana yang
menambah penghasilan (gaji) melelui harus menerima punishment (hukuman)
reward atau bonus, memperluas selaras dengan pencapaian tinggi
kesempatan untuk dipromosikan pada rendahnya prestasi kerja karyawan.
posisi yang lebih tinggi, menurunnyaa Dalam hal ini tentunya tetap
peluang untuk didemosikan, serta mempertimbangkan berbagai situasi dan
membuat karyawan semakin ahli dan kondisi dalam menilai prestasi kerja
semakin berpengalaman dalam bidang karyawan dan juga faktor – faktor yang
pekerjaannya. Sebaliknya, tingkat prestasi sangat dominan berpengaruh terhadap
kerja karyawan yang rendah prestasi kerja tersebut.
menunjukkan bahwa karyawan tersebut Menurut Hasibuan (2001) kinerja
sebenarnya tidak kompeten dalam adalah suatu hasil kerja yang dicapai
pekerjaannya, akibatnya ia sukar untuk seseorang dalam melaksanakan tugas–
dipromosikan ke jenjang yang lebih tugas yang dibebankan kepadanya. Dan
tinggi. menurut Donelly et al (dalam Rivai,
Sebuah perusahaan dapat dikatakan 2005) kinerja merujuk kepada tingkat
berhasil bila perusahaan tersebut keberhasilan dalam melaksanakan tugas
mampu menempatkan SDM sebagai aset serta kemampuan untuk mencapai tujuan
yang harus dikelola sesuai dengan yang telah ditetapkan.
kebutuhan bisnis; atau dengan kata lain Istilah Kinerja berasal dari kata job
diperlukan adanya kesesuaian antara performane atau actual performance
trend pergerakan bisnis dengan (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya
pengelolaan SDM. Hal ini berarti yang dicapai oleh seseorang). Menurut
bahwa pengelolaan SDM yang tepat/ Mangkunegara “kinerja adalah hasil kerja
bijaksana merupakan salah satu faktor secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
penentu dalam membangun keunggulan oleh seorang pegawai dalam

2 Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja …


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

melaksanakan tugasnya sesuai dengan mampu melaksanakan tugas yang


tanggung jawab yang diberikan dibebankan kepadanya lebih profesional,
kepadanya”. Kinerja merupakan yang berarti karyawan mempunyai
terjemahan dari bahasa Inggris work pandangan untuk selalu berpikir, kerja
performance atau job performance. keras, bekerja sepenuh waktu, disiplin,
Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut jujur, loyalitas tinggi dan penuh dedikasi
juga prestasi kerja. Kinerja atau prestasi serta mampu bekerjasama dengan
kerja diartikan sebagai ungkapan karyawan lain untuk mendorong
kemampuan yang didasari oleh keberhasilan pekerjaannya. Untuk itu
pengetahuan, sikap, keterampilan dan sangat diperlukan adanya pembinaan dan
motivasi dalam menghasilkan sesuatu. pengembangan guna memajukan tingkat
Masalah kinerja selalu mendapat kesadaran yang tinggi dalam bekerja,
perhatian dalam manajemen karena dimana peran supervisor atau atasan
sangat berkaitan dengan produktivitas sangat penting untuk memotivasi
lembaga atau organisasi. Hal ini karyawan agar lebih berprestasi lagi.
sebagaimana pendapat Keith Davis Salah satu aspek memanfaatkan
bahwa faktor yang dapat mempengaruhi karyawan adalah memberikan motivasi
pencapaian kinerja adalah faktor (daya perangsang) kepada karyawan,
kemampuan (abality) dan faktor motivasi dengan istilah populer sekarang
(motivation) atau dengan kata lain, pemberian kegairahan bekerja pada
“performance = abality + motivation” karyawan. Telah dibatasi bahwa
(Gomes, 2003). Sedangkan pengertian memanfaatkan karyawan yang memberi
performance sering diartikan sebaga manfaat pada perusahaan. Ini juga berarti
kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja. bahwa setiap karyawan yang memberi
Kinerja mempunyai makna lebih luas, kemungkinan bermanfaat terhadap
bukan hanya menyatakan sebagai hasil perusahaan, diusahakan oleh pemimpin
kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja agar kemungkinan itu menjadi kenyataan.
berlangsung. Usaha untuk merealisasi kemungkinan
Merujuk pada beberapa pengertian tersebut ialah dengan jalan memberikan
dimuka, maka dalam penelitian ini motivasi. Motivasi itu dimaksudkan
batasan pengertian prestasi kerja adalah untuk memberikan daya perangsang
identik atau sama dengan pengertian kepada pegawai yang bersangkutan agar
kinerja karyawan. Penelitian yang pegawai tersebut bekerja dengan segala
dilakukan Chandra (2006) menunjukkan daya dan upayanya.
hasil bahwa tindakan supervisi Fenomena sebagaimana dijelaskan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja dimuka dapat terjadi disetiap perusahaan,
karyawan. baik perusahaan besar maupun
Disisi lain, pentingnya akan sebuah perusahaan kecil, sehingga perlu
pelatihan diadakan bagi karyawan di dilakukan kajian terhadap prestasi kerja
sebuah perusahaan salah satunya untuk karyawan di setiap perusahaan. Oleh
mendorong karyawan mampu bekerja karena itu penulis tertarik untuk meneliti
dengan baik dan mengaplikasikan hasil kinerja karyawan pada perusahaan-
pelatihannya untuk meningkatkan perusahaan home industri yang bergerak
motivasi dan prestasi kerja ditempat ia di bidang pembatikan. Berkaitan dengan
bekerja. Karyawan selalu dituntut untuk hal tersebut, peneliti memilih kampung

Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja … 3


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

batik si jambe untuk dijadikan objek diberikan kepadanya. Prestasi kerja yang
penelitian mengingat rata-rata kinerja dikemukakan oleh Kusryanto (dalam
karyawan pembatikan cenderung stagnan. Hasibuan, 2001) adalah perbandingan
hasil yang dicapai dengan peran serta
tenaga kerja persatuan waktu. Sementara
PERUMUSAN MASALAH itu Dharma (dalam Ruky,2002)
mengemukakan bahwa prestasi kerja
1. Apakah ada pengaruh kompensasi adalah suatu yang dikerjakan atau jasa
terhadap kepuasam kerja karyawan? yang dihasilkan atau diberikan seseorang.
2. Apakah ada pengaruh pelatihan Selanjutnya Ruky (2002) mengatakan
terhadap kepuasan kerja karyawan? bahwa dalam prestasi kerja tercakup
3. Apakah ada pengaruh peran hasil, prestasi kerja ditentukan oleh
supervisor terhadap kepuasan kerja interaksi antara kemampuan dan
karyawan? motivasi.
4. Apakah ada pengaruh kompensasi Bernardin dan Russel (dalam
terhadap kinerja karyawan? Ruky, 2002) memberikan pengertian
5. Apakah ada pengaruh pelatihan atau kinerja sebagai berikut :
terhadap kinerja karyawan? performance is defined as the record of
6. Apakah ada pengaruh peran outcomes produced on a specified job
supervisor terhadap kinerja function or activity during time period.
karyawan? Prestasi atau kinerja adalah catatan
7. Apakah ada pengaruh kepuasan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari
terhadap kinerja karyawan? fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau
8. Apakah ada pengaruh kompensasi kegiatan selama kurun waktu tertentu.
terhadap kepuasan kerja berdampak Pengertian kinerja lainnya dikemukakan
pada kinerja baik secara langsung oleh Simanjuntak (2005) yang
maupun tidak langsung? mengemukakan kinerja adalah tingkat
9. Apakah ada pengaruh pelatihan pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas
terhadap kepuasan kerja berdampak tertentu. Kinerja perusahaan adalah
pada kinerja baik secara langsung tingkat pencapaian hasil dalam rangka
maupun tidak langsung? mewujudkan tujuan perusahaan.
10. Apakah ada pengaruh peran Manajemen kinerja adalah keseluruhan
supervisor terhadap kepuasan kerja kegiatan yang dilakukan untuk
berdampak pada kinerja baik secara meningkatkan kinerja perusahaan atau
langsung maupun tidak langsung? organisasi, termasuk kinerja masing-
masing individu dan kelompok kerja di
perusahaan tersebut.
KAJIAN TEORI Dessler (2009) berpendapat bahwa
kinerja (prestasi kerja) karyawan adalah
1. Kinerja prestasi aktual karyawan dibandingkan
Mangkunegara (2000) menyatakan dengan prestasi yang diharapkan dari
bahwa kierja adalah hasil kerja secara karyawan. Prestasi kerja yang diharapkan
kualitas dan kuantitas yang dicapai adalah prestasi standar yang disusun
seseorang dalam melaksanakan tugasnya, sebagai acuan sehingga dapat melihat
sesuai dengan tanggung jawab yang kinerja karyawan sesuai dengan posisinya

4 Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja …


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

dibandingkan dengan standar yang daripada balas jasa walaupun balas jasa
dibuat. Selain itu dapat juga dilihat itu penting.
kinerja dari karyawan tersebut terhadap Robbins (2006) mendefinisikan
karyawan lainnya. kepuasan kerja sebagai perasaan positive
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pekerjaan sebagai hasil evaluasi
tentang kinerja dan prestasi kerja dapat karakter-karakter pekerjaan tersebut.
disimpulkan bahwa pengertian kinerja Senada dengan itu, Noe et al. (2006)
maupun prestasi kerja mengandung mendefinisikan kepuasan kerja sebagai
substansi pencapaian hasil kerja oleh perasaan yang menyenangkan sebagai
seseorang. Dengan demikian bahwa hasil dari persepsi bahwa pekerjaannya
kinerja maupun prestasi kerja merupakan memenuhi nilai-nilai pekerjaan yang
cerminan hasil yang dicapai oleh penting. Selanjutnya Kinicki dan Kreitner
seseorang atau sekelompok orang. (dalam Rivai, 2005) mendefinisikan
Kinerja perorangan (individual kepuasan kerja sebagai respon sikap atau
performance) dengan kinerja lembaga emosi terhadap berbagai segi pekerjaan
(institutional performance) atau kinrja seseorang. Definisi ini memberi arti
perusahaan (corporate performance) bahwa kepuasan kerja bukan suatu
terdapat hubungan yang erat. Dengan konsep tunggal. Lebih dari itu seseorang
perkataan lain bila kinerja karyawan dapat secara relatif dipuaskan dengan
(individual performance) baik maka satu aspek pekerjaannya dan dibuat tidak
kemungkinan besar kinerja perusahaan puas dengan satu atau berbagai aspek.
(corporate performance) juga baik. Kepuasan kerja adalah suatu kondisi
emosional yang positif dan
2. Kepuasan kerja menyenangkan sebagai hasil dari
Menurut Hasibuan (2001),kepuasan penilaian pekerjan atau pengalaman
kerja adalah sikap emosional yang pekerjaan seseorang.
menyenangkan dan mencintai Kepuasan kerja karyawan banyak
pekerjaannya. Kepuasan kerja (job dipengaruhi oleh sikap pimpinan dalam
statisfaction) karyawan harus diciptakan kepemimpinan. Kepemimpinan
sebaik-baiknya supaya moral kerja, partisipasi memberikan kepuasan kerja
dedikasi, kecintaan, dan kedisiplinan bagi karyawan, karena karyawan ikut
karyawan meningkat. Sikap ini aktif dalam memberikan pendapatnya
dicerminkan oleh moral kerja, untuk menentukan kebijaksanan
kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan perusahaan. Kepemimpinan otoriter
kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar mengakibatkan ketidakpuasan kerja
pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar karyawan. Kepuasan kerja karyawan
pekerjaan. Kepuasan kerja dalam merupakan kunci pendorong moral kerja,
pekerjaan adalah kepuasan kerja yang kedisiplinan dan prestasi kerja karyawan
dinikmati dalam pekerjaan dengan dalam mendukung terwujudnya tujuan
memperoleh pujian hasil kerja, perusahaan.
penempatan, perlakuan, peralatan, dan Menurut Robbins (2006)
suasana lingkungan kerja yang baik. menyebutkan ada 21 faktor yang
Karyawan yang lebih suka menikmati berhubungan dengan kepuasan kerja yaitu
kepuasan kerja dalam pekerjaan akan otonomi dan kebebasan, karir benefit,
lebih mengutamakan pekerjaannya kesempatan untuk maju, kesempatan

Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja … 5


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

pengembangan karir, kompensasi/gaji, mungkin mengalami perasaan


komunikasi antara karyawan dan penyelesaian dan kepuasan.
manajemen, kontribusi pekerjaan Menurut Baron dan Byrne (dalam
terhadap sasaran organisasi, perasaan Yuliana Dewi, 2012) ada dua kelompok
aman di lingkungan kerja, kefleksibelan faktor yang mempengaruhi kepuasan
untuk menyeimbangkan kehidupan dan kerja. Faktor pertama yaitu faktor
persoalan kerja, keamanan pekerjaan, organisasi yang berisi kebijaksanaan
training spesifik pekerjaan, pengakuan perusahaan dan iklim kerja. Faktor kedua
manajemen terhadap kinerja karyawan, yaitu faktor individual atau karakteristik
keberartian pekerjaan, jejaring, karyawan. Pada faktor individual ada dua
kesempatan untuk menggunakan predictor penting terhadap kepuasan kerja
kemampuan atau keahlian, komitmen yaitu status dan senioritas. Status kerja
organisasi untuk pengembangan, budaya yang rendah dan pekerjaan yang rutin
perusahaan secara keseluruhan, akan banyak kemungkinan mendorong
hubungan sesama karyawan, hubungan karyawan untuk mencari pekerjaan lain,
dengan atasan langsung, pekerjaan itu hal itu berarti dua faktor tersebut dapat
sendiri, keberagaman pekerjaan. menyebabkan ketidakpuasan kerja dan
Luthans (dalam Rivai, 2005) karyawan yang memiliki ketertarikan dan
menyatakan bahwa ada sejumlah faktor tantangan kerja akan lebih merasa puas
yang mempengaruhi kepuasan kerja. Hal- dengan hasil kerjanya apabila mereka
hal utama dengan mengingat dimensi- dapat menyelesaikan dengan maksimal.
dimensi paling penting yaitu gaji, Pendekatan Wexley dan Yukl (dalam
pekerjaan itu sendiri, promosi, Yuliana Dewi, 2012) berpendapat bahwa
pengawasan, kelompok kerja dan kondisi pekerjaan yang terbaik bagi penelitian-
kerja. Selanjutnya Nelson dan Quick penelitian tentang kepuasan kerja adalah
(dalam Rivai, 2005) mengungkapkan dengan memperhatikan baik faktor
bahwa kepuasan kerja dipengaruhi 5 pekerjaan maupun faktor individunya.
dimensi spesifik dari pekerjaan yaitu Faktor-faktor yang mempengaruhi
gaji, pekerjaan itu sendiri, kesempatan kepuasan kerja yaitu gaji, kondisi kerja,
promosi, supervisi dan rekan kerja. mutu pengawasan, teman sekerja, jenis
Byars dan Rue (dalam Rivai, 2005), pekerjaan, keamanan kerja dan
menyatakan bahwa sistem reward kesempatan untuk maju serta faktor
organisasi sering mempunyai dampak individu yang berpengaruh adalah
signifikan pada tingkat kepuasan kerja kebutuhan-kebutuhan yang
karyawan. Disamping dampak langsung, dimilikinya,nilai-nilai yang dianut dan
cara reward extrinsik diberikan dapat sifat-sifat kepribadian.
mempengaruhi reward intrinsik (dan
kepuasan) dari penerima. Sebagai contoh 3. Kompensasi
jika tiap orang menerima peningkatan Menurut Rivai (2005) kompensasi
gaji 5 persen adalah sulit untuk merupakan sesuatu yang diterima
mendapatkan penyelesaian reward. karyawan sebagai pengganti kontribusi
Namun demikian jika kenaikan gaji jasa mereka pada perusahaan. Pemberian
dikaitkan langsung dengan kinerja, kompensasi merupakan salah satu
seorang karyawan yang menerima pelaksanaan fungsi MSDM yang
peningkatan gaji yang besar akan lebih berhubungan dengan semua jenis

6 Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja …


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

pemberian penghargaan individual mampu menciptakan kondisi seperti


sebagai pertukaran dalam melakukan diatas maka karyawan akan dengan
tugaskeorganisasian. Kompensasi senang hati memenuhi permintaan pihak
merupakan biaya utama atas keahlian manajemen untuk bekerja secara optimal.
atau pekerjaan dan kesetiaan dalam bisnis Gomes (2003) mengemukakan
perusahaan. bahwa nilai hak-hak perorangan
Tanpa adanya kompensasi, mempengaruhi imbalan karena setiap
kebutuhan-kebutuhan lanjutan tidak dapat orang ingin digaji berdasarkan “a fair
berfungsi dengan kaidah Maslow bahwa day’s pay for a fair day’s work”. Jadi
kebutuhan yang lebih tinggi hanya dapat karna standar keadilan perorang berbeda
berfungsi jika kebutuhan yang lebih maka diperlukan beberapa metode untuk
rendah telah terpenuhi. Sistem menyamakan kontribusi dari para
kompensasi tidak hanya memuaskan karyawan menurut karakteristiknya.
kebutuhan fisik melainkan juga Menurut Rabrinda dan Medonca (dalam
merupakan pengakuan dn rasa mencapai Rivai, 2005) kepuasan kompensasi adalah
sesuatu. Berbagai jenis kebutuhan tingkat kepuasan terhadap return baik
manusia akan dicerminkan dari berbagai finansial maupun non financial yang
keinginan para karyawan terhadap diterima karyawan karena jasa yang
pekerjaannya, termasuk diantaranya disumbangkan ke perusahaan. Menurut
keinginan untuk memperoleh upah yang Michael dan Harold (dalam Pantja Djati,
layak (Supatmi, 2011). 2003) menyatakan bahwa kepuasan
Kompensasi financial terdiri dari kompensasi adalah kepuasan karyawan
kompensasi tidak langsung dan langsung. terhadap kompensasi yang diterima dari
Kompensasi langsung terdiri dari perusahaan sebagai balas jasa atas kerja
pembayaran karyawan dalam bentuk mereka.
upah, gaji, bonus atau komisi. Sedangkan menurut Mobley (dalam
Kompensasi tidak langsung atau benefit Zahid, 1997) mendefinisikan kepuasan
terdiri dari semua pembayaran yang tidak kompensasi sebagai keadaan dimana
tercakup dalam kompensasi financial harapan akan kompensasi sesuai dengan
langsung yang meliputi liburan, berbagai kenyataan kepuasan kompensasi yang
macam asuransi, jasa, seperti perawatan diterima karyawan. Rivai (2005)
anak atau kepedulian keagamaan, dan menegaskan bahwa kepuasan kompensasi
sebagaianya. Penghargaan nonfinacial terdiri dari beberapa unsur, unsur yang
seperti pujian, menghargai diri sendiri paling jelas adalah jumlah gaji yang
dan pengakuan yang dapat mempengaruhi diterima seseorang. Pada umumnya
motivasi kerja karyawan, produktivitas motivasi orang bekerja adalah untuk
dan kepuasan kerja karyawan. memperoleh kepuasan kompensasi dalam
Simamora (2004) menyatakan bahwa bentuk uang. Adapun komponen dari
kompensasi yang baik adalah kompensasi sistem pengendalian manajemen adalah
yang tanggap terhadap situasi dan sistem sistem penghargaan (Pantja Djati, 2003).
yang dapat memotivasi karyawan- Sebagai komponen struktur, sistem
karyawan. Sistem kompensasi hendaknya penghargaan dapat berupa kompensasi
memuaskan kebutuhan karyawan. insentif yaitu suatu mekanisme yang
Memastikan perlakuan adil terhadap dapat mendorong dan memotivasi
mereka dalam hal kompensasi telah karyawan agar dapat bekerja sesuai

Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja … 7


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

dengan tujuan perusahaan.Menurut penyediaan bagi para karyawan dengan


(Rivai, 2005) bahwa setiap individu keahlian-keahlian khusus atau membantu
dipengaruhi oleh insentif positif dan mereka mengoreksi kelemahan-
insentif negatif. Insentif positif kelemahan kinerja mereka. Dalam
merupakan akibat dari ditingkatkannya pelatihan diberikan instruksi untuk
kepuasan akan kebutuhan pribadi. Akibat mengembangkan keahlian-keahlian yang
dari insentif positif timbul adanya dapat langsung terpakai pada pekerjaan.
penelitian atas kepuasan kompensasi yang Melalui pelatihan dilakukan segenap
cenderung mendukung hal-hal sebagi upaya dalam rangka meningkatkan
berikut. kinerja karyawan pada pekerjaan yang
a. Individu cenderung lebih termotivasi didudukinya sekarang. Jika seseorang
dengan hadiah penghasilan daripada ingin melakukan pembedahan antara
ketakutan kepada hukum yang akan pelatihan (training) dan pengembangan
mendorong sistem pengendalian (development), maka pelatihan diarahkan
manajemen lebih berorientasi reward utuk membantu karyawan untuk
(insentif positif). menunaikan pekerjaan mereka saat ini
b. Reward secara personal bersifat secara baik, sedangkan pengembangan
situasional. Kompensasi dengan uang mewakili suatu investasi yang
merupakan cara penting untuk berorientasi ke Masa depan dalam diri
memuaskan kebutuhan tertentu. karyawan.
c. Individu akan termotivasi jika mereka Pelatihan mempunyai fokus yang
menerima laporan umpan balik. agak sempit dan harus memberikan
d. Efektivitas insentif menurun secara keahlian-keahlian yang bakal
cepat begitu berlalunya waktu. memberikan manfaat organisasi secara
e. Motivasi akan jelek jika seseorang cepat. Mnafaat-manfaat finansial bagi
ditargetkan untuk mencapai target organisasi biasanya terjadi dengan segera.
yang tidak mudah dicapai. Pengembangan didasarkan pada fakta
f. Insentif yang dilengkapi dengan bahwa seorang karyawan akan
anggaran atau laporan lainnya paling membutuhkan serangkaian pengetahuan,
baik manajer berpartisipasi secara keahlian dan kemampuan yang
aktif bersama atasannya dalam proses berkembang supaya bekerja dengan baik
pencapaian target yang ditetapkan. dalam suksesi posisi yang ditemui selama
karirnya. Persiapan karir jangka panjang
4. Pelatihan dari seorang karyawan untuk serangkaian
Pelatihan (training) adalah proses posisi inilahyang dimaksudkan dengan
sistematik pengubahan perilaku pengembangan karyawan. Pengembangan
parakaryawan dalam suatu arah guna mempunyai lingkup yang lebih luas.
meningkatkan tujuan-tujuan Pengembangan lebih terfokus pada
organisasional. Dalam pelatihan kebutuhan-kebutuhan jangka panjang
diciptakan suatu lingkungan dimana para umum organisasi. Hasilnya bersifat tidak
karyawan dapat memperoleh atau langsung dan hanya dapat diukur dalam
mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, jangka panjang.
pengetahuan, dan perilaku yang spesifik Pelatihan (training) sering
yang berkaitan dengan pekerjaan. dibedakan dari pendidikan (education).
Pelatihan biasanya terfokus pada Pendidikan dianggap lebih luas

8 Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja …


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

lingkupnya. Tujuannya adalah diminta membuat keputusan independen


mengembangkan individu. Biasanya mengenai pekerjaan mereka dan
pendidikan dianggap sebagai pendidikan hubungan mereka dengan klien. Oleh
formal di sekolah, akademi, atau karena itu, organisasi patut
perguruan tinggi sedangkan pelatihan mempertimbangkan elemen-elemen
lebih berorientasi kejujuran edukasi dan pelatihan
(vocationallyoriented) dan berlangsung di
dalam lingkungan organisasi. Pelatihan 5. Peran Supervisor
biasanya lebih mempunyai tujuan segera Supervisor adalah level
dibandingkan pendidikan. Program kepemimpinan yang tidak boleh membuat
pelatihan dirancang dalam upaya kebijakan yang bersifat strategis, tapi
membatasi kemungkinan respons-respons hanya menerjemahkan dan meneruskan
mungkin lebih efisien, aman atau hanya kebijakan strategis atasannya kepada para
konsisten dengan tujuan atau filosofi bawahan untuk dikerjakan secara efektif
organisasional. Sebagai contoh, jika dan produktif.
berkembang situasi yang tidak aman Oleh karena itu, seorang supervisor
(misalnya; bocornya tabung gas kimia), harus memiliki kompetensi berkualitas
seorang karyawan dapat dilatih dalam tinggi yang mencakup keterampilan
cara-cara yang paling tepat untuk membangun relasi di antara atasan dan
menanggulanginya. Tujuannya adalah bawahan; keterampilan terhadap fungsi
membuat karyawan bereaksi dalam cara dan peran kerja agar mampu bekerja
tertentu tanpa ragu-ragu. Dalam secara optimal, kreatif, efektif,
keterbatasan respons inilah pelatihan berkualitas, produktif, efisien, bersinergi,
berbed dengan edukasi. Edukasi dianggap dan cerdas melakukan supervisi terhadap
sebagai salah satu alat dengannya bawahan; keterampilan kecerdasan
kemungkinan rentang respons karyawan emosional dan mind set positif.
ditingkatkan daripada dikurangi. Edukasi Comstock (1991) mengatakan
mewakili suatu perluasan individu supervisi merupakan tindakan mengawasi
sehingga dia dapat dipersiapkan untuk atau mengarahkan penyelesaian
menilai berbagai situasi dan memilih pekerjaan. Seiring dengan perjalanan
respons yang paling tepat. Meskipun waktu, supervisi dikatakan sebagai proses
banyak posisi ahli, semi ahli dan tidak yang dinamis. Pada awalnya supervisi
ahli membutuhkan pelatihan, posisi bersifat kaku atau otoriter. Bialamana
kesupervisoran dan manajemen seorang tidak bekerja sebagaimana yang
memerlukan elemen edukasi. Karena diperintahkan, maka ia akan dihukum.
semakin banyak karyawan yang diminta Pada saat ini, supervisi diwarnai dengan
menggunakan kebijakan (judgment) dan gaya manajemen pertisipatif. Studi
memilih diantara alternatif-alternatif Kozlowski (dalam Budiman, 2002)
solusi terhadap permasalahan kerja, menunjukkan bahwa supervisor
program pelatihan mencoba memperluas merupakan pihak yang paling dekat
dan mengembangkan individu melalui dengan konteks kerja seseorang karena
edukasi. Sebagai contoh, karyawan dalam melalui mereka tercermin budaya atau
pekerjaan yang diperkaya (enriched job), iklim organisasi. Dengan kata lain,
tim kerja yang dikelola sendiri, dan/atau supervisor mempunyai pengaruh
karyawan dalam industri jasa mungkin

Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja … 9


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

METODE PENELITIAN b. Pelatihan (training) adalah proses


sistematik pengubahan perilaku para
1. Populasi, Sampel, dan Metode karyawan dalam suatu arah guna
Pengumpulan Data meningkatkan tujuan-tujuan
Populasi penelitian ini adalah organisasional. Dalam pelatihan
karyawan Paguyuban Batik Laweyan diciptakan suatu lingkungan dimana
Surakarta (atau yang dalam penelitian ini para karyawan dapat memperoleh
disebut dengan “pembatik”) yang atau mempelajari sikap, kemampuan,
jumlahnya diketahui dengan pasti (312 keahlian, pengetahuan, dan perilaku
orang). Sesuai dengan karakteristik yang spesifik yang berkaitan dengan
populasinya yang jelas, maka metode pekerjaan (Chalimah dan Zahro,
penentuan sampel dalam penelitian ini 2009). Dimensi daalam penelitian
menggunakan metodeslovin, dengan dibedakan menjadi pelatihan formal
sampling error ditetapkan 10%, sampel dan pelatihan nonformal.
yang diperoleh sebanyak 75 orang. c. Peran supervisor, supervisor
Sampel ini diperoleh dari 14 paguyuban merupakan pihak yang paling dekat
batik, dengan anggota antara 21-25 orang, dengan konteks kerja seseorang
sehingga masing-masing diambil antara karena melalui mereka tercermin
4-6 orang pembatik. Metode budaya atau iklim organisasi. Dengan
pengumpulan data dengan cara pengisian kata lain, supervisor mempunyai
kuesioner, observasi, dan wancara. pengaruh langsung terhadap perilaku
bawahannya (Kozlowski dalam
2. Variabel, Definisi Konsep dan Budiman , 2002). Dimensi dalam
Operasional penelitian dibedakan menjadi : (a)
Variabel yang dioperasikan dalam sikap supervisor, (b) dukungan
penelitian ini terdiri atas variabel supervisor, dan (c) kepercayaan
Kompensasi (X1), Pelatihan (X2), dan supervisor terhadap karyawan.
Performance Supervisor (X3) sebagai d. Kepuasan kerja sebagai perasaan
variabel bebas, kemudian variabel yang menyenangkan sebagai hsil dari
Kepuasan kerja (Y1) sebagai variabel persepsi bahwa pekerjaannya
terikat pertama, dan variabel Kinerja (Y2) memenuhi nilai-nilai pekerjaan yang
sebagai variabel terikat kedua. Definisi penting (Nelson dan Quick, dalam
konseptual, dimensi, dan skala Chandra, 2006). Dimensi dalam
pengukuran masing-masing indikator penelitian, kepuasan kerja meliputi :
adalah sebagai berikut. gaji, pekerjaan itu sendiri,
a. Kompensasi terdiri dari beberapa kesempatan promosi, supervisi, dan
unsur, unsur yang paling jelas adalah rekan kerja.
jumlah gaji yang diterima seseorang. e. Kinerja adalah kedesiaan seseorang
Pada umumnya motivasi orang atau kelompok orang untuk
bekerja adalah untuk memperoleh melakukan sesuatu kegiatan dan
kepuasan kompensasi dalam bentuk menyempurnkannya sesuai dengan
uang (Sunarto dalam Danang, 2012). tanggungjawabnya dengan hasil
Dalam penelitian ini dimensi dari seperti yang diharapkan (Rivai,
kompensasi adalah finansial dan 2005). Dalam penelitian, dimensi
nonfinansial.

10 Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja …


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

dari kinerja meliputi sifat individu, paguyuban batik Laweyan Surakarta.


perilaku individu, dan hasil kerja. Apabila Adjusted R. Square yang
diperoleh dari hasil perhitungan
Semua indikator dari dimensi menunjukkan semakin besar sehingga
sebagaimana disebutkan di atas, diukur model yang digunakan (mendekati satu)
dengan skala Likert 5 poin, yaitu sangat maka dapat dikatakan bahwa sumbangan
setuju (poin 5), setuju (4), kurang setuju variabel bebas terhadap variabel terikat
(3), tidak setuju (2), dan sangat tidak semakin besar sehingga model yang
setuju (1). digunakan semakin besar untuk
menerangkan variabel terikat. Sebaliknya,
3. Uji Validitas dan Reliabilitas apabila Adjusted R. Square menunjukkan
Instrumen semakin kecil, maka model yang
Alat uji validitas yang digunakan digunakan semakin lemah untuk
adalah analisis butir dengan korelasi menerangkan variabel terikat. Secara
product moment. Suatu butir instrumen umum dikatakan bahwa besarnya
dikatakan valid jika memiliki nilai koefisien determinasi (Adjusted R.
korelasi ( r ) ≥ 0,40. Alat uji yang Square) berada antar 0 dan 1, atau bisa
digunakan adalah dengan menghitung dituliskan : ≤ Adjusted R. Square ≤1.
koefisien alpha cronbach, di mana suatu
instrumen dikatakan reliabel jika 4.2.2. Uji Simultan (Uji F)
memiliki nilai alpha cronbach atau α ≥ Uji F atau Uji secara bersama-sama
0,60. dipakai dalam penelitian ini untuk
mengetahui dan menunjukkan apakah
4. Teknik Analisis Data semua variabel bebas yaitu
4.1. Regresi Mediasi kompensasi(X1), pelatihan (X2), peran
Bentuk umum dari persamaan supervisor (X3) mempunyai pengaruh
regresi mediasi yang akan digunakan secara bersama-sama terhadap variabel
dalam penelitian ini adalah Y = b1X1 + kepuasan kerja (Y) dan variabel kinerja
b2X2 + b3X1X2 + e. Regresi moderasi (Z) dari hasil perhitungan SPSS, jika
yang digunakan dalam memecahkan didapat nilai Fhitung> Ftabel taraf signifikan
masalah penelitian dilakukan dengan 5%, maka Ho ditolak, berarti ada
program SPSS dengan langkah-langkah pengaruh signifikan antara variabel X1,
sebagai berikut: (a) uji interaksi atau X2, X3 secara bersama-sama terhadap
dikenal dengan istilah Moderated variabel Y dan Z. perhitungan dengan
Regession Analysis (MRA), (b) uji selisih komputer program SPSS For Windows
nilai mutlak, dan (c) uji residual. seri 12.

4.2. Pengujian Model 4.2.3. Uji t (Parsial)


4.2.1. Uji Koefisien determinasi (Uji R²) Uji t pada dasarnya menunjukkan
Koefisien determinasi (Adjusted R. seberapa jauh pengaruh satu variabel
Square )digunakan untuk mengetahui independen secara individual dalam
seberapa prosentase yang mampu menerangkan variasi variabel dependent.
dijelaskan oleh variabel kompensasi, Pengujian nilai uji t dilakukan dengan
pelatihan dan peran supervisor terhadap membandingkan thitung dangna ttabel pada
kepuasan dan kinerja pada karyawan alpha = 5% (0,05). Ho : b = 0 tidak ada

Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja … 11


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

pengaruh yang signifikan antara varibel 4.3.2. Menguji pengaruh pelatihan


bebas terhadap variabel terikat. Ha : b ± 0 terhadap kinerja karyawan
ada pengaruh yang sifgnifikan antara dengan dimediasi kepuasan
variabel bebas terhadap variabel terikat. kerja.
Kriteria sebagai berikut (taraf nyata
sebesar 0,05) : apabila P Value < 0,05, e₁
maka hipotesis diterima, dan apabila P
Value > 0,05, maka hipotesis diterima. Kepuasan Kerja
(Y)

4.3. Pengujian Mediating atau p2 p7


Intervening
4.3.1. Menguji pengaruh kompensasi Pelatihan Kinerja
terhadap kepuasan kerja (X2) (Z) e₂
karyawan dan pengaruhnya p5
terhadap kinerja.
Gambar 2
e₁ Hubungan antara variabel pelatihan
terhadap kinerja karyawan dengan
Kepuasan Kerja dimediasi kepuasan kerja dalam path
(Y)
analisis

p7 p1
4.3.3. Menguji pengaruh peran
Kompensasi Kinerja Karyawan supervisor terhadap kinerja
(X1) (Z) e₂ karyawan dengan dimediasi
p4 kepuasan kerja.

Gambar 1 e₁
Hubungan antara variabel kompensasi
terhadap kinerja karyawan dengan Kepuasan Kerja
(Y)
dimediasi kepuasan kerja dalam path
analisis
p2 p7

Peran Supervisor Kinerja


(X3) (Z) e₂
p6

Gambar 3
Hubungan antara variabel peran
supervisor terhadap kinerja karyawan
dengan dimediasi kepuasan kerja dalam
path analisis

12 Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja …


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

Pada ketiga model jalur, Hal-hal seperti itulah yang


hubungan langsung terjadi jika satu menyebabkan pengaruh kompensasi
variabel mempengaruhi variabel lainnya terhadap kepuasan kerja karyawan
tanpa ada variabel ke tiga yang memidiasi Paguyuban Batik Laweyan Surakarta
hubungan kedua variabel tersebut. tidak signifikan atau dengan kata lain
Hubungan tidak langsung adalah jika ada tidak ada pengaruh variabel kompensasi
variabel ke tiga yang memediasi terhadap kepuasan kerja.
hubungan kedua variabel tersebut.
Hubungan tidak langsung adalah jika ada 2. Pengaruh Pelatihan terhadap
variabel ke tiga yang memediasi Kepuasan Kerja Karyawan
hubungan kedua variabel tersebut. Paguyuban Batik Laweyan
Surakarta
Ada atau tidak adanya pelatihan
HASIL DAN PEMBAHASAN pada karyawan Paguyuban Batik
Laweyan Surakarta tidak berpengaruh
1. Pengaruh Kompensasi terhadap terhadap kepuasan kerja para karyawan,
Kepuasan Kerja Karyawan karena rata-rata dari mereka sudah
Paguyuban Batik Laweyan memiliki keahlian membatik sebelum
Surakarta mereka bekerja pada salah satu
Berdasarkan hasil wawancara pengusaha batik. Mereka sudah
dengan beberapa karyawan diperoleh mendapatkan keahlian membatik dari
penjelasan bahwa kebanyakan pengerajin orang tua secara turun –temurun. Jika
batik melakukan pekerjaan hanya sebagai seandainya diadakan pelatihanpun tidak
warisan budaya turun temurun dari nenek banyak berpengaruh pada puas atau
moyang yang sudah sehari-hari mereka tidaknya terhadap pekerjaan mereka.
lakukan sejak jaman dahulu dan hanya Bagi mereka yang terpenting adalah
sebagai pengisi waktu luang, oleh karena pekerjaan sebagai rutinitas dan cukup
itu mereka tidak begitu mementingkan dengan perintah dari supervisor mereka
ada atau tidaknya peningkatan sudah mampu melaksanakan tugas
kompensasi. Bagi mereka dengan dapat pekerjaan mereka sesuai apa yang mereka
bekerja setiap hari sudah merupakan ketahui jauh sebelum mereka bekerja
kepuasan tersendiri. Selain itu karena yang mereka dapat dari warisan orang
rata-rata tingkat pendidikan mereka pada tua.
umumnya rendah, menyebabkan sulitnya
mencari pekerjaan lain. Selama pekerjaan 3. Pengaruh Peran Supervisor
itu cukup untuk memenuhi kebutuhan terhadap Kepuasan Kerja
sehari-hari mereka sudah merasa puas, karyawan Paguyuban Batik
dimana pekerjaan tesebut sesuai dengan Laweyan Surakarta
tingkat pendidikan dan tanggung jawab Secara realita para karyawan sangat
pekerjaannya. bergantung pada supervisor dalam
menyelesaikan pekerjaan, baik itu dalam

Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja … 13


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

pengawasan, pembagian pekerjaan diwajibkan tepat waktu maupun ada


maupun arahan-arahan yang peraturan lain yang membatasi kegiatan
memudahkan karyawan karyawan diluar pekerjaan mereka, contohnya
menyelesaikan pekerjaan dan yang sebagian dari mereka adalah ibu rumah
terpenting puas karena ada pengarahan tangga yang mana mungkin sering
jelas dari seorang supervisor. Dalam ha terlambat berangkat kerja ataupun tidak
ini dikaitkan dengan pernyataan masuk kerja karena ada urusan rumah
Comstock (1991) mengatakan supervisi tangga yang harus dikerjakan disini tidak
merupakan tindakan mengawasi atau begitu terikat, pengusaha hanya akan
mengarahkan penyelesaian pekerjaan. membayar berdasarkan hitungan hari
Puasnya seorang karyawan kerja dan jem kerja mereka, jadi bagi
Paguyuban Batik Laweyan Surakarta sebagian besar karyawan hal inilah yang
sangat bergantung pada peran supervisor membuat mereka lebih memilih pekerjaan
dalam mengatur bawahannya sehingga sebagai pengrajin batik tanpa perlu
karyawan jelas dan merasa pekerjaannya memperhatikan kompensasi yang mereka
sesuai dengan arahan atasan atau terima.
supervisor. Mereka bekerja dan patuh Hasil analisis data terbukti bahwa
terhadap perintah supervisor, jarang kompensasi secara langsung maupun
diantara mereka berinisiatif sendiri dalam tidak langsung tidak berpengaruh secara
penyelesaian pekerjaan, apabila mereka signifikan terhadap kinerja karyawan
bekerja sesuai arahan supervisor dan hasil Paguyuban Batik Laweyan Surakarta.
kerjanya mendapat pujian dari atasan atau Hampir rata-rata para pengusaha
supervisor bagi mereka itulah kepuasan menggaji karyawan sesuai standar
kerja. kesepakatan paguyuban, dan kalaupun
ada perbedaan itu hanya sedikit. Kinerja
4. Pengaruh Kompensasi Secara mereka akan tetap konsisten tanpa
Langsung Maupun Tidak memperjatikan apakah ada kenaikan
Langsung Terhadap Kinerja kompensasi secara berkala maupun tidak,
Karyawan Melalui Kepuasan yang terpenting mereka mendapatkan
Kerja Karyawan Paguyuban Batik pekerjaan sebagai pengisi waktu luang
Laweyan Surakarta dengan membatik yang menjadi keahlian
Besar kecilnya kompensasi yang hampir tiap warga desa si jambe pada
karyawan terima tidak berpengaruh pada umumnya. Pada kenyataannya karyawan
kinerja mereka, karena mereka bekerja tidak hanya memperoleh kompensasi
bukan untuk mencari besarnya berupa gaji. Dalam hal ini kompensasi
kompensasi semata, tetapi kebanyakan diberikan tiap minggu (mingguan) pada
diantara mereka yang tidak ingin terlalu hari kamis. Kompensasi diluar gaji yang
terikat dengan aturan seperti pada mereka terima dapat berupa kompensasi
perusahaan-perusahaan pada umumnya. finansial maupun non finansial.
Pekerjaan yang mereka lakukan lebih Kompensasi diluar yang biasa diberikan
fleksibel sehingga tidak terikat yang oleh pengusaha batik pada karyawan,

14 Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja …


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

diantaranya adalah tunjangan hari raya, mampu meningkatkan kinerja karyawan.


bingkisan hari raya, klaim biaya sakit dan Namun berbeda dengan penelitian yang
rekreasi. Namun demikian tetap saja tidak dilakukan oleh penulis, dimana pelatihan
berpengaruh pada peningkatan kerja tidak berpengaruh baik secara langsung
mereka meskipun karyawan mendapatkan maupun tidak langsung terhadap kinerja
kompensasi diluar gaji. Pengusaha karyawan Paguyuban Batik Laweyan
memberikan kompensasi diluar gaji Surakarta.
semata-mata memang sudah kesepakatan Hasil penelitian ini bertentangan
antar Paguyuban Batik Laweyan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Surakarta maupun sudah menjadi tradisi Supatmi (2011) yang menyimpulkan
warisan turun-temurun yang biasa bahwa pelatihan merupakan salah satu
dilakukan oleh pengusaha-pengusaha faktor yang mempengaruhi kinerja
batik sebelumnya terhadap para karyawan, sedang penelitian yang
karyawan. dilakukan oleh penulis tidak
Hasil penelitian ini bertentangan menunjukkan adanya pengaruh positif
dengan penelitian yang dilakukan oleh dan signifikan baik secara langsung
Adinata (2011) yang menyimpulkan maupun tidak langsung pelatihan
bahwa kompensasi sangat penting bagi terhadap kinerja karyawan.
karyawan dalam upaya meningkatkan Pelatihan yang diberikan baik oleh
kepuasan dan kinerja karyawan perushaan maupun oleh supervisor hanya
dilingkungan kerja, sedang hasil berkesan sebagai salah satu kegiatan
penelitian yang penulis lakukan selingan saja untuk merefresh karyawan
menunjukkan bahwa kompensasi tidak agar tidak terlalu jenuh dengan kegiatan
berpengaruh baik secara langsung secara yang monoton atau rutinitas pekerjaan
maupun tidak langsung terhadap kinerja yang dilakukan berulang-ulang setiap
pada karyawan Paguyuban Batik hari. Sebelum dan sesudah diadakan
Laweyan Surakarta. pelatihan hasilnya adalah rata-rata masih
sama atau konstan pada hasil kerjanya.
5. Pengaruh Pelatihan Secara Yang mereka tekankan pada dasarnya
Langsung Maupun Tidak adalah perintah dari atasan atau
Langsung Terhadap Kinerja supervisor dalam hal ini, karena hal
Karyawan Melalui Kepuasan tersebut yang dapat membantu kinerjanya
Kerja Karyawan Paguyuban Batik ketika mendapatkan masalah pada saat
Laweyan Surakarta bekerja.
Pada umumnya pelatihan yang
diberikan oleh tiap perusahaan bertujuan 6. Pengaruh Peran Supervisor Secara
untuk meningkatkan kinerja para Langsung Maupun Tidak
pegawainya, karena dengan dibekali Langsung Terhadap Kinerja
pelatihan akan membantu kinerja Karyawan Melalui Kepuasan
karyawan menjadi lebih baik lagi. Dari Kerja Karyawan Paguyuban Batik
hasil pelatihan secara prakteknya akan Laweyan Surakarta

Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja … 15


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

Hasil penelitian inisejalan dengan pengerajin batik menyimpulkan bahwa


hasil penelitian yang dilakukan oleh kepuasan kerja karyawan terhadap
Muryono (2004) yang menunjukkan pekerjaannya tidak berpengaruh pada
bahwa umpan balik supervisor dapat peningkatan kinerja mereka, Para
membantu belajar dari kesalahannya dan karyawan tidak mengharapkan kepuasan
termotivasi untuk memperbaiki kinerja lebih selain mendapatkan kompensasi
karyawan. Kinerja karyawan mampu yang biasa mereka terima tiap satu
meningkat apabila peran supervisor minggu sekali. Adapun hasil kerja yang
maksimal. Seorang supervisor menjaji meningkat juga tidak akan berpengaruh
panutan atau contoh bagi para karyawan pada kepuasan kinerja mereka.
dalam melakukan pekerjaannya.
Karyawan dapat dengan mudah 8. Pengaruh Kompensasi Terhadap
meningkat kinerjanya secara signifikan Kinerja Karyawan Paguyuban
apabila terdapat peran dari supervisornya. Batik Laweyan Surakarta
Karyawan akan patuh dan tunduk pada Bahwa kepuasan kerja tidak
supervisor mengingat mereka akan lebih memediasi pengaruh kompensasi
mudah menyelesaikan pekerjaannya terhadap kinerja karyawan Paguyuban
sesuai arahan dari seorang supervisor. Batik Laweyan Surakarta. Hasil tersebut
Dapat dikatakan hanya peran supervisor menunjukkan bahwa hampir seluruh
yang mampu memberikan rasa puas bagi karyawan tidak termotivasi akan
karyawan pembatik, sehingga tanpa peningkatan kompensasi sebagai salah
arahan seorang supervisor permbatik satu faktor pemuas kerjanya.Dengan
tidak mampu menyelesaikan tugasnya adanya kompensasi yang lebih layak dan
secara maksimal. sesuai dengan tanggungjawab kerjanya,
7. Pengaruh Kepuasan Kerja agar memberikan kepuasan kerja yang
Terhadap Kinerja Karyawan sesuai dengan harapan karyawan. Apabila
Paguyuban Batik Laweyan kepuasan kerja telah terwujud, maka
Surakarta karyawan akan mampu meningkatkan
Hasil penelitian ini bertentangan kinerjanya. Sehingga dalam penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh tidak terbukti bahwa kepuasan kerja
Supatmi (2011) dimana penelitian memediasi pengaruh kompensasi
tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa terhadap kinerja karyawan.
kompensasi sangat penting bagi karyawan
dalam meningkatkan kepuasan dan 9. Pengaruh Pelatihan Terhadap
kinerjanya. Sedangkan penelitian yang Kinerja Karyawan Paguyuban
dilakukan oleh Yulia Dewi (2012) Batik Laweyan Surakarta
menunjukkan hasil bahwa variabel Bahwa kepuasan kerja tidak
kepuasan kerja berpengaruh positif memediasi pengaruh pelatihan terhadap
signifikan terhadap kinerja karyawan. kinerja karyawan Paguyuban Batik
Sedangkan dari hasil wawancara Laweyan Surakarta. Hasil tersebut
penulis secara langsung dengan menunjukkan bahwa hampir seluruh

16 Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja …


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

karyawan tidak termotivasi dengan pembatik sangat tergantung atas seorang


pelatihan yang ada untuk mencapai faktor supervisor atau mandor. Hampir tiap
pemuas kerjanya.Dengan adanya pekerjaan yang mereka kerjakan tersebut
pelatihan yang tepat sasaran dan sesuai atas permintaan maupun perintah
dengan kondisi lapangan, maka secara supervisor atau mandor. Karyawan tidak
otomatis akan mampu memberikan mampu memutuskan permasalahan yang
kepuasan kerja yang sesuai dengan mereka hadapi dalam menjalankan
harapan karyawan. Apabila kepuasan pekerjaannya tanpa bantuan seorang
kerja telah terwujud, maka karyawan supervisor atau mandor. Sehingga dalam
akan mampu meningkatkan kinerjanya. penelitian ini terbukti bahwa kepuasan
Sehingga dalam penelitian ini tidak kerja memediasi pengaruh peran
terbukti bahwa kepuasan kerja memediasi supervisor terhadap kinerja karyawan.
pengaruh pelatihan terhadap kinerja
karyawan.
SIMPULAN DAN SARAN
10. Pengaruh Peran Supervisor
Terhadap Kinerja Karyawan 1. Simpulan
Paguyuban Batik Laweyan Berdasarkan hasil penelitian
Surakarta dengan Dimediasi dapat disimpulkam sebagai berikut.
Kepuasan Kerja a. Kompensasi tidak berpengaruh positif
Bahwa kepuasan kerja memediasi dan signifikan terhadap kepuasan
pengaruh peran supervisor terhadap kerja karyawan Paguyuban Batik
kinerja karyawan Paguyuban Batik Laweyan Surakarta.
Laweyan Surakarta. Hasil tersebut b. Pelatihan tidak berpengaruh positif
menunjukkan bahwa hampir seluruh dan signifikan terhadap kepuasan
karyawan termotivasi untuk mencapai kerja karyawan Paguyuban Batik
faktor pemuas kerjanya.Dengan adanya Laweyan Surakarta.
peran supervisor yang lebih baik dan c. Peran supervisor mempunyai
sesuai dengan kondisi lingkungan kerja pengaruh positif dan signifikasinya
terhadap karyawan, secara otomatis akan terhadap kepuasan kerja, artinya
mampu memberikan kepuasan kerja yang semakin tinggi peran supervisor maka
sesuai dengan harapan karyawan. Apabila akan semakin tinggi kepuasan kerja.
kepuasan kerja telah terwujud, maka d. Kompensasi tidak berpengaruh positif
karyawan akan mampu meningkatkan dan signifikan terhadap kinerja
kinerjanya. karyawan Paguyuban Batik Laweyan
Peran supervisor yang positif Surakarta.
mampu mengembangkan kinerja e. Pelatihan tidak berpengaruh positif
karyawannya dengan tidak terlepas dari dan signifikan terhadap kinerja
kontrol supervisor sebagai acuan karyawan Paguyuban Batik Laweyan
pekerjaan yang dilakukan para karyawan. Surakarta.
Dapat dikatakan pekerjaan para karyawan

Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja … 17


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

f. Peran supervisor mempunyai observasi yang penulis lakukan


pengaruh positif dan signifikan bahwa pengerajin batik bekerja
terhadap kinerja karyawan berdasarkan atas perintah dari
Paguyuban Batik Laweyan Surakarta, supervisor. Kepuasan dan
artinya semakin tinggi peran peningkatan kinerja pegawai sangat
supervisor, maka akan semakin tergantung pada seberapa besar peran
rendah kinerjanya. supervisor dalam meningkatkan
g. Kepuasan kerja mempunyai pengaruh kinerja karyawannya.
positif dan signifikan terhadap kinerja b. Perlu diberikan pengertian terhadap
karyawan Paguyuban Batik Laweyan karyawan Paguuuuyuban Batik
Surakarta. Laweyan Surakarta akan arti penting
h. Variabel kepuasan kerja tidak pelatihan kerja yang diadakan baik
memediasi pengaruh kompensasi dilingkungan perusahaan maupun
terhadap kinerja karyawan pelatihan diluar perusahaan itu
Paguyuban Batik Laweyan Surakarta. sendiri. Pelatihan yang diberikan
i. Variabel kepuasan kerja tidak akan penting bagi peningkatan
memediasi pengaruh pelatihan kinerja, serta pelatihan sebagai
terhadap kinerja karyawan bagian dari pemuas kerja karyawan
Paguyuban Batik Laweyan Surakarta. untuk melaksanakan pekerjaan lebih
j. Variabel kepuasan kerja memediasi baik lagi.
pengaruh peran superviisor terhadap c. Perlunya perhatian pemerintah
kinerja karyawan Paguyuban Batik daerah untuk melakukan
Laweyan Surakarta. perlindungan tergadap pengusaha
batik mengingat di Kota Surakarta
2. Saran menjadi pengerajin batik merupakan
a. Mempertahankan peran supervisor mata pencaharian yang hampir
karena peran supervisor berpengaruh dilakukan oleh sebagian besar lapisan
secara signifikan sesuai dengan hasil masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN

Adinata, Arlan, 2011, Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Pegawai,


http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/52058.

Budiman, Slamet. 2002. “Pengaruh Tindakan Supervisi terhadap Kinerja Auditor yang
Melakukan Audit Khusus: Studi Empiris pada Kantor Perwakilan BPKP”. Tesis
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.Tidak untuk dipublikasikan.

18 Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja …


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

Chandra, Ferdinan K. 2006. “Pengaruh Tindakan Supervisi terhadap Kinerja Auditor


Internal dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel Intervining (Studi Empiris pada
PT Bank ABC)”. Tesis. Program Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro, Semarang. Tidak untuk dipublikasikan.

Chalimah dan Zahro, 2009, Manajemen Sumber Daya manusia, Universitas


Pekalongan.

Comstock, Thomas W. 1991. Fundamental of Supervision. Delmar Publisher, New


York.

Dessler, Gary. 2009. Manajemen SDM buku 1, Jakarta : Indeks.

Djati, Pantja S. dan M. Khusaini. 2003. Kajian terhadap Kepuasan, Kompensasi,


Komitmen Organisasi, dan Kepuasan Kerja. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan. Vol. 5 No. 1 Maret 2003.

Gomes, Faustino Cardoso, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta :


Andi.

Hasibuan, Malayu. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia, Dasar dan Kunci
Keberhasilan. CV Haji Massagung, Jakarta.

Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara, Jakarta.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Muryono, Patria Garnifa, 2004. Analisis Pengaruh Umpan Balik Supervisor terhadap
Kinerja Tenaga Penjual melalui Variabel orientasi Belajar dan perilaku Kerja;
Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang

Noe, Raymond A., Hollendbech, John; Gerhart, Barry; and Wright, Patriek M. 1994.
Human Resources Management : going A Competitive Advantage. Reinhard D.
Irwin. Inc.

Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi, Jakarta: PT. Indeks, Kelompok


Gramedia.

Rifai, Veithzal. 2005. Performance Appraisal, Sistem Yang Tepat untuk Menilai Kinerja
Karyawan dan Meningkatkan daya saing Perusahaan. Jakarta, PT. Raja
Grafindo.

Ruky, Ahmad. 2002. Sistem Manajemen Kinerja, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja … 19


GRADUASI Vol. 29 Edisi Maret 2013 ISSN 2088 - 6594

Simanjuntak, Payaman J, 2005, Manajemen dan Evaluasi Kerja Lembaga Penerbit


FEUI, Jakarta.

Simamora, Henry. 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kedua, Bagian
Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta.

Sunyoto, Danang, 2012, Teori, Kuesioner dan Analisis Data Sumber Daya Manusia
(Praktik Penelitian), CAPS, Yogyakarta.

Supatmi, Mamik Eko, 2011, Pengaruh Pelatihan, Kompensasi terhadap Kepuasan


Kerja Karyawan dan Kinerja Karyawan, Universitas Brawijaya.

Yuliana Dewi, Arnita. 2012, Pengaruh Pelatihan dan Kepuasan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Divisi Kredit bank Pundi cabang Basuki Rahmat Surabaya,
Undergraduate thesis, Faculty of Economics.
http://eprints.upnjatim.ac.id/id/eprint/3801.

Zahid. 1997. Manajemen Organisasi Perusahaan, Pressindo, Jakarta.

20 Pengaruh Kompensasi, Pelatihan, dan Peran Supervisor Terhadap Kinerja …

Anda mungkin juga menyukai