Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1


“PENJUALAN ANGSURAN”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi Kuangan Lanjutan 1
Dosen Pengampu : Siti Nur Hadiyati,SE.,M.Si.AK.,CA.

Disusun Oleh:
Gina Dhuliani (119040241)
Inda Khoiril Nurhafidin (119040242)
Fajar Sidik (119040244)
Riski Iswendi (119040250)
Dani Zahwa Dwi Artha Nugraha (119040257)
Widya Dwi Lestari Wicaksono (119040258)

2/Akuntansi J

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
2021

AKL 1 Page 1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur ke Hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami,akhirnya tugas ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Tugas makalah ini pada dasarnya membentuk kami untuk bisa mengerti dan dapat
memahami lebih dalam mengenai mata kuliah Pengantar Hukum Bisnis. Didalam makalah
ini kami menjelaskan tentang “Penjualan Angsuran”.
Dan kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
karena keterbatasan kami. Untuk itu kami mengaharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifaat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Cirebon, 14 Desember 2021

Penyusun

AKL 1 Page 2
DAFTAR ISI

COVER…................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR….......................................................................................................2
DAFTAR
ISI.............................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah….......................................................................................................4
1.3. Tujuan…..........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Penjuaan Angsuran ...........................................................................................6
2.2. Pengakuan Laba Kotor dalam Penjualan Angsuran........................................................6
2.3. Penjualan Barang-Barang Tak Bergerak (Rea Estate)…................................................8
2.4. Penjualan Barang Dagangan.........................................................................................13
2.5. Penyajian Informasi Penjualan Angsuran di dalam Laporan Keuangan.......................15
2.6. Pertukaran di dalam Penjualan Angsuran.....................................................................23
2.7. Pembatalan Kontrak dan Pemilikan Kembali...............................................................24
2.8. Masalah Bunga dalam Penjualan Angsuran.................................................................25

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan…................................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................34

AKL 1 Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah


pada perusahaan real estate, tetapi pada masa sekarang penjualandengan metode ini telah
berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam bidangperdagangan kendaraan
seperti mobil, motor; mesin; alat-alat rumah tangga dan lainnya. Bahkan pada beberapa jenis
industri metode penjualan angsuran ini telah menjadi kunci utama dalam mencapai operasi
skala besar.

Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai dikalangan
usahawan dan juga dikalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini telah meningkatkan
jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagi pembeli mereka merasa lebih
ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang yangdicicil tersebut.

Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan meningkat, tetapi
kelemahan metode ini dapat diatasi dengan meningkatnya volume penjualan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Penjuaan Angsuran ?
2. Bagaimana Pengakuan Laba Kotor dalam Penjualan Angsuran ?
3. Bagaimana Penjualan Barang-Barang Tak Bergerak (Rea Estate) ?
4. Bagaimana Penjualan Barang Dagangan ?
5. Bagaimana Penyajian Informasi Penjualan Angsuran di dalam Laporan
Keuangan ?
6. Apa ssaja Pertukaran di dalam Penjualan Angsuran ?
7. Bagaimana Pembatalan Kontrak dan Pemilikan Kembali ?
8. Apa yang menjadi Masalah Bunga dalam Penjualan Angsuran ?

AKL 1 Page 4
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian Penjuaan Angsuran
2. Mengetahui bagaimana Pengakuan Laba Kotor dalam Penjualan Angsuran
3. Mengetahui bagaimana Penjualan Barang-Barang Tak Bergerak (Rea Estate)
4. Mengetahui bagaimana Penjualan Barang Dagangan
5. Mengetahui bagaimana Penyajian Informasi Penjualan Angsuran di dalam
Laporan Keuangan
6. Mengetahui Apa saja Pertukaran di dalam Penjualan Angsuran
7. Mengetahui bagaimana Pembatalan Kontrak dan Pemilikan Kembali
8. Mengetahui Apa yang menjadi Masalah Bunga dalam Penjualan Angsuran

AKL 1 Page 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Penjualan Angsuran
Penjualan angsuran merupakan penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana
pembayarannya dilaksanakan secara bertahap, yaitu:

1. Pada saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, penjual menerima pembayaran


pertama sebagian dari harga penjualan (down payment).
2. Sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran.

Untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak di tepatinya kewajiban-


kewajiban oleh pihak pembeli, maka terdapat beberapa bentuk perjanjian (kontrak)
penjualan angsuran yaitu sebagai berikut:

1. Perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), dimana barang telah


diserahkan tetapi hak atas barang masih berada ditangan penjual sampai seluruhnya
pembayaran sudah lunas.
2. Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama telah dilakukan, hak
milih diserahkan kepada pembeli tetapi dengan menggadaikan/menghipotikkan
untuk bagian harga penjualan yang belum dibayar kepada penjual.
3. Hak milik atas barang sementara diserahkan kepada suatu badan “trust” (trustee)
sampai pembayaran harga penjualan dilunasi. Setelah lunas, trustee menyerahkan ha
k atas barang ke pembeli.
4. Beli sewa (lease-purchase) dimana barang yang telah diserahkan ke pembeli.
Pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga dalam kontrak telah dilunasi,
setelah itu hak milik berpindah ke pembeli.

Penjualan Angsuran dengan bentuk-bentuk perjanjian tersebut diatas biasanya


dilaksanakan untuk barang barang tidak bergerak (seperti, gedung, tanah, dan aktiva-aktiva
tahan lama lainnya). Sedang untuk perdagangan barang-barang bergerak biasanya penjualan
angsuran dilaksanakan dengan perjanjian-perjanjia tertentuyang diadakan antara penjual dan
pembeli dengan syarat-syarat dan jaminan yang saling menguntungkan.

AKL 1 Page 6
Untuk menghindari kemungkinan kerugian, faktor yang diperhatikan oleh penjual
yaitu:

1. Besarnya pembayaran pertama (down payment) harus cukup menutup semua


kemungkinan penurunan harga barang dari semula barang baru menjadi bekas.
2. Jangka waktu pembayaran diantara angsuran satu dengan yang lain hendaknya tidak
terlalu lama, atau tidak lebih dari 1 bulan.
3. Besarnya angsuran periodic harus diperhitungkan cukup menutup kemungkinan
penurunan nilai barang yang ada selama jangka pembayaran yang satu dengan
pembayaran berikutnya.

2.2 Pengakuan Laba Kotor dalam Penjualan Angsuran

Pada umumnya pengakuan laba kotor dalam tranksaksi penjualan angsuran di lakukan
dengan dua cara yaitu :

1. Laba kotor diakui untuk periode di mana penjualan dilakukan


2. Laba kotor dapat dihubungkan dengan periode di mana realisasi pembayaran telah
terjadi sesuai dengan perjanjian

Laba Kotor Diakui untuk Periode Terjadinya Transaksi Penjualan

Transaksi penjualan angsuran diperlakukan seperti halnya transaksi penjualan kredit.


Laba kotor yang terjadi diakui pada saat penyerahan barang dengan ditandai oleh timbulnya
piutang/tagihan kepada pelanggan.

Pengakuan Laba Kotor Dihubungkan dengan Periode-periode Terjadinya Realisasi


Penerimaan Kas

Laba kotor yang terjadi diakui sesuai dengan jumlah uang kas dari penjualan
angsuran yang direalisasikan dalam periode-periode yang bersangkutan. Dalam hal ini ada
beberapa prosedur yang dapat menghubungkan tingkat keuntungan dengan realisasi
penerimaan angsuran pada perjanjian penjualan angsuran :

AKL 1 Page 7
1. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai pengembalian harga pokok
(cost) dari barang-barang yang dijual, setelah seluruh harga pokok (cost)
kembali, maka permintaan selanjutnya baru dicatat sebagai keuntungan.
2. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi keuntungan yang
diperoleh sesuai dengan kontrak penjualan, sesudah seluruh keuntungan yang ada
terpenuhi, maka penerimaan-penerimaan selanjutnya dicatat sebagai
pengumpulan kembali/pengembalian harga pokok (cost).
3. Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian dicatat baik
sebagai pengembalian harga pokok (cost) maupun sebagai realisasi keuntungan
di dalam perbandingan yang sesuai dengan posisi harga pokok dan keuntungan
yang terjadi pada saat perjanjian penjualan angsuran ditanda tangani.

Metode-metode tersebut memberikan kemungkinan untuk mengakui, keuntungan


proporsional dengan tingkat penerimaan pembayaran angsuran.

2.3 Penjualan Angsuran untuk Barang-barang Tak Bergerak

Perbedaan antara harga penjualan dengan harga pokoknya dicatat sebagai “Laba Kotor
yang Belum Direalisasi”. Diakui dengan memindahkan sebagian saldo rekening “Laba
Kotor yang Belum Direalisasi” ke dalam rekening “Realisasi Laba Kotor”.

Contoh 1:

PT SENTANA bergerak dalam bidang jual beli harta tak bergerak, menjual rumah
kepada Tn. Hartono seharga Rp 2.500.000, harga pokoknya Rp 1.500.000. Pembayaran
pertama(down payment) sebesar Rp 500.000. PT SENTANA dan Tn. Hartono sepakat
menghipotikkan rumah tersebut dari Tn. Hartono kepada PT SENTANA sebesar Rp
2.000.000. Akte hipotik ditanda-tangani pada 1 September 1980 dibayar dalam jangka 5
tahun, pembayaran tiap ½ tahun @Rp 200.000 dengan bunga hipotik 12% setahun. Biaya
lain untuk menyelesaikan akte sejumlah Rp 50.000. Jurnal yang diperlukan untuk mencatat
transaksi yaitu:

AKL 1 Page 8
Jurnal
Laba diakui secara proporsional
Transaksi Laba diakui pada periode dengan
penjualan jumlah penerimaan angsuran

1 September 1980 : Piutang Piutang


1) Dijual sebuah (Tn Hartono) 2.500.000,00 (Tn Hartono) 2.500.000
rumah dengan harga Rumah 1.500.000,00 Rumah 1.500.000
Rp 2.500.000,00 Laba penjualan Laba kotor yang belum
harga pokok rumah Rumah 1.000.000,00 direalisasi 1000.000
sebesar Rp
1.500.000,00
2) Penerimaan Kas 500.000,00 Kas 500.000,00
pembayaran Hipotik-U/K Hipotik-U/K 2.000.000
pertama (down 2.000.000,00 Piutang
payment) sebesar Piutang (Tn Hartono) 2.500.000
Rp 500.000,00 dan (Tn Hartono) 2.500.000,00
Hipotik U/K untuk
saldo yang belum
dibayar sebesar Rp
2.000.000,00
3) Pembayaran biaya- Ongkos penjualan 50.000,00 Ongkos pjln 50.000
biaya, komisi dan Kas Kas 50.000
pengurusan akte 50.000,00
hipotik dan lain-lain
Rp 50.000,00
31 Desember 1980 : Bunga hipotik yang akan Bunga hipotik yang akan
4) a) Bunga yang diterima 80.000 diterima 80.000
masih harus Pendapatan bunga 80.000 Pendapatan bunga 80.000
diterima atas
Hipotik-UK. 12%
untuk jangka waktu
4 bulan = (4/12 x
12% x Rp
2.000.000,00 = Rp
80.000,00)

b) Laba kotor yang Laba kotor yang belum


direalisasi adalah direalisasi 200.000
sebagai berikut : Realisasi laba kotor
laba kotor = 40% ......................... 200.000,00
atau
1.000.000/2.500.000

AKL 1 Page 9
x 100%.
Penerimaan kas
tahun 1980, sebesar
: Rp 500.000,00
(down payment).
Jadi laba kotor yang
direalisasi 40% x
500.000,00 = Rp
200.000,00
5) Menutup rekening Laba penjualan Laba penjualan
nominal ke Rugi rumah 1.000.000 rumah 1.000.000
Laba Pendapatan bunga 80.000 Pendapatan bunga 80.000
Ongkos penjualan 50.000 Ongkos penjualan 50.000
Rugi-laba 1.030.000,00 Rugi-laba 230.000
1 Januari 1981 : Pendapatan bunga 80.000,00 Pendapatan bunga 80.000
6) Reversal entries Bunga hipotik yang Bunga hipotik yang
untuk bunga yang akan diterima 80.000 akan diterima 80.000
akan diterima pada
akhir 1980.
1 Maret 1981 : Kas 320.000 Kas 320.000
7) Diterima Hipotik U/K 200.000 Hipotik U/K 200.000
pembayaran Pendapatan bunga 120.000 Pendapatan bunga 120.000
angsuran hipotik
sebesar Rp
200.000,00 dan
bunga hipotik
sebesar Rp
120.000,00
1 September 1981 : Kas 308.000,00 Kas 308.000,00
8) Diterima Hipotik U/K 200.000 Hipotik U/K 200.000
pembayaran Pendapatan Pendapatan
angsuran hipotik Rp bunga 108.0000 bunga 108.000
200.000,00 dan
bunga dari pokok
hipotik Rp
1.800.000,00 @12%
untuk jangka waktu
6 bulan = Rp
108.000,00.
31 Desember 1981 : Bunga hipotik yang akan Bunga hipotik yang akan
9) Adjustment bunga diterima 64.000,00 diterima 64.000,00
hipotik dari pokok Pendapatan Pendapatan
Rp 1.600.000,00 bunga 64.000,00 bunga 64.000,00

AKL 1 Page 10
@12% untuk jangka
waktu 4 bulan = Rp
64.000,00.
Laba kotor yang Laba kotor yang belum
direalisasi 40% dan direalisasi 160.000,00
pembayaran angsuran Realisasi laba
yang diterima tahun kotor 160.000,00
1981 sebesar Rp
400.000,00 atau Rp
160.000,00
10) Menutup rekening Pendapatan - Pendapatan -
nominal ke rugi- bunga 212.000,00 bunga 212.000,00
laba Rugi-laba 212.000,00 Realisasi
laba kotor 160.000,00
Rugi-laba 372.000,00

Apabila pembayaran angsuran hipotik dari Tn Hartono dapat diterima sesuai dengan
perjanjian yang ada, maka kedua metode pengakuan laba kotor atas transaksi penjualan
angsuran tidak berakibat perbedaan jumlah “Pendapatan Bunga” yang diperoleh dalam
setiap tahun bukunya. Akan tetapi laba (rugi) bersih yang diakui pada setiap tahun buku
diantara kedua metode itu akan tetap berbeda.

Apabila laba diakui dalam periode dimana penjualan itu terjadi, maka atas transaksi
penjualan rumah itu PT Sentana akan melaporkan labanya sebesar Rp 950.000,00 (Rp
1.000.000,00 – Rp 500.000,00) dalam tahun buku 1980 dan oleh karenanya tidak ada
pengakuan laba untuk 5 tahun kemudian saat berakhirnya transaksi tersebut. Di lain pihak
menurut metode angsuran laba penjualan rumah sebesar Rp 950.000,00 akan dianggap
direalisasikan sebesar Rp 150.000,00 (Rp 200.000,00 – Rp 50.000,00) pada tahun 1980 dan
Rp 800.000,00 sisanya akan diakui dalam masa 5 tahun kemudian sesuai dengan jangka
waktu penyelesaian transaksi masing-masing sebesar Rp 160.000,00 setiap tahun.

Apabila kontrak dibatalkan berarti tidak selruh laba yang diperhitungkan dapat
direalisasikan. Di samping itu harus diperhitungkan pengaruh penurunan harga barang yang
bersangkutan karena dengan demikian barang hanya dapat dijual kembali dalam bentuk
barang bekas pakai.

AKL 1 Page 11
Apabila dari contoh tersebut, Tn Hartono tidak dapat memenuhi kewajibannya pada
tanggal 1 Maret 1982, maka PT Sentana akan menarik kembali saldo hipotiknya sebesar Rp
1.600.000,00 dan memiliki kembali rumah, sedangkan jumlah pembayaran yang telah
dilakukan Tn Hartono tidak dapa ditarik kembali dan menjadi haknya PT Sentana.

Diumpamakan penilaian kembali atas rumah tersebut pada tanggal 1 Maret 1982
adalah sebesar Rp 1.200.000,00. Dengan demikian pencatatan pada masing-masing metode
sebagai berikut :

Transaksi Laba diakui pada periode Laba diakui secara proporsional


berjalan dengan penerimaan angsuran
Dimiliki kembali rumah Rumah 1.200.000 Rumah 1.200.000
yang dibeli Tn Hartono Rugi pemilikan Laba kotor yang belum
dinilai kembali sebesar Rp kembali 400.000,00 direalisasi 640.000
1.200.000,00. Hipotik yang Hipotik U/K 1.600.000 Hipotik U/K 1.600.000
berjalan ditarik kembali Laba pemilikan
dengan saldo Rp kembali 240.000
1.600.000,00

Laba atau rugi pemilikan kembali pada masing-masing metode tersebut diatas, dapat
dibuktikan dengan perhitungan berikut :

Laba diakui pada periode Laba diakui secara proporsional


berjalan dengan penerimaan angsuran
Jumlah pembayaran yang Rp 900.000,00 Rp 900.000,00
telah diterima
Rugi karena penurunan
harga :
Harga pokok - (Rp 300.000,00) (Rp 300.000,00)
1.500.000,00
Harga penilaian - Rp 600.000,00 Rp 600.000,00
1.200.000,00 Rp 1.000.000,00 Rp 360.000,00
(Rp 400.000,00) Rp 240.000,00

Laba bersih
Laba yg diakui sebelum
pemilikan kembali
Laba (rugi) dalam
pemilikan kembali

AKL 1 Page 12
2.4 Penjualan Angsuran untuk barang-barang (bergerak)

Prosedur akuntansi untuk penjualan barang dagangan dengan perjanjian angsuran,


pada dasarnya sama dengan cara-cara yang berlaku bagi harta tetap (barang-barang tak
bergerak). Dalam mencatat transaksi-transaksi penjualan perlu untuk membedakan antara
penjualan regular (regular sales) dan penjualan angsuran (installment sales). Hal ini sangat
penting artinya untuk memberikan data bagi perhitungan laba kotor yang diakui sebagai
hasil penerimaan pembayaran piutang dari penjualan angsuran.

Untuk dapat memberikan gambaran tentang proses akuntansi dalam penjualan


angsuran untuk barang-barang bergerak. Diberikan contoh seperti tersebut dibawah ini:

Contoh 2 :

PT Karya Bhakti menjual barang dagangannya sebagian atas dasar kontrak penjualan
angsuran untuk masa ± 3 tahun di samping penjualan secara kredit, sejak beberapa tahun
terakhir. Berikut ini neraca PT Karya Bhakti pada akhir tahun buku 1980.

PT KARYA BHAKTI, SEMARANG

Neraca, per 31 Desember 1980

Aktiva Pasiva

Kas Rp 625.000,00 Hutang Dagang Rp 650.000,00

Piutang Dagang (regular) Rp 100.000,00 Wesel Byr Rp 100.000,00

Piutang penjualan angsuran Rp 300.000,00 Laba kotor yg blm Rp 90.000,00

1979 direalisasi thn 1979

AKL 1 Page 13
Lanjutan :

Piutang penjualan angsuran Rp 80.000,00 Laba kotor yg blm Rp 20.000,00

tahun 1979 direalisasi thn 1979

Pers. Barang2 Rp 600.000,00 Modal Saham Rp 1.500.000,00

AT lainnya Rp 1.175.000,00 Laba yg ditahan Rp 140.000,00

Akm,penyusutan Rp 380.000,00

Rp 795.000,00

Jumlah aktiva Rp 2.500.000,00 Jumlah Pasiva Rp 2.500.000,00

Terhadap barang dagangan yang dijual atas dasar kontrak penjualan angsuran.
Perusahaan memperhitungkan tingkat laba kotor masing-masing 35% untuk tahun 1981,
30% untuk tahun 1980 dan 25% untuk tahun 1979 dari harga jual yang bersangkutan.
Diumpamakan perusahaan menggunakan metode fisik terhadap administrasi barang-barang
dagangannya. Atas dasar transaksi-transaksi yang terjadi dalam tahun buku 1981 berikut ini,
maka pencatatannya yang diperlukan oleh PT Karya Bhakti adalah sebagai berikut :

Transaksi – transaksi Jurnal


1 januari – 31 Des 1981 Kas 1.000.000,00
1) Penjualan : Piutang Dagang 850.000,00
Tunai Rp 1.000.000,00 Penjualan 1.850.000,00
Kredit Rp 850.000,00 Piutang Penjualanan
Angsuran Rp 600.000,00 Angsuran thn 1981 600.000,00
Jumlah Rp 2.450.000,00 Penjualan Angsuran 600.000,00
2) Pembelian barang-barang secara kredit Pembelian 2.500.000,00
sebesar Rp 2.500.000,00 Hutang Dagang 2.500.000,00
3) Penerimaan Kas dan : Kas 1.360.000,00
- Piutang Dagang Rp 800.000,00 Piut.Dagang 800.000,00
- Piutang penj. Ang Piut.penj angsuran 1981 300.000,00

AKL 1 Page 14
Suran 1981 Rp 300.000,00 Piut.penj angsuran 1980 200.000,00
1980 Rp 200.000,00 Piut.penj angsuran 1979 60.000,00
1979 Rp 60.000,00
Jumlah Rp 1.360.000,00
4) Pengeluaran Kas dan Biaya-biaya
Pengeluaran Kas untuk :
- Pembyrn Htg Rp 100.000,00 Hutang Dagang 2.550.000,00
Dagang Macam-macam
Jumlah Rp 2.450.000,00 Biaya Usaha Rp 500.000,00
- Macam-macam Rp 405.000,00 Potongan pembelian 100.000,00
Biaya usaha Kas 2.855.000,00
Jumlah penge Rp 2.855.000,00
luaran kas Akm.penyusutan AT 95.000,00
- Biaya penyusu Rp 95.000,00
nan AT
31 Desember 1981, tutup buku :
5) Mencatat harga pokok barang-barang yg HPP Angsuran 390.000,00
dijual secara angsuran Rp 390.000,00 Pengiriman barang”
Penjualan Angsuran 390.000,00
6) Menutup rekening-rekening penjualan Penjualan Angsuran 600.000,00
angsuran & harga pokoknya serta HPP angsuran 390.000,00
mencatat laba kotor penjualan selama Laba kotor penj. yg blm
tahun 1981 Direalisasi 1981 210.000,00
35% x 600.000,00 = 210.000,00
7) Mencatat realisasi laba kotor penjualan Laba kotor penjualan
angsuran dalam tahun buku 1981 : angsuran yg blm
Penjualan Angsuran : direalisasi 1981 105.000,00
Th. 1981 = 35%x300.000 = 105.000,00 Laba kotor penjualan
Th. 1980 = 30%x200.000 = 60.000,00 angsuran yg blm
Th. 1979 = 25%x 60.000 = 15.000,00 direalisasi 1980 60.000,00
Laba kotor penjualan
Jumlah Rp 180.000,00 angsuran yg blm
direalisasi 1979 15.000,00
Realisasi Laba kotor penj.

AKL 1 Page 15
angsuran 180.000,00
8) Menutup persediaan awal barang Rugi-laba 2.610.000,00
dagangan pembelian barang-barang, Pengiriman barang”
potongan pembelian dan pengiriman penjualan angsuran 390.000,00
barang-barang yang dijual dengan Pot.pembelian 100.000,00
perjanjian angsuran ke rekening rugi- Pers.barang dagangan (per
laba 1-1-1981) 600.000,00
Pembelian 2.500.000,00
9) Mencatat persediaan akhir barang Persediaan barang
dagangan, sesuai dengan stock opname dagangan (per
pada tanggal 31 Desember 1981 31-12-1981) 1.210.000,00
sebesar harga pokok Rp 1.210.000,00 Rugi-laba 1.210.000,00
10) Menutup saldo rekening penjualan Penjualan 1.850.000,00
regular ke rekening rugi-laba Rugi-laba 1.850.000,00
11) Menutup laba kotor yang direalisasi Realisasi Laba
dari hasil penjualan angsuran tahun ini kotor penjualan
dan tahun-tahun sebelumnya ke angsuran 180.000,00
rekening rugi-laba Rugi-laba 180.000,00
12) Menutup rekening-rekening biaya Rugi-Laba 500.000,00
usaha ke rekening Rugi-Laba Macam” Biaya
usaha 500.000,00
13) Mencatat taksiran pajak perseroan yang Pajak perseroan 26.000,00
akan dibayar sebesar 20% x laba Taksiran hut.P.Ps. 26.000,00
sebelum dipotong P.Ps. (20% x
130.000,00 = 26.000,00)
14) Menutup rekening pajak perseroan ke Rugi-laba 26.000,00
rekening rugi-laba Pajak perseroan 26.000,00
15) Memindahkan laba bersih ke rekening Rugi-laba 104.000,00
laba yang ditahan Laba yg ditahan 104.000,00
Apabila perusahaan mempergunakan metode “perpetual inventory” maka pembelian-
pembelian harus dicatat langsung ke rekening persediaan (inventory). Pencatatan untuk
harga pokok penjualan angsuran dan penjualan regular harus disusun up to date. Rekening
“Harga Pokok Penjualan Angsuran” dan “Harga Pokok Penjualan: (Reguler), segera didebit

AKL 1 Page 16
dan rekening “Persediaan Barang Dagangan” segera dikredit pada saat barang dikirim
kepada pembeli.

Alternatip prosedur untuk menghitung Realisasi Laba Kotor Penjualan Angsuran

Cara menghitung laba kotor yang direalisasikan pada contoh PT Karya Bhakti
tersebut di muka, dapat dilakukan dengan menentukan terlebih dulu jumlah sisal aba kotor
yang belum direalisasi, pada akhir tahun buku (akhir periode) yang bersangkutan. Adapun
perhitungannya adalah sebagai berikut :

Penjualan Angsuran Tahun


1981 1980 1979
Saldo laba kotor yang belum 210.000,00 90.000,00 20.000,00
direalisasi (sebelum adjustment)
Laba kotor yang belum direalisasi
pada akhir periode :

Untuk penjualan angsuran tahun


1981 : 35% x saldo yang belum 105.000,00 - -

dibayar (Rp 300.000,00)

Untuk penjualan angsuran 1980:


- 30.000,00 -
(30% x Rp 100.000,00)

Untuk penjualan angsuran 1979:


(25% x Rp 20.000,00) - - 5.000,00
Realisasi laba kotor sesuai dengan
penerimaan pembayaran piutang
penjualan angsuran selama tahun
1981.
105.000,00 60.000,00 15.000,00

Untuk memperoleh klasifikasi penjualan-penjualan regular (tunai dan kredit) ataupun


penjualan angsuran, maka perlu dibuatkan jurnal khusus (special journals) untuk penjualan
regular dan penjualan angsuran. Biasanya pada buku jurnal penjualan disediakan kolom-

AKL 1 Page 17
kolom khusus untuk penjualan tunai, penjualan kredit (yang regular) dan penjualan
angsuran. Demikian pula pada buku jurnal penerimaan kas (Cash receipt journal), untuk
kepentingan analisa perlu disediakan kolom-kolom khusus untuk penerimaan piutang
penjualan regular (regular account receivable) dan (installment contract receivable) dalam
tahun yang berjalan ataupun untuk periode-periode sebelumnya.

Untuk kepentingan analisa umur piutang (aging accounts receivable) perlu dibuat
klasifikasi ataupun perincian daripada piutang penjualan angsuran dan laba kotor yang
belum direalisasi. Perincian tersebut dibuat atas dasar tanggal dan tahun terjadinya penjualan
angsuran tersebut. Bentuk perinciannya dapat berupa buku-buku tambahan (sub-sidiary
ledger) yang diselenggarakan untuk tiap-tiap langganan/pembelian.

Penyajian Laporan Keuangan pada Metode Angsuran

Didalam neraca akan terdapat rekening “Piutang Penjualan Angsuran” dan “Laba Kotor
yang Belum Direalisasi” yang hubungannya dengan pelaksanaan penjualan angsuran
tertentu. Apabila Piutang Penjualan Angsuran dicatat sebagai aktiva lancar, maka posisinya
sama dengan piutang biasa sehingga dapat diinterpretasikan sebagai aktiva yang dapat
dikonversikan menjadi uang kas dalam siklus operasi normal perusahaan. Untuk “Laba
Kotor yang Belum Direalisasi” didalam neraca dengan dicantumkan kedalam salah satu dari
kelompok tersebut dibawah ini:

1. Sebagai hutang (liability) dan dilaporkan dibawah kelompok “Pendapatan Yang


Masih Akan Diterima” (deferred revenue).
2. Sebagai rekening penilaian (valuation account) dan mengurangi rekening “Piutang
Penjualan Angsuran”.
3. Sebagai rekening modal dan dicatat sebagai bagian dari “Laba Yang Ditahan”
(retained earnings).

Dari laba kotor, harus dikecualikan terhadap laba yang belum dapat diakui sehubungan
dengan penentuan pajak pendapatan perusahaan (Pajak Perseroan) atau laba yang belum bisa
dibagikan sebagai deviden sampai laba dari penjualan angsuran benar-benar direalisasikan.

AKL 1 Page 18
Laba Kotor Yang Belum Direalisasi dapat dikelompokkan kedalam 3 elemen sebagai
berikut:

1. Cadangan untuk menutup biaya-biaya penagihan piutang penjualan angsuran yang


belum dibayar, termasuk biaya yang timbul karena pembeli gagal melunasi
kewajibannya. Cadangan demikian harus dikurangkan dari saldo piutang penjualan
angsuran.
2. Hutang/kewajiban yang akan dibayar untuk pajak perseroan sesuai dengan bagian
laba kotor yang belum diakui untuk ditarik pembayaran pajaknya. Hutang pajak ini
tidak boleh digabung dengan saldo pajak perseroan yang telah terhutang untuk laba
yang sudah direalisasi dalam periode bersangkutan. Apabila laba kotor yang
bersangkutan sudah direalisasi maka pajak diperhitungkan pada tahun buku tersebut.
3. Sisanya merupakan laba bersih yang berasal dari transaksi penjuala angsuran
tersebut. Jumlah ini dapat dilaporkan sebagai bagian dari Laba Yang Ditahan secara
khusus yang tidak bisa dipakai sebagai dasar pembagian deviden sampai piutang
penjualan angsuran itu direalisasikan.

Dari contoh no.2 dapat disusun Neraca dan Laporan Laba Rugi PT Karya Bhakti untuk
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1981 sebagai berikut:

AKL 1 Page 19
PT KARYA BHAKTI SEMARANG
Neraca per 31 Desember 1981
Aktiva Pasiva
Kas Rp 130.000 Hutang Dagang Rp 600.000
Piutang Dagang Rp 150.000 Wesel Bayar Rp100.000
Piutang Penj. Taksiran hutang
Angsuran P.Ps Rp26.000
Laba Kotor Yg Blm
Tahun 1981 Rp 300.000 Direalisasi (Pnj.Angsuran)
Tahun 1980 Rp 100.000 Tahun 1981 Rp 105.000
Tahun 1979 Rp 20.000 Tahun 1980 Rp 30.000
Rp 420.000 Tahun 1979 Rp 5.000
Persediaan Brg
dagang Rp 1.210.000 Rp140.000
Aktiva Tetap
lainnya Rp 1.175.000 Modal Saham R1.500.000
Akumulasi Laba Yang
Penyusutan Rp 475.000 Ditahan Rp 244.000
Rp 700.000
Jumlah Aktiva Rp 2.610.000 Jumlah Pasiva Rp2.610.000

PT KARYA BHAKTI SEMARANG


Perhitungan Rugi-Laba untuk periode tahun buku 1981
Penjualan Penjualan
Jumlah
Angsuran Regular
Penjualan 600.000 1.850.000 2.450.000
Harga Pokok Penjualan:
Persedian per 1 Jan 1981 Rp 600.000
Pembelian 2.500.000
Potongan Pembelian 100.000
Rp
2.400.000
Rp
Barang yg tersedia untuk dijual 3.000.000
Rp
Persediaan Barang per 31 Des 1981 1.210.000 390.000 1.400.000 1.790.000
Laba Kotor Penjualan 210.000 450.000 660.000

AKL 1 Page 20
Dikurangi:laba kotor penjualan
angsuran tahun 1981
Yang belum direalisasi(lihat lampiran) 105.000 - 105.000
Laba kotor yang direalisasi untuk
penjualan tahun 1981 105.000 450.000 555.000
Ditambah:Realisasi laba kotor
penjualan angsuran th. 1980 dan
1979(lihat lampiran) 75.000
jumlah realisasi laba kotor tahun 1981 630.000
Macam-macam biaya usaha (termasuk
penyusutan) 500.000
Laba bersih sebelum pajak perseroan 130.000
Pajak perseroan 26% 26.000
Laba bersih setelah P.Ps 104.000

PT KARYA BHAKTI SEMARANG

Lampiran : Perhitungan Rugi-Laba untuk periode tahun buku 1981.


Realisasi Laba Kotor Penjualan Angsuran

Tingkat laba kotor untuk Penjualan Angsuran 1981:

Laba Kotor Yang Belum Direalisasi untuk penjualan angsuran tahun 1981:
Piutang Penjualan Angsuran Rp 600.000
Penerimaan pembayaran dalam tahun 1981 Rp 300.000
Saldo per 31 Desember 1981 Rp 300.000
Laba Kotor Yang Belum Direalisasi (35% x Rp 300.000) Rp 105.000

AKL 1 Page 21
Realisasi Laba Kotor tahun 1981
1981 1980 1979

Penerimaan pembayaran piutang


penjualan angsuran 300.000 200.000 60.000

% Laba Kotor Penjualan


Angsuran 35% 30% 25%

Laba Kotor Yang Direalisasi 105.000 60.000 15.000

2.6 Masalah Pertukaran (Trade In) di Dalam Penjualan Angsuran

Pertukaran adalah apabila penjual menyerahkan barang-barang baru dengan perjanjian


angsuran, sedang pembayaran pertama (down payment) dari pembelian berupa penyerahan
barang-barang bekas. Barang bekas dinilai atas dasar perjanjian yang telah diadakan antara
pihak penjual dan pembeli.

Bagi penjual, meskipun sudah terikat dengan perjanjian penjualan angsuran yang telah
dibuat tetapi untuk lebih aman dan hati-hati, maka barang yang diterima dari pertukaran tadi
harus dinilai kembali dengan memperhatikan kemungkinan adanya revisi atau perbaikan-
perbaikan serta suatu tingkat laba pada umumnya yang diharapkan dari penjualan kembali
barang bekas tersebut. Dalam hal ini barang yang diterima harus dicatat sebagai “cost”
(estimated cost), sedangkan jumlah harga barang yang diterima menurut tawar menawar
dalam perjanjian (trade ins) bukan merupakan “cost” tetapi merupakan harga pertukaran.

Perbedaan antara estimated cost dengan harga pertukaran dicatat dalam rekening
“Cadangan Perbedaan Harga Pertukaran”

Contoh 3 :

Seorang pedagang mobil memiliki sebuah mobil baru dengan harga pokok Rp.
1.000.000 dijual kepada seorang pembeli dengan perjanjian penjualan angsuran seharga Rp.
1.500.000.

AKL 1 Page 22
Sebagai pembayaran pertama (down payment) di pembeli menyerahkan sebuah mobil bekas
dan setuju dihargai Rp. 400.000.

Diperkirakan biaya-biaya yang diperlukan untuk perbaikan mobil bekas tersebut


berjumlah Rp. 50.000, sehingga harga penjualan normal setelah perbaiakan adalah Rp.
375.000.

Pedagang mobil tersebut mengharapkan laba normal sebesar 25% dari harga penjualan
mobil-mobil bekas.

Atas dasar perhitungan seperti tersebut di bawah ini, maka jurnal yang diperlukan untuk
mencatat transaksi pertukaran itu boleh pedagang mobil dapat disusun sebagai berikut:

Perhitungan-perhitungan:

Harga pertukaran mobil bekas ................................................................ Rp. 400.000

Harga penilaian terhadap mobil bekas :

Harga jual sesudah diperbaiki Rp. 375.000

Dikurangi :

Ongkos perbaikan Rp. 50.000

Laba normal yang diharapkan dalam penjualan

kembali mobil bekas (25% x Rp. 375.000) Rp. 93.750

Rp. 143.750

Rp. 231.250

Perbedaan harga pertukaran (terlalu tinggi) ........................................... Rp. 168.750

1) Persediaan Barang Dagang Mobil Bekas ................ Rp. 231.250


Cadangan Perbedaan Harga Pertukaran
(Over Allowances on installment Sales Trade Ins) . Rp. 168.750
Piutang Penjualan Angsuran .................................... Rp. 1.100.000

AKL 1 Page 23
Penjualan Angsuran........................................................... Rp. 1.500.000
2) Harga Pokok Penjualan Angsuran ........................... Rp. 1.000.000
Persediaan Barang Dagang Mobil Bru .............................. Rp. 1.000.000
2.7 Masalah Pembatalan Kontrak dan Pemilikan Kembali

Apabila si pembeli gagal untuk mmenuhi kewajibannya seperti yang tercantum di dalam
surat perjanjian penjualan angsuran, maka barang-barang yang bersangkutan ditarik dan
dimiliki oleh si penjual.

Dalam hal ini pencatatan, yang harus dilakukan dalam buku-buku si penjual, akan
menyangkut:

- Pencatatan pemilikan kembali barang dagangan


- Menghapuskan saldo Piutang Penjualan Angsuran atas barang-barang tersebut
- Menghapuskan saldo Laba Kotor Yang Belum Direalisasikan atas penjualan
angsuran yang bersangkutan dan,
- Pencatatan keuntungan atau kerugian karena pemilikan kembali barang-barang
tersebut
Sebagaimana halnya dengan persoalan pertukaran seperti diterangkan di muka, maka
dalam pemilikan kembali barang dagangan juga diperlukan penilaian kembali harga barang
yang bersangkutan. Penilaian kembali harga barang tersebut, harus mempertimbangkan juga
sejumlah keuntungan normal yang dapat diharapkan apabila barang itu dijual kembali.

Contoh 4 :
Pada tahun 1982, seorang langganan PT Karya Bhakti pada contoh No. 2, telah gagal
dan tidak dapat memenuhi kewajibannya. Langganan tersebut membeli barang-barang pada
tahun 1981 seharga Rp. 20.000. dari jumlah harga tersebut telah dibayar oleh langganan
yang bersangkutan sebesar Rp. 10.000.
Barang-barang kemudian ditarik dan dimiliki kembali oleh PT Karya Bhakti dan nilainya
ditaksir sebesar Rp. 9000 dengan sudah memperhitungkan cadangan untuk perbaikan-
perbaikan dan keuntungan normal diharapkan apabila dijual lagi.

AKL 1 Page 24
Pencatatan yang dilakukan dalam buku-buku PT Karya Bhakti Semarang adalah seagai
berikut :
Persediaan Barang Dagangan Pemilikan Kembali .............. Rp. 9000
Laba Kotor Yang Belum Direalisasi Tahun 1980 ............... Rp. 3.500
Laba karena pemilikan kembali.................................... Rp. 2.500
Piutang Penjualan Angsuran tahun 1981 ...................... Rp. 10.000
Perhitungan:
Jumlah kas yang diterima...................................... Rp. 10.000

Dik. : Rugi penurunan harga

Harga pokokbarang dagangan (65% x 20.000)= ....... Rp. 13.000

Nilai pada saat pemilikan kembali ............................. Rp. 9000

Rp. 4000

Laba atas barang yang ditarik kembali ..................................... Rp. 6000

Laba yang telah diakui sebelumnya (35% x Rp. 10.000) ............. Rp. 3500

Laba Pemilikan Kembali .......................................................... Rp. 2500

2.8 Masalah Bunga pada Penjualan Angsuran

Di dalam perjanjian penjualan angsuran, biasanya di penjual di samping


memperhitungkan laba juga memperhitungkan beban bunga terhadap jumlah harga dalam
kontrak yang belum dibiayai oleh pembeli.

Beban bunga biasanya bersama-sama dengan pembayaran angsuran atas harga menurut
kontrak.

Kebijaksanaan pembayaran bunga secara periodik pada umumnya dilakukan dalam


bentuk seperti dibawah ini:

1. Bunga diperhitungkan dari sisa harga kontrak selama jangka waktu angsuran.
Cara semacam ini sering disebut sebagai “long end interest”

AKL 1 Page 25
2. Bunga diperhitungkan dari setiap angsuran yang harus dibayar, yang dihitung
sejak tanggal perjanjian ditanda-tangani sampai tanggal jatah tempo setiap
angsuran yang bersangkutan.
Cara semacam ini sering disebut “short end interest”
3. Pembayaran angsuran periodik dilakukan dalam jumlah yang sama, dimana di
dalamnya termasuk angsuran pokok dan bunga yang diperhitungkan dari saldo
harga kontrak selama jangka waktu perjanjian.
Cara semacam ini lebih dikenal dengan “metode annuitet”
4. Bunga secara periodik diperhitungkan berdasarkan dari (sisa) harga kontrak.
Contoh 5 :

Misalnya pada tanggal 1 Januari 1980 telah dijual sebuah mesin dengan harga Rp.
1.250.000 atas dasar perjanjian penjualan angsuran. Uang muka (down payment) ditetapkan
sebesar Rp. 350.000 sedang sisanya dibayar dalam waktu 1 tahun dengan 6 kali angsuran
(setiap 2 bulan) dan bunga ditetapkan sebesar 12% setahun. Harga pokok mesin tersebut
adalah Rp. 750.000.pembayaran yang akan dilakukan sesuai dengan 4 (empat) cara seperti
diterangkan di depan, akan tertera seperti perhitungan dan pencatatan berikut ini.

Perhitungan:

Harga jual mesin .................................................................. Rp. 1.250.000

Uang muka (down payment) ............................................... Rp. 350.000

Dibayar 6 kali angsuran tiap-tiap 2 bulan............................ Rp. 900.000

Besarnya pembayaran setiap kali angsuran ......................... Rp. 150.000

1. Bunga Periodik diperhitungkan dari sisa harga kontrak pada setiap awal periode
angsuran
Pada cara ini beban bunga diperhitungkan berdasarkan jangka waktu yang sama untuk
setiap angsuran, yaitu 2 bulan. Akan tetapi sebagai titik tolak perhitungan bunga dipakai
saldo harga kontrak pada setiap awal periode angsuran yang bersangkutan, sehingga
jumlahnya akan semakin berkurang dari angsuran yang satu dengan angsuran berikutnya.
Atas dasar perhitungan demikian dapat disusun suatu tabel pembayaran sebagai berikut:

AKL 1 Page 26
Bunga diperhitungkan dari sisa harga kontrak padasetiap awal periode angsuran yang
bersangkutan.
Bunga atas saldo
Tanggal harga kontrak Angsuran atas Jumlah Sisa harga
pembayaran pada awal harga kontrak pembayaran kontrak
periode angsuran
1 Januari 1980 - - - Rp. 1.250.000
1 Januari 1980 - Rp. 350.000 Rp. 350.000 Rp. 900.000
1 Maret 1980 Rp. 18.000 Rp. 150.000 Rp. 168.000 Rp. 750.000
1 Mei 1980 Rp. 15.000 Rp. 150.000 Rp. 165.000 Rp. 600.000
1 Juli 1980 Rp. 12.000 Rp. 150.000 Rp. 162.000 Rp. 450.000
1 September 1980 Rp. 9.000 Rp. 150.000 Rp. 159.000 Rp. 300.000
1 Nopember 1980 Rp. 6.000 Rp. 150.000 Rp. 156.000 Rp. 150.000
31 Desember 1980 Rp. 3.000 Rp. 150.000 Rp. 153.000 NIHIL
Jumlah Rp. 63.000 Rp. 1.250.000 Rp. 1.313.000
*) 12% x 2/12 x Rp. 900.000 = Rp. 18.000

**) 12% x 2/12 x Rp. 150.000 = Rp. 3.000

Atas dasar perhitungan dalam daftar tersebut maka pencatatan di dalam buku-buku si
pembeli dan si penjual akan ternyata sebagai berikut:

Transaksi Buku-buku si pembeli Buku-buku si penjual

1 Januari 1980:
Penjuaan Angsuran 1) Mesin – mesin 1.250.000 1) Piutang Penjualan
sebuah mesin seharga Hutang Pembelian Angsuran 1.250.000
: Rp. 1.250.000 Angsuran Penjualan
dengan uang muka 1.250.000 Angsuran 1.250.000
:Rp. 350.000 2) Hutang pembelian 2) Kas 350.000
Angsuran 350.000 Piutang Penjulan
Kas 350.000 Angsuran 350.000
3) Harga Pokok
Penjualan Mesin 750.000
Persediaan
Mesin-mesin 750.000

AKL 1 Page 27
1 Maret 1980 :
Pembayaran angsuran Hutang Pembelian Kas 168.000
pertama sebesar : Rp. Angsuran 150.000 Piutang Penjualan
150.000 bunga 12% Biaya Bunga 18.000 Angsuran 150.000
setahun dari saldo Kas 168.000 Pendapatan bunga 18.000
harga kontrak sebesar
Rp. 900.000
1 Mei 1980 :
Pembayaran angsuran Hutang Pembelian Kas 165.000
kedua sebesar : Rp. Angsuran 150.000 Pitang Penjualan
150.000 bunga 12% Biaya Bunga 15.000 Angsuran 150.000
setahun dari saldo Kas 165.000 Pendapatan bunga 15.000
harga kontrak sebesar
: Rp. 750.000
Pencatatan selanjutnya atas pembayaran cicilan yang terjadi diperlakukan sama seperti
pencatatan tersebut diatas.

2. Bunga diperhitungkan dari setiap angsuran yang harus dibayar atas dasar jangka
waktu angsuran yang bersangkutan

Pada metode ini bunga diperhitungkan dari besarnya angsuran yang tetap jumlahnya,
sedang jangka waktunya selalu dihitung dipermulaan ditanda-tanganinya atau berlakunya
perjanjian sampai dengan saat pembayaran angsuran yang bersangkutan.

Pembayaran yang harus dilakukan akan terlihat seperti di dalam daftar di bawah ini :

Bunga dari
tanggal transaksi
Tanggal Bagian
sampai tanggal Jumlah pembayaran Sisa Harga Kontrak
pemabyaran pembayaran
pembayaran (1%
per bulan)
1Januari 1980 Rp 1,750,000
1 Januari 1980 Rp 350,000 Rp 350,000 Rp 900,000
1 Maret 1980 Rp 3,000 *) Rp 150,000 Rp 153,000 Rp 750,000
1 Mei 1980 Rp 6,000 Rp 150,000 Rp 156,000 Rp 600,000
1 Juli 1980 Rp 9,000 Rp 150,000 Rp 159,000 Rp 450,000
1-Sep-80 Rp 12,000 Rp 150,000 Rp 162,000 Rp 300,000
1-Nov-80 Rp 15,000 Rp 150,000 Rp 165,000 Rp 150,000
Rp 18,000
31 Des 1980 **) Rp 150,000 Rp 168,000 nihil
jumlah Rp 63,000 Rp 1,250,000 Rp 1,313,000

AKL 1 Page 28
*) 12% × × 150.000 = 3.000

**) 12% × × 150.000 = 18.000

Dalam hal ini hendaknya diperhatikan bahwa jumlah pembayaran bunga tidak sesuai
dengan beban bunga yang benar-benar terjadi terhadap sisa harga kontrak yang belum
dibayar. Oleh karena itu apabila metode ini akan dipakai, di dalam mencatat bunga yang
akan diterima oleh si penjual atau bunga yang akan dibayar oleh si pembeli harus dicatat
adanya atau timbulnya hutang atau piutang yang masih diperhitungkan.

Dengan kata lain, untuk pihak pembeli harus dicatat adanya hutang bunga (accrued
interest payable) yang sejalan dengan saldo Hutang Pembelian Angsuran jangka waktu yang
bersangkutan, sedang bagi pihak penjual harus mencatat adanya piutang bunga (accrued
interest receivable) pembayaran bunga yang riel dilakukan sesuai daftar di atas adalah
merupakan pengurangan dari hutang atau piutang bunga tersebut.

Pencatatan buku-buku si pembeli dan penjual adalah :

Transaksi Buku-buku si Pembeli Buku-buku si Penjual


1)Piutang penjualan
angsuran 1.250.000
Penjualan ang
1)Mesin-mesin 1.250.000
suran 1.250.000
1 Januari 1980 Hutang Pembelian
penjualan angsuran angsuran 1.250.000
2)Kas 350.000
sebuah mesin
Piutang penjualan
seharga 1.250.000 dg 2)Hutang pembelian
angsuran 350.000
uang muka : 350.000 angsuran 350.000
Kas 350.000
3)HPP Penjualan mesin 750.000
Persediaan
mesin-mesin 750.000
1 Maret 1980
1) Biaya bunga 18.000
1) Pencatatan bunga
Bunga yg akan 1) Bunga yg akan diterima atas penj
yg masih harus
dibayar atas angsuran 18.000
diperhitungkan
pembelian Pendapatan bunga 18.000
selama 2 bulan dari
angsuran 18.000
sisa harga kontrak
sebesar 900.000

2) Pencatatan
2)Hutang pembelian 2) Kas 153.000
pembayaran
angsuran 150.000 Piutang penjualan
angsuran pertama
Bunga yg akan angsuran 150.000
sebesar 150.000 dan
dibayar atas Bunga yg akan
12% setahun, selama
pembelian diterima atas penj
2 bulan dari
angsuran 3.000 angsuran 3.000
angsuran yg
Kas 153.000
bersangkutan

AKL 1 Page 29
1 Mei 1980
1) Pencatatan bunga
1) Biaya bunga 15.000 1) Bunga yg akan diterima
yang harus
Bunga yg akan atas penjualan
diperhitungkan
dibayar atas angsuran 15.000
selama 2 bulan dari
pembelian angsuran 15.000 Pendapatan bunga 15.000
sisa harga kontrak
sebesar 750.000
2) Hutang pembelian
2) Kas 156.000
2) Pencatatan angsuran 150.000
Bunga yg akan
pemabayaran cicilan Bunga yg akan
diterima atas penjualan
kedua berserta bunga dibayarkan atas pembelian
angsuran 6.000
4 bulan dari cicilan angsur 6.000
Piutang penjualan
yg dibayar Kas 156.000
angsuran 150.000

Pencatatan transaksi berikutnya pada prinsipnya sama dengan cara tersebut diatas.
Meskipun dalam pencatatan tersebut pembebanan bunga lebih besar daripada
pembayarannya, tetapi pembebanan tersebut akan turun secara periodic, sedang pembayaran
naik dari periode ke periode. Pada akhirnya nanti, jumlah pembayaran bunga akan sama
dengan jumlah pembebanan yang telah dicatat.

Perubahan-perubahan daripada saldo bunga yang masih diperhitungkan itu dapat


diikhtisarkan sebagai berikut (dipandang dari sudut pembeli)

Saldo bunga yg akan


Tanggal Kenaikan bunga yg Pengurangan bunga
dibayar atas
pembayaran diperhitungkan (kredit) yg dibayar (debit)
pembelian (angsuran)
1/3/1980 Rp 18,000 Rp 3,000 Rp 15,000
1/5/1980 Rp 15,000 Rp 6,000 Rp 24,000
1/7/1980 Rp 12,000 Rp 9,000 Rp 27,000
1/9/1980 Rp 9,000 Rp 12,000 Rp 24,000
1/11/1980 Rp 6,000 Rp 15,000 Rp 15,000
1/12/1980 Rp 3,000 Rp 18,000 NIHIL

3. Pembayaran angsuran periodic dilakukan dalam jumlah yang sama, di mana di


dalamnya sudah diperhitungkan angsuran pokok dan bunganya

Metode ini lebih dikenal dengan nama “metode anuitet”. Di sini jumlah angsuran dari
period eke periode jumlahnya tetap sama.

Dalam jumlah tersebut sudah diperhitungkan :

a. Pembayaran bunga atas sisa harga kontrak


b. Angsuran bunga atas harga kontrak itu sendiri

AKL 1 Page 30
Cara menghitung jumlah anuitet ini mempergunakan bantuan rumus matematik
dengan terlebih dahulu mencari anuitetnya. Adapun rumus factor anuitet tersebut adalah :

A=
Keterangan :

A : Anuitet

i : tingkat bunga

n : jangka waktu berlangsungnya kontrak penjualan angsuran

: nilai tunai (present value)

Setelah diketahui factor anuitetnya, maka jumlah pembayaran cicilan dihitung sebagi
berikut :

Jumlah pembayaran angsuran =

Pada contoh di muka, maka dapat dicari factor anuitetnya sebagai berikut :

A=

A= = 5,601.431

Besarnya setiap kali angsuran

= = 160.673

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapatlah disusun daftar pembayaran angsuran


dan alokasi setiap pembayaran di antara beban bunga dan angsuran harga kontrak sebagai
berikut:

Transaksi Buku-buku si Pembeli Buku-buku si Penjual


1 Maret 1980 Biaya bunga 18.000 Kas 160.000
Pembayaran angsuran Hutang pembelian Pendapatan
pertama sebesar : 160.673 angsuran 142.673 bunga 18.000
untuk pembayaran bunga Kas 160.673 Piutang penjua
18.000 dan pelunasan harga lan angsuran 142.673
kontrak sebesar 142.673 Biaya bunga 15.146
Hutang pembelian Kas 160.673

AKL 1 Page 31
1 Mei 1980 angsuran 145.527 Pendapatan bu
Pembayaran angsuran kedua Kas 160.673 nga 15.146
sebesar 160.673 untuk Piutang pen
bunga 15.146 dan pelunasan jualan 145.527
harga kontrak sebesar
145.527

4. Bunga secara periodic diperhitungkan berdasar dari sisa harga kontrak

Pada cara yang terakhir ini tidak banyak menimbulkan persoalan perhitungan yang
terperinci atau jelimet. Sebab besarnya bunga cukup ditentukan sekali saja, dan selanjutnya
pembayaran bunga pada setiap angsuran adalah sebagai berikut :

Bunga diperhitungkan atas dasar (sisa) harga kontrak

Bunga yg
didasarkan Angsuran atas Jumlah Sisa harga
Tanggal pembayaran
atas harga harga kontrak pembayaran kontrak
kontrak
1 Januari 1980 - - - 1.250.000
1 Januari 1980 - 350.000 350.000 900.000
1 Maret 1980 18.000 150.000 168.000 750.000
1 Mei 1980 18.000 150.000 168.000 600.000
1 Juli 1980 18.000 150.000 168.000 450.000
1 September 1980 18.000 150.000 168.000 300.000
1 November 1980 18.000 150.000 168.000 150.000
31 Desember 1980 18.000 150.000 168.000 NIHIL
Dipandang dari sudut penjual, cara terakhir ini yang paling menguntungkan, sebab
bunganya jauh lebih besar daripada ketiga metode yang terdahulu.

Prosedur pembukuan dalam hal ini berlaku sama dengan prosedur pembukuan
menurut metode-metode yang terdahulu.

AKL 1 Page 32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap seperti tanah,
bangunan dan sejenisnya yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan
waktu yang telah ditentukan.

Apabila si pembeli gagal untuk memenuhi kewajibannya seperti yang tercantum di


dalam surat perjanjian penjualan angsuran, maka barang-barang yang bersangkutan ditarik
dan dimiliki oleh penjual.

Dalam hal ini pencatatan, yang harus dilakukan dalam buku-buku si penjual, akan
menyangkut : Pencatatan pemilikan kembali barang dagangan, Menghapuskan saldo piutang
penjualan angsuran atas barang-barang tersebut, Menghapuskan saldo laba kotor yang belum
direalisasi atas penjualan angsuran yang bersangkutan dan, Pencatatan keuntungan atau
kerugian karena pemilikan kembali barang-barang tersebut.

Penyajian informasi penjualan angsuran di dalam laporan keuangan (yang berupa


Neraca dan perhitungan laba-rugi) tidak berbeda banyak seperti penyusunan laporan-laporan
keuangan pada umumnya. Hanya disini, didalam neraca akan terdapat rekening “piutang
penjualan angsuran” dan “laba kotor yang belum direalisasi” yang erat hubungannya dengan
pelaksanaan penjualan angsuran tersebut.

AKL 1 Page 33
DAFTAR PUSTAKA

Yunus, Hadori.2013.Akuntansi Keuangan Lanjutan.Yogyakarta:BPFE

AKL 1 Page 34

Anda mungkin juga menyukai