Disusun Oleh:
Gina Dhuliani (119040241)
Inda Khoiril Nurhafidin (119040242)
Fajar Sidik (119040244)
Riski Iswendi (119040250)
Dani Zahwa Dwi Artha Nugraha (119040257)
Widya Dwi Lestari Wicaksono (119040258)
2/Akuntansi J
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
2021
AKL 1 Page 1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur ke Hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami,akhirnya tugas ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Tugas makalah ini pada dasarnya membentuk kami untuk bisa mengerti dan dapat
memahami lebih dalam mengenai mata kuliah Pengantar Hukum Bisnis. Didalam makalah
ini kami menjelaskan tentang “Penjualan Angsuran”.
Dan kami menyadari bahwa tugas makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna,
karena keterbatasan kami. Untuk itu kami mengaharapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifaat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Penyusun
AKL 1 Page 2
DAFTAR ISI
COVER…................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR….......................................................................................................2
DAFTAR
ISI.............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah….......................................................................................................4
1.3. Tujuan…..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi Penjuaan Angsuran ...........................................................................................6
2.2. Pengakuan Laba Kotor dalam Penjualan Angsuran........................................................6
2.3. Penjualan Barang-Barang Tak Bergerak (Rea Estate)…................................................8
2.4. Penjualan Barang Dagangan.........................................................................................13
2.5. Penyajian Informasi Penjualan Angsuran di dalam Laporan Keuangan.......................15
2.6. Pertukaran di dalam Penjualan Angsuran.....................................................................23
2.7. Pembatalan Kontrak dan Pemilikan Kembali...............................................................24
2.8. Masalah Bunga dalam Penjualan Angsuran.................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................34
AKL 1 Page 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai dikalangan
usahawan dan juga dikalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini telah meningkatkan
jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagi pembeli mereka merasa lebih
ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang yangdicicil tersebut.
Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan meningkat, tetapi
kelemahan metode ini dapat diatasi dengan meningkatnya volume penjualan perusahaan.
AKL 1 Page 4
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian Penjuaan Angsuran
2. Mengetahui bagaimana Pengakuan Laba Kotor dalam Penjualan Angsuran
3. Mengetahui bagaimana Penjualan Barang-Barang Tak Bergerak (Rea Estate)
4. Mengetahui bagaimana Penjualan Barang Dagangan
5. Mengetahui bagaimana Penyajian Informasi Penjualan Angsuran di dalam
Laporan Keuangan
6. Mengetahui Apa saja Pertukaran di dalam Penjualan Angsuran
7. Mengetahui bagaimana Pembatalan Kontrak dan Pemilikan Kembali
8. Mengetahui Apa yang menjadi Masalah Bunga dalam Penjualan Angsuran
AKL 1 Page 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Penjualan Angsuran
Penjualan angsuran merupakan penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana
pembayarannya dilaksanakan secara bertahap, yaitu:
AKL 1 Page 6
Untuk menghindari kemungkinan kerugian, faktor yang diperhatikan oleh penjual
yaitu:
Pada umumnya pengakuan laba kotor dalam tranksaksi penjualan angsuran di lakukan
dengan dua cara yaitu :
Laba kotor yang terjadi diakui sesuai dengan jumlah uang kas dari penjualan
angsuran yang direalisasikan dalam periode-periode yang bersangkutan. Dalam hal ini ada
beberapa prosedur yang dapat menghubungkan tingkat keuntungan dengan realisasi
penerimaan angsuran pada perjanjian penjualan angsuran :
AKL 1 Page 7
1. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai pengembalian harga pokok
(cost) dari barang-barang yang dijual, setelah seluruh harga pokok (cost)
kembali, maka permintaan selanjutnya baru dicatat sebagai keuntungan.
2. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi keuntungan yang
diperoleh sesuai dengan kontrak penjualan, sesudah seluruh keuntungan yang ada
terpenuhi, maka penerimaan-penerimaan selanjutnya dicatat sebagai
pengumpulan kembali/pengembalian harga pokok (cost).
3. Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian dicatat baik
sebagai pengembalian harga pokok (cost) maupun sebagai realisasi keuntungan
di dalam perbandingan yang sesuai dengan posisi harga pokok dan keuntungan
yang terjadi pada saat perjanjian penjualan angsuran ditanda tangani.
Perbedaan antara harga penjualan dengan harga pokoknya dicatat sebagai “Laba Kotor
yang Belum Direalisasi”. Diakui dengan memindahkan sebagian saldo rekening “Laba
Kotor yang Belum Direalisasi” ke dalam rekening “Realisasi Laba Kotor”.
Contoh 1:
PT SENTANA bergerak dalam bidang jual beli harta tak bergerak, menjual rumah
kepada Tn. Hartono seharga Rp 2.500.000, harga pokoknya Rp 1.500.000. Pembayaran
pertama(down payment) sebesar Rp 500.000. PT SENTANA dan Tn. Hartono sepakat
menghipotikkan rumah tersebut dari Tn. Hartono kepada PT SENTANA sebesar Rp
2.000.000. Akte hipotik ditanda-tangani pada 1 September 1980 dibayar dalam jangka 5
tahun, pembayaran tiap ½ tahun @Rp 200.000 dengan bunga hipotik 12% setahun. Biaya
lain untuk menyelesaikan akte sejumlah Rp 50.000. Jurnal yang diperlukan untuk mencatat
transaksi yaitu:
AKL 1 Page 8
Jurnal
Laba diakui secara proporsional
Transaksi Laba diakui pada periode dengan
penjualan jumlah penerimaan angsuran
AKL 1 Page 9
x 100%.
Penerimaan kas
tahun 1980, sebesar
: Rp 500.000,00
(down payment).
Jadi laba kotor yang
direalisasi 40% x
500.000,00 = Rp
200.000,00
5) Menutup rekening Laba penjualan Laba penjualan
nominal ke Rugi rumah 1.000.000 rumah 1.000.000
Laba Pendapatan bunga 80.000 Pendapatan bunga 80.000
Ongkos penjualan 50.000 Ongkos penjualan 50.000
Rugi-laba 1.030.000,00 Rugi-laba 230.000
1 Januari 1981 : Pendapatan bunga 80.000,00 Pendapatan bunga 80.000
6) Reversal entries Bunga hipotik yang Bunga hipotik yang
untuk bunga yang akan diterima 80.000 akan diterima 80.000
akan diterima pada
akhir 1980.
1 Maret 1981 : Kas 320.000 Kas 320.000
7) Diterima Hipotik U/K 200.000 Hipotik U/K 200.000
pembayaran Pendapatan bunga 120.000 Pendapatan bunga 120.000
angsuran hipotik
sebesar Rp
200.000,00 dan
bunga hipotik
sebesar Rp
120.000,00
1 September 1981 : Kas 308.000,00 Kas 308.000,00
8) Diterima Hipotik U/K 200.000 Hipotik U/K 200.000
pembayaran Pendapatan Pendapatan
angsuran hipotik Rp bunga 108.0000 bunga 108.000
200.000,00 dan
bunga dari pokok
hipotik Rp
1.800.000,00 @12%
untuk jangka waktu
6 bulan = Rp
108.000,00.
31 Desember 1981 : Bunga hipotik yang akan Bunga hipotik yang akan
9) Adjustment bunga diterima 64.000,00 diterima 64.000,00
hipotik dari pokok Pendapatan Pendapatan
Rp 1.600.000,00 bunga 64.000,00 bunga 64.000,00
AKL 1 Page 10
@12% untuk jangka
waktu 4 bulan = Rp
64.000,00.
Laba kotor yang Laba kotor yang belum
direalisasi 40% dan direalisasi 160.000,00
pembayaran angsuran Realisasi laba
yang diterima tahun kotor 160.000,00
1981 sebesar Rp
400.000,00 atau Rp
160.000,00
10) Menutup rekening Pendapatan - Pendapatan -
nominal ke rugi- bunga 212.000,00 bunga 212.000,00
laba Rugi-laba 212.000,00 Realisasi
laba kotor 160.000,00
Rugi-laba 372.000,00
Apabila pembayaran angsuran hipotik dari Tn Hartono dapat diterima sesuai dengan
perjanjian yang ada, maka kedua metode pengakuan laba kotor atas transaksi penjualan
angsuran tidak berakibat perbedaan jumlah “Pendapatan Bunga” yang diperoleh dalam
setiap tahun bukunya. Akan tetapi laba (rugi) bersih yang diakui pada setiap tahun buku
diantara kedua metode itu akan tetap berbeda.
Apabila laba diakui dalam periode dimana penjualan itu terjadi, maka atas transaksi
penjualan rumah itu PT Sentana akan melaporkan labanya sebesar Rp 950.000,00 (Rp
1.000.000,00 – Rp 500.000,00) dalam tahun buku 1980 dan oleh karenanya tidak ada
pengakuan laba untuk 5 tahun kemudian saat berakhirnya transaksi tersebut. Di lain pihak
menurut metode angsuran laba penjualan rumah sebesar Rp 950.000,00 akan dianggap
direalisasikan sebesar Rp 150.000,00 (Rp 200.000,00 – Rp 50.000,00) pada tahun 1980 dan
Rp 800.000,00 sisanya akan diakui dalam masa 5 tahun kemudian sesuai dengan jangka
waktu penyelesaian transaksi masing-masing sebesar Rp 160.000,00 setiap tahun.
Apabila kontrak dibatalkan berarti tidak selruh laba yang diperhitungkan dapat
direalisasikan. Di samping itu harus diperhitungkan pengaruh penurunan harga barang yang
bersangkutan karena dengan demikian barang hanya dapat dijual kembali dalam bentuk
barang bekas pakai.
AKL 1 Page 11
Apabila dari contoh tersebut, Tn Hartono tidak dapat memenuhi kewajibannya pada
tanggal 1 Maret 1982, maka PT Sentana akan menarik kembali saldo hipotiknya sebesar Rp
1.600.000,00 dan memiliki kembali rumah, sedangkan jumlah pembayaran yang telah
dilakukan Tn Hartono tidak dapa ditarik kembali dan menjadi haknya PT Sentana.
Diumpamakan penilaian kembali atas rumah tersebut pada tanggal 1 Maret 1982
adalah sebesar Rp 1.200.000,00. Dengan demikian pencatatan pada masing-masing metode
sebagai berikut :
Laba atau rugi pemilikan kembali pada masing-masing metode tersebut diatas, dapat
dibuktikan dengan perhitungan berikut :
Laba bersih
Laba yg diakui sebelum
pemilikan kembali
Laba (rugi) dalam
pemilikan kembali
AKL 1 Page 12
2.4 Penjualan Angsuran untuk barang-barang (bergerak)
Contoh 2 :
PT Karya Bhakti menjual barang dagangannya sebagian atas dasar kontrak penjualan
angsuran untuk masa ± 3 tahun di samping penjualan secara kredit, sejak beberapa tahun
terakhir. Berikut ini neraca PT Karya Bhakti pada akhir tahun buku 1980.
Aktiva Pasiva
AKL 1 Page 13
Lanjutan :
Akm,penyusutan Rp 380.000,00
Rp 795.000,00
Terhadap barang dagangan yang dijual atas dasar kontrak penjualan angsuran.
Perusahaan memperhitungkan tingkat laba kotor masing-masing 35% untuk tahun 1981,
30% untuk tahun 1980 dan 25% untuk tahun 1979 dari harga jual yang bersangkutan.
Diumpamakan perusahaan menggunakan metode fisik terhadap administrasi barang-barang
dagangannya. Atas dasar transaksi-transaksi yang terjadi dalam tahun buku 1981 berikut ini,
maka pencatatannya yang diperlukan oleh PT Karya Bhakti adalah sebagai berikut :
AKL 1 Page 14
Suran 1981 Rp 300.000,00 Piut.penj angsuran 1980 200.000,00
1980 Rp 200.000,00 Piut.penj angsuran 1979 60.000,00
1979 Rp 60.000,00
Jumlah Rp 1.360.000,00
4) Pengeluaran Kas dan Biaya-biaya
Pengeluaran Kas untuk :
- Pembyrn Htg Rp 100.000,00 Hutang Dagang 2.550.000,00
Dagang Macam-macam
Jumlah Rp 2.450.000,00 Biaya Usaha Rp 500.000,00
- Macam-macam Rp 405.000,00 Potongan pembelian 100.000,00
Biaya usaha Kas 2.855.000,00
Jumlah penge Rp 2.855.000,00
luaran kas Akm.penyusutan AT 95.000,00
- Biaya penyusu Rp 95.000,00
nan AT
31 Desember 1981, tutup buku :
5) Mencatat harga pokok barang-barang yg HPP Angsuran 390.000,00
dijual secara angsuran Rp 390.000,00 Pengiriman barang”
Penjualan Angsuran 390.000,00
6) Menutup rekening-rekening penjualan Penjualan Angsuran 600.000,00
angsuran & harga pokoknya serta HPP angsuran 390.000,00
mencatat laba kotor penjualan selama Laba kotor penj. yg blm
tahun 1981 Direalisasi 1981 210.000,00
35% x 600.000,00 = 210.000,00
7) Mencatat realisasi laba kotor penjualan Laba kotor penjualan
angsuran dalam tahun buku 1981 : angsuran yg blm
Penjualan Angsuran : direalisasi 1981 105.000,00
Th. 1981 = 35%x300.000 = 105.000,00 Laba kotor penjualan
Th. 1980 = 30%x200.000 = 60.000,00 angsuran yg blm
Th. 1979 = 25%x 60.000 = 15.000,00 direalisasi 1980 60.000,00
Laba kotor penjualan
Jumlah Rp 180.000,00 angsuran yg blm
direalisasi 1979 15.000,00
Realisasi Laba kotor penj.
AKL 1 Page 15
angsuran 180.000,00
8) Menutup persediaan awal barang Rugi-laba 2.610.000,00
dagangan pembelian barang-barang, Pengiriman barang”
potongan pembelian dan pengiriman penjualan angsuran 390.000,00
barang-barang yang dijual dengan Pot.pembelian 100.000,00
perjanjian angsuran ke rekening rugi- Pers.barang dagangan (per
laba 1-1-1981) 600.000,00
Pembelian 2.500.000,00
9) Mencatat persediaan akhir barang Persediaan barang
dagangan, sesuai dengan stock opname dagangan (per
pada tanggal 31 Desember 1981 31-12-1981) 1.210.000,00
sebesar harga pokok Rp 1.210.000,00 Rugi-laba 1.210.000,00
10) Menutup saldo rekening penjualan Penjualan 1.850.000,00
regular ke rekening rugi-laba Rugi-laba 1.850.000,00
11) Menutup laba kotor yang direalisasi Realisasi Laba
dari hasil penjualan angsuran tahun ini kotor penjualan
dan tahun-tahun sebelumnya ke angsuran 180.000,00
rekening rugi-laba Rugi-laba 180.000,00
12) Menutup rekening-rekening biaya Rugi-Laba 500.000,00
usaha ke rekening Rugi-Laba Macam” Biaya
usaha 500.000,00
13) Mencatat taksiran pajak perseroan yang Pajak perseroan 26.000,00
akan dibayar sebesar 20% x laba Taksiran hut.P.Ps. 26.000,00
sebelum dipotong P.Ps. (20% x
130.000,00 = 26.000,00)
14) Menutup rekening pajak perseroan ke Rugi-laba 26.000,00
rekening rugi-laba Pajak perseroan 26.000,00
15) Memindahkan laba bersih ke rekening Rugi-laba 104.000,00
laba yang ditahan Laba yg ditahan 104.000,00
Apabila perusahaan mempergunakan metode “perpetual inventory” maka pembelian-
pembelian harus dicatat langsung ke rekening persediaan (inventory). Pencatatan untuk
harga pokok penjualan angsuran dan penjualan regular harus disusun up to date. Rekening
“Harga Pokok Penjualan Angsuran” dan “Harga Pokok Penjualan: (Reguler), segera didebit
AKL 1 Page 16
dan rekening “Persediaan Barang Dagangan” segera dikredit pada saat barang dikirim
kepada pembeli.
Cara menghitung laba kotor yang direalisasikan pada contoh PT Karya Bhakti
tersebut di muka, dapat dilakukan dengan menentukan terlebih dulu jumlah sisal aba kotor
yang belum direalisasi, pada akhir tahun buku (akhir periode) yang bersangkutan. Adapun
perhitungannya adalah sebagai berikut :
AKL 1 Page 17
kolom khusus untuk penjualan tunai, penjualan kredit (yang regular) dan penjualan
angsuran. Demikian pula pada buku jurnal penerimaan kas (Cash receipt journal), untuk
kepentingan analisa perlu disediakan kolom-kolom khusus untuk penerimaan piutang
penjualan regular (regular account receivable) dan (installment contract receivable) dalam
tahun yang berjalan ataupun untuk periode-periode sebelumnya.
Untuk kepentingan analisa umur piutang (aging accounts receivable) perlu dibuat
klasifikasi ataupun perincian daripada piutang penjualan angsuran dan laba kotor yang
belum direalisasi. Perincian tersebut dibuat atas dasar tanggal dan tahun terjadinya penjualan
angsuran tersebut. Bentuk perinciannya dapat berupa buku-buku tambahan (sub-sidiary
ledger) yang diselenggarakan untuk tiap-tiap langganan/pembelian.
Didalam neraca akan terdapat rekening “Piutang Penjualan Angsuran” dan “Laba Kotor
yang Belum Direalisasi” yang hubungannya dengan pelaksanaan penjualan angsuran
tertentu. Apabila Piutang Penjualan Angsuran dicatat sebagai aktiva lancar, maka posisinya
sama dengan piutang biasa sehingga dapat diinterpretasikan sebagai aktiva yang dapat
dikonversikan menjadi uang kas dalam siklus operasi normal perusahaan. Untuk “Laba
Kotor yang Belum Direalisasi” didalam neraca dengan dicantumkan kedalam salah satu dari
kelompok tersebut dibawah ini:
Dari laba kotor, harus dikecualikan terhadap laba yang belum dapat diakui sehubungan
dengan penentuan pajak pendapatan perusahaan (Pajak Perseroan) atau laba yang belum bisa
dibagikan sebagai deviden sampai laba dari penjualan angsuran benar-benar direalisasikan.
AKL 1 Page 18
Laba Kotor Yang Belum Direalisasi dapat dikelompokkan kedalam 3 elemen sebagai
berikut:
Dari contoh no.2 dapat disusun Neraca dan Laporan Laba Rugi PT Karya Bhakti untuk
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1981 sebagai berikut:
AKL 1 Page 19
PT KARYA BHAKTI SEMARANG
Neraca per 31 Desember 1981
Aktiva Pasiva
Kas Rp 130.000 Hutang Dagang Rp 600.000
Piutang Dagang Rp 150.000 Wesel Bayar Rp100.000
Piutang Penj. Taksiran hutang
Angsuran P.Ps Rp26.000
Laba Kotor Yg Blm
Tahun 1981 Rp 300.000 Direalisasi (Pnj.Angsuran)
Tahun 1980 Rp 100.000 Tahun 1981 Rp 105.000
Tahun 1979 Rp 20.000 Tahun 1980 Rp 30.000
Rp 420.000 Tahun 1979 Rp 5.000
Persediaan Brg
dagang Rp 1.210.000 Rp140.000
Aktiva Tetap
lainnya Rp 1.175.000 Modal Saham R1.500.000
Akumulasi Laba Yang
Penyusutan Rp 475.000 Ditahan Rp 244.000
Rp 700.000
Jumlah Aktiva Rp 2.610.000 Jumlah Pasiva Rp2.610.000
AKL 1 Page 20
Dikurangi:laba kotor penjualan
angsuran tahun 1981
Yang belum direalisasi(lihat lampiran) 105.000 - 105.000
Laba kotor yang direalisasi untuk
penjualan tahun 1981 105.000 450.000 555.000
Ditambah:Realisasi laba kotor
penjualan angsuran th. 1980 dan
1979(lihat lampiran) 75.000
jumlah realisasi laba kotor tahun 1981 630.000
Macam-macam biaya usaha (termasuk
penyusutan) 500.000
Laba bersih sebelum pajak perseroan 130.000
Pajak perseroan 26% 26.000
Laba bersih setelah P.Ps 104.000
Laba Kotor Yang Belum Direalisasi untuk penjualan angsuran tahun 1981:
Piutang Penjualan Angsuran Rp 600.000
Penerimaan pembayaran dalam tahun 1981 Rp 300.000
Saldo per 31 Desember 1981 Rp 300.000
Laba Kotor Yang Belum Direalisasi (35% x Rp 300.000) Rp 105.000
AKL 1 Page 21
Realisasi Laba Kotor tahun 1981
1981 1980 1979
Bagi penjual, meskipun sudah terikat dengan perjanjian penjualan angsuran yang telah
dibuat tetapi untuk lebih aman dan hati-hati, maka barang yang diterima dari pertukaran tadi
harus dinilai kembali dengan memperhatikan kemungkinan adanya revisi atau perbaikan-
perbaikan serta suatu tingkat laba pada umumnya yang diharapkan dari penjualan kembali
barang bekas tersebut. Dalam hal ini barang yang diterima harus dicatat sebagai “cost”
(estimated cost), sedangkan jumlah harga barang yang diterima menurut tawar menawar
dalam perjanjian (trade ins) bukan merupakan “cost” tetapi merupakan harga pertukaran.
Perbedaan antara estimated cost dengan harga pertukaran dicatat dalam rekening
“Cadangan Perbedaan Harga Pertukaran”
Contoh 3 :
Seorang pedagang mobil memiliki sebuah mobil baru dengan harga pokok Rp.
1.000.000 dijual kepada seorang pembeli dengan perjanjian penjualan angsuran seharga Rp.
1.500.000.
AKL 1 Page 22
Sebagai pembayaran pertama (down payment) di pembeli menyerahkan sebuah mobil bekas
dan setuju dihargai Rp. 400.000.
Pedagang mobil tersebut mengharapkan laba normal sebesar 25% dari harga penjualan
mobil-mobil bekas.
Atas dasar perhitungan seperti tersebut di bawah ini, maka jurnal yang diperlukan untuk
mencatat transaksi pertukaran itu boleh pedagang mobil dapat disusun sebagai berikut:
Perhitungan-perhitungan:
Dikurangi :
Rp. 143.750
Rp. 231.250
AKL 1 Page 23
Penjualan Angsuran........................................................... Rp. 1.500.000
2) Harga Pokok Penjualan Angsuran ........................... Rp. 1.000.000
Persediaan Barang Dagang Mobil Bru .............................. Rp. 1.000.000
2.7 Masalah Pembatalan Kontrak dan Pemilikan Kembali
Apabila si pembeli gagal untuk mmenuhi kewajibannya seperti yang tercantum di dalam
surat perjanjian penjualan angsuran, maka barang-barang yang bersangkutan ditarik dan
dimiliki oleh si penjual.
Dalam hal ini pencatatan, yang harus dilakukan dalam buku-buku si penjual, akan
menyangkut:
Contoh 4 :
Pada tahun 1982, seorang langganan PT Karya Bhakti pada contoh No. 2, telah gagal
dan tidak dapat memenuhi kewajibannya. Langganan tersebut membeli barang-barang pada
tahun 1981 seharga Rp. 20.000. dari jumlah harga tersebut telah dibayar oleh langganan
yang bersangkutan sebesar Rp. 10.000.
Barang-barang kemudian ditarik dan dimiliki kembali oleh PT Karya Bhakti dan nilainya
ditaksir sebesar Rp. 9000 dengan sudah memperhitungkan cadangan untuk perbaikan-
perbaikan dan keuntungan normal diharapkan apabila dijual lagi.
AKL 1 Page 24
Pencatatan yang dilakukan dalam buku-buku PT Karya Bhakti Semarang adalah seagai
berikut :
Persediaan Barang Dagangan Pemilikan Kembali .............. Rp. 9000
Laba Kotor Yang Belum Direalisasi Tahun 1980 ............... Rp. 3.500
Laba karena pemilikan kembali.................................... Rp. 2.500
Piutang Penjualan Angsuran tahun 1981 ...................... Rp. 10.000
Perhitungan:
Jumlah kas yang diterima...................................... Rp. 10.000
Rp. 4000
Laba yang telah diakui sebelumnya (35% x Rp. 10.000) ............. Rp. 3500
Beban bunga biasanya bersama-sama dengan pembayaran angsuran atas harga menurut
kontrak.
1. Bunga diperhitungkan dari sisa harga kontrak selama jangka waktu angsuran.
Cara semacam ini sering disebut sebagai “long end interest”
AKL 1 Page 25
2. Bunga diperhitungkan dari setiap angsuran yang harus dibayar, yang dihitung
sejak tanggal perjanjian ditanda-tangani sampai tanggal jatah tempo setiap
angsuran yang bersangkutan.
Cara semacam ini sering disebut “short end interest”
3. Pembayaran angsuran periodik dilakukan dalam jumlah yang sama, dimana di
dalamnya termasuk angsuran pokok dan bunga yang diperhitungkan dari saldo
harga kontrak selama jangka waktu perjanjian.
Cara semacam ini lebih dikenal dengan “metode annuitet”
4. Bunga secara periodik diperhitungkan berdasarkan dari (sisa) harga kontrak.
Contoh 5 :
Misalnya pada tanggal 1 Januari 1980 telah dijual sebuah mesin dengan harga Rp.
1.250.000 atas dasar perjanjian penjualan angsuran. Uang muka (down payment) ditetapkan
sebesar Rp. 350.000 sedang sisanya dibayar dalam waktu 1 tahun dengan 6 kali angsuran
(setiap 2 bulan) dan bunga ditetapkan sebesar 12% setahun. Harga pokok mesin tersebut
adalah Rp. 750.000.pembayaran yang akan dilakukan sesuai dengan 4 (empat) cara seperti
diterangkan di depan, akan tertera seperti perhitungan dan pencatatan berikut ini.
Perhitungan:
1. Bunga Periodik diperhitungkan dari sisa harga kontrak pada setiap awal periode
angsuran
Pada cara ini beban bunga diperhitungkan berdasarkan jangka waktu yang sama untuk
setiap angsuran, yaitu 2 bulan. Akan tetapi sebagai titik tolak perhitungan bunga dipakai
saldo harga kontrak pada setiap awal periode angsuran yang bersangkutan, sehingga
jumlahnya akan semakin berkurang dari angsuran yang satu dengan angsuran berikutnya.
Atas dasar perhitungan demikian dapat disusun suatu tabel pembayaran sebagai berikut:
AKL 1 Page 26
Bunga diperhitungkan dari sisa harga kontrak padasetiap awal periode angsuran yang
bersangkutan.
Bunga atas saldo
Tanggal harga kontrak Angsuran atas Jumlah Sisa harga
pembayaran pada awal harga kontrak pembayaran kontrak
periode angsuran
1 Januari 1980 - - - Rp. 1.250.000
1 Januari 1980 - Rp. 350.000 Rp. 350.000 Rp. 900.000
1 Maret 1980 Rp. 18.000 Rp. 150.000 Rp. 168.000 Rp. 750.000
1 Mei 1980 Rp. 15.000 Rp. 150.000 Rp. 165.000 Rp. 600.000
1 Juli 1980 Rp. 12.000 Rp. 150.000 Rp. 162.000 Rp. 450.000
1 September 1980 Rp. 9.000 Rp. 150.000 Rp. 159.000 Rp. 300.000
1 Nopember 1980 Rp. 6.000 Rp. 150.000 Rp. 156.000 Rp. 150.000
31 Desember 1980 Rp. 3.000 Rp. 150.000 Rp. 153.000 NIHIL
Jumlah Rp. 63.000 Rp. 1.250.000 Rp. 1.313.000
*) 12% x 2/12 x Rp. 900.000 = Rp. 18.000
Atas dasar perhitungan dalam daftar tersebut maka pencatatan di dalam buku-buku si
pembeli dan si penjual akan ternyata sebagai berikut:
1 Januari 1980:
Penjuaan Angsuran 1) Mesin – mesin 1.250.000 1) Piutang Penjualan
sebuah mesin seharga Hutang Pembelian Angsuran 1.250.000
: Rp. 1.250.000 Angsuran Penjualan
dengan uang muka 1.250.000 Angsuran 1.250.000
:Rp. 350.000 2) Hutang pembelian 2) Kas 350.000
Angsuran 350.000 Piutang Penjulan
Kas 350.000 Angsuran 350.000
3) Harga Pokok
Penjualan Mesin 750.000
Persediaan
Mesin-mesin 750.000
AKL 1 Page 27
1 Maret 1980 :
Pembayaran angsuran Hutang Pembelian Kas 168.000
pertama sebesar : Rp. Angsuran 150.000 Piutang Penjualan
150.000 bunga 12% Biaya Bunga 18.000 Angsuran 150.000
setahun dari saldo Kas 168.000 Pendapatan bunga 18.000
harga kontrak sebesar
Rp. 900.000
1 Mei 1980 :
Pembayaran angsuran Hutang Pembelian Kas 165.000
kedua sebesar : Rp. Angsuran 150.000 Pitang Penjualan
150.000 bunga 12% Biaya Bunga 15.000 Angsuran 150.000
setahun dari saldo Kas 165.000 Pendapatan bunga 15.000
harga kontrak sebesar
: Rp. 750.000
Pencatatan selanjutnya atas pembayaran cicilan yang terjadi diperlakukan sama seperti
pencatatan tersebut diatas.
2. Bunga diperhitungkan dari setiap angsuran yang harus dibayar atas dasar jangka
waktu angsuran yang bersangkutan
Pada metode ini bunga diperhitungkan dari besarnya angsuran yang tetap jumlahnya,
sedang jangka waktunya selalu dihitung dipermulaan ditanda-tanganinya atau berlakunya
perjanjian sampai dengan saat pembayaran angsuran yang bersangkutan.
Pembayaran yang harus dilakukan akan terlihat seperti di dalam daftar di bawah ini :
Bunga dari
tanggal transaksi
Tanggal Bagian
sampai tanggal Jumlah pembayaran Sisa Harga Kontrak
pemabyaran pembayaran
pembayaran (1%
per bulan)
1Januari 1980 Rp 1,750,000
1 Januari 1980 Rp 350,000 Rp 350,000 Rp 900,000
1 Maret 1980 Rp 3,000 *) Rp 150,000 Rp 153,000 Rp 750,000
1 Mei 1980 Rp 6,000 Rp 150,000 Rp 156,000 Rp 600,000
1 Juli 1980 Rp 9,000 Rp 150,000 Rp 159,000 Rp 450,000
1-Sep-80 Rp 12,000 Rp 150,000 Rp 162,000 Rp 300,000
1-Nov-80 Rp 15,000 Rp 150,000 Rp 165,000 Rp 150,000
Rp 18,000
31 Des 1980 **) Rp 150,000 Rp 168,000 nihil
jumlah Rp 63,000 Rp 1,250,000 Rp 1,313,000
AKL 1 Page 28
*) 12% × × 150.000 = 3.000
Dalam hal ini hendaknya diperhatikan bahwa jumlah pembayaran bunga tidak sesuai
dengan beban bunga yang benar-benar terjadi terhadap sisa harga kontrak yang belum
dibayar. Oleh karena itu apabila metode ini akan dipakai, di dalam mencatat bunga yang
akan diterima oleh si penjual atau bunga yang akan dibayar oleh si pembeli harus dicatat
adanya atau timbulnya hutang atau piutang yang masih diperhitungkan.
Dengan kata lain, untuk pihak pembeli harus dicatat adanya hutang bunga (accrued
interest payable) yang sejalan dengan saldo Hutang Pembelian Angsuran jangka waktu yang
bersangkutan, sedang bagi pihak penjual harus mencatat adanya piutang bunga (accrued
interest receivable) pembayaran bunga yang riel dilakukan sesuai daftar di atas adalah
merupakan pengurangan dari hutang atau piutang bunga tersebut.
2) Pencatatan
2)Hutang pembelian 2) Kas 153.000
pembayaran
angsuran 150.000 Piutang penjualan
angsuran pertama
Bunga yg akan angsuran 150.000
sebesar 150.000 dan
dibayar atas Bunga yg akan
12% setahun, selama
pembelian diterima atas penj
2 bulan dari
angsuran 3.000 angsuran 3.000
angsuran yg
Kas 153.000
bersangkutan
AKL 1 Page 29
1 Mei 1980
1) Pencatatan bunga
1) Biaya bunga 15.000 1) Bunga yg akan diterima
yang harus
Bunga yg akan atas penjualan
diperhitungkan
dibayar atas angsuran 15.000
selama 2 bulan dari
pembelian angsuran 15.000 Pendapatan bunga 15.000
sisa harga kontrak
sebesar 750.000
2) Hutang pembelian
2) Kas 156.000
2) Pencatatan angsuran 150.000
Bunga yg akan
pemabayaran cicilan Bunga yg akan
diterima atas penjualan
kedua berserta bunga dibayarkan atas pembelian
angsuran 6.000
4 bulan dari cicilan angsur 6.000
Piutang penjualan
yg dibayar Kas 156.000
angsuran 150.000
Pencatatan transaksi berikutnya pada prinsipnya sama dengan cara tersebut diatas.
Meskipun dalam pencatatan tersebut pembebanan bunga lebih besar daripada
pembayarannya, tetapi pembebanan tersebut akan turun secara periodic, sedang pembayaran
naik dari periode ke periode. Pada akhirnya nanti, jumlah pembayaran bunga akan sama
dengan jumlah pembebanan yang telah dicatat.
Metode ini lebih dikenal dengan nama “metode anuitet”. Di sini jumlah angsuran dari
period eke periode jumlahnya tetap sama.
AKL 1 Page 30
Cara menghitung jumlah anuitet ini mempergunakan bantuan rumus matematik
dengan terlebih dahulu mencari anuitetnya. Adapun rumus factor anuitet tersebut adalah :
A=
Keterangan :
A : Anuitet
i : tingkat bunga
Setelah diketahui factor anuitetnya, maka jumlah pembayaran cicilan dihitung sebagi
berikut :
Pada contoh di muka, maka dapat dicari factor anuitetnya sebagai berikut :
A=
A= = 5,601.431
= = 160.673
AKL 1 Page 31
1 Mei 1980 angsuran 145.527 Pendapatan bu
Pembayaran angsuran kedua Kas 160.673 nga 15.146
sebesar 160.673 untuk Piutang pen
bunga 15.146 dan pelunasan jualan 145.527
harga kontrak sebesar
145.527
Pada cara yang terakhir ini tidak banyak menimbulkan persoalan perhitungan yang
terperinci atau jelimet. Sebab besarnya bunga cukup ditentukan sekali saja, dan selanjutnya
pembayaran bunga pada setiap angsuran adalah sebagai berikut :
Bunga yg
didasarkan Angsuran atas Jumlah Sisa harga
Tanggal pembayaran
atas harga harga kontrak pembayaran kontrak
kontrak
1 Januari 1980 - - - 1.250.000
1 Januari 1980 - 350.000 350.000 900.000
1 Maret 1980 18.000 150.000 168.000 750.000
1 Mei 1980 18.000 150.000 168.000 600.000
1 Juli 1980 18.000 150.000 168.000 450.000
1 September 1980 18.000 150.000 168.000 300.000
1 November 1980 18.000 150.000 168.000 150.000
31 Desember 1980 18.000 150.000 168.000 NIHIL
Dipandang dari sudut penjual, cara terakhir ini yang paling menguntungkan, sebab
bunganya jauh lebih besar daripada ketiga metode yang terdahulu.
Prosedur pembukuan dalam hal ini berlaku sama dengan prosedur pembukuan
menurut metode-metode yang terdahulu.
AKL 1 Page 32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap seperti tanah,
bangunan dan sejenisnya yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan
waktu yang telah ditentukan.
Dalam hal ini pencatatan, yang harus dilakukan dalam buku-buku si penjual, akan
menyangkut : Pencatatan pemilikan kembali barang dagangan, Menghapuskan saldo piutang
penjualan angsuran atas barang-barang tersebut, Menghapuskan saldo laba kotor yang belum
direalisasi atas penjualan angsuran yang bersangkutan dan, Pencatatan keuntungan atau
kerugian karena pemilikan kembali barang-barang tersebut.
AKL 1 Page 33
DAFTAR PUSTAKA
AKL 1 Page 34