Disusun Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MPU TANTULAR
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagipembeli mereka merasa lebih
ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang yang dicicil tersebut.
Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan meningkat,
tetapi kelemahan metode ini dapat diatasi dengan meningkatnya volume penjualan
perusahaan.
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan maksud dari penjualan anguran dan masalah yang ditimbulkan.
2. Menjelaskan metode pengakuan laba pada penjualan angsuran.
3. Menjelaskan perhitungan bunga dan anguran pada penjualan anguran.
4. Menghitung dan mencatat pertukaran tambah dalam penjualan angsuran.
5. Menghitung dan mencatat pembatalan penjualan angsuran
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Selain itu ada beberapa faktor yang perlu diperhitungkan untuk dipertimbangkan
oleh perusahaan dalam hal penjualan cicilan agar memperkecil resiko antara lain: “(a)
besarnya uang muka, (b) besarnya tingkat bunga, (c) lamanya jangka waktu cicilan, (d)
biaya-biaya yang mungkin timbul atas penjualan cicilan, (e) resiko yang mungkin terjadi
selama cicilan.”
a. Besarnya Uang Muka
Dengan adanya uang muka diharapkan akan mengurangi kerugian yang mungkin terjadi
pada saat pembeli lalai (default) dalam membayar kewajibannya. Semakin besar uang
muka akan semakin memperkecil resiko dan memperbesar terjadinya kembali modal.
Namun dalam penentuan uang muka ini juga diperlukan pemikiran yang matang
dimana jika uang muka yang ditetapkan perusahaan terlalu besar mengakibatkan
bertambahnya daya saing yang dengan perusahaan lain yang lebih berani dengan uang
muka yang lebih kecil dan mungkin tanpa uang muka. Besarnya perusahaan menentukan
uang muka tergantung pada tingginya barang tersebut dijual. Pembeli perseorangan
biasanya dibebani uang muka yang lebih besar dibanding dengan pembeli yang dijamin
oleh perusahaan atau kantor dimana pembeli tersebut bekerja.
b. Besarnya Tingkat Suku Bunga
Dalam penjualan cicilan beban bunga merupakan suatu tingkat bunga yang diberikan
penjual kepada pembeli, dengan perhitungan berdasarkan jumlah yang dibiayai oleh
pembeli (harga jual dikurangi dengan uang muka) dan besarnya dipengaruhi oleh daya
saing di pasaran. Besarnya tingkat bunga yang dibebankan akan mengakibatkan calon
pembeli akan ke perusahaan lain yang menetapkan bunga lebih rendah.
c. Jangka Waktu Cicilan
Semakin lama jangka waktu cicilan maka akan semakin lama resiko yang mungkin
terjadi antara lain berubahnya kemampuan pembeli untuk membayar cicilan, resiko
kerugian akibat penurunan nilai dari depresiasi sehingga terjadi ingkar janji, penjual sulit
untuk menuntut pembeli agar melunasi cicilan yang telah jatuh tempo dan sisa pokok
pinjaman karena pembeli akan lebih senang lagi menyerahkan barang tersebut dan tidak
perlu membayar cicilan, jangka waktu satu cicilan dengan cicilan berikutnya jangan terlalu
lama, sehingga pembeli tidak merasa terlalu berat membayar cicilan.
d. Biaya-Biaya Yang Timbulkan Atas Penjualan Cicilan
Pada penjualan cicilan timbul biaya-biaya tambahan dibandingkan dengan penjualan
biasa (reguler sales) yang ditanggung oleh penjual, yaitu biaya pembukuan, biaya
7
penagihan, biaya servis, dan biaya perbaikan. Biaya servis dan biaya perbaikan ini
ditunjukan untuk menjaga kondisi barang tersebut supaya dalam keadaan baik.
e. Resiko-Resiko Yang Mungkin Terjadi Selama Cicilan
Selama penjualan cicilan mungkin akan terjadi resiko baik yang disengaja maupun yang
tidak disengaja oleh pembeli antara lain:
1. Menurunnya kemampuan membeli dalam penjualan cicilan.
2. Meninggalnya pembeli, dimana ahli waris tidak dapat melakukan pembayaran cicilan
tersebut.
3. Itikad tidak baik ataupun kelalaian pembeli untuk tidak melakukan pembayaran
cicilan, tidak menjaga ataupun merawat agar barang dalam kondisi baik.
4. Terjadinya musibah diluar dari kekuasaan pembeli.
Secara garis besar masalah yang timbul dalam hal ini dapat dibagi 2, yaitu:
1) Masalah Non-akuntansi
Masalah Non-akuntansi yaitu bagaimana menghindari resiko terjadinya adanya
pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya. Usaha untuk meminimalkan resiko ini
digolongkan dalam 3 kelompok diantaranya:
1. Mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran
Usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran
dapat dilakukan dengan beberapa cara, meliputi:
a. Penjualan Angsuran dilakukan secara selektif, bahwa penjualan angsuran hanya
diberikan pada calon pembeli yang kemampuan dan kejujurannya dapat
dipercaya, misalnya pegawai negeri, profesi tertentu dan sebagainya.
b. Penjualan angsuran dilakukan dengan persetujuan atau sepengetahuan atasan
pembeli.
c. Pembayaran angsurannya dilakukan dengan pemotongan gaji
10
Dalam metode ini pembayaran angsuran pertama diakui sebagai perolehan laba
kotor kemudian setelah laba kotor semua sudah diterima harga pokonya
diperhitungkan.
3. Harga pokok penjualan dan laba kotor secara proporsional
Dalam metode ini setiap penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran terdiri
dari pembayaran harga pokok penjualan dan laba kotor yang diakui secara
proporsional sesuai dengan perbandingan harga pokok penjualan dan laba kotor.
Maka dihasilkan:
Total penjualan : Rp 250.000.000
Total harga pokok : Rp 200.000.000
11
Laba penjualan : Rp50.000.000
Down payment (DP) : Rp50.000.000
Sisa angsuran : Rp 200.000.000
Angsuran pokok tiap 6 bulan : Rp25.000.000
12
3) Jurnal untuk Pembayaran Angsuran
Tanggal Ayat Jurnal
Kas Rp 35.000.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/07/2009
Pendapatan Bunga Rp 10.000.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-1)
Kas Rp 33.750.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/12/2009
Pendapatan Bunga Rp 8.750.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-2)
Kas Rp 32.550.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/07/2010
Pendapatan Bunga Rp 7.500.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-3)
Kas Rp 31.250.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/12/2010
Pendapatan Bunga Rp 6.250.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-4)
Kas Rp 30.000.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/07/2011
Pendapatan Bunga Rp 5.000.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-5)
Kas Rp 28.750.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/12/2011
Pendapatan Bunga Rp 3.750.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-6)
Kas Rp 27.500.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/07/2012
Pendapatan Bunga Rp 2.500.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-7)
Kas Rp 26.250.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/12/2012
Pendapatan Bunga Rp 1.250.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-8)
13
4) Jurnal Penyesuaian (metode laba diakui secara proporsional)
Tanggal Ayat Jurnal
Laba belum direalisasi Rp 20.000.000
31/12/2019
Laba Penjualan Rp 20.000.000
Laba belum direalisasi Rp 10.000.000
31/12/2010
Laba Penjualan Rp 10.000.000
Laba belum direalisasi Rp 10.000.000
31/12/2011
Laba Penjualan Rp 10.000.000
Laba belum direalisasi Rp 10.000.000
31/12/2012
Laba Penjualan Rp 10.000.000
14
Dengan demikian besarnya pembayaran yang diterima tergantung dari dasar perhitungan
bunga dan dasar penentuan angsuran pokok pinjaman.
Di dalam dasar perhitungan bunga ada 2 dasar yang sering dipakai, yaitu:
a. Bunga dihitung dari sisa pinjaman (system bunga menurun)
Di dalam perhitungan bunga ini tergantung pada total sisa pinjaman. Karena sisa
pinjaman dari priode ke priode semakin menurun maka pembayaran bunga pun ikut
menurut, atau dihitung dengan mengkalikan persentase tingkat bunga dengan sisa
pinjaman tersebut.
b. Bunga dihitung dari pokok pinjaman (sistem bunga tetap)
Di dalam perhitungan ini besarnya bunga untuk semua priode didasarkan pada pokok
pinjaman awal, atau besarnya pembayaran bunga untuk setiap priode adalah dengan
mengkalikan tingkat persentase bunga dengan pokok pinjaman awal.
Di dalam dasar perhitungan angsuran pokok pinjaman, terdapat 2 sistem perhitungan
angsuran pokok pinjaman, yaitu:
a. Sistem angsuran tetap
Di dalam perhitungan angsuran pokok pinjaman dengan system ini dengan membagi
total pokok pinjaman dengan banyaknya angsuran.
b. Sistem anuitas
Dalam sistem ini terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Sistem bunga tetap dan angsuran pokok pinjaman tetap.
Di dalam sistem ini besarnya angsuran pokok pinjaman dan besarnya bunga untuk
setiap priodenya selalu tetap.
2. Sistem bunga menurun dan angsuran pokok pinjaman tetap.
Dalam sitem ini besarnya bunga per periode selalu menurun sedangkan besarnya
angsuran pokok pinjaman tetap, sehingga jumlah angsuran secara keseluruhan
selalu menurun.
3. Sistem bunga menurun dan angsuran pinjaman meningkat.
Dalam sistem ini besarnya angsuran per tahun dihitung dengan menggunakan
pendekatan anuitet. Besarnya jumlah angsuran, bungadan angsuran pokok
pinjaman dihitung dengan prosedur:
a. Menghitung besarnya kas yang diterima per priode dengan membagi pokok
pinjaman dengan nilai tunai yang akan diterimasetiap periode selama jangka
waktu angsuran.
15
b. Menghitung bunga, dengan mengkalikan tingkat bunga dengan sisa pokok
pinjaman pada awal priode.
c. Menghitung angsuran pokok pinjaman, dengan menjumlahkan kas yang
diterima dengan bunga pada priode tersebut.
16
Perkiraan harga pokok Rp 3.250.000
Harga pertukaran Rp 3.000.000
Cadangan selisih harga pertukaran Rp 250.000 Laba
Jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi tukar tambah tersebut adalah
Ayat Jurnal
Motor (lama) Rp 3.250.000
Piutang Angsuran Rp 9.000.000
17
diterima pembayarannya adalah sama dengan saldo piutang penjualan angsuran
dikurangi dengan saldo laba kotor belum direalisir atas penjualan angsuran yang
dibatalkan tersebut.
18
Aset Tetap Rp 16.000.000
Pengembalian
Piutang Angsuran Rp 15.000.000
Laba Pemilikan Kembali Rp 1.000.000
19
BAB III
KESIMPULAN
20
Di dalam dasar perhitungan angsuran pokok pinjaman, terdapat 2 sistem perhitungan
angsuran pokok pinjaman, yaitu sistem angsuran tetap, dan sistem anuitas.
4. Perhitungan dan pencataan dari penjualan angsuran dengan tukar tambah uang mukanya
berupa barang bekas yang serupa dengan barang yang diangsur pembayarannya berdasarkan
nilai realisasi bersihnya saja. Besarnya itu tentunya tidak boleh lebih dari harga pokok
penggantinya. Apabila harga pokok pengganti tersebut tidak diketahui maka nilai realisasi
bersihnya sama dengan taksiran harga jual dikurangi taksiran biaya perbaikan sebelum
dijual, biaya pemasaran dan laba normal.
5. Pengakuan dan pencatatan dari adanya pembatalan penjualan angsuran terjadi karena belum
dilunasi. Besarnya laba/rugi pembatalan penjualan angsuran tergantung pada metode
pengakuan laba kotor atas penjualan angsuran, yang terdiri dari metode accrual dan metode
penjualan angsuran. Yang mana pada metode accrual semua laba penjualan angsuran sudah
diakui pada saat penjualan, sedangkan pada metode penjualan angsuran baru mengakui laba
kotor penjualan angsuran secara proporsional dengan besarnya penerimaan kas.
21
DAFTAR PUSTAKA
Indonesi 1999.
22