Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

AKUNTANSI PENJUALAN ANGSURAN


(INSTALLMENT SALES)

Disusun Oleh:

Erna Septiani (203403020003)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MPU TANTULAR
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Aalamiin, dengan mengucapkan Puji Syukur Kehadirat Allah


SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Makalah yang berjudul “Akuntansi Penjualan Angsuran” dapat diselesaikan dengan baik
sesuai dengan waktu yang diharapkan guna memenuhi tugas Seminar Akuntansi Keuangan.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat berharga dari Bapak Maurits Sipahutar, S.E.,
M.M selaku dosen pengampu dan support keluarga serta teman-teman, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jakarta, 15 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4
1.2 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian dan Masalah Penjualan Angsuran ................................................................... 6
2.2 Pengakuan Laba Kotor ...................................................................................................... 10
2.2.1 Dasar Penjualan (Accrual Basis)................................................................................ 10
2.2.2 Dasar Kas (Cash Basis) ............................................................................................... 10
2.3 Perhitungan Bunga dan Angsuran .................................................................................... 14
2.4 Tukar Tambah ..................................................................................................................... 16
2.5 Pembatalan Penjualan Angsuran ...................................................................................... 17
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin tajam tidak dapat
terelakan lagi. Dengan melakukan penjualan angsuran merupakan salah satu langkah yang
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan, meskipun perusahaan tersebut
belum bisa secara langsung memperoleh pendapatannya, akan tetapi melalui penjualan
angsuran perusahaan memiliki peluang besar untuk menarik simpati atau minat pelanggan
melalui uang muka (down payment) yang rendah.
Pada umumnya lebih banyak mendapatkan keuntungan dari penjualan angsuran
yaitu perusahaan dagang, karena bunga yang diperoleh sangat besar tetapi hal itu sesuai
dengan resiko yang dihadapi oleh perusahaan yaitu kemungkinan keterlambatan dalam
pembayaran.
Penjualan menurut akuntansi, dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu penjualan biasa
dan penjualan angsuran. Penjualan biasa terdiri dari penjualan tunai dan penjualan kredit.
Penjualan tunai adalah penjualan yang pembayarannya langsung lunas (diterima
sekaligus). Penjualan kredit adalah penjualan yang pembayarannya tidak diterima
sekaligus (tidak langsung lunas) pembayarannya bisa diterima melalui 2 (dua) tahap atau
lebih. Penjualan angsuran adalah penjualan yang pembayarannya tidak diterima sekaligus
(tidak langsung lunas), tetapi pembayarannya diterima melalui lebih dari 2 (dua) tahap.
Istilah penjualan angsuran dengan penjuala kredit hampir sama, tetapi penjualan kredit
yang dibayar hanya 2 kali pembayaran bukan merupakan penjualan angsuran. Untuk
menghindari risiko karena pembeli tidak membayar dan supaya penjual tidak mengalami
kerugian
Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah pada
Perusahaan real estate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode ini telah
berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan kendaraan seperti
mobil, motor, mesin, alat-alat rumah tangga danlainnya. Bahkan pada beberapa jenis
industri metode penjualan angsuran initelah menjadi kunci utama dalam mencapai operasi
skala besar.
Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai dikalangan
usahawan dan juga dikalangan pembeli. Bagi usahawan metode initelah meningkatkan

4
jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagipembeli mereka merasa lebih
ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang yang dicicil tersebut.
Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan meningkat,
tetapi kelemahan metode ini dapat diatasi dengan meningkatnya volume penjualan
perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Penjualan Angsuran dan apa saja masalah yang
ditimbulkan?
2. Bagaimana pengakuan dari Laba?
3. Bagaimana perhitungan bunga dan angsuran?
4. Bagaimana perhitungan dan pencataan dari penjualan angsuran dengan tukar tambah?
5. Bagaimana pengakuan dan pencatatan dari adanya pembatalan penjualan angsuran?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan maksud dari penjualan anguran dan masalah yang ditimbulkan.
2. Menjelaskan metode pengakuan laba pada penjualan angsuran.
3. Menjelaskan perhitungan bunga dan anguran pada penjualan anguran.
4. Menghitung dan mencatat pertukaran tambah dalam penjualan angsuran.
5. Menghitung dan mencatat pembatalan penjualan angsuran

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Masalah Penjualan Angsuran


Penjualan angsuran biasanya diterapkan pada penjualan barang-barang yang relatif
mahal seperti kendaraan roda dua dan empat, rumah, dan lain-lain. Tujuan dari adanya
penjualan angsuran ini adalah untuk meningkatkan volume penjualan, pembeli akan
merasa ringan dimana tidak langsung dilakukan secara tunai namun dilunasi dalam bentuk
pembayaran angsuran.
Suparwoto (2014:167) “Penjualan angsuran adalah penjualan yang pembayarannya
dilakukan secara bertahap, di masa yang akan datang. Penjualan angsuran ini dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan volume penjualan, yang pada akhirnya juga akan
meningkatkan laba perusahaan.”
Menurut Waluyo A. Jati (2006:105) “Penjualan angsuran adalah penjualan yang
pembayarannya dapat dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu dengan
terlebih dahulu membayar uang muka (down payment) baru kemudian sisanya diangsur
sesuai dengan perjanjian antara penjual dan pembeli.”
Penjualan angsuran adalah penjualan yang pembayarannya dilakukan secara
bertahap dimana pembayaran yang terjadi dalam transaksi penjualan angsuran adalah
pembayaran uang muka dan pembayaran angsuran secara periodik (biasanya termasuk
bunga). Penjualan angsuran terdiri dari 3 jenis yaitu penjualan aset tetap, penjualan barang
dagangan, dan tukar tambah.
Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilaksanakan dengan perjanjian dimana
pembayarannya dilakukan secara bertahap atau berangsur. Biasanya pada saat barang atau
jasa diserahkan kepada pembeli penjual menerima uang muka (down payment) sebagai
pembayaran pertama dan sisanya diangsur dengan beberapa kali angsuran. Karena
penjualan harus menunggu beberapa periode untuk menagih seluruh piutang penjualannya,
maka biasanya pihak penjual akan membebankan bunga atas saldo yang belum
diterimanya.
Profit adalah salah satu tujuan umum setiap perusahaan dan salah satu langkah untuk
mewujudkannya adalah dengan meningkatkan volume penjualan dengan penjualan yang
pembayarannya secara bertahap. Hal ini akan menarik bagi para konsumen karena akan
mendapatkan keringanan dalam pembayarannya.

6
Selain itu ada beberapa faktor yang perlu diperhitungkan untuk dipertimbangkan
oleh perusahaan dalam hal penjualan cicilan agar memperkecil resiko antara lain: “(a)
besarnya uang muka, (b) besarnya tingkat bunga, (c) lamanya jangka waktu cicilan, (d)
biaya-biaya yang mungkin timbul atas penjualan cicilan, (e) resiko yang mungkin terjadi
selama cicilan.”
a. Besarnya Uang Muka
Dengan adanya uang muka diharapkan akan mengurangi kerugian yang mungkin terjadi
pada saat pembeli lalai (default) dalam membayar kewajibannya. Semakin besar uang
muka akan semakin memperkecil resiko dan memperbesar terjadinya kembali modal.
Namun dalam penentuan uang muka ini juga diperlukan pemikiran yang matang
dimana jika uang muka yang ditetapkan perusahaan terlalu besar mengakibatkan
bertambahnya daya saing yang dengan perusahaan lain yang lebih berani dengan uang
muka yang lebih kecil dan mungkin tanpa uang muka. Besarnya perusahaan menentukan
uang muka tergantung pada tingginya barang tersebut dijual. Pembeli perseorangan
biasanya dibebani uang muka yang lebih besar dibanding dengan pembeli yang dijamin
oleh perusahaan atau kantor dimana pembeli tersebut bekerja.
b. Besarnya Tingkat Suku Bunga
Dalam penjualan cicilan beban bunga merupakan suatu tingkat bunga yang diberikan
penjual kepada pembeli, dengan perhitungan berdasarkan jumlah yang dibiayai oleh
pembeli (harga jual dikurangi dengan uang muka) dan besarnya dipengaruhi oleh daya
saing di pasaran. Besarnya tingkat bunga yang dibebankan akan mengakibatkan calon
pembeli akan ke perusahaan lain yang menetapkan bunga lebih rendah.
c. Jangka Waktu Cicilan
Semakin lama jangka waktu cicilan maka akan semakin lama resiko yang mungkin
terjadi antara lain berubahnya kemampuan pembeli untuk membayar cicilan, resiko
kerugian akibat penurunan nilai dari depresiasi sehingga terjadi ingkar janji, penjual sulit
untuk menuntut pembeli agar melunasi cicilan yang telah jatuh tempo dan sisa pokok
pinjaman karena pembeli akan lebih senang lagi menyerahkan barang tersebut dan tidak
perlu membayar cicilan, jangka waktu satu cicilan dengan cicilan berikutnya jangan terlalu
lama, sehingga pembeli tidak merasa terlalu berat membayar cicilan.
d. Biaya-Biaya Yang Timbulkan Atas Penjualan Cicilan
Pada penjualan cicilan timbul biaya-biaya tambahan dibandingkan dengan penjualan
biasa (reguler sales) yang ditanggung oleh penjual, yaitu biaya pembukuan, biaya

7
penagihan, biaya servis, dan biaya perbaikan. Biaya servis dan biaya perbaikan ini
ditunjukan untuk menjaga kondisi barang tersebut supaya dalam keadaan baik.
e. Resiko-Resiko Yang Mungkin Terjadi Selama Cicilan
Selama penjualan cicilan mungkin akan terjadi resiko baik yang disengaja maupun yang
tidak disengaja oleh pembeli antara lain:
1. Menurunnya kemampuan membeli dalam penjualan cicilan.
2. Meninggalnya pembeli, dimana ahli waris tidak dapat melakukan pembayaran cicilan
tersebut.
3. Itikad tidak baik ataupun kelalaian pembeli untuk tidak melakukan pembayaran
cicilan, tidak menjaga ataupun merawat agar barang dalam kondisi baik.
4. Terjadinya musibah diluar dari kekuasaan pembeli.

Secara garis besar masalah yang timbul dalam hal ini dapat dibagi 2, yaitu:
1) Masalah Non-akuntansi
Masalah Non-akuntansi yaitu bagaimana menghindari resiko terjadinya adanya
pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya. Usaha untuk meminimalkan resiko ini
digolongkan dalam 3 kelompok diantaranya:
1. Mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran
Usaha untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran
dapat dilakukan dengan beberapa cara, meliputi:
a. Penjualan Angsuran dilakukan secara selektif, bahwa penjualan angsuran hanya
diberikan pada calon pembeli yang kemampuan dan kejujurannya dapat
dipercaya, misalnya pegawai negeri, profesi tertentu dan sebagainya.
b. Penjualan angsuran dilakukan dengan persetujuan atau sepengetahuan atasan
pembeli.
c. Pembayaran angsurannya dilakukan dengan pemotongan gaji

2. Menyediakan perlindungan hukum kepada penjual


Secara hukum penjual dapat dilindungi dengan cara membuat perjanjian jual beli
angsuran yang isinya antara lain:
a. Perjanjian penjualan bersyarat
Menurut perjanjian ini barang yang dijual secara kredit langsung diserahkan
kepada pembeli akan tetapi penyerahan hak atas barang tersebut ditunda sampai
pembayarannya selesai.
8
b. Menggunakan bukti pemilikan sebagai jaminan kredit
Di dalam sistem ini, sertifikat tanah dan rumah atau BPKB kendaraan bermontor
digunakan sebagai jaminan kredit bank. Kredit bank tersebut digunakan untuk
membayar utang kepada penjual barang yang bersangkutan. Dengan demikian
pembeli berutang kepada bank bukan kepada penjual barang. Setelah kredit lunas
sertifikat atau BPKB akan diterima dari bank.
c. Menjaminkan kepada pihak ketiga
Bukti pemilikan atas barang yang dijual diserahkan kepada pihak ketiga, sampai
pembayarannya selesai. Setelah pembayaran selesai bukti pemilikan akan
diserahkan kepada pembeli.
d. Perjanjian beli-sewa
Sebelum pembayaran lunas pembayaran dianggap sewa. Setelah pembayaran
lunas baru dianggap sebagai jual-beli. Apabila sebelum pembayaran lunas
pembeli menghentikan pembayaran maka barang yang sudah diterima harus
dikembalikan tanpa ganti rugi.

3. Menyediakan Perlindungan Ekonomi kepada Penjual


Usaha ini dilakukan dengan menciptakan keadaan supaya pembeli harus berfikir
masak-masak sebelum memutuskan untuk membatalkan pembelian angsuran.
Karena pembatalan pembelian angsuran berarti kerugian bagi pembeli dan
keutungan bagi pihak penjual. Agar keadaan ini dapat terwujud maka:
a. Uang muka harus cukup besar
Uang muka harus cukup besar bertujuan untuk melebihi penurunan nilai dari
barang baru menjadi barang bekas.
b. Jangka waktu angsuran jangan terlalu panjang
Semakin panjang jangka waktu angsuran bearti semakin besar penurunan nilai
atas barang yang dijual dan semakin besar peluang untuk menghilangkan jejak
bagi pembeli.
c. Angsuran cukup besar
Besarnya angsuran harus melebihi penurunan nilai barang selama jangka waktu
angsuran.
2) Masalah Akuntansi
Masalah akuntansi yang dihadapi dalam penjualan angsuran dapat dikelompokkan
menjadi 4, yaitu:
9
a. Masalah yang berhubungan dengan pengakuan laba kotor.
b. Masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan angsuran.
c. Masalah yang berhubungan dengan tukar-tambah.
d. Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran.

2.2 Pengakuan Laba Kotor


Ada 2 dasar di dalam pengakuan laba kotor adalah:

2.2.1 Dasar Penjualan (Accrual Basis)


Laba kotor atas penjualan diakui dalam priode penjualan angsuran terjadi, tanpa
memperhatikan apakah pembayarannya sudah diterima atau belum. Cara ini sama
dengan pencatatan penjualan kredit biasa. Metode ini dapat digunakan bila
memenuhi 3 kondisi:
a. Jangka waktu pembayaran relative pendek
b. Kemungkinan terjadinya pembatalan sangat kecil
c. Biaya – biaya yang berhubungan dengan penjualan angsuran bisa ditaksiran
dengan teliti.

2.2.2 Dasar Kas (Cash Basis)


Laba kotor atas penjualan angsuran baru diakui apabila pembayaran dari piutang
penjualan angsuran sudah diterima, dan penerimaan kas tersebut terdiri dari 2 unsur
yaitu:
1. Pembayaran atas harga pokok penjualan
2. Pembayaran atas laba kotor

Perlakuan terhadap penerimaan piutang penjualan angsuran tersebut ada 3 metode,


yaitu:
1. Harga pokok kemudian laba kotor (Cost recovery method)
Dalam metode ini penerimaan kas pertama diakui sebagai penutup harga pokok
penjualan kemudian setelah harga pokok penjualan terbayarkan,baru penerimaan
kas berikutnya diakui sebagai laba kotor.
2. Laba kotor kemudian harga pokok penjulan

10
Dalam metode ini pembayaran angsuran pertama diakui sebagai perolehan laba
kotor kemudian setelah laba kotor semua sudah diterima harga pokonya
diperhitungkan.
3. Harga pokok penjualan dan laba kotor secara proporsional
Dalam metode ini setiap penerimaan kas dari piutang penjualan angsuran terdiri
dari pembayaran harga pokok penjualan dan laba kotor yang diakui secara
proporsional sesuai dengan perbandingan harga pokok penjualan dan laba kotor.

Contoh Kasus Penjualan Aset Tetap


Pada 2 Januari 2009, Appolo menjual 20 buah motor Cina dengan harga pokok per unit Rp
10.000.000. Dijual dengan harga per unit Rp 12.500.000, adapun perjanjian dengan
pembeli adalah sebagai berikut
• Uang muka (down payment) sebesar 20% dari penjualan total
• Pembayaran angsuran dilakukan setiap 6 bulan sekali (pembayaran pertama dilakukan
setelah 6 bulan pertama)
• Pembayaran angsuran ditambah bunga 10% per tahun (bunga dihitung dari saldo
pokok angsuran)
• Angsuran dilakukan delapan kali Diminta:
1) Buat jurnal pada saat penjualan dengan metode laba diakui seluruhnya dan metode
laba diakui secara proporsional!
2) Buat tabel perhitungan bunganya!
3) Buat jurnal pembayaran angsuran ke 1 sampai dengan ke 8!
4) Buat jurnal penyesuaian akhir periode karena pengaruh metode laba diakui secara
proporsional!

Pembahasan Contoh Kasus Penjualan Aset Tetap


Diketahui : Unit Terjual 20.
Hjual/unit : Rp 12.500.000
Hpokok/unit : Rp 10.000.000

Maka dihasilkan:
Total penjualan : Rp 250.000.000
Total harga pokok : Rp 200.000.000

11
Laba penjualan : Rp50.000.000
Down payment (DP) : Rp50.000.000
Sisa angsuran : Rp 200.000.000
Angsuran pokok tiap 6 bulan : Rp25.000.000

Bunga = 10% per tahun, setiap 6 bulan bunga angsurannya = 5 %


% laba = Total Penjualan - Laba Penjualan x 100%
% laba = Rp 250.000.000 - RP 50.000.000 x 100% = 20%

1) Jurnal pada saat Penjualan


Metode laba diakui seluruhnya
Ayat Jurnal : Kas Rp 50.000.000
Piutang Angsuran Rp 200.000.000
Motor Rp 200.000.000
Laba Penjualan Rp 50.000.000
Metode laba diakui secara proporsional
Ayat Jurnal : Kas Rp 50.000.000
Piutang Angsuran Rp 200.000.000
Motor Rp 200.000.000
Laba Belum Direalisasi Rp 50.000.000

2) Tabel Perhitungan Bunga (dalam Rp dan 000)


Saldo Angsuran Saldo
Bunga Total
Tanggal Pokok Pokok Pokok
Awal (a) (b) (a + b) Akhir
01/07/2009 200.000.000 25.000.000 10.000.000 35.000.000 175.000.000
01/12/2009 175.000.000 25.000.000 8.750.000 33.750.000 150.000.000
01/07/2010 150.000.000 25.000.000 7.500.000 32.500.000 125.000.000
01/12/2010 125.000.000 25.000.000 6.250.000 31.250.000 100.000.000
01/07/2011 100.000.000 25.000.000 5.000.000 30.000.000 75.000.000
01/12/2011 75.000.000 25.000.000 3.750.000 28.750.000 50.000.000
01/07/2012 50.000.000 25.000.000 2.500.000 27.500.000 25.000.000
01/12/2012 25.000.000 25.000.000 1.250.000 26.250.000 -

12
3) Jurnal untuk Pembayaran Angsuran
Tanggal Ayat Jurnal
Kas Rp 35.000.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/07/2009
Pendapatan Bunga Rp 10.000.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-1)
Kas Rp 33.750.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/12/2009
Pendapatan Bunga Rp 8.750.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-2)
Kas Rp 32.550.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/07/2010
Pendapatan Bunga Rp 7.500.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-3)
Kas Rp 31.250.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/12/2010
Pendapatan Bunga Rp 6.250.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-4)
Kas Rp 30.000.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/07/2011
Pendapatan Bunga Rp 5.000.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-5)
Kas Rp 28.750.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/12/2011
Pendapatan Bunga Rp 3.750.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-6)
Kas Rp 27.500.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/07/2012
Pendapatan Bunga Rp 2.500.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-7)
Kas Rp 26.250.000
Piutang Angsuran Rp 25.000.000
01/12/2012
Pendapatan Bunga Rp 1.250.000
(mencatat pembayaran angsuran ke-8)

13
4) Jurnal Penyesuaian (metode laba diakui secara proporsional)
Tanggal Ayat Jurnal
Laba belum direalisasi Rp 20.000.000
31/12/2019
Laba Penjualan Rp 20.000.000
Laba belum direalisasi Rp 10.000.000
31/12/2010
Laba Penjualan Rp 10.000.000
Laba belum direalisasi Rp 10.000.000
31/12/2011
Laba Penjualan Rp 10.000.000
Laba belum direalisasi Rp 10.000.000
31/12/2012
Laba Penjualan Rp 10.000.000

Penyusunan Laporan Keuangan


a. Laporan Rugi-laba
Pos-pos yang berhubungan dengan penjualan angsuran yang akan disajikan di dalam
laporan Rugi-laba terbatas pada laba kotor yang sudah direalisir.
Dengan demikian laba kotor yang disajikan di dalam laporan Rugi-laba ada 2 macam,
yaitu:
1. Laba kotor yang diperoleh dari penjualan tunai dan kredit biasa
2. Laba kotor penjualan angsuran yang direalisasi selama tahun yang bersangkutan, baik
yang berasal dari penjualan tahun yang bersangkutan maupun tahun-tahun
sebelumnya.
b. Laporan Perubahan Modal/Laba Ditahan
Di dalam laporan ini tidak menyajikan pos-pos yang berhubungan dengan penjualan
angsuran.
c. Neraca
Pos-pos yang berhubungan dengan penjualan angsuran yang akan disajikan di dalam
neraca ada 2, yaitu:
1) Piutang penjualan angsuran
2) Laba kotor yang belum direalisasi

2.3 Perhitungan Bunga dan Angsuran


Dalam hal ini pembayaran kredit terdiri-dari dua unsur, yaitu:
1) Bunga yang diperhitungkan
2) Angsuran pokok pinjaman

14
Dengan demikian besarnya pembayaran yang diterima tergantung dari dasar perhitungan
bunga dan dasar penentuan angsuran pokok pinjaman.

Di dalam dasar perhitungan bunga ada 2 dasar yang sering dipakai, yaitu:
a. Bunga dihitung dari sisa pinjaman (system bunga menurun)
Di dalam perhitungan bunga ini tergantung pada total sisa pinjaman. Karena sisa
pinjaman dari priode ke priode semakin menurun maka pembayaran bunga pun ikut
menurut, atau dihitung dengan mengkalikan persentase tingkat bunga dengan sisa
pinjaman tersebut.
b. Bunga dihitung dari pokok pinjaman (sistem bunga tetap)
Di dalam perhitungan ini besarnya bunga untuk semua priode didasarkan pada pokok
pinjaman awal, atau besarnya pembayaran bunga untuk setiap priode adalah dengan
mengkalikan tingkat persentase bunga dengan pokok pinjaman awal.
Di dalam dasar perhitungan angsuran pokok pinjaman, terdapat 2 sistem perhitungan
angsuran pokok pinjaman, yaitu:
a. Sistem angsuran tetap
Di dalam perhitungan angsuran pokok pinjaman dengan system ini dengan membagi
total pokok pinjaman dengan banyaknya angsuran.
b. Sistem anuitas
Dalam sistem ini terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Sistem bunga tetap dan angsuran pokok pinjaman tetap.
Di dalam sistem ini besarnya angsuran pokok pinjaman dan besarnya bunga untuk
setiap priodenya selalu tetap.
2. Sistem bunga menurun dan angsuran pokok pinjaman tetap.
Dalam sitem ini besarnya bunga per periode selalu menurun sedangkan besarnya
angsuran pokok pinjaman tetap, sehingga jumlah angsuran secara keseluruhan
selalu menurun.
3. Sistem bunga menurun dan angsuran pinjaman meningkat.
Dalam sistem ini besarnya angsuran per tahun dihitung dengan menggunakan
pendekatan anuitet. Besarnya jumlah angsuran, bungadan angsuran pokok
pinjaman dihitung dengan prosedur:
a. Menghitung besarnya kas yang diterima per priode dengan membagi pokok
pinjaman dengan nilai tunai yang akan diterimasetiap periode selama jangka
waktu angsuran.
15
b. Menghitung bunga, dengan mengkalikan tingkat bunga dengan sisa pokok
pinjaman pada awal priode.
c. Menghitung angsuran pokok pinjaman, dengan menjumlahkan kas yang
diterima dengan bunga pada priode tersebut.

2.4 Tukar Tambah


Dalam hal ini sebagai uang mukanya berupa barang bekas yang serupa dengan
barang yang diangsur pembayarannya. Untuk menarik pembeli biasanya dihargai lebih
barang tersebut sehingga harga jualnya terlalu tinggi oleh karena itu perlu dicatat
berdasarkan nilai realisasi bersihnya saja. Besarnya itu tentunya tidak boleh lebih dari
harga pokok penggantinya.
Apabila harga pokok pengganti tersebut tidak diketahui maka nilai realisasi bersih
adalah sama dengan taksiran harga jual dikurangi taksiran biaya perbaikan sebelum dijual,
biaya pemasaran dan laba normal. Selisih antara nilai bersih dengan nilai yang disepakati
dikelompokkan dalam rekening cadangan kelebihan harga.

Contoh Kasus Tukar Tambah (Trade In)


Toko Honda menjual motor baru kepada Tn. Dany. Tn Dany menyerahkan motor miliknya
sebagai uang muka, kesepakatan antara kedua belah pihak antara Iain sebagai berikut:
• Harga motor bekas Rp 3.000.000
• Harga motor baru Rp 12.000.000
• Harga pokok motor baru Rp 10.000.000
Toko Honda akan menjual kembali motor bekas tersebut dengan kemungkinan sebagai
berikut:
• Biaya service Rp 500.000
• Harga jual kembali Rp 5.000.000
• Laba kotor rata2 penjualan 25%

Perhitungan Perkiraan Harga Pokok Motor Bekas


Harga jual motor Rp 5.000.000
% Laba kotor (Rp 1.250.000)
Biaya service (Rp 500.000)
(Rp 1.750.000)

16
Perkiraan harga pokok Rp 3.250.000
Harga pertukaran Rp 3.000.000
Cadangan selisih harga pertukaran Rp 250.000 Laba

Jurnal yang digunakan untuk mencatat transaksi tukar tambah tersebut adalah

Ayat Jurnal
Motor (lama) Rp 3.250.000
Piutang Angsuran Rp 9.000.000

Motor (baru) Rp 10.000.000


Laba Penjualan Rp 2.000.000
Cadangan selisih harga pertukaran Rp 250.000

(mencatat transaksi tukra tambah motor dengan cara angsuran)

2.5 Pembatalan Penjualan Angsuran


Hal ini terjadi karena pembatalan atas penjualan angsuran yang belum dilunasi.
Dengan demikian Perusahaan akan menerima kembali barang yang sudah dijual,
menghapus piutang penjualan angsuran yang belum direalisasi, dan juga mengakui
laba/rugi pembatalan penjualan angsuran.
Besarnya laba/rugi pembatalan penjualan angsuran tergantung pada metode
pengakuan laba kotor atas penjualan angsuran, yang terdiri dari:
1. Metode Accrual
Di dalam metode ini, semua laba penjualan angsuran sudah diakui pada saat
penjualan, sehingga saldo piutang penjualan angsuran menunjukkan besarnya harga
pokok penjualan yang belum diterima pembayarannya. Maka besarnya laba atau rugi
yang diakui dari pembatalan penjualan angsuran adalah sama dengan selisih antara nilai
pasar barang bekas yang diterima dengan saldo piutang penjualan angsuran yang belum
diterima pembayarannya.

2. Metode Penjualan Angsuran


Di dalam metode ini Perusahaan baru mengakui laba kotor penjualan angsuran
secara proporsional dengan besarnya penerimaan kas. Dengan demikian saldo piutang
penjualan angsuran terdiri atas dua unsur, yaitu harga pokok penjulan angsuran dan laba
kotor yang belum direalisasi. Besarnya harga pokok penjualan angsuran yang belum

17
diterima pembayarannya adalah sama dengan saldo piutang penjualan angsuran
dikurangi dengan saldo laba kotor belum direalisir atas penjualan angsuran yang
dibatalkan tersebut.

Contoh Kasus Pemilikan Kembali Aset Tetap


Harga pokok asset : Rp 40.000.000
Harga jual : Rp 45.000.000
Uang muka : Rp 20.000.000
Angsuran : 20 kali

Setelah angsuran ke 8 pembeli menyatakan üdak sanggup melunasi sisa angsuran.


Harga pasar aset : Rp 16.000.000
Diminta:
1) Buat jurnal pengakuan laba saat penjualan dan untuk laba pemilikan kembali aset
tetap dengan metode laba diakui seluruhnya!
2) Buat jurnal pengakuan laba saat penjualan dan untuk laba pemilikan kembali aset
tetap dengan metode laba diakui secara proporsional!

Pembahasan Contoh Kasus Pemilikan Kembali Aset Tetap


Perhitungan (menggunakan metode laba diakui saat penjualan)
Harga Jual : Rp 45.000.000
Uang muka : Rp 20.000.000
Piutang angsuran : Rp 25.000.000
Pokok yang sudah dibayar : Rp 10.000.000
Nilai buku : Rp 15.000.000
Harga pasar aset : Rp16.000.000
Laba pemilikan kembali : Rp1.000.000

1) Jurnal Metode Laba diakui seluruhnya


Saat Ayat Jurnal
Kas Rp 20.000.000
Penjualan Piutang Angsuran Rp 25.000.000
Aset Tetap Rp 40.000.000
Laba Penjualan Rp 5.000.000

18
Aset Tetap Rp 16.000.000
Pengembalian
Piutang Angsuran Rp 15.000.000
Laba Pemilikan Kembali Rp 1.000.000

Perhitungan (menggunakan metode laba diakui secara proporsional)


% laba kotor = 5.000.000/45.000.000 x 100% = 11,11%
Realisasi Laba = 30.000.000 x 11,11%= 3.330.000 (laba penjualan)
Selisih laba = 5.000.000-3.330.000 = 1.670.000 (aset yang gagal)
Harga Jual : Rp 45.000.000
Uang muka : Rp 20.000.000
Piutang angsuran : Rp 25.000.000
Pokok yang sudah dibayar : Rp 10.000.000
Laba asset yang gagal : Rp 1.670.000
Nilai buku : Rp 13.330.000
Harga pasar aset : Rp 16.000.000
Laba pemilikan kembali : Rp 2.670.000

2) Jurnal metode laba diakui secara proporsional


Saat Ayat Jurnal
Kas Rp 20.000.000
Penjualan Piutang Angsuran Rp 25.000.000
Aset Tetap Rp 40.000.000
Laba Belum Direalisasi Rp 5.000.000
Aset Tetap Rp 16.000.000
Pengembalian Laba Belum Direalisasi Rp 5.000.000
Piutang Angsuran Rp 15.000.000
Laba Pemilikan Kembali Rp 2.670.000
Laba Penjualan Rp 3.330.000

19
BAB III
KESIMPULAN

1. Penjualan angsuran adalah penjualan barang dagangan dengan pembayaran secara


berangsur. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan volume penjualan yang akhirnya
meningkatkan laba yang didapatkan, karena metode penjualan ini memberikan kemudahan
kepada konsumen dalam pembayaran barang yang dibelinya, sehingga konsumen tertarik
untuk melakukan pembelian. Permasalah pada Angsuran terbagi menjadi 2 (dua) yaitu
masalah nonakuntansi dan masalah akuntansi. Masalah non akuntansi adalah menghadapi
kemungkinan terjadinya kerugian karena adanya pembeli yang tidak melaksanakan
kewajibannya, untuk menghadapi semacam itu perusahaan perlu berhati-hati dalam
penjualannya. Pembeli perlu diseleksi terlebih dahulu dan membuat perjanjian yang
mengikat kedua belah pihak untuk melaksanakan kewajibannya. Dan masalah akuntansi
adalah masalah yang berhubungan dengan pengakuan laba kotor, masalah yang
berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan angsuran, tukar tambah dan pembatalan
penjualan angsuran.
2. Ada 2 dasar di dalam pengakuan laba kotor yaitu dasar penjualan dan dasar kas. Cara ini
sama dengan pencatatan penjualan kredit biasa yang mana laba kotor atas penjualan diakui
dalam priode penjualan angsuran terjadi, tanpa memperhatikan apakah pembayarannya
sudah diterima atau belum. Metode ini dapat digunakan bila memenuhi 3 kondisi yaitu,
jangka waktu pembayaran relative pendek, kemungkinan terjadinya pembatalan sangat
kecil, biaya yang berhubungan dengan penjualan angsuran bisa ditaksiran dengan teliti.
Sedangkan dasar kas (cash basis) yaitu laba kotor atas penjualan angsuran baru diakui
apabila pembayaran dari piutang penjualan angsuran sudah diterima dan penerimaan kas
tersebut terdiri dari 2 unsur yaitu, pembayaran atas harga pokok penjualan dan pembayaran
atas laba kotor.
3. Perhitungan bunga dan angsuran terdiri dari dua unsur, yaitu bunga yang diperhitungkan
dan angsuran pokok pinjaman, dengan demikian besarnya pembayaran yang diterima
tergantung dari dasar perhitungan bunga dan dasar penentuan angsuran pokok pinjaman.
Di dalam dasar perhitungan bunga ada 2 dasar yang sering dipakai, yaitu:
• Bunga dihitung dari sisa pinjaman (system bunga menurun)
• Bunga dihitung dari pokok pinjaman (sistem bunga tetap)

20
Di dalam dasar perhitungan angsuran pokok pinjaman, terdapat 2 sistem perhitungan
angsuran pokok pinjaman, yaitu sistem angsuran tetap, dan sistem anuitas.
4. Perhitungan dan pencataan dari penjualan angsuran dengan tukar tambah uang mukanya
berupa barang bekas yang serupa dengan barang yang diangsur pembayarannya berdasarkan
nilai realisasi bersihnya saja. Besarnya itu tentunya tidak boleh lebih dari harga pokok
penggantinya. Apabila harga pokok pengganti tersebut tidak diketahui maka nilai realisasi
bersihnya sama dengan taksiran harga jual dikurangi taksiran biaya perbaikan sebelum
dijual, biaya pemasaran dan laba normal.
5. Pengakuan dan pencatatan dari adanya pembatalan penjualan angsuran terjadi karena belum
dilunasi. Besarnya laba/rugi pembatalan penjualan angsuran tergantung pada metode
pengakuan laba kotor atas penjualan angsuran, yang terdiri dari metode accrual dan metode
penjualan angsuran. Yang mana pada metode accrual semua laba penjualan angsuran sudah
diakui pada saat penjualan, sedangkan pada metode penjualan angsuran baru mengakui laba
kotor penjualan angsuran secara proporsional dengan besarnya penerimaan kas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Jati, A. Waluyo. 2006. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Malang: Universitas Muhammadiyah


Malang.
Suparwoto L. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi satu. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada
1991.
Widayat, Utoyo. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi Revisi. Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesi 1999.

22

Anda mungkin juga menyukai