Anda di halaman 1dari 13

Makalah Akuntansi syariah

Akad murabahah

Disusun oleh :
Yuriyanto 2422001950
Fatimah Nuur Cahyani 2422001923
Rika Nur Pitria 2422001938
Eka Chandra Putri N 2422001920
Budi Yulianto 2422001913

DOSEN
Rizkison ,SE.,M.SI.

STIE GICI BUSINESS SCHOOL


Samping PT Sucofindo, Jl. Akses Tol, Cilincing, Kec. Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jawa
Barat 17530 Telp 021. 8833.9641
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada matakuliah akuntansi syariah . Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis semoga

makalah yang saya buat ini bermanfaat bagi kita semua amin yarobalalamin .

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 4
A.Latar belakang masalah ........................................................................................... 4
B.Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
apa pengertian akad murabahah ? ................................................................................ 5
apa saja jenis akad murabahah ? .................................................................................. 5
apa yang di maksud dengan dasar syariah ? ................................................................. 5
bagaimana perlakuan akuntansi (psak 102) ?............................................................... 5
bagaimana ilustrasi kasus murabahah ? ....................................................................... 5
C.Tujuan pembahasan .............................................................................................. 5
Memahami pengertian akad murabahah ...................................................................... 5
Mengetahui jenis akad murabahah .............................................................................. 5
Mengetahui dasar syariah ............................................................................................ 5
Mengetahui perlakuan akuntansi (psak102)................................................................. 5
Memahami ilustrasi kasus murabahah ......................................................................... 5
BAB 11 PEMBAHASAN .......................................................................................... 6
2.1 pengertian akad murabahah ................................................................................... 6
2.2 jenis akad murabahah ............................................................................................ 7
2.2.1 Akad Murabahah dengan Pesanan..................................................................... 7
2.2.2 Akad Murabahah Tanpa Pesanan ...................................................................... 7
2.2 dasar syariah ............................................................................................ 7
2.2.1 Landasan Sariah Murabahah .................................................................... 7
2.2.1.1 Al-Qur’an:................................................................................................ 7
2.2.1.2 Hadits:...................................................................................................... 8
2.2.1.3 Ijma’: ....................................................................................................... 8
iii
2.3 perlakuan akuntansi psak 102 ................................................................................ 8
2.3.1 PSAK 102: Akuntansi Murabahah ............................................................... 8
2.4 ilustrasi akad murabahah ....................................................................................... 9
BAB 111 ................................................................................................................... 11
PENUTUP ............................................................................................................... 11
A. KESIMPULAN ................................................................................................... 11
B. SARAN ............................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Akad murbahah adalah akad jual beli antara bank dengan nasabah. Bank membeli barang yang
diperlukan nasabah kepada supplier, kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan
sebesar harga pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank dan
nasabah. Akad murabahah digunakan oleh lembaga keuangan syariah, baik lembaga keuangan
syariah bank maupun non bank.

Diantara bukti kesempurnaan agama Islam ialah dibolehkannya jual beli dengan cara salam, yaitu
akad pemesanan suatu barang dengan kriteria yang telah disepakati dan dengan pembayaran tunai
pada saat akad dilaksanakan. Yang demikian itu, dikarenakan dengan akad ini kedua belah pihak
mendapatkan keuntungan tanpa ada unsur tipu-menipu atau gharar (untung-untungan).

Pembeli (biasanya) mendapatkan keuntungan berupa jaminan untuk mendapatkan barang sesuai
dengan yang ia butuhkan dan pada waktu yang ia inginkan. Sebagaimana ia juga mendapatkan
barang dengan harga yang lebih murah bila dibandingkan dengan pembelian pada saat ia
membutuhkan kepada barang tersebut. Sedangkan penjual juga mendapatkan keuntungan yang
tidak kalah besar dibanding pembeli, diantaranya penjual mendapatkan modal untuk menjalankan
usahanya dengan cara-cara yang halal, sehingga ia dapat menjalankan dan mengembangkan
usahanya tanpa harus membayar bunga.

Dengan demikian selama belum jatuh tempo, penjual dapat menggunakan uang pembayaran
tersebut untuk menjalankan usahanya dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa ada
kewajiban apapun. Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli, karena
biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang pesanan berjarak cukup lama.

4
B. Rumusan Masalah

 apa pengertian akad murabahah ?

 apa saja jenis akad murabahah ?

 apa yang di maksud dengan dasar syariah ?

 bagaimana perlakuan akuntansi (psak 102) ?

 bagaimana ilustrasi kasus murabahah ?

C. Tujuan pembahasan

 Memahami pengertian akad murabahah

 Mengetahui jenis akad murabahah

 Mengetahui dasar syariah

 Mengetahui perlakuan akuntansi (psak102)

 Memahami ilustrasi kasus murabahah

5
BAB 11 PEMBAHASAN

2.1 pengertian akad murabahah

Pengertian Murabahah Murabahah adalah akad jual beli suatu barang dimana penjual menyebutkan
harga jual yang terdiri atas harga pokok dan tingkat keuntungan tertentu atas barang dimana harga
jual tersebut disetujui oleh pembeli.

Dalam akad murabahah, penjual (dalam hal ini adalah bank) harus memberi tahu harga poduk yang
dibeli dan menentukan tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Saat ini, produk inilah yang
paling banyak digunakan oleh bank Syariah karena paling mudah dalam implementasinya
dibandingkan dengan produk pembiayaan lainnya.

Menurut Wiroso dalam bukunya, murabahah didefinisikan oleh para fuqaha sebagai penjualan
barang sehingga biaya/ harga pokok (cost) barang tersebut ditambah mark-up/ keuntugan yang
disepakati. Karakteristik murabahah adalah bahwa penjual harus memberitahu pembeli mengenai
harga pembelian produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya
tersebut.

Secara etimologi murabahah berasal dari kata Ar-Ribhu yang berati An-namaa yang berarti
tumbuh dan berkembang.

Menurut Syafi’I Antononio murabahah adalah jual beli barang pada harga asal engan tambahan
keuntungan yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian. Penjual harus
memberi tahu harga produk yang dia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai
tambahan.

Sedangkan dalam Pedoman Akuntasi Perbankan Syari’ah Indonesia 2003, murabahah adalah
transaksi penjual barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang
seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati

6
2.2 jenis akad murabahah
Tersedia dua jenis akad Murabahah yang biasanya dilakukan:

2.2.1 Akad Murabahah dengan Pesanan

Pada akad Murabahah ini, transaksi jual-beli terjadi setelah penjual membeli barang yang telah
dipesan oleh pembeli terlebih dahulu. Pesanan tersebut dapat bersifat maupun tidak mengikat.
Apabila mengikat, maka pembeli tidak dapat membatalkan pesanan dan harus membayar barang
yang telah dipesan. Serta jika barang yang telah dibeli nilainya berkurang sebelum diberikan
kepada pembeli, tentu saja akan mengurangi akad dan penurunan nilai tersebut menjadi
tanggungan atau beban penjual.
Sebaliknya jika tidak mengikat, pembeli tidak wajib membayar atau dapat membatalkan barang
yang telah dipesan oleh penjual.
2.2.2 Akad Murabahah Tanpa Pesanan

Sesuai nama jenisnya, penjual dapat membeli barang tanpa harus ada pesanan terlebih dahulu dari
pembeli. Akad Murabahah jenis ini termasuk bersifat tidak mengikat.

2.2 dasar syariah

Dalam Penjelasan Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah disebutkan bahwa murabahah adalah Akad Pembiayaan suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai keuntungan yang disepakati.

2.2.1 Landasan Sariah Murabahah


2.2.1.1 Al-Qur’an:
(Q.S. al-Baqarah (2): 275)
Artinya: “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkanriba.”
(Q.S. an-Nisa’ (4): 29)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka

7
sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu ; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.

2.2.1.2 Hadits:

“Dari Shaleh bin suhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang didalamnya
terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual. (H.R Ibnu Majah)”.
2.2.1.3 Ijma’:
Umat Islam telah berkonsensus tentang keabsahan jual beli, karena manusia sebagai anggota
masyarakat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki oleh orang lain. Oleh karena itu
jual beli adalah salah satu jalan untuk mendapatkannya secara sah. Dengan demikian mudahlah
bagi setiap individu utnuk memenuhi kebutuhannya.
2.3 perlakuan akuntansi psak 102
2.3.1 PSAK 102: Akuntansi Murabahah
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 102: Akuntansi Murabahah (PSAK
102) dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK
IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK 102 menggantikan pengaturan mengenai akuntansi murabahah
dalam PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002.

Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/ XI/2013 maka
seluruh produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan
kewenangannya kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.

Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 102 mengalami perubahan sebagai berikut:

1. 13 November 2013 sehubungan dengan keluarnya Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN MUI) No. 84/DSNMUI/ XII/2012 tentang Metode Pengakuan Keuntungan
Tamwil Bi Al-Murabahah (Pembiayaan Murabahah) di Lembaga Keuangan Syariah.

2. 06 Januari 2016 terkait terkait definisi nilai wajar yang disesuaikan dengan PSAK 68:
Pengukuran Nilai Wajar. Perubahan ini berlaku efektif 1 Januari 2017 secara retrospektif.

Pengaturan yang terkait dengan PSAK 102 adalah Bultek 5: Pendapatan dan Biaya Terkait
Murabahah.

8
PSAK 102: Akuntansi Murabahah mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi murabahah.

PSAK 102 diterapkan untuk:

a) Lembaga keuangan syariah dan koperasi syariah yang melakukan transaksi murabahah baik
sebagai penjual maupun pembeli; dan

b) Pihak-pihak yang melakukan transaksi murabhah dengan lembaga keuangan syariah atau
koperasi syariah.
 Akuntansi untuk Penjual

Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.

 Akuntansi untuk Pembeli Akhir


Aser yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan murabahah tunai.
Selisih antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban
murabahah tangguhan.

 Penyajian
Piutang murabahah disajikan sebesar nilai neto yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang
murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.

Marjin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) piutang murabahah.

Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account) utang murabahah.

2.4 ilustrasi akad murabahah

Contoh, tuan Malik berencana membeli mobil Avanza seharga Rp230 juta. Karena tuan Malik
tidak memiliki uang sejumlah tersebut, tuan Malik mendatangi Bank Syariah X untuk membeli
mobil yang diinginkan. Bank Syariah X kemudian memesan mobil dimaksud, kemudian
menjualnya kepada tuan Malik dengan harga yang disepakati sebesar Rp 250 juta (Rp 230 juta
harga perolehan dan Rp 20 juta margin). Pembayaran dilakukan secara angsuran setiap bulan
selama jangka waktu 12 bulan.

9
Dalam pemesanan barang, bank syariah dapat mewakilkan (wakalah) kepada pihak lain atau kepada
nasabah itu sendiri. Jadi, yang membeli barang adalah tuan Ahmad (contoh diatas) atas nama bank
syariah X. Tapi transaksi murabahah baru boleh dilaksanakan jika barang sudah dibeli oleh nasabah.
Transaksi ini biasa dikenal dengan murabahah bil wakalah.

Jadi beda ya dengan transaksi di bank konvensional. Di bank konvensional, nasabah pinjam uang,
transaksinya pinjam-meminjam dengan keuntungan bunga, sedang di bank syariah nasabah beli
barang, transaksinya jual-beli barang dengan keuntungan margin. Dalam Islam, transaksi pinjam-
meminjam dengan tambahan bunga dilarang karena termasuk riba, sedang transaksi jual-beli dengan
tambahan keuntungan diperbolehkan.

10
BAB 111
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut
kepada pembeli.
Diantara bukti kesempurnaan agama Islam ialah dibolehkannya jual beli dengan cara salam, yaitu akad
pemesanan suatu barang dengan kriteria yang telah disepakati dan dengan pembayaran tunai pada
saat akad dilaksanakan. Yang demikian itu, dikarenakan dengan akad ini kedua belah pihak
mendapatkan keuntungan tanpa ada unsur tipu-menipu atau gharar (untung-untungan).
Harga tidak boleh berubah sepanjang akad, kalau terjadi kesulitan bayar dapat dilakukan
restrukturisasi dan kalau tidak membayar karena lalai dapat dikenakan denda. Denda tersebut akan
dianggap sebagai dana kebajikan.
Sumber hukumnya sudah jelas ada di Al Qur’an dan Al Hadist. Jenis akad yang
ada pada murabahah ada dua,yaitu :
(1). Akad dengan pesanan. (2). Akad tanpa pesanan.

B. SARAN

Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.Apabila ada saran dan
kritrik yang ingin di sampaikan ,silahkan sampaikan kepada saya .

Apabila terdapat kesalahan mohon kepada pembaca untuk dapat memaafkan dan memakluminya,karna
saya adalah hamba allah yang tak luput dari salah ,khilaf dan lupa.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://etheses.iainkediri.ac.id/29/3/7.%20BAB%20II.pdf

http://eprints.walisongo.ac.id/7257/3/BAB%20II.pdf

https://kamus.tokopedia.com/m/murabahah/

http://perdaataislam.blogspot.com/2013/09/dasar-hukum-rukun-dan-syarat-murabahah.html

http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-65-psak-102-akuntansi-murabahah

https://www.google.com/search?q=dasar+syariah+akad+murabahah&rlz=1C1FKPE_idID939ID939&oq=dasar+syariah+a
kad+murabahah&aqs=chrome..69i57.7329j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

12

Anda mungkin juga menyukai