Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ AKUNTANSI AKAD MURABAHAH”

Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah : Akuntansi Perbankan Syariah

Dosen pengampu : Faiz Arif Jamil M.Ak.

Disusun oleh :

1. Anja Mutia Sari (2251020191)


2. Cindy Faradina (2251020207)

3. Mutia Ramadhani (2251020095)

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan hasil makalah mata kuliah "Akutansi
Perbankan Syariah" yang membahas tentang “Akuntansi akad murabahah" dengan baik dan tepat
waktu.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Akuntansi
Perbankan Syariah Bapak Faiz Arif Jamil,M.Ak. yang telah membimbing dan membantu kami
dalam proses penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-
teman sekelompok yang telah membantu baik secara moral maupun material sehingga makalah
inidapat terwujud.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan materi yang berkaitan dengan
“Akuntansi akad murabahah”. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan
dalam makalah yang disusun. Kritik dan juga saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh
penulis demi meningkatkan kualitas makalah kedepannya.

Bandar Lampung, 20 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... Ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... Iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1


B. Rumusan masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 2

A. Ketentuan syariah akad murabahah.................................................................... 2


B. Jenis – Jenis Murabahah.................................................................................... 4
C. Rukun Dan Ketentuan Murabahah.................................................................... 5
D. Standar Akuntansi Murabahah ( PSAK 102)................................................... 7

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 8

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Murábahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada
pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.1 Murábahah
menurut Nurhayati adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan
dengan tambahan keuntungan (margin) yang disepakati oleh kedua belah pihak yaitu
penjual dan pembeli. Antonio juga menjelaskan bahwa murábahah atau yang biasa disebut
bai’ al – murábahah adalah transaksi jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati antara kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli. Akad ini
mengharuskan penjual untuk memberi tahu pembeli mengenai harga produk yang ia beli
dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannnya. Dari uraian diatas maka
dapat disimpulkan bahwa murábahah adalah transaksi jual beli barang dimana penjual
menyatakan harga perolehannya kepada pembeli dan pembeli membayar kepada penjual
harga perolehan tersebut ditambah keuntungan (margin) yang telah disepakati.

Seiring perkembangan zaman, ketentuan dari akad mudharabah pun juga mengalami
inovasi dari masa ke masa. Jika membicarakan mengenai konsep mudharabah klasik, akad
mudharabah adalah sebuah perjanjian yang hanya dilakukan dengan satu jenis atau bentuk
kerja sama dan tidak bisa digabungkan dengan akad jenis lainnya. Namun, saat ini konsep
akad mudharabah jadi memiliki fleksibilitas untuk dapat digabungkan dengan akad lain
dalam seperti akad murabahah atau musyarakah dalam sebuah aktivitas perbankan syariah.

B. Rumusan Makalah
1. Jelaskan ketentuan syariah akad murabahah
2. Apa saja jenis – jenis murabahah
3. Jelaskan rukun dan ketentuan murabahah
4. Jelaskan standar akuntansi murabahah ( PSAK 102)

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana ketentuan syariah akad murabahah
2. Agar Mengetahui saja jenis – jenis murabahah
3. Untuk Mengetahui rukun dan ketentuan murabahah
4. Supaya Mengetahui standar akuntansi murabahah ( PSAK 102)

1
BAB II

PEMBAHASAN
A.Ketentuan Syariah Akad Murabahah

1. Pengertian akad murabahah dalam perbankan syariah

Murabahah berasal dari kata ribhu yang berarti keuntungan, adalah transaksi jual beli
dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual,
sementara nasabah sebagai pembeli.1Al Quran tidak menjelaskan secara langsung
mengenai murabahah meski di dalamnya terdapat acuan tentang jual beli, perdagangan,
laba, dan rugi. Demikian pula dengan hadits, tampaknya tidak ada hadits yang merujuk
pada murabahah.
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan
ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya
perolehan barang tersebut kepada pembeli (PSAK 102 paragraf 5). Definisi ini
menunjukkan bahwa transaksi murabahah tidak harus dalam bentuk pembayaran
tangguh (kredit), melainkan dapat juga dalam bentuk tunai setelah menerima barang,
ditangguhkan dengan mencicil setelah menerima barang, ataupun ditangguhkan dengan
membayar sekaligus di kemudian hari (PSAK 102 paragraf 8). UU No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “akad
murabahah” adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
keuntungan yang disepakati.

Definisi lain dari murabahah menurut Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah
yang diterbitkan oleh Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia: Murabahah
merupakan jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati. Dalam bai’ murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia
beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Selanjutnya, DSN
MUI juga mendefinisikan akad murabahah yaitu menjual suatu barang dengan

2
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga
yang lebih tinggi sebagai laba.

Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Sri Nurhayati &
Wasilah, 2008). Hal yang membedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita
kenal adalah penjual secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa harga pokok
barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkannya. Pembeli dan penjual
dapat melakukan tawar-menawar atas besaran margin keuntungan sehingga akhirnya
diperoleh kesepakatan.
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Akad murabahah
memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara pembayaran berbeda
sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut telah disepakati, maka
hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang digunakan. Apakah pembeli melunasi
lebih cepat dari jangka waktu kredit yang ditentukan atau pembeli menunda
pembayarannya, harga tidak boleh berubah.

1
1 Juhaya S. Pradja, Manajemen Pemasaran Bank Syariah, (Bandung:Pustaka Setia, 2013), hlm. 222. 2Abdul
Manan, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, (Jakarta:Kencana Prenada
Media Group), hlm. 145. 3Wangsawidjadja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2012), hlm. 202. 3
B. Jenis – Jenis Murabahah
Jenis-jenis Murabahah
Dalam konsep di perbankan syariah maupun di Lembaga Keuangan Syariah (BMT), jual
beli murabahah dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Murabahah tanpa pesanan
Murabahah tanpa pesanan adalah jenis jual beli murabahah yang dilakukan dengan tidak
melihat adanya nasabah yang memesan (mengajukan pembiayaan) atau tidak, sehingga
penyediaan barang dilakukan oleh bank atau BMT sendiri dan dilakukan tidak terkait
dengan jual beli murabahah sendiri. Dengan kata lain, dalam murabahah tanpa pesanan,
bank syariah atau BMT menyediakan barang atau persediaan barang yang akan
diperjualbelikan dilakukan tanpa memperhatikan ada nasabah yang membeli atau
tidak.26sehingga proses pengadaan barang dilakukan sebelum transaksi / akad jual beli
murabahah dilakukan. Pengadaan barang yang dilakukan bank syariah atau BMT ini dapat
dilakukan dengan
Beberapa cara antara lain :
1 Membeli barang jadi kepada produsen (prinsip murabahah).
2. Memesan kepada pembuat barang / produsen dengan pembayaran
3. dilakukan secara keseluruhan setelah akad (Prinsip salam).
4. Memesan kepada pembuat barang / produsen dengan pembayaran yang
5. dilakukan di depan, selama dalam masa pembuatan, atau setelah
6. penyerahan barang (prinsip isthisna).
7. Merupakan barang-barang dari persediaan mudharabah atau
8. musyarakah.

2. Murabahah berdasarkan pesanan


Sedangkan yang dimaksud dengan murabahah berdasarkan pesanan adalah jual beli
murabahah yang dilakukan setelah ada pesanan dari pemesan atau nasabah yang
mengajukan pembiayaan murabahah. Jadi dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank
syariah atau BMT melakukan pengadaan barang dan melakukan transaksi jual beli setelah
ada nasabah yang memesan untuk dibelikan barang atau asset sesuai dengan apa yang
diinginkan.

4
C. Rukun Dan Ketentuan Murabahah

Sebagai bagian dari jual beli, maka pada dasarnya rukun dan syarat jual beli murabahah juga
sama dengan rukun dan syarat jual beli secara umum. Rukun jual beli menurut mazhab Hanafi
adalah ijab dan qabul yang menunjukkan adanya pertukaran atau kegiatan saling memberi yang 19
menempati kedudukan ijab dan qobul itu. Sedangkan menurut jumhur ulama ada 4 rukun dalam jual
beli itu, yaitu penjual, pembeli, sighat, serta barang atau sesuatu yang diakadkan.
untuk rukun jual beli murabahah itu sendiri antara lain:

A. Penjual (Bai)
Adalah pihak bank atau BMT yang membiayai pembelian barang yang diperlukan oleh nasaba
pemohon pembiayaan dengan sistem pembayaran yang ditangguhkan. Biasanya di dalam teknis
aplikasinya bank atau BMT membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank atau BMT itu
sendiri. Walaupun terkadang bank atau BMT menggunakan media akad wakalah dalam pembelian
barang, dimana si nasabah sendiri yang mebeli barang yang diinginkan atas nama bank.

B. Pembeli (Musytari)
Pembeli dalam pembiayaan murabahah adalah nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan
ke bank atau BMT.

C. Objek jual beli (Mabi')


yang sering dilakukan dalam permohonan pembiayaan murabahah oleh sebagian besar nasabah
adalah terhadap barang-barang yang bersifat konsumtif untuk pemenuhan kebutuhan produksi,
seperti rumah, tanah, mobil, motor dan sebagainya."

Walaupun demikian, ada rambu-rambu yang harus diperhatikan juga, bahwa benda atau barang
yang menjadi objek akad mempunyai syarat- syarat yang harus dipenuhi menurut hukum Islam,
antara lain:

1. Suci, maka tidak sah penjualan terhadap benda-benda najis seperti anjing, babi, dan sebagainya
yang termasuk dalam kategori najis.
5
2) Manfaat menurut syara', dari ketentuan ini, maka tidak boleh jual- beli yang tidak diambil
manfaatnya menurut syara'.
3) Jangan ditaklikan, dalam hal apabila dikaitkan atau digantungkan kepada hal-hal lain, seperti:
"Jika Bapakku pergi, Ku jual kendaraan ini kepadamu".
4) Tidak dibatasi waktu, dalam hal perkataan, "saya jual kendaraan ini kepada Tuan selama satu
tahun". Maka penjualan tersebut tidak sah, sebab jual beli adalah salah satu sebab pemilikan secara
penuh yang tidak dibatasi ketentuan syara'.
5) Dapat dipindahtangankan/diserahkan, karena memang dalam jual- beli, barang yang menjadi
obyek akad harus beralih kepemilikannya dari penjual ke pembeli. Cepat atau pun lambatnya
penyerahan, itu tergantung pada jarak atau tempat diserahkannya barang tersebut.
6) Milik sendiri, tidak dihalalkan menjual barang milik orang lain dengan tidak seizin dari pemilik
barang tersebut. Sama halnya juga terhadap barang-barang yang baru akan menjadi miliknya.
7) Diketahui (dilihat), barang yang menjadi obyek jual beli harus diketahui spesifikasinya seperti
banyaknya (kuantitas), ukurannya, modelnya, warnanya dan hal-hal lain yang terkait. Maka tidak
sah jual beli yang menimbulkan keraguan salah satu pihak.

D.Ijab qobul.
Dalam perbankan syariah ataupun Lembaga Keuangan Syariah (BMT), dimana segala
operasionalnya mengacu pada hukum Islam, maka akad yang dilakukannya juga memilki
konsekuensi duniawi dan ukhrawi. Dalam akad biasanya memuat tentang spesifikasi barang yang
diinginkan nasabah, kesediaan pihak bank syariah atau BMT dalam pengadaan barang, juga pihak
bank syariah atau BMT harus memberitahukan harga pokok pembelian dan jumlah keuntungan
yang ditawarkan kepada nasabah (terjadi penawaran), kemudian penentuan lama angsuran apabila
terdapat kesepakatan murabahah.

2
Al-maktabah Asy-syamilah V-II, Kutubul al-Mutun : Sunan Ibnu Majah, Bab as- Syirkah wa al-
Mudharabah, Juz VII, h. 68, Nomor hadis 2280.

6
Penerapan dan Skema Murabahah
Murabahah merupakan skim fiqh yang paling populer diterapkan dalam perbankan syariah.
Murabahah dalam perbankan syariah didefinisikan sebagai jasa pembiayaan dengan mengambil
bentuk transaski jual beli barang antara bank dengan nasabah dengan cara pembayaran angsuran.
Dalam perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian barang atau asset yang dibutuhkan oleh
nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok barang dan kemudian menjualnya
kepadanasabah tersebut dengan menambahkan suatu mark-up atau margin keuntungan.Murabahah

sebagaimana yang diterapkan dalam perbankan syariah, pada prinsipnya didasarkan pada 2 (dua)
elemen pokok, yaitu harga beli serta biaya yang terkait dan kesepakatan atas mark-up. Ciri dasar
kontrak
pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut :
a. Pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan harga
pokok barang dan batas mark-up harus ditetapkan dalam bentuk persentase dari total harga
plusbiaya-biayanya.
b. Apa yang dijual adalah barang atau komoditas dan dibayar dengan uang.
c. Apa yang diperjual-belikan harus ada dan dimiliki oleh penjual atau
wakilnya dan harus mampu menyerahkan barang itu kepada pembeli.

3
Al-maktabah Asy-syamilah V-II, Kutubul al-Mutun : Sunan Ibnu Majah, Bab as- Syirkah wa al-
Mudharabah, Juz VII, h. 68, Nomor hadis 2280.
19 Wiroso, Op.Cit, h. 16

7
D. Standar Akuntansi Murabahah ( PSAK 102)
Akuntansi Murabahah (PSAK 102)
Pengakuan dan Pengukuran Berikut akan diberikan contoh pengakuan dan pengukuran transaksi
murabahah bagi bank syariah sebagai Penjual. Pengakuan dan Pengukuran Aset Murabahah

1. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebesar biaya perolehan. Jurnal yang
harus dibuat oleh bank
murabahah setelah tanggal perolehan adalah sebagai berikut.

a) Pesanan Mengikat
Apabila murabahah pesanan mengikat, aset murabahah dinilai sebesar biaya perolehan. Jika terjadi
penurunan nilai aset karena usang, rusak,atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah, maka
penurunan nilai diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset.

b) Pesanan Tidak Mengikat


Apabila murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat. aset murabahah dinilai
berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, mana yang lebih rendah.
Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah daripada biaya perolehan, maka selisihnya
diakui sebagai kerugian
.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan
ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan
barang tersebut kepada pembeli (PSAK 102 paragraf 5).
Sebagai bagian dari jual beli, maka pada dasarnya rukun dan syarat jual beli murabahah
juga sama dengan rukun dan syarat jual beli secara umum. Rukun jual beli menurut
mazhab Hanafi adalah ijab dan qabul yang menunjukkan adanya pertukaran atau kegiatan
saling memberi yang 19 menempati kedudukan ijab dan qobul itu. Sedangkan menurut jumhur
ulama ada 4 rukun dalam jual beli itu, yaitu penjual, pembeli, sighat, serta barang atau sesuatu
yang diakadkan.
Dalam perbankan syariah ataupun Lembaga Keuangan Syariah (BMT), dimana segala
operasionalnya mengacu pada hukum Islam, maka akad yang dilakukannya juga memilki
konsekuensi duniawi dan ukhrawi. Dalam akad biasanya memuat tentang spesifikasi barang
yang diinginkan nasabah, kesediaan pihak bank syariah atau BMT dalam pengadaan barang,
juga pihak bank syariah atau BMT harus memberitahukan harga pokok pembelian dan
jumlah keuntungan yang ditawarkan kepada nasabah (terjadi penawaran), kemudian
penentuan lama angsuran apabila terdapat kesepakatan murabahah

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini bisa memberikan kemudahan dalam
mempelajari materi tentang akuntansi akad mudarabah.

9
DAFTAR PUSTAKA

DSAK IAI. 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 101 tentang Penyajian

Laporan Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan Penerbit Salemba.

Salman, Kautsar Riza. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah: Berbasis PSAK Syariah.

Penerbit Akademia. Padang.


Al-maktabah Asy-syamilah V-II, Kutubul al-Mutun : Sunan Ibnu Majah, Bab as- Syirkah wa al-
Mudharabah, Juz VII, h. 68, Nomor hadis 2280.

19 Wiroso, Op.Cit, h. 16

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan, Jakarta
: Pustaka Utama Grafiti, 1999, h. 64.

29 Abdullah saeed, Op Cit, h. 120.

30 Muhammad Syafi’i Antonio, Op cit, h. 103.

1
0

Anda mungkin juga menyukai