Anda di halaman 1dari 17

HADIST MURABAHAH DAN MUDHARABAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Hadist Ekonomi

Dosen Pengampu: Khoirul Amin

Disusun Oleh: Kelompok 10

SRI ANINGSIH NPM: 2251030116

ARIYAN TRI IFANDA NPM: 2251030157

MUHAMMAD AL BUKHORI NPM: 2251030241

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2023 M/ 1445 H


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah ini berjudul “Hadist Murabahah Dan Mudharabah”. Dalam makalah


ini, kami akan membahas tentang Hadist-hadist yang berkaitan dengan akad
transparasi dan harga beli antara penjual dan pembeli (murabahah) dan juga akad
kerja sama anatara pemilik modal dengan pelaku usaha yang memiliki kemmpuan
dalam mengelola bisnis secara produktif dan halal. Makalah ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara makhluk sosial.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam penulisan makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada teman-
teman yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam proses penyelesaian
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki keterbatasan dan masih banyak
ruang bagi penelitian lebih lanjut. Namun, kami berharap makalah ini dapat
memberikan kontribusi dalam pemahaman tentang hubungan antara struktur tanah
dan produktivitas pertanian serta mendorong penelitian dan praktik pertanian yang
berkelanjutan.

Bandar Lampung, 20 November 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
C. Tujuan Pembelajaran ................................................................................ 5
BAB II .................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
A. Murabahah ................................................................................................. 6
1. Pengertian murabahah .......................................................................... 6
2. Landasan Hukum Murabhah ................................................................ 7
3. Jenis-jenis Murabahah ........................................................................... 8
a) Murabahah Dengan Tunai ..................................................................... 9
b) Murabahah dengan cicilan (bitsaman ajil) .......................................... 9
4. Rukun dan Syarat Akad Murabahah ................................................... 9
5. Kelebihan Menggunakan Akad Murabahah ....................................... 9
B. Mudharobah ............................................................................................. 10
1. Pengerian Mudharobah ....................................................................... 10
2. Jenis-Jenis Akad Mudharabah .............................................................11
3. Tanggung Jawab dalam Akad Mudharabah...................................... 12
4. Hasil Investasi dalam Akad Mudharabah Musytarakah ................. 12
5. Manfaat Akad Mudharabah ................................................................ 13
6. Landasan Hukum Mudharabah ......................................................... 13
7. Rukun, Syarat dan Prinsip Mudharabah .......................................... 15
BAB III ................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................ 16
A. Kesimpulan ............................................................................................... 16
B. Saran.......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Murábahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba. 1
Murábahah menurut Nurhayati adalah transaksi penjualan barang dengan
menyatakan harga perolehan dengan tambahan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli. Antonio juga
menjelaskan bahwa murábahah atau yang biasa disebut bai’ al – murábahah adalah
transaksi jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati antara kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli. Akad ini
mengharuskan penjual untuk memberi tahu pembeli mengenai harga produk yang
ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannnya. Dari
uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa murábahah adalah transaksi jual beli
barang dimana penjual menyatakan harga perolehannya kepada pembeli dan
pembeli membayar kepada penjual harga perolehan tersebut ditambah keuntungan
(margin) yang telah disepakati.2

Mudharabah merupakan wahana utama bagi perbankan syari‟ah untuk


mobilisasi dana masyarakat yang terserak dalam jumlah besar dan untuk
menyediakan berbagai fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan bagi para
pengusaha. Mudharabah merupakan salah satu akad kerjasama kemitraan
berdasarkan prinsip bagi hasil dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua pihak,
dimana pihak pertama memiliki dan menyediakan modal (shahibul mal), sedangkan
pihak kedua memiliki keahlian (skill) dan bertanggungjawab atas pengelolaan dana
atau manajemen usaha halal tertentu disebut mudharib.3

1
Supriadi, Prinsip Hukum Pembiayaan Syariah Pada Lembaga Perbankan, Artikel Publikasi
Ilmiah, hlm. 5
2
Nurul Qomariyah dan Iwan Triwuyono, Penentuan Margin Akad Murábahah pada Bank Muamalat
Indonesia Cabang Malang, Skripsi, Malang, Universitas Brawijaya, hlm. 4
3
Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta: UII Press,
2002), 32.

4
Konsep ini terdapat unsur keadilan, dimana tidak ada suatu pihak yang
diuntungkan sementara pihak yang lain dirugikan antara pemilik dana dan
pengelola dana. Distribusi pembagian hasil usaha hanya didasarkan pada akad
mudharabah, dimana pembagian hasil usaha didasarkan pada nisbah yang telah
disepakati di awal akad. Apabila terjadi kerugian dan kerugian tersebut merupakan
konsekuensi bisnis (bukan penyelewengan atau keluar dari kesepakatan) maka
pihak penyedia dana akan menanggung kerugian manakala mudharib akan
menanggung kerugian managerial skill dan waktu serta nisbah keuntungan bagi
hasil yang akan diperolehnya. Pihak yang melakukan perhitungan distribusi hasil
usaha adalah “selalu mudharib”, karena salah satu aturan dalam prinsip mudharabah
mutlaqah pemilik dana memberi kuasa penuh kepada mudharib untuk mengelola
dana untuk mendapatkan hasil usaha.4

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan: Bagaimana penjelasan definisi, jenis, syarat dan rukun, manfaat,
landasan hukum, serta contoh hadist-hadist yang berkaitan tentang akad murabahah
dan juga mudharobah?

C. Tujuan Pembelajaran
Dari dumusan masalah yang telah ditarik, maka tujuan pembelajaran dari
makalah ini adalah untuk mengetahui beberapa hadist dan penjelasannya tentang
akad murabhah dan juga mudharobah.

4
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah, (Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, 200)5, 88-89

5
BAB II
PEMBAHASAN

Akad mudharabah dan murabahah seringkali dikatakan sama. Padahal keduanya


merupakan jenis akad yang berbeda. Perbedaan murabahah dan mudharabah
terletak pada konsep perjanjian dan penetapan laba. Sesuai pengertian murabahah
adalah akad transparansi keuntungan dan harga beli antara penjual dan pembeli.
Sementara akad mudharabah yakni akad kerja sama antara pemilik modal (shahibul
maal) dengan pelaku usaha (mudharib) yang memiliki kemampuan dalam
mengelola bisnis secara produktif dan halal. Sementara konsep penentuan laba pada
murabahah adalah ditetapkan di awal dengan kesepakatan. Sedangkan, imbal hasil
mudharabah dari usaha tersebut akan dibagi antara pemodal dan pelaku setelah
diketahui hasil usaha.5
A. Murabahah
1. Pengertian murabahah
Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. Praktik
transaksi yang memungkinkan bagi nasabah untuk menyelesaikan masalah
finansial ketika kesulitan membeli suatu barang. Murabahah adalah prinsip yang
diterapkan melalui mekanisme jual beli barang secara cicilan dengan
penambahan margin keuntungan bagi bank. Porsi pembiayaan dengan akad
Murabahah saat ini berkontribusi 60% dari total pembiayaan Perbankan Syariah
Indonesia. Nilai keuntungan yang didapat suatu bank bergantung pada margin
laba. Nah, pembiayaan akad murabahah adalah dijalankan dengan
basis ribhun (laba) melalui jual beli secara cicil maupun tunai.
Dalam praktiknya, murabahah adalah akad yang memberikan kemudahan
bagi perbankan syariah dalam proses perizinan dan pengawasan produk,
membantu memudahkan pelaksanaan dan pengembangan produk oleh pelaku
industri, serta memberikan kepastian hukum dan transparansi produk yang
mendukung terciptanya market conduct yang dapat mempengaruhi prinsip
perlindungan konsumen dalam layanan produk jasa perbankan syariah. Pada

5
Muchlis Yahya dan Edy Yusuf Agunggunato, Teori Bagi Hasil (Profit and Loss Sharing) dan
Perbankan Syari’ah dalam Ekonomi Syari’ah, Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan 1, no. 1
(2011): 67.6 Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik

6
dasarnya, murabahah adalah sebuah proses transaksi jual-beli barang ketika
harga asal dan keuntungan telah diketahui dan disepakati oleh kedua belah pihak
sebelumnya. Sementara dalam perbankan syariah, akad murabahah adalah jenis
kontrak yang dapat diartikan sering digunakan untuk pembelian produk oleh
bank sesuai permintaan nasabah dan kemudian dijual kepada nasabah tersebut
sebesar harga beli dan keuntungan yang telah disepakati.6
2. Landasan Hukum Murabhah
a) Al-Qur’an
ِّ ‫ َوأ َ َحل َللاه ا ْلبـ َ ْي َع َو َحر َم‬Artinya: “Dan allah
Al-qur’an surat al-baqarah ayat 275, ‫الربَا‬
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
Serta terdapat dalam surat an-Nisaa’ ayat 29
‫ع ْن تـ َ َراض م ْنكه ْم َوال تـ َ ْقتـهلهوا‬ َ ‫آم نهوا ال ت َأْكهلهوا أ َ ْم َوالَكه ْم بـَيـْنَكه ْم با ْلبَاطل إال أ َ ْن تَكهونَ ت َج‬
َ ‫ارة‬ َ َ‫يَا أَيـ ُّ َها الذين‬
‫سكه ْم إن َللاَ َكانَ بكه ْم َرح يما‬ َ ‫أَنـْفه‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.
b) Al-Hadist
Landasan hadist yang mendasari transaksi murabahah ini adalah hadist yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 2289.
‫ ا ْلبَ ْي هع الَى‬7 :‫ث فيهن ا لبَ َراكَة‬
َ ‫ ث َ َل‬: ‫سل َم قَا ل‬
َ ‫علَيْه َو‬
َ ‫صلى َللاه‬ ِّ ‫ع ْنهه ا ن النب‬
َ ‫ي‬ َ ‫ع ْن سه َهيْب َرض‬
َ ‫ي َللاه‬ َ
(‫ضةه َو َخ ْلطه ا ْلب ِّهر َبا لشَعير ل ْل َبيْت َال ل ْل َبيْع ) َر َواهه ا ْب هن َما َجه‬
َ ‫اجْل َوا ْل هم ْقر‬
Artinya: “Diriwayatkan dari shuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW pernah
bersabda: tiga hal yang mengandung berkah yaitu jual beli secara tidak tunai,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah tangga, bukan untuk
dijual.”
Hadist dia atas menjelaskan diperbolehkannya praktek jual beli yang dilakukan
secara tempo, begitu juga dengan pembiayaan murabahah yang dilakukan secara

6
CNBNIAGA, Murabahah adalah Akad yang Penting dalam Perbankan Syariah, diakses dari:
https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/murabahah-adalah-akad-yang-penting-
dalam-perbankan-syariah, pada 20 November 2023

7
tempo, dalam arti nasabah diberi tenggang waktu untuk melakukan pelunasan
atas harga komoditas sesuai kesepakatan.
َ ‫ َو‬8 ‫علَيْه‬
‫سل َم له ْند هخذي َما‬ َ ‫صلى هللااه‬ ُّ ‫عش ََر َويَأ ْ هخذه للنـفَقَة ربْحا َوقَا َل النب‬
َ ‫ي‬ َ ْ ‫ع ْن هم َحمد الَ بَأ‬
َ َ‫س ا ْلعَش ََرة ه بأ َ َحد‬ َ
(‫يَ ْكفيك َو َولَدَك با ْل َم ْع هروف )صحيح البخاري‬
Artinya: Dari Muhammad, tidak bahaya (menjual harga) sepuluh dengan
sebelas, dan dia mengambil untung sebagai nafkah. Dan bersabda Nabi saw
kepada Hindun: “Mengambillah engkau pada apa-apa yang mencukupi bagimu
dan anak mu dengan sesuatu yang baik.” 7
‫أفضل الكسب عمل الرجل بيده وكل بيع مبرور‬
"Kerja yang paling utama adalah usaha seseorang dengan tangannya sendiri
dan setiap jual-beli yang mabrur"
َ ‫ إنِّ َما ا ْلبَ ْي هع‬:‫سل َم قَا َل‬
‫ع ْن ت ََراض‬ َ ‫علَيْه َوآله َو‬ َ ‫ي رضي هللاا عنه أَن َرسه ْو َل هللاا‬
َ ‫صلى هللااه‬ ْ ‫سعيْد ا ْل هخدْر‬ ْ ‫ع ْن أَب‬
َ ‫ي‬ َ ،
(‫رواه البيهقي وابن ماجه وصححه ابن حبان‬
Dari Abu Sa'id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jual
beli itu harus dilakukan suka sama suka." (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan
dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
c) Ijma’
Mayoritas ulama membolehkan jual beli dengan cara murabahah, karena
manusia sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan
dan dimiliki orang lain. Imam syafi’I tanpa bermaksud untuk membela
pandanganya mengatakan jika seseorang ,menunjukkan komoditas kepada
seseorang dan mgatakan, “kamu bali untukku, aku akan barikan keuntungan
bagini, bagini’, kemudian orang itu membelinya, maka transaksi itu sah.8
3. Jenis-jenis Murabahah
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), murabahah adalah akad yang di
dalamnya terbagi ke dalam dua jenis mekanisme, di antaranya:

7
Abu abdillah Muhammad Bin Yazid Bin Majah Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, ( Beirut: dar el-
marefah, 2005), h. 79-80.
8
Agus Hidayatulloh, al-Qur’an Transliterasi Per Kata dan Terjemahan Perkata, (Bekasi: Cipta
Bagus Segara, 2012), h. 47

8
a) Murabahah Dengan Tunai
Murabahah adalah akad yang bisa dilakukan dengan tunai. Artinya, ada jual
beli barang di mana bank bertindak sebagai penjual, sedangkan nasabah
sebagai pembeli.
b) Murabahah dengan cicilan (bitsaman ajil)
Murabahah adalah akad yang bisa dilakukan dengan cicilan. Artinya, jual beli
barang di mana harga jual dicantumkan dalam akad jual beli.
4. Rukun dan Syarat Akad Murabahah
Dalam praktik ekonomi Islam, beberapa rukun dan syarat murabahah adalah:
a) Pihak yang berakad (Al-’aqidain)
1) Penjual (bank)
2) Pembeli (nasabah)
3) Pemasok (supplier)
b) Obyek yang diakadkan (Mahallul ‘Aqad)
1) Adanya wujud barang yang diperjualbelikan
2) Harga barang
c) Tujuan akad (Maudhu’ul Aqad)
d) Akad (Sighat al-’Aqad)
1) Serah (ijab)
2) Terima (qabul)
Setelah rukun murabahah terpenuhi, selanjutnya Anda harus memperhatikan
syarat murabahah agar akad ini berjalan secara sah sesuai hukum syariah, yaitu:
1) Penjual jujur menginformasikan harga pokok suatu produk kepada pembeli.
2) Kesepakatan harus saha sesuai rukun dan prinsip Islam.
3) Terbebas dari unsur riba.
4) Adanya transparansi penjual kepada pembeli bila suatu produk memiliki
kecacatan.
5) Penjual harus terus terang terkait proses perolehan dan segala urusan
mengenai produk, misalnya dibeli secara hutang.
5. Kelebihan Menggunakan Akad Murabahah
Transaksi murabahah memiliki berbagai keunggulan. Adapun keunggulan
murabahah adalah di bawah ini.

9
a) Transaksi Murabahah Lebih Transparan, Karena skema akad
murabahah yakni penjual wajib memberitahu pembeli terkait harga produksi
atau beli suatu produk dan menyepakati keuntungan yang diterima penjual.
Sehingga transaksi harus dilakukan secara amanah dan jujur.
b) Mengutamakan Kepentingan 2 Pihak, Karena penetapan laba penjual
disepakati antara penjual dan pembeli. Sehingga kedua belah pihak bisa
mengukur keuntungan pantas diperoleh penjual & harga yg tepat bagi pembeli.
c) Menggunakan Sistem Balas Jasa, Bukan Bunga, Pembiayaan
murabahah sering kali digunakan dalam kredit syariah dimana bank membeli
barang keinginan pembeli, kemudian dijual dengan harga lebih tinggi sebagai
laba sesuai kesepakatan dengan pembeli.
d) Keuntungan Bisa Dinegosiasikan, Apabila pembeli merasa keberatan
dengan harga jual suatu produk, maka hal ini dapat dinegosiasikan dengan
penjual. Begitu pula sebaliknya, saat penjual tidak puas dengan besaran laba
yang diusulkan pembeli, maka keduanya bisa berdiskusi untuk mencapai
kesepakatan harga.
e) Angsuran Dibayar Sesuai Kesepakata, pembayaran cicilan juga dibahas
sesuai kesepakatan. Pembeli dapat melakukan negosiasi besaran nominal dan
jangka waktu mengangsur bersama penjual.
f) Bisa Digunakan untuk Kegiatan Konsumtif dan Produkti, Pembiayaan
murabahah banyak dilakukan pada lembaga keuangan syariah untuk
membantu nasabah dalam membiayai kegiatan konsumtif seperti pembelian
rumah dan aktivitas produktif seperti pengembangan usaha.
B. Mudharobah
1. Pengerian Mudharobah
Mudharabah merupakan wahana utama bagi perbankan syari’ah untuk
mobilisasi dana masyarakat yang terserak dalam jumlah besar dan untuk
menyediakan berbagai fasilitas, antara lain fasilitas pembiayaan bagi para
pengusaha. Mudharabah merupakan salah satu akad kerjasama kemitraan
berdasarkan prinsip bagi hasil dilakukan sekurang-kurangnya oleh dua pihak,
dimana pihak pertama memiliki dan menyediakan modal (shahibul mal),

10
sedangkan pihak kedua memiliki keahlian (skill) dan bertanggungjawab atas
pengelolaan dana atau manajemen usaha halal tertentu disebut mudharib.9
Akad mudharabah dilakukan antara dua pihak shahibul mal (pihak yang
memiliki modal) dan mudharib (pihak yang mengelola modal). Dalam akad
ini, shahibul mal menyerahkan sejumlah modal kepada mudharib, yang
kemudian akan mengelola modal tersebut dan menghasilkan manfaat. Manfaat
yang dihasilkan kemudian akan dibagi secara proporsional antara shahibul
mal dan mudharib.10
2. Jenis-Jenis Akad Mudharabah
a) Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah mutlaqah adalah jenis akad mudharabah yang memberikan
kebebasan penuh kepada mudharib dalam mengelola modal yang diberikan
oleh shahibul mal. Mudharib dapat menggunakan modal tersebut untuk
investasi atau bisnis.
b) Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adalah jenis akad mudharabah yang memberikan
syarat tertentu pada pengelolaan modal yang dilakukan oleh mudharib. Syarat
ini biasanya berupa jenis usaha atau investasi yang harus dilakukan
oleh mudharib.
c) Mudharabah Musytarakah
Mudharabah musytarakah adalah jenis akad mudharabah yang digunakan
dalam asuransi syariah. Dalam akad ini, peserta (shahibul mal) dan perusahaan
asuransi syariah (mudharib) bekerja sama untuk mengelola dana kontribusi yang
telah dibayarkan oleh peserta. Manfaat yang dihasilkan akan dibagi
antara shahibul mal dan mudharib.
Dalam akad mudharabah musytarakah, harus disebutkan sekurang-kurangnya:
1. Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan asuransi.
2. Besaran nisbah, cara, dan waktu pembagian hasil investasi.

9
Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta: UII Press,
2002),
10
Sri Nurhayati Wasilah, Akuntansi Syari’ah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), 128.

11
3. Syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan produk asuransi yang
diakadkan.
3. Tanggung Jawab dalam Akad Mudharabah
Dalam akad mudharabah, kedua belah pihak memiliki tanggung jawabnya
masing-masing. Shahibul mal sebagai pihak yang memiliki modal bertanggung
jawab atas risiko yang akan terjadi, sedangkan mudharib sebagai pihak yang
mengelola modal bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan modal
tersebut. Namun, mudharib tidak akan bertanggung jawab atas risiko yang
terjadi akibat keadaan force majeure atau bencana alam. Untuk
akad mudharabah musytarakah dalam asuransi syariah, mudharib wajib
melakukan investasi yang sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, dalam akad
ini, perusahaan asuransi bertindak sebagai mudharib (pengelola modal) dan
sebagai musytarik (investor). Sementara itu, peserta asuransi dalam
produk saving dan para peserta asuransi secara kolektif dalam produk non-
saving, bertindak sebagai shahibul mal (investor).
4. Hasil Investasi dalam Akad Mudharabah Musytarakah
Pembagian hasil investasi dalam akad mudharabah musytarakah dapat
dilakukan dengan dua alternatif yang berbeda, antara lain:
Alternatif 1: Hasil investasi dibagi antara perusahaan asuransi syariah
(sebagai mudharib) dengan peserta asuransi (sebagai shahibul mal) sesuai
dengan nisbah yang telah disepakati. Bagian hasil investasi sesudah disisihkan
untuk perusahaan asuransi syariah (sebagai mudharib) dibagi antara perusahaan
asuransi (sebagai musytarik) dengan para peserta sesuai dengan porsi modal atau
dana masing-masing.
Alternatif 2: Hasil investasi dibagi secara proporsional antara perusahaan
asuransi syariah (sebagai musytarik) dengan peserta asuransi berdasarkan porsi
modal atau dana masing-masing. Bagian hasil investasi sesudah disisihkan untuk
perusahaan asuransi syairah (sebagai musytarik) dibagi antara perusahaan
asuransi syariah sebagai mudharib dengan peserta asuransi sesuai dengan nisbah
yang disepakati.

12
5. Manfaat Akad Mudharabah
1) Bagi peserta sebagai shahibul mal, akad mudharabah dapat memberikan
peluang untuk mendapatkan manfaat dari investasi yang dilakukan oleh
pengelola modal atau mudharib. Peserta juga tidak perlu mengeluarkan biaya
tambahan untuk pengelolaan dana yang dilakukan oleh mudharib.
2) Bagi pengelola dana atau mudharib, akad mudharabah dapat memberikan
kesempatan untuk mengembangkan bisnis atau investasi dengan
menggunakan modal yang tidak dimilikinya. Selain itu, mudharib juga dapat
memperoleh manfaat dari hasil usaha.
3) Manfaat bagi Perekonomian, Dengan adanya akad mudharabah, masyarakat
dapat memperoleh akses dalam mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk
mengembangkan bisnis atau usaha. Hal ini akan memicu pertumbuhan
ekonomi yang lebih baik.
6. Landasan Hukum Mudharabah
Landasan hukum syariah yang membahas mengenai mudharabah lebih
merujuk kepada anjuran untuk melakukan kegiatan usaha. Landasan hukum
mudharabah terdapat dalam Al-Quran, Al-Hadist maupun Ijma Ulama, yaitu
sebagai berikut:
a) Al-Quran
Surat Al-Muzzammil ayat 20, yaitu:

Artinya: "Dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian
karunia Allah SWT".(Q.S Al-Muzzammil : 20)
Surat Al-Jumu'ah ayat 10, yaitu:

Artinya: "Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka


bumi dan carilah karunia Allah SWT". (Q.S Al-Jumu'ah : 10)
b) Al-Hadits
HR Ibnu Majah No.2280 dalam kitab At-Tijarah, yaitu:

13
Artinya: Dari Shalih bin Shuhaib R.A. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tiga
hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual".
Hadis Riwayat Tabrani “Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta
sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak
mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan
ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung
resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah,
beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).
Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib “Nabi bersabda, ‘Ada tiga hal
yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan
rumah tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
Hadis Nabi riwayat Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf “Perdamaian dapat
dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan
yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan
syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram” (HR. Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf)
c) Ijma
Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus
terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Qiyas
merupakan dalil lain yang membolehkan mudharabah dengan mengqiyaskannya
(analogi) kepada transaksi musaqat, yaitu bagi hasil yang umum dilakukan
dalam bidang perkebunan. Dalam hal ini, pemilik kebun bekerja sama dengan
orang lain dengan pekerjaan menyiram, memelihara dan merawat isi
perkebunan. Dalam perjanjian ini, sang perawat (penyiram) mendapatkan bagi
hasil tertentu sesuai dengan kesepakatan di depan dari output perkebunan
(pertanian). Dalam mudharabah, pemilik dana (shahibul maal) dianalogikan
dengan pemilik kebun, sedangkan pemeliharaan kebun dianalogikan dengan
pengusaha (entrepreneur).

14
7. Rukun, Syarat dan Prinsip Mudharabah
Menurut Suhendi (2002), rukun dalam mudharabah berdasarkan Jumhur
Ulama ada tiga, yaitu: dua orang yang melakukan akad (al-aqidani), modal
(ma'qud alaih), dan shighat (ijab dan qabul). Sedangkan menurut ulama
Syafi'iyah lebih memerinci lagi menjadi enam rukun, yaitu:
1. Pemilik modal (shohibul maal).
2. Pelaksanaan usaha (mudharib atau pengusaha).
3. Akad dari kedua belah pihak (ijab dan kabul).
4. Objek mudharabah (pokok atau modal).
5. Usaha (pekerjaan pengelola modal).
6. Nisbah keuntungan.
Menurut Afandi (2009), syarat-syarat mudharabah adalah sebagai berikut:
a) Akad
Syarat yang terkait dengan orang yang melakukan akad (Aqidain), yaitu:
1. Cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai orang yang berakad (aqid).
2. Pemilik dana tidak boleh mengikat dan melakukan intervensi kepada pengelola
dana.
b) Modal
Syarat terkait dengan modal, antara lain yaitu:
1. Modal harus diketahui secara pasti termasuk jenis mata uangnya.
2. Modal harus dalam bentuk tunai, seandainya berbentuk aset diperbolehkan
asalkan berbentuk barang niaga dan memiliki nilai atau historinya pada saat
mengadakan kontrak.
3. Besarnya ditentukan secara jelas di awal akad.
4. Modal bukan merupakan pinjaman (hutang).
5. Modal diserahkan langsung kepada pengelola dana dan secara tunai.
6. Modal digunakan sesuai dengan syarat-syarat akad yang disepakati.
7. Pengembalian modal dapat dilakukan bersamaan dengan waktu penyerahan
bagi hasil atau pada saat berakhirnya masa akad mudharabah.11

11
Muhammad haris, Ayat dan Hadist Mudharabah, Musyarakah, Muzaraah, Musaqah (Telaah
Filosofis, Sosiologis, Yuridis Perspektif Hukum di Indonesia), Jurnal Syariah & Hukum Bisnis
Volume 1, Nomor 2, Desember 2022, 113 - 131

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Murabahah merupakan suatu transaksi jual beli dalam sistem keuangan syariah.
Dalam murabahah, pihak penjual memberitahu pembeli harga beli barang dan
menambahkan keuntungan yang disepakati sebelumnya. Harga total, termasuk
keuntungan, diberitahukan kepada pembeli dan pembayaran bisa dilakukan
secara tunai atau dengan pembayaran bertahap.
b. Mudharabah adalah bentuk kemitraan antara dua pihak di mana satu pihak
menyediakan modal (shahibul mal) dan pihak lainnya menyediakan tenaga kerja
atau keterampilan manajerial (mudharib). Keuntungan dari usaha tersebut dibagi
berdasarkan kesepakatan sebelumnya, sementara kerugian ditanggung oleh
pihak yang menyediakan modal, kecuali jika kerugian disebabkan oleh kelalaian
atau pelanggaran kontrak oleh pihak yang mengelola.
Kedua konsep ini digunakan dalam sistem keuangan syariah untuk memastikan
kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Islam, yang melarang riba (bunga) dan
mengharuskan adanya keadilan dalam transaksi keuangan Saran:
B. Saran
Dalam menyusun makalah mengenai Murabahah dan Mudharabah, penting
untuk mendalaminya dari perspektif konsep, implementasi, serta dampaknya dalam
sistem keuangan syariah. Saran untuk pengembangan makalah melibatkan
penyelidikan mendalam terkait aspek hukum, ekonomi, dan sosial dari kedua
prinsip keuangan Islam ini. Disarankan juga untuk membandingkan kelebihan dan
kekurangan keduanya, serta mengeksplorasi inovasi terkini dalam penerapan
Murabahah dan Mudharabah. Pemahaman mendalam terhadap prinsip-prinsip ini
dan dampaknya pada perekonomian dapat memberikan kontribusi yang signifikan
dalam merancang strategi kebijakan keuangan syariah yang lebih efektif dan
inklusif.

16
DAFTAR PUSTAKA

Supriadi, Prinsip Hukum Pembiayaan Syariah Pada Lembaga Perbankan, Artikel


Publikasi Ilmiah
Nurul Qomariyah dan Iwan Triwuyono, Penentuan Margin Akad Murábahah pada
Bank Muamalat Indonesia Cabang Malang, Skripsi, Malang, Universitas
Brawijaya
Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syari’ah,
(Yogyakarta: UII Press, 2002)
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syari’ah, (Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005)
Muchlis Yahya dan Edy Yusuf Agunggunato, Teori Bagi Hasil (Profit and Loss
Sharing) dan Perbankan Syari’ah dalam Ekonomi Syari’ah, Jurnal Dinamika
Ekonomi Pembangunan 1, no. 1 (2011): 67.6 Antonio, Bank Syariah dari
Teori ke Praktik
CNBNIAGA, Murabahah adalah Akad yang Penting dalam Perbankan Syariah,
diakses dari: https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/
murabahah-adalah-akad-yang-penting-dalam-perbankan-syariah,
Abu abdillah Muhammad Bin Yazid Bin Majah Al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, (
Beirut: dar el-marefah, 2005)
Agus Hidayatulloh, al-Qur’an Transliterasi Per Kata dan Terjemahan Perkata,
(Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2012)
Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syari’ah,
(Yogyakarta: UII Press, 2002),
Sri Nurhayati Wasilah, Akuntansi Syari’ah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat,
2014), 128.
Muhammad haris, Ayat dan Hadist Mudharabah, Musyarakah, Muzaraah,
Musaqah (Telaah Filosofis, Sosiologis, Yuridis Perspektif Hukum di
Indonesia), Jurnal Syariah & Hukum Bisnis Volume 1, Nomor 2, Desember
2022, 113 - 131

17

Anda mungkin juga menyukai