Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AKAD IJARAH, IJARAH MULTIJASA &


IJARAH MUNTAHIYAH BIT TAMLIK

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah: Muamalah Kontemporer
Dosen Pengampu: Desi Amalia, MA.Hk

Oleh :
Lu’luatul Hasanah
(2022506501003P)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARI'AH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
(UMPRI)
LAMPUNG
2023M/1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah tentang
"AKAD IJARAH, IJARAH MULTIJASA & IJARAH MUNTAHIYAH BIT
TAMLIK ".
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
dengan rendah hati penulis menerima saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah yang penulis susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Pringsewu, 20 Oktober 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2

A. Pengertian Akad Ijarah, Ijarah Multijasa & Ijarah Muntahiyah bit Tamlik ................. 2

B. Dasar Hukum Ijarah .................................................................................................. 4

C. Rukun & Syarat Ijarah ............................................................................................... 5

D. Aplikasi Akad Ijarah dalam Lembaga Keuangan Syariah .......................................... 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 9

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 9

B. Saran ......................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang tak dapat hidup tanpa bantuan orang
lain. Dalam hidupnya, manusia bersosialisi dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, yang termasuk di dalamnya merupakan kegiatan ekonomi. Segala bentuk
interaksi sosial guna memenuhi kebutuhan hidup manusia memerlukan ketentuan-
ketentuan yang membatasi dan mengatur kegiatan tersebut. Islampun mengatur
hubungan interaksi sosial ini yang disebut muamalah. Contoh hukum islam yang
termasuk muamalah satunya adalah ijarah (sewa - menyewa). Dalam bahasa Arab
kata ijarah berarti sewa menyewa. Sewa biasanya digunakan untuk benda, dan
upah untuk tenaga. Ijarah merupakan menjual manfaat yang dilakukan seseorang
dengan orang lain dengan menggunakan ketentuan syariat islam. Kegiatan ijarah ini
tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari baik di lingkungan keluarga
maupun masyarakat sekitar kita. Oleh sebab itu, penting untuk kita mengetahui
apa pengertian dari ijarah sebenarnya, rukun dan syaratnya serta bagaimana dalil
yang mengatur ijarah dalam islam. Yang mana hal-hal ini akan dijelaskan
dalam pembahasan makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari ijarah ?
2. Bagaimana dasar hukum yang mengatur transaksi ijarah?
3. Apa sajakah rukun dan syarat ijarah ?
4. Bagaimana aplikasi akad ijarah yang ada dalam Lembaga Keuangan Syariah?

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Definisi ijarah
2. Dasar hukum yang mengatur ijarah
3. Rukun dan syarat ijarah
4. Aplikasi akad ijarah yang ada dalam Lembaga Keuangan Syariah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Ijarah, Ijarah Multijasa & Ijarah Muntahiyah bit Tamlik
Secara bahasa, al-ijarah berasal dari kata al-ajru (upah) yang berarti al-
iwadh (ganti/kompensasi). Menurut pengertian syara’ ijarah berarti akad pemindahan
hak guna dari barang atau jasa yang diikuti dengan pembayaran upah atau biaya sewa
tanpa disertai dengan perpindahan hak milik. Sedangkan menurut beberapa ulama,
ijarah adalah:
 Ulama hanafiyah berpendapat ijarah adalah akad atau suatu kemanfaatan dengan
pengganti.
 Ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan
yang mengandung maksud tertentu dan mubah, serta menerima pengganti atau
kebolehan dengan pengganti tertentu.
 Ulama Malikiyyah dan Hanabilah menyatakan bahwa ijarah adalah menjadikan
milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu dengan pengganti.1

Menurut fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang


pembiayaan Ijarah, Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Dengan demikian akad ijarah
tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang
menyewakan pada penyewa.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik pengertian bahwa akad
Ijarah adalah suatu jenis perikatan atau perjanjian yang bertujuan mengambil
manfaat suatu benda yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar upah
sesuai dengan perjanjian dan kerelaan kedua belah pihak dengan rukun dan syarat
yang telah ditentukan.

Ijarah multijasa adalah akad pembiayaan dimana bank memberikan


pembiayaan kepada nasabah dalam rangka memperoleh manfaat atas suatu jasa.
Dalam pembiayaan Ijarah multijasa tersebut bank dapat memperoleh imbalan

1
Prof. DR.H. Rachmat Syafei,MA. FIQIH Muamalah. hlm.122.

2
jasa/ujrah atau fee. Pembiayaan ijarah multijasa diperuntukan untuk biaya pendidikan
dan kesehatan. Ijarah multijasa pada prinsipnya sama dengan ijarah, hanya saja
dalam ijarah multijasa menyewakan jasa yang bersifat konsumsi seperti keperluan
biaya pendidikan, biaya kesehatan dan lainnya. 2 Fatwa tentang pembiayaan multijasa
terdapat pada fatwa DSN- MUI No: 44/DSNMUI/VII/2004.3

Ijarah Muntahiyah bit Tamlik adalah akad sewa menyewa antara pemilik
objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang
disewakannya dengan adanya opsi perpindahan hak milik objek sewa pada saat
tertentu sesuai dengan akad sewa. 4 Ijarah Muntahiya Bittamlik (financial leasing with
purchase option) atau Akad sewa menyewa yang berakhir dengan kepemilikan adalah
sebuah istilah modern yang tidak terdapat dikalangan fuqaha terdahulu.
Akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik merupakan transaksi sewa dengan
perjanjian untuk menjual atau menghibahkan obyek sewa di akhir periode sehingga
transaksi ini diakhiri dengan kepemilikan obyek sewa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan Ijarah
Muntahiyah Bittamlik adalah suatu kesepakatan dalam hal kerjasama, dimana BMT
(shahibul maal) menyediakan barang yang kemudian diserahkan kepada anggota
(mustajir) serta terdapat pula perjanjian dimana dalam perjanjian itu terdapat hak dan
kewajiban bagi masing-masing pihak yang salah satu poinnya adalah menyerahkan
kepemilikan barang sewa (majur) kepada anggota (mustajir).
Perbedaan antara jenis akad ijarah dengan ijarah muntahiyah bit tamlik adalah
terdapat perpindahan kepemilikan aset yang disewa diakhir masa sewa pada akad
IMBT, sedangkan untuk akad ijarah tidak ada perpindahan status kepemilikan aset
ijarah.

2
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah..., h. 87.

3
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah..., h. 88-89.

4
Hasbi Ramli, Toeri Dasar Akutansi Syariah, Renaisan, ( Jakarta: Putra Kencana, 2005),
hlm. 63

3
B. Dasar Hukum Ijarah
a) Al-Qur’an
Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-Qashash: 26 yang artinya:
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Wahai bapakku, ambillah
ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat
serta dapat dipercaya.” [Al-Qashash: 26].
Ayat ini berkisah tentang perjalanan Nabi Musa As bertemu dengan putri
Nabi Ishaq, salah seorang putrinya meminta Nabi Musa As untuk di sewa
tenaganya guna mengembala domba. Kemudian Nabi Ishaq mengatakan bahwa
Nabi Musa As mampu mengangkat batu yang hanya bisa diangkat oleh sepuluh
orang, dan mengatakan “karna sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat di percaya. Cara dari
hikayah ini menggambarkan proses penyewaan jasa sesorang dan bagaimana
pembiayaan upah itu dilakukan. 5

b) Hadist
Hadist Rasulullah Saw yang membahas tentang ijarah atau upah
mengupah di antaranya diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ibnu Umar, bahwa
Nabi bersabda yang artinya:
“berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”. (HR. Ibnu Majah).6

c) Ijma’
Para ulama sepakat bahwa ijarah itu dibolehkan dan tidak ada seorang
ulama pun yang membantah kesepakatan (ijma’) ini. 7 Jelaslah bahwa Allah SWT
telah mensyariatkan ijarah ini yang tujuannya untuk kemaslahatan umat, dan
tidak ada larangan untuk melakukan kegiatan ijarah.

5
Diyamuddin Djuwaini, Op.cit.,h. 15

6
Muhammad bin Yazid Abu „Abdullah al-Qazwiniy, Sunan Ibnu Majah Jilid II, Dar al- Fikr, Beirut,
2004, h. 2

7
Hendi Suhendi, Op.cit.,h.117

4
Jadi, berdasarkan nash al-Qur’an, Sunnah (hadis) dan ijma’ tersebut di atas
dapat ditegaskan bahwa hukum ijarah atau upah mengupah boleh dilakukan
dalam islam asalkan kegiatan tersebut sesuai dengan syara’.
Yang boleh disewakan yaitu segala sesuatu yang memungkinkan untuk
diambil manfaatnya, maka sah untuk disewakan selama tidak ada larangan syar’i
yang menghalanginya. Dan disyaratkan hendaklah barang yang disewakan jelas
dan upahnya jelas, demikian pula lama (waktu) penyewaan dan jenis
pekerjaannya.

C. Rukun & Syarat Ijarah


Menurut jumhur ulama, rukun ijarah ada empat yaitu:
1. Dua orang yang berakad
2. Sighat (ijab dan qabul)
3. Sewa atau imbalan (upah)
4. Manfaat (Manfaat dari suatu barang/jasa).

Adapun syarat-syarat ijarah sebagaimana yang ditulis Nasrun Haroen


sebagai berikut:
1. Yang terkait dengan dua orang yang berakad. Menurut ulama Syafi’iyah dan
Hanabilah disyaratkan telah balig dan berakal.
2. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya melakukan
akad ijarah.
3. Manfaat yang menjadi objek ijarah harus dikatahui, sehingga tidak
muncul perselisihan dikemudian hari.
4. Objek ijarah tidak ada cacatnya.
5. Objek ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’.
6. Objek ijarah itu merupakan sesuatu yang biasa disewakan.
7. Upah atau sewa dalam ijarah harus jelas.

D. Aplikasi Akad Ijarah dalam Lembaga Keuangan Syariah


Ijarah sebagai produk pembiayaan syariah termuat dalam UU No. 21 Tahun
2008 dan peraturan lainnya. Makna Ijarah dalam peraturan perbankan syariah
mengacu dan bersumber kepada fatwa DSN MUI dan hukum islam. Maka dalam
konteks perbankan syariah, ijarah adalah suatu leasecontract dimana bank atau

5
lembaga keuangan menyewakan peralatan seperti gudang atau alat transportasi
kepada nasabah berdasarkan pembebanan biaya yang telah ditentukan secara pasti
sebelumnya.
Fatwa DSN MUI No: 09/DSN-MUI/IV/2000 menetapkan mengenai
ketentuan ijarah dalam Lembaga Keuangan Syariah sebagai berikut:
a. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:
1) Menyediakan barang atau jasa yang disewakan
2) Menanggung biaya pemeliharaan barang
3) Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan
b. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:
1) Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga
keutuhan barang serta menggunakannya sesuai akad (kontrak)
2) Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak
materil).
3) Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari
penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak
penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan
tersebut.

Dalam istilah perbankan syariah, ijarah dapat diartikan sebagai leasecontract


dan juga hirecontract. leasecontract adalah suatu lembaga keuangan penyewaan
peralatan baik dalam sebuah bangunan maupun barang-barang, seperti mesin,
pesawat terbang dan lain-lain. Sedangkan hirecontract adalah akad sewa
sebagaimana dalam kajian sewa menyewa dalam hukum perdata. Pada umumnya
dalam praktik perbankan, akad ijarah diartikan sebagi akad yang memberikan
kesempatan kepada penyewa untuk mengambil manfaat dari barang sewaaan,
dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan yang besarnya telah disepakati.

Ijarah dalam teknis perbankan dapat dijelaskan sebagai berikut:


a) Transaksi Ijarah ditandai dengan adanya pemindahan manfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan jual beli. Namun perbedaan
terletak pada objek transaksinya. Bila jual beli objek transaksinya adalah
barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa/manfaat.

6
b) Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan
kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal Al-Ijarah
Muntahiyah bit Tamlik (sewa yang diakhiri dengan perpindahan
kepemilikan).
c) Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank
dan nasabah.8

Jenis barang atau jasa yang dapat disewakan adalah sebagai berikut:
a) Barang modal; aset tetap, seperti bangunan, gedung, kantor, dan ruko.
b) Barang produksi; mesin, alat-alat berat, dan lain-lain
c) Barang kendaraan transportasi; darat, laut, dan udara
d) Jasa untuk membayar ongkos; uang sekolah/kuliah, tenga kerja,
hote, angkutan/transportasi, dan sebagainya.

8
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontenporer, (Depok:Rajawali Pres, 2016), h. 120.

7
Keterangan sekema:
1. Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah.
2. Bank kemudian memberi/menyewakan barang yang diinginkan oleh nasabah,
sebagai objek ijarah, tarif ijarah, dari suplayer/penjual/pemilik.
3. Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai barang objek
ijarah, tarif ijarah, periode ijarah, dan biaya pemelihaannya, maka akad ijarah
ditandatangani. Nasabah diwajibkan menyerahkan jaminan yang dimiliki.
4. Bank menyediakan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang disepakati.
Setelah periode ijarah berakhir, nasabah mengembalikan objek ijarah tersebut
kepada bank.
5. Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai’u wal ijarah) setelah periode
ijarah berakhir, objek ijarah tersebut disimpan oleh bank sebagai aset yang dapat
disewakan kembali.
6. Bila bank menyewa objek ijarah tersebut (al-ijarah wal ijarah, atau ijarah paralel)
setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut dikembalikan bank kepada
suplayer/penjual/pemilik. 9

9
Imam Mustofa, op.cit.,h. 121-122

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. dalam bahasa Arab, ijarah adalah menjual manfaat. Al-Ijarah berasal dari
kata Al-Ajru yang arti menurut bahasanya ialah Al-Iwadh yang artinya
upah/gaji. Sedangkan menurut istilah, ijarah adalah pemindahan suatu akad
hak guna (manfaat) atas suatu benda atau barang tertentu, dengan
pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan benda atau
barang yang disewakan serta atas manfaat dengan imbalan yang disepakati
antara kedua belah pihak.
2. Ijarah Multijasa adalah akad pembiayaan dimana bank memberikan
pembiayaan kepada nasabah dalam rangka memperoleh manfaat atas suatu
jasa.
3. Ijarah Mumtahiyah bit Tamlik adalah akad sewa menyewa antara pemilik
objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang
disewakannya dengan adanya opsi perpindahan hak milik objek sewa pada
saat tertentu sesuai dengan akad sewa.
4. Rukun ijarah ada 4 yaitu: Aqidain (2 orang yang berakad), Sighat akad (ijab
& kabul), Ujrah (upah) dan manfaat.
5. Syarat ijarah antara lain: Baligh & berakal, Unsur kerelaaan, Manfaat objek
diketahui secara jelas, objek harus sesuatu yang dihalalkan oleh syara’.

B. Saran

Dalam tujuan sebuah lembaga keuangan untuk mencapai peningkatan jumlah


nasabah dalam pembiayaan ijarah multijasa & ijarah muntahiyah bit tamlik perlu
dilakukan hal-hal berikut yaitu tetap mempertahankan praktek syariah yang telah
dijalankan dengan mengacu pada fatwa-fatwa yang telah ditetapkan oleh MUI
dan landasan syariah yang sudah ada.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://baihaqi-annizar.blogspot.com/2017/08/makalah-fikih-muamalah-tentang-al-
ijarah.html (diakses pada 20 Oktober 2023)
https://baitulmaqdis.com/belajar-islam/muamalah/sewa-menyewa-dalam- islam/
(diakses pada 20 Oktober 2023)
https://islam.nu.or.id/post/read/84810/definisi-dan-rukun-ijarah-sewa-menyewa-
dalam-islam (diakses pada 20 Oktober 2023)
https://almanhaj.or.id/1640-ijarah-sewa-menyewa.html (diakses pada 20 Oktober
2023)

Mustofa, Imam. 2014. Fiqih Mu’amalah Kontemporer. Metro: STAIN Jurai Siwo
Metro Lampung.

Mustofa, Imam. 2016, Fiqih Mu’amalah Kontenporer, Depok: Rajawali Pres.

Ramli, Hasbi. Toeri Dasar Akutansi Syariah, Renaisan, Jakarta: Putra Kencana.

10

Anda mungkin juga menyukai