Anda di halaman 1dari 18

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

Audit & Pengawasan Syariah Yulida Mardini, S H. I, M. H

“AUDIT DAN PENGAWASAN SYARIAH PADA PRODUK IJARAH DAN


IMBT”

Oleh Kelompok 8:

Ismael Marzuki 21.15.0178

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PRODI EKONOMI SYARIAH

MARTAPURA

2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “AUDIT DAN
PENGAWASAN SYARIAH PADA PRODUK IJARAH DAN IMBT ", yang
kami sajikan dari berbagai sumber pustaka yang telah kami dapatkan. Makalah ini
di susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata


kuliah Audit & Pengawasan Syariah yaitu Ibu Yulida Mardini, S H. I, M. H Yang
telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara
menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan sesuai kaidah. Semoga makalah ini
dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

Terima kasih Wassalamu’alaikumwarrahmatullahi wabarakatuh.

Bati-Bati. 27 Mei 2023

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 2

A. Pengertian Ijarah dan Ijarah Muntahiyya Bittamlik ...................................... 2


B. ketentuan Ijarah Sewa-Barang dalam Perbankan Syariah ............................ 3
C. Praktik Ijarah Upah Jasa di Perbankan Syariah ............................................ 4
D. Praktik Ijarah Muntahiyya Bittamlik............................................................... 4
E. Bentuk-Bentuk dalam Ijarah Muntahiyya Bittamlik ...................................... 6
F. Ketentuan yang harus dilaksanakan oleh Bank ............................................... 6
G. Poin-poin Pemeriksaan Ijarah ........................................................................... 8
H. Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Pembiayaan Ijarah ......................... 9
I. Berakhirnya Akad Ijarah ................................................................................. 11
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 12
B. Saran................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada kalanya orang tidak mempunyai dana yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan hdiup mereka. Maka dari itu, kenaikan
pembangunan ekonomi masyarakat meningkat, muncullah jasa keuangan
yang ditawarkah oleh lembaga keuangan bank dan non bank.
Dalam era modern ini, kegiatan ekonomi tidak akan sempurna
tanpa adanya lembaga perbankan. Selain partisipasi hukum Islam dan nilai
transaksi mekanisme rilis bebas bunga. Ini terjadi perubahan dalam sifat
bank syariah yang berinvestasi dan pembelian dan penjualan serta
keragaman dana untuk pelaksanaan bank syariah, seperti prinsip-prinsip
pembiayaan Murabahah (jual beli), Ijarah (sewa) atau iqtina wa Ijarah
(leasing). Dalam perkembangannya, bank syariah harus memenuhi
kebutuhan pelanggan yang semakin beragam, yang menyebabkan
munculnya produk-produk keuangan baru. Salah satu produk tersebut
adalah jasa keuangan multi-produk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ijarah dan Ijarah Muntahiyya Bittamlik?
2. Apa saja Ketentuan-ketentuannya?
3. Bagaimana poin-poin pemeriksaan dalam Ijarah?
4. Bagaimana Praktik Ijarah dalam Perbankan Syariah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian ijarah dan ijarah muntahiyya
bittamlik
2. Untuk mengetahui apa ketentuan-ketentuannya
3. Untuk mengetahui poin-poin pemeriksaan dalam ijarah
4. Untuk mengetahui praktik ijarah dalam perbankan syariah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ijarah dan Ijarah Muntahiyya Bittamlik


Ada dua jenis Pembiayaan sewa menyewa yaitu, Al-Ijarah dan
Al-Ijarah Muntahiya Bit Tamlik.1
Ijarah adalah kontrak yang digunakan untuk memindahkan hak
penggunaan (keuntungan) objek dalam tempoh masa yang tertentu untuk
memberikan pembayaran sewa (ujrah) tanpa pemindahan hak milik harta
tersebut. Dilihat dari segi objeknya, ijarah terbagi menjadi dua bagian,
yaitu ijarah manfaat (Ijarah ala al-Manfaah) dan ijarah yang merupakan
pekerjaan (Ijarah ala al-Amal).
Ijarah manfaat sendiri merupakan hal yang berhubungan dengan
sewa-jasa sesorang, yaitu jasa atas mempekerjakan seseorang dengan
memberikan bayaran atau upah sebagai kompensasi atas jasa atau
pekerjaan yang dilakukan oleh orang tersebut. Sedangkan ijarah yang
bersifat pekerjaan merupakan hal yang berhubugan dengan sewa aset atau
sewa barang, yaitu pengalihan aset atau properti tertentu dari hak
penggunaan atas barang atau aset tersebut kepada orang lain dengan
mendapatkan imbalan biaya sewa atas barang tersebut. 2
Ijarah adalah pembiayaan bank untuk pengadaan suatu barang,
dengan pembayaran sewa untuk mendapatkan upah (ujrah). Dalam
kegiatan ekonomi secara umum jijarah dikenal dengan nama penyewaan
atau leasing (sewa guna usaha), dimana pihak bank (leasor) menawarkan
kesempatan bagi pelanggan atau penyewa (lesse) untuk mendapatkan
manfaat dari barang-barang dengan jangka waktu tertentu, dengan
ketentuan nasabah akan membayar sejumlah uang (sewa) pada jangka
waktu yang disepakati. Jika jangka waktu berlakunya masa itu telah

1
Yusmad Muammar Arafat, Aspek Hukum Perbankan Syariah dari Teori ke praktek (Yogyakarta:
CV Budi Utama, 2018).
2
Alwi Masrur Agus, “Al-Ijarah Al-Muntahiya Bi Al-Tamlik (IMBT) dalam Prespektif Hukum
Ekonomi Syariah dan Aplikasinya Sebagai Produk Perbankan Syariah,” 2020, 105.

2
selesai, maka barang atau produk yang dijadikan objek ijarah tersebut
tetap menjadi milik bank. Menurut fatwa DSN Iijarah adalah: “Merupakan
suatu akad pemindahan hak guna(manfaat) atas suatu barang atau jasa
dalam jangka waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri”.
Dalam konteks keuangan islam, leasing disebut juga dengan ijarah
muntahiyya bittamlik. Ijarah muntahiyya bittamlik merupakan suatu akad
sewa-menyewa antara pemilik dan obyek penyewa sewa untuk
mendapatkan imbalan atau ujrah obyek sewa dari properti yang disewakan
oleh keterasingan dari objek sewa jangka waktu tertentu, sesuai dengan
kesepakatan dan sesuai dengan perjanjian sewa. transaksi ijarah sebesar
prinsip jual beli, namun perbedaan terletak pada objek transaksi.
B. Ketentuan Ijarah Sewa-Barang dalam Perbankan Syariah
1. Bank bertindak sebagai pemilik dan merupakan pihak yang
mempunyai hak atas penguasaan barang sewa baik berupa barang
maupun jasa.
2. Barang sewa merupakan barang yang dapat dinilai dan
diidentifikasi secara spesifik dan dapat dinyatakan secara jelas
termasuk besarnya nilai sewa dan jangka waktunya.
3. Pembayaran sewa tidak dapat dilakukan dalam bentuk piutang
maupun daam pentuk pembebasan utang.
4. Bank dapat memina nasabah untuk bertangung jawab atas
kerusakan barang sewa yang terjadi karena terjadi pelanggaran
akad atau kelalaian nasabah.
5. Bank melakukan analisis terhadap permohonan pembiayaan dari
nasabah.
6. Bank nasabah menuangkan kesepakatan pembiayaan dalam
perjanjian tertulis atau dalam bentuk lain yang dapat dipersamakan
dengan itu.
7. Bank menerapkan transparansi informasi produk dan perlindungan
nasabah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3
8. Bank mempunyai kebijakan dan prosedur atas mitigasi risiko
pembiayaan.3
C. Praktik Ijarah Upah Jasa di Perbankan Syariah
Ijarah atas jasa pekerjaan seseorang atau ijarah upah-mengupah
merupakan suatu akad ijarah yang melakukan suatu perbuatan atau
pekerjaan tertentu.
Selain produk gadai emas, ijarah juga digunakan dalam produk
pembiayaan pengurusan haji, yaitu bank mendapatkan imbalan jasa (ujrah)
dari jasa atas pengurusan jamaah haji. Ketika calon jamaah haji ingin
setoran awal, tetapi ia tidak memiliki uang yang cukup, maka ia dapat
memilih barang yang dimilikinya untuk dijual ke bank syariah. Nilai
barang harus sama dengan nilai setoran awal haji, sehingga hasil dari
penjualan tersebut dapat digunakan untk membayar dan mendapatkan
porsi haji. Kemudian nasabah melakukan sewa-beli kembali atas barang
yang sudah menjadi milik bank syariah dengan akad IMBT. Dengan
begitu bank akan mendapatkan imbalan atas sewa barang tersebut.
Ijarah juga dapat diaplikasikan pada transaksi multijasa dalam
bidang jasa keuangan ataupun pembiayaan multijasa. Dalam hal ini ijarahi
digunakan sebagai pembiayaan dari bank kepada nasabah guna
memperoleh manfaat atas suatu jasa, baik itu berupa jasa pendidikan,
kesehatan, ketenagakerjaan dan kepariwisataan.4
D. Praktik Ijarah Muntahiyya Bittamlik
Dalam perbankan syariah, aplikasi produk Ijarah (operational
Lease) dan IMBT (Financial Lease with Purchase Option), pihak bank
berfungsi sebagai investor atau penyedia dana dan juga pemberi janji.
IMBT biasanya diperuntukkan untuk:
1. Pembiayaan investasi: dalam hal ini bank akan menyalurkan dana
atau memberikan pembiayaan untuk pengadaan suatu barang

3
Santoso Harun & Anik, “Analisis Pembiayaan Ijarah pada Perbankan Syariah.” 01 (2015): 108–
9.
4
Muhammad Syarif Hidayatullah, Perbankan Syariah: Pengenalan Fundamental dan
Pengembangan Kontemporer (Banjarbaru: CV Dreamedia, 2017), 103.

4
modal produktif. Jadi, pihak bank tidak hanya semata-mata
membeli barang untuk dimiliki dan dijual kepada nasabah, tetapi
pihak bank membeli barang tersbut lebih kepada untuk investasi.
2. Pembiayaan Konsumen: yaitu pihak bank memberikan pembiayaan
ntuk pembelian rumah, mobil dan lain-lain kepada nasabah.5

Melihat praktik Ijarah Muntahiya Bit Tamlik, DSN mengeluarkan


fatwa yaitu agar prakteknya sesuai dengan hukum Syariah dan juga dapat
digunakan sebagai pedoman untuk LKS dalam melakukan operasionalnya
dan pada saat yang sama memenuhi kebutuhan masyarakat akan kontrak
sewa yang disertai dengan pemindahan hak milik objek yang disewakan
kepada penyewa setelah masa sewanya berakhir.

Penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf F Undang-Undang Nomor 21


Tahun 2008 menjelaskan tujuan Ijarah muntahiya Bit Tamlik, yaitu: apa
yang dimaksud dengan kontrak "Ijarah muntahiya Bit Tamlik" adalah
kontrak penyediaan dalam rangka untuk perpindahan hak menggunakan
atau manfaat dari barang/property atau jasa dengan transaksi sewa
pengalihan kepemilikan barang/properti.6
Ijarah Muntahiya Bit Tamlik merupakan produk pembiayaan bank
Islam yang diberi kekuasaan, sah dan tidak bertentangan dengan Islam
mengacu pada undang-undang Islam yang terkandung dalam Al-Quran
dan hadis, diantaranya yaitu:
1. Q.S. Az-Zukhruf (43):32
2. Hadits Nabi Riwayat A‘bd Ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan
Abu Sa’id Al-Khudri.
3. Hadits Nabi Riwayat Ahmad, Abu Daud, dan Nasa’i Sa’d ibn
Abi Waqqash, dengan Teks Abu Daud.
4. Hadits Nabi Riwayat Ahmad dari Ibnu Mas’ud.

5
“Telaah Terhadap Perjanjian Sewa-Menyewa (Al Ijarah) dalam Perbankan Syariah” 01 (2013):
90–91.
6
Usman Rachmadi, Produk dan Akad Perbankan Syariah Di Indonesia (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2009).

5
Berdasarkan Fatwa DSN No. 27 / DSN-MUI / III / 2002, LKS
diizinkan untuk beroperasi dengan produk (Ijarah Munthaiya Bit Tamlik)
sepanjang syarat yang berlaku dalam kontrak ijarah juga berlaku pada
Ijarah Muntahiya Bit Tamlik. Selain itu, juga menegaskan bahwa
perjanjian untuk melakukan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik harus disepakati
dengan penandatanganan kontrak.

Dalam hal ini, pertama-tama, bank dan nasabah melakukam


kontrak Ijarah dalam jangka waktu tertentu dan upah tertentu. Setelah
kontrak Ijarah selesai, kedua pihak akan melakukan perpindahan
kepemilikan, baik baik dengan pembelian atau hibah. Kontrak pengalihan
kepemilikan dapat disepakati di awal kontrak Ijarah.

Namun, janji (Waad), tidak mengikat para pihak. Pihak


pelanggan/nasabah dapat terus melakukan kontrak penjualan atau sewa
barang/property atau mengakhirinya dengan mengembalikan
barang/property tersebut. antara jual beli dan sewa tidak dapat
dikumpulkan dalam kontrak tunggal dan satu objek, artiny sewa dan
perjanjian pembelian dilaksanakan bersamaan maka bertentangan dengan
hadits Nabi yang melarang dua bentuk kontrak di dalam satu objek /
transaksi. Selain itu, semua hak dan kewajiban masing-masing pihak harus
dijelaskan pulaa dalam kontrak.

E. Bentuk-Bentuk dalam Ijarah Muntahiyya Bittamlik


Ijarah Muntahiya Bittamlik mempunyai berbagai bentuk,
bergantung kepada apa yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
Sebagai contoh yaitu, Ijarah (sewa) dan janji menjual, nilai atau tarif
mereka tentukan di dalam Ijarah, mengenai harga barang dalam transaksi
tersebut dan kapan waktu kepemilikan property tersebut dipindahkan.7
F. Ketentuan yang harus dilaksanakan oleh Bank

7
Muhammad Antonio Syafii, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: CV Gema Insani Press,
2001).

6
Adapun persyaratan yang seharusnya dipenuhi oleh Bank Syariah
ataupun Unit Usaha Syarah dalam melaksanakan pembiayaan ijarah.
Tertuang dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 10/14/DPbs
tertanggal 17 Maret 2008, yaitu kegiatan penyaluran dana dalam bentuk
pembiayaan atas dasar akad ijarah berlaku persyaratan sebagai berikut;8
a. Bank selaku pemilik dan / atau pihak-pihak yang memiliki hak
untuk kepemilikan obyek sewa dalam bentuk barang atau jasa yang
sewa obyek disewakan mengacu kepada nasabah yang telah
disepakati;
b. Barang dalam transaksi Ijarah adalah milik nyata atau pribadi yang
dapat diambil sewa keuntungan baik yang bergerak maupun yang
tidak bergerak;
c. Bank harus menjelaskan kepada nasabah tentang karakteristik
produk berdasarkan pembiayaan Ijarah, serta hak dan kewajiban
dari nasabah sebagaimana diatur dalam Bank Indonesia mengenai
transparansi informasi produk dan penggunaan bank data pribadi
nasabah.
d. Bank wajib melakukan analisis terhadap rencana berdasarkan pada
pembiayaan ijarah untuk nasbah yang meliputi aspek-aspek
pribadi dalam bentuk analisis karakter dan / atau aspek bisnis,
termasuk analisis kapasitas perusahaan, keuangan dan / atau
prospek usaha.
e. Pembiayaan sewa tidak dapat dilakukan dengan bentuk piutang
maupun dalam bentuk pembebasan utang.
f. Bank dapat meminta nasabah untuk menjaga integritas dari objek
sewa dan menanggung biaya pemeliharaan obyek sewa di bawah
perjanjian di mana biaya pemeliharaan sesuai dengan kesepakatan
objek sewa mana biaya pemeliharaan dan bahan struktural harus
ditentukan dalam perjanjian;dan

8
Muhammad Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (Konsep, Regulasi, dan
Implementasi) (Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss, 2018), 78.

7
g. Bank dapat meminta nasabah untuk bertanggung jawab atas
kerusakan pada objek sewa bukan karena pelanggaran
kontrak/akad atau kelalaian nasabah.
G. Poin-poin Pemeriksaan Ijarah
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/Pb/2005, tentang akad
penghimpunan dan penyaluran dana bagi yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah.
Memutuskan dan menentukan peraturan Bank Indonesia tentang
penghimpunan dana dan penyaluran dana bagi bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip Syariah. Dalam ayat 3, penyaluran dana
didasarkan pada Ijarah, Ijarah Munthiya Bit Tamlik dan Qardh.9

Peraturan Bank Indonesia No. 7/46 / NT / 2005 dalam Pasal 16, yaitu:

1. Perincian dan kegiatan dalam bentuk pendanaan berdasarkan Ijarah


munthiyya bittamlik (IMBT), menerapkan setidaknya kondisi berikut:
a. IMBT Ijarah harus disepakati pada saat kontrak ditandatangani dan
perjanjian dijamin dalam kontrak Ijarah.
b. pelaksanaan hnya IMBT dapat dilakukan setelah kontrak Ijarah
bertemu.
c. Bank harus mentransfer kepemilikan pelanggan sewa properti
dengan hibah pada akhir periode perjanjian sewa.
d. Pengalihan kepemilikan properti sewa untuk penyewa disajikan
dalam perjanjian terpisah setelah periode Ijarah selesai.
2. Ketentuan Ijarah juga berlaku untuk kontrak IMBT sebagai berikut:
a. Bank dapat membiayai akuisisi obyek sewa dalam bentuk produk
perbankan sudah dimiliki atau sewa properti yang diperoleh oleh
pihak lain untuk kepentingan pelanggan dengan kosepakatan.

9
Sholihin Ahmad Ifham, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2010).

8
b. Benda-benda dan keuntungan dari barang-barang sewa harus
dievaluasi dan diidentifiksi khusus dan jelas menunjukkan,
termasuk pembayaran dan kondisi sewa.
c. Bank wajib menyediakan sewa properti, memastikan kuntitas
kepatuhan kualitas dan ketepatan waktu sewa barang dan
penyediaan barang dalam perjanjian.
d. Bank wajib menanggung biaya pemeliharaan aset siftnya meteril
properti / sewa sesuai kesepakatan.
e. Bank dapat mendelegasikan nasabah untuk menemukan barang-
barang yang akan sewa oleh nasabah.
f. pelanggan harus membayar sewa secara tunai dan menjaga
keutuhan produk sesuai dengan kesepakatan.
g. Nasabah tidak bertanggung jawab atas kerusakan pada obyek sewa
yang bukan karena pelanggaran atau kelalaian pelanggan/nasabah.
H. Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Pembiayaan Ijarah
1. Rukun dan Syarat Ijarah
a. Sighat Ijarah, merupakan pernyataan persetujuan dan qabul
oleh kedua belah pihak yang berkontrak (kontraktor), baik
secara lisan atau dalam bentuk lainnya.
b. Pelaku kontrak dalam hal ini ialah pemberi jasa dan
pelanggan.
c. Obyek ijarah adalah manfaat barang atau manfaat jasa dan
upah.
2. Ketentuan Objek Ijarah
Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau
jasa.
a. Keuntungan dari barang atau jasa harus dinilai dan dapat
dibuat dalam kontrak.
b. Manfaat produk atau layanan j asa harus bersifat yang
diperbolehkan (tidak dilarang).

9
c. Kemampuan untuk memenuhi manfaat harus nyata dan
sesuai dengan Syariah.
d. Manfaat harus diidentifikasi secara khusus untuk
menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan
menimbulkan konflik.
e. Spesifikasi harus jelas menunjukkan manfaat, jangka
waktu. Bisa juga diidentifikasi oleh spesifikasi atau
identifikasi fisik.
f. Menyewa atau gaji (upah) adalah sesuatu yang telah
dijanjikan dan pembayaran pelanggan kepada LKS
sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat
digunakan untuk pembelian dan penjualan, harga juga dapat
digunakan sebagai sewa atau upah di Ijarah.
g. Pembayaran sewa atau gaji (upah) bisa dalam bentuk jasa
(manfaat lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak.
h. Fleksibilitas untuk menentukan sewa atau upah dapat
dilihat pada jangka waktu, tempat dan jarak.
3. Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah
1) Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:
a. Menyediakan produk atau aset yang diberikan
b. Bertanggung jawab atas biaya pemeliharaan barang, dan
c. Bertanggung jawab atas produk atau barang yang terjadi
kecacatan pada produk atau barang sewaan
2) Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau
jasa:
a. Membayar sewa atau gaji dan bertanggung jawab untuk
menjaga integritas produk serta menggunakannya sesuai
kontrak
b. Menanggung biaya item pemeliharaan yang sifatnya ringan
(non-materi)

10
c. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran
penggunaan yang berwenang atau bukan karena kelalaian
dari penerima manfaat, maka ia tidak bertanggung jawab
atas kerusakan tersebut.

Jika salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya atau


jika ada sengketa antara kedua belah pihak, maka penyelesaian
sengketa dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah jika masih
belum ada kesepakatan melalui musyawarah.10

I. Berakhirnya Akad Ijarah


Para ulama menyatakan bahwa akad ijarah akan berakhir apabila:11
a. Obyek itu hilang atau musnah, seperti rumah sewa terbakar dan
lain-lain.
b. Apabila perjanjian berakhir, dan yang disewakan itu rumah, maka
rumah itu dikembalikan kepada pemiliknya. Apabila dia mengupah
jasa seseorang, maka dia berhak untuk menerimanya.
c. Karena pembatalan oleh kedua belah pihak yang berakad,
sebagaimana pembatalan untuk perjanjian jual beli
d. Menurut ulama Hanafiyah berakhirnya akad ijarah karena salah
satu pihak yang meninggal dunia karena ber akad ijarah tidak dapat
diwariskan. Sedangkan menurut jumhur ulama, akad ijarah tidak
batal/berakhir dengan kematian seseorang yang berakad, karena
manfaat boleh diwariskan dan ijarah sama hal nya dengan jual beli,
yaitu mengikat kedua pihak yang berakad.
e. Merujuk kepada buku Compilation 2 Bab X Ekonomi Syariah
tentang Ijarah pasal 253 bahwa “ Akad Ijarah boleh diubah,
dilanjutkan atau dibatalkan atas kesepakatan bersama.

10
Fatwa DSN No:09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah, t.t.
11
Anik Santoso Harun, Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah, vol. 1 (Surakata:
STIE -AAS Surakarta, 2015).

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Ijarah adalah suatu akad yang biasa digunakan untuk memindahkan hak
guna tanpa memindahkan hak kepemilikan. Dilihat dari segi objeknya, ijarah
dapat dibagi menjadi dua, yaitu ijarah manfaat (Ijarah ala al-Manfa’ah) dan
ijarah yang bersifat pekerjaan (Ijarah ala al-‘Amal). Dalam dunia perbankan
ijarah diguanakan dalam pembiayaan pengadaan suatu barang dengan imbalan
ujrah.

Selain Ijarah adapula Ijarah muntahiya bittamlik yaitu akad sewa


menyewa antara pemilik barang dan penyewa dengan upah sewa berupa ujrah
dan diakhiri dengan kepemilikan barang di akhir masa penyewaannya.

Praktik ijarah upah-mengupah dalam dunia perbankan dapat dilihat dalam


produk gadai emas, yaitu akad ijarah sebagai akad pendamping dari akad rahn,
akad ijarah digunakan untuk jasa penitipan obyek gadai. Jadi bank
mendapatkan ujrah dari penitipan emas dibank ketika nasabah menggadaikan
emasnya. Sedangkan praktik Ijarah Muntahiya Bitamlik yaitu pada aplikasi
produk Ijarah (operational Lease) dan IMBT (Financial Lease with Purchase
Option), pihak bank berfungsi sebagai investor atau penyedia dana dan juga
pemberi janji.

Dalam prakteknya melakukan akad ijarah adapun persyaratan yang harus


dipenuhi oleh Bank Syariah ataupun Unit Usaha Syariah yang sudah tertuang
dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 10/14/DPbs tertanggal 17
Maret 2008. Namun ada beberapa hal yang sulit untuk dilaksanakan.

Kegiatan pembiayaan ijarah ini sudah diatur oleh Fatwa Dewan Syariah
Nasional dengan nomor DSN. Fatwa DSN No.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Pembiayaan Ijarah, yang mana dibahas tuntas didalamya.

12
B. Saran

Kami menyadari akan kekurangan yang terdapat dalam makalah ini,


alangkah baiknya apabila pembaca memberikan sedikit saran dan tanggapan
kepada kami guna menunjang dan memperbaiki penulisan kami.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alwi Masrur Agus. “Al-Ijarah Al-Muntahiya Bi Al-Tamlik (IMBT) dalam


Prespektif Hukum Ekonomi Syariah dan Aplikasinya Sebagai Produk Perbankan
Syariah,” 2020.
Antonio Syafii, Muhammad. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: CV
Gema Insani Press, 2001.
Arafat, Yusmad Muammar. Aspek Hukum Perbankan Syariah dari Teori ke
praktek. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018.
Fatwa DSN No:09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah, t.t.
Ghofur Anshori, Muhammad. Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (Konsep,
Regulasi, dan Implementasi). Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss, 2018.
Muhammad Syarif Hidayatullah. Perbankan Syariah: Pengenalan Fundamental
dan Pengembangan Kontemporer. Banjarbaru: CV Dreamedia, 2017.
Rachmadi, Usman. Produk dan Akad Perbankan Syariah Di Indonesia. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti, 2009.
Santoso Harun & Anik. “Analisis Pembiayaan Ijarah pada Perbankan Syariah.” 01
(2015).
Santoso Harun, Anik. Analisis Pembiayaan Ijarah Pada Perbankan Syariah. Vol.
1. Surakata: STIE -AAS Surakarta, 2015.
Sholihin Ahmad Ifham. Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2010.
“Telaah Terhadap Perjanjian Sewa-Menyewa (Al Ijarah) dalam Perbankan
Syariah” 01 (2013).

14

Anda mungkin juga menyukai