Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ANJAK PIUTANG

Dosen Pembimbing : Azwar Hamid, M.A.

AKUTANSI SYARIAH II

Disusun oleh :
kelompok VIII

Lembaga Keuangan Syariah /Sem-IV

1. Linda Nora 2140600039


2. Syafiqah Afrisa Zahwa 2140600033

UIN SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PADANG SIDIMPUAN
T.A. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Anggaran Piutang” ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah
kepada uswah kita dalam membangun dan menata kehidupan ini Nabi Muhammad
SAW. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Lembaga keuangan syariah.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Lembaga
keuangan syariah Bapak Azwar Hamid, M.A yang telah memberikan tugas makalah
ini. Karena berkat tugas yang bapak berikan, penyusun dapat lebih memahami
mengenai anjak piutang.
Penyusun sadar walau telah berusaha optimal untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik, namun di dunia ini tidak ada yang sempurna, begitu pula dalam
penyusunan makalah ini yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir kata penyusun sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

Padang Sidempuan, 18 Mei 2023

Kelompok VIII

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Maslah.................................................................................. 1
BAB II.............................................................................................................. 2
A. pengertian anjak piutang....................................................................... 2
B. landasan Hukum anjak piutang............................................................. 3
C. macam-macam anjak piutang............................................................... 4
D. operasional anjak piutang..................................................................... 5
E. kegiatan ajak piutang............................................................................ 7
BAB III............................................................................................................. 9
PENUTUP........................................................................................................ 9
Kesimpulan....................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anjak piutang dalam bahasa Inggris: factoring adalah suatu transaksi keuangan
sewaktu suatu perusahaan menjual piutangnya, misalnya tagihan dengan memberikan
suatu diskon. Bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan atau
penjualan, hambatan utama yang dapat menjadi ancaman adalah banyaknya
penjualan kredit yang tidak dapat tertagih alias macet. Banyaknya kredit yang macet
akan mengakibatkan terganggunya perputaran barang dan perputaran keuangan, apa
lagi jika sampai kredit tersebut tidak mampu lagi dibayar oleh nasabahnya. Apalagi
masalah piutang macet tidak dapat segera ditangani secara serius, tidak mungkin
kerugian yang lebih besar tidak dapat dihindari lagi. Untuk menanggulangi masalah
piutang macet dan administrasi kredit yang semrawut dapat diserahkan kepada
perusahaan yang sanggup untuk melakukannya, yaitu perusahaan anjak piuatang
yang memang kegiatan utamanya adalah bergerak dibidang penagihan piutang.1

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa pengertian anjak piutang?
2. Apa landasan Hukum anjak piutang?
3. Apa saja macam-macam anjak piutang?
4. Bagaimana operasional anjak piutang?

1
Charlesh T. Pengantar Akuntansi Manajemen, (Erlangga: jakarta DS, 1984), hlm. 126-
127

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anjak Piutang (Factoring)


Dalam Bahasa Indonesia, istilah factoring sering diterjemahkan dengan ”anjak
piutang”. Anjak piutang adalah kegiatan perusahaan pembiayaan untuk membeli atau
mengambil alih dan menata usahakan piutang dagang jangka pendek yang dimiliki
oleh klien, yaitu pihak yang menjual barang kepada konsumen secara kredit.2
Sedangkan menurut Keppres No.61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan,
factoring adalah usaha pembiayaan dalam bentuk pembelian dana atau pengalihan
serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari suatu perusahaan yang
terbit dari suatu transaksi perdagangan dalam dan luar negeri.3
Pada dasarnya, para pihak yang terlibat dalam kegiatan factoring adalah :
a. Pihak perusahaan faktor. Yakni yang merupakan pihak pemberi jasa factoring.
Dalam hal ini dia bertindak sebagai pihak pembeli piutang. Jika terhadap kegiatan
factoring internasional, maka terdapat dua perusahaan faktor, yaitu pihak
perusahaan faktor domestik (export factor) dan pihak perusahaan faktor luar
negeri (import factor).
b. Pihak klien. Merupakan pihak yang mempunyai piutang/tagihan, yang akan dijual
kepada pihak perusahaan faktor.
c. Pihak costumer. Yakni pihak debitur yang berhutang kepada pihak klien, untuk
selanjutnya dia akan membayar hutangnya kepada pihak perusahaan faktor atau
pihak yang membeli suatu barang dari pihak klien.

Kemudian pengertian anjak piutang menurut Keputusan Menteri Keuangan


Nomor 1251/KMK.013/1988 Tanggal 20 Desember 1988 adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembeliaan dan atau pengalihan serta

2
Abdul Ghofur Anshori. Penerapan Prinsip Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
hlm. 159.
3
Munir Fuady. Hukum tentang Pembiayaan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hlm.
56.

2
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negeri. Kemudian dalam menjalankan kegiatannya,
perusahaan anjak piutang terdiri beberapa jenis. Jenis-jenis ini dilihat dari
kemampuan dan keragaman dari produk yang ditawarkannya kepada masyarakat.
Anjak piutang syariah adalah kegiatan pengalihan piutang dagang jangka pendek
perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut sesuai dengan prinsip syariah.
Anjak piutang (factoring) dilakukan berdasarkan akad wakalah bil ujrah. wakalah
bil ujrah adalah pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al muwakkil) kepada pihak lain
(al wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan pemberian keuntungan
(ujrah). Bahwa secara umum, pengurusan piutang tersebut harus tidak dilakukan
dengan cara-cara yang dilarang oleh syariah.4

B. Landasan Hukum Anjak Piutang (Factoring)


a. Surat keputusan Menteri Keuangan No. 448/KMK.017/2000 tentang
perusahaan pembiayaan.
b. Surat keputusan Menteri Keuangan RI No. 172/KMK.06/2000 tanggal 23
April 2002 tentang perubahan atas Keputusan menteri No.
448/KMK.017/2000 tentang perubahan pembiayaan
c. Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 185/KMK.06/2000 tanggal 24
April 2002 tentang Penghentian Pemberian Izin Usaha perusahaan
pembiayaan.5
d. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tanggal
20 desember 1988, perusahaan anjak piutang adalah: “Badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau
pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Jasa yang
diberikan dalam suatu kegiatan anjak piutang meliputi jasa pembiayaan
atas piutang dan jasa non pembiayaan atas piutang.6
4
NurRianto Al-Arif,M. Lembaga Keuangan Syariah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012) hal 259.
5
Abdul Ghofur Anshori. Penerapan Prinsip Syariah dalam Lembaga Keuangan, Lembaga
pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.165
6
www.depkeu.go.id/www.google.com. cara tentang Leasing, Lembaga Pembiayaan
Konsumen, Anjak Piutang.diakses pada tanggal 15 Mei 2023.

3
e. Dasar Hukum Administratif
Dasar hukum yang bersifatt administratif dalam tingkatan undang-undang
kita temukan dalam Undang-Undang Perbankan, Undang-Undang No. 7
Tahun 1992, seperti yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10
Tahun 1998. Pasal 6 huruf I memberi alas hukum kepada bank untuk
melakukan kegiatan factoring, sekaligus memberikan pengertian apa yang
dimaksud dengan istilah factoring, In Casu dipakai istilah “Anjak
Piutang.” Peraturan-peraturan factoring adalah :
1. Keppres RI No.61 Tahun 1998, tentang Lembaga Pembiayaan.
2. Keputusan Menteri Keuangan RI No.448/KMK0.17/2000 tentang
Perusahaan Pembiayaan
Selain dasar hukum yang telah disebutkan, masih ada lagi ketentuan-
ketentuan administratif yang mengatur masalah factoring untuk sektor –
sektor tertentu. Misalnya terhadap factoring yang dipraktekkan oleh
perbankan yang diatur oleh Bank Indonesia.7

C. Macam - Macam Anjak Piutang (Factoring)


a. Full Servis Factoring
Yaitu bentuk pelayanaan yang diberikan atau disediakan oleh perusahaan
anjak piutang yang meliputi jenis jasa anjak piutang, baik dalam bentuk
jasa pembiayaan maupun non jasa pembiayaan.
b. Recourse Factoring
Bentuk pelayanan yang diberikan meliputi hampir semua jasa bank anjak
iutang kecuali proteksi terhadap resiko tidak dibayarnya tagihan.
c. Bull Factoring
Yaitu bentuk pelayanan klien hanya memerlukan jasa pembiayaan atau
pemberitahuan jatuh tempo pada nasabah atau costumer sedangkan jasa-
jasa seperti proteksi kredit, seles ledger administration dan penagihan
tidak diperlukan.
d. Matury Factoring
7
Munir Fuady. Hukum tentang Pembiayaan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hlm.
64.

4
Yaitu bentuk pelayanan dimana yang dibutuhkan klien adalah jaminan
perlindungan kredit yang meliputi pengurusan penuh atas penjualan,
penagihan dari pelanggan dan proteksi atas piutang.
e. Agency Factoring
Bentuk factoring ini sering dikaitkan dengan bull factoring yaitu
penyerangan keseluruhan penjualan anjak piutang klien kepada
perusahaan factoring atas dasar nitifikasi, tetapi tidak bertanggung jawab
atas kepengurusan atas penagihan piutang tersebut.
f. Invoice Discouting
Klien dalam hal ini hanya membutuhkan jasa pembiayaan perusahaan
anjak piutang sedangkan jasa non pembiayaan ditangani sendiri oeh
klien.
g. Undisclosed Factoring
Biasanya berkaitan dengan suatu perjanjian penjualan piutang dimana
perusahaan factoring memberikan proteksi terjadinya kemacetan
pelunasan piutang sampai dengan persentase tertentu (biasanya 80 %)
dari jumlah factur yang disetujui yaitu dengan without recuerse sebagai
resiko kredit.8

D. Operasional Anjak Piutang (Factoring)


Ada tiga pihak yang terlibat dalam suatu transaksi factoring, yaitu pihak klien
sebagai yang menjual piutang, pihak customer sebagai yang berhutang, dan pihak
factor yang membeli piutang. Proses terjadinya secara ringkas digambarkan dalam
diagram di bawah ini :
(1) Penjualan Barang dan Jasa
(2) Permintaan Transfer Piutang
(3) Persetujuan Transfer

Sigit Triandaru dan Tokoh Budisantoso. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. (Yogyakarta:
8

Salemba Empat, 2013), hlm. 124

5
KLIEN
NASABAH

(7)
(4)
(5) PERUSAHAAN FACTORING
(6)

Keterangan :
1. Klien menjual barang atau jasa kepada nasabah secara kredit berjangka
pendek atau menengah.
2. Untuk kepentingan cash flow, klien meminta persetujuan nasabah untuk
penjualan piutang kepada lembaga factoring.
3. Nasabah menyetujui permintaan tersebut.
4. Dokumen piutang diserahkan klien kepada factoring
5. Pembuatan kontrak jual beli piutang
6. Perusahaan factoring membayar uang penjualan piutang dengan diskonto.
7. Nasabah membayar utangnya kepada factoring pada tanggal jatuh tempo.

Proses terjadinya kegiatan factoring untuk promes agar sedikit berbeda


dengan proses factoring untuk piutang, yaitu sebagai berikut:
1. Klien menjual barang atau jasa kepada nasabah secara kredit berjangka
pendek atau menengah.
2. Setelah barang diserahkan kepada pembeli, pembeli menerbitkan promes
dan diserahkan kepada penjual.
3. Penjual meminta perusahaan factoring untuk disahkan.
4. Perusahaan factoring membayar promes tersebut dengan tingkat diskonto
tertentu.
5. Promes itu dituangkan pada bank si pembeli apabila sudah jatuh tempo.
6. Bank membayar tunai kepada factoring.

6
7. Bank mengkredit rekening nasabahnya sebesar promes tersebut.9

E. Kegiatan Anjak Piutang


Perusahaan anjak piutang (factoring) merupakan jenis perusahaan yang relative
baru dikenal di Indonesia. Secara resmi adalah dengan dikeluarkannya Surat
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1998 Tanggal 20 Desember
1998, padahal dibanyak Negara sudah dimulai sejak puluhan tahun yang lalu.
Kegiatan utama perusahaan anjak piutang adalah mengambil alih pengurusan piutang
suatu perusahaan denga suatu tanggung jawab tertentu, tergantung kesepakatan
dengan pihak kreditor (pihak yang punnya piutang). Usaha-usaha yang dijalankan
oleh perusahaan anjak piutang berkaitan dengan pengambilalihan dan pengelolaan
piutang suatu perusahaan, tergantung permintaan pihak kreditor. Bagi perusahaan
kreditor dengan adanya perusahaan anjak piutang sangat membantu mereka dalam
hal mengurangi risiko yang dihadapi terhadap macetnya tagihan perusahaan. Di
samping itu, mereka juga dapat lebih berkosentrasi terhadap kegiatan lain yang lebih
strategis di perusahaannya.
Kegiatan perusahaan anjak piutang di Indonesia diatur berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 Tanggal 20 Desember
1988.10 Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan tersebut dapat disimpulkan
bahwa kegiatan anjak piutang meliputi kegiatan antara lain:
1. Pengambilalihan tagihan suatu perusahaan dengan fee tertentu
2. Pembelian piutang perusahaan dalam suatu transaksi perdagangan dengan
harga yang sesuai dengan kesepakatan
3. Mengelola usaha penjualan kredit suatu perusahaan, artinya perusahaan anjak
Piutang dapat mengelola kegiatan administrasi kredit suatu perusahaan sesuai
kesepakatan.

9
Herman Darmawi. Pasar Finansial dan Lembaga-lembaga Finansial ( Jakarta: PT. Bumi
Aksara, hlm. 211-212
10
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014) hal 269.

7
Dalam praktiknya keuntungan yang diperoleh dari biaya-biaya yang
dibebankan kepada para nasabahnya terdiri dari:
a. Jasa penagihan (service charge)
Yaitu biaya yang dibebankan oleh perusahaan anjak piutang kepada kliennya,
yang dikenal dengan istilah fee dan besarnya dihitung berdasarkan persentase
tertentu. Kemudian besarnya fee yang diberikan tergantung dari kesepakatan
kedua belah pihak dengan berbagai pertimbangan seperti misalnya tingkat
kesulitan atau jumlah piutang yang ditagihkan.
b. Biaya administrasi
Yaitu biaya yang diterima oleh perusahaan anjak piutang setelah melakukan
Pengelolaan perusahaan kreditor oleh klien dan besarnya pun terganttung dari
kesepakatan yang diuat bersama.11

11
NurRianto Al-Arif,M. Lembaga Keuangan Syariah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012) hal 259.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anjak piutang (Bahasa Inggris: factoring) adalah suatu transaksi keuangan
sewaktu suatu perusahaan menjual piutangnya (misalnya tagihan) dengan
memberikan suatu diskon. Tiga pihak yang terlibat dalam anjak piutang adalah
penjual, debitur, dan pihak yang membiayai (factor).
Penjual adalah pihak yang memiliki piutang (biasanya untuk layanan yang
diberikan atau barang yang dijual) dari pihak kedua, debitur. Penjual selanjutnya
menjual satu atau lebih tagihannya dengan potongan atau diskon ke pihak ketiga,
suatu lembaga keuangan khusus untuk mendapatkan uang dalam bentuk kas.
Debitur akan membayar langsung ke perusahaan pembiayaan dengan jumlah
penuh sesuai nilai tagihan. Manfaat Anjak Piutang adalah : Menurunkan biaya
produksi, Memberikan fasilitas pembayaran dimuka, Meningkatkan daya saing
perusahaan klien, Meningkatkan kemampuan perusahaan klien memperoleh laba,
Menghindari kerugian karena kredit macet, Mempercepat proses ekonomi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Darmawi, Herman. 2006. Pasar Finansial dan Lembaga-Lembaga Finansial.


Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Fuady, Munir. 2006. Hukum tentang Pembiayaan. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti.
Ghofur Anshori, Abdul. 2008. Penerapan Prinsip Syari’ah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Rajawali Pers.
SigitTriandaru dan Tokoh Budisantoso. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Yogyakarta: Salemba Empat.
www.depkeu.go.id, www.google.com cara tentang Leasing, Lembaga Pembiayaan
Konsumen, Anjak Piutang.diakses pada tanggal 15 Mei 2023.
Ghofur Anshori, Abdul. Penerapan Prinsip Syariah dalam Lembaga Keuangan,
Lembaga pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008).
NurRianto Al Arif M. 2012. Lembaga Keuangan Syariah, Bandung: CV Pustaka
Setia.
Kasmir. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.

10

Anda mungkin juga menyukai