ANJAK PIUTANG
AKUTANSI SYARIAH II
Disusun oleh :
kelompok VIII
Bismillahirrohmanirrohim.
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Anggaran Piutang” ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah
kepada uswah kita dalam membangun dan menata kehidupan ini Nabi Muhammad
SAW. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Lembaga keuangan syariah.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Lembaga
keuangan syariah Bapak Azwar Hamid, M.A yang telah memberikan tugas makalah
ini. Karena berkat tugas yang bapak berikan, penyusun dapat lebih memahami
mengenai anjak piutang.
Penyusun sadar walau telah berusaha optimal untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik, namun di dunia ini tidak ada yang sempurna, begitu pula dalam
penyusunan makalah ini yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir kata penyusun sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin.
Kelompok VIII
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Maslah.................................................................................. 1
BAB II.............................................................................................................. 2
A. pengertian anjak piutang....................................................................... 2
B. landasan Hukum anjak piutang............................................................. 3
C. macam-macam anjak piutang............................................................... 4
D. operasional anjak piutang..................................................................... 5
E. kegiatan ajak piutang............................................................................ 7
BAB III............................................................................................................. 9
PENUTUP........................................................................................................ 9
Kesimpulan....................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anjak piutang dalam bahasa Inggris: factoring adalah suatu transaksi keuangan
sewaktu suatu perusahaan menjual piutangnya, misalnya tagihan dengan memberikan
suatu diskon. Bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan atau
penjualan, hambatan utama yang dapat menjadi ancaman adalah banyaknya
penjualan kredit yang tidak dapat tertagih alias macet. Banyaknya kredit yang macet
akan mengakibatkan terganggunya perputaran barang dan perputaran keuangan, apa
lagi jika sampai kredit tersebut tidak mampu lagi dibayar oleh nasabahnya. Apalagi
masalah piutang macet tidak dapat segera ditangani secara serius, tidak mungkin
kerugian yang lebih besar tidak dapat dihindari lagi. Untuk menanggulangi masalah
piutang macet dan administrasi kredit yang semrawut dapat diserahkan kepada
perusahaan yang sanggup untuk melakukannya, yaitu perusahaan anjak piuatang
yang memang kegiatan utamanya adalah bergerak dibidang penagihan piutang.1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa pengertian anjak piutang?
2. Apa landasan Hukum anjak piutang?
3. Apa saja macam-macam anjak piutang?
4. Bagaimana operasional anjak piutang?
1
Charlesh T. Pengantar Akuntansi Manajemen, (Erlangga: jakarta DS, 1984), hlm. 126-
127
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Abdul Ghofur Anshori. Penerapan Prinsip Syari’ah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
hlm. 159.
3
Munir Fuady. Hukum tentang Pembiayaan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hlm.
56.
2
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negeri. Kemudian dalam menjalankan kegiatannya,
perusahaan anjak piutang terdiri beberapa jenis. Jenis-jenis ini dilihat dari
kemampuan dan keragaman dari produk yang ditawarkannya kepada masyarakat.
Anjak piutang syariah adalah kegiatan pengalihan piutang dagang jangka pendek
perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut sesuai dengan prinsip syariah.
Anjak piutang (factoring) dilakukan berdasarkan akad wakalah bil ujrah. wakalah
bil ujrah adalah pelimpahan kuasa oleh satu pihak (al muwakkil) kepada pihak lain
(al wakil) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan dengan pemberian keuntungan
(ujrah). Bahwa secara umum, pengurusan piutang tersebut harus tidak dilakukan
dengan cara-cara yang dilarang oleh syariah.4
3
e. Dasar Hukum Administratif
Dasar hukum yang bersifatt administratif dalam tingkatan undang-undang
kita temukan dalam Undang-Undang Perbankan, Undang-Undang No. 7
Tahun 1992, seperti yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10
Tahun 1998. Pasal 6 huruf I memberi alas hukum kepada bank untuk
melakukan kegiatan factoring, sekaligus memberikan pengertian apa yang
dimaksud dengan istilah factoring, In Casu dipakai istilah “Anjak
Piutang.” Peraturan-peraturan factoring adalah :
1. Keppres RI No.61 Tahun 1998, tentang Lembaga Pembiayaan.
2. Keputusan Menteri Keuangan RI No.448/KMK0.17/2000 tentang
Perusahaan Pembiayaan
Selain dasar hukum yang telah disebutkan, masih ada lagi ketentuan-
ketentuan administratif yang mengatur masalah factoring untuk sektor –
sektor tertentu. Misalnya terhadap factoring yang dipraktekkan oleh
perbankan yang diatur oleh Bank Indonesia.7
4
Yaitu bentuk pelayanan dimana yang dibutuhkan klien adalah jaminan
perlindungan kredit yang meliputi pengurusan penuh atas penjualan,
penagihan dari pelanggan dan proteksi atas piutang.
e. Agency Factoring
Bentuk factoring ini sering dikaitkan dengan bull factoring yaitu
penyerangan keseluruhan penjualan anjak piutang klien kepada
perusahaan factoring atas dasar nitifikasi, tetapi tidak bertanggung jawab
atas kepengurusan atas penagihan piutang tersebut.
f. Invoice Discouting
Klien dalam hal ini hanya membutuhkan jasa pembiayaan perusahaan
anjak piutang sedangkan jasa non pembiayaan ditangani sendiri oeh
klien.
g. Undisclosed Factoring
Biasanya berkaitan dengan suatu perjanjian penjualan piutang dimana
perusahaan factoring memberikan proteksi terjadinya kemacetan
pelunasan piutang sampai dengan persentase tertentu (biasanya 80 %)
dari jumlah factur yang disetujui yaitu dengan without recuerse sebagai
resiko kredit.8
Sigit Triandaru dan Tokoh Budisantoso. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. (Yogyakarta:
8
5
KLIEN
NASABAH
(7)
(4)
(5) PERUSAHAAN FACTORING
(6)
Keterangan :
1. Klien menjual barang atau jasa kepada nasabah secara kredit berjangka
pendek atau menengah.
2. Untuk kepentingan cash flow, klien meminta persetujuan nasabah untuk
penjualan piutang kepada lembaga factoring.
3. Nasabah menyetujui permintaan tersebut.
4. Dokumen piutang diserahkan klien kepada factoring
5. Pembuatan kontrak jual beli piutang
6. Perusahaan factoring membayar uang penjualan piutang dengan diskonto.
7. Nasabah membayar utangnya kepada factoring pada tanggal jatuh tempo.
6
7. Bank mengkredit rekening nasabahnya sebesar promes tersebut.9
9
Herman Darmawi. Pasar Finansial dan Lembaga-lembaga Finansial ( Jakarta: PT. Bumi
Aksara, hlm. 211-212
10
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014) hal 269.
7
Dalam praktiknya keuntungan yang diperoleh dari biaya-biaya yang
dibebankan kepada para nasabahnya terdiri dari:
a. Jasa penagihan (service charge)
Yaitu biaya yang dibebankan oleh perusahaan anjak piutang kepada kliennya,
yang dikenal dengan istilah fee dan besarnya dihitung berdasarkan persentase
tertentu. Kemudian besarnya fee yang diberikan tergantung dari kesepakatan
kedua belah pihak dengan berbagai pertimbangan seperti misalnya tingkat
kesulitan atau jumlah piutang yang ditagihkan.
b. Biaya administrasi
Yaitu biaya yang diterima oleh perusahaan anjak piutang setelah melakukan
Pengelolaan perusahaan kreditor oleh klien dan besarnya pun terganttung dari
kesepakatan yang diuat bersama.11
11
NurRianto Al-Arif,M. Lembaga Keuangan Syariah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012) hal 259.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anjak piutang (Bahasa Inggris: factoring) adalah suatu transaksi keuangan
sewaktu suatu perusahaan menjual piutangnya (misalnya tagihan) dengan
memberikan suatu diskon. Tiga pihak yang terlibat dalam anjak piutang adalah
penjual, debitur, dan pihak yang membiayai (factor).
Penjual adalah pihak yang memiliki piutang (biasanya untuk layanan yang
diberikan atau barang yang dijual) dari pihak kedua, debitur. Penjual selanjutnya
menjual satu atau lebih tagihannya dengan potongan atau diskon ke pihak ketiga,
suatu lembaga keuangan khusus untuk mendapatkan uang dalam bentuk kas.
Debitur akan membayar langsung ke perusahaan pembiayaan dengan jumlah
penuh sesuai nilai tagihan. Manfaat Anjak Piutang adalah : Menurunkan biaya
produksi, Memberikan fasilitas pembayaran dimuka, Meningkatkan daya saing
perusahaan klien, Meningkatkan kemampuan perusahaan klien memperoleh laba,
Menghindari kerugian karena kredit macet, Mempercepat proses ekonomi.
9
DAFTAR PUSTAKA
10