PENGADAIAN SYARIAH
DI SUSUN OLEH :
Kelompok IV
MOH. RENDI M. SAMAH (204022016)
TIARA PRICILIA (204022035)
FADILATUL KHAIRA MALAKA (204022049)
PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
TAHUN AJARAN 2021-2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Reksa Dana Syariah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Bapak Dr. Luqmanul Hakiem Ajuna, SE,I.,M.M pada mata kuliah Lembaga
Keuangan Non Bank Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Reksa dana Syariah bagi pembaca dan juga para
penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1
1. LATAR BELAKANG ..........................................................................1
2. RUMUSAN MASALAH ..........................................................................1
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Jasa gadai masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Masyarakat menggadaikan suatu barang karena terdesak kebutuhan
dana, sementara barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk
dijual. Pengertian gadai sendiri menurut Pasal 1150 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata: Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang
kreditur atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh
debitur atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu hutang, dan
yang memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapatkan
pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu daripada kreditur-kreditur
lainnya terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya
yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biaya-biaya mana
harus didahulukan. Secara umum pengertian gadai adalah kegiatan
menjaminkan barangbarang berharga kepada pihak tertentu, guna
memperoleh sejumlah uang dan barang yang akan dijaminkan akan
ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan
lembaga gadai.1 Ketika seorang membutuhkan dana sebenarnya dapat
diajukan ke berbagai sumber dana, seperti meminjam uang ke bank atau
lembaga keuangan lainnya. Akan tetapi karena prosedurnya yang rumit
dan memakan waktu yang relatif lebih lama. Kemudian persyaratan yang
lebih sulit untuk dipenuhi seperti dokumen yang harus lengkap. Begitu
pula dengan jaminan yang diberikan harus barang-barang tertentu,
karena tidak semua barang dapat dijadikan jaminan di bank, maka jasa
gadai menjadi alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan dana.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa perbedaan pegadaian Syariah & Pegadaian Konvensional ?
b. Bagaimana sejarah dan landasan hokum pegadaian islam?
c. Bagaimana mekanisme pasar pegadaian syariah?
d. Bagaimana berakhirnya akad rahn?
e. Bagaimana peran gadai dalam literasi keuagan syariah?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pegadaian Syariah (Islamic Pawnshop)
1. Pengertian Pegadaian Syariah
Pegadaian syariah dalam istilah fikih disebut dengan rahn. Rahn yaitu
penguasaan barang milik peminjam oleh pemberi pinjaman sebagai
jaminan.Pegadaian (pawnshop) adalah salah satu bentuk lembaga keuangan
bukan bank yang diperuntukkan bagi manusia luas berpenghasilan me nengah
ke bawah yang membutuhkan dana dalam waktu segera. Dana tersebut
digunakan untuk membiayai kebutuhan tertentu terutama yang sangat
mendesak, misalnya biaya pendidikan anak pada awal tahun ajaran, biaya
pulang mengunjungi keluarga yang kena musibah, biaya pengobatan anggota
keluarga yang sakit, biaya menghadapi lebaran idul fitri, dan lain-lain.
Dengan demikian, lembaga pegadaian mempunyai peran penting.
terutama untuk memenuhi kebutuhan dana segar (fresh money) akibat adanya
kebutuhan yang mendesak.
2. Akad Perjanjian Gadai
Ulama Syafi’iyah berdapat bahwa penggadaian bisa sah bila memmenuhi
tiga syarat:
1) Harus berupa barang, karena utang tidak bisa digadaikan
2) Penetapan kepemilikan penggadaian atas barang yang digadaikan tidak
terhalang, seperti murhaf.
3) Barang yang digadaikan bisa dijual manakala sudah masa pelurusan
utang gadai
Berdasarkan tigas syarat di atas, maka dapat diambil alternative
dalam mekanisme perjanjian gadai, yaitu dengan menggunakan tiga akad
perjanjian,. Ketiga akad perjanjian tersebut adalah:
1) Akad al-Qardul Hasan
2
Akad ini dilakukan pada kasus nasabah yang menggadaikan barangnya
untuk keperluan konsumti. Dengan demikian, nasabah (nabin) akan
memberikan biaya upah atau fee kepada pegadaian (murtahin) yang telah
menjaga atau merawat barang gadaian (marhun).
2) Akad al-Mudharabah
Akad dilakukan untuk nasabah yang menggadaikan jaminannya untuk
menambah modal usaha (pembiyaan investasi dan modal kerja). Dengan
demikian, rahin akan memberikan bagi hasil (berdasrkan keuntungan)
kepada murtahin sesuai dengan kesepakatan, sampai modal yang
dipinjam terlunasi.
3) Akad Bai’al-Muqayadah
Untuk sementara akad ini dapat dilakukan jika rahn yang menginginkan
menggadaika barangnya untuk keperluan produktif, artinya dalam
menggadaikan, rahn tersebut menginginkan modal kerja berupa
pembelian barang. Sedangkan barang jaminan yang dapat dijaminkan
untuk akad ini adalah barang-barang yang dapat dimanfaatkan atau tidak
dapat dimanfaatkan oleh rahin atau murtahin. Dengan demikian, murtahin
akan membelikan barang yang sesuai dengan keinginan rahin atau rahn
akan memberikan mark-up kepada (rahin) mempunyai hak
memanfaatkan, berbeda dengan pendapat Imam Asy Syafi’I yang
mengatakan, hak manfaat, hak memanfaatkan berlaku selama tidak
merugikan/bmembahayakan pemegang gadaian.
3.. Perbedaan Pegadaian Syariah & Konvensional
No Pegadaian Syariah Pegadaian Konvensional
1 Kegiatan usahanya tidak Kegiatan usahananya menerapkan
menerapkan system bunga dan system bunga.
objeknya halal.
2 Kelebihan Lelang barang jaminan Kelebihan Lelang bang jaminan tidak
dikembalikan. dikembalikan.
3 Akomodatif atas keanekaragaman Tidak akomodatif atas
jenis barang jaminan. keanekaragaman jenis barang
jaminan
4 Penyelesaian perselisihan Penyelesaian perselisihan oleh badan
(Persengkataan) oleh basarnas arbitrase nasional Indonesia (BANI)
3
dan peradilan agama. dan peradilan umum.
5. Pengawasaan oleh DPS dan DSN Tidak dibawah pengawasan DPS &
MUI DSN MUI
6
Dari landasan Islam tersebut, maka mekanisme operasional pega daian
Islam dapat digambarkan sebagai berikut: Melalui akad rahn, nasabah
menyerahkan barang bergerak dan kemudian pegadaian me nyimpan dan
merawatnya di tempat yang telah disediakan oleh pega daian. Akibat yang timbul
dari proses penyimpanan adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai
investasi tempat penyimpanan, biaya pe rawatan, dan keseluruhan proses
kegiatannya. Atas dasar ini dibenar kan bagi pegadaian mengenakan biaya sewa
kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Pegadaian Islam akan memperoleh keuntungan hanya dari bea sewa
tempat yang dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang
diperhitungkan dari uang pinjaman. Sehingga di sini dapat dikatakan proses
pinjam meminjam uang hanya sebagai "lipstick" yang akan menarik minat
konsumen untuk menyimpan barangnya di pegadaian.
9
E. ANALISIS SWOT PEGADAIAN ISLAM
Prospek suatu perusahaan secara relatif dapat dilihat dari suatu analisis
yang disebut SWOT atau dengan meneliti kekuatan (Strength), kelemahannya
(Weakness), peluangnya (Opportunity), dan ancaman nya (Threar), sebagai
berikut:
1 Kekuatan (strength) dari sistem gadai Islam.
a Dukungan umat Islam yang merupakan mayoritas penduduk.
Perusahaan gadai Islam telah lama menjadi dambaan umat Islam i
Indonesia, bahkan sejak masa Kebangkitan Nasional yang pertama. Hal
ini menunjukkan besarnya harapan dan dukungan umat Islam terhadap
adanya pegadaian Islam.
b. Dukungan dari lembaga keuangan Islam di seluruh dunia. Adanya
pegadaian Islam yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam adalah sangat
penting untuk menghindarkan umat Is lam dari kemungkinan terjerumus
kepada yang haram. Oleh karena itu, pada konferensi ke-2 Menteri-
menteri Luar Ne geri negara muslim di seluruh dunia bulan Desember
1970 di Karachi, Pakistan telah sepakat untuk pada tahap pertama
mendirikan Islamic Development Bank (IDB) yang diope rasikan sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam. IDB kemudian secara resmi didirikan pada
bulan Agustus 1974 di mana In donesia menjadi salah satu negara
anggota pendiri. IDB pada Articles of Agreement-nya Pasal 2 Ayat XI
akan membantu berdirinya bank dan lembaga keuangan yang akan
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam di negara-negara anggo
tanya Beberapa bank Islam yang berskala internasional telah datang ke
Indonesia untuk menjajaki kemungkinan membuka lembaga keuangan
Islam secara patungan. Hal ini menunjuk kan besarnya harapan dan
dukungan lembaga keuangan in ternasional terhadap adanya lembaga
keuangan Islam di In donesia.
c. Pemberian pinjaman lunak al-qardhul hassan dan pinjaman
mudarabah dengan sistem bagi hasil pada pegadaian Islam sangat
sesuai dengan kebutuhan pembangunan:
10
i. Penyediaan pinjaman murah bebas bunga disebut al-qarz dhul hassan
adalah jenis pinjaman lunak yang diperlukan masyarakat saat ini
mengingat semakin tingginya tingkat bunga
ii. Penyediaan pinjaman mudarabah mendorong terjalinnya kebersamaan
antara pegadaian dan nasabahnya dalam menghadapi risiko usaha dan
membagi keuntungan/ke rugian secara adil.
iii. Pada pinjaman mudarabah, pegadaian Islam dengan sen dirinya tidak
akan membebani nasabahnya dengan biaya biaya tetap yang berada di
luar jangkauannya. Nasabah hanya diwajibkan membagi hasil usahanya
sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan sebelumnya. Bagi hasil
kecil kalau keuntungan usahanya kecil dan bagi hasil be sar kalau hasil
usahanya besar.
iv. Investasi yang dilakukan nasabah pinjaman mudarabah tidak
tergantung kepada tinggi rendahnya tingkat bunga karena tidak ada biaya
uang (biaya bunga pinjaman) yang harus diperhitungkan.
v. Pegadaian Islam bersifat mandiri dan tidak terpengaruh secara
langsung oleh gejolak moneter baik dalam negeri maupun internasional
karena kegiatan operasional bank ini tidak menggunakan perangkat
bunga. Dengan mengenali kekuatan dari pegadaian Islam, maka
kewajiban kita semua untuk terus mengembangkan kekuatan yang
dimiliki per usahaan gadai dengan sistem int
12
iii. Sistem pengenaan biaya uang/sewa modal dalam sistem pegadaian
yang berlaku sekarang dikhawatirkan mengan dung unsur-unsur yang
tidak sejalan dengan Islam, an tara lain:
1. Biaya ditetapkan di muka secara pasti (fixed), diang gap mendahului
takdir karena seolah-olah peminjam uang dipastikan akan memperoleh
keuntungan se hingga mampu membayar pokok pinjaman dan bu nganya
pada waktu yang telah ditetapkan. (Periksa surat Luqman ayat 34)
2. Biaya ditetapkan dalam bentuk prosentase (%) sehing ga apabila
dipadukan dengan unsur ketidakpastian yang dihadapi manusia, secara
matematis dengan ber jalannya waktu akan bisa menjadikan hutang
berlipat ganda. (Periksa surat Al- Imran ayat 130)
3. Memperdagangkan/menyewakan barang yang sama dan sejenis
(misalnya, rupiah dengan rupiah yang masih berlaku, dan lain-lain)
dengan memperoleh keuntungan/kelebihan kualitas dan kuantitas, hu
kumnya adalah riba. (Periksa terjemah Hadis Shahih Muslim oleh Ma'mur
Daud, Bab Riba No. 1551 s/d 1567).
4. Membayar utang dengan lebih baik (yaitu, diberikan tambahan) seperti
yang dicontohkan dalam Al-Hadis, harus ada dasar sukarela dan
inisiatifnya harus da tang dari yang punya utang pada waktu jatuh tempo,
bukan karena ditetapkan di muka dan dalam jumlah yang pasti (fixed)
(periksa terjemah Hadis Shahih Muslim oleh Ma'mur Daud, Bab Riba No.
1569 s/d 1572). Unsur-unsur yang dikhawatirkan tidak seja lan dengan
syariat Islam di ataslah yang ingin dihin dari dalam mengelola pegadaian
Islam.
b. Adanya peluang ekonomi dari berkembangnya pegadaian Islam.
i. Selama Repelita VI diperlukan pembiayaan pembangun an yang
seluruhnya diperkirakan akan mencapai jumlah yang sangat besar. Dari
jumlah tersebut diharapkan se bagian besar dapat disediakan dari
tabungan dalam ne geri dan dari dana luar negeri sebagai pelengkap
saja. Dari tabungan dalam negeri diharapkan dapat dibentuk melalui
tabungan pemerintah yang kemampuannya se makin kecil dibandingkan
melalui tabungan masyarakat yang melalui sektor perbankan dan
lembaga keuangan lainnya.
13
ii. Mengingat demikian besarnya peranan yang diharap kan dari tabungan
masyarakat melalui sektor perbankan, maka perlu dicarikan berbagai
jalan dan peluang untuk mengerahkan dana dari masyarakat. Pegadaian
berfung si mencairkan (dishoarding) simpanan-simpanan berupa
perhiasan dan barang tidak produktif yang kemudian di investasikan
melalui mekanisme pinjaman mudarabah.
iii. Adanya pegadaian Islam yang telah disesuaikan agar tidak
menyimpang dari ketentuan yang berlaku akan memperka ya khazanah
lembaga keuangan di Indonesia. Iklim baru ini akan menarik penanaman
modal di sektor lembaga ke uangan khususnya IDB dan pemodal dari
negara-negara penghasil minyak di Timur Tengah.
iv. Konsep pegadaian Islam yang lebih mengutamakan kegi atan produksi
dan perdagangan serta kebersamaan dalam hal investasi, menghadapi
risiko usaha dan membagi hasil.
4 Ancaman (threat) dari pegadaian Islam. Ancaman yang paling berbahaya ialah
apabila keinginan akan adanya pegadaian Islam itu dianggap berkaitan dengan
fanatisme agama. Akan ada pihak pihak yang akan menghalangi
berkembangnya pegadaian Islam ini semata-mata hanya karena tidak suka
apabila umat Islam bangkit dari keterbelakangan ekonominya. Mereka tidak mau
tahu bahwa pegadaian Islam itu jelas-jelas bermanfaat untuk semua orang tanpa
pandang suku, agama, ras, dan adat istiadat. Isu primordial, eksklusivisme atau
sara mungkin akan dilontarkan untuk mence gah berdirinya pegadaian Islam.
Ancaman berikutnya adalah dari mereka yang merasa terusik kenikmatannya
mengeruk kekayaan rakyat Indonesia yang sebagian terbesar beragama Islam
melalui sistem bunga yang sudah ada. Munculnya pegadaian Islam yang
menuntut pemerataan pendapatan yang lebih adil akan dirasakan oleh mereka
sebagai ancaman terhadap status quo yang telah di nikmatinya selama puluhan
tahun. Isu tentang ketidak cocokan dengan sistem internasional berlaku di
seluruh dunia mungkin akan dilontarkan untuk mencegah berkembangnya di
tengah-tengah me reka pegadaian Islam. Dengan mengenali ancaman-ancaman
ter hadap dikembangkannya pegadaian Islam ini, maka diharapkan para
cendekiawan muslim dapat berjaga-jaga dan mengupayakan penangkalnya.
Dari analisis SWOT sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pega daian
Islam mempunyai prospek yang cukup cerah, baik itu adalah Perum Pegadaian
14
yang telah mengoperasikan sistem Islam maupun pegadaian Islam yang baru.
Prospek ini akan lebih cerah lagi apabila kelemahan (weakness) sistem
mudarabah dapat dikurangi dan ancam an (threat) dapat diatasi.
17
maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil, yaitu:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00
(tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini, yaitu:
Muhammad Fuad, Meilyda Trianna: Analisis Peran Pembiayaan oleh Pegadaian
Sayariah
221
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pegadaian sebagai salah satu lembaga keuangan berfungsi memberikan
kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai dengan jaminan benda
bergerak dengan prosedur pelayanan yang sangat mudah, aman dan cepat,
serta tanpa syarat apapun mengenai penggunaan dananya. Kondisi ini semakin
meningkatkan peran Pegadaian sebagai lembaga keuangan alternatif untuk
menunjang pembangunan ekonomi kerakyatan. Dalam era yang sedang
berkembang saat ini, masyarakat sangat mengharapkan agar perizinan
Pergadaian diperlakukan/diterapkan sama (equal treatment) sebagaimana
perizinan di bidang-bidang jasa keuangan lainnya. Oleh karena itu, undang-
undang warisan kolonial yang memberikan hak monopoli kepada Pemerintah
untuk mendirikan Pegadaian, yakni Staatsblad1928 No.81 (Pandhuis
Reglement), sudah saatnya disesuaikan dan diselaraskan dengan
perkembangan dan keterbukaan ekonomi berdasarkan demokrasi ekonomi
karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan ekonomi, hukum dan
ketatanegaraan Republik Indonesia. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, peran
Pemerintah sebagai fasilitator dan regulator perlu ditingkatkan dan mengurangi
keterlibatannya sebagai pelaku usaha.
B. SARAN
Mungkin inilah diwacanakan penulis pada penulisan kelompok ini.
Menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata sempurna, ke depannya kami
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak lagi dantentunya dapat di pertanggung
jawabkan.Kami mengharapkan makalah ini bisa menarik dan bermanfaat bagi
para pembaca serta dapat meningkatkan kreativitas dan berfikir kritis. Tak lupa
ucapan terimakasih atas terselesaikanya makalah ini kepada semua pihak yang
terlibat yakni dosen Dr.Luqmanul Hakiem Ajjuna, SE.I.,M.M selaku pengampu
mata kuliah Mata Kuliah Lembaga Keuangan (Bank dan non Bank) danteman
teman yang berpartisipasi dalam pembuataan makalah.
21
DAFTAR PUSTAKA
ANGGADINI, S D. PENERAPAN TEORI DAN APLIKASI PENGGADAIAN
SYARIAH PADA PERUM PENGGADAIAN DI INDONESIA. Vol. 15.
(No.1). Hlm 3-12
Handono, M & Tektona R I & Zahro Q F. (2020). AKADRAHN TASJILY PADA
BENDA BERGERAK DALAM PRODUK AMANAH DI PT PEGADAIAN
(PERSERO) SYARIAH. Vol,10. (No.1). Hlm 23-35
Huda. Nurul & Haykal, Mohamad. 2010. Lembaga Keuangan Islma. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Mardani. 2014. Hukum Bisnis Syariah. Jakarta: Prenadamedia Group
Muhammad, F. & Meilyda, T. (2018). ANALISIS PERAN PEMBIAYAAN OLEH
PEGADAIAN SYARIAH BAGI PENGEMBANGAN UMKM (STUDI KASUS
PRODUK AR-RUM DI KOTA LANGSA). Vol. 3. (No. 2). Hlm 217-240
Mulazid. Ade Sofyan. 2016. Kedudukan Sistem Pegadaian Syariah. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Rodoni, Ahmad. 2015. Asuransi dan Pegadaian Syariah.Jakarta: Mitra wacana
Grup.
Subagiyo, R. (2014). TINJAUAN SYARIAH TENTANG PEGADAIAN SYARIAH
(RAHN). Vol, 01. (No.01). Hlm 162-184
Sudarsono, Heri. 2015. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:
Ekonisia
Tulasmi & Mukti T. (2020). Peran Pegadaian Syariah dalam Literasi Keuangan
Syariah. Vol, 6. (No.02). Hlm 239-245
22