Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PEGADAIAN DAN KOPERASI SYARI’AH

Oleh :
KELOMPOK III
1) WIDYA AFRIZA YANTI
2) ERAWATI
3) ENDAH SETIOWATI
4) RESI TIARA SARI
5) YOSRIZAL
6) RIRIS

STIE RIAU
T.P. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
nikmat kesehatan, iman, dan ilmu pengetahuan kepada umat manusia. Atas dasar
nikmat tersebut itulah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Pegadaian dan Koperasi Syari’ah“ tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami dalam kesempatan kali ini mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini
sehingga kami mempresentasikannya. Khususnya kepada dosen Mata Kuliah
yang telah memberikan berbagai arahan dan pelajaran dalam arti penting
mengaktualisasikan diri yang merupakan cikal bakal terbentuknya makalah ini.
Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal
itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu,
kami sangat mengjharapkan kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun
dari dosen, rekan mahasiswa, dan para pembaca sekalian. Akhir kata, kami
memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.

Pekanbaru, April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Pengertian Pegadaian Dan Koperasi Syariah ............................................. 3
B. Sejarah dan Perkembangan Pegadaian ....................................................... 4
C. Ketentuan Hukum Gadai Syari’ah ............................................................. 6
D. Tujuan dan Manfaat Pegadaian ................................................................ 7
E. Tujuan, Fungsi, Landasan, dan Prinsip koperasi syariah ........................... 9
F. Tugas dan Fungsi Pokok Pegadaian ........................................................... 10
G. Jenis- Jenis Barang yang Dapat Digadaikan dan Yang
Tidak Dapat Digadaikan ............................................................................ 11

BAB III KASUS ............................................................................................. 13


A. Kasus Pegadaian ........................................................................................ 13
B. Kasus Koperasi Syari’ah ........................................................................... 14
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 16
A. Kesimpulan ................................................................................................ 16
B. Saran ........................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan kegiatan ekonomi tersebut, kebutuhan akan pendanaan pun
semakin meningkat. Kebutuhan pendanaan tersebut sebagian besar dapat dipenuhi
melalui kegiatan pinjam meminjam. Kegiatan pinjam meminjam ini dilakukan
oleh perseorangan atau badan hukum dengan suatu lembaga, baik lembaga
informal maupun formal. Indonesia yang sebagian masyarakatnya masih berada di
garis kemiskinan cenderung memilih melakukan kegiatan pinjam meminjam
kepada lembaga informal seperti rentenir. Kecendrungan ini dilakukan karena
mudahnya persyaratan yang harus dipenuhi, mudah diakses dan dapat dilakukan
dengan relatif singkat. Namun, di bali kemudahan tersebut, rentenir atau
sejenisnya menekan masyarakat dengan meninggikan bunga. Jika masyarakat
melihat keadaan lembaga formal yang dapat dipergunakan untuk melakukan
pinjam meminjam, mungkin masyarakat akan cenderung memilih lembaga formal
tersebut untuk memenuhi kebutuhan dananya. Lembaga formal tersebut dibagi
menjadi dua yaitu Lembaga Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Saat ini
masih terdapat kesan terhadap masyarakat bahwa meminjam ke bank adalah suatu
hal yang lebih membanggakan dibandingkan dengan lembaga formal lain, padahal
dalam prosesnya memerlukan waktu yang cukup lama dan cukup rumit.
Padahal, pemerintah telah memfasilitasi masyarakat dengan Perum
Pegadaian yang menawarkan akses yang lebih mudah, proses yang jauh lebih
singkat dan persyaratan yang relatif sederhana dan mempermudah masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan dana. Namun, sejauh mana kesinambungan antara
teori dan prinsip-prinsip mengenai gadai dengan aplikasi yang telah diterapkan
Perum Pegadaian ?
Praktek riba sudah dilakukan sejak zaman dahulu.Maka Allah mengutus
para nabi,salah satu tugasnya untuk memerangi riba.Bahkan Knight of Templar
yang lari dari perang salib II,menurut Harun Yahya seorang intelektual

1
muslim,adalah orang-orang yang memperkenalkan konsep perbankan dengan
pinjaman yang berbunga.
Dalam bermuamalah islam menerapkan kriteria yang ketat,agar transaksi
halal dan saling menguntungkan,tak ada yang teraniaya,atau maksiat.Jujur dan
amanah harus pula menjdi pondasi.Maka bila tawaran dari bermuamalah dengan
hukum islam lebih menggiurkan,mengapa kita masih tertarik dengan konsep
jahiliyah?

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Pengertian Pegadaian Dan Koperasi Syariah?
b. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Pegadaian?
c. Jelaskan Ketentuan Hukum Gadai Syari’ah!
d. Apa Tujuan dan Manfaat Pegadaian ?
e. Apa Tujuan, Fungsi, Landasan, dan Prinsip koperasi syariah?
f. Bagaimna Tugas dan Fungsi Pokok Pegadaian?
g. Sebutkan Jenis- Jenis Barang yang Dapat Digadaikan dan Yang Tidak
Dapat Digadaikan?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui Pengertian Pegadaian Dan Koperasi Syariah
b. Memahami Sejarah dan Perkembangan Pegadaian
c. Memahami Ketentuan Hukum Gadai Syari’ah
d. Untuk mengetahui Tujuan dan Manfaat Pegadaian
e. Untuk mengetahui Tujuan, Fungsi, Landasan, dan Prinsip koperasi syariah
f. Mengetahui Tugas dan Fungsi Pokok Pegadaian
g. Untuk memahami Jenis- Jenis Barang yang Dapat Digadaikan dan Yang
Tidak Dapat Digadaikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pegadaian Dan Koperasi Syariah


1) Pengertian Pegadaian
Pegadaian menurut Susilo (1999) adalah suatu hak yang diperoleh oleh
seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak
tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai
utang atau oleh oarang lain atas nama orang yang mempunyai utang atau oleh
oarang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang
tersebut memberikan kekuasaan kepada orang lain yang berpiutang untuk
menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang
apabila ihak yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh
tempo.
Gadai menurut Undang-Undang Hukum Perdata (Burgenlijk Wetbiek)
Buku II Bab XX pasal 1150, adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang
berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang
berutang atau orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada
yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara
didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya, dengan pengecualian biaya
untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang tersebut digadaikan, biaya-biaya mana harus
didahulukan.
Perusahaan umum pegadaian adalah suatu badan usaha di Indonesia yang
secara resmi mempunyai izin untuk melaksanakan kegiatan lembaga keuangan
berupa pembiayaan dalam bentuk penyaluran dana masyarakat atas dasar hukum
gadai.
Gadai dalam fiqh disebut rahn, yang menurut bahasa adalah nama barang
yang dijadikan sebagai jaminan kepercayaan. Sedangkan menurut syara’ artinya
menyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi

3
dapat diambil sebagai tebusan. Dalam defenisinya rahn adalah barang yang
digadaikan. Rahin adalah orang yang menggadaikan.
Pegadaian syari’ah adalah pegadaian yang dalam menjalankan
operasionalnya berpegang kepada prinsip syari’ah. Payung gadai syari’ah dalm
hal pemenuhan prinsip-prinsip syari’ah berpegang pada fatwa DSN-MUI No.
25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman
dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn
diperbolehkan. Sedangkan dalam aspek kelembagaan tetap menginduk kepada
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 tanggal 10 April 1990.
2) Pengertia Koperasi Syariah
Koperasi syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip
kegiatan,tujuan dan kegiatan usahanya berdasarkan pada syariah islam yaitu Al-
quran dan Assunah. Pengertian umum dari koperasi syariah adalah badan usaha
koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsi-prinsip syariah.apabila
koperasi memiliki unit usaha produktif simpan pinjam,maka seluruh produk dan
operasionalnya harus dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut,maka koperasi syariah tidak diperkenankan
berusaha dalam bidang-bidang yang didalamnya terdapat unsur-unsur
riba,maysir,dan gharar.
Disamping itu,koperasi syariah juga tidak diperkenankan melakukan
transaksi-transaksi derivatif sebagaimana lembaga keuangan syariah lainnya.

B. Sejarah dan Perkembangan Pegadaian


Pegadaian atau Pawn Shop merupakan lembaga perkreditan dengan sistem
gadai. Lembaga semacam ini pada awalnya berkembang di Italia yang kemudian
dipraktekkan di wilayah-wilayah Eropa lainnya, misalnya Inggris dan Belanda.
Sistem gadai tersebut memasuki Indonesia dibawa dan dikembangkan oleh orang
Belanda (VOC), yaitu sekitar abad ke-19.
Bentuk usaha pegadaian di Indonesia berawal dari Bank Van Lening pada masa
VOC yang mempunyai tugas memberikan pinjaman uang keada masyarakat

4
dengan jaminan gadai. Sejak itu bentuk usaha pegadaian telah mengalami
beberapa kali perubahan sejalan dengan perubahan peraturan-peraturan yang
mengaturnya.
Peda mulanya usaha pegadaian di Indonesia dilaksanakan oleh pihak
swasta, kemudian pada awal abad ke 20 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda
melalui Staatsblad tahun 1901 Nomor 131 tanggal 12 Maret 1901 didirikan rumah
gadai pemerintah (Hindia Belanda) di Sukabumi, Jawa Barat. Dengan
dikeluarkannya peraturan tersebut, maka pelaksanaan gadai dilakukan oleh
pemerintah Hindia Belanda sebYGagaimana diatur dalam staatblad tahun 1901
Nomor 131 tersebut sebagai berikut :”kedua sejak saat itu dibagian Sukabumi
kepada siapapun tidak akan diperkenankan untuk memberi gadai atau dalam
bentuk jual beli dengan hak membeli kembali, meminjam uang tidak melebihi
seratus Gulden, dengan hukuman tergantung kepada kebangsaan para pelanggar
yang diancam dalam pasal 337 KUHP bagi orang-orang Eropa dan pasal 339
KUHP bagi orang-orang Bumiputera”.
Selanjutnya, dengan staatblad 1930 No. 226 Rumah Gadai tersebut mendapat
status Dinas Pegadaian sebagai Perusahaan Negara dalam arti Undang-Undang
perusahaan Hindia Belanda (Lembaran Negara Hindia Belanda 1927 No.419).
Pada masa selnjutnya, pegadaian milik pemerintah tetap diberi fasilitas monopoli
atas kegiatan pegadaian di Indonesia. Dinas pegadaian mengalami beberapa kali
perubahan bentuk badan hukum, sehingga akhirnya pada tahun 1990 menjadi
Perusahaan Negara (PN) pegadaian, pada tahun 1969 Perusahaan Negara
Pegadaian diubah menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) pegadaian, dan pada
tahun 1990 Perusahaan Jawatan Pegadaian diubah menjadi Perusahaan umum
(PERUM) pegadaian melalui Peraturan Pemerinah nomor 10 Tahun 1990 Tanggal
10 April 1990. Peda waktu pegadaian masih berbentuk Perusahaan Jawatan, misi
sosial dari pegadaian merupakan satu-satunya acuan yang digunakan oleh
manajernya dalam mengelola pegadaian. Pengelolaan pegadaian bisa
dilaksanakan meskipun perusahaan tersebut mengalami kerugian. Sejak stausnya
diubah menjadi Perusahaan Umum, keadaan tersebut tidak sepenuhnya dapat
dipertahankan lagi. Disamping berusaha memberikan pelayanan umum berupa

5
penyediaan dana atas dasar hukum gadai, manajemen perum pegadaian juga
berusaha agar pengelolaan usaha ini sedapat mungkin tidak mengalami kerugian.
Perum pegadaian diharapkan akan dapat mengalami keuntungan atau setidaknya
penerimaan yang didapat mampu menutup seluruh biaya dan pengeluarannya
sendiri.
Kantor pusat Perum berkedudukan di Jakarta dan dibantu oleh kantor daerah,
kantor perwakilan daerah dan kantor cabang. Saat ini jaringan usaha Perum
Pegadaian telah meliputi lebih dari 500 cabang yang tersebar diseluruh.

C. Ketentuan Hukum Gadai Syari’ah


Rukun gadai :
1. Adanya ijab dan qabul
2. Adanya pihak yang berakad, yaitu pihak yang menggadaikan (rahn) dan
yang menerima gadai (murtahin)
3. Adanya jaminan (marhun) berupa barang atau harta
4. Adanya utang (marhun bih)

Syarat sah gadai :


1. Rahn dan murtahin dengan syarat-syarat : kemampuan juga berarti
kelayakan seserang untuk melakukan transaksi pemilikan, setiap orang
yang sah melakukan jual beli sah melakukan gadai.
2. Sighat dengan syarat tidak boleh terkait dengan masa yang akan datang
dan syarat-syarat tertentu.
3. Utang (marhun bih) dengan syarat harus merupakan hak yang wajib
diberikan atau diserahkan kepada pemiliknya, memungkinkan
pemanfaatannya bila sesuatu yang menjadi utang itu tidak bisa
dimanfaatkan maka tidak sah, harus dikuantifikasi atau dapat dihitung
jumlahnya bila tidak dapat diukur atau tidak dikuantifikasi, rahn tidak sah.
4. Barang (marhun) dengan syarat harus bisa diperjualbelikan, harus berupa
harta yang bernilai, marhun harus bisa dimanfaatkan secara syari’ah, harus

6
diketahui keadaan fisiknya, harus dimiliki oleh rahn setidaknya harus
seizin pemiliknya.
Menurut fatwa DSN-MUI No.26/DSN-MUI/III/2002 gadai emas syari’ah
harus memenuhi ketentuan umum berikut :
1. Rahn emas dibolehkan berdasarkan prinsip rahn.
2. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh
penggadai (rahn).
3. Ongkos penyimpanan besarnya didasarkan pada pengeluaran yang
nyata-nyata diperlukan.
4. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad
Ijarah.
Pada dasarnya pegadaian syari’ah berjalan di atas dua akad transaksi
syari’ah yaitu :
1. Akad Rahn.
Rahn adalah menahan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman
yang diterimanya, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutngnya. Dengan akad ini, pegadaian menahan
barang bergerak sebagai jaminan atas utang nasabah.
2. Akad Ijarah.
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas
barangnya sendiri melelui akad ini dimungkinkan bagi pegadaian untuk menarik
sewa atas penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah melakukan
akad.

D. Tujuan dan Manfaat Pegadaian


Tujuan dari Perum Pegadaian adalah sebagai berikut :
1. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan
program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada
umumnya melalui penyaluran uang pembiayaan/pinjaman atas dasar
hukum gadai.

7
2. Pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar
lainnya.
3. Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syari’ah memiliki efek jaring
pengaman sosial karena masyarakat yang butuh dana mendesak tidak lagi
dijerat pinjaman/pembiayaan bebas bunga.
Adapun manfaat pegadaian antara lain :
1. Bagi nasabah :
Tersedianya dana dengan prosedur yang relatif lebih sederhana dan dalam
waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pembiayan/kredit perbankan.
Disamping itu, nasabah juga mendapat manfaat penaksiran nilai suatu
barang bergerak secara profesional. Mendapatkan fasilitas penitipan
barang bergerak yang aman dan dapat dipercaya.
2. Bagi perusahaan pegadaian :
a. Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkanoleh
peminjam dana.
b. Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh
nasabah yang memperoleh jasa tertentu. Bagi bank syari’ah yang
mengeluarkan produk gadai syari’ah dapat mendapat kuntungan dari
pembebanan biaya administrasi dan biaya sewa tempat penyimpanan
emas.
c. Pelaksanaan misi perum pegadaian sebagai suatu badan usaha milik
negara yang bergerak dalam bidang pembiayaan berupa pemberian
bantuan kepada masyarakat yang memerlukan dana dengan prosedur
dan cara yang relatif sederhana.
d. Berdasarkan PP No. 10 Tahun 1990, laba yang diperoleh digunakan
untuk :
o Dana pembangunan semesta (55%)
o Cadangan umum (20%)
o Cadangan tujuan (5%)
o Dana sosial (20%)

8
E. Tujuan, Fungsi, Landasan, dan Prinsip koperasi syariah
Tujuan dari koperasi syariah
1. Mensejahterakan ekonomi anggotanya sesuai norma dan moral islam:
“hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan,
karena sesungguhnya syetan itu musuh nyata bagimu”. (Q.S Al
baqarah:168)
“apabila telah ditunaikan sholat.maka bertebaranlah di muka bumi, dan
carilah karunia allah dan ingat Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung. (Q.S Al Jumu’ah :10)
2. Menciptakan persaudaraan dan keadilan sesama anggota:
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki serta seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha
mengenal”. (Q.S Al Hujarat (49) : 13)

Fungsi dari koperasi syariah:


1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada
khususnya, dan masyarakat pada umumnya, guna meningkatkan
kesejahteraan sosial ekonominya;
2) Memperkuat kualitas sumber daya insani anggota, agar menjadi lebih
amanah, professional (fathonah), konsisten, dan konsekuen (istiqomah) di
dalam menerapkan prinsip-prinsip ekonomi islam dan prinsip-prinsip
syariah islam;
3) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi;
4) Sebagai mediator antara menyandang dana dengan penggunan dana,
sehingga tercapai optimalisasi pemanfaatan harta;

9
5) Menguatkan kelompok-kelompok anggota, sehingga mampu bekerjasama
melakukan kontrol terhadap koperasi secara efektif.
6) Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.
7) Menumbuhkan-kembangkan usaha-usaha produktif anggota.

Landasan koperasi syariah:


1. Berlandaskan pancasila dan UUD 1945
2. Berazazkan kekeluargaan
3. Berlandaskan syariah islam yaitu Al-quran dan Assunah dengan saling
tolong menolong dan menguatkan.

Prinsip koperasi syariah:


1. Kekayaan adalah amanah Allah SWT yang tidak dapat dimiliki oleh
siapapun secara mutlak
2. Manusia diberi kebebasan buermuamalah selama bersama dengan
ketentuan syariah
3. Manusiamerupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi
4. Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setisp bentuk riba dan
pemusatan sumber dana ekonomi pada seglintir orang atau sekelompok
orang saja.
5. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
6. Keputusan ditetapkan secara musyawarah dan dilaksanakan secara
konsisten dan konsekuen.
7. Pengelolaan dilakukan secara transparan dan profesional
8. Pembagian SHU dilakukan secara adil,sesuai dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota.

F. Tugas dan Fungsi Pokok Pegadaian


Tugas pokok pegadaian yaitu sebagai berikut :
1. Menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai dan uasha-usaha lain
yang berhubungan dengan tujuan pegadaian atas dasar materi.

10
2. Memberi pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar
masyarakat tidadirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan non formal
yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari
masyarakat.
Fungsi Pokok Pegadaian yaitu sebagai berikut :
2. Mengelola penyaluran uang pinjama atas dasar hukum gadai dengan cara
mudah, cepat, aman dan hemat.
3. Menciptakan dan mengembangkan usaha-usaha lain yang menguntungkan
bagi pegadaian maupun masyarakat.
4. Mengelola keuangan perlengkapan, kepegawaian, pendidikan dan
pelatihan.
5. Mengelola organisasi, tata kerja dan tata laksana pegadaian.
6. Melakukan penelitian dan pengembangan serta mengawasi pengelolaan
pegadaian.

G. Jenis- Jenis Barang yang Dapat Digadaikan dan Yang Tidak Dapat
Digadaikan
 Barang yang dapat digadaikan yaitu :
1. Barang perhiasan
Perhiasan yang terbuat dari emas, perak, platina , intan, mutiara dan
batu mulia.
2. Kendaraan
Mobil, sepeda motor, sepeda, becak, bajai, dan lain-lain.
3. Barang elektronik
Kamera, lemari es, freezer, radio, tape recorder, video player, televisi,
komputer, laptop, handphone, dan lain-lain.
4. Barang rumah tangga
Perlengkapan dapur, peralatan makan dan lain-lain.
5. Mesin-mesin
Mesin jahit dan mesin kapal motor.
6. Tekstil

11
Pakaian, permadani atau kain batik/sarung.
7. Barang lain yang dianggap bernilai oleh perum pegadaian seperti surat-
surat berharga baik dalam bentuk saham, obligasi, maupun surat-surat
berharga lainnya.
 Barang yang tidak Dapat Digadaikan.
1. Binatang ternak, karena memerlukan tempat penyipanan khusus dan
memerlukan cara pemeliharaan khusus.
2. Hasil bumi, karena mudah busuk atau rusak.
3. Barang dagangan dalam jumlah besar, karena memerlukan tempat
penyimpanan sangat besar yang tidak dimiliki oleh pegadaian.
4. Barang yang ceat rusak, busuk atau susut.
5. Barang yang amat kotor.
6. Kendaraan yang sangat besar.
7. Barang-barang seni yang sulit ditaksir.
8. Barang yang sangat mudah terbakar.
9. Senjata api, amunisi dan mesiu.
10. Barang yang disewabelikan.
11. Barang milik pemerintah.
12. Barang ilegal.

12
BAB III
CONTOH KASUS

A. Kasus Pegadaian
Terbukti Foya-foya Uang Pegadaian Rp 2 M, Eks Pegawai Divonis 6 Tahun Bui
Serang - Mantan Pengelola UPT Syariah PT Pegadaian di Cibeber pada Cabang
Syariah Kepandean Serang, Wardhiana, divonis 6 tahun penjara. Wardhiana
dinyatakan bersalah melakukan korupsi uang PT Pegadaian untuk foya-foya
senilai Rp 2,6 miliar.
"Menjatuhkan pidana penjara selama 6 tahun dan denda Rp 50 juta dengan
ketentuan bila tidak dibayar diganti pidana selama 2 bulan," kata ketua majelis
hakim, Slamet Widodo, di Pengadilan Tipikor Serang, Rabu (16/11/2022).

Terdakwa juga dihukum untuk membayar uang pengganti sebesar Rp 2,2 miliar.
Jika terdakwa tidak membayar setelah putusan ini berkekuatan hukum tetap, harta
benda milik terdakwa disita. Jika harta benda tidak mencukupi, terdakwa akan
dibui.
"Jika tidak mencukupi uang pengganti, maka dipidana selama 2 tahun 6 bulan,"
kata hakim.
Majelis hakim menilai terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar
Pasal 3 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi. Terdakwa dinilai tidak
mendukung program pemerintah dalam upaya pemberantasan korupsi.

Setelah pembacaan vonis, terdakwa Wardhiana mengatakan menerima keputusan


majelis hakim. Jaksa penuntut umum (JPU) juga menerima putusan majelis hakim
atas perkara ini.

"Menerima," kata terdakwa singkat.

Diketahui, putusan majelis hakim ini lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut
umum. Pada tuntutannya, jaksa meminta majelis menghukum terdakwa 6 tahun 6

13
bulan dan denda Rp 100 juta subsider 3 bulan penjara. Terdakwa juga diminta
membayar uang pengganti Rp 2,2 miliar akibat perbuatannya melakukan korupsi
uang PT Pegadaian.
Sebagaimana diketahui, terdakwa Wardhiana mengakui menggunakan uang PT
Pegadaian Syariah untuk foya-foya hingga bermain Bitcoin. Pencairan uang PT
Pegadaian dilakukan dengan cara memalsukan pembuatan, penerbitan, dan
pencairan dokumen pengajuan pegadaian.

Jaminan yang digunakan terdakwa adalah barang-barang palsu. Perhiasan yang


dijaminkan di PT Pegadaian ia peroleh dari membeli secara online.

B. Kasus Koperasi Syariah


PIKIRAN RAKYAT - Aksi Cepat Tanggap (ACT) diduga menggunakan
sebagian uang hasil donasi korban Lion Air untuk koperasi syariah 212 senilai
Rp10 miliar.
Dugaan tersebut disampaikan langsung oleh Bareskrim Polri saat menyampaikan
hasil temuan dari penyelidikan Yayasan Aksi Cepat Tanggap pada Senin 25 Juli
2022.
“Perlu kami sampaikan, apa saja yang digunakan tidak sesuai peruntukannya, di
antaranya adalah adanya pengadaan armada truk kurang lebih Rp2 miliar,
kemudian untuk program food bus kurang lebih Rp2,8 miliar, kemudian
pembangunan pesantren peradaban Tasikmalaya kurang lebih Rp8,7 miliar,”
kata Bareskrim Polri Kombes Pol Helfi Assegaf.
“Untuk koperasi syariah 212 kurang lebih Rp10 miliar, kemudian untuk dana
talangan CUN Rp3 miliar, selanjutnya kemudian dana talangan PT MBGS Rp7,8
miliar,” Sambung Assegaf menjelaskan.
Tak hanya itu, Bareskrim Polri mengonfirmasi adanya penyelewengan dana umat
untuk menggaji pengurus ACT.

14
Dengan temuan tersebut, Bareskrim Polri berkoordinasi dengan Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk melacak aliran dana tersebut.
“Kemudian selain itu, digunakan untuk gaji pengurus. Ini sekarang sedang
dilakukan rekapitulasi dan menjadi tindak lanjutk kami yang tadi disampaikan,”
kata Assegaf seperti dikutip Pikiran-rakyat.com dari PMJ News.
Sebelumnya, Bareskrim Polri telah menetapkan empat orang tersangka yakni A
sebagai Ketua Pembina ACT, IK Ketua Pengurus Yayasan ACT, HH dan NIA
sebagai anggota Pembina.
Keempat orang tersangka tersebut akan menjalani proses pemeriksaan oleh
penyidik pada Jumat 29 Juli 2022.
Kendati demikian, pihak Bareskrim Polri belum melakukan penahanan terhadap
keempat tersangka sebelum proses pemeriksaan berlangsung. “Ya nanti
diputuskan,” kata Dirut Eksus Brigjen Pol. Whisnu Hermawan.
Penetapan status tersangka tersebut berkaitan dengan dugaan penyelewengan dana
korban Lion Air.
Adapun tindak pidana yang disangkakan kepada empat tersangka adalah tindak
pidana penggelapan dalam jabatan, transaksi elektronik, dan pencucian uang.
ACT menerima dana dari Boeing dengan total Rp138 miliar untuk digunakan
dalam berbagai program yang telah disepakati sebelumnya.
Akan tetapi diduga terjadi penyelewengan dana sejumlah Rp34 miliar yang
digunakan untuk keperluan yang tidak semestinya.***

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pegadaian menurut Susilo (1999) adalah suatu hak yang diperoleh oleh
seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak
tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai
utang atau oleh oarang lain atas nama orang yang mempunyai utang atau oleh
oarang lain atas nama orang yang mempunyai utang.
Pegadaian syari’ah adalah pegadaian yang dalam menjalankan
operasionalnya berpegang kepada prinsip syari’ah. Payung gadai syari’ah dalm
hal pemenuhan prinsip-prinsip syari’ah berpegang pada fatwa DSN-MUI No.
25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan bahwa pinjaman
dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn
diperbolehkan.
Koperasi syariah dijalankan berpedoman pada hukum-hukum
syariah,sehingga menjamin kemaslahatan dalam kegiatannya. Koperasi syariah
harus dijalankan oleh oranng orang yang mengerti ekonomi syariah dan dapat
menyampaikan ilmu-ilmunya kepada masyarakat sebagai anggota koperasi,
sehingga masyarakat mengerti keunggulan bertransaksi di koperaasi syariah, dan
memilih koperasi syariah dari pada di lembaga ekonomi yang bersistim kapitalis
untuk melakukan kegiatan ekonomi. Ketika koperasi dijalankan sesuai jati dirinya
ia akan tumbuh dan mencapai tujuannya, seperti jika kita analogikan ketika kita
ingin memasak makanan yang kita sukai, kita perlu bumbu dan cara khusus untuk
mendapatkan hasil yang sesuai selera, sesuai dengan apa yang kita inginkan,
begitu pun koperasi.
Pengertian umum dari koperasi syariah adalah badan usaha koperasi yang
menjalankan usahanya dengan prinsi-prinsip syariah.apabila koperasi memiliki
unit usaha produktif simpan pinjam,maka seluruh produk dan operasionalnya
harus dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional
(DSN) Majelis Ulama Indonesia.

16
B. Saran
Bagi nasabah pada pegadaian, harus dapat mematuhi ketentuan yang
berlaku pada pegadaian serta ketentuan yang tercantum dalam surat gadai, agar
nasabah tidak mengalami kerugian akibat kelalaian yang dilakukan sendiri. Oleh
karena itu ketika mau meminjam di pegadaian tentunya harus ada perhitungan
mengenai kemampuan membayar angsuran, sehingga barang jaminan tidak
sampai dilelang oleh pihak pegadaian.
Bagi pihak pegadaian, harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada
nasabah dan melakukan pekerjaan secara professional, sehingga jangan sampai
merugikan nasabah. Apabila pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh
nasabah maka perum pegadaian akan senantiasa diminati oleh masyarakat, dan
senantiasa maju dan berjaya dikemudian hari.
Diharapkan masyarakat indonesia pada umumnya dan umat muslim
khususnya bisa lebih bijak mengambil pilihan dalam bergabung atau ikut serta di
keanggotaan koperasi. Karena Allah SWT telah mengatur tata cara berniaga yang
sesuai dengan Al-quran dan Assunah sejak sebelum cara ini digunakan.
Oleh karena itu,mari kita gunakan sistem syariah yang lebih halal serta
tidak ada penzaliman antar kedua belah pihak,dan dengan tegas kita katakan untuk
tidak menggunakan sistem kapitalis yang telah menghancurkan dunia
keuangan,baik lembaga uang non bank,atau perbankan itu sendiri.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adhitchemonk,”Pegadaian dan Korupsi”,adhitchemonk.blogspot, diakses dari


http://adhitchmonk.blogspot.com/2011/04/tentang-pegadaian-dan-
koperasi.html
Andri Soemitra,Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah (Jakarta, Prenada Media
Group, 2009),hlm.400.
Hendrakholid,”Pegadaian Syari’ah Makalah”, diakses dari
http;//hendrakholid.net/blog/2009/05/18/pegadaian-syariah-makalah/
http://ajoagung.blogspot.co.id/2012/11/ini-contoh-makalah-koperasi-syariah.html
Kasmir, 2009, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Rajawali pers
Soemitra Andri, 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta : Kencana
Prenada Media Group

18

Anda mungkin juga menyukai