Oleh:
MOHAMMAD FALDO FIRDATULLAH (21.01.0014)
KHAYA TETI (21.01.0043)
FAUZAN HUSNA (21.01.0054)
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT serta salam dan
cinta kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Atas segala rahmat dan karunia Allah
SWT sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “HUTANG
PIUTANG,HIWALAH & SHULH & SYARIKAT,IJARAH & ARIAH”.
Tugas ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam. Dalam proses pembuatan makalah ini, kami harap dapat membantu
pembaca untuk mengetahui bagaimana hakikat, sumber, dan implikasi ilmu pengetahuan
terhadap filsafat pendidikan Islam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam isi dan
bahasa penulisannya. Sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun, sangat membantu
kami demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
A. PENDAHULUAN....................................................................................................1
B. PEMBAHASAN.......................................................................................................3
1. Pengertian Hutang Piutang........................................................................................3
2. Pengertian Hiwalah....................................................................................................5
3. Pengertian Syariat......................................................................................................6
4. Pengertian Ijarah........................................................................................................8
5. Pengertian Ariyah......................................................................................................9
C. KESIMPULAN.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam islam kehidupan sehari-hari adalah suatu cara untuk terpenuhinya kebutuhan,
baik yang diatur oleh islam. Dengan cara mengatur sistem bermuamalah terhadap sesama
manusia. Manusia tidak terlepas dari suatu penerapan pernyataan standar akuntansi keuangan
(psak) nomor 110 akuntansi hawalah. Hawalah adalah suatu pemindahan hutang atau
mengalihan hak kepada pihak yang bersangkutan. Dengan penerapan psak nomor 110 kita
mengetahui bagaimana permasalahan yang sering terjadi yaitu hutang-piutang, atau kata lain
yaitu pemindahan hutang dari individu kepada individu lain. Sebagaimana sesuai dengan
yang digunakan oleh sebagian sistem perbankan syariah. Secara tidak langsung dengan
adanya pengaturan keuangan yang diterapkan dalam bentuk akuntansi keuangan yang sangat
diperlukan setiap orang. Begitu juga dengan akuntansi hawalah akan terjadi apabila dalam
keadaan terdesak dan sangat diperlukan pada saat itu juga. Akad hiwalah yang mana telah
disebutkan dalam Surat Edaran BI (SEBI) No. 10/14/DPbS tanggal 17 Maret 2008 menjadi
salah satu produk jasa tersendiri pada perbankan syariah.
Hawalah adalah seseorang mengalihkan hutang kepada orang lain, tetapi setelah itu ia
mengambil pembayaran dari orang lain itu. Dalam buku ini syaikhul islam ibnu taimiyyah
ditanya, ada seseorang yang mengalihkan hutang atas mahar yang tunai.
B. Rumus Masalah
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Di dalam fiqih Islam, hutang piutang atau pinjam meminjam telah dikenal dengan
istilah Al-Qardh.Makna Al-Qardh secara etimologi (bahasa) ialah Al-Qath’u yang berarti
memotong.Diartikan demikian karena orang yang Memberikan utang memotong sebagian
dari hartanya untuk diberikan kepada yang menerima utang.
Hukum hutang piutang bersifat fleksibel tergantung situasi kondisi dan toleransi.Pada
umumnya pinjam-meminjam hukumnya sunnah bila dalam keadaan normal. Hukumnya
haram jika meminjamkan uang untuk membeli narkoba,berbuat kejahatan,menyewa
pelacur,dan lain sebagainya.Hukumnya wajib jika memberikan kepada orang yang sangat
membutuhkan seperti tetangga yang anaknya sedang sakit keras dan membutuhkan uang
untuk menebus resep obat yang diberikan oleh dokter,dsb.
Hukum Hutang piutang pada asalnya diperbolehkan dalam syariat Islam. Bahkan orang
yang memberikan hutang atau pinjaman kepada orang lain yang sangat membutuhkan adalah
hal yang disukai dan dianjurkan, karena di dalamnya terdapat pahala yang besar.
3
2.Muqtaridh (peminjam).
4.Ijab qabul
Menurut Hanafiah, rukun Al-Qardh adalah satu yaitu Ijab dan Kabul,tidak wajib
diucapkan tetapi cukup menyerahkan pemilik kepada peminjam barang yang dipinjam dan
boleh hukum ijab kabul dengan ucapan.Menurut Syafi’iyah,rukun dari al-Qardh adalah
sebagi berikut;
1) Kalimat atau Lafazh “Saya utangkan benda ini kepada kamu” dan yang menerima berkata
“Saya mengaku berutang benda tersebut kepada kamu”,syarat bendanya ialah sama dengan
syarat benda dalam jual-beli.
2) Mu’ir yaitu orang yang mengutangkan dan Musta’ir yaitu orang yang menerima
utang,syarat dari Mu’ir adalah pemilik yang Berhak menyerahkannya,sedangkan syarat-
Syarat dari Mu’ir dan Musta’ir adalah;
4
B. Pengertian Hiwalah
Rukun hiwalah adalah rukun-rukun yang wajib dipenuhi sebelum akad hiwalah
terjadi.Apabila tidak terpenuhi salah satunya,maka akad hiwalah tidak dapat dilakukan.
Muhil
Pertama, rukun hiwalah adalah muhil, yaitu orang yang mempunyai hutang. Dalam hal
ini,muhil harus berakal sehat, baligh,dan mempunyai kemampuan melaksanakan akad
hiwalah. Selain itu,pemilik hutang atau muhil menjalankannya atas keinginan pribadi tanpa
paksaan dari pihak lain.
Muhal
Muhal yaitu orang memberikan hutang atau pihak piutang. Sama seperti syarat muhil,pihak
muhal harus mencapai usia baligh,berakal sehat dan melaksanakan akad ini secara sukarela
tanpa paksaan.Ijab qabul hiwalah yang dikatakan oleh muhal harus berada dalam majelis
akad disaksikan pihak terkait, dan dilakukan secara sadar tanpa paksaan.
Muhal’alaih
Rukun hiwalah ketiga yakni muhal’alaih sebagai orang pemilik hutang dan bertanggung
jawab melunasi hutang pihak muhil,pihak ini harus mempunyai akal sehat,baligh,
kemampuan finansial, dan memahami pelaksanaan akad, serta pengucapan ijab qabul dalam
majelis akad dengan kehadiran peserta terkait.
Dalam konsep hiwalah,hutang merupakan bentuk pinjaman yang dilakukan oleh muhil dari
muhal,dan dinyatakan akan dilunasi oleh muhal’alaih.Hutang tersebut boleh berupa
uang,aset,dan benda-benda berharga lainnya
Meski demikian,sesuai dengan hukum syariah,hutang tersebut tidak boleh berbentuk benda
setengah jadi atau belum ada nilainya (misal bibit tanaman yang belum berbuah,janji bantuan
hibah belum di tangan,dan sebagainya).
5
Produk hutang harus dibayarkan sesuai haknya yang sama baik jenis dan jumlah
utang,waktu pelunasan,dan kualitasnya.Misalnya bentuk hutang berupa emas, maka
pelunasannya harus berbentuk emas dengan nilai setara.
Pihak muhal’alaih harus bertanggung jawab dalam menanggung hutang setelah
adanya kesepakatan bersama muhil.
Pihak muhal atau pemberi hutang harus menyetujui akad hiwalah.
Hutang tetap berada dalam jaminan pelunasan.
Mazhab Syafi’i juga menambahkan bahwa kedua hutang itu harus sama pada waktu jatuh
temponya,jika tidak sama maka tidak sah akad hiwalah.
Kewajiban muhil kepada muhal untuk membayar hutang dengan sendirinya menjadi
terlepas (bebas).
Adanya hak muhal untuk menuntut pembayaran hutang kepada muhal alaih.
Ditinjau dari segi objek akad, hiwalah dibagi menjadi dua jenis yaitu:
Hiwalah al-Haq yaitu apabila yang dipindahkan itu hak menuntut hutang (pemindahan
hak).
Hiwalah ad-Dain, yaitu apabila yang dipindahkan itu kewajiban untuk membayar
hutang (pemindahan hutang/kewajiban).
C. Pengertian Syarikat
Syirkah adalah suatu akad dalam bentuk kerja sama. Baik dalam bidang modal
maupun jasa antara pemilik modal atau pemilik jasa tertentu.Kerja sama modal (syirkah)
banyak sekali manfaatnya yang penting para anggota syirkah mempunyai niat baik dan
masing-masing harus jujur dan tidak boleh berkhianat.
Macam-Macam Syarikat
1 Syarikat harta
2 Syarikat kerja dan
3 Asuransi
6
1. Syarikat Harta
Syarikat harta atau dalam istilah agama syirkah Inan ialah akad dari dua orang atau lebih
untuk bersyarikat harta, sehingga terbentuk modal untuk mendapatkan keuntungan
bersama.Adapun rukun dan syarat serta bentuk-bentuknya sebagai berikut :
Syarikat kerja atau dalam bahasa agama “syirkah Mudharabah” ialah bentuk kerja sama
yang terdiri atas dua orang atau lebih yang bergerak dalam suatu pekerjaan atau memberikan
pelayanan kepada masyarakat (bidang jasa).
Syarikat kerja ini dapat terdiri atas suatu keahlian yang sama atau berbeda
keahlian.Keuntungan yang diperoleh menjadi milik bersama dan digabi menurut
perjanjian.Bila para anggota itu memiliki profesi yang sama dan tingkat pendidikannya pun
sama,maka penghasilan dapat dibagi rata.Sebaliknya bila profesi atau tingkat pendidikannya
atau skilnya berbeda maka penghasilan tentunya berbeda pula.
Berbicara masalah syarikat kerja,maka ada tiga yang perlu diketahui yaitu
Syarikat kerja memang banyak manfaatnya bagi masyarakat dan manfaat itu antara lain
sebagai berikut :
7
3. Asuransi
Asuransi (pertanggungan) ialah perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu akan
membayar uang dengan pihak lain,bila terjadi kecelakaan,kematian,dan sebagainya,
sedangkan pihak yang lain akan membayar iuran.
D. Ijarah (sewa-menyewa)
Al-ijarah Berasal dari kata Al-ajru Yang berarti Al-iwadhu (ganti).Definisi ijarah
Dalam syara’ adalah akad atas manfaat yang dibolehkan, yang berasal dari benda tertentu
Atau yang disebutkan ciri-cirinya,dalam jangka waktu yang diketahui,atau akad atas
pekerjaan yang diketahui, dengan bayaran yang diketahui.Maka al-ijarah adalah akad
pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa,tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan(Ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri
Rukun-Rukun Ijarah
Rukun ijarah ada empat, yaitu dua belah pihak yang mengadakan akad,sighat
ijarah,imbalan (ujrah), dan objek akad.
1. belah pihak yang mengadakan akad, terdiri dari penyewa (Mustajir ) adalah pihak yang
menyewa aset dan pemilik (Mu’jir/muajir ) adalah pihak pemilik yang menyewakan aset.
3.Imbalan (Ujrah).
Syarat-Syarat Ijarah
Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuan hukum Islam,sebagai
berikut:
1.Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan tersebut harus tertentu dan
diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.
8
2.Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab pemeliharaannya,
sehingga aset tersebut harus dapat memberi manfaat kepada penyewa.
4.Memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam periode kontra, akad
ijarah masih tetap berlaku
E. Ariyah
Ariyah artinya ganti mengganti pemanfaatan sesuatu kepada orang lain. Ada juga yang
menyatakan bahwa ariyah berasal dari kata Ura yang berarti kosong.
Dinamakan Ariyah karena kosongnya /tidak ada ganti rugi. Sedangkan ariyah menurut istilah
adalah akad berupa pemberian manfaat suatu benda halal dari seseorang kepada orang lain
tanpa ada imbalan dengan tidak mengurangi atau merusak benda itu (menjaga keutuhan
barang) dan dikembalikan setelah diambil manfaatnya.
1. Dasar Hukum Ariyah
a. Al-Qur’an
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah [5]: 2).
b. Hadis
Artinya: “Pinjaman itu wajib dikembalikan dan orang-orang yang menanggung sesuatu harus
membayar dan hutang harus ditunaikan.” (HR. At-Tirmizi).
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad yang jayyid dari
Shafwan bin Umayyah, dinyatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah meminjam perisai kepada
Shafwan bin Umayyah pada waktu perang Hunain. Shafwan bertanya: “Apakah Engkau
9
merampasnya wahai Muhammad? Nabi Saw. menjawab:” Cuma meminjam dan aku yang
bertanggung jawab”.
c. Hukum Ariyah
Hukum pinjam meminjam dalam syariat Islam dibagi menjadi empat yaitu:
d. Macam-macam Ariyah
1. Ariyah Mutlaqah
Yaitu pinjam meminjam barang yang dalam akadnya tidak dijelaskan persyaratan
apapun atau tidak dijelaskan penggunaannya. Misalnya meminjam sepeda motor di mana
dalam akad tidak disebutkan hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan sepeda motor
tersebut. Meskipun demikian, penggunaan barang pinjaman harus disesuaikan dengan adat
kebiasaan dan tidak boleh berlebihan.
2. Ariyah Muqayyadah
Ariyah muqayyadah adalah meminjamkan suatu barang yang dibatasi dari segi waktu
dan kemanfaatannya, baik disyaratkan oleh kedua orang yang berakad maupun salah satunya.
10
Oleh karena itu, peminjam harus menjaga barang dengan baik, merawat, dan
mengembalikannya sesuai dengan perjanjian.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Transaksi akad hawalah perlu terus disosialisasikan ke masyarakat baik melalui buku
maupun media sosial cetak dan elektronik lainnya yang ada dan berkembang dimasyarakat.
Dengan semakin pahamnya masyarakat bahwa ada anjak piutang secara syariah diharapkan
kedepan masyarakat lebih memilih akad hawalah daripada anjak piutang konvensional.
12
DAFTAR PISTAKA
Azhim, „Abdul Jalal Abu Zaid, Fiqih ar-Riba: Dirasat Muqaranah Wa Syamilah li at-
Tathbiqat alMu’ashirah, Penterjemah: Abdullah, Jakarta: Senayan Publishing, 2011
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah, Ttp:
Erlangga, 2014
13