“PINJAMAN (ARIYAH)”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat serta
salam semoga selalu dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah SAW.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.3 Tujuan.................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagaimana yang kita ketahui, Islam adalah agama yang paling sempurna,
agama keselamatan, yang dari padanya telah sempurna segala ketentuan yang menjadi
rambu-rambu dalam menjalani kehidupan. Bagi yang ingin selamat dunia akhirat maka
ia harus taat pada semua rambu dan tunduk pada segala ketentuan. Oleh karena itu dalam
kehidupan sehari-hari, praktek berislam harus kita-kita laksanakan dalam berbagai aspek,
termasuk dalam urusan minjam-meminjam. (Ariyah)
Sebagaimana yang kita lihat kondisi zaman semakin lama semakin tidak teratur,
antara yang boleh dan yang dilarang sudah semakin samar, yang halal dan yang haram
semakin tipis. Ditambah lagi dengan manusianya yang menyepelekan hal-hal yang sudah
ada aturannya dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan,
seperti meminjam tanpa izin pemiliknya, dst. Maka dari itu kita sebagai muslim yang
taat terhadap ketentuan agama islam harus memperhatikan hal-hal yang sudah ditetapkan
oleh agama kita dan tidak menyepelekan peraturan-peraturan agama.
Seperti kita ketahui, dalam ketentuan Ariyah ada beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya Al-Muir dan Al-Mustair adalah orang yang berakal dan dapat
bertindak atas nama hokum, tidak diperkenankan orang yang hilang akal melakukan
akad ‘Ariyah, barang yang dipinjam bukan bukan jenis barang yang apabila
dimanfaatkan akan habis atau musnah, seperti makanan, minumana. Jadi hanya
diperbolehkan meminjam barang yang utuh dan tidak musnah, contohnya buku atau
barang lain yang dapat dimanfaatkan oleh peminjam.
1.3 Tujuan
Definisi ‘ariyah yang dikemukaan oleh para ulama adalah sebagai berikut:
1. Ulama Hanafiah
Menurut syara’ ‘ariyah adalah kepemilikan atas manfaat tanpa disertai dengan
imbalan.
2. Ulama Malikiyah
Dari Anas bin Malik ia berkata, “Telah terjadi rasa ketakutan (atas serangan
musuh) di kota Madinah. Lalu Nabi S.A.W. meminjam seekor kuda dari Abi
Thalhah yang diberi nama Mandub, kemudian beliau mengendarainya. Setelah
beliau kembali beliau bersabda, ‘Kami tidak melihat apa-apa, dan yang kami
temukan hanyalah lautan.’’ (H.R. Muttafaq ‘alaih).
Dari ayat Al Qur’an dan hadits tersebut, membuktikan bahwa ‘ariyah
diperbolehkan bahkan dianjurkan dalam Islam.
Menurut ulama’ Hanafiyah, rukun ‘ariyah adalah ijab dan qobul. Sedangkan
menurut jumhur ulama termasuk Syafi’iyah, rukun ‘ariyah adalah:
Baligh. Menurut ulama Hanafiyah, baligh tidak dimasukkan dalam syarat ‘ariyah
melainkan cukup mumayyiz.
Berakal
Bukan orang yang boros atau pailit
Orang yang meminjamkan harus pemilik atas barang yang manfaat akan
dipinjamkan.
4. Syarat-syarat shighat
Shighat disyaratkan harus menggunakan lafal yang berisi pemberian izin kepada
peminjam untuk memanfaatkan barang yang dimiliki oleh orang yang meminjamkan.
Setiap orang yang meminjam sesuatu kepada orang lain berarti peminjam
memiliki hutang kepada yan berpiutang (mu’ir). Setiap utang wajib dibayar sehingga
berdosalah orang yang tidak mau membayar utang, bahkan melalaikan pembayaran
utang juga termasuk aniaya. Rasulullah saw bersabda:
“orang kaya yang melalaikan kewajiban membayar utang adalah aniaya”. (HR. Bukhori
dan Muslim).
Jika peminjam suatu benda meminjamkan benda pinjaman tersebut kepada orang
lain, kemudian rusak ditangan kedua, maka pemilik berhak meminta jaminan salah
seorang diantara keduanya. Dalam keadaan hal ini, lebih baik pemilik barang meminta
jaminan kepada pihak kedua karena dialah yang memegang ketika barang itu rusak.
Perubahan Status
Status amanah pada ‘ariyah dapat berubah menjadi status tanggungan disebabkan
oleh beberapa alasan sebagai berikut:
1. Ditelantarkan. Misalnya menempatkan barang di tempat yang tidak aman.
2. Tidak dijaga dengan baik ketika menggunakan.
3. Menggunakan barang pinjaman secara berlebihan tidak sesuai dengan ketentuan yang
berlaku menurut kebiasaan.
4. Menyalahi cara menjaga barang yang disepakati. Tidak sesuai pesan dari orang yang
meminjamkan barang tersebut.
2.5 Tanggung Jawab Peminjam
Kewajiban Peminjam
Mengembalikan batang itu kepada pemiliknya jika telah selesai. Rasulullah SAW
bersabda : “Pinjaman itu wajib dikembalikan dan yang meminjam sesuatu harus
membayar”. (HR. Abu Dawud)
Merawat barang pinjaman dengan baik. Rasulullah SAW bersabda : “Kewajiban
meminjam merawat yang dipinjamnya, sehingga ia kembalikan barang itu”. (HR.
Ahmad)
3.1 Kesimpulan
1. Menurut bahasa ‘ariyah berarti pinjaman. Menurut istilah artinya adalah mengambil
manfaat barang kepunyaan orang lain secara halal dengan jangka waktu tertentu
untuk dikembalikan lagi tanpa mengurangi atau merusak zatnya.
2. Dasar hukum ‘ariyah adalah sebagai berikut:
Q.S. Al Madinah (5): 2
3.2 Saran
Demikian makalah yang kami susun, bila ada kesalahan dalam penulisan juga
kekurangan dalam segi pembahasan mohon di maklumi. Dengan segala kerendahan hati,
kami sebagai penyusun makalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
teman-teman dan dosen agar dapat memperbaiki makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA