i
BAB I
PENDAHULUAN
Artinya:
“Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan
kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman beserta tentaranya adalah
orang-orang yang bersalah.” (QS. Al-Qashash : 8)
1.2.2. Sunnah
Ditutur dari ‘Iyadh ibn Himar bahwa Rasulullah SAW Bersabda:
1
“Barang siapa menemukan barang hilang, hendaknya ia mencari kesaksian dan
orang adil, menjaga tempat dan pengikatnya. Apabila pemiliknya datang, ia lebih
baik berhak dengannya. Apabila tidak datang, ia adalah harta Allah yang bisa
diberikan kepada orang yang dikehendaki.” (HR Ahmad dan Imam yang Empat,
kecuali Al-Tirmidzi. Hadis ini sahih menurut Ibn Khuzaimah, Ibn Al-Jarud, dan Ibn
Hibban)
“Nabi SAW, melarang mengambil barang hilang milik orang yang berhaji.” (HR
Muslim)
Dituturkan dari Zaid ibn Khalid Al-Juhani r.a. bahwa Rasulullah SAW, bersabda:
“Barang siapa menyembunyikan hewan yang tersesat, ia orang sesat selama belum
mengumumkannya.” (HR Muslim)
Dituturkan dari Al-Miqdam ibn Ma’dikariba r.a. bahwa Rasulullah SAW, bersabda:
“Ingatlah, tidak halal binatang buas bertaring, keledai negeri, dan mengambil
barang temuan milik orang kafir mu’ahad (orang kafir yang mengadakan perjanjian
dengan kaum Muslim), kecuali ia tidak memerlukannya lagi.” (HR Abu Daud)
2
ditemukan bukan didaerah harby (daerahnya orang-orang yang merdeka), tidak
terpelihara dan tidak dilarang karena kekuatanya, yang menemukan tidak mengetahui
pemilik barang tersebut;
Syaikh Ibrahim al-bajuri berpendapat bahwa yang dimaksud dengan luqhathah
adalah sesuatu yang disia-siakan oleh pemiliknya, baik karena jatuh lupa atau yang
seumpamanya;
Al-Imam Taqiy al-Din Abi Bakr Muhammad al-Husaini, luqathah ialah
Pengambilan harta yang mulia sebab tersia-siakan untuk dipeliharanya atau
dimilikinya setelah diumumkan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
penemu bertemu dengan pemilik hewa tersebut, penemu bisa
mengembalikan/mengganti hewan tersebut.
5
2.3. Hukum Luqathah
Hukum pengambilan barang temuan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi
tempat dan kemampuan penemunya, hukum pengmbilan barang temuan antara lain
sebagai berikut:
a) Wajib, yakni wajib mengambil barang temuan bagi penemunya, apabila orang
tersebut percaya kepada dirinya bahwa ia mampu mengurus benda-benda temuan itu
dengan sebagaimana mestinya dan terdapat sangkaan berat bila benda-benda itu
tidak diambil akan hilang sia-sia atau diambil oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Menurut suatu pendapat , hukum memungut luqathah wajib, jika
luqathah ditemukan ditempat yang tidak aman.
b) Sunnah, sunnah mengambil barang temuan bagi penemunya, apabila orang tersebut
percaya kepada dirinya bahwa ia mampu mengurus benda-benda temuan itu dengan
sebagaimana mestinya tetapi bila tidak diambilpun barang –barang tersebut tidak
dikhawatirkan akan hilang sia-sia.
c) Makruh, Imam Malik dan kelompok Hanabilah juga sepakat bahwa memungut
barang temuan itu hukumnya makruh, alasannya adalah karena seseorang tidak
boleh mengambil harta saudaranya serta dikhawatirkan orang yang mengambil itu
bersifat lalai menjaga atau memberitahukannya.
6
4) Jika pemiliknya tidak datang juga, waktu maksimal untuk mengumumkannya selama
satu tahun. Setelah satu tahun tidak ada yang mengaku sebagai pemilik, maka penemu
dapat memanfaatkannya untuk dirinya atau orang lain. Namun jika pemilik yang
sebenarnya datang setelah lewat waktu yang telah diumumkan, namun ia tidak lagi
mengenal ciri-ciri barang atau benda yang dicari, maka barang tersebut tidak boleh
diberikan kepadanya.
7
Berikut bagan prosedurnya:
8
BAB III
STUDI KASUS
9
Pada dasarnya pendapat mazhab syafi’i untuk mengantisipasi supaya tidak terjadi
adanya penipuan, atau penekanan kepada pemilik barang, sehingga pemilik cukup
memberikan ciri dan sifat barang temuan tersebut (luqathah) sehingga pihak pemilik
diwajibkan mendatangkan saksi sebagai pembukti yang sesuai dan pas, logikanya jika
tidak dihadirkan saksi dapat mengakibatkan penipuan, dan dengan adanya saksi lebih
memperjelas bahwasanya barang tersebut adalah miliknya. Oleh karena itu pendapat
mazhab syafi’i untuk menutupi agar tidak terjadi penipuan, bahkan agar harta tidak jatuh
kepada pihak yang tidak berwenang memilikinya. Antisipasi pendapat mazhab syafi’i
tersebut merupakan langkah positif agar sama-sama menjaga hak dan kewajiban bagi
pihak pemilik barang luqathah tersebut. Teristimewa menjaga harta orang lain agar tidak
jatuh kepada pemilik yang tidak berhak memilikinya.
10
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Luqathah adalah penemuan barang yang hilang dari pemiliknya baik karena lupa
maupun jatuh tercecer dijalan. Bagi Muslim, saat melihat barang yang memiliki nilai
tersebut harus diambil atau diselamatkan dengan tujuan untuk membantu sesama.
Ketika orang itu menemukannya, dia bisa menimbang keadaannya dan
lingkungannya. Jika dia sanggup bertindak amanah, dia berhak mengambilnya. Terlebih
ketika dia yakin barang ini bisa terancam keselamatannya jika jatuh ke tangan orang lain.
Penemu wajib mengumumkannya selama setahun. Jika ada yang datang mengaku
memilikinya, dia bisa minta dirinya untuk menyebutkan ciri-cirinya. Jika ternyata tidak
sesuai, tidak boleh dia serahkan, kecuali jika dia memiliki bukti yang lain.
Jika pemiliknya tidak datang setelah diumumkan selama setahun, dia bisa
memanfaatkannya. Dengan komitmen, jika pemiliknya datang, dia akan serahkan ke
pemiliknya / mengganti yang sudah dimanfaatkannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Haroen, Nasrun. 2000. FIQH MUAMALAH. Jakarta: Gaya Media Pratama Jakarta.
Sarwat, Ahmad. FIQH MUAMALAH.
Mardani. 2012. FIQH MUAMALAH SYARIAH: FIQH MUAMALAH. Jakarta:Kencana.
Rambe, Nur Hayani. 2017. HUKUM MENGEMBALIKAN BARANG TEMUAN
(LUQATHAH) YANG DI TEMUKAN SESEORANG DENGAN MEMINTA IMBALAN
KEPADA PEMILIK BARANG MENURUT PERSPEKTIF IMAM SYAFI’I (Studi
Kasus Desa Aek Goti Kecamatan SilangKitang Kabupaten Labuhan Batu Selatan).
Skripsi thesis, Fakultas Syariah dan Hukum UIN SU. Diambil dari:
http://repository.uinsu.ac.id/2822/
Mahfudhan. 2016. SISTEM PEMELIHARAAN BARANG TEMUAN: Studi Terhadap KUH
Perdata dan Hukum Islam. Jurnal Kajian Ilmu Hukum dan Syariah. Petita, Volume 1
Nomor 2. Diambil dari: http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/petita/index.
iii