Tentang
Di susun
oleh:
DEVIA
SANDIRA : (1916030114)
YUDI
PRAYOGA : ( 1916030112
)
Dosen
pengampu:
Ahmad
wira,M.Ag.,Ph.D
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengenaifikih hal ini tentunya memberi pengaruh terhadap ketetapan hukum yang dilakukan al-amar
secara etimologi berarti sesuatu yang berkaitandengan perintah,bisa juga berarti menuntut untuk
melakukan atau mengerjakan sesuatu .sedangkan secara terminologi,yaitu suatu lafadz yang
digunakan oleh orang lebih tinggi kedudukannya untuk menuntut kepada orang yang lebih rendah
derajatnya agar melaksanakan sesuatu perbuatan apabila pengertian al-amr diatas digunakan untuk al-
quran dan dalil berarti bahwa al-amr adalah perintah yang bersumber dari allah kepada manusia untuk
melaksanakan aturan aturan yang diperintahkan.
Sedangkan pada dasarnya kaidah an-nahy adalah suatu larangan diantara kaidah kebahasaan yang
digunakan untuk menetapkan dan menerangkan hukum hukum syari’at adalah al-amr dan nahi.sebab
kubanyakan hukum hukum syariat yang taklif diterapkan atas adanya tuntutan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan atau tuntutan untuk meninggalkannya.
B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan pengertian al-amr
2. Menjelaskan sighat al-amr
3. Menjelaskan tentang kaidah kaidah al-amr
4. Memahami lafadz lafadz amr
5. Menjelaskan pengertian al-nahyu
6. Menjelaskan kaidah kaidah al-nahyu
BAB II
PEMBAHASAN
2
bawahannya mengerjakan sesuatu pekerjaan yang tidak boleh ditolak..kata amr banyak terdapat dalam
al-quran ada yang mengandung arti ”ucapan” atau “perkataan”contohnya terdapat dalam firman allah
dalam surat thaha ayat 132:
3.Abul hasan dari kalangan ulama al-asy’ariah ia berpendapat bahwa amar itu tidak mempunyai sighat
tertentu.
C. Amar dari segi dilalah(penunjukkan) dan tuntutannya
Setiap lafadz amar menunjuk kepada dan menuntut suatu maksud tertentu.maksud tersebut dapat
diketahui dari sighat lafadz itu sendiri.berikut adalah diantara bentuk tuntutan dari kata amar yaitu:
1. Untuk hukum wajib,artinya lafadz amar itu menghendaki pihak yang disuruh wajib melaksanakan
apa yang tersebut dalam lafadz itu
3
2. Untuk hukum nadb atau sunnat,artinya hukum yang timbul dari amar itu adalah nadb,bukan untuk
wajib.lafadz kitabah yaitu kemerdekaan dengan pembayaran cicilan yang disuruh dalam ayat
tersebut,menimbulkan hukum nadb,sehingga bagi yang menganggap tidak perlu,maka tidak ada
ancamannya.
D. Lafadz lafadz amr
Lafadz lafadz yang biasa digunakan untuk memerintahkan antara laian:
1. Fi’il amr
2. Fi’il mudhari’ yang dimasuki iam amr
3. Isim fi’il amr
4. Masdar pengganti fi’il
5. Jumlah khabariyah atau kalimat berita yang mengandung insyaiyah,perintah,atau permintaan
E. Makna -makna Amr
Antara lain:
1. Menunjukkan wajib
2. Menunjukan anjuran
3. Perintah bermakna irsyad atau petunjuk
4. Perintah bermakna doa
5. Perintah bermakna iltimas atau permintaan
6. Perintah bermakna tamanni(berangan-angan)
7. Perintah bermakna takhyir(menyuruh memilih)
8. Perintah bermakna taswiyah(mempersamakan)
9. Perintah bermakna ta’jiz (melemahkan)
10. Perintah bermakna tahdid( ancamam)
11. Perintah bermakna faedah
F. Kaidah-kaidah amr
Antara lain:
1. Pada asalnya perintah itu menunjukkan hukum wajib
2. Pada asalnya perintah itu tidak menunjukkan berulang-ulang
3. Pada asalnya perintah itu tidak menunjukkan segera
4. Perintah mengerjakan sesuatu,berarti perintah pula mengerjakan wasilah-wasilahnya.
5. Perintah terhadap sesuatu berarti larangan terhadap dhidnya(lawannya)
4
6. Apabila telah dikerjakan sesuatu perintah sesuai dengan jurusannya ,berarti terlepasnya perintah
itu dari ikatan amr
7. Qadha’ itu harus dengan perintah baru
8. Satu perintah sesudah larangan memfaedahkan mubah.
2. An -nahyu
A. Pengertian an-nahyu
Secara bahasa an-nahyu artinya larangan,sedangkan secara istilah adalah lafadz yang dipergunakan
oleh orang yang lebih tinggi tingkatannya kepada orang yang lebih rendah tingkatannya daripadanya
supaya tidak mengerjakan sesuatu perbuatan.nahi adalah tuntutan meninggalkan sesuatu yang datangnya
dari orang yang lebih tinggi tingkatannya kepada orang yang lebih rendah tingkatannya.
B. Hakikat an-nahyu.
Para kalangan u;ama berpendapat tentang maksud dari an-nahyu( larangan)antara lain:
1. Jumhur ulama yang berpendapat bahwa hakikat asal nahi itu adalah untuk haram dan ia baru ada
dalil lain yang menunjukkannya.dalam hal itu jumhur ulama mengemukakan sebuah kaidah yaitu asal
dari larangan adalah untuk hukum haram
2. Ulama mu’tazilah yang berpendapat bahwa hakikat amar adalah untuk nadh( sunnat), dan
berpendapat bahwa nahi itu menimbulkan hukum karahah ( makruh ).berlakunya untuk haram tidak
diambil dari larangan itu sendiri tetapi karena ada dalil lain yang memberikan petunjuk.
C. Bentuk-bentuk lafadz nahi
Antara lain:
1. Fi’il mudhari’ yang disertai lahiniyah
2. Lafadz-lafadz yang memberikan pengertian haram,perintah meninggalkan suatu perbuatan.
5
6. Larangan berarti tahdid
7. Larangan berarti tais.
8. Larangan berarti taukid
9. Larangan bermakna angan-angan
6
Nahi mutlak adalah larangan menuntut tinggal dengan perkataan dari pada sesorang yang
derajatnya lebih rendah dari pada orang yag menuntut,atas jalan wajib.larangan mutlak adalah tanda
fasidnya perkara yang dilarang atau tidak sah,adakala pada ibadah atau pada muamalat
Contoh nahi mutlak antara lain:
A. Baik itu dari pada ibadah yaitu seperti sholatnya orang yang sedang haid.
B. Atau dari perkataan yang lazim bagi ibadah,umpamanya puasa pada hari nahr
2. Nahi muqayyad
Nahi muqayyad adalah lafadz yang menunjukan hakikat yang sebenarnya dengan dibatasi oleh
batasan-batasan tertentu sehingga maknanya lebih spesifik dan pasti.s
BAB III
KESIMPULAN
Hakikat pengertian amr (perintah) adalah lafadz yang dikehendaki supaya orang mengerjakan apa
yang dimaksudkan. Bentuk lafadz amar bermacam-macam diantaranya fi’il amar, fi’il mudhari’ yang
diawali lam amar,masdar pengganti fiil, dan beberapa lafadz yang mengandung makna perintah
seperti,kitiba, amara,fardha,, ‘ala. Selain itu, juga terdapat beberapa ragam makna amr dan kaidah tetang
amr.seperti yang telah dijelaskan diatas.
7
Sedangkan nahi adalah suatu lafadz yang mengandung makna tuntutan meninggalkan sesuatu yang
datangnya dari orang yang lebih tinggi tingkatannya kepada orang yang lebih rendah tingkatannya.
Bentuknya yaitu fi’il yang di dahului oleh la nahiyah,beberapa lafadz yang mengandung makna
nahi.selain itu dijelaskan juga beberapa kaidah-kaidah nahi serta ragam ( makna) nahi seperti yang telah
dipaparkan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Amir syarifuddin. Ushul fiqih jilid 2.jakarta: logos wacana ilmu.2001 cet.3.
Abdul wahap khalaf. Ilmu ushul fiqih.Bandung: Gema insani risalah press.1997.cet
Djalil,A.Basiq.2010.ilmu ushul fiqih 1 dan 2.jakarta:kencana.
8
Izzan,Ahmad.2009.studi kaidah tafsir al-Qur’an: menilik keterkaitan Bahasa_Tekstual dan makna-
Kontekstual Ayat.Bandung:Humaniora
Muchtar,Kemal.1995.Ushul fiqih jilid 2.Yogyakarta:PT.Dana Bhakti Wakaf.
Shidig,Sapiudin.2011.Ushul Fiqih.Jakarta:kencana
Shihab,M.Quraish.2013.Kaidah Tafsir:Syarat,ketentuan,dan aturan yang patut anda ketahui dalam
memahami al_Qur’an.TAnggerang:Lntera hati.