Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

AKIDAH AKHLAK

“FENOMENA-FENOMENA KONTEMPORER TERKAIT DENGAN


AKIDAH ”

Dosen Pengampu : Syamsu Hadi J S.Ag.,M.HI

Kelas : HPI 2B
Disusun oleh : Kelompok 3

Dina Lorenzo (NIM. 102220051)


Chintia Yurike Utomo (NIM. 102220041)
Rizki (NIM. 102220044)

FAKULTAS SYARIAH
PRODI HUKUM PIDANA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, Puja dan Puji syukur kami panjatkan kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan penyusunan makalah ilmiah tasawuf dengan judul "
FENOMENA-FENOMENA KONTEMPORER TERKAIT DENGAN
AKIDAH " tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini telah semaksimal mungkin kami upayakan dan


didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana


ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalah lain yang berkaitan pada makalah-
makalah.

Jambi, 12 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................


DAFTAR ISI .........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................
A. Pandangan Islam Terhadap Manusia Indigo. ........................
B. Pandangan Islam Terhadap Manusia Bermitra dengan Jin. ..
C. Pandangan Islam Terhadap Pawang Hujan ..........................
D. Pandangan Islam Terhadap Pengobatan Alternatif Bu Ida Dayak
BAB III PENUTUP ..............................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................
B. Saran .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Fenomena kontemporer yang terkait dengan akidah dapat berasal dari
berbagai faktor, seperti kemajuan teknologi dan informasi, perubahan sosial
dan budaya, dan pergeseran paradigma dan nilai-nilai dalam masyarakat.
Fenomena tersebut dapat berdampak pada cara pandang dan praktik
keagamaan yang dijalankan oleh individu dan masyarakat secara umum.
Dalam konteks Islam, fenomena kontemporer yang terkait dengan
akidah dapat mencakup berbagai hal, seperti kemunculan aliran atau
kelompok yang berbeda dalam pandangan dan praktik keagamaan,
perkembangan ajaran dan interpretasi baru terhadap Al-Qur'an dan Sunnah,
serta pengaruh budaya dan nilai-nilai luar yang mempengaruhi pandangan
dan praktik keagamaan.
Fenomena kontemporer yang terkait dengan akidah dapat
menimbulkan berbagai tantangan dan perdebatan dalam masyarakat, seperti
kontroversi dalam interpretasi ajaran agama, ketidaksepakatan dalam praktik
keagamaan, dan konflik antara kelompok atau aliran yang berbeda. Namun,
fenomena ini juga dapat memberikan peluang bagi masyarakat untuk
memperkaya pemahaman dan praktik keagamaan mereka, dengan
mengintegrasikan nilai-nilai dan ajaran baru yang sesuai dengan prinsip-
prinsip ajaran Islam.
Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk memperhatikan dan
mengkaji fenomena kontemporer yang terkait dengan akidah, dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip ajaran agama dan memperhatikan nilai-
nilai dan tradisi Islam yang telah ada sejak dahulu. Dengan cara ini,
masyarakat dapat menjaga keutuhan akidah dan memperkaya pemahaman
dan praktik keagamaan mereka, sehingga dapat mencapai kesejahteraan dan
kesuksesan di dunia dan akhirat1.

1 Farooqi, I. R. (1991). Tawhid: Its Implications for Thought and Life. International Institute of
Islamic Thought.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan islam terhadap manusia indigo?
2. Bagaimana pandangan islam terhadap manusia bermitra dengan jin?
3. Bagaimana pandangan islam terhadap pawang hujan?
4. Bagaimana pandangan islam terhadap pengobatan alternatif bu Ida
Dayak?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pandangan Islam Terhadap Manusia Indigo


Kebanyakan anak Indigo mempunyai karakteristik yang berbeda dan
memiliki kemampuan yang lebih dari anak seusianya, termasuk juga
memiliki kemampuan melihat sesuatu dari alam lain (ghaib). Untuk anak
indigo, kemampuan seperti ini tidak dapat dilakukan melalui suatu proses
belajar tertentu, melainkan sebagian karena adanya sesuatu di dalam
tubuhnya yang disebut aura yang berwarna indigo (nila).
Berbicara tentang kemampuan manusia terhadap sesuatu, tentunya
kita juga harus melihat juga akan kodrat manusia yang serba terbatas atas
segala sesuatunya, kecuali manusia pilihan yang telah diberi anugerah atas
kehendak dankarunia Allah SWT. Demikian pula tentang kemampuan
manusia terhadap kepemilikan ilmu pengetahuan, khususnya dalam hal ini
pengetahuan yang berkaitan dengan hal-hal ghaib yang lazim dimiliki oleh
sebagian anak- anak atau orang Indigo.Sesungguhnya kemampuan manusia
atas kepemilikan ilmu pengetahuan hanyalah bagaikan setetes udara di
samudra luas atas ilmu pengetahuan yang dimiliki AllahSWT. Oleh sebab
itu, maka apabila seseorang dianggap memiliki kemampuan untuk
mengatasi sesuatu yang melebihi kodratnya sebagai manusia pada
umumnya, kita harus berhati-hati dan waspada dalam menyikapinya.
Dalam beberapa hal Allah SWT bisa saja memberikan ilmu
pengetahuan kepada manusia secara langsung tanpa melalui proses belajar
seperti pengetahuannya Nabi Khidir as, dan ini pun karena Khiidir adalah
seorang nabi dan rosul, maka wajar jika Allah memberikan pengetahuan itu.
Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur'an, yang artinya: Dalam kaitan ini
tentusaja kita harus melihatnya dengan penuh kehati-hatian dengan melihat
seberapa tinggikah tingkat kesalehan dan ketaqwaan anak yang terindikasi
nila tersebut kepada Allah SWT. Jika terindikasi tidak ada kesalehan dan
ketaqwaan yangditunjukan oleh yang bersangkutan, terutama
kemampuannya berdasarkan sesuatu yang tidak di yakininya memiliki atau
kekuatan tertentu, maka hal ini diindikasikan sebagai orang yang tidak dapat
dipercaya dari Allah dan tergolong kesesatan, karena kodrat nya manusia
dapat melihat jin dalam ujud tertidur
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an, yang artinya: “Wahai
anak Adam,janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan, sebagaimana
ia telah mengeluarkan kedua ibu-bapakmu dari surga; ia menanggalkan
pakaiannya dari keduanya untuk menonton –kepada keduanya–' auratnya.
Sesungguhnya, ia (iblis/setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari
suatu tempat yang (disana) kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya,
Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-
orang yang tidak percaya.” (QS.Al-A'raf: 27) Firman Allah diatas
menunjukkan, bahwa kodratnya manusia sesungguhnya tidak ada
kemampuan untuk melihat jin/setan
Lalu bagaimana jika seseorang dianggap telah memiliki kemampuan
dapat melihat jin/setan? dimana dalam kaitan ini seseorang yang terindikasi
indigo juga memiliki kemampuan seperti ini. Dan mengapa seseorang bisa
indigo? Ustadz Abu Musa menjawab:"Kemungkinan ada salah satu dari
leluhur anak indigo yang melakukan persekutuan dengan jin. Ini
menyebabkan ada jin yang bersemayam dalam diri keturunannya. Mengenai
prediksi tentang masa depan, itu sebenarnya pekerjaan dari jin yang
bersemayam dalam dirinya dan tentunya jin musyrik yang banyak bertapa
sehingga memiliki kekuatan yang besar dan mampu meramalkan masa
depan dan mungkin bisa jadi itu semua skenario jin tersebut.2
B. Pandangan Islam terhadap manusia bermitra dengan Jin

Jin adalah salah satu makhluk ghaib yang telah diciptakan Allah swt
untuk beribadah kepada-Nya. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz-dzariyat: 56).
Sebagaimana malaikat, kita tidak dapat mengetahui informasi tentang
jin sertaalam ghaib lainnya kecuali melalui khabar shadiq (riwayat &
informasi yang shahih) dari Rasulullah saw baik melalui Al-Quran maupun
Hadits beliau yang shahih. Alasan nya adalah karena kita tidak dapat

2 Al-Faruqi, I. R. (1991). Tawhid: Its Implications for Thought and Life. Virginia: IIIT.
berhubungan secara fisik dengan alam ghaib dengan hubungan yang
melahirkan informasi yang meyakinkan atau pasti
Katakanlah: “tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang
mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak
mengetahui bila (kapan) mereka akan dibangkitkan. (An-Naml: 65)
Dia adalah Tuhan yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak
memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada
Rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-
penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. Supaya Dia mengetahui,
bahwa sesungguhnya rasul-rasul itutelah menyampaikan risalah-risalah
Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada
mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu. (Al-Jin: 26-28).
Manusia diperintahkan oleh Allah swt untuk melakukan muamalah
(pergaulan) dengan sesama manusia, karena tujuan hubungan sosial adalah
untuk melahirkan ketenangan hati, kerja sama yang baik, saling percaya,
saling menyayangi dan saling memberi. Semua itu dapat berlangsung dan
terwujud dengan baik, karena seorang manusia dapat mendengarkan
pembicaraan saudaranya, dapat melihat sosok tubuhnya, berjabatan tangan
dengannya, melihatnya gembira sehingga dapat merasakan kegembiraan
nya, dan melihatnya bersedih sehingga bisa merasakan kesedihannya.
Allah swt mengetahui fitrah manusia yang cenderung dan merasa
tenteram bilabergaul dengan sesama manusia, oleh karena itu, Dia tidak
pernah menganjurkanmanusia untuk menjalin hubungan dengan makhluk
ghaib yang asing bagimanusia. Bahkan Allah swt tidak memerintahkan kita
untuk berkomunikasidengan malaikat sekalipun, padahal semua malaikat
adalah makhluk Allah yang taat kepada-Nya. Para nabi dan rasul
alahimussalam pun hanya berhubungan dengan malaikat karena perintah
Allah swt dalam rangka menerima wahyu, danamat berat bagi mereka jika
malaikat menampakkan wujudnya yang asli dihadapan mereka. Oleh karena
itu tidak jarang para malaikat menemui Rasulullah saw dalam wujud
manusia sempurna agar lebih mudah bagi Rasulullah saw untuk menerima
wahyu
Tentang ketenteraman hati manusia berhubungan dengan sesama
manusia Allah swt berfirman:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir. (Ar-Rum: 21)
Makna “dari jenismu sendiri‟ adalah dari sesama manusia, bukan jin
atau malaikat, atau makhluk lain yang bukan manusia. Karena hubungan
dengan makhluk lain, apalagi dalam bentuk pernikahan, tidak akan
melahirkan ketenteraman, padahal ketenteraman adalah tujuan utama
menjalin hubungan
Al-Quran & Hadits yang menjelaskan tentang jin.
a. Jin diciptakan dari api dan diciptakan sebelum manusia
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam)
dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya dari api yang
sangat panas. “(Al-Hijr: 26- 27). “Malaikat telah diciptakan dari
cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari
tanah (yang telah dijelaskan kepada kalian)”. ( HR.Muslim)
Perbedaan asal penciptaan ini menyebabkan manusia tidak dapat
berhubungan dengan jin, sebagaimana manusia tidak bisa
berhubungan dengan malaikat kecualijika jin atau malaikat
menghendakinya. Apabila manusia meminta jin agar bersedia
berhubungan dengannya, maka pasti jin tersebut akan mengajukan
syarat-syarat tertentu yang berpotensi menyesatkan manusia dari jalan
Allah swt.
b. Jin adalah makhluk yang berkembang biak dan berketurunan
“Dan (Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:
“Sujudlah kamukepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis.
Dia adalah dari golongan jin,maka ia mendurhakai perintah Tuhannya.
Patutkah kamu mengambil dia danturunan-turunannya sebagai
pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat
buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang
yang zhalim.” (Al-Kahfi: 50)
Al-Quran juga menyebutkan bahwa di antara bangsa jin ada
kaum laki-laki nya(rijal) sehingga para ulama menyimpulkan berarti
ada kaum perempuannya(karena tidak dapat dikatakan laki-laki kalau
tidak ada perempuan). Dengan demikian berarti mereka berkembang
biak.
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara
manusia memintaperlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin,
maka jin-jin itu menambahbagi mereka dosa dan kesalahan.” (Al-Jin:
6)
c. Jin dapat melihat manusia sedangkan manusia tidak dapat melihat jin
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh
syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari
surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk
memperlihatkan kepada keduanya„auratnya. Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatutempat yang kamu
tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telahmenjadikan
syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang- orang yang
tidakberiman.” (Al-A‟raf: 27).
Hal ini membuat kita tidak dapat berhubungan dengan mereka
secara wajar sebagaimana hubungan sesama manusia. Kalau pun
terjadi hubungan, maka kitaberada pada posisi yang lemah, karena
kita tidak dapat melihat mereka dan mereka bisa melihat kita
d. Bahwa di antara bangsa jin ada yang beriman dan ada pula yang kafir,
karena mereka diberikan iradah (kehendak) dan hak memilih seperti
manusia
“Dan sesungguhnya di antara kami ada jin yang taat dan ada
(pula) jin yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat,
maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun
jin yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api
bagi neraka Jahanam.” (Al- Jin (72): 14-15)
Meskipun ada yang muslim, tapi karena jin makhluk ghaib,
maka tidak mungkin muncul ketenteraman hati dan kepercayaan
penuh bagi kita terhadapkeislaman mereka, apakah benar jin yang
mengaku muslim jujur dengan pengakuannya atau dusta?! Kalau
benar, apakah mereka muslim yang baik atau bukan?! Bahkan kita
harus waspada dengan tipu daya mereka. Berhubungan dengan jin
adalah salah satu pintu kerusakan dan berpotensi mendatangkan
bahaya besar bagi pelakunya.
Potensi bahaya ini dapat kita pahami dari hadits Qudsi di mana
Rasulullah saw menyampaikan pesan Allah swt.“keadaan hanif
(lurus), dan sungguh mereka lalu didatangi oleh setan- setan yang
menjauhkan mereka dari agama mereka, mengharamkan apa yang
telah Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan-
Ku dengan hal-hal yang tidak pernah Aku wahyukan kepada mereka
sedikit pun.” (H.RMuslim)
Dalil lain tentang larangan berhubungan dengan jin adalah:
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara
manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara
jin, maka jin-jin itu menambahbagi mereka dosa dan kesalahan”. (Al-
Jin: 6)3.
Imam At-Thabari dalam tafsirnya menyebutkan: “Ada penduduk
kampung daribangsa Arab yang menuruni lembah dan menambah
dosa mereka dengan meminta perlindungan kepada jin penghuni
lembah tersebut, lalu jin itu bertambah berani mengganggu mereka.
Tujuan seorang muslim melakukan hubungan sosial adalah
dalam rangka beribadah kepada Allah swt dan berusaha
meningkatkannya atau untuk menghindarkan dirinya dari segala hal
yang dapat merusak ibadahnya kepada Allah. Melakukan hubungan
dengan jin berpotensi merusak penghambaan kita kepada Allah yaitu

3 Al-Asqalani, I. (2003). Fathul Bari. Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah.


terjatuh kepada perbuatan syirik seperti yang dijelaskan oleh ayat
tersebut. Ketidak mampuan kita melihat mereka dan kemampuan
merekamelihat kita berpotensi menjadikan kita berada pada posisi
yang lebih lemah,sehingga jin yang kafir atau pendosa sangat
mungkin memperdaya kita agar bermaksiat kepada Allah swt
Sering kesurupan atau tidak sadarkan diri ketika dimasuki jin
atau dipengaruhinyasekalipun tidak dikehendaki oleh orang yang
menjalin persahabatan itu. Baiksecara sengaja dilakukannya
ataupun tidak secara sengaja. Ini jelas bertentangandengan agama
dan td yang selalu mengharuskan mawas diri dan selalu sadar
diri.
Sering berfikir yang aneh dan tak masuk akal. Sebab ia akan
lebih mementingkanpetunjuk sahabatnya dari bangsa jin
ketimbang memelihara kemampuan akal pikirannya. Tegasnya,
cara berfikirnya akan berubah dari yang manusiawi kepadacara
berfikir yang magic atau mistik. Cara ini juga bertentangan
dengan agama dan td yang selalu memprioritaskan akal sebagai
alat senjata td itu sendiri. Di sini kesadaran akal dijadikan
tumpuan kemampuan dari konsentrasi.
Kesimpulan yang benar, bahwa meminta bantuan atau bekerja
sama dengan jin bukanlah sesuatu yang haram secara mutlak.
Karena jin termasuk makhluk Allahyang mendapatkan beban
aturan syariat sebagaimana manusia. Hubungan kitadengan jin
tidak lebih dari muamalah dua jenis makhluk Allah Ta‟ala.
Sebagaimana aturan yang belaku ketika kita bekerja sama
dengan orang lain.Kerja sama itu boleh dilakukan, selama dilakukan
dengan cara yang mubah danuntuk tujuan yang mubah. Sebaliknya,
kerja sama ini bernilai dosa dan terlarang,jika dilakukan dengan cara
terlarang atau untuk tujuan terlarang.
C. Pandangan islam terhadap Pawang Hujan
Allâh Ta‟âlâ berfirman :
“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira
sebelumkedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah
membawa awanmendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu
Kami turunkan hujan didaerah itu, maka Kami keluarkan dengan
sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami
membangkitkan orang- orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu
mengambil pelajaran.” (al- A‟raf 57)
Yang menggerakkan angin, cuaca, hujan dan lain sebagainya hanyalah
Allâh.Manusia hanya bisa memprediksi dari tanda-tanda alami (kauniyah)
yang manaprediksi tersebut bisa salah dan benar. Maka prediksi cuaca
seperti ini ygbersandar pada tanda-tanda alami adalah tidak mengapa,
selama tidak diiringidengan keyakinan kebenarannya. Jadi, hanyalah
prediksi belaka.
Pawang hujan yang diklaim bisa memindahkan hujan atau menahan
hujan, makasejatinya mereka ini adalah paranormal (dukun) yang seringkali
bekerjasamadengan jin, sebagaimana dukun-dukun lainnya.
Kata para ulama, dukun dan tukang sihir itu adalah thaghut dan para
pendustaAllah Ta‟âlâ berfirman :
“Maukah Aku beritakan kepada kalian, kepada siapa syaitan-syaitan
itu turun?Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi banyak berbuat
jahat/buruk (paradukun dan tukang sihir). Syaitan-syaitan tersebut
menyampaikan berita yangmereka dengar (dengan mencuri berita dari
langit, kepada para dukun dan tukangsihir), dan kebanyakan mereka adalah
para pendusta” (QS asy-Syu‟araa‟: 221-223).
Para ulama tafsir menjelaskan bahwa para pendusta dalam ayat di atas
adalah dukun dan yang semisal dengan mereka.Mendatangi pawang hujan
sama hukumnya dengan mendatangi dukun.Hukumnya diperinci sebagai
berikut:
Mendatangi dan bertanya kepada mereka tanpa membenarkannya,
maka inihukumnya dosa yang sangat besar dan tidak diterima shalatnya
selama empatpuluh hari. (bukan artinya tidak perlu sholat, karena sholat itu
kewajiban yg tidakboleh ditinggalkan.) sama dengan kufur ashghar.
Mendatangi mereka dan membenarkannya mereka maka ini adalah
kafir. Apabila yang dilakukan dukun itu terjadi dan nyata seperti yang
diklaim. Maka jangan tertipu, sebagaimana Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam ketika ditanya tentang al-kuhhaan (para dukun), beliau shallallahu
„alaihi wa sallam menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang tidak ada
artinya”
Salah seorang sahabat berkata, “Sesungguhnya para dukun tersebut
terkadangmenyampaikan kepada kami suatu (berita) yang (kemudian
ternyata) benar.
Maka Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Kalimat
(berita) yangbenar itu adalah yang dicuri (dari berita di langit) oleh jin
(syaitan), laludimasukkannya ke telinga teman dekatnya (yaitu dukun dan
tukang sihir), yangkemudian mereka mencampuradukkan berita tersebut
dengan seratus kedustaan”(Muttafaq alaihi).
D. Pandangan Islam Terhadap Pengobatan Alternatif Bu Ida Dayak
Sebagai agama yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai kepercayaan,
Islam memiliki pandangan yang beragam terhadap pengobatan alternatif dan
praktik kepercayaan lainnya. Dalam konteks pengobatan alternatif Bu Ida
Dayak, pandangan Islam dapat dilihat dari perspektif ajaran dan prinsip-
prinsip Islam yang berkaitan dengan kesehatan dan pengobatan.
Sebagian besar pengobatan alternatif yang ada di masyarakat memang
tidak dilarang dalam Islam, selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam
dan tidak melanggar prinsip-prinsip kesehatan dan pengobatan yang diakui
dalam Islam. Oleh karena itu, pengobatan alternatif seperti Bu Ida Dayak
dapat dipandang secara positif jika sesuai dengan prinsip-prinsip dan ajaran
Islam.
Namun, sebagaimana dalam praktek pengobatan alternatif lainnya,
terdapat juga potensi adanya praktik-praktik yang tidak sesuai dengan
prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam, seperti penggunaan bahan-bahan yang
dilarang dalam Islam, penggunaan metode yang menyakiti pasien, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, perlu adanya kewaspadaan dan penilaian yang
cermat dalam menghadapi pengobatan alternatif, termasuk Bu Ida Dayak,
agar tidak mengganggu kesehatan dan keberlangsungan hidup pasien.
Dalam hal ini, Islam menekankan pentingnya untuk memperoleh
pengobatan dari orang-orang yang terpercaya dan memiliki keahlian serta
keilmuan yang memadai dalam bidang pengobatan. Hal ini sejalan dengan
prinsip-prinsip kesehatan dan pengobatan yang diakui dalam Islam, di mana
kesehatan dan kesembuhan merupakan bagian dari rahmat dan karunia
Allah yang perlu dijaga dan diperoleh melalui upaya yang baik dan benar4.

4 Fauzi, I. (2011). Pengobatan Alternatif dalam Pandangan Islam. Jurnal Dakwah Tabligh, 12(1), 1-
13.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebanyakan anak Indigo mempunyai karakteristik yang berbeda dan
memiliki kemampuan yang lebih dari anak seusianya, termasuk juga
memiliki kemampuan melihat sesuatu dari alam lain (ghaib). Berbicara
tentang kemampuan manusia terhadap sesuatu, tentunya kita juga harus
melihat juga akan kodrat manusia yang serba terbatas atas segala
sesuatunya, kecuali manusia pilihan yang telah diberi anugerah atas
kehendak dankarunia Allah SWT. Oleh sebab itu, maka apabila seseorang
dianggap memiliki kemampuan untuk mengatasi sesuatu yang melebihi
kodratnya sebagai manusia pada umumnya, kita harus berhati-hati dan
waspada dalam menyikapinya. Jika seseorang dianggap telah memiliki
kemampuan dapat melihat jin/setan, dalam kaitan ini seseorang yang
terindikasi indigo memiliki kemampuan seperti ini, menyebabkan ada jin
yang bersemayam dalam diri keturunannya.
2. Meminta bantuan atau bekerja sama dengan jin bukanlah sesuatu yang
haram secara mutlak. Karena jin termasuk makhluk Allahyang
mendapatkan beban aturan syariat sebagaimana manusia. Hubungan kita
dengan jin tidak lebih dari muamalah dua jenis makhluk Allah Ta‟ala.
Sebagaimana aturan yang belaku ketika kita bekerja sama dengan orang
lain. Kerja sama itu boleh dilakukan, selama dilakukan dengan cara yang
mubah dan untuk tujuan yang mubah. Sebaliknya, kerja sama ini bernilai
dosa dan terlarang, jika dilakukan dengan cara terlarang atau untuk tujuan
terlarang.
3. Pawang hujan yang diklaim bisa memindahkan hujan atau menahan hujan,
makasejatinya mereka ini adalah paranormal (dukun) yang seringkali
bekerjasama dengan jin, sebagaimana dukun-dukun lainnya. Mendatangi
pawang hujan sama hukumnya dengan mendatangi dukun. Mendatangi
dan bertanya kepada mereka tanpa membenarkannya, maka ini hukumnya
dosa yang sangat besar dan tidak diterima shalatnya selama empat puluh
hari. (bukan artinya tidak perlu sholat, karena sholat itu kewajiban yg tidak
boleh ditinggalkan.) sama dengan kufur ashghar
4. Dalam hal ini, Islam menekankan pentingnya untuk memperoleh
pengobatan dari orang-orang yang terpercaya dan memiliki keahlian serta
keilmuan yang memadai dalam bidang pengobatan. Hal ini sejalan dengan
prinsip-prinsip kesehatan dan pengobatan yang diakui dalam Islam, di
mana kesehatan dan kesembuhan merupakan bagian dari rahmat dan
karunia Allah yang perlu dijaga dan diperoleh melalui upaya yang baik
dan benar.
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi ya ng menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena keterbatasannya pengetahuan dan kurangnya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya dengan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asqalani, I. (2003). Fathul Bari. Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah.
Al-Faruqi, I. R. (1991). Tawhid: Its Implications for Thought and Life.
Virginia: IIIT.
Farooqi, I. R. (1991). Tawhid: Its Implications for Thought and Life.
International Institute of Islamic Thought.
Fauzi, I. (2011). Pengobatan Alternatif dalam Pandangan Islam. Jurnal
Dakwah Tabligh, 12(1), 1-13.
Imaneter, AH. 2021. Fenomena-Fenomena Kontemporer
https://www.scribd.com/document/510125705/Resume-fenomena-fenomena-
kontemporer. Diakses pada 13 Oktober 2022 pukul 21.00.
Anonim. 2018. Makalah Agama Islam dan Dunia.
https://makalahupdate.blogspot.com/2012/11/makalah-agama-islam-dan-
dunia.html. Diakses pada 13 Oktober 2022 pukul 21.26

Anda mungkin juga menyukai