Anda di halaman 1dari 60

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER

(NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA


PELAJARAN PPKn DIKELAS VIII. 3 SMP NEGERI 12 KOTA JAMBI

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH:

OLEH

CINDY CLODIA REZEKI BR. S

A1A319045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER
(NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN PPKn DIKELAS VIII. 3 SMP NEGERI 12 KOTA JAMBI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Jambi


untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

OLEH:

Oleh

Cindy Clodia Rezeki Br. S

A1A319045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2023

2
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal skripsi yang berjudul Penerapan model pembelajaran

numbered head together (nht) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran PPKn di kelas VIII. 3 SMP Negeri 12 Kota Jambi: Skripsi Program

Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yang disusun Oleh Cindy

Clodia Rezeki Br.S, Nomor Induk Mahasiswa A1A319045 telah diperiksa dan

disetujui untuk diuji.

Jambi, Maret 2023

Pembimbing I

Drs. M Salam, M.Si

NIP.195907111985031002

Jambi, Maret 2023

Pembimbing II

Sundari Utami, S.Pd.,M.Sc.

1
NIP.199206272022032014

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Cindy Clodia Rezeki Br. S

Nim : A1A319045

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-

benar karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari penelitian pihak lain.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini

merupakan jiplakan atau plagiat, saya besedia menerima sanksi dicabut gelar dan

ditarik ijazah.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung

jawab.

Jambi, Maret 2023

Yang Membuat Penyataan

Cindy Clodia Rezeki Br. S

A1A319045

2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi

yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PPKn Di Kelas

VIII. 3 SMP Negeri 12 Kota Jambi” Proposal ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan.

Penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai tanpa ada bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada Drs. M Salam, M.Si selaku dosen pembimbing

I dan Sundari Utami, S.Pd.,M.Sc. selaku dosen pembimbing II, dengan segala

kesabaran, keikhlasan, yang telah membimbing dan memotivasi penulis.

Terimakasih atas segala arahan dan bimbingannya selama penyusunan proposal

skripsi ini, sehingga penulis dapat menyelesaikannya.

Secara khusus kepada ayahanda Anda Sarwono Simanungkalit dan

ibunda Sontariani Br. Hombing yang tiada henti mendoakan dan memberikan

perhatian serta dukungan yang luar biasa kepada penulis untuk merahi cita-cita

dan kesuksesan.

Penulis menyadari proposal ini tidak luput dari berbagai kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan dan

3
kesempurnaan proposal skripsi ini. Semoga proposal skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi bidang pendidikan dan penerapan di lapangan serta bisa

dikembengkan lebih lanjut.

Jambi, Maret 2023

Cindy Clodia Rezeki Br.S

DAFTAR ISI

Halaman

4
HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................ii

PERNYATAAN .................................................................................................iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................iv

DAFTAR ISI ......................................................................................................vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................viii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................8

BAB II KAJIAN TEORITIK

2.1 Hasil Belajar ..................................................................................................10

2.1.1 Pengertian hasil belajar......................................................................10


2.1.2 Tujuan Hasil Belajar..........................................................................11
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar........................................12
2.1.4 Klasifikasi Hasil Belajar....................................................................15
2.1.5 Indikator Hasil Belajar.......................................................................18

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif....................................................................19

2.2.1 Model Pembelajaran.............................................................................19

2.2.2 Pembelajaran Kooperatif......................................................................20

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT..................................................21


2.3.1 Pengertian NHT....................................................................................21

5
2.3.2 Langkah-Langkah NHT........................................................................23
2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan NHT...........................................................26
2.4 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)....................................27
2.4.1 Pengertian Mata Pelajaran PPKn..........................................................27
2.4.2 Tujuan Mata Pelajaran PPKn................................................................29

2.5 Penerapan Model NHT untuk Meningkatkan Hasil Belajar .........................30

2.6 Penelitian Relevan.........................................................................................30

2.7 Kerangka Pikir...............................................................................................32

2.8 Hipotesis Tindakan........................................................................................36

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................37

3.2 Subjek Penelitian...........................................................................................38

3.3 Data dan Sumber Data...................................................................................38

3.4 Teknik Pengumpulan Data.............................................................................39

3.5 Teknik Analisis Data......................................................................................43

3.6 Indikator Capaian Penelitian..........................................................................46

3.8 Prosedur Penelitian........................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................52

6
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Daftar Nilai Ulangan Harian..................................................................5

2.1 Sintaks Pembelajaran NHT..................................................................25

3.1 Waktu Penelitian..................................................................................37

3.2 Format Observasi Aktivitas Guru.......................................................40

3.3 Kriteria Hasil Belajar Siswa.................................................................44

3.4 Kriteria Tafsiran Presentase.................................................................45

DAFTAR GAMBAR

Bagan Halaman

7
3.1 Desain PTK Model Kurt Lewin 47

8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara didunia yang sedang mengembangkan

sistem pendidikan supaya menuju lebih baik yang mampu melahirkan sumber

daya masusia yang berkualitas, sebagai upaya untuk memperkokoh kesatuan

negera republik Indonesia yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan

menembangkan potensi setiap warga negara.

Pada perkembangan globalisasi saat ini,setiap individu dituntut agar dapat

bersaing dengan pertumbuhan era yang terus menjadi cangih dan maju. Hal ini,

didukung oleh pendidikan yang memadahi agar tercipta sumber daya manusia

(SDM) yang terampil dan mempunyai keahlian buat menyikapi permasalahan dan

tantangan zaman. Oleh karena itu, perlu pengembangan sistem pendidikan yang

selaras dan terpadu sesuai dengan orientasidan kebutuhanpembangunan.Dengan

hal ini, sejalan dengan visi pembelajaran nasional spesialnya memandang sistem

pembelajaran selaku satu kesatuan serta berwibawa buat memberdayakan

masyarakat negeri Indonesia hendak jadi makhluk yang terampil bisa sanggup

mengalami tantangan serta proaktif menanggapi tantangan pada pertumbuhan era

yang senantiasa berganti.

Sejalan dengan perihal tersebut mata pelajaran PPKn dirancang supaya

tiap orang jadi masyarakat negeri Indonesia yang baik yang mempunyai

kecerdasan intelektual, emosional, sosial, ataupun spiritual serta rasa tanggung

9
jawab yang besar. Pembelajaran pancasila serta kewarganegaraan ialah

pembelajaran berkarakter selaku upaya buat menguatkan kepribadian siswa,

sehingga jadi masyarakat negeri Indonesia yang baik yang hendak mengahasilkan

sumber energi manusia bermutu bukan cuma ilmu pengetahuannya saja melainkan

kepribadian yang baik bermoral serta beretika yang hendak mencerminkan suatu

negeri yang baik Hanidda dkk (2020:55). Diharapkan melalui pembelajaran

pendidikan pancasila dan kewarganegaraan mulai disekolah dasar sampai

perguruan tinggi mampu membentuk peserta didik mempunyai jiwa serta

kepribadian yang baik untuk bangsa serta negeri.

Mata pelajaran PPKn yang telah ditempuh sepanjang sekolah bawah

hingga akademi besar ialah proses belajar yang dirasakan tiap partisipan didik.

Proses belajar merupakan aktivitas yang menciptakan pergantian dalam

pengetahuan serta uraian, keahlian serta perilaku. Dalam proses belajar terjalin

sesuatu wujud interaksi yang dicoba antara pendidik ataupun guru serta partisipan

didik ataupun siswa, dalam proses belajar mengajar ini mengaitkan terdapatnya

pola interaksi antara siswa serta guru buat menggapai sesuatu tujuan pendidikan

yang efisien serta hasil pendidikan yang optimal. Dalam pembelajaran PPKn,

hasil belajar siswa menjadi perhatian khusus karena apabila siswa berminat dan

aktif mengikuti pembelajaran maka. Oleh sebab itu, siswa wajib mempunyai

belajar yang tinggi dikarena besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil

pembelajaran.

Terdapatnya kedudukan guru dalam pendidikan dikala ini masih terdapat

yang bertabiat konvensional ialah masih berpusat pada guru yang dikemukakan

10
oleh Toha (2022:2). Sistem konvesional yang masih sering dilakukan pada saat

pembelajaran belum mampu mengkaitkan materi dengan kehidupan nyata,

dikarenakan pembelajaran konvesional ini menuntut siswa memiliki kemampuan

untuk menghapal bukan berpikir kritis,kreatif,dan analitis semakin menimbulkan

sikap apatispada siswa yang menganggap enteng dan kurang menarik

pembelajaran. Sehingga, saat anak lulus dari sekolah mereka hanya dapat belajar

secara teori, namun miskinsecara aplikasi.

Oleh sebab itu, pentingnya bagi guru untuk mengembangkan potensi dan

inovasi dalam penerapan model pendidikan yang cocok pada ciri modul serta

siswa. iiSalah satunya, model pendidikan yang mengaitkan siswa/ siswi

merupakan pendidikan kooperatif. Pendidikan kooperatif merupakan strategi

pendidikan dimana siswa tergabung dalam kelompok kecil yang berbeda pada

tingkatan kemampuannya. iiSetelah menuntaskan tugas kelompok, tiap siswa/

siswi dalam kelompok wajib berkerja sama serta silih menolong menafsirkan

topik.

Realita saat ini, kebanyakan guru hanya terfokus pada penyampaian teori-

teori dengan menggunakan media pembelajaran berupa LKS dan papan tulis yang

materi-materi pembelajaran tersebut disampaikan secara konvensional.iiHal

demikian membuat suasana belajar cenderung membosankan. Padahal guru adalah

bagian faktor penting dalam kegiatan pendidikan, di mana keberhasilan suatu

pembelajaran juga terletak bagaimana guru tersebut merancang materi

pembelajaran yang disampaikan.

11
Model pendidikan merupakan sesuatu wujud pendidikan buat

menghasilkan suasana belajar didasarkan pada teori- teori serta metode

mengorganisasikan pendidikan digunakan dalam Sudana( 2013: 7). Salah satunya,

model pendidikan yang alternatif merupakan model

NumberedHeadTogether( NHT).Model ini adalah model umum perilaku belajar

yang ditujukan tercapainya tujuan belajar yang diinginkan dan meningkatkan hasil

belajar. Ungkapan senada juga disampaikan oleh Nurwadani dkk (2022:28) kalau

hasil belajar siswa/ siswi. Kegiatan belajar siswa dapat saling berinteraksi dapat

memperoleh sesuatu pemahaman dan pengetahuan sehingga dapat terjadi

perubahan perilaku.

Bersumber pada hasil observasi dini yang periset dicoba pada segala kelas

VIII ialah pada kelas VIII. 1 hingga VIII. 8 SMP Negara 12 Kota Jambi ada kasus

hasil belajar yang masih dipunyai siswa/ siswi. Tetapi dari totalitas kelas VIII

yang periset lihat dari nilai ulangan setiap hari, hasil belajar siswa/ siswiiibanyak

yang belum menggapai KKM ialah di kelas VIII. 3 sehingga periset tertarik buat

melaksanakan revisi pada pendidikan dikelas dengan mengaplikasikan model

pembelajaraniiNumberedHeadTogether( NHT).

Proses pembelajaran pada kelas VIII. 3 di SMP Negeri 12 Kota Jambi

terdapat permasalahan dimana para siswa banyak ngobrol dan tidak terlibat secara

aktif pada waktu mengikuti pembelajaran, tidak hanya itu siswa masih kurang

mencermati guru dikala menjelaskan makanya hal ini menyebabkan kurangnya

pemahaman yang diperoleh siswa/siswi. Selama ini pembelajaran dilakukan oleh

guru menuntut siswauntukmemperhatikan dan mendengarkan saja materi yang

12
disampaikan denganceramah. Hal ini tentunya menimbulkanrasa bosan terhadap

siswa dan mengakibatkan siswa mengobrol dengan temannya,lalu pada saat guru

memberikan jawaban yang berbeda bahkan diam dan tidak bisa menjawab

pertanyaan.

Bersumber pada hasil wawancara dengan salah satu guru PPKn ialah

Bunda Yanti Yunita, S. Pd berkata kalau pendidikan PPKn novel cetak, Lks serta

masih memakai tata cara ceramah yang divariasikan dengan menggunakan

infokus sebagai media pembelajarannya. Hal tersebut tentunya menjadi masalah

yang masih banyak ditemukan pada siswa/siswi, sehingga hasil belajar

siswa/siswi masih banyak yang belum mancapainilapadaKKM disekolah.

TABEL 1.1 Daftar Nilai Ulangan Harian Semester Genap Tahun 2023

Siswa Kelas VIII. 3 SMP Negeri 12 Kota Jambi

NO Rentang Nilai Jumlah Tuntas Tidak

Siswa Tuntas

1 90-100 3

2 80-89

3 70-79 32 7

4 60-69 13

5 50-59 7

13
6 40-49 2

Jumlah 10 22

Presentase 31,25% 68,75%

Sumber: Guru Mata Pelajaran PPKn pada Kelas VIII

Bersumber pada Tabel 1. 1 nampak kalau hasil belajar siswa/ siswi masih

banyak yang belum menggapai nilai kriteria syarat optimal( KKM), dengan KKM

pada mata pelajaran pembelajaran pancasila serta kewarganegaraan dikelas VIII. 3

SMP Negerii12 KotaJambi adalah 75.Dimana terdapat 68,75% atau 22 siswa hasil

belajarnya belum mencapai KKM sedangkan 31,25% atau 10 siswa hasil

belajarnya sudah mencapai KKM. Jadi, bisa disimpulkan tingkatan ketuntasan

hasil belajar siswa kelas VIII. 3 masih rendah. Bila nilai yang diperoleh siswa

kurang dari 75 hingga dinyatakan belum tuntas serta hendak diadakan remedia

buat penuhi serta menggapai KKM. Pemilihan model pendidikan yang pas bisa

tingkatkan hasil belajar siswa. Salah satu model pendidikan yang diseleksi periset

dan dikira efisien dalam upaya tingkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

PPKn di kelas VIII. 3 lewat model pendidikan NumberedHeadTogether( nht).

Bagi( Azizah 2017: 2) pada model pendidikan kooperatif jenis

NumberedHeadTogether( NHT) ialah proses yang disusun buat pengaruhi pada

pola interaksi siswa/ siswi yang bertujuan tingkatkan kemampuan akademik

sehingga hasil belajar diperoleh lebih meningkat. Model ini,

memberikankesempatan kepada setiap siswa/siswi didalam kelompok untuk

14
saling berkerjasama guna memberikan pemahaman dan pengetahuannya agar

setiap siswa/siswi terlibat secara aktif dalam kelompok.

Pada model pendidikan NumberedHeadTogether( NHT) dicoba dengan

menunjuk seorang siswa sebagai perwakilan kelompoknya dengan cara acak,

sehingga siswa yang terpilih secara acak tersebut dapat mempersiapkan diri

sebelum mempresentasikan hasil kelompoknya, hal ini dapat melatih dan

meningkatkan tanggung jawab pada setiap siswa melalui diskusi kelompok

dikemukakan oleh Kurniasih dan Sani (Azizah 2017:2). Dengan adanya kesiapan

dalam diri siswa maka keaktifan dalam diskusi kelompok akan terlaksana dan

hasil belajar mengalami peningkatan.

Bersumber pada penjelasan di atas, periset tertarik buat melaksanakan riset

yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

NumberedHeadTogether (NHT) untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

Di kelas VIII. 3 SMP Negeri 12 Kota Jambi”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, untuk mempermudah

pemahaman dalam pembahasan permasalahan yang akan diteliti, hingga rumusan

permasalahan yang diajukan dalam riset ini merupakan:“ Apakah pelaksanaan

model pendidikan NumberedHeadTogether( NHT) bisa meningkatakan hasil

belajar siswa pada pendidikan Pembelajaran Pancasila serta Kewarganegaaraan di

kelas VIII. 3 SMP Negara 12 Kota Jambi?”

15
1.3 Tujuan Penelitian

Bersumber pada rumusan permasalahan di atas, tujuan riset ini merupakan

buat mengerahui kenaikan hasil belajar siswa kelas VIII. 3 SMP Negara 12 Kota

Jambi dengan memakai model pendidikan NumberedHeadTogether( NHT)..

1.4 Manfaat Penelitian

Bersumber pada tujuan PTK di atas, hingga hasil PTK ini diharapkan bisa

berguna untuk:

1. Manfaat Teoritis

a) Secara teoritis, diharapkan riset ini bisa menciptakan teori ataupun

pengetahuan baru tentang upayaiimeningkatkan hasil belajar siswa/ siswi

pada mata pelajaran PPKn lewat model pendidikan

NumberedHeadTogether( NHT).

b) Hasil riset ini diharapkan bisa jadi bahan pemikiran untuk siswa dan

menaikkan pengetahuan siswa/ siswi terhadap model pendidikan pada

NumberedHeadTogether( NHT).

c) Hasil riset ini diharapkan sanggup jadi acuan selaku bahan ajar pada

pendidikan PPKn khusunya dalam tingkatkan hasil belajar siswa

2. Manfaat Praktis

a) Bagi siswa

16
Diharapkan bisa tingkatkan hasil belajar siswa dalam pendidikan melaui

model pendidikan NumberedHeadTogether( NHT)..

b) Bagi sekolah

Diharapkan bisa membagikan data serta cerminan tentang model

pendidikan Numbered Head Togethe( NHT).

c) Bagi peneliti

Diharapkan bisa menaikkan pengetahuan serta tercantum ilmu menimpa

upaya tingkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn lewat model

pendidikan NumberedHeadTogether( NHT).

17
BAB II

KAJIAN TEORETIK

2.1 Hasil Belajar

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Keberhasilan seorang didalam menjajaki proses pendidikan pada satu

jenjang pembelajaran tertentu bisa dilihat dari hasil belajar. Hasil belajar diperoleh

partisipan didik sehabis menjajaki aktivitas belajar. Sejalan dengan pendapat

Rusman( 2012: 67) hasil belajar merupakan beberapa. Kemudia pula sejalan

dengan komentar Afandi( 2013: 6) dalam proses pendidikan spesialnya dalam

satuan pembelajaran bawah diharapakan cocok dengan sesi perkembangannya

ialah pada sesi operasional kognitif.

Ada pula hasil belajar pada siswa/ siswi bagi Slameto( 2012: 6) yang

menggolongkan ke dalam 3 ranah yang butuh dicermati dalam tiap proses belajar

18
mengajar yaituiikognitif, iefektif, iidanipsikomotorik. Ranah kognitif mancakup

keahlian psikis. Kompetensi mencangkup 3 ranah yang wajib dipahami oleh siswa

yang dibesarkan sepanjang proses pendidikan sehingga hasil pembalajaran lebih

merata serta utuh.

Bagi Sudjana( Marhadi 2014: 74) hasil belajar ialah keahlian yang

dipunyai siswa/ siswi sehabis menerima pengalaman belajarnya. Sejalan dengan

komentar Rahmawati( 2016: 26) kalau hasil belajar merupakan, serta keahlian.

Hasil belajar berfungsi berarti dalam proses pendidikan selaku tolak ukur buat

mengenali seberapa jauh pergantian pada diri siswa sehabis menerima

pengalaman belajarnya yang bisa diukur dalam wujud pengetahuan, perilaku, serta

keahlian.

Bersumber pada pemaparan di atas, bisa disimpulkan kalau hasil belajar

merupakan pencapaian yang dicoba partisipan didik buat memperolah pergantian

pada aspek kognitif( keahlian hafalan, uraian, pelaksanaan, analisis, sintesis, serta

penilaian), aspek afektif( penerimaan, partisipasi, evaluasi, organisasi, serta

karakterisasi) serta aspek psikomotorik( anggapan, kesiapan, gerakan terbimbing,

gerrakan terbiasa, gerakan lingkungan serta kreativititasi). Oleh sebab itu,

penialian sudah dicapai oleh siswa cocok kriteria tertentu.

2.1.2 Tujuan Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar oleh partisipan didik bertujuan buat mengevaluasi

proses belajar. Sejalan dengan komentar Hamalik( Afandi et (AL). 2013: 5) tujuan

belajar merupakan beberapa hasil belajar yang menampilkan kalau siswa/ siswi

sudah melaksanakan perbuatan belajar, iyangiumumnya meliputi pengetahuan,

19
keahlian serta sikap- sikap yang baru, yang dibutuhkan bisa dicapai oleh siswa/

siswi.

Perihal berarti bagi Bloom( Afandi et angkatan laut(AL). 2013: 7) tujuan

hasil belajar dikelompokkan jadi 3 jenis, ialah :

a. Ranah kognitif yang terdiri dari 6 tingkatan, maksudnya: iipengetahuan,

uraian, pelaksanaan, analisa, sintesis, evaluasi.

b. Ranah afektif yang terdiri dari 5 tingkatan, maksudnya: iipenerimaan,

penanggapan, evaluasi, pengelolaan, bermuatan nila.

c. Ranah psikomotor terdiri dari 5 tingkatan, maksudnya: iimenirukan,

manipulasi, keseksamaan, artikulasi, naturalisasi.

Cocok dengan penjelasan diatas, bisa periset simpulkan tujuan pendidikan

merupakan perolehan hasil belajar partisipan didik buat melatih serta mengasah

keahlian berpikir, sehingga siswa bisa melaksanakan perbuatan belajarnya secara

lebih mandiri. Oleh sebab itu, tujuan hasil belajar pula bisa ditatap selaku

perubahan- perubahan sikap siswa ke arah yang lebih baik dan buat membagikan

motivasi kepada siswa buat lebih tingkatkan hasil belajarnya.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Keberhasilan dalam belajar seorang dipengaruhi oleh sebagian aspek yang

pengaruhi hasil belajar. Bagi komentar Slameto( Sukhesti 2013: 17–20). 

1) Faktor internal meliputi :

a. Aspek jasmaniah, terdiri dari aspek kesehatan serta aspek cacat badan.

20
1. Aspek kesehatan, sehat berarti dalam kondisi baik segenap tubuh beserta

bagian- bagiannya/ leluasa dari penyakit. Kesehatan merupakan kondisi

ataupun perihal sehat. Kesehatan seorang mempengaruhi terhadap

belajarnya. iProses belajar seorang hendak tersendat bila kesehatan seorang

tersendat, tidak hanya itu pula dia buat kilat letih, kurang bergairah.

2. Cacat badan, merupakan suatu yang bawa akibat kurang baik ataupun

kurang sempurna terhadap badan/ tubuh.

b. Aspek psikologis, terdiri dari; inteligensi, atensi, atensi, bakat, motif,

kematangan, serta kesiapan 

1. Atensi, merupakan kecenderungan yang senantiasa buat mencermati serta

mengenang sebagian aktivitas. Dengan perihal ini, atensi besar

mempengaruhi terhadap belajar bahan pelajaran yang dipelajari tidak cocok

dengan atensi siswa, siswa/ siswi tidak hendak belajar dengan sebaik-

baiknya, sebab tidak terdapat energi tarik menurutnya..

2. Bakat, merupakan keahlian buat belajar. Keahlian itu baru hendak terealisasi

jadi kecakapan yang nyata cocok belajar serta berlatih. Jadi jelaslah kalau

bakat itu pengaruhi belajar, bila bahan pelajaran yang dipelajari siswa/ siswi

cocok dengan bakatnya, hingga hasil belajarnya lebih baik karna siswa/

siswi bahagia belajar serta pastilah berikutnya jadi lebih aktif lagi dalam

belajarnya itu.

3. Motif, sangat ikatan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam memastikan

tujuan itu sanggup disadari ataupun tidak, tetapi buat menggapai tujuan itu

21
butuh berbuat, sedangkan itu yang jadi pemicu berbuat merupakan motif

yang berfungsi selaku energi penggerak/ pendorong.

4. Kematangan, dimaksud kalau fase dala perkembangan seorang, yang mana

alat- alat badannya sudah siap buat melakukan kecakapan baru. Dengan

perihal ini, dibutuhkan latihan- latihan serta pelajaran secara konstan supaya

mendapatkan sesuatu kematangan pada seorang

5. Kesiapan, dimaksud ketersediaan membagikan responsif ataupun bereaksi.

Munculnya kesediaan pada diri seorang serta berkaitan dengan kematangan,

disebabkan makna kematangan merupakan kesiapan buat melakukan

kecakapan. Dalam perihal ini, kesiapan butuh dicermati dalam proses

belajar, sehingga memperoleh hasil belajarnya hendak lebih bertambah.

c. Aspek keletihan, bermacam aspek keletihan tercantum mencuat kecenderungan

buat membaringkan badan akibat keletihan. Sedangkan itu, keletihan rohani

bisa dialami.

2) Faktor eksternal meliputi :

a. Aspek keluarga, mencakup metode orang tua mendidik, kedekatan antar

anggota keluarga, suasanaiirumah, keadaaniiekonomiiikeluarga, penafsiran

orang tua, serta latar belakangiikebudayaan. 

b. Aspek warga, aktivitas berhubungan dengan siswa dalam warga, media massa

ataupun pers, sahabat berteman, serta wujud kehidupan masyakarat disekitar

siswa/ siswi pula mempengaruhi terhadap belajar siswa/ siswi.

Bersumber pada pemaparan diatas, bisa disimpulkan kalau hasil belajar

dipengaruhi pada aspek internal yang dimaksud dalam diri siswa/ siswi serta

22
aspek ekternal dimaksud dalam luar diri siswa/ siswi. Aspek ini, sangat

mempengaruhi pada pencapaian hasil belajar siswa/ siswi serta bisa menunjang

terealisasi dalam aktivitas proses pendidikan, sehingga bisa tercapai tujuan

pendidikan.

2.1.4 Klasifikasi Hasil Belajar

Bersumber pada klasifikasi hasil belajar dari Bloom( Rahmawati 2016:

40) yang secara universal dikelompokkan jadi 3 ranah, antara lain selaku

berikut:

Kemampuan- kemampuan yang tercantum domain kognitif oleh

Slameto( 2012: 55) dikategorikan lebih rinci ke dalam 6 jenjang keahlian, ialah:

a. Hafalan( C1), jenjangi hafalani meliputii kemampuani menyatakani

kembali kenyataan, konsep, prinsip serta prosedur yang sudah

dipelajarinya.

b. Uraian( C2), jenjang uraian meliputi keahlian menangkap makna dari

data yang diterima, misalnya bisa menafsirkan bagan, diagram ataupun

grafik.

c. Pelaksanaan( C3), yang tercantum jenjang pelaksanaan merupakan

keahlian memakai prinsip, ketentuan, tata cara yang dipelajarinya pada

suasana baru ataupun suasana konkrit.

d. Penilaian( C6), Keahlian pada jenjang penilaian yakni keahlian buat

memikirkan nilai sesuatu statment, penjelasan, pekerjan, bersumber

pada kriteria tertentu yang diresmikan.

23
1. Sikap (Afektif)

Kepemilikan perhatian, tingkah laku, dan nilai-nilai yang ditanamkan

selama proses belajar mengajar merupakan bagian dari ranah afektif. Hasil

pembelajaran proses berpusat pada kemampuan dan kepemilikan keterampilan

proses atau prosedur dan berhubungan dengan perilaku dan nilai. Perilaku siswa

yang beragam seperti memperhatikan apa yang dipelajarinya, disiplin, termotivasi

belajar, menghormati guru, dan sebagainya, akan mengungkap identitas hasil

belajar tersebut. Perhatian, asumsi, evaluasi, organisasi, dan karakterisasi sesuatu

atau beberapa nilai adalah lima tingkatan yang membentuk domain afektif. Alat

penilaian non tes seperti angket dan observasi dapat digunakan untuk menghitung

hasil belajar.

2. Keterampilan (Psikomotor)

Ranah ini diklasifikasikan kedalam 7 jenis ialah persepsiii( perception),

kesiapanii( set), gerakan terbimbingii( quided response), gerakan

terbiasai( mechanism), gerakan lingkungan( complex response),

penyesuaianipolaigerakan( adaptation), kreatifitas/ keaslian( creativity/

origination).

Bagi komentar Sudjana( 2012: 10) perbandingan hasil belajar di golongan

para siswa/ siswi diakibatkan olehidua aspek ialah aspek awal, ialah dari dalam

diri siswa paling utama keahlian yang dimilikinya serta aspek terakhir, ialah tiba

dari luar diri siswa ataupun aspek area. Hasil belajar nampak selaku dibanding

dengan lebih dahulu, misalnya dari tidak ketahui jadi ketahui, perilaku kurang

sopan jadi sopan, serta sebagainya.

24
2.1.5 Indikator Hasil Belajar

Pencapaian hasil belajar ialah prestasi yang dicapai oleh partisipan didik

dalam proses belajar mengajar. Buat mengenali pencapaian hasil belajar tersebut

terdapat sebagian penanda yang menjadi tolak ukur kalau proses belajar mengajar

tersebut dikira sukses ataupun tidak.

Bagi Mardiana( 2018: 19) tolak ukur dalam evaluasi hasil belajar bisa

berbentuk angka, huruf, serta symbol. Perlengkapan yang digunakan buat

mengukur hasil belajar melalui penilaian serta uji. Penilaian menyangkut

pengecekan ketercapaian tujuan yang diresmikan. Evaluasi hasil belajar bertujuan

buat mengenali sepanjang mana tujuan pendidikan telah tercapai.

2.2 Model Pembelajaran Kooperatif

2.2.1 Model Pembelajaran

Secara universal model dimaknai selaku pedoman ataupun acuan dalam

melaksanakan sesuatu aktivitas yang di gunakan buat menirukan, menampilkan,

menarangkan, memperkirakan ataupun memperkenalkan suatu. Perihal tersebut

semacam yang diungkapkan oleh Tibahary serta Muliana( 2018: 55) berkata kalau

model merupakan representasi sesuatu proses dalam wujud grafis, serta/ ataupun

naratif, dengan menampilkan unsur- unsur utama dan strukturnya. Dalam

pendidikan, model ialah wujud universal selaku pedoman buat menggapai tujuan

pendidikan. Ungkapan senada pula di informasikan Syaiful( 2018: 26) kalau

model pendidikan merupakan. Bagi Indrawati( Tibahary and Muliana 2018: 56)

model pendidikan ialah sesuatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola

pendidikan tertentu, dalam pol tersebut bisa nampak aktivitas guru serta partisipan

25
didik di dalam mewujudkan keadaan belajar ataupun sistem area yang

menimbulkan terbentuknya belajar pada partisipan didik.

Bersumber pada penjelasan para pakar di atas tentang model pendidikan,

bisa di simpulkan kalau model pendidikan merupakan sesuatu pedoman yang

digunakan guru selaku kegiatan partisipan didik dengan prosedur sistematis

sehingga menggapai tujuan pendidikan.

2.2.2 Pembelajaran Kooperatif

Pendidikan kooperatif marupakan proses belajar yang mengaitkan siswa

buat bekerja sama sehingga menggapai tujuan pendidikan. Cocok dengan

komentar Wahyuni( 2018: 59) kalau bisa memicu siswa lebih aktif dalam belajar

buat menggapai tujuan pendidikan yang diformulasikan dalam menuntaskan tugas

kelompoknya Sulistio( 2021: 10). Dalam pemilihan kelompok partisipan didik

hendak diseleksi secara heterogen bersumber pada keahlian partisipan didik

supaya masing- masing kelompok balance bersumber pada kemampuannya.

Bagi Kessler( Tibahary 2018: 59) pendidikan kooperatif merupakan

kegiatan belajar kelompok yang tertib sehingga ketergantungan pendidikan pada

struktur sosial pertukaran data antara anggota dalam kelompok serta masing-

masing anggota bertanggungjawab buat kelompoknya serta dirinya sendiri serta

dimotivasi buat tingkatkan pembelajar yang lain.

Ada 7 faktor pendidikan kooperatif bagi Ibrahim( 2019: 14) selaku

berikut:

1) Kelompok siswa harus percaya bahwa mereka hidup bersama.

26
2) Siswa bertanggung jawab terhadap kelompoknya sendiri secara

keseluruhan.

3) Siswa harus membagi tanggung jawab dan tugasnya secara

merata di antara anggota kelompok.

4) Siswa akan diperlihatkan cara mengerjakan penilaian, dan setiap

anggota kelompok juga akan mendapatkan hadiah atau

penghargaan.

5) Akun siswa individu untuk modul yang ditangani dalam

kelompok kooperatif akan diperlukan.

6) Siswa berbagi tanggung jawab kepemimpinan dan

membutuhkan keterampilan belajar kooperatif.

Bersumber pada penjelasan dari para pakar tentang pendidikan kooperatif

bisa di simpulkan kalau pendidikan kooperatif ialah pendidikan yang mengaitkan

siswa secara heterogen buat menuntaskan permasalahan secara bertepatan dengan

silih berhubungan buat menggapai tujuan pendidikan bersama. Tujuan

dibentuknya kelompok kooperatif merupakan buat membagikan peluang kepada

siswa supaya bisa ikut serta secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan

belajar sehingga hasil belajar partisipan didik hadapi kenaikan.

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran NHT

Fase Kegiatan Guru dan Siswa

Fase 1 Siswa dipecah dalam kelompok- kelompok

Fase 2 Tiap- tiap siswa dalam kelompok diberi nomor

27
Fase 3 Guru membagikan tugas/ persoalan pada tiap- tiap kelompok

buat mengerjakannya

Fase 4 Tiap kelompok mulai berdiskusi buat menciptakan jawaban

yang dikira sangat pas serta membenarkan seluruh anggota

kelompok mengenali jawaban tersebut

Fase 5 Guru memanggil salah satu no secara acak

Fase 6 Siswa dengan no yang dipanggil mempresentasikan jawaban

dari hasil dialog kelompok mereka

Sumber: Huda (2015:203)

2.3.1 Kelebihan dan Kelemahan Model NumberedHeadTogether (NHT)

2.3.1.1 Kelebihan Model pembelajaran kooperatif tipe NumberedHeadTogether

(NHT)

Bagi Suwarno( Sukhesti, 2013: 35–36) pelaksanaan pendidikan kooperatif

jenis NumberedHeadTogether( NHT) mempunyai sebagian kelebihan merupakan

selaku berikut:

1) Terbentuknya interaksi antara siswa lewat dialog ataupun siswa secara

bersama dalam menuntaskan permasalahan yang dialami.

2) Siswa pandai ataupun siswa lemah bersama mendapatkan khasiat lewat

kegiatan belajar kooperatif.

28
3) Dengan bekerja secara kooperatif ini, membolehkan konstruksi

pengetahuan hendak jadi lebih besar ataupun mungkin buat siswa bisa

hingga pada kesimpulan yang diharapkan.

4) Bisa membagikan peluang kepada siswa buat memakai ketrampilan

bertanya, berdiskusi, serta meningkatkan bakat kepemimpinan.

Menurut kelebihan Shoimin (Afandi et al. 2013:21) model Numbered

Heads Togther (NHT):

1) Tiap murid jadi siap.

2) Bisa melaksanakan dialog dengan serius.

3) Murid yang pandai bisa mengajari murid yang kurang pandai.

4) Terjalin interaksi secara intens atara sisiwa dalam menanggapi soal.

5) Tidak terdapat murid yang mendominasi dalam kelmopok sebab

terdapat no yang menghalangi.

Bersumber pada penjelasan dari para pakar di atas tentang kelebihan

model pendidikan NumberedHeadTogether bisa disimpulakan kalau model ini

sanggup melatih siswa buat silih berkolaborasi, tangungjawab serta menghargai

komentar orang lain, malatih siswa buat tingkatkan keahlian berbicara lewat

dialog kelompok.

2.3.1.2 Kekurangan model pendidikan kooperatif tipe NumberedHeadTogether

(NHT)

Menurut Sudana (2013:9) model pembelajaran NumberedHeadTogether

memiliki beberapa kekurangan yang dihadapi yaitu sebagai berikut :

29
1) Siswa/ siswi belum terbiasa dengan model pendidikan kooperatif

NumberedHeadTogether( NHT).

2) Masih ada siswa/ siswi yang ribut didalam kelas.

3) Masih terdapat siswa/ siswi yang mau mewakili anggota kelompoknya

didalam menanggapi persoalan yang diajukan oleh guru sementara itu

tiap- tiap siswa telah memperoleh no kepala yang berbeda.

2.4 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

2.4.1 Pengertian Mata Pelajaran PPKn

Mata pelajaran PPKn salah satu mata pelajaran yang diajarakan mulai dari

sekolah bawah samapai akademi besar. Mata pelajaran PPKn ialah salah satu mata

pelajaran yang harus diselenggarakan di tiap jenjang pembelajaran, selaku

pedoman dalam terampil, berkarakter, serta berbudi pekerti yang luhur cocok

dengan amanat Pancasila serta UUD 1945. Sejalan dengan komentar

Priyanto( 2019: 22) mata pelajaran PPKn bisa memupuk jiwa patriotik, rasa cinta

tanah air, nasionalisme, semangatiiikebangsaan, kesetiakawananiiisosial,

kesadaraniiakan, dipaparkan kalau:” Pembelajaran Pancasila serta

Kewarganegaraan ialah pelajaran harus yang diajarkan ditingkat pembelajaran

bawah, menengah, danitingkat pembelajaran besar”.

Berdasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa mata pelajaran

PPKn merupakan mata pelajaran yang pada dasarnya sudah memfokuskan pada

pembuatan diri seorang yang beragamiidari segiiiagama, ras, bahasa, umur serta

suku bangsa yang jadi masyarakat pintar, terampil, serta berkarakter.

2.4.2 Tujuan Mata Pelajaran PPKn

30
Pembelajaran pancasila serta kewarganegaraan ialah salah satu mata

pelajaran yang harus diselenggarakan di tiap jenjang pembelajaran, selaku

pedoman dalam terampil, berkarakter, serta berbudi pekerti yang luhur cocok

dengan amanat Pancasila serta UUD 1945. Sejalan dengan komentar Nurmalisa

serta Mentari( 2020: 36) pembelajaran pancasila serta kewarganegaraan pada

hakikatnya. Bagi komentar Isep( Nurmalisa serta Mentari 2020: 37) tujuan

pembelajaran pancasila serta kewarganegaraan merupakan buat membentuk

ataupun mempersiapkan partisipan didik jadi masyarakat negeri yang baik.

Bersumber pada penjelasan diatas, bisa periset simpulkan kalau

pendidikan pembelajaran pancasila serta kewarganegaraan ialah mata pelajaran

yang pada dasarnya sudah memfokuskan pada pembuatan diri seorang yang

bermacam- macam dari segi agama, iras, ibahasa, usia dan suku bangsa yang jadi

masyarakat pintar, terampil, dan berkarakter. Tidak hanya itu, didalam

pembelajaran pancasila serta kewarganegaraan pula bisa dimaksud selaku wadah

ataupun bahan buat meningkatkan bisa mewujudkan ke dalam sikap kehidupan

tiap hari partisipan didik sebagaiindividu, anggota warga dalam kehidupan

berbangsa serta bernegara.

2.5 Penerapan Model Pembelajaran NumberedHeadTogether (NHT) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Bagi Azizah( 2017: 2) pada model pendidikan kooperatif jenis

NumberedHeadTogether( NHT) dirancang dalam pengaruhi pola interaksi siswa

yang bertujuan bisa tingkatkan pengausaan akademik sehingga hasil belajar lebih

tinggi. Dengan demikian diterapkannya model pendidikan kooperatif jenis

31
NumberedHeadTogether selaku upaya kenaikan hasil belajar siswa supaya siswa

ikut serta aktif dalam pendidikan yang memprioritaskan serta berikan peluang

kepada tiap siswa buat menampilkan partisipasi kepada orang lain,

mengemukakan komentar, mendengarkan ide dari siswa lain, iidimana siswa

berpikir secara mandiri tentang kasus yang diberikan oleh guru serta silih

menyumbangkan benak, setelah itu berbagi jawaban dengan siswa dalam kelas

sehingga membuat siswa bertanggungjawab terhadap pencapaian hasil belajar

secara orang ataupun kelompok.

2.6 Penelitian Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan model pemebalajaran

NumberedHeadTogether (NHT) yaitu:

2.6.1 Hasil riset yang dicoba oleh Mohamad Toha yang bertajuk“ Pelaksanaan

Model Pendidikan Kooperatif Jenis NumberedHeadTogether( NHT)

Dengan Media Kartu Soal Buat Tingkatkan Hasil Belajar

Matematika Siswa SMP.” Berdasarkan hasil penelitiannya dapat

dikemukakan bahwa hasil analisis menunjukkan terjadinya peningkatan

terhadap hasil belajar PKn siswa kelas VII 5 SMP Negara 3 Kota

Bengkulu. Kesimpulan yang di bisa dari riset tersebut mengunakan model

NHT yang hadapi kenaikan hasil belajar pada tiap siklus ialah siklus I

diperoleh nilai rata- rata siswa/ siswiii67, 76 dengan persentase ketuntasan

belajar klasikal sebesar 37, 14% setelah itu bertambah pada siklus II jadi

57, 14 dengan nilai rata- rata siswa 75. Pada siklus III kembali bertambah

32
menjadiii83, 24iidengan persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 82,

85%.

2.6.2 Hasil riset oleh Nersy Banneringgi, Anggraini, Bakri yang bertajuk“

Pelaksanaan Model Pendidikan Kooperatif Jenis

NumberedHeadTogether Buat Tingkatkan Hasil Belajaar Siswa Kelas

VII SMP Kristen Bala Keselamatan Palu Pada Matero Irisan Serta

Gabungan Himpunan.” Bersumber pada hasil penelitiannya bisa

disimpulkan pada siklus I membuktikan persentase nilsi rata- rataii63,

75% masuk keiidalam jenis baik. Pada siklus II nilai rata- rata

diperolehii78, 75% masuk ke dalam jenis sangat baik.

2.6.3 Hasil riset oleh I Made Sudana yang bertajuk“ Pelaksanaan Model

Pendidikan Kooperatif NHT Buat Tingkatkan Kegiatan serta Hasil

Belajar PKn”. Bersumber pada hasil penelitianya bisa dikemukakan

kesimpulan pada siklus I rata- rata kegiatan belajar siswa secara klasikal

merupakan 6, 4 dengan persentase rata- rata kegiatan belajar

siswaii( Meter%) 6, 4%. Apabila dikonversikan kedalam penggolongan

kegiatan belajar terletak pada kriteria 60- 69% ataupun terletak dalam jenis

lumayan aktif. Kemudia bersumber pada skor rata- rata hasil belajar PKn

siswa pada siklus I sebesar 75, 86 energi serapii75, 86% sebaliknya jumlah

sisa yang tuntas pada siklus awal ini sejumlahii26 orang siswa serta 9

orang siswa belum tuntas. Jadi ketuntasan belajar secara klasikalnya

sebbesar 74, 28%

2.7 Kerangka Berpikir

33
Belajariimenurut Winkel( Afandi et angkatan laut(AL). 2013: 2) ialah

sesuatu kegiatan mental ataupun psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan area yang menciptakan perubahan- perubahan dalam pengetahuan, uraian,

keahlian, serta nilai perilaku. Perubahan- perubahan itu bisa berbentuk sesuatu

hasil yang baru ataupun penyempurnaaniiterhadap hasil yang sudah diperoleh

serta terjalin sepanjang jangka waktu tertentu. Jadi, belajar ialah proses pergantian

tingkah laku orang merespon interaksi aktif dengan area lewat pengalaman yang

didapatnya secara individu.

Pencapaian tujuan pendidikan ialah harapan untuk seluruh guru, serta

selaku tolak ukurnya merupakan prestasi belajar siswa. Dalam riset ini, kerangka

berpikir menggambarkan gimana model pendidikan

NumberedHeadTogether( NHT) pengaruhi hasil belajar. iiHasil belajar yang

dicapai partisipan didik sehabis proses pendidikan, yang dinyatakan dengan nilai

ataupun angka cocok dengan batasan ketuntasan minimum yang sudah diresmikan

sekolah dalam wujud rapor. Bersumber pada observasi dini, iihasil belajar siswa

di SMPN 12 Kota Jambi masih ada banyak siswa yang tidak menggapai KKM.

Buat mendapatkan hasil belajar hingga dibutuhkan pelaksanaan pada

model pendidikan pas supaya siswa/ siswi secara aktif ikut serta dalam proses

pembelajaraniidi kelas. iiSiswa/ siswi bisa dikatakan sukses dalam belajar bila

sudah terjalin pergantian tingkah laku dalam dirinya, baik dalam pengetahuan

serta keahlian ataupun dalam wujud perilaku yang bernilai. iiSalah satu model

yang mengaitkan siswa/ siswi secara aktifiiadalah model pembelajaran

NumberedHeadTogether( NHT).

34
Pada Number Head Together( NHT) ialah salah satu

tipeiipembelajaraniikooperatif yang bisa mendesak siswa aktif serta silih

menolong dalam menguasaiiimateri pelajaran buat menggapai hasil belajar yang

optimal Masa dkk( 2016: 67). iiMenurut Trianto( Barutu et angkatan laut(AL).

2017: 144) ada 4 fase model NumberedHeadTogether ialah: penomoran,

pengajuan persoalan, berpikir bersama serta menanggapi.

Dalam Model pendidikan NumberedHeadTogether( NHT)

mempunyaiiiciriiikhas dimana seseorang siswa/ siswi ditunjuk oleh guru buat

mewakili kelompoknya dengan metode acak, sehingga metode ini ialah sesuatu

upaya yang pas dalam tingkatkan tanggung jawab individual lewat dialog

kelompok Azizah( 2017: 2) sejalan dengan komentar Huda( Trisianawati et

angkatan laut(AL). 2018: 356) model pendidikan NHT berikan peluang pada tiap

siswa buat silih menolong serta berdiskusi dalam kelompoknyaiidenganiitujuan

menggapai ketuntasan belajar.

Dengan demikian mempraktikkan model

NumberedHeadTogether( NHT) diharapkan pendidikan yang dicoba hendak lebih

mengasyikkan serta bisa tingkatkan hasil belajar siswa serta pastinya memakai

model ini dapat mendukung keberhasilan sesuatu proses pendidikan. iiKaitannya

dengan pendidikan PKn, pendekatan ini sangat bermanfaat buat siswa sebab siswa

dituntut buat menuntaskan permasalahan dalam perihal ini yang berkaitan dengan

pelaksanaan konsep PKn.

35
Tidak hanya itu, idalam membangun pengetahuannya sendiri siswa

wajib berhubungan aktif baik dalam berdiskusi kelompok, mengemukakan

komentar ataupun dalam menyelasaikan kasus dalam pendidikan PKn.

Ada pula kerangka berpikir dalam riset ini periset rancang semacam

pada bagan berikut ini:

36
2.1 Kerangka Pikir

Peristiwa
Kondisi Awal Proses Belajar
Pembelajaran
Refleksi
Pemberian Memotivasi siswa
untuk terlibat dalam SIK
Rangsangan kegiatan LUS Hasil
I Belajar
Pemahaman Menjelaskan
kompetensi dan
Kompetensi
tujuan pembelajaran

Identifikasi Memberikan contoh


Tindakan permasalahan yang
Masalah ada
Siswa Kelas
VIII.3 SMP Diskusi Bekerja sama dalam Refleksi
Negeri 12 Kota kelompok kelompok
Jambi SIK
LUS
Mempresentasikan Memberikan Hasil
II
Hasil kelompok kesimpulan Belajar
Menguasai Menilai pencapaian
kompetensi kompetensi

Refleksi

SIK Hasil
LUS Belajar
III

37
2.8 Hipotesis Tindakan

Bersumber pada alur berpikir yang digunakan periset dalam kerangka

berpikir, hingga hipotesis aksi yang diajukan dalam riset ini merupakan:

“Bila model pembelajaraniiNumberedHeadTogether( NHT) diterapkan

dalam pendidikan pendidikaniipancasila serta kewarganegaraan( PPKn) hingga

hasil belajar siswa kelas VIII. 3 SMP Negara 12 Kota Jambi hendak bertambah.”

38
39
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII. 3 SMP Negeri 12 Kota Jambi

Jalan Prabu Siliwangi No. 36141,iiKasang,iiKecamatan Jambi Timur,iiProvinsi

Jambi.

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dibutuhkan dalam Riset Tidakan Kelas ini dicoba

sepanjang 3 bulan ialah bulaniiApril- Juli 2023. Penentu waktu riset ini pula

menjajaki kebijakan dari sekolah serta guru yang mengampu mata pelajaran

PPKn. Penentuan waktu ini sangat berarti sebab riset aksi kelas ini membutuhkan

sebagian siklus yang memerlukan proses belajar mengajar yang efektif dikelas.

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

No Kegiatan April Mei Juni Juli

2023 2023 2023 2023

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Tahap Persiapan

1 Menyiapkan RPP

40
2 Materi Ajar

3 Menyiapkan

instrument ukur

Siklus I

1 Pengenalan model

2 Tatap muka I

3 Tatap muka II

4 Refleksi

Siklus II

5 Tatap muka I

6 Tatap muka II

8 Refleksi

Siklus III

9 Tatap muka I

10 Tatap muka II

12 Refleksi

41
Tahap Penyelesaian

13 Tabulasi dan analisis

data

14 Penyusunan hasil

penelitian

15 Penyampaian Hasil

42
3.2 Subjek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan untuk kelas VIII. 3 SMP Negeri

12 Kota Jambi yang diselenggarakan padaiisemesteriigenapiitahuniiakademik

2022/2023.iiDari data hasil belajar siswa di kelasiiVIII.1 sampai VIII.8 peneliti

menemukan hasil belajar pada kelas VIII.3 hasil belajar pada kelas VIII. 3 masih

banyak yang belum menggapai KKM. Perihal ini dibuktikan dari informasi hasil

belajar nilai ulangan setiap hari yang periset bisa dari guru mata pelajaraniiPPKn

di SMPiiNegeri 12 Kota Jambi. Oleh sebab itu subjek riset adalahiisiswa kelas

VIII. 3 SMP Negara 12 Kota Jambi dengan jumlah siswa sebanyakii32 siswa.

Sebaliknya objek penelitianya merupakan hasil belajar siswa dengan

mempraktikkan model NumberedHeadTogether( NHT).

3.3 Data dan Sumber Data

Data dalam riset ini berbentuk tuturan guru serta siswa baik lisan ataupun

tertulis, gambariatau potret- potret yang memperlihatkan aksi guru serta siswa/

siswiidalam interaksi pendidikan dangan mempraktikkan pendidikan

NumberedHeadTogether( NHT), sertaiiskoriinilai belajar siswa/ siswi.

43
Sumber informasi utama dalam riset ini merupakan hasil observasi

sepanjang penerapan aksi kelas, catatan lapangan, hasil wawancara dengan siswa

serta guru, dan hasil uji selaku informasi pendukung ditambah informasi hasil

Febrianti( 2021: 42). Sumber informasi dalam riset ini merupakan guru serta

siswa kelas VIII. 3 SMP Negara 12 Kota Jambi, dalam konteks modul pendidikan

pembelajaran pancasila serta kewarganegaraan( PPKn) dengan menerapkan

pembelajaran NumberedHeadTogether( NHT).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Karena tujuan utama penelitian adalah mengumpulkan informasi, maka

metode pengumpulan data merupakan langkah yang sangat strategis. Sugiyono

(2020: 104). Peneliti dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini menggunakan

berbagai strategi pengumpulan data, antara lain dokumentasi, wawancara, dan

observasi..

3.4.1 Observasi

Observasi ialah sesuatu proses pengumpulan dataidalam pelasanaan PTK

sekalian selaku perlengkapan buat pengumpulan informasi. Observasi sangat

cocok digunakan dalam riset yang berhubungan dengan keadaan/ interaksi belajar

mengajar, tingkahiilaku, serta interaksi kelompok. Pengumpulan informasi

tentang observasiiidilakukan lewat pengamatan secara teliti serta cermat Ali serta

Asrori( 2014: 254). iiObservasi dalam riset ini merupakan keterlibatan secara

langsung oleh periset dalam proses pendidikan yang dicoba bersama guru serta

siswa. Pada sesi ini periset membuat sesuatu lembar ataupun pedoman observasi

44
buat mengamati kegiatan belajar siswa dan aktivita mengajar guru. Dalam proses

pendidikan dengan mengisi lembar observasi selaku berikut:

Bagikan ciri(√) pada kolom yang cocok dengan kondisi dikala proses

pendidikan berlangsung. Penjelasan yang ada pada kolom pengamatan ialah:

SB = Sangat Baik (Skor 4) CB = Cukup Baik (Skor 2)

B = Baik (Skor 3) KB = Kurang Baik (Skor 1)

Tabel 3.2 Format Observasi Aktivitas Guru

45
No Aspek Yang Diamati SB B CB KB

1 Guru membuka √

pembelajaran dengan salam

pembuka dan doa

2 Guru memastikan siswa √

siap untuk belajar baik fisik

maupun psikis

3 Guru mengabsen siswa √

4 Guru menarangkan tujuan √

pendidikan yang hendak

dicapai

5 Guru menarangkan

langkah- langkah

pendidikan

NumberedHeadTogether( N

HT)

Dst.

Berikut ciri centang(√) pada kolom yang cocok dengan kondisi dikala

pendidikan berlangsung.

46
No Aspek Yang Diamati SB B CB KB

1 Siswa menanggapi salam √

serta doa

2 Siswa telah siap belajar √

secara fisik maupun psikis

3 Siswa memperhatikan guru √

ketika absen

4 Siswa mencatat tujuan √

pendidikan yang di

informasikan oleh guru

5 Siswa mencermati guru

menarangkan langkah-

langkah pendidikan

NumberedHeadTogether( N

HT)

Dst.

Pada sesi ini periset melaksanakan pengamatan terhadap aktivitas belajar

mengajar. Observasi kegiatan guru serta siswa dicoba dalam proses belajar

mengajar yang bertujuan buat mengenali kegiatan belajar guru serta siswa yang

47
dibesarkan dengan memakai model pendidikan numberd head together.

3.4.2 Tes

Tes merupakan sesuatu perlengkapan buat mengumpulkan data tentang

ketercapaian tujuan pembelajaran ataupun tujuan pendidikan. Uji selaku

perlengkapan evaluasi merupakan. Tes hasil belajar siswa merupakan uji yang

diberikan sehabis modul pendidikan diberikan kepada siswa berbentuk uji lisan,

uji tertulis ataupun uji perbuatan buat mengenali keberhasilan pencapaian tujuan

pendidikan. iiTes riset ini dicoba buat memandang sepanjang mana

kemampuaniinilai hasiliibelajar siswa dikala belajar.

3.4.3 Wawancara

Tujuan wawancara adalahiiuntuk mendapatkan data secara langsung

guna menarangkan sesuatu haliiatau suasana serta keadaan tertentu, buat

memenuhi sesuatu penyelidikan ilmiah, serta buat memeperoleh informasi supaya

bisa mendapatkan suasana ataupun orang tertentu. Wawancara dilakukan oleh 2

pihak dalam riset ini ialah pewawancara( periset) yang mengajukan persoalan

serta narasumber( partisipan didik serta guru) yang membagikan jawaban atas

persoalan.

Periset melaksanakan wawancara dengan guru mata pelajaran PPKn

serta partisipan didik dikelas VIII. 3 SMP Negara 12 Kota Jambi. Pada guru mata

pelajaran PPKn, wawancara dicoba buat mendapatkan informasi dini tentang

proses pembelajaransebelum melaksanakan riset. Pada partisipan didik,

wawancara dilakukanuntuk menelusuri serta menggali uraian partisipan didik

48
tentang modul yang hendak diberikan.

3.4.4 Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2020:124) Dokumen adalah rekaman peristiwa masa

lampau yang dapat ditulis, digambar, atau karya monumental oleh seorang

individu. Mencari informasi tentang hal-hal atau variabel dalam bentuk catatan,

transkrip, novel, pesan berita, majalah, prasasti, risalah rapat, jadwal, dan

sebagainya adalah tujuan dari prosedur dokumentasi. 2013: Arikunto 274). Dalam

riset ini, iipeneliti memakai metode dokumentasi yang didapatkan dari rencana

pelaksaan pendidikan( RPP) serta silabus PPKn, serta dokumen hasil belajar siswa

beserta dokumen- dokumen yang dikira menolong riset ini.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Analisis Hasil Belajar Siswa

Metode analisis informasi dalam riset ini menelaah seluruh informasi

yang diperoleh lewat observasi serta catatan lapangan. Tipe informasi ataupun

data yang direkam sepanjang observasi serta monitoring bisa berbentuk informasi

kuantitatif bergantung dari objek yang hendak diamati. Dikala melaksanakan

observasi digunakan paduan selaku perlengkapan buat memudahkan

memperhitungkan siswa secara klasikal baik pada silkus I ataupun siklus

berikutnya. Evaluasi dicoba observer bersumber pada aspek- aspek yang sudah

disusun. Informasi berikutnya hasil belajar siswa terhadap model pendidikan yang

hendak dikembangakan. Menghitung nilai siswa yang dinyatakan tuntas bila

49
memperoleh nilai lebih besar ataupun sama dengan kriteria ketuntasan minimun

yang diresmikan di sekolah.

Buat menghitung persentase ketuntasan dicoba perhitungan dengan

memakai rumus selaku berikut:

f
P= X 100 %
N

(Sudjana, 2011:131)

Keterangan :

P : Nilai persentase atau hasil

F : Jumlah siswa yang tuntas

N : Jumlah seluruh siswa

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat kriteria hasil belajar siswa peneliti

menggunakan kriteria skor nilai yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Hasil Belajar Siswa

Skor Kategori

76-100 Sangat Baik

50-75 Baik

26-50 Cukup Baik

0-25 Kurang Baik

50
Sumber: Sugiyono (2019:153)

Kemudia untuk menentukan ketuntasan belajar secara klasikal

menggunakan rumus:

X=
∑ siswa yang tuntas belajar x 100 %
∑ seluruh siswa

Indikator keberhasilan kentutasan Hasil belajar Pendidikan

Kewarganegaraan siswa kelas VIII. 3 SMP N 12 Kota Jambi dikatakan berhasil

atauiituntasiiapabila memenuhiiiKKMiisebesar = 75

3.5.2 Analisis Data Lembar Observasi Aktivitas

Untuk mengukur aktivitas siswa digunakan dengan melakukan

presentase, jumlah skor maksimal dikali 100%.iiSetelah data didapat,imaka data

akan dianalisis.iiData tersebut kemudian dihitung untuk melihat apakah

pencapaian siswa meningkat antara Siklus I, Siklus II, dan Siklus III. Rumusan

yang digunakan adalah:

Skor tiap siswa


Capaian= X 100 %
Skor maximum

3.4 Tabel Kriteria Tafsiran Presentase

NO Persentase Kategori

51
1. 75%-100% Sangat Baik

2. 50%-75% Baik

3. 25%-50% Cukup

4. 0%-25% Kurang

Kemudia untuk menentukan ketuntasan belajar secara klasikal

menggunakan rumus:

X=
∑ siswa yang tuntas belajar x 100 %
∑ siswa

Indikator keberhasilan kentutasan Hasil belajar Pendidikan

Kewarganegaraan siswa kelas VIII. 3 SMP N 12 Kota Jambi dikatakan berhasil

atauiituntasiiapabila memenuhiiiKKMiisebesar = 75

3.6 Indikator Capaian Penelitian

1. Riset aksi kelas ini dikatakan sukses, apabila terjalin: Yang jadi kriteria

keberhasilan dalam PTK ini merupakan penanda yang digunakan buat

mengevaluasi keberhasilan aksi yang dicoba pada hasil belajar siswa.

Presentase hasil belajar siswa diharapkan mencapai kriteria besar ataupun

52
baik. Jika kriteria di atas terpenuhi, maka pelaksanaan model pendidikan

NumberedHeadTogether( NHT) bisa meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Hasil belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan siswa kelas

VIII.3 SMP N 12 Kota Jambi dikatakaniiberhasil atau tuntas apabila

memenuhi KKM sebesar =75.iiUntuk membagikan arti terhadap

keberhasilan penerapan aksi di dasarkan pada kenaikan hasil belajar

siswaiidapat dilihat dariiites yang diberikan setiap akhir siklus. Pedoman

penilaian dengan mengacu pada Sugiyono adalah rentan nilai sebagai

berikut:

a) 75-100% = Sangat Baik

b) 50-75% = Baik

c) 25-50% = Cukup Baik

d) 0-25% = Kurang Baik

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur PTK ini di desain buat 3( 3) siklus, dimana masing- masing

siklus dilaksanakan dalam 2( kali) kaliiitatapiimuka. Rencana aksi pada masing-

masingiisiklusiidalam PTK dipecah dalam 4( 4) aktivitas ialah( 1) perencanaan

aksi( planning)( 2) implementasi aksi( action)( 3) Observasi( observation)

daniievaluasi, dan( 4) analisis serta refleksi( reflection), bersumber pada hasil

pengamatan, setelah itu diulang lagiiidengan perencanaan aksi selanjutnya serta

seterusnya. iiUntuk lebih jelasnya bisa dilihat selaku berikut.

53
Gambar 3.1 Desain PTK Model Kurt Lewin (Ekawarna 2011:15)

Dalam riset ini hendak dilaksanakan 3 siklus dimana siklus hendak

dihentikan apabila keadaan kelas telah menampilkan kenaikan hasil belajar siswa

dan siswa sudah terbiasa dengan model pendidikan NumberedHeadTogether.

Riset ini hendak dilaksanakan dengan bekerjasama dengan Bunda Yanti Yunita,

S. Pd sebagai guru PPKn di kelas VIII SMP Negara 12 Kota Jambi.

1) Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini aktivitas yang dicoba berbentuk persiapan-

persiapan yang terdiri dari:

a. Menyusunirencanaipelaksanaanipembelajaran (RPP)

b. Menetapkan modul bahan ajar. Banyaknya bahan ajar yang wajib disusun

merupakan buat 9( 9) kali pertemuan.

c. Manyusun scenario pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaraniiNumberedHeadTogether (NHT).

54
d. Menyusun alatiievaluasi berupa tes untuk mengetahui hasil belajar siswa

kelas VIII.3 SMPiiNegeri 12 Kota Jambi.

e. Menyiapkan instrument ukur berupa lembar observasi untuk mengamati

hasil belajar siswa dan tes untuk mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran.

f. Manyiapkan kamera untuk dokumentasi sebagai bukti pembelajaran

peserta didik.

2) Tahap Implementasi Tindakan

Aktivitas pendidikan dilaksanakan cocok dengan RPP yang sudah

dipersiapkan sebelumnya dengan mempraktikkan model pendidikan

NumberedHeadTogether( NHT).

Berikut merupakan tahapan aksi bersumber pada model pendidikan

NumberedHeadTogether( NHT):

1. Kegiatan Pendahuluan

a) Sebelum memulai kegiatan pembelajaran guru mengucapkan salam.

b) Guru serta partisipan didik berdoa bersama saat sebelum mengawali

pendidikan.

c) Guru mempersiapkan kelas agar siswa dapat mengikuti pembelajaran

dengan memulai mengabsen siswa serta melakukan apersepsi.

d) Guru mengantarkan tujuan pendidikan kepada partisipan didik serta

mempersiapkan modul pendidikan.

e) Guru melaksanakan preitest individu kepada siswa buat memperoleh skor

bawah ataupun dini.

f) Guru menarangkan pada siswa terpaut modul yang dipelajari..

55
2. Kegiatan Inti

a) Fase I( Penomoran): guru membagi siswa ke dalam kelompok

beranggotakan 4 orang secara heterogen serta kepada tiap anggota

kelompok diberi no 1 hingga 4.

b) Fase II( Pengajuan persoalan): Guru mengajukan persoalan kepada siswa.

Pertanyaan bisa bermacam- macam serta khusus dalam wujud kalimat

tanya

c) Fase III( Berpikir Bersama): Siswa berpikir bersama menyatukan

pendapatnyaiiterhadap jawaban persoalan serta meyakinkan masing-

masing anggota dalam timnya mengenali jawaban tersebut

d) Fase IV (Pemberian Jawaban): Guruiimemanggil satu nomor tertentu

kemudian siswa yang nomornyaiidipanggiliimengacungkan tangannya dan

mencoba menjawab pertanyaan di dapaniikelas.

3. Kegiatan Penutup

a) Guru membagikan post test kepada siswa secara individual.

b) Guru membagikan kesimpulan diiiakhir pendidikan.

c) Di akhir pendidikan periset membagikan pengarahan kepada siswa kalau

siswa yang mendapatkan nilai peringkat hasil belajar orang yang sangat

besar serta kelompok yang sangat aktif dan nilai hasil diskusinya sangat

besar hendak memperoleh hadiah.

3) Tahap Observasi dan Evaluasi

Pengamatan pada riset ini ialah guru serta siswa yang jadi mitra kerja

dalam PTK ini. Observasi dicoba pada tiap akhir pertemuan tiap siklus ataupun

56
sebanyak 2( 2 kali) sepanjang riset aksi kelas berlangsung, variabel yang di

observasi dengan memakai lembar observasi meliputi:

a. Perhatian siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 12 Kota Jambi dalam mengikuti

sajian bahan ajar atau scenario dari awal hingga akhir pembelajaran.

b. Uraian siswa kelas VIII. 3 SMP Negara 12 Kota Jambi tentang tujuan serta

khasiat modul yang diperkenalkan serta tugas yang wajib dituntaskan

sepanjang pendidikan.

c. Memori modul berarti yang menghubungkan data lama dengan data baru yang

hendak dipelajari.

d. Kesusahan belajar serta hambatan siswa kelas VIII. 3 SMP Negara 12 Kota

Jambi dalam menggapai tujuan pendidikan ataupun memahami kompetensi

yang diterapkan.

Sebaliknya aktivitas penilaian diawali dengan melaksanakan uji formatif

pada tiap akhir aktivitas pendidikan serta pemberian uji pada tiap akhir siklus,

variabel yang diukur lewat aktivitas ini meliputi :

a. Reaksi siswa kelas VIII. 3 SMP Negara 12 Kota Jambi selaku tampilan buat

kerja yang menggambarkan apakah siswa kelas VIII. 3 SMP Negara 12 Kota

Jambi sudah menggapai penugasan kompetensi pada tiap akhir aktivitas

pendidikan.

b. Hasil belajar siswa kelas VIII. 3 SMP Negara 12 Kota Jambi sehabis menjajaki

aktivitas utuh satu siklus.

4) Tahap Analisis dan Refleksi

57
Hasil kehiatan observasi serta penilaian di atas berikutnya dianalisis

dengan memakai pola selaku berikut :

a. Hasil observasi serta penilaian pada tiap- tiap siklus ditatap selaku“ akibat”.

b. Dari akibat tersebut setelah itu dianlisis aspek“ karena”.

c. Dari karena tersebut berikutnya ditelusuri“ pangkal karena”

Hasil analisis di atas jadi bawah dalam penataan refleksi ini hendak jadi

bawah dalam merancang aksi yang hendak diterapkan buat siklus berikutnya.

Pekerjaan siswa serta informasi bonus berbentuk catatan tangan dokumentasi

gambar serta video.

58

Anda mungkin juga menyukai