Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA


DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
MELALUI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH KELAS Xd
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2022/2023
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 BATANGHARI JAMBI

Karya Publikasi Ilmiah Jenis PTK

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Kenaikan Pangkat


Dari Unsur Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Disusun Oleh:

Sri Wahyuni, S.Pd.I


NIP. 197508172007012051
Guru PAI MAN 1 Batanghari

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 BATANGHARI


PROPINSI JAMBI TAHUN 2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Drs Raden Akhmad
NIP : 19641231 199401 1009
Pangkat / Golongan : Pembina / IV.A
Jabatan : Kepala MAN 1 Batanghari
Alamat : BTN 2 Muara Bulian

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :


Nama : Sri Wahyuni, S.Pd.I
NIP : 197508172007012051
Pangkat / Golongan : Guru Muda/ III.c
Jabatan : Guru MAN 1 Batanghari
Alamat : Jl. Gajah Mada RT 23 RW 03 Kel. Teratai
Muara Bulian

Adalah benar dan secara sah telah melakukan penelitian tindakan kelas
dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dalam
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Melalui Pembelajaran Index Card
Match Kelas Xd Semester Genap Tahun Pelajaran 2022/2023
Madrasah Aliyah Negeri I Batanghari Jambi”. Dan karya tulis ini dapat
diarsipkan diperpustakaan MAN 1 Batanghari sebagai bahan bacaan guru maupun
siswa.

Ma. Bulian, April 2023


Kepala MAN 1 Batanghari

Drs Ali Permadi


NIP. 1966

ii
LEMBAR ABSTRAK

SRI WAHYUNI, (2022). Penelitian Tindakan Kelas: Upaya Meningkatkan


Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam Melalui Pembelajaran Index Card Match Kelas Xd

Semester Genap Tahun Pelajaran 2022/2023Madrasah Aliyah Negeri I


Batanghari Jambi.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas


siswa sehingga diperoleh hasil yang memuaskan atau sesuai dengan KKM
sekolah. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat langsung bagi sekolah, yaitu untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran SKI, disamping itu juga bermanfaat bagi
guru dan siswa. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas ini guru
memperoleh pengalaman-pengalaman penggunaan pembelajaran Index Card
Match dan bagi siswa memperoleh pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan. Penelitian ini dilakukan di MAN 1 Batanghari dengan subyek
penelitian kelas Xd dengan jumlah siswa 19 orang. Metode pemecahan masalah
yang di gunakan menerapkan pembelajaran Index Card Match pada pembelajaran
SKI materi khulafaurrasyidin. Instrument penelitian menggunakan tes, lembar
lembar observasi, panduan wawancara, kuesioner dan diskusi. Peneliti sekaligus
guru SKI MAN 1 Batanghari yang bertindak sebagai pelaksana tindakan dan dua
orang guru bertindak sebagai pengamat aktivitas guru dan siswa.
Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus, dimana aktifitas setiap siklusnya
meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa dari rata-rata 69% pada
siklus 1 menjadi 74% pada siklus II dan 85% pada siklus III. Penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian (rata-rata ulangan harian I tanpa
pembelajaran Index Card Match 5,48 menjadi 6,53 (ulangan harian II) dan 7,33
(ulangan harian III) setelah menggunakan pembelajaran Index Card Match.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Aktivitas Siswa, Index Card Match

iii
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah. Segala puji hanya diserahkan kepada Allah swt, yang
telah mensyariatkan hukum Islam kepada umat manusia, dan telah mencurahkan
nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam, senantiasa tetap terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pembawa syariat Islam untuk diimani,
dipelajari, dan dihayati, serta diamalkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-
hari agar tercapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas
Siswa dalam Mata Pelajaran SKI Melalui Pembelajaran Index Card match Kelas
Xd Semester Genap Madrasah Aliyah Negeri I Batanghari Jambi”, telah dapat
diselesaikan berkat dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs Ali Permadi,M.Pd kepala MAN 1 Batanghari.
2. Bapak Dr.A.Kadir M.Pdselaku pengawas MAN 1 Batanghari.
3. Guru-guru MAN 1 Batanghari yang telah membantu terlaksananya penelitian
ini.
4. Siswa-siswi kelas Xd atas partisipasinya dalam penelitian ini.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesainya PTK ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, baik dari
segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan penulis guna perbaikan bahan ajar. Harapan penulis, semoga
penelitian ini bermanfaat. Atas perhatian, kepedulian, kontribusi, bantuan dan
budi baik dari semua pihak yang telibat dalam penyusunan penelitian ini, kami
ucapkan terimakasih. Jazakumullah Khairan Katsiran

Muara Bulian, Maret 2023

iv
Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………… i
Lembar Pengesahan…………………………………………………… ii
Lembar Abstrak……………………………………………………….. iii
Kata Pengantar………………………………………………………… iv
Daftar Isi………………………………………………………………. v
Daftar Tabel…………………………………………………………… vi
Daftar Grafik………………………………………………………….. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah………………………………… 4
C. Perumusan Masalah…………………………………. 5
D. Pemecahan Masalah…………………………………. 5
E. Hipotesis Tindakan………………………………….. 5
F. Tujuan Penelitian……………………………………. 5
G. Manfaat Penelitian…………………………………... 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Model Pembelajaran Index Card Match…….. 8
B. Hakikat Hasil Belajar Siswa…………………………. 13
C. Hakikat Aktivitas Siswa……………………………… 16
D. Kerangka Pemecahan Masalah………………………. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian…………………………………….. 28
B. Persiapan PTK……………………………………….. 28
C. Subjek Penelitian…………………………………….. 29
D. Sumber Data…………………………………………. 29
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data…………………. 29
F. Indikator Kinerja……………………………………… 30
G. Analisis Data…………………………………………. 30
H. Prosedur Penelitian…………………………………… 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Siklus Pertama………………………………………... 34
B. Siklus Kedua…………………………………………. 37
C. Siklus Ketiga…………………………………………. 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………… 43
B. Saran………………………………………………….. 44
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 45

v
LAMPIRAN…………………………………………………………….

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 1…………... 35


Tabel 2 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 2…………... 37
Tabel 3 Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 3…………... 40

vi
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA


DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
MELALUI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH KELAS Xd
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2022/2023
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 BATANGHARI JAMBI

Oleh : Sri Wahyuni,S,Pd.I

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Aliyah
adalah salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan
peningkatan dari mata pelajaran SKI yang telah dipelajari oleh peserta didik di
Madrasah Tsanawiyah atau SMP. Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara
mempelajari, memperdalam serta memperkaya kajian SKI baik yang menyangkut
sejarah perkembangan Islam di Mekah dan Madinah, maupun sejarah
perkembangan Islam di berbagai belahan dunia pada abad dua puluhan, sebagai
persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan untuk
memahami perkembangan dunia Islam.
Sebagaimana diketahui, pembelajaran substansinya adalah kegiatan
mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang
ia ajari materi tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik. Dengan kata lain
pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan kegiatan
belajar materi tertentu yang kondusif untuk mencapai tujuan. Sebagai sebuah mata
pelajaran yang diajarkan di madrasah, SKI mempunyai fungsi yang sangat penting
bagi pendidikan anak. Menurut Zakiah Darajat dalam Rohman (2012: 40),
pengajaran Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi untuk membantu
peningkatan iman siswa dalam rangka pembentukan pribadi muslim, disamping
memupuk rasa kecintaan dan kekaguman terhadap Islam dan kebudayaannya,
memberi bekal kepada siswa dalam rangka melanjutkan pendidikannya ke tingkat
yang lebih tinggi atau bekal untuk menjalani kehidupan pribadi mereka, dan
mendukung perkembangan Islam masa kini dan mendatang, disamping meluaskan
cakrawala pandangannya terhadap makna Islam bagi kepentingan kebudayaan
umat manusia.
Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 000912 Tahun 2013 Tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab, mata pelajaran SKI di

1
2

Madrasah Aliyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk:


1) membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan
ajaran, nilai-nilai dan norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW
dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam, 2) membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan
sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan, 3) melatih daya
kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan
pada pendekatan ilmiah, 4) menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta
didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di
masa lampau, 5) mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil
ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik,
ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan
peradaban Islam.
Berdasarkan uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran SKI
merupakan mata pelajaran penting dalam Islam yang berkaitan dengan
pemahaman tentang sejarah agama Islam.
Berkaitan dengan urgensitas SKI bagi umat Islam, maka pembelajaran SKI
di madrasah tentunya harus mampu disampaikan secara optimal agar para
siswa/peserta didik dapat memahami sejarah-sejarah perkembangan Islam. Hal
yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran SKI adalah disebabkan
kurang dikemasnya pembelajaran SKI dengan metode yang menarik, menantang,
dan menyenangkan. Para guru sering kali menyampaikan materi pelajaran SKI
apa adanya (konvensional), sehingga pembelajaran SKI cenderung sulit,
membosankan dan kurang menarik minat siswa yang pada akhirnya hasil belajar
siswa juga kurang memuaskan.
Di sisi lain juga ada kecenderungan aktivitas siswa dalam pembelajarn SKI
masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari; pertama, siswa kurang mampu
mempelajari sejarah perkembangan Islam dengan baik. Kedua, siswa kurang
memiliki kemampuan untuk menjelaskan sejarah perkembangan Islam secara
sederhana. Ketiga, siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan
3

gagasannya sendiri dan belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan


teman yang lain. Pembelajaran SKI sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang
menyulitkan, membosankan, kurang menantang, tidak bermakna serta kurang
terkait dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya banyak kritikan yang ditujukan
kepada guru-guru yang mengajarkan SKI, antara lain rendahnya daya kreasi guru
dan siswa dalam pembelajaran, kurang dikuasainya materi-materi SKI oleh siswa,
dan kurangnya variasi pembelajaran.
Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, akan membuat
pelajaran lebih bermakna dan berarti dalam kehidupan anak. Dikatakan demikian,
karena (1) adanya keterlibatan siswa dalam menyusun dan membuat perencanaan
proses belajar mengajar, (2) adanya keterlibatan intelektual emosi siswa melalui
dorongn dan semangat yang dimilikinya, (3) adanya keikutsertaan siswa secara
aktif dan kreatif dalam mendengarkan dan memperhatikan apa yang disajikan oleh
guru.
Sebagaimana diketahui, pembelajaran adalah integrasi dari proses dan
produk. Hal ini mengindikasikan bahwa proses pembelajaran yang baik akan
berdampak baik pula pada produk atau hasil dari pembelajaran tersebut. Proses
pembelajaran tidak terlepas dari peran pendidik dan peserta didik. Komunikasi
yang lancar antar keduanya akan membuat pembelajaran lebih hidup. Salah satu
hal yang berpengaruh pada proses pembelajaran adalah aktifitas belajar peserta
didik.
Aktivitas belajar peserta didik adalah aktivitas yang bersifat fisik ataupun
mental (Sardiman, 2005:96). Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik
atau jasmani maupun mental atau rohani yang saling berkaitan sehingga tercipta
belajar yang optimal. Dalam aktivitas belajar ini peserta didik haruslah aktif
mendominasi dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya. Dengan kata lain dalam beraktivitas peserta didik
tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang dijumpai di sekolah-sekolah
yang melakukan pembelajaran secara konvensional.
Agar pembelajaran SKI menjadi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAKEM), dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu cara
4

yang dianggap cukup efektif adalah melalui penerapan model index card match
(ICM). Model pembelajaran aktif tipe index card match (ICM) adalah metode
atau cara belajar siswa yang dikembangkan untuk menjadikan siswa aktif
mempertanyakan gagasan diri sendiri atau gagasan orang lain dengan cara
mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya melalui
teknik mencari pasangan kartu yang merupakan soal atau jawaban.
Dipilihnya model pembelajaran index card match (ICM) ini, karena
dianggap sesuai dengan bidang kajian bahasa Arab yang berkaitan dengan
penguasaan mufrodat (kosa kata) SKI. Oleh karena itulah, perlu diadakan
penelitian tindakan kelas untuk membuktikan bahwa melalui penerapan
pembelajaran index card match (ICM) dapat meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas siswa dalam pembelajaran SKI.

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah

Memerhatikan situasi di atas, kondisi yang ada saat ini adalah:


1. Pembelajaran SKI di kelas masih berjalan monoton
2. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat
3. Belum ada kolaborasi antara guru dan siswa
4. Metode yang digunakan mesih bersifat konvensional
5. Kualitas pembelajaran SKI masih cukup rendah
6. Prestasi siswa untuk mata pelajaran SKI masih rendah

Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah:
Bagaimana menerapkan pembelajaran index card match (ICM) agar dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mata pelajaran SKI?
5

C. Tujuan Penelitian
1. Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran SKI.
2. Siswa merasa mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan
pendapat, ide, gagasan dan pertanyaan.
3. Seluruh siswa menguasai materi pelajaran secara tuntas.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Siswa: proses belajar mengajar SKI di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1
Batanghari menjadi menarik dan menyenangkan serta hasil belajar SKI
meningkat.
2. Guru: ditemukan strategi pembelajaran yang tepat (tidak konvensional), tetapi
bersifat variatif dan inovatif.
3. Sekolah: meningkatkan mutu sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran SKI.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Hakikat Model Pembelajaran Index Card Match


1. Pengertian Model Pembelajaran Index Card Match
Model pembelajaran aktif tipe index card match (ICM) adalah metode atau
cara belajar siswa yang dikembangkan untuk menjadikan siswa aktif
mempertanyakan gagasan diri sendiri atau gagasan orang lain dengan cara
mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya melalui teknik
mencari pasangan kartu yang merupakan soal atau jawaban.
Strategi pembelajaran tipe index card match dikembangkan oleh Lorna
Curran pada tahun 1994. Strategi pembelajaran ini merupakan model
pembelajaran berkelompok (Learning Community) dengan tujuan untuk
membangkitkan semangat siswa dengan mengikutsertakan peserta didik ikut
berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe index card match berhubungan dengan
cara–cara untuk mengingat kembali materi yang sudah diajarkan sebelumnya,
menguji pengetahuan serta kemampuan mereka saat ini dengan teknik mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana menyenangkan.
Beberapa aktivitas belajar siswa pada model pembelajaran aktif tipe index
card match seperti, bertanya, menjawab pertanyaan, memperhatikan,
mendengarkan uraian, bergerak mencari pasangan kartu, memecahkan soal dan
bersemangat yang akan dilakukan oleh siswa. Konsep bermain sambil belajar
yang terdapat dalam metode ini membuat pembelajaran tidak membosankan.
Berikut definisi dan pengertian model pembelajaran Index Card Match dari
beberapa sumber buku:
a. Menurut Suprijono (2013), model pembelajaran index card match adalah
metode mencari pasangan kartu yang cukup menyenangkan digunakan untuk
mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.

6
b. Menurut Ismail (2008), model pembelajaran index card match adalah metode
yang dikembangkan untuk menjadikan siswa aktif mempertanyakan gagasan
orang lain dan gagasan diri sendiri dan seorang siswa memiliki kreativitas
maupun menguasai ketrampilan yang diperlihatkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
c. Menurut Silberman (2007), model pembelajaran index card match
merupakan cara-cara belajar agar siswa lebih lama mengingat materi
pelajaran yang dipelajari dengan teknik mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topik dalam suasana menyenangkan.
d. Menurut Zaini (2008), bahwa model pembelajaran index card match (mencari
pasangan) adalah metode yang menyenangkan yang digunakan untuk
mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya.

2. Prinsip-prinsip Index Card Match


Menurut Ismail (2008), prinsip-prinsip yang digunakan dalam model
pembelajaran aktif tipe index card match adalah sebagai berikut:
a. Memahami sifat peserta didik. Pada dasarnya peserta didik memiliki sifat
rasa ingin tahu atau berimajinasi. Kedua sifat ini merupakan dasar bagi
berkembangnya sikap/berpikir krisis dan kreatif. Untuk itu kegiatan
pembelajaran harus dirancang menjadi lahan yang subur bagi berkembangan
kedua sifat tersebut.
b. Mengenal peserta didik secara perorangan. Peserta didik berasal dari latar
belakang dan kemampuan yang berbeda. Perbedaan individu harus
diperhatikan dan garis tercermin dalam pembelajaran. Semua peserta didik
dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan
berbeda dengan kecepatan belajarnya. Peserta didik yang memiliki
kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang
lemah (tutor sebaya).
c. Memanfaatkan perilaku peserta didik dalam berorganisasi belajar.
Peserta didik selain alami bermain secara berpasangan atau kelompok.
Perilaku yang demikian dapat dimanfaatkan oleh guru dalam
pengorganisasian kelas. Dengan berkelompok akan mempermudah mereka
untuk berinteraksi atau bertukar pikiran.
d. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif mampu
memecahkan masalah. Pada dasarnya hidup adalah memecahkan masalah,
untuk itu peserta didik perlu dibekali kemampuan berpikir kritis dan kreatif
untuk menganalisis masalah, dan kreatif untuk melahirkan alternatif
pemecahan masalah, dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan
masalah. Jenis pemikiran tersebut sudah ada sejak lahir, guru diharapkan
dapat mengembangkannya.
e. Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.
Ruangan kelas yang menarik sangat disarankan dalam index card match.
Hasil pekerjaan peserta didik sebaiknya dipajang di dalam kelas, karena dapat
memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi
bagai peserta didik yang lain. Selain itu pajangan dapat juga dijadikan bahan
ketika membahas materi pelajaran yang lain.
f. Memanfaatkan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik.
Ruangan kelas yang menarik sangat disarankan dalam kelas, karena dapat
memotivasi peserta didik untuk bekerja lebih dan menimbulkan inspirasi bagi
peserta didik yang lain.
g. Memanfaatkan lingkungan sebagai lingkungan belajar. Lingkungan
(fisik, sosial, budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan
belajar peserta didik. Lingkungan dapat berfungsi sebagai media belajar serta
objek belajar peserta didik.
h. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan.
Pemberian umpan balik dari guru kepada peserta didik merupakan suatu
interaksi antar guru dengan peserta didik. Umpan balik hendaknya lebih
mengungkapkan kekuatan dan kelebihan peserta didik dari pada
kelemahannya. Umpan balik juga harus dilakukan secara santun dan elegan
sehingga tidak meremehkan dan menurunkan motivasi.
i. Membedakan antara aktif-fisik dengan aktif mental. Dalam pembelajaran
index card match, aktif secara mental lebih diinginkan dari pada aktif fisik.
Karena itu, aktivitas sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain,
mengemukakan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental.

3. Langkah-langkah Index Card Match


Menurut Suprijono (2013), langkah-langkah strategi belajar menggunakan
model pembelajaran aktif tipe index card match adalah sebagai berikut:
a. Buatlah potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas dan
bagilah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
b. Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan dibelajarkan.
Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
c. Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
telah dibuat. Kemudian kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara
soal dan jawaban.
d. Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang
dilakukan yang dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal
dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.
e. Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang
sudah menemukan pasangan, mintalah kepada mereka untuk duduk berdekatan.
Jelaskan juga agar mereka tidak memberi tahu materi yang mereka dapatkan
kepada teman yang lain.
f. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah
kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang
diperoleh dengan keras kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya soal-
soal tersebut dijawab oleh pasangannya.
g. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

Sedangkan menurut Zaini (2008), langkah-langkah model pembelajaran


aktif tipe tipe index card match adalah sebagai berikut:
1. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada di
dalam kelas.
2. Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3. Tulislah pertanyaan materi yang telah disiapkan.
4. Tulis jawaban di setiap kartu yang separuhnya.
5. Kocok kartu sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.
6. Beri setiap peserta didik satu kertas. Dan jelaskan bahwa ini adalah
aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separoh peserta didik akan
mendapatkan soal dan separoh yang lain akan mendapatkan jawaban.
7. Minta peserta didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika sudah ada
yang sudah menemukan pasangan minta mereka untuk duduk berdekatan.
Terangkan juga agar mereka tidak memberi tahu materi yang mereka
dapatkan kepada teman yang lain.
8. Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk berdekatan,
minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang di
peroleh dengan kertas kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal
tersebut di jawab oleh pasangan-pasangan yang lain.
9. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya. Demikian seterusnya, lakukan secara
berulang sampai waktu pembelajaran selesai. Siapa saja yang menjadi
juara berilah mereka apresiasi, agar di lain kesempatan lebih baik. Berilah
motivasi bagi yang belum berhasil.
10. Kesimpulan/penutup. Setelah selesai buatlah kesimpulan secara bersama-
sama.

Belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses, artinya dalam belajar akan
terjadi proses melihat, membuat, mengamati, menyelesaikan masalah atau
persoalan, menyimak, dan latihan. Itu sebabnya, dalam proses belajar, guru harus
dapat membimbing dan memfasilitasi siswa supaya siswa dapat melakukan
proses-proses tersebut. Proses belajar harus diupayakan secara efektif agar terjadi
adanya perubahan tingkah laku siswa yang disebabkan oleh proses-proses
tersebut. Jadi, seseorang dapat dikatakan belajar karena adanya indikasi
melakukan proses tersebut secara sadar dan menghasilkan perubahan tingkah laku
siswa yang diperoleh berdasarkan interaksi dengan lingkungan.
Menurut Sri Anitah (2007: 2), perwujudan perubahan tingkah laku dari
hasil belajar adalah adanya peningkatan kemampuan siswa sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Perubahan tersebut sebagai perubahan yang disadari, relatif
bersifat permanen, kontinu, dan fungsional. Jadi, proses belajar akan
menghasilkan hasil belajar. Namun harus diingat, meskipun tujuan pembelajaran
itu dirumuskan secara jelas dan baik, belum tentu hasil belajar yang diperoleh
mesti optimal. Karena hasil yang baik itu dipengaruhi oleh komponen-komponen
yang lain, dan terutama bagaimana aktifitas siswa sebagai subjek belajar.
Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut
kemampuan-kemampuan (capabilities).
Menurut Nana Sujana (2005: 49) hasil belajar adalah suatu akibat dari
proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang
disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.
Sementara menurut Bloom sebagaimana yang dikutip oleh Agus Suprijono (2009:
128), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, dan
menurut Lindgren hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan
sikap.
Menurut Purwanto (2011: 46) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang
terjadi setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dalam
domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam domain kognitif
diklasifikasikan menjadi kemampuan hapalan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Dalam domain afektif hasil belajar meliputi level
penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi. Sedang domain
psikomotorik terdiri dari level persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
terbiasa, gerakan kompleks dan kreativititas.
Menurut Arsyad (2005: 1) pengertian hasil belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
Perubahan diarahkan pada diri peserta didik secara terencana, baik dalam aspek
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Menurut Aqib (2010:
51) hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif,
psikomotorik, maupun afektif.
Menurut Dimyati (2006: 20) pengertian hasil belajar merupakan suatu
puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi
guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring.
Dampak pengajaran adalah hasil belajar peserta didik yang dapat diukur dengan
segera atau secara langsung. Dampak pengiring adalah hasil belajar peserta didik
yang tampak secara tidak langsung atau merupakan transfer hasil belajar. Kedua
dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan peserta didik.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran
yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai
memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai
ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif).
Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah
hasil ulangan harian siswa yang diperoleh dalam mata pelajaran SKI Menurut
Kunandar (2011: 277), ulangan harian dilakukan setiap selesai proses
pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu.
Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para
siswa, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang
dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester.
Tujuan ulangan harian adalah untuk memperbaiki modul dan program
pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para
siswa.
Sementara itu, yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah;
pertama, ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan,
baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini
biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal
(KKM), kedua, perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai
oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. Namun demikian, menurut
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:120) indikator yang banyak
dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap.

(2011: 100), aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun
mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih
lanjut lagi piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak
berfikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir. Menurut pandangan
ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru sedang menurut padangan ilmu
jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa. Seperti yang di kemukakan oleh
Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi
segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik
maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.
Sedangkan menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses
belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk
belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama
proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang
mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,
mengerjakan tugas–tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama
dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Trinandita juga (1984) menyatakan bahwa ”hal yang paling mendasar
yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara
guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat
melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari
siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang
akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian aktivitas
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik secara fisik maupun non
fisik, dalam proses belajar aktivitas siswa yang diharapkan adalah keterlibatan
siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari
kegiatan tersebut. Dalam hal ini sangat diharapkan aktivitas positif siswa guna
menunjang keberhasilan proses pembelajaran seperti yang diharapkan.
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada
aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam
interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2016:93). Dalam aktivitas belajar ada
beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan
ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas
didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas
didominasi oleh siswa. Menurut Sudjana (2012: 105). kegiatan belajar/aktivitas
belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik
yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta didik
yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik.
Diedrich (dalam Nasution, 2000:91) membuat suatu daftar yang berisi
tentang macam kegiatan peserta didik yang dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya : membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, yang termasuk didalamnya seperti : menyatakan, merumuskan,
bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi, interupsi.
3. Listening activities, seperti mendengarkan penjelasan, percakapan, diskusi,
musik, pidato.
4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram,
pola.
6. Motor activities, seperti melakukan percobaan, melakukan konstruksi, model,
mereparasi, bermain.
7. Mental activities, misalnya menggali, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Menurut Kunandar (2011: 277), peningkatan aktivitas siswa yaitu
meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah
siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling
berinteraksi membahas materi pembelajaran. Metode belajar mengajar yang
bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam
situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta
sensitif dalam kegiatan belajar-mengajar.

Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari: pertama, mayoritas siswa


beraktivitas dalam pembelajaran; kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh
kegiatan siswa; ketiga, mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan
guru dalam LKS melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian,
dan siklus PTK sebagai berikut:
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan kelas ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 1
Batanghari untuk mata pelajaran SKI. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah
kelas Xd tahun pelajaran 2023/2023dengan jumlah siswa sebanyak 19
orang, terdiri dari 6 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester genap tahun ajaran
2022/2023 yaitu tanggal 24 Januari s.d. 20 Februari 2023. Penentuan waktu
penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK membutuhkan
beberapa siklus yang memerlukan proses belajar mengajar yang efektif di sekolah.

3. Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan hasil
belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran SKI melalui
pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM).

B. Persiapan PTK
Sebelum PTK dilaksanakan dibuat berbagai input instrumental yang akan
digunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu rencana pembelajaran
yang akan dijadikan PTK. Selain itu juga akan dubuat perangkat pembelajaran
yang berupa: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Pengamatan Diskusi; (3)
Lembar Evaluasi. Dalam persiapan juga akan disusun daftar nama kelompok
diskusi yang dibuat secara heterogen.

C. Subjek Penelitian
Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X MIA
1 yang terdiri dari 19 siswa dengan komposisi perempuan 12 siswa dan laki-laki 6
siswa.

D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari siswa dan guru (teman
sejawat). Siswa merupakan sumber untuk mendapatkan data tentang hasil belajar
dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Sedangkan guru merupakan
teman sejawat atau kolaborator untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi
pembelajaran model kooperatif dengan tipe index card match (ICM) dan hasil
belajar serta aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Guru yang dimaksudkan
di sini berfungsi sebagai teman sejawat atau kolaborator sebagai sumber data
untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa
maupun guru.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi,
wawancara dan diskusi. Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data tentang
hasil belajar siswa. Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data
tentang partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan implementasi model
pembelajarn kooperatif tipe index card match (ICM). Teknik wawancara
digunakan untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi
pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM). Teknik diskusi dilakukan
antara sesama guru untuk refleksi hasil siklus PTK.
Sementara itu, alat pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: tes,
lembar observasi, panduan wawancara, kuesioner dan diskusi sebagaimana
berikut ini:
1. Tes: menggunakan butir soal/instrumen soal untuk mengukur hasil belajar
siswa.
2. Observasi: menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat
partisipasi siswa dalam proses pembelajaran SKI.
3. Wawancara: menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui pendapat
atau sikap siswa dan guru tentang pembelajaran tipe index card match (ICM).
4. Kuesioner: untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa dan guru tentang
pembelajaran tipe index card match (ICM).
5. Diskusi: menggunakan lembar hasil pengamatan.

F. Indikator Kinerja
Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator kinerjanya adalah rata-rata nilai
harian siswa dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran SKI.
G. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan
siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik
persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran.
1. Hasil belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian
dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.
2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran SKI: dengan menganalisis tingkat
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran SKI. Kemudian dikategorikan
dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.
3. Implementasi pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM): dengan
menganalisis tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran kooperatif tipe
index card match (ICM) kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil,
kurang berhasil dan tidak berhasil.

H. Prosedur Penelitian
1. SIKLUS 1
Siklus pertama dalam PTK ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning)
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar
yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe index card match (ICM).
2) Membuat rencana pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM).
3) Membuat lembar kerja siswa.
4) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan (acting)
1) Membagi siswa dalam tujuh kelompok.
2) Menyajikan materi pelajaran.
3) Memberikan materi diskusi.
4) Mengarahkan kelompok dalam diskusi.
5) Siswa melaksanakan diskusi kelompok.
6) Salah satu dari kelompok diskusi, mempresentasekan hasil kerja
kelompoknya.
7) Guru memberikan kuis atau pertanyaan.
8) Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan.
9) Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama
10) Melakukan pengamatan atau observasi
c. Pengamatan (observation)
1) Situasi kegiatan belajar mengajar.
2) Keaktifan siswa.
3) Kemampuan siswa dalam diskusi kelompok.
d. Refleksi (reflection)
Dalam tahapan refleksi peneliti melakukan analisis data dengan
melakukan kategorisasi dan penyimpulan data yang telah terkumpul dalam
tahapan pengamatan. Dalam tahapan refleksi, peneliti juga melakukan evaluasi
terhadap kekurangan atau kelemahan dari implementasi tindakan sebagai bahan
dan pertimbangan untuk perbaikan di siklus berikutnya.

2. SIKLUS 2
Seperti halnya siklus pertama, siklus keduapun terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
a. Perencanaan (planning)
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus pertama.
b. Pelaksanaan (acting)
Guru melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM)
berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi dari siklus pertama.
c. Pengamatan (observation)
Guru/peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran
kooperatif tipe index card match (ICM).
d. Refleksi (reflection)
Dalam tahapan refleksi peneliti/guru melakukan analisis data dengan
melakukan kategorisasi dan penyimpulan data yang telah terkumpul dalam
tahapan pengamatan. Dalam tahapan refleksi, peneliti juga melakukan evaluasi
terhadap kekurangan atau kelemahan dari implementasi tindakan sebagai bahan
dan pertimbangan untuk perbaikan di siklus berikutnya.

3. SIKLUS 3
Siklus ketiga merupakan putaran ketiga dari pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan tahapan yang sama seperti pada siklus pertama dan kedua.
a. Perencanaan (planning)
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus kedua.
b. Pelaksanaan (acting)
Guru melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM)
berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi dari siklus kedua.
c. Pengamatan (observation)
Guru/peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran
kooperatif tipe index card match (ICM).
d. Refleksi (reflection)
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ketiga dan
menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe index card match (ICM) dalam peningkatan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran SKI di Madrasah Aliyah.
Dalam prosedur penelitian, peneliti juga membuat indikator keberhasilan
dari apa yang mau ditingkatkan dalam penelitian ini, yakni:
1) Hasil belajar siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata
pelajaran SKI yang telah ditentukan sebelumnya.
2) Aktivitas siswa dalam mata pelajaran SKI memiliki skor rata-rata 66 yang
diperoleh dari hasil pengamatan dalam proses belajar mengajar.
3) Efektivitas atau tingkat keberhasilan pembelajaran kooperatif tipe index card
match (ICM) dikatakan berhasil jika perolehan skor rata-rata 61 hasil
pengamatan terhadap guru dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Acep Hermawan, (2011). Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya
Alif Syaichu Rohman, (2012) Minat Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Kelas VIII H MTsN Ariyojeding Rejotangan Tulung
Agung Tahun Ajaran 2011/2012, Tuung Agung: Skripsi
Anitah, S. W., et. al. (2007), Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Aqib, Z. (2010). Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya:
Penerbit InsanCendekia
Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
________. (2013). Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Az. ( 2005). Media Pembelajaran. Jakarta : RajaGrafindo Persada
Azhar Arsyad, (2003), Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Surabaya:
Pustaka Pelajar
BAB IV

klus pertama dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 1
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 1
Kelompok Skor Perolehan Skor Ideal Persentase Keterangan
(%)
1 11 16 69
2 12 16 75
3 14 16 88 Tertinggi
4 10 16 63
5 8 16 50 Terendah
6 10 16 63
7 11 16 69
Rerata 11 16 69

a. Hasil observasi siklus 1: aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada
siklus pertama masih rendah dengan perolehan skor 27 atau 61,36%,
sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena guru lebih banyak
berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa
bagaimana melakukan pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM).
b. Hasil evaluasi siklus 1 berupa penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran masih
tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya
mencapai 62 atau 62 %.
Grafik 1
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 1
100
90
80
70

60
50

40
30

20
10

0
Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6 Kel. 7

4. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)


Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama
adalah sebagai berikut:
a. Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM). Tetapi sebagian
mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari
hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 69%.
b. Hasil evaluasi pada siklus pertama mencapai rata-rata 6,20.
c. Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dengan waktu
yang ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius
dalam belajar.
d. Masih ada kelompok yang belum mampu mempresentasekan kegiatan.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang
telah dicapai pada siklus pertama, maka pada pelaksanaan siklus kedua dapat
dibuat perencanaan sebagai berikut:
a. Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam
pembelajaran.
b. Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
c. Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).

B. Siklus Kedua
Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 2019. Seperti pada
siklus pertama, siklus kedua ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi serta replanning.
1. Perencanaan (Planning)
Planning pada siklus kedua berdasarkan replanning siklus pertama yaitu:
a. Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam
pembelajaran.
b. Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
c. Memberi pengakuan dan penghargaan.
d. Membuat perangkat pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM)
yang lebih mudah dipahami oleh siswa.

2. Pelaksanaan (Acting)
a. Suasana pembelajaran sudah mengarah kepada pembelajarn kooperatif tipe
index card match (ICM). Tugas yang diberikan guru kepada kelompok
dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik.
Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai
materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi
antarsesama anggota kelompok.
b. Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi
suatu pressentasi dari kelompok lain.
c. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.
3. Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation)
a. Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus kedua dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II
Kelompok Skor Perolehan Skor Ideal Persentase Keterangan
(%)
1 12 16 75
2 13 16 81
3 14 16 88 Tertinggi
4 11 16 69
5 10 16 63 Terendah
6 11 16 69
7 12 16 75
Rerata 12 16 74

Grafik 2
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II
100
90

80
70

60
50
40
30
20
10

0
Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6 Kel. 7

b. Hasil observasi siklus 2: aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada
siklus kedua tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari
siklus pertama. Dari skor ideal 44 nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%,
Hal ini terjadi karena guru sudah lebih aktif di depan kelas dan telah
memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan pembelajaran
kooperatif tipe index card match (ICM).
c. Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus
kedua juga tergolong sedang yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor
perolehan adalah 70 atau 70%.
d. Hasil ulangan harian kedua (setelah menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe index card match (ICM) juga mengalami peningkatan yang sebelumnya
(belum menggunakan pembelajaran kooperatif) 5,48 menjadi 6,53 setelah
dilakukan pembelajaran kooperatif, yang berarti naik 1,05.

4. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)


Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua ini adalah
sebagai berikut:
a. Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah ke pembelajaran kooperatif.
Siswa mampu membangun kerjasama dalam kelompok untuk memahami
tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan
dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu
mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil
observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69% pada siklus pertama
menjadi 74% pada siklus kedua.
b. Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi terhadap
kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil
evaluasi 6,20 pada siklus pertama meningkat menjadi 7,00 pada siklus kedua.
c. Meningkatnya rata-rata nilai ulangan dari 5,48 (ulangan harian 1) sebelum
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM) menjadi
6,53 (ulangan harian II) setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
index card match (ICM).
C. Siklus Ketiga
Siklus ketiga dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2019, yang rinciannya
adalah berikut ini:
1. Perencanaan (Planning)
Planning pada siklus ketiga berdasarkan replanning siklus kedua yaitu:
a. Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam
pembelajaran.
b. Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
c. Memberi pengakuan atau penghargaan.
d. Membuat perangkat pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM)
yang lebih baik lagi.

2. Pelaksanaan (Acting)
a. Suasana pembelajaran sudah lebih mengarah kepada pembelajaran kooperatif
tipe index card match (ICM). Tugas yang diberikan guru kepada kelompok
dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih
baik lagi. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk
menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau
diskusi antar sesama anggota kelompok. Siswa kelihatan lebih antusias
mengikuti proses belajar mengajar.
b. Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi
suatu presentasi dari kelompok lain.
c. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta.

3. Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation)


Hasil observasi selama siklus ketiga dapat dilihat seperti dibawah ini:
a. Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM pada siklus ketiga dapat dilihat
pada tabel berikut ini:

Tabel 3
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus III
Kelompok Skor Perolehan Skor Ideal Persentase Keterangan
(%)
1 14 16 88
2 14 16 88
3 15 16 94 Tertinggi
4 13 16 81
5 12 16 75 Terendah
6 13 16 81
7 14 16 88
Rerata 13 16 85

Grafik 3
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus III
100
90
80
70
60
50
40
30

20
10

0
Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6 Kel. 7

b. Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus
ketiga ini mendapat rerata nilai perolehan 40 atau 91%, dari skor idealnya
adalah 44. Hal ini menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, dimana
guru lebih banyak mengawasi dan membimbing siswa secara per kelompok
dan telah memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan
pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM) dengan detail dan jelas.
c. Hasil evaluasi siklus ketiga penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
memiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal 100. Hal ini menunjukkan
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.
d. Hasil ulangan harian ketiga (setelah menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe index card match (ICM)), mengalami peningkatan yang cukup berarti
yakni 7,60, sedangkan sebelumnya 5,48 dan pada siklus kedua 6,53.

4. Refleksi dan Perencanaan Ulang (Reflecting and Replanning)


Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus ketiga ini adalah
sebagai berikut:
a. Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah ke pembelajaran koopratif
secara lebih baik. Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok
untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu
berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa
mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data
hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus
kedua menjadi 85% pada siklus ketiga.
b. Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi terhadap
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran. Hal ini berdasarkan hasil
evaluasi 7,00 pada siklus kedua meningkat menjadi 8,50 pada siklus ketiga.
c. Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 5,48 (ulangan harian 1)
sebelum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM)
menjadi 6,53 (ulangan harian II) dan 7,33 (ulangan harian III) setelah
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe index card match (ICM)
dapat meningkatkan aktivitas proses belajar mengajar.
2. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas
siswa yang pada siklus 1 hanya rata-rata 69% menjadi 74% pada siklus kedua
dan 85% pada siklus ketiga.
3. Kemampuan dalam diskusi kelompok juga mengalami kemajuan yang sangat
berarti. Hal ini dapat dilihat dari sudah mulai terbiasa dengan belajar dalam
kelompok.
4. Aktivitas siswa dalam kelompok mencapai kesempurnaan setelah siklus
ketiga. Ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa mencapai 85%.
5. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian (rata-rata
ulangan harian I tanpa pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM)
5,48 menjadi 6,53 (ulangan harian II) dan 7,33 (ulangan harian III) setelah
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM).
6. Pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM) relevan dengan
pembelajaran kontekstual.
7. Melalui pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM), siswa
membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam
mencari penyelesaikan dari suatu materi yang harus dikuasai oleh siswa, baik
secara individu maupun kelompok.
8. Dengan pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM), pembelajaran
SKI lebih menyenangkan.

B. Saran
Telah terbuktinya pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM)
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran SKI,
maka disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan pembelajaran
kooperatif tipe index card match (ICM) sebagai suatu alternatif dalam mata
pelajaran SKI untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka
diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam
mata pelajaran SKI maupun mata pelajaran lain.

DAFTAR PUSTAKA

Acep Hermawan, (2011). Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya
Alif Syaichu Rohman, (2012) Minat Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Kelas VIII H MTsN Ariyojeding Rejotangan Tulung
Agung Tahun Ajaran 2011/2012, Tuung Agung: Skripsi
Anitah, S. W., et. al. (2007), Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Aqib, Z. (2010). Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya:
Penerbit InsanCendekia
Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
________. (2013). Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Az. ( 2005). Media Pembelajaran. Jakarta : RajaGrafindo Persada
Azhar Arsyad, (2003), Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, Surabaya:
Pustaka Pelajar
Ismail. (2008). Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM.
Semarang: Rasail Media Group
Kunandar. (2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Moleong., L.J. (2019). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
M. Ainin dkk, (2006), Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Malang:
Myskat.
N. Nasution, S. (2000). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 000912 Tahun 2013
Tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Bahasa Arab
Silberman, Melvin L. (2007). Active Learning Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Sardiman. (2016). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja


Grafindo Persada
Sudjana, N. (2005). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
_________. (2012). Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosda Karya
Sugiyanto. (2008). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 13.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yudhistira., D. (2013), Menulis Penelitian Tindakan Kelas yang APIK (Asli Perlu
Ilmiah Konsisten). Jakarta: Grasindo.
Zaini, Hisyam dkk. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan
Madani.

Anda mungkin juga menyukai