Disusun Oleh:
i
LEMBAR PENGESAHAN
Adalah benar dan secara sah telah melakukan penelitian tindakan kelas
dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dalam
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Melalui Pembelajaran Index Card
Match Kelas Xd Semester Genap Tahun Pelajaran 2022/2023
Madrasah Aliyah Negeri I Batanghari Jambi”. Dan karya tulis ini dapat
diarsipkan diperpustakaan MAN 1 Batanghari sebagai bahan bacaan guru maupun
siswa.
ii
LEMBAR ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah. Segala puji hanya diserahkan kepada Allah swt, yang
telah mensyariatkan hukum Islam kepada umat manusia, dan telah mencurahkan
nikmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam, senantiasa tetap terlimpahkan
kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pembawa syariat Islam untuk diimani,
dipelajari, dan dihayati, serta diamalkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-
hari agar tercapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas
Siswa dalam Mata Pelajaran SKI Melalui Pembelajaran Index Card match Kelas
Xd Semester Genap Madrasah Aliyah Negeri I Batanghari Jambi”, telah dapat
diselesaikan berkat dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Drs Ali Permadi,M.Pd kepala MAN 1 Batanghari.
2. Bapak Dr.A.Kadir M.Pdselaku pengawas MAN 1 Batanghari.
3. Guru-guru MAN 1 Batanghari yang telah membantu terlaksananya penelitian
ini.
4. Siswa-siswi kelas Xd atas partisipasinya dalam penelitian ini.
5. Semua pihak yang telah membantu terselesainya PTK ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, baik dari
segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan penulis guna perbaikan bahan ajar. Harapan penulis, semoga
penelitian ini bermanfaat. Atas perhatian, kepedulian, kontribusi, bantuan dan
budi baik dari semua pihak yang telibat dalam penyusunan penelitian ini, kami
ucapkan terimakasih. Jazakumullah Khairan Katsiran
iv
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………… i
Lembar Pengesahan…………………………………………………… ii
Lembar Abstrak……………………………………………………….. iii
Kata Pengantar………………………………………………………… iv
Daftar Isi………………………………………………………………. v
Daftar Tabel…………………………………………………………… vi
Daftar Grafik………………………………………………………….. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah………………………………… 4
C. Perumusan Masalah…………………………………. 5
D. Pemecahan Masalah…………………………………. 5
E. Hipotesis Tindakan………………………………….. 5
F. Tujuan Penelitian……………………………………. 5
G. Manfaat Penelitian…………………………………... 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Model Pembelajaran Index Card Match…….. 8
B. Hakikat Hasil Belajar Siswa…………………………. 13
C. Hakikat Aktivitas Siswa……………………………… 16
D. Kerangka Pemecahan Masalah………………………. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian…………………………………….. 28
B. Persiapan PTK……………………………………….. 28
C. Subjek Penelitian…………………………………….. 29
D. Sumber Data…………………………………………. 29
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data…………………. 29
F. Indikator Kinerja……………………………………… 30
G. Analisis Data…………………………………………. 30
H. Prosedur Penelitian…………………………………… 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Siklus Pertama………………………………………... 34
B. Siklus Kedua…………………………………………. 37
C. Siklus Ketiga…………………………………………. 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………… 43
B. Saran………………………………………………….. 44
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 45
v
LAMPIRAN…………………………………………………………….
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
yang dianggap cukup efektif adalah melalui penerapan model index card match
(ICM). Model pembelajaran aktif tipe index card match (ICM) adalah metode
atau cara belajar siswa yang dikembangkan untuk menjadikan siswa aktif
mempertanyakan gagasan diri sendiri atau gagasan orang lain dengan cara
mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya melalui
teknik mencari pasangan kartu yang merupakan soal atau jawaban.
Dipilihnya model pembelajaran index card match (ICM) ini, karena
dianggap sesuai dengan bidang kajian bahasa Arab yang berkaitan dengan
penguasaan mufrodat (kosa kata) SKI. Oleh karena itulah, perlu diadakan
penelitian tindakan kelas untuk membuktikan bahwa melalui penerapan
pembelajaran index card match (ICM) dapat meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas siswa dalam pembelajaran SKI.
Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang dapat
dirumuskan adalah:
Bagaimana menerapkan pembelajaran index card match (ICM) agar dapat
meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam mata pelajaran SKI?
5
C. Tujuan Penelitian
1. Guru dapat meningkatkan strategi dan kualitas pembelajaran SKI.
2. Siswa merasa mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan
pendapat, ide, gagasan dan pertanyaan.
3. Seluruh siswa menguasai materi pelajaran secara tuntas.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Siswa: proses belajar mengajar SKI di kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1
Batanghari menjadi menarik dan menyenangkan serta hasil belajar SKI
meningkat.
2. Guru: ditemukan strategi pembelajaran yang tepat (tidak konvensional), tetapi
bersifat variatif dan inovatif.
3. Sekolah: meningkatkan mutu sekolah melalui peningkatan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran SKI.
BAB II
KAJIAN TEORI
6
b. Menurut Ismail (2008), model pembelajaran index card match adalah metode
yang dikembangkan untuk menjadikan siswa aktif mempertanyakan gagasan
orang lain dan gagasan diri sendiri dan seorang siswa memiliki kreativitas
maupun menguasai ketrampilan yang diperlihatkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
c. Menurut Silberman (2007), model pembelajaran index card match
merupakan cara-cara belajar agar siswa lebih lama mengingat materi
pelajaran yang dipelajari dengan teknik mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topik dalam suasana menyenangkan.
d. Menurut Zaini (2008), bahwa model pembelajaran index card match (mencari
pasangan) adalah metode yang menyenangkan yang digunakan untuk
mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya.
Belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses, artinya dalam belajar akan
terjadi proses melihat, membuat, mengamati, menyelesaikan masalah atau
persoalan, menyimak, dan latihan. Itu sebabnya, dalam proses belajar, guru harus
dapat membimbing dan memfasilitasi siswa supaya siswa dapat melakukan
proses-proses tersebut. Proses belajar harus diupayakan secara efektif agar terjadi
adanya perubahan tingkah laku siswa yang disebabkan oleh proses-proses
tersebut. Jadi, seseorang dapat dikatakan belajar karena adanya indikasi
melakukan proses tersebut secara sadar dan menghasilkan perubahan tingkah laku
siswa yang diperoleh berdasarkan interaksi dengan lingkungan.
Menurut Sri Anitah (2007: 2), perwujudan perubahan tingkah laku dari
hasil belajar adalah adanya peningkatan kemampuan siswa sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Perubahan tersebut sebagai perubahan yang disadari, relatif
bersifat permanen, kontinu, dan fungsional. Jadi, proses belajar akan
menghasilkan hasil belajar. Namun harus diingat, meskipun tujuan pembelajaran
itu dirumuskan secara jelas dan baik, belum tentu hasil belajar yang diperoleh
mesti optimal. Karena hasil yang baik itu dipengaruhi oleh komponen-komponen
yang lain, dan terutama bagaimana aktifitas siswa sebagai subjek belajar.
Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut
kemampuan-kemampuan (capabilities).
Menurut Nana Sujana (2005: 49) hasil belajar adalah suatu akibat dari
proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang
disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.
Sementara menurut Bloom sebagaimana yang dikutip oleh Agus Suprijono (2009:
128), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, dan
menurut Lindgren hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan
sikap.
Menurut Purwanto (2011: 46) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang
terjadi setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dalam
domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam domain kognitif
diklasifikasikan menjadi kemampuan hapalan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Dalam domain afektif hasil belajar meliputi level
penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi. Sedang domain
psikomotorik terdiri dari level persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan
terbiasa, gerakan kompleks dan kreativititas.
Menurut Arsyad (2005: 1) pengertian hasil belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
Perubahan diarahkan pada diri peserta didik secara terencana, baik dalam aspek
pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Menurut Aqib (2010:
51) hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif,
psikomotorik, maupun afektif.
Menurut Dimyati (2006: 20) pengertian hasil belajar merupakan suatu
puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi
guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring.
Dampak pengajaran adalah hasil belajar peserta didik yang dapat diukur dengan
segera atau secara langsung. Dampak pengiring adalah hasil belajar peserta didik
yang tampak secara tidak langsung atau merupakan transfer hasil belajar. Kedua
dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan peserta didik.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran
yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai
memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai
ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif).
Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah
hasil ulangan harian siswa yang diperoleh dalam mata pelajaran SKI Menurut
Kunandar (2011: 277), ulangan harian dilakukan setiap selesai proses
pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu.
Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para
siswa, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang
dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester.
Tujuan ulangan harian adalah untuk memperbaiki modul dan program
pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para
siswa.
Sementara itu, yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah;
pertama, ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan,
baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini
biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal
(KKM), kedua, perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai
oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. Namun demikian, menurut
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:120) indikator yang banyak
dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap.
(2011: 100), aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun
mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih
lanjut lagi piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak
berfikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir. Menurut pandangan
ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru sedang menurut padangan ilmu
jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa. Seperti yang di kemukakan oleh
Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi
segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik
maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.
Sedangkan menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang
dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses
belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk
belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama
proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang
mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,
mengerjakan tugas–tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama
dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Trinandita juga (1984) menyatakan bahwa ”hal yang paling mendasar
yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara
guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat
melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari
siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang
akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian aktivitas
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa baik secara fisik maupun non
fisik, dalam proses belajar aktivitas siswa yang diharapkan adalah keterlibatan
siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan belajar guna
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari
kegiatan tersebut. Dalam hal ini sangat diharapkan aktivitas positif siswa guna
menunjang keberhasilan proses pembelajaran seperti yang diharapkan.
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada
aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam
interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2016:93). Dalam aktivitas belajar ada
beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan
ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas
didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas
didominasi oleh siswa. Menurut Sudjana (2012: 105). kegiatan belajar/aktivitas
belajar sebagi proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik
yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, pesrta didik
yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik.
Diedrich (dalam Nasution, 2000:91) membuat suatu daftar yang berisi
tentang macam kegiatan peserta didik yang dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya : membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, yang termasuk didalamnya seperti : menyatakan, merumuskan,
bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi, interupsi.
3. Listening activities, seperti mendengarkan penjelasan, percakapan, diskusi,
musik, pidato.
4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram,
pola.
6. Motor activities, seperti melakukan percobaan, melakukan konstruksi, model,
mereparasi, bermain.
7. Mental activities, misalnya menggali, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Menurut Kunandar (2011: 277), peningkatan aktivitas siswa yaitu
meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah
siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling
berinteraksi membahas materi pembelajaran. Metode belajar mengajar yang
bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam
situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta
sensitif dalam kegiatan belajar-mengajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian,
dan siklus PTK sebagai berikut:
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan kelas ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri 1
Batanghari untuk mata pelajaran SKI. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah
kelas Xd tahun pelajaran 2023/2023dengan jumlah siswa sebanyak 19
orang, terdiri dari 6 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester genap tahun ajaran
2022/2023 yaitu tanggal 24 Januari s.d. 20 Februari 2023. Penentuan waktu
penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK membutuhkan
beberapa siklus yang memerlukan proses belajar mengajar yang efektif di sekolah.
3. Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan hasil
belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran SKI melalui
pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM).
B. Persiapan PTK
Sebelum PTK dilaksanakan dibuat berbagai input instrumental yang akan
digunakan untuk memberi perlakuan dalam PTK, yaitu rencana pembelajaran
yang akan dijadikan PTK. Selain itu juga akan dubuat perangkat pembelajaran
yang berupa: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Pengamatan Diskusi; (3)
Lembar Evaluasi. Dalam persiapan juga akan disusun daftar nama kelompok
diskusi yang dibuat secara heterogen.
C. Subjek Penelitian
Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X MIA
1 yang terdiri dari 19 siswa dengan komposisi perempuan 12 siswa dan laki-laki 6
siswa.
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari siswa dan guru (teman
sejawat). Siswa merupakan sumber untuk mendapatkan data tentang hasil belajar
dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Sedangkan guru merupakan
teman sejawat atau kolaborator untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi
pembelajaran model kooperatif dengan tipe index card match (ICM) dan hasil
belajar serta aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Guru yang dimaksudkan
di sini berfungsi sebagai teman sejawat atau kolaborator sebagai sumber data
untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa
maupun guru.
F. Indikator Kinerja
Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator kinerjanya adalah rata-rata nilai
harian siswa dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran SKI.
G. Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan
siklus penelitian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik
persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran.
1. Hasil belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian
dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.
2. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran SKI: dengan menganalisis tingkat
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran SKI. Kemudian dikategorikan
dalam klasifikasi tinggi, sedang dan rendah.
3. Implementasi pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM): dengan
menganalisis tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran kooperatif tipe
index card match (ICM) kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil,
kurang berhasil dan tidak berhasil.
H. Prosedur Penelitian
1. SIKLUS 1
Siklus pertama dalam PTK ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi sebagai berikut:
a. Perencanaan (planning)
1) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar
yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe index card match (ICM).
2) Membuat rencana pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM).
3) Membuat lembar kerja siswa.
4) Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan (acting)
1) Membagi siswa dalam tujuh kelompok.
2) Menyajikan materi pelajaran.
3) Memberikan materi diskusi.
4) Mengarahkan kelompok dalam diskusi.
5) Siswa melaksanakan diskusi kelompok.
6) Salah satu dari kelompok diskusi, mempresentasekan hasil kerja
kelompoknya.
7) Guru memberikan kuis atau pertanyaan.
8) Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan.
9) Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama
10) Melakukan pengamatan atau observasi
c. Pengamatan (observation)
1) Situasi kegiatan belajar mengajar.
2) Keaktifan siswa.
3) Kemampuan siswa dalam diskusi kelompok.
d. Refleksi (reflection)
Dalam tahapan refleksi peneliti melakukan analisis data dengan
melakukan kategorisasi dan penyimpulan data yang telah terkumpul dalam
tahapan pengamatan. Dalam tahapan refleksi, peneliti juga melakukan evaluasi
terhadap kekurangan atau kelemahan dari implementasi tindakan sebagai bahan
dan pertimbangan untuk perbaikan di siklus berikutnya.
2. SIKLUS 2
Seperti halnya siklus pertama, siklus keduapun terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
a. Perencanaan (planning)
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus pertama.
b. Pelaksanaan (acting)
Guru melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM)
berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi dari siklus pertama.
c. Pengamatan (observation)
Guru/peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran
kooperatif tipe index card match (ICM).
d. Refleksi (reflection)
Dalam tahapan refleksi peneliti/guru melakukan analisis data dengan
melakukan kategorisasi dan penyimpulan data yang telah terkumpul dalam
tahapan pengamatan. Dalam tahapan refleksi, peneliti juga melakukan evaluasi
terhadap kekurangan atau kelemahan dari implementasi tindakan sebagai bahan
dan pertimbangan untuk perbaikan di siklus berikutnya.
3. SIKLUS 3
Siklus ketiga merupakan putaran ketiga dari pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan tahapan yang sama seperti pada siklus pertama dan kedua.
a. Perencanaan (planning)
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada
siklus kedua.
b. Pelaksanaan (acting)
Guru melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM)
berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi dari siklus kedua.
c. Pengamatan (observation)
Guru/peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran
kooperatif tipe index card match (ICM).
d. Refleksi (reflection)
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus ketiga dan
menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe index card match (ICM) dalam peningkatan aktivitas dan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran SKI di Madrasah Aliyah.
Dalam prosedur penelitian, peneliti juga membuat indikator keberhasilan
dari apa yang mau ditingkatkan dalam penelitian ini, yakni:
1) Hasil belajar siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata
pelajaran SKI yang telah ditentukan sebelumnya.
2) Aktivitas siswa dalam mata pelajaran SKI memiliki skor rata-rata 66 yang
diperoleh dari hasil pengamatan dalam proses belajar mengajar.
3) Efektivitas atau tingkat keberhasilan pembelajaran kooperatif tipe index card
match (ICM) dikatakan berhasil jika perolehan skor rata-rata 61 hasil
pengamatan terhadap guru dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
a. Hasil observasi siklus 1: aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada
siklus pertama masih rendah dengan perolehan skor 27 atau 61,36%,
sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena guru lebih banyak
berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa
bagaimana melakukan pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM).
b. Hasil evaluasi siklus 1 berupa penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran masih
tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya
mencapai 62 atau 62 %.
Grafik 1
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 1
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6 Kel. 7
B. Siklus Kedua
Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 2019. Seperti pada
siklus pertama, siklus kedua ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi serta replanning.
1. Perencanaan (Planning)
Planning pada siklus kedua berdasarkan replanning siklus pertama yaitu:
a. Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam
pembelajaran.
b. Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
c. Memberi pengakuan dan penghargaan.
d. Membuat perangkat pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM)
yang lebih mudah dipahami oleh siswa.
2. Pelaksanaan (Acting)
a. Suasana pembelajaran sudah mengarah kepada pembelajarn kooperatif tipe
index card match (ICM). Tugas yang diberikan guru kepada kelompok
dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik.
Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai
materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi
antarsesama anggota kelompok.
b. Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi
suatu pressentasi dari kelompok lain.
c. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.
3. Observasi dan Evaluasi (Observation and Evaluation)
a. Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus kedua dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II
Kelompok Skor Perolehan Skor Ideal Persentase Keterangan
(%)
1 12 16 75
2 13 16 81
3 14 16 88 Tertinggi
4 11 16 69
5 10 16 63 Terendah
6 11 16 69
7 12 16 75
Rerata 12 16 74
Grafik 2
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6 Kel. 7
b. Hasil observasi siklus 2: aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada
siklus kedua tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari
siklus pertama. Dari skor ideal 44 nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%,
Hal ini terjadi karena guru sudah lebih aktif di depan kelas dan telah
memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan pembelajaran
kooperatif tipe index card match (ICM).
c. Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus
kedua juga tergolong sedang yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor
perolehan adalah 70 atau 70%.
d. Hasil ulangan harian kedua (setelah menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe index card match (ICM) juga mengalami peningkatan yang sebelumnya
(belum menggunakan pembelajaran kooperatif) 5,48 menjadi 6,53 setelah
dilakukan pembelajaran kooperatif, yang berarti naik 1,05.
2. Pelaksanaan (Acting)
a. Suasana pembelajaran sudah lebih mengarah kepada pembelajaran kooperatif
tipe index card match (ICM). Tugas yang diberikan guru kepada kelompok
dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih
baik lagi. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk
menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau
diskusi antar sesama anggota kelompok. Siswa kelihatan lebih antusias
mengikuti proses belajar mengajar.
b. Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi
suatu presentasi dari kelompok lain.
c. Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta.
Tabel 3
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus III
Kelompok Skor Perolehan Skor Ideal Persentase Keterangan
(%)
1 14 16 88
2 14 16 88
3 15 16 94 Tertinggi
4 13 16 81
5 12 16 75 Terendah
6 13 16 81
7 14 16 88
Rerata 13 16 85
Grafik 3
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus III
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel. 5 Kel. 6 Kel. 7
b. Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus
ketiga ini mendapat rerata nilai perolehan 40 atau 91%, dari skor idealnya
adalah 44. Hal ini menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, dimana
guru lebih banyak mengawasi dan membimbing siswa secara per kelompok
dan telah memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan
pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM) dengan detail dan jelas.
c. Hasil evaluasi siklus ketiga penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
memiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal 100. Hal ini menunjukkan
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.
d. Hasil ulangan harian ketiga (setelah menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe index card match (ICM)), mengalami peningkatan yang cukup berarti
yakni 7,60, sedangkan sebelumnya 5,48 dan pada siklus kedua 6,53.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Penerapan pembelajaran kooperatif dengan tipe index card match (ICM)
dapat meningkatkan aktivitas proses belajar mengajar.
2. Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas
siswa yang pada siklus 1 hanya rata-rata 69% menjadi 74% pada siklus kedua
dan 85% pada siklus ketiga.
3. Kemampuan dalam diskusi kelompok juga mengalami kemajuan yang sangat
berarti. Hal ini dapat dilihat dari sudah mulai terbiasa dengan belajar dalam
kelompok.
4. Aktivitas siswa dalam kelompok mencapai kesempurnaan setelah siklus
ketiga. Ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa mencapai 85%.
5. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan.
Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian (rata-rata
ulangan harian I tanpa pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM)
5,48 menjadi 6,53 (ulangan harian II) dan 7,33 (ulangan harian III) setelah
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM).
6. Pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM) relevan dengan
pembelajaran kontekstual.
7. Melalui pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM), siswa
membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam
mencari penyelesaikan dari suatu materi yang harus dikuasai oleh siswa, baik
secara individu maupun kelompok.
8. Dengan pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM), pembelajaran
SKI lebih menyenangkan.
B. Saran
Telah terbuktinya pembelajaran kooperatif tipe index card match (ICM)
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran SKI,
maka disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan pembelajaran
kooperatif tipe index card match (ICM) sebagai suatu alternatif dalam mata
pelajaran SKI untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka
diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam
mata pelajaran SKI maupun mata pelajaran lain.
DAFTAR PUSTAKA