Anda di halaman 1dari 60

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAN LATIHAN

UNTUK MENINGKATKAN KELANCARAN MEMBACA SISWA


KELAS II SD INPRES BINANGA 1

KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU

PADA SEMESTER GENAP

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh:

SOLEMAN.S.Pd

SD INPRES BINANGA 1
KECAMATAN MAMUJU

KABUPATEN MAMUJU

2022
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul
“Penerapan metode Demonstrasi dan Latihan Untuk Meningkatkan
Kelancaran Membaca Siswa Kelas II SD Inpres Binanga I
Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju Pada Semester Genap
Tahun Pelajaran 2022/2022”

2. ldentilas Peneliti
a. N a m a : SOLEMAN.S.Pd
b. NIP : 19810429 202221 1 002
C. GOlOFígi n/Ruang : Ill/a
d. Jabatan : Guru Pertama
e. Unit kerja : SD lnpres Binanga 1 Kec. Mamuju Kab Mamuju
Benar yang bersangkutan telah melakukan penelitian di SD Inpers Binanga 1.
Telah diseminarkan dan didokumentasikan di perpustakaan sebagai bahan bacaan.

Mamuju, 30 Maret 2022


Penjaga Perpustakaan Peneliti,

ARY FEBRIATI SOLEMAN.S.Pd


NIP. 19810429 202221 1 002

Mengetahui/Mengesahkan :

Ketua PGRI Kabupaten Mamuju,

Hj. SALEHA DUKA, S.Pd. M.Pd


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya dengan limpahan
dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah
(KTI) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “ Penerapan Metode Demonstrasi
dan Latihan Untuk Meningkatkan Kelancaran Membaca Siswa Kelas II SD Inpres
Binanga 1 Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju Pada Semester Genap Tahun
Pelajaran 2022/2022”.
karya tulis ilmiah ini kami susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat kenaikan
pangkat dari golongan III/a ke III/b dan dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah
yang dapat dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman
sejawat.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada:
1. Bapak Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga
Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju
2. Rekan-rekan Guru dan Staf SD Inpres Binanga 1 Kecamatan Mamuju
3. Siswa siswi SD Inpres Binanga 1 Kecamatan Mamuju Kab. Mamuju
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan PTK ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu
penulis harapkan.

Mamuju, April 2022

Penulis
iii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
ABSTRAK …………………………………………………………………… vi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………… 4
C. Rumusan Masalah……………………………………………... 5
D. Tujuan Penelitian………………………………………………. 5
E. Manfaat Penelitian……………………………………………... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kajian Teori ................................................................................ 7
1. Pengertian Belajar………………………………………….. 7
2. Hakekat Pembelajaran……………………………………… 10
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia……………………………. 11
4. Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia……………… 13
5. Metode Demonstrasi……………………………………….. 14
6. Metode Driil (latihan)………………………………………. 17
B. Kerangka Berpikir ..................................................................... 20
C. Hipotesis Tindakan.................................................................... 21

BAB III PELAKSANAN PERBAIKAN PEMBELAJAN

A. Subyek Penelitian....................................................................... 22
B. Prosedur Pelaksanaan Pembalajaran.......................................... 22
C. Hal-Hal Yang Unik.................................................................... 28
iv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Pengamatan /Pengumpulan Data................................................ 30
B. Temuan (Hasil Yang Diperoleh)................................................ 31
1. Kondisi Awal (Pra siklus)………………………………............. 32
2. Siklus 1…………………………………………………............. 34
3. Siklus 2 …………………………………………………............ 38
4. Pengamatan Proses Belajar mengajar……………………........... 42
5. Hal-hal Yang Unik………………………………………............ 43
C. Pembahasan ............................................................................... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ............................................................................... 48
B. Saran-saran ............................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 50
LAMPIRAN ..........................................................................................................51
v

ABSTRAK

Soleman Penerapan Metode Demonstrasi dan Latihan Untuk Meningkatkan


Kelancaran Membaca Siswa Kelas II SD Inpres Binanga 1
Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju Pada Semester Genap
Tahun Pelajaran 2022/2022.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi dan latihan dalam
meningkatkan kelancaran membaca siswa kelas II SD Inpres Binanga 1 Kecamatan
Mamuju Kabupaten Mamuju pada semester genap tahun pelajaran 2022/2022.
Subyek penelitian adalah siswa kelas II SD Inpres Binanga 1 sejumlah 20 orang. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi pada saat sebelum
pembelajaran, pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, dan sesudah
kegiatan belajar mengajar dengan melaksanakan hasil tes melalui pra siklus, siklus 1
dan siklus 2. Hasil penelitian menemukan bahwa hasil tes pada pelaksanaan pra siklus,
nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 30, dengan rata-rata nilai yang diperoleh siswa kelas
II SD Inpres Binanga 1 adalah 57,25 (daya serap 25%). Dalam kegiatan
pembelajaran melalui penerapan metode demonstrasi dan latihan untuk meningkatkan
kelancaran membaca siswa, pada pelaksanaan hasil tes siklus 1 nilai tertinggi 90
dan nilai terendah 50, rata-rata nilai adalah 72,75 (daya serap 60%) yang berarti
mengalami peningkatan. Proses selanjutnya pada pelaksanaan hasil tes pada siklus 2
nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60, rata-rata nilai adalah 82,25 (daya serap 90%),
ini menunujukan bahwa penerapan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggunakan metode demonstrasi dan latihan dapat meningkatkan kelancaran
membaca siswa kelas II SD Inpres Binanga 1 Kecamatan Mamuju Kabupaten
Mamuju.

Kata Kunci : Metode Demonstrasi, Latihan dan Kelancaran Membaca

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fungsi Pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan bertujuan untuk

membangun manusia Indonesia yang seutuhnya. Ini berarti bahwa

pembangunan mempunyai jangkauan yang luas dan jauh. Berhasil tidaknya

program pembangunan faktor manusia memegang peranan yang sangat

penting. Untuk pembangunan ini diperlukan manusia yang berjiwa pemikir,

kreatif dan mau bekerja keras, memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta

memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta memiliki sifat positif terhadap

etos kerja.

Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang

sangt penting dan menonjol dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu

pendidikan di sekolah memegang peranan penting dalam rangka mewujudkan

tercapainya pendidikan nasional secara optimal dalam rangka mewujudkan

tercapainya pendidikan nasional secara optimal seperti yang diharapkan.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan. Dalam proses

1
belajar mengajar tersebut guru menjadi pemeran utama dalam menciptakan

situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa

dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya

tujuan belajar.

Bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang memiliki tujuan

membekali siswa untuk mengembangkan bahasa di samping aspek penalaran dan

hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk

bahasa dan sastra. Sifat materi pelajaran Bahasa Indonesia tersebut membawa

konsekuensi terhadap proses belajar mengajar yang didominasi oleh pendekatan

eksperimental, terutama guru menggunakan metode eksperiman, ceramah

maupun tanya jawab terjadi dialog imperatif. Padahal dalam proses belajar

mengajar keterlibatan siswa secara totalitas, artinya melibatkan pikiran,

penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan, salah satunya sambil

menulis). Jadi dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus mengajak siswa

untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesempatan

untuk bercerita, berdialog, membaca, menulis dan mengajukan pertanyaan atau

tangapan, sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses belajar

mengajar yang interaktif.

Sebagai seorang guru yang professional hendaknya dapat memilih dan

menerapkan metode yang efektif agar materi yang dipelajari oleh siswa dapat

dipahami dengan baik serta dapat meningkatkan prestasi belajar. Jika perlu

variatif metode pembelajaran dapat diterapkan secara bersamaan untuk

mendapatkan hasil yang maksimal dari pembelajaran. Untuk itu guru harus

2
mempunyai kreatifitas dan inovasi baru dalam meningkatkan kemampuan dan

teknik mengajarnya.
Demikian juga dengan penguasaan materi siswa Kelas II SD Inpres Binanga

1 Kabupaten Mamuju pada semester genap tahun pelajaran 2022/2022 terhadap mata

pelajaran Bahasa Indonesia masih kurang karena kondisi awal pada materi

membaca, daya serap siswa terhadap mata materi ini hanya 35,5% atau 11 siswa

tuntas dalam pembelajarannya sementara 20 siswa atau 64,5% tidak tuntas karena

prestasi belajarnya di bawah KKM yaitu 75. Sementara itu nilai rata-rata kelas yang

diperoleh hanya 58,84 yang dipandang masih sangat rendah.

Adapun langkah yang diambil untuk memperbaiki prestasi belajar siswa

yaitu dengan penelitian tindakan kelas II pada semester genap tahun pelajaran

2022/2022. Pada langkah awal guru mencari masalah-masalah yang mengganggu

dan menghambat penguasaan siswa terhadap mata pelajaran tersebut sehingga dapat

meningkatkan penguasaan materi dan hasil belajar siswa. Setelah permasalahan

didapat maka dilakukan tindakan kelas dengan penggunaan metode demonstrasi dan

latihan untuk mengenal tokoh-tokoh cerita anak. Dengan metode ini diharapkan

anak akan tertarik untuk berinteraksi dalam pembelajaran sehingga akan

meningkatkan pemahaman anak terhadap materi yang diajarkan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dalam penelitian Tindakan Kelas

ini penulis mengambil judul: “PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAN

LATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KELANCARAN MEMBACA SISWA

3
KELAS II SD Inpres Binanga 1 KABUPATEN MAMUJU PADA SEMESTER

GENAP TAHUN PELAJARAN 2022/2022”.

B. Identifikasi Masalah

Proses belajar mengajar Kelas II SD Inpres Binanga 1 Kabupaten Mamuju

terhadap pelajaran Bahasa Indonesia dalam materi membaca, hanya 11 siswa dari 20

siswa atau 35,5% yang mencapai ketuntasan dalam pembelajaran sedangkan 20

siswa atau 64,5% tidak tuntas. Sementara itu rata-rata kelas hanya 58,84.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti meminta bantuan teman sejawat selaku

observer untuk mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan.

Dari hasil diskusi dengan supervisor terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam

pembelajaran, yaitu :

1. Siswa mempunyai anggapan bahwa Bahasa Indonesia dan merupakan mata

pelajaran yang membosankan untuk dipelajari.

2. Siswa tidak berani bertanya dan cenderung pasif

3. Pengetahuan dan informasi yang diterima siswa masih sebatas produk hafalan

4. Guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang

sedang diajarkan.

5. Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan guru

Berangkat dari masalah-masalah yang sangat mengganggu dan menghambat

siswa yang bersangkutan untuk meraih prestasi yang lebih tinggi, maka guru

mengadakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan terhadap

mata pelajaran Bahasa Indonesia pada diri siswa dengan mencoba menggunakan

metode demonstrasi dan latihan.

4
C. Rumusan Masalah

Atas dasar temuan permasalahan tersebut penulis dapat merumuskan masalah

dalam pembelajaran yaitu:

“Apakah dengan metode demonstrasi dan latihan dapat meningkatkan kelancaran

membaca siswa Kelas II SD Inpres Binanga 1 Kabupaten Mamuju pada Semester

genap Tahun Pelajaran 2022/2022?

D. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan:

“Untuk mengetahui penggunaan metode demonstrasi dan latihan terhadap

peningkatan kelancaran membaca siswa Kelas II SD Inpres Binanga 1 Kabupaten

Mamuju pada Semester genap Tahun Pelajaran 2022/2022”.

E. Manfaat Penelitian

Hasil pelaksanaan penelitian penggunaan metode demonstrasi dan latihan

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas II, khususnya pada materi membaca ini

akan memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan/instansi di bawah ini:

1. Bagi Guru

Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas menggunakan metode

demonstrasi dan latihan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, guru sedikit

demi sedikit mempunyai keinginan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa

khususnya ketrampilan membaca. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi

baik oleh guru maupun siswa sedikit demi sedikit dapat diatasi dengan

penanaman materi yang benar. Guru juga mempunyai metode baru dalam

menyajikan materi yang berhubungan dengan membaca.

5
2. Bagi Siswa

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa yang bermasalah di kelas II

SD Inpres Binanga 1 Kabupaten Mamuju dalam meningkatkan pemahamannya

terhadap Mata Pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi Membaca.

Keberhasilan peningkatan pemahaman tersebut dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa khususnya ketrampilan membaca.

3. Bagi Sekolah

Setelah keberhasilan penelitian ini yaitu penerapan metode demonstrasi dan

latihan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, akan memberikan sumbangan

yang baik pada sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di dalam

kegiatan belajar di kelas.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Teori

Pengertian Belajar

Pengertian belajar sangat kompleks, sehingga tidak dapat dikatakan

dengan definisi yang pasti mengenai belajar. Definisi belajar tergantung pada

sudut pandang para ahli yang mendefinisikan. Adapun definisi para ahli antara

lain adalah sebagai berikut :

Winkel (1991:36) menjelaskan bahwa, “Belajar adalah suatu aktifitas

mental/psikis yang berlangsung dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan

nilai sikap. Perubahan itu bersifat konstan dan berbekas”. Conny Semiawan

(1992:2) mengatakan bahwa, “Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri

individu, berkat adanya interaksi antara individu dan individu dan lingkungan”.

Nasution (1992:3) berpendapat bahwa, “Belajar adalah aktifitas yang

menghasilkan perubahan pada diri yang berlajar baik aktual maupun potensial.

Perubahan itu pada dasarnya berupa kemampuan baru, yang berlaku dalam

waktu yang relatif lama. Perubahan itu terjadi karena usaha”.

Menurut ketiga pendapat di atas dapat penulis ung/kapkan bahwa belajar

adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku baru pada diri

seseorang baik yang berupa aktual maupun potensial yang diperoleh dari

interaksi antara individu dan lingkungannya yang berupa perubahan

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap yang bersifat konstan dan

berbekas yang berlaku dalam waktu relatif lama.

7
Sedangkan menurut Djauzak Ahmad (1994:2) berpendapat bahwa,

“Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri

individu yang sedang belajar baik potensial maupun ekternal”. Sedangkan

menurut Ngalim Purwoko (1997:84), mengatakan bahwa “belajar adalah suatu

stimulus bersama dengan isi ingatan pengetahuan siswa sedemikian rupa

(performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi tadi”.

Dimyati Mahmud (1989:121-122) menyatakan bahwa, “belajar adalah suatu

perubahan tingkah laku baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat

diamati secara langsung dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman”.

Menurut ketiga pendapat tersebut dapat penulis ungkapkan bahwa belajar

adalah suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri

individu baik ingatan, pengatahuan baik yang dapat diamati maupun tidak dapat

diamati secara langsung dikarenakan oleh pengalaman.

Sesuai dengan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

kegiatan yang dilakukan individu untuk menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa

yang dipelajari, sehingga individu merasa puas dengan hasil yang diperoleh

melalui kegiatan tersebut.

Dari pengertian-pengertian tentang belajar tersebut di atas, terlihat bahwa

belajar merupakan aktifitas yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Belajar akan membawa perubahan pada diri individu yang sedang belajar.

b. Pada prinsipnya perubahan tersebut diperoleh dari kemampuan baru yang

terjadi dalam waktu yang relatif lama dan berbekas.

c. Perubahan itu terjadi karena pengalaman atau latihan.

d. Belajar merupakan interaksi aktif antara individu dengan lingkungan.

e. Belajar suatu stimulus bersama dengan isi ingatan dan pengetahuan.

8
Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa

mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Belajar merupakan usaha

yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk

mengubah perilakunya. Dengan demikian hasil dari kegiatan belajar adalah

berupa perubahan perlaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.

Jadi sebagai pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar

adalah terjadinya perubahan pada diri orang tersebut. Perubahan perilaku

tersebut misalnya dapat berupa : dari tidak tahu sama sekali menjadi samara-

samar, dari kurang mengerti menjadi mengerti, dll. Jadi perubahan sebagai hasil

kegiatan belajar dapat berupa aspek kognitif, psikhomotor maupun efektif.

Menurut Asosiasi Teknologi Pendidikan (AECT) sumber belajar adalah

semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan untuk

memberikan fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar meliputi

pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan lingkungan/latar.

Ditinjau dari tipe atau asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan

menjadi :

a. Sumber belajar yang dirancang yaitu sumber belajar yang memang sengaja

dibuat untuk tujuan pembelajaran. Sumber belajar semacam ini sering disebut

bahan pembelajaran. Contohnya adalah :buku pelajaran, modul, program

audio, dan lain-lain.

b. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan tidak secara

khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan,

dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya: pejabat

pemerintah, tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, dll.

9
2.Hakekat Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusia, material, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk

mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1955:57). Untuk itu jika dilihat dari kondisi

pembelajaran maka pendidikan formal harus mampu memaksimalkan peluang

bagi murid, untuk berlangsungnya interaki yang hakiki, bukan sekedar

menyampaikan pengetahuan dan membentuk ketrampilan saja. Bila proses

menyampaikan pengetahuan dan membentuk keterampilan saja yang

dipergunakan maka akan menurunkan kualitas pembelajaran.

Pengertian belajar adalah merupakan aktivitas yang dilakukan setiap

orang sejak masa kanak-kanak sampai dewasa atau menjadi orang tua. Banyak

pengertian, kutipan-kutipan pendapat dari ahli pendidikan, penulis-penulis,

definisi-difinisi tentang belajar antara lain sebagai berikut:

Menurut Nasution (1986:45) dikemukakan bahwa “Belajar adalah

menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan”. Pendapat Brophy dan

Good yang dikutip Ngalim Purwanto (1997:30) dikemukakan bahwa balajar

adalah suatu perkembangan dari hubungan baru sebagai hasil dari suatu

pengalaman.

Dengan demikian belajar bukan hanya tingkah laku yang nampak, tetapi

terutama adalah proses yang terjadi secara internal di dalam diri individu dalam

usahanya memperoleh hubungan baru yang berupa reaksi dan perangsang.

Belajar akan membawa suatu perubahan yang tidak hanya berkaitan dengan

penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga bentuk kecakapan, ketrampilan,

sikap, pengertian, harga diri dan minat.

10
Dari difinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan

tingkah laku yang diperoleh karena adanya usaha yang disengaja yang berupa

pengalaman atau reaksi situasi.

Berdasarkan uraian di atas, pembelajarn adalah suatu proses mengatur

lingkungan agar terjadi interaksi antara murid dengan lingkungannya.

Lingkungan yang terlalu besar memberi rangsangan dapat mengakibatkan murid

menjadi tergantung, sehingga kurang membangkitkan kreativitas murid. Murid

akan menjadi kurang percaya pada diri sendiri. Sedangkan lingkungan yang

terlalu kecil atau kering dari rangsangan menyebabkan anak kuran memiliki

motivasi belajar. Pada gilirannya anak akan menyalurkan energi dan

menggunakan waktu luangnya untuk kegiatan-kegiatan diluar kegiatan

pembelajaran.

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah satu pelajaran yang sangat pentig di Sekolah

Dasar, pembelajaran ini nantinya sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari

(Departemen P dan K, 1993:3). Maka pembelajaran di sekolah tingkat bawah

dibutuhkan suatu kejelian dan kesungguhan menguasai pembelajaran Bahasa

Indonesia.

Bahasa merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan umat

manusia. Bahasa merupakan seperangkat ajaran yang bermakna. Bahasa

merupakan seperangkat ajaran yang bermakna, bahasa alat komunikasi antar

anggota masyarakat yang berupa lambang bunyi yang bermakna yang dihasilkan

oleh alat ucap manusia.

11
Sebelum anak-anak mulai bersekolah, mereka belajar bahasa dengan mengamati

orang-orang di sekitarnya.mereka menggunakan bahasa dalam situasi yang

alami. Ketika anak memasuki sekolah, guru- guru mengembangkan

pembelajaran bahasa dengan menciptakan suasana yang membuat anak-anak

melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan bahasa baik

lisan maupun tertulis.

Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat ucap

manusia, dengan Bahasa Indonesia guru harus bisa dan mampu menanamkan

rasa senang agar anak didik terangsang dan terdorong untuk mempelajari Bahasa

Indonesia. Anak didik berantusias aktif dan kreatif penuh gagasan maju untuk

balajar Bahasa Indonesia. Seorang guru hendaknya pandai-pandai

menyampaikan atau menstransfer bahan ajar dengan berbagai metode

pembelajaran. Guru juga dapat memberikan variasi metode pembelajaran.

Dengan metode pembelajaran yang bervariasi diharapkan siswa tidak jenuh dan

mampu memahami materi yang disampaikan.

12
4. Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia

Interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bersifat interaktif

dari berbagai komponen untuk mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran.

Menurut Bloom dalam Suprayeksi (2003:4), belajar secara umum dapat

diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan

lingkungan. Proses perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi

ada yang sengaja direncanakan dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena

proses kematangan. Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan

perilaku ini disebut dengan proses belajar.

Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang

relatif konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan perilaku ini merupakan hasil

belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

Hasil belajar ranah kognitif berorientasi kepada kemampuan berpikir,

mencakup kemampuan yang lebih sederhana sampai dengan kemampuan untuk

memecahkan suatu masalah. Hasil belajar ranah afektif berhubungan dengan

perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau

penolakan terhadap sesuatu. Sedangkan hasil belajar ranah psikomotirk

berorientasi kepada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota

tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.

Interaksi yang diupayakan guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas,

memposisikan hubungan antara guru dengan siswa atau sebaliknya, dan

hubungan siswa dengan siswa.

13
Berdasarkan paparan ini, interaksi diartikan sebagai hubungan timbal

balik. Hubungan itu tidak bersifat sepihak, bahwa guru merupakan satu-satunya

subyek. Siswa dapat juga sebagai subyek belajar. Artinya, ada kalanya guru

mendominasi proses interaksi, ada kalanya siswa mendominasi proses interaksi,

dan ada kalanya guru maupun siswa berinteraksi secara seimbang.

Guru, siswa, dan materi merupakan tiga unsur utama yang terlibat

langsung dalam proses ini agar tujuan pembelajaran tercapai. Berdasarkan hal

tersebut maka dalam penelitian ini guru memandang perlunya suatu metode

untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, dimana siswa

dianggap kurang mempunyai minat terhadap Bahasa Indonesia.

Adapun langkah yang ditempuh oleh guru yaitu dengan membentuk

kelompok untuk bermain peran pada dongeng yang telah diceritakan guru secara

lisan. Selain itu siswa diberi teks secara sederhana untuk dibaca dan dipahami.

Selama permainan peran berlangsung siswa yang lain menyimak dan menulis

dongeng yang sedang diperankan oleh teman mereka di depan kelas. Diharapkan

dengan metode ini interaksi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas dapat

berjalan dengan lancar antara guru dan murid yang pada akhirnya akan

meningkatkan prestasi belajar siswa.

5. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan format interaksi belajar-mengajar yang

sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses, atau prosedur

yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian

siswa.

14
Tujuan dan fungsi metode demonstrasi, adalah :

a. Mengajarkan suatu tindakan, proses, atau prosedur ketrampilan-ketrampilan

fisik/motorik.

b. Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan para

siswa secara bersama-sama.

c. Mengkonkretkan informasi yang disajikan kepada para siswa:

Langkah-langkah penggunaan metode demontrasi adalah :

Persiapan pemakaian metode demonstrasi, meliputi :

1) Mengkaji kesesuaian metode terhadap tujuan yang akan dicapai

2) Analisis kebutuhan peralatan untuk demonstrasi

3) Mencoba peralatan dan analisis kebutuhan waktu

4) Merancang garis-garis besar demonstrasi

Pelaksanaan pemakaian metode demonstrasi, meliputi :

1) Mempersiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan untuk demonstrasi

2) Memberikan pengantar demonstrasi untuk mempersiapkan para siswa

mengikuti demonstrasi, berisikan penjelasan tentang prosedur dan

instruksi keamanan demonstrasi

3) Memeragakan tindakan, proses atau prosedur yang disertai penjelasan,

ilustrasi dan pertanyaan.

Tindak lanjut pemakaian metode demonstrasi, meliputi :

1) Diskusi tentang tindakan, proses atau prosedur yang baru saja

didemonstrasikan

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba melakukan segala

hal yang telah didemonstrasikan.

15
Kelebihan dan kelemahan metode demontrasi

1) Kelebihan :

a) Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap

penting oleh pengajar sehingga siswa dapat menangkap hal-hal yang

penting. Perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses

belajar, tidak tertuju kepada hal lain.

b) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan

hanya membaca atau mendengarkan keterangan guru. Sebab siswa

memperoleh persepsi yang jelas dari hasil pengamatannya.

c) Bila siswa turut aktif melakukan demonstrasi, maka siswa akan

memperoleh pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapan

dan ketrampilan.

d) Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan siswa akan dapat

dijawab waktu mengamati proses demonstrasi.

2)Kelemahan :

a) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang teliti dan

penerapannya memerlukan waktu yang lama

b) Demonstrasi menuntut peralatan yang ukurannya memungkinkan

pengamatan secara tepat oleh siswa pada saat digunakan.

c) Demonstrasi mempersyaratkan adanya kegiatan lanjutan berupa

peniruan oleh para siswa terhadap hal-hal yang didemonstrasikan.

d) Persiapan yang kurang teliti akan menyebabkan siswa melihat suatu

tindakan, proses atau prosedur yang didemonstrasikan tidak sesuai

dengan keadaan sebenarnya.

16
Upaya mengatasi kelemahan metode demontrasi:

a) Ciptakanlah suasana yang sebaik mungkin agar minat dan hasrat ingin

tahu dari murid-murid dapat ditumbuhkan dan diarahkan pada kegiatan

demonstrasi.

b) Buatlah demonstrasi itu sedemikian rupa agar murid dengan mudah

dapat mengikuti dan pada waktu-waktu tertentu dapat mengulangi

sendiri.

c) Usahakan supaya waktu penyelenggaraan demonstrasi itu tidak terlalu

panjang untuk menghindarkan para murid dari rasa bosan dan hilang

kesabarannya dalam mengikuti serta melihat hasilnya.

d) Lakukanlah suatu diskusi pendek dengan murid agar mereka benar-

benar mengerti apa yang telah didemonstrasikan.

e) Adakanlah evaluasi atau langkah-langkah yang telah dilakukan selama

demonstrasi. Apakah semuanya sudah sesuai dengan apa yang

direncanakan dan cukup dimengerti oleh murid.

6. Metode Drill (latihan)

a. Pengertian

Pengertian metode drill (latihan) menurut E. Kumasna F. (1985 :204)

adalah suatu pola mengajar dalam bentuk siswa melakukan kegiatan-

kegiatan untuk memperoleh ketrampilan sesuatu.

b. Tujuan dan Fungsi

1) Dapat membina pengetahuan dan ketrampilan yang kokoh

2) Mengembangkan nilai psikomotorik

3) Mampu membina spsialisasi pengetahuan dan ketrampilan

(Nana Sidjana, 1991:211)

17
c. Langkah-langkah

Langkah-langkah metode drill menurut E. Kumasna F (1985:2005) adalah :

1) Merumuskan spesifikasi kerja

2) Menjabarkan spesifikasi kerja ke dalam stimulus dan respon

3) Menetapkan stimulus dan respon

4) Mengulang dan membakukan stimulus respon

d. Kelebihan dan Kelemahan

Menurut Nana Sidjana, (1991:212) Metode drill mempunyai

kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan

1) Bahan yang diberikan secara teratur, tidak loncat-loncat dan step by step

akan lebih melekat pada diri anak dan benar-benar menjadi miliknya.

2) Adanya pengawasan, bimbingan dan koreksi yang segera diberikan oleh

guru memungkinkan murid untuk segera melakukan perbaikan terhadap

kesalahan-kesalahannya. Dengan demikian juga akan menghemat waktu

belajarnya.

3) Pengetahuan atau ketrampilan siap yang telah terbentuk sewaktu-waktu

dapat dipergunakan dalam keperluan sehari-hari, baik untuk keperluan

studi maupun untuk bekal hidup di masyarakat kelak.

Kelemahan

1) Dapat membentuk kebiasaan yang kaku. Respon yang terbentuk secara

otomatis akan mempengeruhi tindakan yang bersifat irrational, rutin serta

tidak menggunakan akal.

2) Menimbulkan adaptasi mekanis terhadap lingkungannya. Di dalam

menghadapi masalah, siswa menyelesaikan secara statis.

18
3) Menimbulkan verbalisme. Respon terhadap stimulus yang telah terbentuk

dengan latihan itu akan berakibat kurang digunakannya rasio sehingga

inisiatif pun terhambat.

4) Latihan yang terlampau berat akan menimbulkan perasaan benci, baik

kepada mata pelajaran maupun kepada gurunya.

5) Latihan yang dilakukan dengan pengawasan ketat dan dalam suasana

yang serius mudah sekali menimbulkan kebosanan dan kejengkelan.

Akhirnya anak enggan berlatih dan malas atau mogok belajar.

Upaya mengatasi

Upaya untuk mengatasi kelemahan menurut E. Kumasna F,

(1985:206) adalah :

1) Oleh karena masalah kebosanan sangat mengahantui penerapan metode

ini, maka harus diusahakan agar ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang

dilatihkan benar-benar bermakna, menarik minat dan dirasakan sebagai

suatu kebutuhan oleh siswa.

2) Latihan yang dibina guru hendaknya tidak hanya bersifat verbalistis atau

mekanistis, tetapi juga diberikan “reasoning” nya, mengapa, bagaimana

dan untuk apa latihan itu diselenggarakan dengan cara yang ditempuh.

3) Waktu dan frekwensi latihan sebaiknya dikembangkan dengan selalu

memperhatikan kemampuan daya tahan fisik dan kejiwaan dari pihak

yang dilatih.

4) Hindarkan proses latihan dari situasi dan kondisi yang menegangkan dan

penuh keterpaksaan. Sebaliknya harus diusahakan adanya suasana yang

menyenangkan, menggairahkan dan penuh kedamaian.

5) Bimbingan yang bersifat individual seringkali sangat diperlukan dalam

suatu proses latihan karena kemampuan dan ketrampilan tiap individu

nampak berbeda dan masalah yang muncul juga berlainan.

19
Kerangka Berpikir

Untuk lebih mempermudah dalam peneliatian ini, maka dibuat kerangka

berpikir sebagai berikut :

Guru Siswa
Kondisi Awal Siswa belum lancer
Pembelajaran dengan
dalam membaca
menggunakan metode

konvensional

Siklus 1
Guru
Tindakan
Pembelajaran

menggunakan metode
Siklus 2
demonstrasi dan latihan

Peningkatan ketrampilan
Kondisi Akhir membaca dalam pelajaran

Bahasa Indonesia

Gambar 1. Kerangka Pikir

Berdasarkan gambar kerangka pikir di atas, diketahui bahwa pada kondisi

awal pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada Materi Membaca, hasil

evaluasi siswa menunjukkan prestasi yang rendah. Hal ini dikarenakan guru belum

menggunakan metode pembelajaran yang benar. Guru hanya menggunakan metode

konvesional.

20
Untuk mengatasi rendahnya ketrampilan membaca siswa, maka dilakukan

Penelitian Tindakan Kelas dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan

menggunakan metode demonstrasi dan latihan. Penelitian dilakukan sebanyak dua

siklus yaitu siklus I dan siklus II.

Dengan diadakannya dua siklus dalam penelitian tindakan kelas ini

diharapkan ketrampilan membaca siswa akan semakin meningkat dan memenuhi

kriteria ketuntasan belajar.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan permasalahan dan uraian tersebut di atas dapat diambil

hipotesis permasalahan sebagai berikut :

“Penggunaan metode demonstrasi dan latihan dapat meningkatkan kelancaran

membaca siswa Kelas II SD Inpres Binanga 1 Kabupaten Mamuju pada Semester

genap Tahun Pelajaran 2022/2022”.


21

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subyek Penelitian

1. Tempat

Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di Kelas II Sekolah Dasar Inpres Binanga

1 Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.

2. Waktu

Perbaikan pembelajaran berlangsung mulai tanggal 2 Maret sampai dengan 1

April 2016.

Tabel.1

Jadwal Perbaikan Pembelajaran

No Hari/tanggal Kelas Jam Ke Mata Pelajaran Siklus Keterangan

Bahasa
1 Rabu, 14 Maret 2022 II 1 s/d 2 I
Indonesia
Bahasa
2 Rabu, 28 Maret 2022 II 1 s/d 2 II
Indonesia

B. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran

Prosedur pelaksanaan pembelajaran guru didampingi teman sejawat yang bertugas

mengamati proses kegiatan belajar dan mengisi data atau lembar observasi. Prosedur

pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan yaitu :

22
1. Merencanakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran

Rencana perbaikan merupakan sebuah persiapan mengajar yang harus dibuat

sebelum pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang

disajikan oleh guru harus memperbaiki hal-hal sebagai berikut :

a. Penyampaian materi pelajaran dibuat dengan variasi

b. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan kesiapan

intelektual siswa

c. Mengatur suasana kelas yang kondusif agar siswa siap belajar

d. Menyiapka media pembelajaran berupa gambar dan lingkungan

2. Instrumen

Instrumen pelaksanaan perbaikan pembelajaran terdiri dari :

a. Guru

b. Murid

c. Materi perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia

d. Media pembelajaran : gambar dan benda-benda yang ada di sekitar kita

3. Teman sejawat

Teman sejawat yang di pilih oleh guru merupakan teman seprofesi yang dipilih

untuk membantu merekam atau mengamati pembelajaran yang sedang

dilaksanakan.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran terdiri dari dua siklus yaitu :

23
a. Siklus I dengan kegiatan :
1) Kegiatan Awal

Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal yaitu :

a) Sebelum proses pembelajaran, guru mengelola kelas sehingga kelas

menjadi kondusif

b) Doa bersama

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan tugas anak dalam

kegiatan pembelajaran

d) Guru memberikan motivasi pada siswa dalam menjawab pertanyaan

2) Kegiatan Inti

Proses selajutnya adalah inti dari pelaksanaan pembelajaran dengan

kegiatan :

a) Guru mendemonstrasikan cara membaca yang benar

b) Siswa mendemonstrasikan cara membaca dengan benar.

c) Siswa berlatih membaca sesuai dengan lembar kerja yang diberikan

guru.

Kegiatan Akhir

Proses selanjutnya adalah akhir dari kegiatan yaitu :

a) Siswa dan guru melakukan refleksi

b) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi

yang belum jelas.

c) Guru mengumumkan hasil demonstrasi siswa dalam membaca.

d) Guru memberikan tindak lanjut perbaikan bagi siswa yang

mendapatkan nilai di bawah 75 serta pengayaan bagi siswa yang


24
memperoleh nilai 75 ke atas sebagai pekerjaan rumah.

b. Siklus II dengan kegiatan :


Prosedur pelaksanaan dalam siklus II yang dilakukan adalah :

1) Kegiatan Awal

Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan kegiatan awal yaitu :

a) Sebelum proses pembelajaran, guru mengelola kelas sehingga kelas

menjadi kondusif

b) Doa bersama

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan tugas anak dalam

kegiatan pembelajaran

d) Guru memberikan motivasi pada siswa dalam menjawab pertanyaan

2) Kegiatan Inti

Proses selajutnya adalah inti dari pelaksanaan pembelajaran dengan

kegiatan :

a) Guru mendemonstrasikan cara membaca.

b) Siswa mendemonstrasikan cara membaca dengan benar.

c) Siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang ejaan suatu bacaan.

d) Siswa mengerjakan lembar kerja secara kelompok dengan teman

sebangku.

e) Siswa bergantian satu persatu maju ke depan untuk

mendemosntrasikan sesuai latihan kelompok.

f) Guru memberi penguatan kepada siswa yang telah selesai


25
mendemonstrasikan bacaannya.

Kegiatan Akhir

Proses selanjutnya adalah akhir dari kegiatan yaitu :

a) Siswa dan guru melakukan refleksi

b) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi

yang belum jelas.


e) Guru mengumumkan hasil demonstrasi siswa.

f) Guru memberikan tindak lanjut perbaikan bagi siswa yang

mendapatkan nilai di bawah 75 serta pengayaan bagi siswa yang

memperoleh nilai 75 ke atas sebagai pekerjaan rumah.

1. Pengamatan

Dari hasil pengamatan observasi mengatakan bahwa hasil dari siklus I masih

banyak kekurangannya sehingga pada siklus II guru mengadakan perbaikan

sebagai berikut :

a. Sebelum proses pembelajaran, guru mengelola kelas sehingga kelas menjadi

kondusif

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan tugas anak dalam kegiatan

pembelajaran

c. Guru mengadakan tanya jawab tentang materi membaca.

d. Guru memberikan motivasi pada siswa dalam menjawab pertanyaan

e. Guru menggunakan alat peraga secara maksimal

f. Guru membagi waktu dengan tepat sehingga latihan yang diberikan dapat

dibahas

g. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran

26
2. Refleksi

Berdasarkan pengamatan dan hasil studi dengan teman sejawat sebagai

observer maka pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada

siklus I masih banyak kekurangan yang antara lain adalah :

a. Kurang adanya interaksi antara murid dengan murid yang lain

b. Murid kurang tertarik dengan metode pelajaran yang digunakan guru


Secara garis besar perbaikan pembelajaran ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Permasalahan Pelaksanaan Tindakan II Pengolahan Data II


KBM Observasi

Rencana Tindakan Rencana Tindakan II Hal Unik

Pelaksanaan Tindakan Refleksi I


I KBM Pengamatan

Refleksi Hasil Pengolahan Data

Gambar 2.Alur perbaikan pembelajaran

Permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya penguasaan mata

pelajaran Bahasa Indonesia pada diri siswa, kegiatan khusus menjadi perhatian

dalam pembelajaran adalah penggunaan metode demonstrasi dan latihan.

Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk merangsang siswa agar terlibat aktif

dalam pembelajaran dan menambah wawasan serta pengalaman siswa dalam


27
pengembangan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan berani

mendemosntrasikan cara siswa membaca. Metode latihan digunakan untuk

melatih siswa agar berlatih secara terpadu sampai ia dapat membaca dengan

lancar.

Seperti yang digambarkan dalam bagan di atas bahwa dalam pelaksanaan

perbaikan pembelajaran pada siklus I belum tercapai karena masih banyak

kekurangan-kekurangan yang dilakukan oleh guru seperti yang telah diuraikan di


atas. Tetapi dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II guru

berusaha menutup kekurangan- kekurangan pada siklus I dalam pelaksanaan

perbaikan siklus II.

C. Hal-hal yang Unik

Dalam perbaikan pembelajaran ini akan dicatat dan diamati segala yang

terjadi selama penelitian termasuk hal-hal unik dalam pembelajaran. Hal-hal unik

yang terjadi pada pembelajaran yaitu segala sesuatu yang terjadi di luar skenario

perbaikan pembelajaran.

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengamatan / Pengumpulan Data

Setiap tindakan baik pada sebelum tindakan (pra siklus), dilanjutkan dengan

siklus I dan siklus II dicatat agar diperoleh hasil yang diharapkan. Adapun temuan

dalam pembelajaran dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:

Tabel. 2
Nilai Sebelum Perbaikan dan Sesudah Perbaikan Pembelajaran
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas II SD Inpres Binanga 1
Kecamatan Budong-budong Kabupaten Mamuju
No Nama Siswa Pra Siklus Sesudah Perbaikan
Siklus I Siklus II
1 RAEDA 50 60 75
2 SANRA DEWI 55 60 80
3 A.SALWA .A 70 85 90
4 FAJRIANSYAH 72 80 90
5 NURMAYANI 30 50 60
6 ADWAUL WAFI BS. 35 70 80
7 DENDI PRAWIRA 50 75 80
8 ASWIN SAPUTRA 40 60 75
9 CHAERUL ARJA 80 95 100
10 MUH.ALIF SUHINDRA 60 70 75
11 MUH.RESKI RANDIKA 60 75 85
12 MUH.FAREL ADIPUTRA 50 75 75
13 MUH.FATRIADI 30 50 60
14 ARDILLAH DIMITRI 60 80 100
15 ALIF RAKA AR 50 60 75
16 ALFARESA 80 80 90
17 PUTRI SALSA BILAH 80 90 100
18 NANDA 60 75 80
19 MARSELLAH 73 90 95
20 TIARA WULANDARI 60 75 80
Jumlah 1.145 1.455 1.645
Rata-rata 57,25 72,75 82,25

29
Tabel. 3
Penguasaan Materi Anak
Sesudah Perbaikan
No Nama Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Nilai rata-rata 57,25 72,75 82,25
2 Nilai tertinggi 80 90 100
3 Nilai terendah 30 50 60
4 Daya serap 25% 60% 90%

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dijelaskan perolehan data sebagai berikut :


1. Pada masa pra siklus nilai rata-rata adalah 57,25. Siswa yang mendapat nilai di

atas 75 sebanyak 3 siswa atau 15% dan yang mendapat nilai 75 ke bawah

sebanyak 15 siswa atau 75%.

2. Pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 72,75. Siswa yang mendapat

nilai 75 ke atas sebanyak 12 siswa atau 60% dan yang mendapat nilai di bawah

75 sebanyak 8 siswa atau 40%.

3. Pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 82,5. Siswa yang mendapat

nilai 75 ke atas sebanyak 18 siswa atau 90% dan yang mendapat nilai di bawah

75 sebanyak 2 siswa atau 10%.

B. Temuan (Hasil yang Diperoleh)

1. Kondisi Awal (Pra Siklus)

Dalam pos tes yang diadakan sebelum perbaikan (pra siklus) siswa Kelas

II SD Inpres Binanga 1 Kabupaten Mamuju mengalami kesulitan dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam materi membaca, dimana rata-

rata nilai yang dicapai adalah 57,25 jauh di bawah nilai KKM yang telah

ditetapkan yaitu 75. Kondisi ini sangat merisaukan pihak sekolah, khususnya

guru kelas II karena rendahnya prestasi di bidang Bahasa Indonesia sehingga

berpengaruh pada persiapan pada ulangan umum kenaikan kelas.

30
Penguasaan Pokok Bahasan sebelum perbaikan pembelajaran (pra siklus)

adalah :

Tabel. 4
Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Membaca Kelas II SD Inpres Binanga 1
Kabupaten Mamuju
Sebelum Perbaikan (Pra Siklus)
No Nama Siswa Pra Siklus

1 RAEDA 50
2 SANRA DEWI 55
3 A.SALWA .A 70
4 FAJRIANSYAH 72
5 NURMAYANI 30
6 ADWAUL WAFI BS. 35
7 DENDI PRAWIRA 50
8 ASWIN SAPUTRA 40
9 CHAERUL ARJA 80
10 MUH.ALIF SUHINDRA 60
11 MUH.RESKI RANDIKA 60
12 MUH.FAREL ADIPUTRA 50
13 MUH.FATRIADI 30
14 ARDILLAH DIMITRI 60
15 ALIF RAKA AR 50
16 ALFARESA 80
17 PUTRI SALSA BILAH 80
18 NANDA 60
19 MARSELLAH 73
20 TIARA WULANDARI 60
Jumlah 1.145
Rata-rata 57,25

Berdasarkan tabel 4 tersebut di atas diperoleh data sebagai berikut :

Nilai rata-rata : 57,25

Nilai tertinggi : 80

Nilai terendah : 30

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia Materi Membaca adalah 75. Siswa yang belum memenuhi KKM (<

75) adalah sebanyak 15 siswa atau 75% sedangkan yang sudah memenuhi KKM

(> 75) adalah sebanyak 5 siswa atau 25%. Dengan demikian tingkat ketuntasan

siswa masih kurang dari 75% sehingga memerlukan tindakan perbaikan

pembelajaran agar tingkat ketuntasan


31 siswa dalam Materi Membaca dapat
meningkat.

Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 30 dan nilai tertinggi adalah

80. Berdasarkan hal tersebut dapat dibuat sebaran frekuensi skor hasil belajar

Bahasa Indonesia pada Materi Membaca yang dibagi ke dalam lima interval

kelas, yaitu :

Tabel. 5
Sebaran Frekuensi Skor Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Membaca Siswa
Kelas II SD Inpres Binanga 1 Kabupaten Mamuju
Pra Siklus
No Nilai Jumlah Siswa Persentase
1 26 s/d 35 3 30%
2 36 s/d 45 1 25%
3 46 s/d 55 5 5%
4 56 s/d 65 5 10%
5 66 s/d 75 3 30%
6 76 s/d 85 3 30%
Jumlah 20 100%
Adapun hasil dari proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada kondisi

awal sebelum siklus (pra siklus) dapat dilihat pada diagram batang sebagai

berikut :

Diagram Batang Pra Siklus

20
: Tuntas
15 : Tidak
Ju Tuntas
ml
ah 10
Si
s 5(25%) 5(25%)
w 5 3(15%) 3(15%) 3(15%)
a 1(5%)

0
26 s/d 35 36 s/d 45 46 s/d 55 56 s/d 65 66 s/d 75 76 s/d 85

Rentang Nilai
32

Gambar. 3. Diagram Batang Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pra Siklus

Keterangan:

Berdasarkan diagram batang pada gambar 3 dapat dijelaskan bahwa siswa yang

mendapatkan nilai 26 s/d 35 sebanyak 3 anak atau 15%; 36 s/d 45 sebanyak 1

anak atau 5%; siswa yang mendapatkan nilai 46 s/d 55 sebanyak 5 anak atau

25%; siswa yang mendapatkan nilai 56 s/d 65 sebanyak 5 anak atau 25%; siswa
yang mendapatkan nilai 66 s/d 75 sebanyak 3 anak atau 20%, dan siswa yang

mendapatkan nilai 76 s/d 85 sebanyak 3 anak atau 20%. Siswa yang tuntas 3

anak dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 17 anak.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Pada kondisi awal sebelum diadakan perbaikan (pra siklus) siswa

Kelas II SD Inpres Binanga 1 Kabupaten Mamuju pada semester genap tahun

pelajaran 2015/2016 yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM)

sebanyak 3 anak atau 15% sedangkan 17 siswa atau 85% tidak dapat

memenuhi KKM. Adapun kriteria keberhasilan tindakan apabila telah KKM


33
mencapai 75% dari seluruh jumlah siswa.

Melihat rendahnya prestasi belajar siswa ini maka diadakan perbaikan

pembelajaran dengan Siklus I untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa

Indonesia pada Materi Membaca dengan menggunakan metode demonstrasi

dan latihan dengan langkah sebagai berikut :

1) Mempersiapkan perangkat pembelajaran

2) Mengelola kelas sehingga menjadi kondusif

3) Mendemonstrasikan konsep membaca di hadapan siswa.

4) Membentuk kelompok, yaitu satu bangku satu kelompok, siswa diberi

latihan membaca.

5) Siswa mendemonstrasikan membaca di depan kelas, siswa yang lainnya

latihan di bangkunya masing-masing secara kelompok.

6) Menilai hasil demonstrasi siswa.

7) Refleksi

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan penelitian yaitu melaksanakan kegiatan perbaikan

pembelajaran pada Materi Membaca. Selama kegiatan perbaikan

pembelajaran berlangsung diadakan pengamatan.


Berdasarkan dokumentasi pelaksanaan siklus I pada Materi Membaca

diperoleh hasil sebagai berikut :

34

Tabel. 6
Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Membaca Siswa Kelas II SD Inpres
Binanga 1 Kabupaten Mamuju Siklus I
No Nama Siswa Pra Siklus

1 RAEDA 60
2 SANRA DEWI 60
3 A.SALWA .A 85
4 FAJRIANSYAH 80
5 NURMAYANI 50
6 ADWAUL WAFI BS. 70
7 DENDI PRAWIRA 76
8 ASWIN SAPUTRA 60
9 CHAERUL ARJA 95
10 MUH.ALIF SUHINDRA 70
11 MUH.RESKI RANDIKA 76
12 MUH.FAREL ADIPUTRA 76
13 MUH.FATRIADI 50
14 ARDILLAH DIMITRI 80
15 ALIF RAKA AR 60
16 ALFARESA 80
17 PUTRI SALSA BILAH 90
18 NANDA 76
19 MARSELLAH 90
20 TIARA WULANDARI 76
Jumlah 1.460
Rata-rata 73

Berdasarkan table. 6 tersebut di atas diperoleh data sebagai berikut :

Nilai rata-rata : 73

Nilai tertinggi : 90
Nilai terendah : 50

35
Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 90.

Berdasarkan hal tersebut dapat dibuat sebaran frekuensi skor hasil belajar

Bahasa Indonesia pada Materi Membaca sebagai berikut :

Tabel. 7
Sebaran Frekuensi Skor Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Membaca Siswa
Kelas II SD Inpres Binanga 1 Kabupaten Mamuju Siklus I
Siklus I
No Nilai Jumlah Siswa Persentase
1 46 s/d 55 2 10%
2 56 s/d 65 4 20%
3 66 s/d 75 2 10%
4 76 s/d 85 9 45%
5 86 s/d 95 3 15%
Jumlah 20 100%

Adapun hasil dari proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I

dapat dilihat pada diagram batang sebagai berikut :


Diagram Batang Siklus I

20

15
: Tuntas
Juml 9(45%)
ah 10 : Tidak
Sisw Tuntas
a 4(20%)
5 2(10%) 3(15%)
2(10%)

0
46 s/d 55 56 s/d 65 66 s/d 75 76 s/d 85 86 s/d 95

Rentang Nilai

Gambar. 4 Diagram Batang Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siklus I

36

Keterangan:
Berdasarkan diagram batang pada gambar 4 di atas dapat dijelaskan bahwa
siswa yang mendapatkan nilai 46 s/d 55 sebanyak 2 anak atau 10%; siswa
yang mendapatkan nilai 56 s/d 65 sebanyak 4 anak atau 20%; siswa yang
mendapatkan nilai 66/d 75 sebanyak 2 anak atau 10%; siswa yang
mendapatkan nilai 76 s/d 85 sebanyak 9 anak atau 45%; dan siswa yang
mendapatkan nilai 86 s/d 95 sebanyak 3 anak atau 15%. Siswa yang tuntas
sebanyak 12 anak dan yang tidak tuntas sebanyak 8 anak.

c. Refleksi
Pada Siklus I terjadi peningkatan prestasi belajar Bahasa Indonesia
Materi Membaca. Dimana sebelum perbaikan rata-rata yang dicapai adalah
57,5 meningkat menjadi 73. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia Materi Membaca adalah 75. Siswa yang belum
memenuhi KKM (< 75) adalah sebanyak 8 siswa atau 40% sedangkan yang
sudah memenuhi KKM (> 75) adalah sebanyak 12 siswa atau 60%.
Dengan demikian tingkat ketuntasan siswa masih kurang dari 75% sehingga
memerlukan tindakan perbaikan pembelajaran agar tingkat ketuntasan siswa
dalam Materi Membaca dapat meningkat.
Berdasarkan perbaikan Siklus I terjadi peningkatan hasil belajar,
dimana pada Pra Siklus yang tidak memenuhi KKM sebanyak 17 siswa pada
Siklus I berkurang menjadi 8 siswa. Tetapi peningkatan ini belum diikuti
dengan tingkat Ketuntasan Minimal yaitu 75 % dari seluruh siswa sehingga
Siklus I dianggap gagal. Kegagalan ini dikarenakan guru belum melibatkan
siswa untuk aktif secara maksimal. Untuk menyikapi hal ini, maka peneliti
mengadakan perbaikan pembelajaran Siklus II agar pembelajaran Bahasa
Indonesia dapat tuntas di atas 75%.

37
3. Siklus II

a. Perencanaan

Setelah diadakan perbaikan dengan siklus I pada pembelajaran Bahasa

Indonesia Materi Membaca siswa Kelas II SD Inpres Binanga 1 Kabupaten

Mamuju, diperoleh hasil bahwa siswa yang memenuhi KKM sebanyak 12

siswa atau 60% sedangkan 8 siswa atau 40% tidak dapat memenuhi KKM.

Sesuai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu lebih besar dari 75%

Dengan melihat kenyataan ini maka diadakan perbaikan pembelajaran

dengan Siklus II untuk meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia Materi

Membaca dengan menggunakan metode demonstrasi dan latihan dengan

langkah sebagai berikut :

1) Mempersiapkan perangkat pembelajaran

2) Mengelola kelas sehingga menjadi kondusif


3) Guru mendemonstrasikan konsep membaca di hadapan siswa.

4) Membentuk kelompok, yaitu satu bangku satu kelompok, siswa diberi

latihan membaca.

5) Siswa mendemonstrasikan membaca di depan kelas, siswa yang lainnya

latihan di bangkunya masing-masing secara kelompok.

6) Menilai hasil demonstrasi siswa.

7) Memberi penguatan bagi siswa yang telah mendemonstrasikan materi di

depan kelas.

8) Refleksi

b. Pelaksanaan Tindakan 38

Tindakan penelitian yaitu melaksanakan kegiatan perbaikan

pembelajaran pada Materi Membaca dengan metode demonstrasi dan latihan.

Selama kegiatan berlangsung diadakan pengamatan pada pelaksanaan

perbaikan pembelajaran.

Berdasarkan dokumentasi pada Siklus II maka penguasaan Materi

Membaca setelah diadakan demosntrasi siswa maju ke depan secara individu

diperoleh data sebagai berikut :

Tabel. 8
Hasil Belajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Membaca Siswa Kelas II
SD Inpres Binanga 1 Kabupaten Mamuju
No Nama Siswa Siklus 2

1 RAEDA 76
2 SANRA DEWI 80
3 A.SALWA .A 90
4 FAJRIANSYAH 90
5 NURMAYANI 60
6 ADWAUL WAFI BS. 80
7 DENDI PRAWIRA 80
8 ASWIN SAPUTRA 76
9 CHAERUL ARJA 100
10 MUH.ALIF SUHINDRA 75
11 MUH.RESKI RANDIKA 85
12 MUH.FAREL ADIPUTRA 76
13 MUH.FATRIADI 60
14 ARDILLAH DIMITRI 100
15 ALIF RAKA AR 77
16 ALFARESA 90
17 PUTRI SALSA BILAH 100
18 NANDA 80
19 MARSELLAH 95
20 TIARA WULANDARI 80
Jumlah 1.650
Rata-rata 82,5

Berdasarkan table. 8 tersebut di atas diperoleh data sebagai berikut :


Nilai rata-rata : 82,5
Nilai tertinggi : 100
39
Nilai terendah : 60
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia Materi Membaca adalah 75. Siswa yang belum memenuhi KKM (<

75) adalah 2 siswa atau 10%, sedangkan yang telah memenuhi KKM

sebanyak 18 siswa atau 90% Dengan demikian tingkat ketuntasan siswa sudah

lebih dari 75% sehingga tindakan perbaikan pembelajaran siklus II dalam

Materi Membaca dapat meningkat telah berhasil.

Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60 dan nilai tertinggi

adalah 100. Berdasarkan hal tersebut dapat dibuat sebaran frekuensi skor

hasil belajar Bahasa Indonesia pada Materi Membaca sebagai berikut :

Tabel. 9
Sebaran Frekuensi Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Membaca Siswa
Kelas II SD Inpres Binanga 1 Kabupaten Mamuju Siklus II
Siklus II
No Nilai Jumlah Siswa Persentase
1 60 s/d 69 2 10%
2 70 s/d 79 5 25%
3 80 s/d 89 6 30%
4 90 s/d 100 7 35%
Jumlah 20 100%

Adapun hasil dari proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus II

dapat dilihat pada diagram batang sebagai berikut :

Diagram Batang Siklus II

20

15 40

Juml 7(35%)
ah 10
Sisw 6(30%)
: Tuntas
a 5(25%)
5
2(10%) : Tidak
Tuntas
0
60 s/d 69 70 s/d 79 80 s/d 89 90 s/d 100

Rentang Nilai

Gambar. 5 Diagram Batang Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siklus II

Keterangan:
Berdasarkan diagram batang pada gambar. 5 dapat dijelaskan bahwa siswa
yang mendapatkan nilai 60 s/d 69 sebanyak 2 anak atau 10%; siswa yang
mendapatkan nilai 70 s/d 79 sebanyak 5 anak atau 25%; siswa yang
mendapatkan nilai 80 s/d 89 sebanyak 6 anak atau 30%; dan siswa yang
mendapatkan nilai 90 s/d 100 sebanyak 7 anak atau 35%. Siswa yang tuntas
sebanyak 18 anak dan yang tidak tuntas sebanyak 2 anak.

c. Refleksi
Pada Siklus II ini hasil prestasi belajar terdapat 2 siswa atau 10% yang
mendapat nilai di bawah KKM yang ditetapkan, sedangkan 18 siswa atau 90%
siswa telah memenuhi KKM. Karena pada Siklus II ini tingkat ketuntasan
siswa melebihi indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 75%, maka siklus II
dinyatakan telah berhasil.

41
4. Pengamatan Proses Belajar Mengajar

Disamping data prestasi siswa, temuan lainnya adalah adanya

peningkatan kualitas pembelajaran selama dua siklus. Data ini dibuat oleh

observer setelah mengamati proses belajar mengajar dengan cara mengisi format

pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam hal ini untuk mengetahui

sejauh mana guru mempunyai ketrampilan dasar mengajar. Perbaikan

pembelajaran pada intinya sebagai upaya lebih meningkatkan profesional guru

dalam proses belajar mengajar.

Di bawah ini adalah hasil nilai pengamatan kualitas pembelajaran yang

dilakukan oleh observer:

Tabel. 10

Hasil Pengamatan Observasi Ketrampilan Dasar Mengajar Guru


Siklus I dan Siklus II

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas/Semester : II / genap
Tahun Pelajaran : 2022/2022
Format Observasi : Ketrampilan Dasar Mengajar Guru
No Aspek yang Diobservasikan Siklus I Siklus II
A B C A B C
1 Ketrampilan mengelola kelas √ √
2 Ketrampilan bertanya √ √
3 Ketrampilan menggunakan √ √
metode dan media
4 Ketrampilan Menjelaskan √ √
5 Ketrampilan membuka dan √ √
menutup pelajaran
6 Ketrampilan membimbing √ √
diskusi kelompok kecil
Dari data di atas dapat diketahui bahwa kualitas pembelajaran dalam

pelajaran Bahasa Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

ketrampilan guru dalam mengajar dari kategori B dan C pada siklus I meningkat

menjadi kategori A pada siklus II. 42

Adapun kekurangan pada siklus I adalah dalam hal membimbing diskusi

dengan nilai C, sedangkan yang mendapat nilai B adalah ketrampilan mengelola

kelas, ketrampilan bertanya, ketrampilan menggunakan metode dan ketrampilan

membuka dan menutup kelas. Pada siklus II semua aspek yang diobservasikan

dalam mengajar sudah mendapatkan nilai A.

5. Hal-hal yang Unik

Selama perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode

demonstrasi dan latihan terjadi hal-hal yang unik, yaitu antara lain :

a. Kehadiran guru lain sebagai observer pada saat pelaksanaan pembelajaran

menimbulkan perubahan suasana kelas. Adanya rasa tegang pada siswa dan

penuh tanda tanya karena berbeda dari biasanya, Tetapi setelah kegiatan

belajar mengajar di mulai seluruh siswa mencoba mengkondisikan dirinya

untuk memfokuskan pada pelajaran. Selain itu siswa kelihatan sangat

antusias dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa sangat aktif

dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

b. Siswa sangat antusias dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia,

khususnya saat guru menawarkan kepada siswa untuk maju

mendemonstrasikan membaca bacaan. Para siswa berebut ingin segera maju

dengan menunjukkan jari sehingga suasana agak gaduh.


C. Pembahasan

Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat maka pembelajaran yang

dilaksanakan sudah menunjukkan kemajuan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

keberhasilan siswa yang dapat menguasai materi pelajaran Bahasa Indonesia lebih

dari 75%. Disamping itu juga terdapat kemajuan dalam hal prestasi belajar dimana

nilai siswa dari pra siklus ke siklus I,43dan dari siklus I ke siklus II, nilai evaluasi

selalu meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut :

Tabel. 11
Perkembangan Hasil Evaluasi Belajar Bahasa Indonesia Materi Membaca Siswa
Kelas II SD Inpres Binanga 1 Kabupaten Mamuju
Kondisi Awal Setelah Perbaikan
No Uraian (Pra Siklus) Pembelajaran
Siklus I Siklus II
1 Nilai terendah 30 50 60
2 Nilai tertinggi 80 95 100
3 Nilai Rata-rata 57,2 73 82,25

Berdasarkan tabel.11 tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa terjadi

peningkatan yang signifikan setiap siklus, dimana nilai terendah dapat naik dari

kondisi awal = 30; siklus I = 50; dan siklus II: 60. Nilai tertinggi juga mengalami

kenaikan dari pra siklus = 80, siklus I = 95 dan siklus II = 100. Rata-rata kelas juga

mengalami kenaikan yang signifikan yaitu dari kondisi awal = 57,2; pada siklus I =

73; dan siklus II = 82,25.

Peningkatan kualitas pembelajaran yang diperoleh siswa berdasarkan dari

nilai yang diperoleh setelah diadakannya evaluasi pada setiap siklus mengalami

peningkatan yang ditandai dengan meningkatnya nilai setiap siswa dalam

demonstrasi membaca di depan kelas.

Adapun rekapitulasi pengelompokan ketuntasan siswa dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia dan prosentasenya dapat dilihat pada table. 3 sebagai berikut :
44

Tabel. 12
Rekapitulasi Ketuntasan Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Siswa Kelas II SD Inpres Binanga 1 Kabupaten Mamuju
Kriteria Pra Siklus Siklus I Siklus II
N Persen N Persen N Persen

Tuntas 3 25% 12 60% 18 90%


Nilai > 75

Tidak Tuntas 17 75% 8 40% 2 10%


Nilai < 75

Jumlah 20 100% 20 100% 20 100%

Keterangan :
N : Jumlah siswa

Berdasarkan table. 12 di atas maka dapat disajikan diagram batang untuk

membandingkan tingkat ketuntasan siswa sebelum perbaikan (pra siklus), siklus I,

dan siklus II dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi Membaca kelas II

SD Inpres Binanga 1 Kabupaten Mamuju sebagai berikut :


Perbandingan Tingkat Ketuntasan Siswa
Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
100%

90%
18(90%) Tuntas

80% 17(85% Tidak


Tuntas
70%
Pers 12(60%)
enta60%
see50%
8(40%)
40%

30%

20% 3(15%)
2(10%)
10%

0%
Pra Siklus Siklus I Siklus II

Gambar. 6 Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Pembelajaran Bahasa


Indonesia Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Dari gambar.6 di atas dapat dijelaskan bahwa pada proses pembelajaran

Bahasa Indonesia pada kelas II dengan materi membaca, setelah diadakan evaluasi

diperoleh hasil yang tidak memuaskan dimana sebanyak 17 siswa atau 85% siswa

tidak tuntas sebagaimana Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan

yaitu < 75. Sedangkan yang mempunyai nilai 75 ke atas sebanyak 3 siswa atau 15%.

Untuk itu diadakan perbaikan pembelajaran dengan siklus I dengan

menggunakan media gambar dan lingkungan. Hasil siklus I adalah sebanyak 12 siswa

atau 60% tuntas, sedangkan 8 siswa atau 40% siswa tidak tuntas. Hal ini berarti ada

peningkatan terhadap ketuntasan belajar siswa. Tetapi peningkatan ini belum seperti

yang diharapkan yaitu di atas 75% dari jumlah siswa. Untuk meningkatkan prestasi

belajar siswa kelas II maka diadakan lagi perbaikan pembelajaran dengan siklus II.

Hasil yang dicapai adalah sebanyak 18 siswa atau 90% tuntas dan 2 siswa

atau 10% siswa tidak tuntas. Hal ini berarti ada peningkatan terhadap ketuntasan

46
belajar siswa. Peningkatan ini sudah seperti yang diharapkan yaitu di atas 75% dari

jumlah siswa. Kriteria ketuntasan 90% yang berada di atas 75% ini menandakan

bahwa perbaikan pembelajaran pada siklus II telah berhasil.

Berdasarkan temuan pada penelitian ini maka perkembangan pra siklus,

siklus I dan siklus Ii dapat diterangkan sebagai berikut :

1. Penguasaan materi Bahasa Indonesia sebelum diadakan perbaikan pembelajaran

(pra siklus)

a. Siswa yang tuntas dalam pembelajaran adalah 3 dari 20 siswa atau 15%.

b. Siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran adalah 17 dari 20 siswa atau

85%.

2. Penguasaan materi Bahasa Indonesia sesudah diadakan perbaikan pembelajaran

pada siklus I

a. Siswa yang tuntas dalam pembelajaran adalah 12 dari 20 siswa atau 60%.

b. Siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran adalah 8 dari 20 siswa atau

40%.

3. Penguasaan materi Bahasa Indonesia sesudah diadakan perbaikan pembelajaran

pada siklus II

a. Siswa yang tuntas dalam pembelajaran sebanyak 18 dari 20 siswa atau 90%.

b. Siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran adalah 2 dari 20 siswa atau

10%.

Berdasarkan hasil penelitian sampai pada Siklus I dan Siklus II, maka

hipotesis penelitian yang mengatakan bahwa, “Penerapan metode demonstrasi dan

latihan untuk meningkatkan kelancaran membaca siswa kelas II SD Inpres Binanga

1 Kabupaten Mamuju pada Semester genap Tahun Pelajaran 2022/2022”, terbukti

kebenarannya.

47
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dari perbaikan pembelajaran yang telah

dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan :

1. Perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia pada Materi Membaca dengan

menggunakan metode demonstrasi dan latihan dengan siklus I dan siklus II

dimaksudkan agar siswa terus menerus berlatih dan berani untuk tampil ke depan

membaca di hadapan teman-temannya. Dengan metode demonstrasi guru

diharapkan dapat memberikan konsep yang benar pada materi membaca yang

sedang diajarkan.

2. Hasil penelitian: Pra siklus: Siswa yang tuntas dalam pembelajaran adalah 3 dari

20 siswa atau 15% dan yang tidak tuntas dalam pembelajaran adalah 17 dari 20

siswa atau 85%. Pada siklus I: Siswa yang tuntas dalam pembelajaran adalah 12

dari 20 siswa atau 60% dan siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran adalah 8

dari 20 siswa atau 40%. Pada siklus II: Siswa yang tuntas dalam pembelajaran

sebanyak 18 dari 20 siswa atau 90%. Siswa yang tidak tuntas adalah 2 dari 20

siswa atau 10%. Pada siklus II ketuntasan di atas 75% sehingga perbaikan

pembelajaran telah berhasil.

3. Berdasarkan hasil penelitian sampai pada Siklus II, maka hipotesis penelitian

yang mengatakan bahwa, “Penerapan Metode Demonstrasi Dan Latihan Dapat

Meningkatkan Kelancaran Membaca siswa kelas II SD Inpres Binanga 1

Kabupaten Mamuju Pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2022/2022”, terbukti

kebenarannya.

48
B. Saran

Saran yang penulis ajukan sehubungan dengan metode meningkatkan

penguasaan materi pelajaran Bahasa Indonesia kepada siswa adalah :

1. Hendaknya digunakan metode yang bervariasi sesuai dengan materi pelajaran.

Penggunaan metode yang monoton, misalnya metode ceramah saja secara terus

menerus akan membuat siswa jenuh dan tidak memperhatikan pelajaran.

2. Dalam pembelajaran hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran.

3. Guru hendaknya mengadakan latihan-latihan yang terpadu agar siswa cepat

lancar dalam membaca.

49
DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zaenal. (1990). Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung :


Remadja Rosda Karya

Choiriyah, Siti (2006). Acuan Pengayaan Bahasa Indonesia. Solo : Sindhunata

Elizabeth B. Hurlock. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Gelora Aksara


Pratama.

Gredler, Margaret E. Ball, (1991). Belajar dan Membelajarkan, Jakarta : Rajawali

Nur Fajariyah. Arif Rasyid, (2007). Cerdas Berhitung Bahasa Indonesia. Surakarta :
Grahadi.

Rusmiyati, dkk (2004). Bahasaku Bahasa Indonesia 2. Jakarta : Bumi Aksara.

Suryadi, Didi. (1997). Alat Peraga dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta : Ditjen
Dikdasmen D2 Karunika UT.

Sriwilujeng, Dyah dkk (2006). Buku Kerja Bahasa Indonesia 2b. Jakarta : PT.Erlangga.

Purwati, dkk (2004). Bina Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta : PT Erlangga.

UU No. 2 Tahun 1989. Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Winkel. W.S (1987). Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia


50

Anda mungkin juga menyukai