Anda di halaman 1dari 41

Xn mnbabnPENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN

PENGALAMAN PRIBADI MELALUI METODE CERITA BERANTAI


PADA SISWA KELAS VII G SEMESTER 1 SMP NEGERI 1 SUKOMORO
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DISUSUN OLEH:
N A R I, S.Pd
NIP. 19640814 199412 1 002

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAGETAN


SMP NEGERI 1 SUKOMORO
TAHUN 2012

i
LEMBAR PENGESAHAN

Penelitian Tindakan Kelas ini telah diperiksa dan diterima serta


disahkan oleh kepala SMP Negeri 1 Sukomoro.

Disyahkan di : Sukomoro
Pada tanggal :

Kepala SMP Negeri 1 Sukomoro Penulis

Dra. RETNO POERWANINGSIH, M.Pd. N A R I, S. Pd


NIP. 19610730 198803 2 003 NIP. 196408141994121002

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan atas

Rahmatnya penulis dapat menyelesaikan penulisan PTK ini.

Penulis menyadari bahwa pada PTK ini masih banyak kekurangan-

kekurangan atau dapat juga dikatakan masih jauh dari sempurna, baik ditinjau dari

segi sistematika tulisan dan tata bahasa, karena itulah penulis senantiasa

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis yakin dari

kekurangan itu masih ada sedikit harapan untuk memberikan sumbangan kepada

dunia pendidikan, khususnya pelaksanaan pembelajaran

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan PTK ini terutama kepada

berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu dalam penulisan PTK ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan PTK ini masih banyak

kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan penulisan tugas akhir selanjutnya.

Akhirnya, penulis berharap PTK ini bermanfaat bagi penulis khususnya

dan pembaca pada umumnya.

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i


Lembar Pengesahan ......................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
Bab. I Pendahuluan ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan ......................................................................................... 3
D. Manfaat ....................................................................................... 4
Bab. II Kajian Pustaka ................................................................................... 5
A. Berbicara ..................................................................................... 5
B. Pengertian Bercerita ................................................................... 8
C. Pengalaman Pribadi .................................................................... 11
D. Metode Pembelajaran Ceria Berantai ......................................... 11
E. Hipotesis tindakan ...................................................................... 14
Bab. III Metode Penelitian .............................................................................. 15
A. Rancangan Penelitian ................................................................. 15
B. Subjek Penelitian ........................................................................ 18
C. Instrumen Penelitian ................................................................... 18
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 19
E. Teknik Analisi Data .................................................................... 19
Bab. IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ...................................................... 20
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 20
1. Kondisi Awal ....................................................................... 20
2. Siklus I ................................................................................. 21
3. Siklus II ............................................................................... 23

iv
B. Pembahasan ................................................................................... 26
Bab. V Kesimpulan dan Saran ....................................................................... 29
A. Kesimpulan ................................................................................... 29
B. Saran ............................................................................................. 30
Daftar Pustaka .................................................................................................. 31
Lampiran

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan formal

di sekolah yang di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen

pembelajaran. Komponen-komponen itu dapat dikelompokkan ke dalam

tiga kategori utama yaitu guru, isi atau materi pembelajaran dan siswa.

Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan

prasara, seperti metode pembelajaran, media pembelajaran dan penataan

lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang

memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

Dengan demikian, guru memegang peranan sentral dalam proses

pembelajaran.

Pada awal proses pembelajaran peran guru bisa lebih aktif. Guru

memberikan pengetahuan yang dibutuhkan siswa dengan mengemukakan

pendapat, bertanya, menjelaskan, memberikan contoh yang akan dipelajari

siswa. Selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

aktif dan berpartisipasi secara nyata menerapkan apa yang telah

dipelajarinya dari guru dengan bertanya, berpendapat, mengerjakan tugas,

berlatih atau mencoba.

Di bagian lain pembelajaran bahasa Indonesia yang menekankan

pada aspek berbicara, menyimak, membaca dan menulis menuntut adanya

kreatifitas dan kemampuan yang baik dalam pengelolaan pembelajaran.

1
Siswa merasa tidak cepat bosan, tetapi justru semakin tertarik dan

mempunyai keinginan untuk lebih mendalami materi yang disampaikan.

Menceritakan Pengalaman Pribadi merupakan bagian dari aspek

berbicara, yang membutuhkan ketrampilan dan latihan. Ketrampilan

bercerita seseorang dipengaruhi beberapa faktor antara lain Lingkungan

pembelajar, referensi bacaan dan pengalaman. Unsur-unsur tersebut harus

didukung dengan latihan-latihan, sehingga dapat mengasah kemampuan

untuk bercerita

Dilain pihak kemampuan siswa untuk bercerita sangat kurang,

karena aspek berbicarapun juga masih rendah.

Hal ini dapat dilihat dari kondisi SMP Negeri 1 Sukomoro.

Pembelajaran bercerita dalam bahasa Indonesia masih banyak terbentur

pada kemampuan siswa untuk menghafal isi sebuah wacana, Sekaligus

untuk membuat kesimpulan dari wacana tersebut. Hal ini dapat dilihat dari

hasil pembelajaran dari Kompetensi Dasar Menceritakan Pengalaman

Pribadi, untuk siswa kelas VII G dimana rata-rata kemampuan siswa

masih rendah.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin meneliti kelas 9A terhadap

permasalahan rendahnya kemampuan menceritakan Pengalaman Pribadi

tersebut diatas . Untuk meningkatkan kemampuan ini, digunakan metode

Cerita Berantai. Dengan demikian, judul penelitian yang diangkat adalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN

PENGALAMAN PRIBADI MELALUI METODE CERITA

2
BERANTAI PADA SISWA KELAS VII G SEMESTER 1 TAHUN

PELAJARAN 2012/2013 DI SMP NEGERI 1 SUKOMORO

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah

penelitian ini sebagai berikut:

Bagaimanakah cara meningkatkan kemampuan menceritakan pengalaman

pribadi melalui metode cerita berantai siswa Kelas VI G semester 1 tahun

pelajaran 2012/2013 di SMP Negeri 1 Sukomoro?

C. Tujuan Penelian

1. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan menceritakan pengalaman pribadi melalui

metode cerita berantai siswa kelas VII G semester 1 tahun pelajaran

2012/2013 di SMP Negeri 1 Sukomoro.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menceritakan pengalaman

pribadi dengan berpedoman pada pemilihan kata dan keefektifan

kalimat.

b. Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan metode

cerita berantai dalam mengatasi kesulitan menceritakan

pengalaman pribadi

3
D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Siswa

Meningkatnya kemampuan siswa dalam menceritakan pengalaman

pribadi dengan berpedoman pada pemilihan kata dan keefektifan

kalimat.

b. Bagi Guru

Meningkatknya kemampuan guru dalam menggunakan metode cerita

berantai untuk mengatasi kesulitan bercerita siswa.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Berbicara

1. Pengertian Berbicara

Menurut Tarigan, (1987:15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan

bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan

serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tujuan utama berbicara

adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi dapat mempersatukan individu-

individu ke dalam kelompok-kelompok dengan jalan menyampaikan konsep-

konsep umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang

membedakannya dari kelompok-kelompopk lain, dan menetapkan suatu

tindakan tersebut, serta tidak akan dapat bertahan lama jika tidak masyarakat-

masyarakat bahasa.

Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada

kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada

masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari Tarigan,

(1981:3).

1.1 Berbicara Sebagai Suatu Cara Berkomunikasi

Manusia adalah mahluk sosial, dan tindakannya yang pertama dan

yang paling penting adalah tindakan sosial, suatu tindakan tempat saling

mempertukarkan pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran,

saling mengutarakan perasaan, atau saling mengekspresikan serta menyetujui

5
suatu pendirian atau keyakinan. Oleh karena itu maka didalam tindakan sosial

haruslah terdapat elemen-elemen yang umum, yang sama-sama di setujui dan

dipahami oleh sejumlah orang yang merupakan suatu masyarakat. Untuk

menghubungkan anggota masyarakat maka diperlukan komunikasi Tarigan,

(1981:8).

Anderson (dalam Tarigan, 1981: 9) mengemukakan adanya 8 prinsip dasar,

yaitu:

1. Bahasa adalah suatu sistem

2. Bahasa adalah vokal (bunyi ujaran)

3. Bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka (arbity symbols)

4. Setiap bahasa bersifat unik, bersifat khas

5. Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan

6. Bahasa adalah alat berkomunikasi

7. Bahasa berhubungan dengan kebudayaan tempat berada

8. Bahasa itu berubah-ubah.

Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu perbuatan-perbuatan atau

tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur yang mengandung maksud dan

tujuan. Komunikasi bukan merupakan suatu kejadian, peristiwa, sesuatu yang

terjadi, komunikasi adalah sesuatu yang fungsional, mengandung maksud dan

dirancang untuk menghasilkan beberapa efek atau akibat pada lingkungan para

penyimak dan para pembaca. Brown (dalam Tarigan, 1981:10-11).

Halliday (dalam Tarigan, 1981:11) mengemukakan adanya tujuh jenis

fungsi bahasa, yaitu:

6
1. Fungsi instrumental bertindak untuk menggerakkan serta

memanipulasikan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu

terjadi.

2. Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan dari bahasa merupakan

pengawasan terhadap peristiwa-peristiwa.

3. Fungsi repersentasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat

pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan,

menjelaskan atau melaporkan dalam pengertian “menggambarkan” realitas

yang terlihat oleh seseorang.

4. Fungsi interaksional bahasa bertindak untuk menjamin pemeliharaan

sosial. Malinowski mempergunakan istilah “phatic communion” yang

mengacu kepada kontak komunikatif antara sesama manusia yang semata-

mata mengizinkan mereka mendirikan kontak sosial serta menjaga agar

saluran-saluran komunikasi itu tetap terbuka, merupakan bagian dari

fungsi interaksional bahasa.

5. Fungsi personal membolehkan seorang pembicara menyatakan perasaan,

emosi, kepribadian, reaksi-reaksi yang terkandung dalam hati sanubarinya.

6. Fungsi heuristik melibatkan bahasa yang dipergunakan untuk memperoleh

pengetahuan, mempelajari lingkungan. Fungsi-fungsi neuristik sering kali

disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut

jawaban. Fungsi neuristik ini dalam pertanyaan-pertanyaan “mengapa”

mengenai dunia sekeliling mereka.

7
7. Fungsi imajinatif bertindak untuk menciptakan sistem-sistem atau

gagasan-gagasan imajiner. Mengisahkan cerita-cerita dongeng, membuat

lelucon-lelucon, atau menulis novel merupakan kegiatan yang

mempergunakan fungsi imajinatif bahasa.

Ketujuh fungsi bahasa yang ditelusuri serta dirangkumkan oleh Halliday itu

kita sebut dengan istilah sapta guna bahasa.

1.2 Batasan dan Tujuan Berbicara

Ujaran (Speech) merupakan suatu bagian yang integral dari

keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang

pembicara, kontak-kontak sosial dan pendidikannya.

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi

atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan

pikiran, gagasan dan perasaan Tarigan, (1981:15).

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikas. Agar dapat

menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogyanyalah sang pembicara

memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.

B. Pengertian Bercerita

Bercerita diartikan sebagai:

1) Sebuah tutur yang melukiskan suatu proses terjadinya suatu peristiwa

secara panjang lebar.

2) Karangan yang menyajikan jalannya kejadian-kejadian atau peristiwa.

8
3) Suatu lakon yang diwujudkan dalam pertunjukan seperti drama,

sandiwara, film dan sebagainya.

Berdasarkan pada Kamus Bahasa Indonesia di atas, maka dapat

dimengerti bahwa cerita itu merupakan tutur atau tuturan, yaitu uraian atau

gambaran atau deskripsi dari suatu peristiwa atau kejadian. Seperti

dongeng tentang Roro Mendut yang menggambarkan proses terjadinya

Candi Mendut.

Cerita juga dipandang sebagai suatu karangan, hal ini

menunjukkan bahwa cerita itu disusun atau di buat oleh seseorang.

Karangan tersebut bisa jadi disajikan secara tertulis maupun secara lesan.

Karangan dalam cerita berisi tentang kejadian atau peristiwa, baik

peristiwa alam maupun kejadian yang dialami manusia.

Peristiwa atau kejadian yang disusun tersebut, bisa jadi disajikan dalam

bentuk pertunjukan yang bisa ditonton. Sehingga cerita tidak hanya bisa

dinikmati dalam bentuk tuturan yang disimak dalam bentuk tulisan

maupun lesan, tetapi juga dapat dinikmati dalam bentuk sajian permainan

peran seperti sandiwara, drama, sinetron, wayang dan sebagainya.

Sementara menurut Abdul Aziz Abdul Majid (2001:8) cerita

merupakan salah satu bentuk dari seni sastra yang bisa dibaca atau

didengar. Sebagai salah satu bentuk kesenian, maka cerita memiliki

keindahan dan dapat dinikmati. Pada umumnya cerita bisa menimbulkan

kesenangan baik pada anak-anak maupun orang dewasa.

9
Berdasarkan pada pendapat Abdul Majid di atas, maka dapat dikatakan

bahwa cerita merupakan karangan yang termasuk dalam kategori seni

sastra. Karangan tersebut dapat disampaikan secara tertulis yang dapat

dibaca maupun secara lesan yang dapat didengar oleh penyimak.

Sedang menurut Heri Hidayat (2003) cerita merupakan tuturan,

yaitu upaya mendeskripsikan atau menggambarkan terjadinya suatu

peristiwa. Di samping itu cerita juga dipandang sebagai karangan, yaitu

upaya menuturkan perbuatan, kejadian, pengalaman dan lain-lain baik

berupa kisah nyata (peristiwa yang benar-benar terjadi) maupun rekaan

(bukan kisah nyata). Maka dapat dikatakan bahwa cerita itu bisa jadi

peristiwa yang benar-benar terjadi ataupun peristiwa yang dikarang, bukan

peristiwa yang sebenarnya Cerita yang bukan peristiwa yang sebenarnya

biasa disebut dengan dongeng.

Jika cerita disebut sebagai suatu karangan, bercerita dapat dikatakan

sebagai menyampaikan karangan. Menurut Heri Hidayat (2003) bercerita

dikatakan sebagai aktivitas menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang

perbuatan, pengalaman atau suatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi

maupun hasil rekaan. Bercerita dikatakan sebagai menuturkan, yaitu

menyampaikan gambaran atau deskripsi suatu kejadian.

Menurut Abdul Majid (2001:9) bercerita berarti menyampaikan

cerita kepada pendengar atau membacakan cerita bagi mereka. Dari

batasan yang dikemukakan oleh Abdul Majid ini menunjukkan paling

tidak ada 3 komponen dalam bercerita, yaitu: (1) pencerita, orang yang

10
menuturkan atau menyampaikan cerita, cerita dapat disampaikan secara

lesan maupun tertulis; (2) cerita atau karangan yang disampaikan, cerita ini

bisa dikarang sendiri oleh pencerita atau cerita yang telah dikarang atau

ditulis oleh pengarang lain kemudian disampaikan oleh pencerita; (3)

penyimak yaitu individu atau sejumlah individu yang menyimak cerita

yang disampaikan baik dengan cara mendengarkan maupun membaca

sendiri cerita yang disampaikan secara tertulis.

C. Pengalaman Pribadi

Pengalaman Pribadi adalah Peristiwa yang pernah dialami

seseorang dalam kehidupannya. Pengalaman pribadi dapat berupa peristiwa

yang menyenangkan, dapat pula kejadian yang tidak menyenangkan. Setiap

orang dalam fase kehidupannya dapat dipastikan mengalami kejadian yang

salah satu bagiannya dapat direkam dalam memori otak. Sehingga yang

dimaksud pengalaman pribadi dalam penelitian ini adalah salah satu bagian

peristiwa yang dialami untuk diungkapkan dalam bentuk cerita.

D. Metode Pembelajaran Cerita Berantai

Teknik cerita berantai adalah salah satu teknik dalam pengajaran

berbicara yang menceritakan suatu cerita kepada siswa pertama, kemudian

siswa pertama menceritakan kepada siswa kedua, dan seterusnya kemudian

cerita tersebut diceritakan kembali lagi kepada siswa yang pertama,” demikian

11
kata Tarigan (1990) sebagaimana dilansir oleh Tarmizi Ramadhan dalam

webblog (http://tarmizi.wordpress.com/2009/03/08/).

Menurut Tarigan (1990), “Penerapan teknik cerita berantai ini dimaksudkan

untuk membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah

menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi

meningkat.”

Teknik atau metode cerita berantai bisa dimulai dari seorang siswa yang

menerima informasi dari guru, kemudian siswa tadi membisikkan informasi

itu kepada teman lain, dan teman yang telah menerima bisikan meneruskannya

kepada teman yang lain lagi. Begitulah seterusnya. Pada akhir kegiatan akan

dievaluasi, yaitu: siswa yang mana yang menerima informasi yang benar atau

salah. Siswa yang salah menerima informasi tentu akan salah pula

menyampaikan informasi kepada orang lain. Sebaliknya, bisa saja terjadi

informasi yang diterima oleh siswa itu benar tetapi mereka keliru

menyampaikannya kepada teman yang lain. Untuk itu, diperlukan

pertimbangan yang cukup bijak dari guru untuk menilai keberhasilan teknik

cerita berantai ini.

Secara lebih detail dan sistematis, metode cerita berantai yang dikembangkan

oleh Tarigan (1990) tersebut dapat diterapkan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Guru menyusun suatu cerita yang dituliskan dalam sehelai kertas.

2. Cerita itu kemudian dibaca dan dihapalkan oleh siswa.

12
3. Siswa pertama menceritakan cerita tersebut, tanpa melihat teks,

kepada siswa kedua.

4. Siswa kedua menceritakan cerita itu kepada siswa ketiga.

5. Siswa ketiga menceritakan kembali cerita itu kepada siswa

pertama.

6. Sewaktu siswa ketiga bercerita suaranya direkam.

7. Guru menuliskan isi rekaman siswa ketiga di papan tulis.

8. Hasil rekaman diperbandingkan dengan teks asli cerita.

Untuk menerapkannya lebih lanjut teknik cerita berantai dapat ditempuh

langkah-langkah berikut:

1. Guru menyiapkan sehelai kertas yang bertuliskan cerita atau pesan

(kurang lebih satu atau tiga kalimat) yang akan disampaikan kepada

siswa.

2. Pesan yang hendak disampaikan guru menyangkut kejadian-kejadian

yang cukup menarik dan berarti bagi siswa. Misalnya: cara

meningkatkan hasil belajar, penerapan disiplin diri, atau motivasi

belajar.

3. Siswa yang duduk di depan menerima pesan dari guru dan

meneruskannya kepada siswa yang duduk di sebelahnya. Kegiatan ini

dilakukan siswa di depan kelas sambil berdiri.

4. Siswa yang telah menerima pesan meneruskannya kembali kepada

siswa lain. Kegiatan ini dilakukan sampai pada tiga orang siswa saja.

Kemudian siswa ketiga menceritakan isi cerita kepada siswa pertama.

13
5. Guru dan siswa membandingkan isi cerita siswa pertama dan ketiga.

Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan, penggunaan teknik cerita berantai

sebagaimana dilansir oleh Tarmizi Ramadhan dalam webblognya

(http://tarmizi.wordpress.com) ternyata memberikan beberapa manfaat dalam

meningkatkan keterampilan berbicara siswa, antara lain:

1. Pembelajaran berlangsung lebih efektif.

2. Keaktifan siswa lebih meningkat.

3. Terjadi interaksi yang positif antara siswa dengan siswa dan antara

siswa dengan guru.

4. Proses pembelajaran berjalan lebih terarah dan lebih menarik.

Di samping manfaat di atas, penerapan teknik cerita berantai menurut hasil

temuan di lapangan juga memiliki beberapa kendala dan hambatan, seperti:

1. Waktu yang tersedia masih kurang mencukupi.

2. Memerlukan kecermatan dalam memberikan penilaian.

3. Kalimat yang panjang lebih dari tiga kalimat masih sulit untuk

disimak.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas,maka penulis mengajukan hipotesis sebagai

berikut. “Kemampuan siswa dalam menceritakan pengalam pribadi dapat

meningkat, jika diterapkan metode cerita berantai”.

14
BAB III

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini direncanakan dua siklus, dengan rincian kegiatan

sebagai berikut:

1. Siklus 1 dengan tahapan-tahapan yaitu:

a. T ahap perencanaan

Pada tahap perencanaan guru menyiapkan:

RPP menceritakan pengalaman pribadi dengan alokasi waktu 2x40

menit (1 pertemuan) Sumber/ bahan pembelajaran berupa contoh

teks pengalaman pribadi. bacaan yang diambil dari berbagai sumber,

Instrumen penilaian tes dan non tes serta lembar observasi

Kolaborator untuk kegiatan observasi pembelajaran

b. Tahap pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai

berikut:

Pertemuan Ke-1

a. Membuka pembelajaran Menggali informasi pemahaman awal

siswa tentang bercerita dengan tanya jawab

b. Memberi penguatan jawaban atas jawaban siswa tentang

pemahaman bercerita

15
c. Membagikan lembar bacaan kepada siswa dalam kelompok

untuk melatih bercerita

d. Mengevaluasi kemampuan tiap siswa dengan menulis pengalam

pribadi

e. Siswa menentukan gagasan utama setiap bacaan yang telah

dipilih

f. Evaluasi hasil kerja siswa

c. Tahap pengamatan

Kolaborator mengamati saat kegiatan pembelajaran berlangsung

dan mencatat dalam lembar observasi.

d. Tahap refleksi

1. Refleksi dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung oleh

guru dan kolaborator.

2. Guru menyampaikan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran.

3. Kolaborator menyampaikan segala hal yang diamati saat

pembelajaran.

4. Kolaborator menyampaikan masukan untuk memperbaiki

pembelajaran

5. Guru dan kolaborator menyusun rancangan untuk

pembelajaran pada siklus 2

16
2. Siklus 2

Tahapan dan kegiatan siklus 2 dilaksanakan karena ditemukan

beberapa kekurangan dalam pelaksanaan siklus 1. Kegiatan siklus 2

direncanakan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran sesuai

dengan hasil pembelajaran siklus 1.

Tahapan kegiatan pada siklus 2 meliputi:

1) pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai

berikut:

Pertemuan Ke-1

a. Membuka pembelajaran dengan mengingatkan kembali

kegiatan pada pertemuan sebelumnya

b. Memberi petunjuk atas kekurangan pada pertemuan sebelumnya

c. Membagikan lembar bacaan kepada siswa dalam kelompok

untuk melatih bercerita

d. Mengevaluasi kemampuan tiap siswa dengan menulis pengalam

pribadi

e. Siswa menentukan gagasan utama setiap bacaan yang telah

dipilih

f. Evaluasi hasil kerja siswa

2) pengamatan

Kolaborator mengamati saat kegiatan pembelajaran berlangsung

dan mencatat dalam lembar observasi.

17
3) refleksi

a. Refleksi dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung oleh

guru dan kolaborator.

b. Guru menyampaikan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan

pembelajaran.

c. Kolaborator menyampaikan segala hal yang diamati saat

pembelajaran.

d. Kolaborator menyampaikan masukan untuk memperbaiki

pembelajaran

A. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII G semester 1 tahun pelajaran

2012/2013. Kelas VII G berjumlah 39 orang, yang terdiri atas: 18 laki-laki

dan 21 perempuan.

Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Sukomoro, Kecamatan

Sukomoro Kabupaten Magetan.

B. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini antara lain: lembar pengamatan, hasil kerja siswa,

catatan proses pembelajaran.

18
C. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulan dari lembar pengamatan yang dilakukan oleh observer,

hasil kerja siswa yang berupa catatan cerita pengalaman pribadi.

D. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan

siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi dilakukan dengan cara

mengumpulkan hasil kerja siswa berupa teks naskah cerita pengalaman

pribadi . Hasil kerja siswa dikoreksi dan diberi skor sesuai dengan kriteria

yang sudah ditetapkan.

19
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Awal

Kelas VII G SMP Negeri 1 Sukomoro semester I tahun pelajaran

2012/2013 yang menjadi obyek penelitian terdiri dari 18 siswa laki-laki dan

21 siswa perempuan, sehingga jumlah keseluruhan adalah 39 siswa.

Keadaan awal sebelum dilaksanakannya pembelajaran menceritakan

pengalaman pribadi menggunakan metode Cerita Berantai yaitu metode

konvensional dimana proses menceritakan pengalaman pribadi didahului

dengan menulis teks pengalaman pribadi masing-masing siswa kemudian

diungkapkan dalam bentuk cerita. Metode ini dirasa penulis banyak

terdapat kelemahan antara lain :

a. Siswa membutuhkan waktu untuk menulis

b. Untuk tampil satu per satu menimbulkan kejenuhan pada siswa

c. Hasil penilaian menceritakan pengalaman pribadi bersifat subyektif,

artinya asal siswa tampil, maka sudah mendapat nilai baik

Kelemahan-kelemahan diatas terlihat pada pembelajaran membaca

cepat pada tahun pelajaran 2012/2013 semester I. Hasil Menceritakan

Pengalaman Pribadi siswa banyak yang diragukan, artinya siswa yang

penting tampil dan menyampaikan pengalaman pribadinya. Hal inilah yang

20
kemudian mendorong penulis untuk mencari metode dalam pembelajaran

Menceritakan Pengalaman Pribadi

2. Siklus Pertama

Pelaksanaan siklus pertama Menceritakan Pengalaman Pribadi

yang difasilitasi peneliti pada siswa VII G SMP Negeri 1 Sukomoro

dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 1 November 2012, di ruang

Kelas VII G. Pelaksanan pembelajaran ini berpedoman pada RPP siklus

pertama (lampiran 1) yang telah disusun pada fase perencanaan.

2.1 Deskripsi Refleksi Siklus Pertama

a. Komponen yang Perlu Diperbaiki

Pelaksanaan Refleksi dilakukan bersama-sama dengan kedua

observer dengan tujuan untuk menemukan kegiatan-kegiatan yang

perlu diperbaiki serta menetapkan solusinya. Hasil refleksi terhadap

kegiatan pembelajaran pada siklus pertama diperoleh dua komponen

pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakter Menceritakan

Pengalaman Pribadi

Pertama, dalam pembelajaran siswa secara mandiri membuat

naskah cerita pengalaman pribadi yang paling mengesankan, kemudian

dari masing-masing siswa cerita tersebut dibawa kedalam kelompok.

Setiap kelompok pada akhir pembelajaran melaporkan hasil kerja setiap

anggota kelompok. Pada tahapan ini peneliti masih meragukan hasil

kerja mandiri dari masing -masing siswa .

21
Kedua, Dari kelompok akan dipilih satu cerita yang dianggap

paling baik untuk ditampilkan dalam bentuk cerita berantai. Hal ini

berpengaruh terhadap tingkat subyektifitas dalam pemilihan cerita.

b. Solusi yang digunakan

Masalah pertama yang harus dicarikan solusinya adalah Hasil

kerja mandiri siwa masih diragukan, karena siswa masih

memungkinkan untuk membuat naskah cerita, namun tidak orisinill.

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah Peneliti harus

menugaskan penulisan naskah cerita pengalaman pribadi tersebut dalam

kelas dan bukan pekerjaan rumah.

Masalah kedua yang harus dicarikan solusinya adalah Dari

kelompok akan dipilih satu cerita pengalaman pribadi yang dianggap

paling baik untuk ditampilkan dalam bentuk cerita berantai. Hal ini

berpengaruh terhadap tingkat subyektifitas dalam pemilihan cerita

tersebut.

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah peneliti dibantu

observer memberikan rambu-rambu sebuah cerita pengalaman pribadi

dikatakan baik, kepada masing-masing kelompok.

c. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran menceritakan pengalaman pribadi pada siklus pertama

dilakukan perbaikan-perbaikan sebagai berikut.

22
Pertama, Peneliti harus menugaskan penulisan naskah cerita

pengalaman pribadi di dalam kelas . Hal ini dimaksudkan untuk

menghindari manipulasi data.

Kedua, Memberikan rambu-rambu pada masing-masing

kelompok dalam pemilihan naskah cerita pengalaman pribadi, sehingga

tidak terjadi pemilihan naskah yang subyektif.

3. Siklus Kedua

3.1 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus Kedua

Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran menceritakan pengalaman

pribadi dengan menerapkan metode cerita berantai siswa Kelas VII G

semester 1 VII G SMP Negeri 1 Sukomoro pada siklus kedua dilaksanakan

pada hari Senin tanggal 6 Desember 2012 jam pelajaran ke enam, tujuh dan

ke delapan. Pelaksanaan pembelajaran ini berpedoman RPP siklus kedua

(lampiran 2) yang telah disusun dalam fase perencanaan.

a. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan peneliti berkata, “ Anak-anak pada hari ini

kalian akan mempelajari Kompetensi Dasar yang sama dengan minggu

yang lalu, yaitu pembelajaran menceritakan pengalaman pribadi yang

paling mengesankan dengan menggunakan metode cerita berantai. Bapak

mengulangi pembelajaran ini, karena Bapak masih belum puas terhadap

hasil belajar yang kalian peroleh”.

23
“Karena itu, bapak minta agar kalian lebih serius dan teliti dalam

mengerjakan tugas yang telah disediakan nanti. Apakah kalian sudah

siap?”.

Ternyata siswa sangat antuasias untuk memulai pembelajaran dengan

serempak menjawab “Siap”!.

Kemudian peneliti memberikan penjelasan ulang tentang pelaksanaan

kegiatan pada pertemua tersebut, setelah itu siswa mulai berlatih dalam

kelompok.

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti dimulai dengan siswa duduk dalam kelompok masing-

masing. Kemudian tiap kelompok mulai memilih cerita yang akan

ditampilkan secara berantai ke depan kelas. Setelah memilih cerita, setiap

anggota kelompok mulai berlatih membaca isi dari cerita tersebut sekaligus

mendalami inti dari cerita pengalaman pribadi tersebut.

Ternyata pada proses kegiatan ini siswa dalam kelompok sangat siap untuk

mengikuti dan berlatih menggunakan metode ini. Hal ini terbukti 10

kelompok tidak banyak bertanya, tetapi langsung berusaha memanfaatkan

waktu untuk berlatih.

Setelah lima belas menit berjalan, peneliti mulai memanggil kelompok

pertama untuk maju ke depan menceritakan pengalaman pribadi. “Baiklah

24
anak-anak- marilah kita mulai melakukan tes, silakan Kelompok pertama

maju ke depan untuk melaksanakan”. Tidak berapa lama kelompok satu

yang beranggotakan 4 anak maju ke depan. Setelah menyatakan siap,

peneliti menentukan siapa yang akan bercerita pertama kali. Intan yang

pertama kali peneliti tunjuk. Dengan mengawali cerita pengalaman pribadi

yang begitu lancar dan ekpresi wajah yang baik Intan dapat mengawali

cerita yang dipilih kelompok satu. Setelah cerita pembuka selesai, peneliti

menghentikannya, kemudian meminta anggota yang lain untuk

melanjutkan cerita tersebut dengan menunjuk secara acak. Pilihan jatuh

kepada Dena. Dengan lancar pula dia melanjutkan cerita tersebut, hingga

akhirnya semua anggota kelompok satu dapat menyelesaikan dengan baik.

Selesai kegiatan peneliti langsung memanggil kelompok dua. Dengan

semangat kelompok ini maju kedepan. Setelah itu langsung peneliti pilih

secara acak nama anak yang akan menceritakan pengalaman pribadi.

Proses ini terus berlangsung dengan suasana yang begitu menyenangkan,

karena siswa selalu penasaran dengan cerita pengalaman pribadi yang

ditampilkan masing-masing kelompok. Namun demikian pada saat peneliti

memanggil kelompok 5, ternyata salah satu anggotanya yaitu Tutut

Istiqomah, tidak dapat melanjutkan untuk mengikuti kegiatan ini

disebabkan mulai jam pertama kondisinya sakit. Sehingga pada akhir

kegiatan hanya satu siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan tersebut

sampai berakhir.

25
Berdasarkan deskripsi tersebut, maka hasil belajar siswa dalam

menceritakan pengalaman pribadi dengan menggunakan metode cerita

berantai

c. Kegiatn Penutup

Dalam kegiatan penutup peneliti meminta masukan dari setiap siswa

tentang bagaimana manfaat pembelajaran, proses pembelajaran, dan sistem

penilaian yang baru dilakukannyaa sebagai refleksi terhadap pembelajaran.

“ Pak saya merasa senang belajar dengan cara ini, oleh karena itu untuk

selanjutnya saya berharap setiap belajar dengan cara seperti ini”. Ini adalah

pernyataan Adi sambil mengangkat tangannya.

Peneliti menjawab, “ Insya Allah Bapak akan menggunakan cara belajar

seperti ini untuk materi-materi yang memungkinkan. Ada yang mau usul

atau bertanya? Setelah ditunggu beberapa waktu tidak ada yang bertanya

lalu peneliti menutup pembelajaran dengan ucapan terimakasih dan

Wasalamu’alaikum warahmatullahi wabararokatuh.”

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Data yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan menceritakan

pengalaman pribadi adalah data dari hasil tes pada siklus pertama dan

siklus kedua. Karena data tersebut berupa angka, maka teknik pengolahan

data yang digunakan adalah teknik kuantitatif.

26
Teknik kuantitatif yang peneliti gunakan sebagaimana dilakukan dalam

pembelajaran sehari-hari dengan cara sebagai berikut. Pertama, peneliti

membandingkan prosentase ketercapaian setiap tes dari masing-masing

siswa pada siklus kesatu dengan kedua. Kedua, peneliti membandingkan

prosentase ketercapaian seluruh tes dari setiap siswa pada siklus ke satu

dan siklus ke dua.

a. Perbandingan Prosentase Ketercapaian setiap tes

Berikut ini peneliti mengemukakan perbandingan prosentase ketercapaian

tes dari setiap siswa pada siklus kesatu dan kedua.

Berdasarkan skor Tes pencapaian siswa dalam menceritakan pengalaman

pribadi pada siklus I dan II terdapat selisih yang diasumsikan sebagai hasil

peningkatan kemampuan pemahaman terhadap kesesuaian cerita. Pada

siklus I rata-rata kesesuain cerita dalam teks yang dibuat dengan yang

ditampilkan adalah 67,9 sedangkan pada siklus II rata-rata adalah 76,3.

Sehingga terdapat selisih 76,3-67,9= 8,4.

Untuk Keberanian tampil terdapat selisih yang diasumsikan terdapat

peningkatan kemampuan individu dalam bercerita. Pada siklus I rata-rata

jumlah nilai siswa adalah 61,8. Sedangkan pada siklus ke II rata-rata adalah

75,8, sehingga terdapat selisih 75,8 – 61,8= 14

27
Diagram 4.4

Rata-rata Kemampuan Menceritakan Pengalaman Pribadi Siklus I dan II

15

Berdasarkan data tersebut, telah terjadi rata-rata kemampuan menceritakan

pengalam pribadi pada siklus kesatu adalah 64,82 dan siklus kedua adalah 76,04.

Perbandingan peningkatan rata-rata kemampuan menceritakan pengalamn pribadi

pada siklus kesatu dan siklus kedua adalah 64,82 : 76,04 = atau 13 : 15

Berdasarkan data tersebut, terdapat selisih rata-rata kemampuan menceritakan

pengalaman pribadi pada siklus I dan II yang merupakan hasil belajar yaitu 15 -

13=2,0. Angka tersebut merupakan kemajuan hasil belajar yang signifikan.

28
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil Observasi ditemukan beberapa peningkatan ketrampilan siswa sebagai

berikut..

Berdasarkan skor rata-rata pencapaian terhadap kesesuaian cerita masing-masing

bacaaan siklus I dan siklus II diperoleh selisih yang diasumsikan sebagai hasil

peningkatan kemampuan terhadap pemahaman bacaan, yaitu 67,9 : 76,3 = 144,2

atau 47% : 53%=100%

Berdasarkan skor rata-rata pencapaian terhadap keberanian siswa dalam

penampilan pada siklus I dan II diperoleh selisih yang diasumsikan sebagai hasil

peningkatan kemampuan individu dalam bercerita , yaitu 61,8 : 75,8 = 137,6 atau

45% : 55% = 100%

Rata-rata menceritakan pengalaman pribadi pada siklus kesatu adalah 64,82 dan

siklus kedua adalah 76,3. Selisih keduanya merupakan hasil belajar yaitu 11,48.

Perbandingan prosentase peningkatan rata-rata kemampuan menceritakan

pengalaman pribadi pada siklus kesatu dan siklus kedua adalah 64,82 : 76,3

29
=141,12 atau 46% : 54% = 100%. Selisih prosentase tersebut adalah 8% yang

merupakan peningkatan yang signifikan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis terbukti

yaitu kemampuan siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi dapat

meningkat, jika diterapkan metode Cerita Berantai..

B. Saran-saran

1. Teman-teman guru agar terus meningkatkan kemampuannya dalam ber

inovasi dalam pembelajaran dikelas serta dapat menggunakan hasil penelitian

ini sebagai pedoman penelitian atau penulisan laporan yang akan memotivasi

melakukan Penelitin Tindakan Kelas.

2. Sekolah hendaknya semaksimal mungkin memfasilitasi dan mendukung

inovasi yang dikembangkan guru untuk meningkatakan hasil belajar siswa.

30
DAFTAR PUSTAKA

Suyatno, 2004, Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra, Surabaya, SIC

Sumiati,Asra,2007,Metode Pembelajaran, Bandung, CV Wacana Prima

Johnson LouAnne,2008, Pengajaran yang kreatif dan menarik, Jakarta,Indeks

Soyomukti Nurani,2010, Teori-teori Pendidikan,Jogyakarta,Ar-Ruzz Media

http://tarmizi,wordpress.com/2009/03/08

Tristono, Angga Prambudi, 2006, Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat Pada


Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Siliwangi 01
Kecamatan Semarang Barat, Semarang, FIP, Universitas Negeri
Semarang.

Suyatno, 2004, Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra, Surabaya, SIC

Sumiati,Asra,2007,Metode Pembelajaran, Bandung, CV Wacana Prima

Johnson LouAnne,2008, Pengajaran yang kreatif dan menarik, Jakarta,Indeks

31
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah :SMP Negeri 1 Sukomoro


Mata Pelajaran :Bahasa Indonesia
Kelas/Semester :VII/ 1
Standar Kompetensi :2. Mengungkap perasaan, dan informasi, dalam bentuk
komentar dan laporan.
Kompetensi Dasar : 2.2 Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa
dengan menggunakan kalimat yang jelas.
Indikator : 1 Mampu menceritakan pengalaman pribadi yang
berkesan
2 Mampu mengungkapkan pokok-pokok peristiwa yang
dialami
Lokasi Waktu : 4 x 40 menit

A. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa mampu menceritakan pengalaman pribadi yang berkesan

2. Siswa mampu mengungkapkan pokok-pokok peristiwa yang dialami

B. Materi Pembelajaran
Pengertian menceritakan pengalaman pribadi adalah: Mengungkapkan segala
sesuatu yang pernah dialami terutama hal yang mengesankan dalam bentuk
cerita. Dalam bercerita yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Disampaikan dengan bahasa yang singkat, jelas, dan mudah dipahami.


2. Cerita yang disampaikan lengkap.
3. Disampaikan secara runtut.

Contoh Cerita Pengalaman Pribadi:


Pagi tadi, aku bangun terlambat. Bayangkan, aku baru bangun jam tujuh
kurang lima. Itu karena malamnya aku nonton siaran langsung sepak bola.
Aku mandi terburu-buru. Berpakaian terburu-buru. Semua dikejar waktu.
Akhirnya, aku terlambat tiba di sekolah. Aku terlambat sepuluh menit. Aduh
jam pertama pelajaran bahasa Indonesia.

32
Gurunya sangat disiplin. Tok…..tok…, kuketuk pintu kelas, Alhamdulillah
aku boleh mengikuti pelajaran. “Silahkan kumpulkan tugas kalian!” kata Pak
Guru. Ya ampun, aku lupa membawa tugas kliping Koran. Padahal aku telah
membuatnya. Nasib……nasib.
Metode Pembelajaran
1. Inkuiri
2. Diskusi
3. Tanya jawab

C. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


Pertemuan pertama
1. Kegiatan Awal
a. Siswa bertanya jawab tentang pengalam pribadi
b. Siswa mencermati contoh cerita pengalaman pribadi

2. Kegiatan Inti
a. Siswa membaca sebuah cerita pengalaman pribadi
b. Siswa menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi
pengalamn pribadi
c. Siswa secara mandiri menulis cerita pengalaman pribadi.
d. Siswa dalam kelompok saling menukarkan hasil pekerjaannya untuk
dipilih dan ditampilkan kedepan kelas
e. Siswa mempelajari cerita terbaik dalam kelompok baik urutan maupun
isi cerita
f. Setiap kelompok tampil dengan satu cerita yang telah dipahaminya,
kemudian guru secara acak menunjuk siapa yang memulai cerita dan
siapa yang melanjutkannya.

2. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan refleksi

Pertemuan kedua
1. Kegiatan Awal
a. Siswa bertanya jawab tentang kegiatan pada pertemuan yang lalu

2. Kegiatan Inti
a. Siswa kembali membuka naskah cerita terbaik dalam kelompok
b. Siswa mengidentifikasi butir-butir peristiwa
c. Siswa menentukan pokok-pokok peristiwa yang ada dalam cerita
d. Secara bergantian, masing-masing kelompok melaporkan hasil
diskusinya
e. Siswa lain menanggapi presentasi
f. Siswa dan guru menyimpulkan bersama

3. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan refleksi

33
B. Sumber Belajar
“LKS MGMP Bahasa Indonesia” Kelas VII G semester 1 halaman 10

C. Penilaian
1. Teknik : Tes lisan
2. Bentuk instrumen : Uraian
3. Soal instrumen :
1) Tulislah teks cerita pengalaman pribadimu yang mengesankan !
2) Secara berkelompok pilihlah salah satu cerita pribadi yang paling baik
untuk ditampilkan ke depan kelas
3) Ceritakan kembali kedepan kelas, cerita yang telah kamu pilih dengan
ditunjuk secara acak oleh bapak/ibu guru yang akan memulai cerita

Pedoman penskoran

Skor
NO ASPEK YANG DINILAI
BS B K
1 Keberanian tampil
2 Kesesuaian cerita dengan teks yang ditulis

Keterangan
76 – 100 = Baik Sekali
51 – 75 = Baik
0 - 50 = Kurang

Sukomoro, …………………

Mengetahui Guru Mata Pelajaran


Kepala SMP Negeri 1 Sukomoro Bahasa Indonesia

Dra. RETNO POERWANINGSIH, M.Pd. N A R I, S. Pd


NIP. 19610730 198803 2 003 NIP. 196408141994121002

34
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

35
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN

36

Anda mungkin juga menyukai