Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(PTK )

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS


MATERI THERE ARE THINGS IN MY HOUSE
MELALUI METODE KOOPERATIF MODEL JIGSAW
PADA SISWA KELAS III MI DARUL ULUM SUKOWETAN
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Disusun oleh :
JULAIKAH, S.Pd.

KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN TRENGGALEK


MI DARUL ULUM SUKOWETAN

TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT,


yang dengan keagungan-Nya telah memberkahi penulis dengan segala
rahmat yang tiada batasnya sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul
“Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Materi There Are Things
In My House Melalui Metode Kooperatif Model Jigsaw pada Siswa
Kelas III MI Darul Ulum Sukowetan Tahun Pelajaran 2019/2020”
Seiring dengan ucapan terima kasih yang teramat dalam penulis
haturkan kepada yang terhormat :
1. Bapak Sururi selaku Kepala MI Darul Ulum Sukowetan Kecamatan
Karangan Kabupaten Trenggalek.
2. Rekan-rekan guru MI Darul Ulum Sukowetan Kecamatan Karangan
yang telah memberikan saran dan dukungan pada penulis.
3. Orang tua yang telah mengasuh, mendidik dan membantu dengan
tulus dan penuh kasih sayang, serta memberikan doa bagi
keberhasilan penulis.
4. Suami tercinta yang turut membantu dan memberikan motivasi dan
dukungan dalam menyelesaikan laporan ini.
5. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian berlangsung.
Seiring dengan doa penulis, semoga seluruh amal baik beliau
akan diterima Allah SWT sebagai amal sholeh, dan Insya Allah akan
dilimpahkan pahala yang berlimpah kepadanya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu mohon kritik dan saran yang membangun
demi penyempurnaan laporan ini.

Trenggalek, September 2019


Penulis

iii
ABSTRAK

Julaikah. 2019. Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Materi There


Are Things In My House Melalui Metode Kooperatif Model Jigsaw
pada Siswa Kelas III MI Darul Ulum Sukowetan Tahun Pelajaran
2019/2020. Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Kata Kunci: hasil belajar, metode kooperatif, model jigsaw

Hasil pengamatan di dalam kelas saat pembelajaran Bahasa


Inggris berlangsung adalah siswa kelas 3 cenderung pasif dan minat
siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris sangatlah kurang, karena
siswa menganggap Bahasa Inggris adalah mata pelajaran yang sangat
sulit. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar yang kurang dibandingkan
dengan mata pelajaran lainnya. Rendahnya hasil belajar Bahasa Inggris
disebabkan oleh pasifnya siswa dan rendahnya minat siswa dalam
pembelajaran Bahasa Inggris. Semakin aktif siswa, semakin tinggi pula
peluang keberhasilan dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Untuk
itu, guru dituntut untuk menciptakan situasi pembelajaran yang aktif,
kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan sehingga siswa akan lebih
mudah memahami materi yang disampaikan guru. Untuk meningkatkan
hasil belajar siswa, maka guru melakukan penelitian tindakan kelas.
Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus meliputi planning
(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection
(refleksi).
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui lembar pengamatan
tiap pertemuan oleh peneliti untuk melihat data tentang aktivitas belajar,
sementara data tentang hasil belajar diperoleh melalui ulangan harian dan
prestasi belajar Bahasa Inggris siswa di siklus 1 dan di siklus II. Hasil yang
diperoleh dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui metode kooperatif
model jigsaw memperlihatkan peningkatan persentase ketuntasan belajar
siswa dari 55,56% pada siklus I menjadi 85.71% pada siklus II. Metode
kooperatif model jigsaw dapat digunakan oleh guru bidang studi Bahasa
Inggris sebagai salah satu variasi model pembelajaran yang meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa.

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL (COVER).................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iii
ABSTRAK ............................................................................................ iv
DAFTAR ISI ......................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ...................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................... 3
E. Hipotesis Penelitian ................................................... 4
F. Ruang Lingkup Penelitian ......................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Hasil Belajar .............................................................. 6
B. Pengajaran Kooperatif .............................................. 10
C. Model Jigsaw ............................................................ 14

BAB III METODE PENELITIAN


A. Bentuk Penelitian Tindakan ...................................... 18
B. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian ..................... 18
C. Rancangan Penelitian ............................................... 19
D. Instrumen Penelitian ................................................. 21
E. Metode Pengumpulan Data....................................... 22
F. Teknik Analisis Data .................................................. 22

v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Penelitian Data per Siklus ............................ 24
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................... 30

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................... 32
B. Saran ........................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 34


LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Nilai Tes Formatif pada Siklus I....................................... 25


Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa
pada Siklus I ................................................................... 26
Tabel 4.3 Nilai Tes Formatif pada Siklus II...................................... 28
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa
pada Siklus II .................................................................. 28

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I


Lampiran 2 Rangkuman Materi Siklus I
Lampiran 3 Instrumen Penilaian Sikap Siklus I (Lembar Observasi)
Lampiran 4 Instrumen Penilaian Pengetahuan pada Siklus I
Lampiran 5 Kunci Jawaban dan Rubrik Penilaian Siklus I
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 7 Rangkuman Materi Siklus II
Lampiran 8 Instrumen Penilaian Sikap Siklus II (Lembar Observasi)
Lampiran 9 Kunci Jawaban dan Rubrik Penilaian Siklus II
Lampiran 10 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Lampiran 11 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Lampiran 12 Berita Acara Seminar Hasil Penelitian Tindakan Kelas
Lampiran 13 Notulen Seminar Hasil Penelitian Tindakan Kekas
Lampiran 14 Daftar Hadir Publikasi Penelitian Tindakan Kelas
Lampiran 15 Dokumentasi Publikasi

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada abad 21 ini, kita perlu menelaah kembali praktik-praktik
pembelajaran di sekolah- sekolah. Peranan yang harus dimainkan
oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan peserta didik untuk
berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21
sangat berbeda dengan peranan tradisional yang dipegang oleh
sekolah-sekolah selama ini.
Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia
pendidikan dan juga sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi
umum ini menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk
mengajar dan memberi siswa muatan-muatan informasi dan
pengetahuan. Guru dianggap siswa sebagai sumber informasi.
Tampaknya, perlu adanya perubahan paradigma dalam
menelaah proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru.
Sudah seyogyanyalah kegiatan belajar mengajar juga lebih
mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang
bisa diisi dengan muatan- muatan informasi yang dianggap perlu oleh
guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru
menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesama siswa
yang lainnnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa
pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif
daripada pengajaran oleh guru. Sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama
siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem
cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai
fasilitator.
Sesungguhnya, metode cooperative learning tidak lagi asing
dan sudah sering digunakan di sekolah-sekolah dengan istilah kerja

1
kelompok. Guru sering menugaskan para siswa untuk bekerja dalam
kelompok. Sayangnya, metode kerja kelompok sering dianggap
kurang efektif. Berbagai sikap dan kesan negatif memang
bermunculan dalam pelaksaan metode kerja kelompok. Jika kerja
kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan.
Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang
pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah
membonceng pada hasil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja
kelompok yang seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa
persaudaraan dan kemampuan bekerjasama, justru bisa berakhir
dengan ketidakpuasaan dan kekecewaaan.
Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja
kelmpok tersebut seharusnya bisa dihindari jika guru mau
meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan
dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam
metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja
kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Metode cooperative
learning distruktur sedemikian rupa sehingga masing- masing anggota
dalam satu kelompok melaksanakan tanggung jawab pribadinya
karena ada sistem akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja
membonceng jerih payah rekannya dan usaha setiap siswa akan
dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa
terdorong untuk melihat pengaruh pembelajaran terstruktur terhadap
prestasi belajar siswa dengan mengambil judul “Meningkatkan
Prestasi Belajar Bahasa Inggris Materi There Are Things In My House
Melalui Metode Kooperatif Model Jigsaw pada Siswa Kelass III MI
Darul Ulum Sukowetan Tahun Pelajaran 2019/2020”.

B. Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada

2
beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran kooperatif model jigsaw berpengaruh
terhadap hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas III MI Darul Ulum
Sukowetan Tahun Pelajaran 2019/2020?
2. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Bahasa
Inggris dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif
model jigsaw pada siswa kelas III MI Darul Ulum Sukowetan Tahun
Pelajaran 2019/2020?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
dilaksanakan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif model jigsaw
terhadap hasil belajar Bahasa Inggris siswa kelas III MI Darul Ulum
Sukowetan Tahun Pelajaran 2019/2020.
2. Untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan
mata pelajaran Bahasa Inggris setelah diterapkannya
pembelajaran kooperatif model jigsaw pada siswa kelas III MI Darul
Ulum Sukowetan Tahun Pelajaran 2019/2020

D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka diharapkan penelitian ini
dapat bermanfaat bagi:
1. Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang
peningkatan pemahaman terhadap materi Bahasa Inggris
tentang There Are Things In My House pada siswa kelas III MI
Darul Ulum Sukowetan melalui metode kooperatif model jigsaw,
sehingga dapat dijadikan dasar dalam penentuan model/sistem
pembelajaran guna meningkatkan kemampuan siswa.

3
2. Siswa
Diharapkan dengan penerapan metode kooperatif model
jigsaw, akan dapat membuat siswa Kelas III MI Darul Ulum
Sukowetan lebih tertarik untuk belajar dan melakukan
pembelajaran dengan kondisi yang menyenangkan, sehingga
dapat meningkatkan kemampuan terhadap materi yang tengah
dipelajari.

3. Guru MI Darul Ulum Sukowetan


Memberikan informasi tentang pembelajaran dengan
pemanfaatan metode kooperatif model jigsaw terhadap suatu
mata pelajaran, sehingga dapat memanfaatkannya pada
pembelajaran mata pelajaran lain.

4. Literatur
Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang
melakukan penelitian sesuai dengan konteks dalam penelitian ini.

E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, tujuan, dan manfaat tersebut di
atas, maka dapat ditentukan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
1. Melalui penerapan metode kooperatif model jigsaw, dapat
meningkatkan pemahaman terhadap materi Bahasa Inggris
tentang There Are Things In My House pada siswa kelas III MI
Darul Ulum Sukowetan
2. Adanya peningkatan yang signifikan terhadap pemahaman
terhadap materi Bahasa Inggris tentang There Are Things In My
House pada siswa melalui penerapan metode kooperatif model
jigsaw.

4
F. Ruang Lingkup Penelitian
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan
masalah yang meliputi:
1. Penelitian ini hanya diterapkan pada siswa kelas III MI Darul
Ulum Sukowetan tahun pelajaran 2019/2020.
2. Materi yang disampaikan adalah pada pokok bahasan There Are
Things In My House

Adapun tolak ukur keberhasilan dari Penelitian Tindakan


Kelas (PTK) ini adalah:
1. Adanya peningkatan nilai performance siswa, baik secara
kelompok maupun individu
2. Rata-rata hasil penilaian minimal mencapai 70
3. Jumlah nilai formatif yang dicapai sudah lebih dari 75%
4. Persentase ketuntasan belajar sudah lebih dari 75%
Nilai yang menjadi tolak ukur keberhasilan dari
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini mengacu pada Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan di MI Darul Ulum
Sukowetan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris Kelas III pada Tahun
Pelajaran 2019/2020, yaitu 70 (Tujuh Puluh).

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar
1. Pengertian
Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia.
Dengan belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan
sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan.
Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh
siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di
sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap
semester.

Menurut Purwanto (2011: 46) hasil belajar adalah


perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti pembelajaran
sesuai dengan tujuan pendidikan dalam domain kognitif, afektif
dan psikomotorik. Dalam domain kognitif diklasifikasikan menjadi
kemampuan hapalan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Dalam domain afektif hasil belajar
meliputi level penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan
karakterisasi. Sedang domain psikomotorik terdiri dari level
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,
gerakan kompleks dan kreativititas. Menurut Dimyati (2006: 20)
pengertian hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.
Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil
belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring.
Dampak pengajaran adalah hasil belajar peserta didik yang dapat
diukur dengan segera atau secara langsung.
Dampak pengiring adalah hasil belajar peserta didik yang
tampak secara tidak langsung atau merupakan transfer hasil
belajar. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan

6
peserta didik. Menurut Sudjana (2009: 22) hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar terbagi menjadi
tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik. Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil
belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling
banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan
kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi bahan
pengajaran.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku peserta didik yang terjadi setelah
mengikuti pembelajaran. Perubahan tersebut meliputi aspek
kognitif (kemampuan hapalan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis, dan evaluasi), afektif (penerimaan, partisipasi, penilaian,
organisasi, dan karakterisasi) dan psikomotorik (persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks dan kreativititas). Hasilnya dituangkan dalam bentuk
angka atau nilai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran
khusus, guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap
menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan
pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini
adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka
memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan
program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah,
suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila
hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan
tersebut.

7
2. Indikator Hasil Belajar Siswa
Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah
sebagai berikut:
a. Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran
yang diajarkan, baik secara individual maupun kelompok.
Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan
dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah
dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah


dan Aswan Zain (dalam buku Strategi Belajar Mengajar
2002:120) indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur
keberhasilan adalah daya serap.

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar


Secara umum, hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
a. Faktor internal (faktor dalam diri)
b. Faktor eksternal (faktor di luar diri)

a. Faktor Internal (faktor dalam diri)


Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar yang
pertama adalah Aspek fisiologis. Untuk memperoleh hasil
belajar yang baik, kebugaran tubuh dan kondisi panca indera
perlu dijaga dengan cara: makan makanan/minuman bergizi,
istirahat, dan olah raga. Banyak kasus anak yang prestasinya
turun karena mereka tidak sehat secara fisik.
Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis.
Aspek psikologis ini meliputi: inteligensi, sikap, bakat, minat,
motivasi dan kepribadian.

8
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak
yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain
berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.

 Faktor yang berasal dari orang tua


Faktor yang berasal dari orang tua ini berkaitan erat
dengan cara mendidik orang tua terhadap anaknya.
Menurut hemat peneliti, tipe mendidik yang baik
adalah yang sesuai dengan kepemimpinan Pancasila.
Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena
orang tua akan bertindak ing ngarsa sung tulada, ing madya
mangun karsa, dan tut wuri handayani. Dalam
kepemimpinan Pancasila ini berarti orang tua melakukan
kebiasaan- kebiasaan yang positif kepada anak untuk dapat
diteladani. Orang tua juga selalu memperhatikan anak
selama belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan
memberikan arahan-arahan manakala akan melakukan
tindakan yang kurang tertib dalam belajar.

Dalam kaitan dengan hal ini, Tim Penyusun Buku


Sekolah Pendidikan Guru Jawa Timur (1989: 8)
menyebutkan, “Di dalam pergaulan di lingkungan keluarga
hendaknya berubah menjadi situasi pendidikan, yaitu bila
orang tua memperhatikan anak, misalnya anak ditegur dan
diberi pujian….” Pendek kata, motivasi, perhatian, dan
kepedulian orang tua akan memberikan semangat untuk
belajar bagi anak.

 Faktor yang berasal dari sekolah

Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari


guru, mata pelajaran yang ditempuh, dan metode yang

9
diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab
kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian
guru dan kemampuan mengajarnya. Faktor mata pelajaran,
anak akan lebih memusatkan perhatian pada pelajaran
yang diminatinya saja, sehingga nilai yang diperoleh akan
cenderung bagus hanya pada materi yang diminati.
Keterampilan, kemampuan, dan kemauan belajar anak
tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan
orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk
membimbing anak dalam belajar.

 Faktor yang berasal dari masyarakat

Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor


masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap
pendidikan anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit
dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung
perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.

B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian
Salah satu sebab hasil belajar belum optimal adalah
model pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan
materi yang sedang dibahas. Oleh karena itu, guru harus
mencari model pembelajaran yang tepat dan media yang
cocok.

Salah satu yang bisa dilakukan adalah menggunakan


cooperative learning model. Menurut Bern dan Erickson
(2001:5), Cooperative learning (pembelajaran kooperatif)
merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir
pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil
dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar”.

10
Johnson, et al. (Fetsch & Yang, 2002) memandang bahwa
pembelajaran kooperatif lebih efektif dibandingkan dengan
pembelajaran yang bersifat kompetisi perseorangan dan
pembelajaran kooperatif lebih dapat meningkatkan prestasi
dan produktivitas belajar dibandingkan dengan kompetisi
dalam kelompok.

Falsafah model pembelajaran ini adalah pembelajaran


gotong royong. Robert Slavin mengatakan cooperative
learning adalah salah satu bentuk paham pembelajaran
konstruktivis. Pembelajaran konstruktivisme adalah suatu
teknik pembelajaran yang melibatkan siswa untuk membina
sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan
pengetahuan yang telah siswa miliki sebelumnya.

Model ini sangat bagus karena komunikasi antarsiswa


secara informal membuat siswa cepat memahami suatu
materi yang sedang dibahas. Siswa yang agak terlambat
menerima materi pelajaran, dengan penjelasan temannya
yang lebih pandai, akan lebih mudah menerima dan
memahami materi yang sedang didiskusikan, di samping
mereka juga terlatih untuk belajar mendengarkan pendapat
orang lain.

Bagi siswa yang pandai, cara ini menjadi sarana untuk


menanamkan karakter peduli, tenggang rasa, sifat berbagi,
bertanggung jawab kepada teman sejawat, dan melatih
kemampuan berkomunikasi. Secara tidak langsung, melalui
aktivitas ini, siswa yang pandai akan memperdalam dan
memperluas pengetahuannya, dia akan belajar lebih keras
agar bisa lebih baik menjelaskan kepada teman di
kelompoknya.

11
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
 Menurut Slavin (dalam Tukiran Taniredja, dkk, 2011:55)
tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok
tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana
keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang
lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif
adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu
ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya.
 Nurhadi (2003) memandang bahwa pembelajaran
kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih
asah, sehingga sumber belajar peserta didik bukan hanya
guru dan buku ajar, tetapi juga sesama peserta didik.
 Menurut Depdiknas (dalam Tukiran Taniredja, dkk,
2011:55) Model Pembelajaran Kooperatif dikembangkan
untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yaitu:
 Meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas – tugas akademiknya. Siswa
yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa
yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan
bahasa yang sama.
 Memberi peluang agar siswa dapat menerima teman –
temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar
belajar. Perbedaan itu tersebut antara lain perbedaan
suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial.
 Mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan
sosial siswa yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif
Dasar Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:
 Setiap anggota kelompok (siswa) memiliki bertanggung

12
jawab atas semua yang dilakukan dalam kelompoknya.
 Setiap anggota kelompok (siswa) harus tahu bahwa semua
anggota kelompok memiliki tujuan yang sama.
 Setiap anggota kelompok (siswa) harus berbagi tugas dan
tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompok.
 Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.
 Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama
proses pembelajaran.
 Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
bertanggung jawab secara individual atas materi yang
ditangani dalam kelompok kooperatif.

3. Bagaimana cara menerapkan cooperative learning model?

Model ini sangat mudah diterapkan di dalam kelas.


Guru memilih beberapa siswa yang lebih pandai dan
diberikan penjelasan terlebih dahulu apa yang harus
dilakukan dalam kelompok. Kemudian, siswa dibagi dalam
beberapa kelompok kecil yang anggotanya tidak lebih dari
sepuluh siswa agar interaksi antarmereka lebih dinamis.
Keaktifan anggota kelompok sangat penting untuk mencapai
keberhasilan optimal dalam membahas materi yang
ditugaskan kepada mereka. Oleh karena itu, tugas guru
untuk mengontrol dan memfasilitasi siswa pada saat diskusi
berlangsung sangat penting.
Penelitian yang dilakukan oleh Slavin menunjukkan
hasil yang positif. Siswa yang mempraktikkan cooperative
learning hasilnya lebih baik dari model konvensional. Begitu
pula Roger dan Jhonson yang membandingkan model
cooperative learning dengan model individual dan model

13
kompetisi. Hasilnya, siswa lebih efektif belajar ketika bekerja
sama. Dengan bekerja sama, prestasi lebih kuat untuk
dicapai. Di samping itu komunikasi dan toleransi antarsiswa
jadi lebih baik karena mereka tidak membedakan ras,
agama, latar belakang keluarga, dan perbedaan lainnya.

Cooperative learning juga sangat ampuh untuk


membentuk karakter anak kita, baik karakter moral, karakter
kinerja, karakter relasional, maupun karakter spiritual
(Jhonson). Pendapat bahwa sekolah/madrasah menjadi
tempat menimba ilmu pengetahuan dan pengembangan
karakter dapat kita praktikkan dengan baik dan nyata. Bahwa
pendidikan bukan hanya mencari ilmu, tetapi juga mencetak
generasi hebat, dapat kita persiapkan dengan sebaik-baiknya
serta dapat realisasikan.

C. Model Jigsaw
1. Pengertian
Metode pembelajaran jigsaw adalah metode atau
strategi pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa
untuk belajar berkelompok dengan masing-masing siswa
bertanggung jawab pada satu topik atau bahasan yang kemudian
dikolaborasikan dengan anggota kelompok lain sehingga
membentuk pengetahuan yang utuh. Istarani (2014, hlm. 81)
mengatakan bahwa model pembelajaran jigsaw adalah model
pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Setiap siswa tidak hanya harus
mempelajari materi yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi juga
harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada
anggota kelompoknya. Metode ini melatih kemampuan kognitif

14
maupun sosial siswa yang sangat diperlukan di dalam
bermasyarakat.

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Jigsaw


Melalui metode Jigsaw, kelas dibagi menjadi beberapa tim
yang anggotanya terdiri dari tiga atau enam siswa dengan
karakteristik yang heterogen. Bahan akademik disajikan kepada
siswa dalam bentuk teks; dan tiap siswa bertanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Pada
anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab
untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan
selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian
bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu desebut
“kelompok pakar” (expert group). Selanjutnya, para pakar siswa
yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompoknya
semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai
materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar. Setelah
diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para
siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah
dipelajari. Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi
penghargaan oleh guru.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw

Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan yang


dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di
sekolah.
a. Kelebihan Pembelajaran Jigsaw
 Meringankan tugas guru dalam mengajar, karena sudah
ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi
kepada teman-teman dalam kelompoknya.
 Pemerataan penguasaan materi oleh siswa dapat

15
dicapai dalam waktu yang lebih singkat dan siswa dapat
menguasai pelajaran yang disampaikan dengan lebih
baik.
 Dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama dengan siswa lain.
 Setiap siswa memiliki kesempatan menjadi ahli dalam
kelompoknya.
 Siswa saling ketergantungan positif satu sama lain
selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Kelemahan Pembelajaran Jigsaw

Selain kelebihan, ternyata jigsaw learning juga


memiliki beberapa kelemahan. Berikut ini adalah beberapa
kelemahan metode jigsaw dalam pembelajaran menurut
beberapa ahli seperti Hamdayama (2014, hlm. 83) dan
Ibrahim (dalam Majid, 2013, hlm. 184):
 Siswa yang lebih aktif dalam kelompok memiliki
kecenderungan untuk mendominasi proses diskusi dan
mengontrol jalannya diskusi.
 Siswa dengan kemampuan membaca dan berpikir yang
lebih rendah akan mengalami kesulitan untuk
menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.
 Siswa memiliki kecerdasan di atas rata-rata temannya
akan cenderung merasa bosan ketika menerima
penjelasan dari rekannya yang dinilai kurang setara
dengannya.
 Membutuhkan kejelian dari guru dalam membentuk
kelompok sehingga kelompok benar-benar heterogen.
Jika tidak, ada kemungkinan terbentuk kelompok yang

16
anggotanya kurang menonjol semua atau sebaliknya.
 Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli
kadang tidak sesuai dengan kemampuan dengan
kompetensi yang harus dipelajari.
 Siswa yang pasif atau merasa kurang dibandingkan
temannya akan mengalami krisis percaya diri. Hal ini tidak
akan berlangsung lama jika mendapat dukungan guru dan
teman-teman dalam kelompok, lama kelamaan perasaan
itu akan hilang dengan sendirinya.

17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian Tindakan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action


research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian
deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat
dicapai.

Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8)


mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu,
(a) guru sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c)
simultan terintegratif; (d) administrasi sosial eksperimental.

Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru


sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah
guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk
meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara
penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan


siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar
tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau
diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif
mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

B. Tempat, Waktu, dan Subjek Penelitian


1. Tempat Penelitian

18
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam
melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan.
Penelitian ini bertempat di ruang kelas III MI Darul Ulum
Sukowetan.

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian
atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan
pada semester ganjil tanggal 12 September 2019 (Siklus 1) dan
19 September 2019 (siklus 2).

3. Subjek
Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas III MI Darul
Ulum Sukowetan tahun pelajaran 2019/2020 pada pokok materi
There Are Things In My House.

C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-
tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana
praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu
bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan
untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk
memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara
berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah
menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

19
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian
tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan
dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk
spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus
meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus
berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan
tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus
spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 3.1 Alur PTK

20
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/ rencana awal
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran.
2. Pelaksanaan dan pengamatan
Meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai
upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati
hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran
kooperatif model jigsaw.
3. Refleksi
Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil
atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi
Berdasarkan hasil refleksi, pengamat membuat rancangan
yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

Observasi dibagi dalam dua siklus, yaitu siklus 1 dan 2, di


mana masing-masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur
kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan
yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing-masing siklus.
Dibuat dalam dua siklus dimaksudkan untuk memperbaiki sistem
pengajaran yang telah dilaksanakan.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan
sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap
siklus. Masing-masing RPP berisi kompetensi inti, kompetensi

21
dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran,
dan langkah-langkah pembelajaran.

2. Lembar Kegiatan Siswa


Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk
membantu proses pengumpulan data hasil kegiatan belajar
mengajar.

3. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan
pemahaman konsep Bahasa Inggris pokok bahasan There Are
Things In My House. Tes formatif ini diberikan setiap akhir
putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah isian singkat dengan
bantuan gambar.

E. Metode Pengumpulan Data


Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh
melalui observasi aktivitas siswa dan guru dan tes formatif.

F. Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta
sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui
prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama
proses pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase
keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap
putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal

22
tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:


1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh
siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di
kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif, dapat
dirumuskan:
∑𝑋
X =
∑𝑁

Dengan X = Nilai rata-rata

ΣX = Jumlah semua nilai siswa

ΣN = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar


Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara
perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk
pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud,
1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah
mencapai skor atau nilai 70, dan kelas disebut tuntas belajar bila
di kelas tersebut terdapat 75% yang telah mencapai daya serap
lebih dari atau sama dengan 75%. Untuk menghitung persentase
ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

∑𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟


P = x 100%
∑𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa data observasi berupa


pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif model jigsaw dan
pengamatan aktivitas siswa pada akhir pembelajaran dan data tes formatif
siswa pada setiap siklus.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data
pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif model jigsaw yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif model jigsaw dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan
data pengamatan aktivitas siswa.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar
siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif model jigsaw.

A. Analisis Data Penelitian Persiklus


1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari RPP 1, soal tes formatif 1 dan
alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 12 September 2019 di kelas III MI
Darul Ulum Sukowetan dengan jumlah siswa 14 siswa. Dalam
hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksaaan kegiatan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif 1 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

24
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah
sebagai berikut:

Table 4.1. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I

No. Keterangan
Nama Nilai
Urut T TT
1 Aditya Fadhil S. 60 √
2 Fahira Badiatus S. 55 √
3 Febrian Idris P.P. 80 √
4 Habibi Alshafaro 70 √
5 Ilham Putra N.F. 60 √
6 M. Andika Putra 80 √
7 M. Taufiq Wildani 50 √
8 M. Bintang Sugiantoro 70 √
9 Sayla Dwi O. 65 √
10 Tristan Elfreda M. 75 √
11 Venus Aprilia A. 60 √
12 Yunita Amira 60 √
13 Zahra Hapsari 55 √
14 Zidan Danura 65 √
Jumlah 905 5 9

Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas :5
Jumlah siswa yang belum tuntas : 9
Klasikal : Belum tuntas

25
Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I


1 Nilai rata-rata tes formatif 64,64

2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 5

3 Persentase ketuntasan belajar 55,56

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan


pembelajaran kooperatif model jigsaw diperoleh nilai rata-rata prestasi
belajar siswa adalah 64,64 dan ketuntasan belajar mencapai 55,56% atau
ada 5 siswa dari 14 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar
55,56%, kurang dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu
sebesar 75%. Hal ini disebabkan karena siswa masih baru dan asing
terhadap metode baru yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.

c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi
dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Pada awal pembelajaran, guru harus menjelaskan tentang metode
baru yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran hari itu.
2) Guru kurang maksimal dalam memberikan motivasi siswa dan
menyampaikan tujuan pembelajaran
3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung
karena masih bingung dengan metode baru yang digunakan.

d. Revisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih
terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada
siklus berikutnya.

26
1) Guru menjelaskan metode yang digunakan dengan memberikan
contoh secara langsung agar lebih mudah dipahami oleh siswa
2) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Siswa diajak untuk terlibat
langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
3) Guru harus memberikan ice breaking jika dirasa antusiasme siswa
mulai berkurang.

2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari RPP 2, soal tes formatif II dan alat-
alat pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan


Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 19 September 2019 di kelas III MI
Darul Ulum Sukowetan dengan jumlah siswa 14 siswa. Dalam hal
ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes
formatif 2 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data
hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.

27
Table 4.3. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II

No. Keterangan
Nama Nilai
Urut T TT
1 Aditya Fadhil S. 65 √
2 Fahira Badiatus S. 100 √
3 Febrian Idris P.P. 95 √
4 Habibi Alshafaro 80 √
5 Ilham Putra N.F. 75 √
6 M. Andika Putra 100 √
7 M. Taufiq Wildani 65 √
8 M. Bintang Sugiantoro 85 √
9 Sayla Dwi O. 75 √
10 Tristan Elfreda M. 90 √
11 Venus Aprilia A. 85 √
12 Yunita Amira 75 √
13 Zahra Hapsari 80 √
14 Zidan Danura 95 √
Jumlah 1165 12 2

Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 12
Jumlah siswa yang belum tuntas : 2
Klasikal : Tuntas

Tabel 4.4. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II


No Uraian Hasil Siklus II

1 Nilai rata-rata tes formatif 83,21


2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 12
3 Persentase ketuntasan belajar 85,71

28
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 83,21 dan ketuntasan belajar mencapai 85,71% atau ada 12 siswa
dari 14 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami banyak
peningkatan dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini
karena adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran yang telah diterapkan selama ini serta ada tanggung jawab
kelompok dari siswa yang lebih mampu untuk mengajari temannya kurang
mampu. Di samping itu adanya kemampuan guru yang mulai meningkat
dalam prose belajar mengajar.

c. Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Dari data-data yang
telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4. Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus II guru telah menerapkan pembelajaran kooperatif
model jigsaw dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar
siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan

29
untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan
apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar
mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw
dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.

B. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif model jigsaw memiliki dampak positif dalam meningkatkan
hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah
disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat dari siklus
I dan II) yaitu masing- masing 55,56%, dan 85,71%. Pada siklus II
ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran


Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam dua siklus
mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif dalam peningkatan
hasil belajar siswa, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
Dalam hal ini, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran juga
mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran


Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil bahwa aktivitas yang
dominan dilakukan selama kegiatan pembelajaran kooperatif model
jigsaw adalah diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi
dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru, selama pembelajaran telah

30
melaksanakan langkah- langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw
dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di
antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam
mengerjakan kegiatan serta dalam memberikan umpan
balik/evaluasi/tanya jawab.

31
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua
siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw memiliki dampak
positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan
peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I
(55,56%) dan siklus II (85,71%).
2. Penerapan pembelajaran kooperatif model jigsaw mempunyai
pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan
siswa selama kegiatan pembelajaran.
3. Pembelajaran kooperatif model jigsaw memiliki dampak positif
terhadap kerjasama antara siswa, hal ini ditunjukkan adanya tanggung
jawab dalam kelompok dimana siswa yang lebih mampu mengajari
temannya yang kurang mampu.

B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya, maka
agar proses belajar mengajar Bahasa Inggris lebih efektif dan lebih
memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran
sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif model jigsaw
memerlukan persiapan yang cukup matang. Guru harus mampu
menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan
dengan pembelajaran kooperatif model jigsaw dalam proses belajar
mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya
lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang

32
sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya
dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan
keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-
perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

33
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2010. Profesionalisme Guru dalam


Pembelajaran.Surabaya : Penerbit Insan Cendekia.

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-
Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Lembaga


Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi.

Didik Suhardi, Ph.D. Direktur PSMP Kemdiknas (2008–2015) dan


Sekretaris Jenderal Kemdikbud (2015–2019) .

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT


Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas


Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.

Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar


Baru. Hamalik, Oemar. 1999. Kurikuum dan Pembelajaran. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Rosdakarya. Margono. 1997. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitian


Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten
Tuban.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

34
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University
Press. Universitas Negeri Surabaya.

Purwanto, M Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:


Bina Aksara.

Sadiman, Arief S. (dkk). 2010. Media Pendidikan : Pengertian


Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Slameto, 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Slamento. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.


Jakarta : Rineka Cipta.

Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta:


PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Sinar Baru Algesindo

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :


PT Remaja Rosdakarya

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.


Rineksa Cipta.

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar


dan Mengajar. (terjemahan)c Bandung: Jemmars.

35
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


SIKLUS I

Madrasah : MI Darul Ulum Sukowetan


Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas / Semester : III / Ganjil
Materi Pokok : There Are Things In My House
Alokasi Waktu : 4 x 35 Menit (1 Pertemuan)

A. STANDAR KOMPETENSI
KI 3: Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan
rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah
dan di sekolah.

B. KOMPETENSI DASAR
3.1 Memahami kosakata yang berhubungan dengan tema ”things in
the house”

C. INDIKATOR
1.1.1 Peserta didik mampu memahami kosakata yang
berhubungan dengan tema ”things in the house”
1.1.2 Peserta didik mampu menjawab pertanyaan yang berkaitan
dengan tema ”things in the house”

D. POKOK MATERI
 There are things in my house

E. METODE PEMBELAJARAN
 Tanya jawab
 Diskusi
 Penugasan

F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Awal/Pendahuluan (10 Menit)
- Guru mengucap salam
- Guru mengajak siswa berdoa sebelum kegiatan pembelajaran
- Guru memeriksa kehadiran siswa
- Apersepsi dengan memberikan pertanyaan tentang benda-
benda yang ada di ruang tamu, dapur, dan kamar tidur

2. Kegiatan Inti (50 menit)


- Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok
- Masing-masing anggota kelompok digabungkan dengan
anggota kelompok lain dan diberikan materi tentang
benda-benda yang ada di rumah (benda-benda di ruang
tamu, benda-benda di ruang tidur, benda-benda di kamar
mandi, dan benda-benda di dapur). Mereka mendiskusikan
materi tersebut.
- Guru meminta siswa-siswa tersebut kembali ke
kelompoknya masing-masing dan menyampaikan materi
yang telah diperoleh kepada temannya secara bergiliran.

3. Kegiatan Penutup
- Siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal evaluasi yang
sudah disiapkan oleh guru
- Guru mengajak sisw untuk menyimpulkan materi hari
tersebut dan membuat refleksi
- Guru menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan
sebelumnya
- Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan ucapan
hamdalah dan salam.

G. ALAT DAN SUMBER BELAJAR


 Buku Bahasa Inggris kelas III
H. PENILAIAN

Teknik Penilaian
a. Penilaian Proses : keaktifan siswa selama melakukan diskusi dan
tanya jawab
b. Penilaian Pengetahuan : tes tertulis
Bentuk tes : Subjektif
Jenis tes : Tertulis

Trenggalek, 12 September 2019


Kepala Madrasah Guru Bahasa Inggris

Sururi, M.Pd. Julaikah, S.Pd.


Lampiran 2

RANGKUMAN MATERI

Things in my house

Living Room Bedroom Kitchen Bathroom


Carpet Pillow Refrigerator Towel
Lamp Bolster Bowl Tooth paste
Sofa Blanket Plate Soap
Table Bed Stove Bathub
Fan Wardrobe Frying pan Tap
Vase Mirror Spoon Dipper
Television Bed cover Knife Tooth brush
Painting Comb Kettle Shampoo
Lampiran 3

INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP


(OBSERVASI)
Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku
peserta didik sehari- hari, baik terkait dalam proses pembelajaran
maupun secara umum. Pengamatan langsung dilakukan olehguru.
Berikut instrumen penilaian sikap.

No. Absen

Indikator Descriptor 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4

Mendenga
rka dan
memperha
tikan
penjelasan d
Perhatian
Membuat
refleksi di akh
pembelajar
an
∑ skor
Aktif
mengaju
kan dan
menjawa
bperta
nyaan
Mengerja
kan soal-
soal
Usaha
dengan
benar
sesuai
aturan
yang
ditentuka
n guru
∑ skor
Kolom aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria
berikut: 4 = Sangat baik 2 = Cukup
3 = Baik 1 = Kurang

Jumlah Skor = Skor Perolehan Siswa x 10 = …


Skor Maksimal
Lampiran 4

INSTRUMEN PENILAIAN PENGETAHUAN PADA SIKLUS I

Fill in the blanks with the correct words!

1. We can find soap in the ….


2. ‘Ruang makan’ in English is ….
3. ‘Guling’ in English is ….
4. People usually watch television in the ….
5. My suster is making a cup of coffee in the ….
6. I can find a … in front of my
bedroom.

7. We brush our teeth by using a ….


8. Abimanyu eats meatball by using a
….

9. ‘Rice cooker’ in Indonesian is ….


10. This is a ….
Lampiran 5

KUNCI JAWABAN DAN RUBRIK PENILAIAN SIKLUS I

No. Kunci Jawaban Skor


1 Bathroom 10
2 Dining room 10
3 Bolster 10
4 Living room 10
5 Kitchen 10
6 Doormat 10
7 Toothbrush 10
8 Bowl 10
9 Rice cooker 10
10 Refrigerator 10
Skor Maksimal 100

Jumlah Skor = Skor Perolehan Siswa x 100 = …


Skor Maksimal
Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


SIKLUS II

Madrasah : MI Darul Ulum Sukowetan


Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas / Semester : III / Ganjil
Materi Pokok : There Are Things In My House
Alokasi Waktu : 4 x 35 Menit (1 Pertemuan)

A. STANDAR KOMPETENSI
KI 3: Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca) dan menanya
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah.

B. KOMPETENSI DASAR
1.1 Memahami kosakata yang berhubungan dengan tema ”things in
the house”

C. INDIKATOR
1.1.1 Peserta didik mampu memahami kosakata yang
berhubungan dengan tema ”things in the house”
1.1.2 Peserta didik mampu menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan tema ”things in the house”

D. POKOK MATERI
 There are things in my house

E. METODE PEMBELAJARAN
 Tanya jawab
 Diskusi
 Penugasan

F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
1. Kegiatan Awal/Pendahuluan (10 Menit)
- Guru mengucap salam
- Guru mengajak siswa berdoa sebelum kegiatan pembelajaran
- Guru memeriksa kehadiran siswa
- Apersepsi dengan memberikan pertanyaan tentang benda-
benda yang ada di ruang tamu, dapur, kamar tidur, dan kamar
mandi.

2. Kegiatan Inti (50 menit)


- Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok (anggota
kelompok berbeda dengan di Siklus I)
- Masing-masing anggota kelompok digabungkan dengan
anggota kelompok lain dan diberikan materi tentang benda-
benda yang ada di rumah (benda-benda di ruang tamu,
benda-benda di ruang tidur, benda-benda di kamar mandi,
dan benda-benda di dapur). Siswa yang pada Siklus I
mendapat bagian benda-benda di dapur, sekarang
mendapat benda-benda dari ruang lain. Mereka
mendiskusikan materi tersebut.
- Guru meminta siswa-siswa tersebut kembali ke kelompoknya
masing-masing dan menyampaikan materi yang telah diperoleh
kepada temannya secara bergiliran.

3. Kegiatan Penutup
- Siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal evaluasi yang sudah
disiapkan oleh guru
- Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi hari tersebut
dan membuat refleksi
- Guru menyampaikan rencana kegiatan pada pertemuan
sebelumnya
- Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan ucapan hamdalah
dan salam.

G. ALAT DAN SUMBER BELAJAR


 Buku Bahasa Inggris kelas III

H. PENILAIAN

Teknik Penilaian
a. Penilaian Proses : keaktifan siswa selama melakukan diskusi dan
tanya jawab
b. Penilaian Pengetahuan : tes tertulis
Bentuk tes : Subjektif
Jenis tes : Tertulis

Trenggalek, 12 September 2019


Kepala Madrasah Guru Bahasa Inggris

Sururi, M.Pd. Julaikah, S.Pd.


Lampiran 7

RANGKUMAN MATERI

Things in my house

Living Room Bedroom Kitchen Bathroom


Carpet Pillow Refrigerator Towel
Lamp Bolster Bowl Tooth paste
Sofa Blanket Plate Soap
Table Bed Stove Bathub
Fan Wardrobe Frying pan Tap
Vase Mirror Spoon Dipper
Television Bed cover Knife Tooth brush
Painting Comb Kettle Shampoo
Lampiran 8

INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP


(OBSERVASI)
Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku
peserta didik sehari- hari, baik terkait dalam proses pembelajaran
maupun secara umum. Pengamatan langsung dilakukan olehguru.
Berikut instrumen penilaian sikap.

No. Absen

Indikator Descriptor 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4

Mendenga
rka dan
memperha
tikan
penjelasan d
Perhatian
Membuat
refleksi di akh
pembelajar
an
∑ skor
Aktif
mengaju
kan dan
menjawa
bperta
nyaan
Mengerja
kan soal-
soal
Usaha
dengan
benar
sesuai
aturan
yang
ditentuka
n guru
∑ skor
Kolom aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan
kriteria berikut: 4 = Sangat baik 2 = Cukup
3 = Baik 1 = Kurang

Jumlah Skor = Skor Perolehan Siswa x 10 = …


Skor Maksimal
Lampiran 9

INSTRUMEN PENILAIAN PENGETAHUAN PADA SIKLUS II

Fill in the blanks with the correct words!

1. There are many kitchen utensils In the ….


2. A dipper is in the ….
3. You use a … to clean the sofa and
the window.

4. ‘Tirai’ in English is ….
5. We save our clothes in the ….

6. We can find a bed in the ….


7. My mothe is frying fried chicken by using ….
8. We need a … to wash our hair.
9. The … is in the living room.

10. ‘Bantal’in English is ….


Lampiran 10

KUNCI JAWABAN DAN RUBRIK PENILAIAN SIKLUS II

No. Kunci Jawaban Skor


1 Kitchen 10
2 Bathroom 10
3 Duster 10
4 Curtain 10
5 Wardrobe 10
6 Bedroom 10
7 Frying pen 10
8 Shampoo 10
9 Lamp 10
10 Pillow 10
Skor Maksimal 100

Jumlah Skor = Skor Perolehan Siswa x 100 = …


Skor Maksimal
Lampiran 11

Rekapan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No. Absen
Indikator Descriptor
1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4
Perhatian Mendengarka 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3
dan
memperhatikan
penjelasan dari
guru selama
proses
pembelajaran
Membuat 34 3 4 3 2 3 4 3 3 2 2 2 3
refleksi di akhir
pembelajaran
∑ skor 68 6 8 6 5 7 7 6 6 5 5 5 6

Usaha Aktif 33 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3
mengajukan
dan menjawab
pertanyaan
Mengerjakan 33 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3
soal-soal
dengan benar
sesuai aturan
yang ditentukan
guru
∑ skor 66 6 5 6 5 5 7 6 6 6 6 4 6
Lampiran 12

Rekapan Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II

No. Absen

Indikator Descriptor 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4
Mendengarka
dan
memperhatikan
penjelasan dari 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4
guru selama
proses
Perhatian pembelajaran
Membuat
refleksi di akhir 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4
pembelajaran

∑ skor 7 8 6 8 6 6 8 6 7 6 8 7 7 8
Aktif
mengajukan
4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4
dan menjawab
pertanyaan
Mengerjakan
soal-soal
Usaha
dengan benar
3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4
sesuai aturan
yang
ditentukan guru
∑ skor 7 7 7 7 7 7 6 8 6 7 6 8 7 8
DOKUMENTASI PUBLIKASI

Anda mungkin juga menyukai