Anda di halaman 1dari 39

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG DENGAN

PENDEKATAN INTEGRATIF PADA SISWA


KELAS II SDN 193/VI BUKIT BUNGKUL I
KEC. RENAH PAMENANG TAHUN AJARAN 2021/2022

DI SUSUN OLEH :

NAMA : VIKY MAULIDA


NIM : 835766916

UNIVERSITAS TERBUKA MERANGIN


TAHUN 2021

1
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG
DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF MELALUI TEKNIK DENGAR-CERITA
PADA SISWA KELAS II SDN 193/VI BUKIT BUNGKUL I
TAHUN AJARAN 2021/2022

ABSTRAK
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis, keterampilan menyimak
dongeng kelas II SD Negeri 193/VI BUKIT BUNGKUL I semester I Tahun 2021/2022
masih rendah. Rendahnya kemampuan siswa dalam menyimak dongeng disebabkan oleh (1)
siswa kurang memahami keterampilan menyimak, (2) manfaat yang didapat dari menyimak
dongeng dirasakan kurang oleh siswa, sehingga menyebabkan siswa kurang antusias, (3)
teknik pembelajaran menyimak dongeng kurang bervariasi, (4) pendekatan pembelajaran
yang digunakan guru belum tepat. Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini mengkaji dua
masalah yaitu (1) bagaimanakah peningkatan keterampilan menyimak dongeng dengan
pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita pada kelas II SDN 193/VI BUKIT
BUNGKUL I Semester I Tahun 2021/2022 setelah mengikuti pembelajaran dan (2)
bagaimanakah perubahan perilaku siswa setelah dilakukan pembelajaran keterampilan
menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita pada kelas II
SD Negeri 193/VI BUKIT BUNGKUL I setelah mengikuti pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pratindakan dan tindakan.
Tahap tindakan terdiri atas siklus I dan siklus II. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II
SD Negeri 193/VI BUKIT BUNGKUL I yang berjumlah 26 siswa dengan obyek penelitian
keterampilan menyimak dongeng. Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu
peningkatan keterampilan menyimak dongeng dan pendekatan integratif melalui teknik
dengar-cerita. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik tes dan nontes.
Teknik tes berupa hasil menceritakan isi dongeng. Untuk tes nontes berupa data perilaku
siswa dari hasil observasi, jurnal siswa, jurnal guru, wawancara, dan dokumentasi kepada
siswa. Teknik analisis data kualitatif menggunakan deskripsi kuantitatif. Kedua teknik
tersebut dianalisis dengan membandingkan hasil tes siklus I dan siklus II. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menyimak dongeng dengan teknik dengar-
cerita melalui pendekatan integratif. Nilai rata-rata kelas pada tahap pratindakan sebesar 61
dan mengalami peningkatan sebesar 6,1% menjadi sebesar 67,1. Selanjutnya pada siklus II
nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 76,3. Setelah menggunakan pendekatan integratif
melalui teknik dengar cerita juga terjadi perubahan tingkah laku siswa. Siswa yang
sebelumnya merasa kurang antusias terhadap pembelajaran menyimak dongeng menjadi
antusias, senang, dan tertarik setelah mengikuti pembelajaran keterampilan menyimak
dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis menyarankan kepada teman guru
hendaknya berperan aktif sebagai inovator dan fasilitator dalam memilih teknik dan
pendekatan yang paling tepat sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat menjadi
pengalaman belajar yang positif bagi siswa. Selain itu, pembelajaran dengan pendekatan
integratif hendaknya dapat dijadikan alternatif bagi guru bidang studi lain dalam mengajar.
Bagi peneliti sefrofesi disarankan agar melakukan penelitian serupa tetapi dengan teknik
pembelajaran yang berbeda.

Kata kunci: keterampilan menyimak, dongeng, teknik dengar-cerita, pendekatan


integratif.

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Peningkatan

Keterampilan Menyimak Dongeng Dengan Pendekatan Integratif Pada Siswa Kelas II SD

Negeri 193/VI BUKIT BUNGKUL I Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu

TugasMata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Dalam penyusunan Tugas ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan

dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati, dan rasa

ikhlas kepada semua pihak untuk memberikan saran agar dapat membangun tugas ini lebih

baik lagi

Akhirnya tiada kata seindah doa dengan harapan dan ridho-Nya semoga Tugas ini

dapat diterima dan bermanfaat untuk semua pihak.

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………....... . i

ABSTRAK……………………………………………………………………….ii

KATA PENGANTAR……………………………………………………...........iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….iv

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………............................6

A .Latar Belakang Masalah……………………………………………….…......9

B . Perumusan Masalah………………………………………………….............9

C .Pembatasan Masalah………………………………………………………....,9

D. Tujuan penelitian…………………………………….....................................10

E . Manfaat Penelitian…………………………………………….......................10

BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………...................... 12

A . Kajian Teori………………………………………………….………...........12

B . Penelitian yang Relevan……………………………………… …….............18

C . Hipotesis Tindakan…………………………………………… ……. ...........19

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………..…. ........20

A . Rancangan Penelitian………………………………………………….......20

B . Setting Penelitian……………………………………………………..........21

C . Prosedur Penelitian…………………………………………………….......22

BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………………..............30

A . Hasil Penelitian…………………………………………………….…........30

C . Pembahasaan………………………………………………….....................33
4
BAB V PENUTUP……………………………………………………………..........36

A . Kesimpulan………………………………………………………… ........36

B . Saran……………………………………………………………. …..........36

AFTAR PUSTAKA.....................................................................................................37

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengajaran menggunakan metode ceramah oleh para pengajar masih banyak ditemui

dibeberapa sekolah. Penyampaian melalui ceramah terkadang menemui beberapa kendala,

termasuk dari siswa. Saat penyampaian berlangsung, siswa sebagai objek pembelajar tidak

begitu respon terhadap materi yang disampaikan. Perhatian kosentrasi mereka pecah oleh

beberapa hal, diantaranya lingkungan sekitar serta maetri tidak menarik dan terkesan

monoton. Kini, para siswa cenderung menjadi pendengar sambil lalu dari ceramah guru

(Tarigan;1994). Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat keterampilan berbahasa yaitu

; Keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan

menyimak. Keempat keterampilan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling

berhubungan (Tarigan;1994)

Menurut Rizzqiya (Kamus Besar Bahasa Indonesia(2016) mata pelajaran Bahasa

Indonesia dan sastra Indonesia berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi adalah program

untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap

bahada dan sastra Indonesia. Menyimak merupakan salah satu bagian dari mata Pelajaran

Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia.

Menyimak merupakan salah satu faktor penting yang dipergunakan waktu proses

belajar mengajar dalam kelas. Hal itu dikarenakan siswa harus bisa menyimak penjelasan

guru dengan baik. Jika siswa tidak bisa menyimak dengan baik secara otomatis apa yang

disampaikan guru tidak berhasil. Jadi, keberhasilan siswa dalam pelajaran ditentukan oleh

baik buruknya siswa dalam hal menyimak. Berdasarkan hal-hal tersebut maka menyimak

perlu dikuasai dan ditingkatkan dengan baik. Pada kenyataannya pembelajaran menyimak

6
kurang diperhatikan dengan baik dan sering kali diremehkan oleh siswa. Hal itu menyebabkan

siswa kurang maksimal dalam pembelajaran menyimak. Oleh sebab itu, guru harus bisa

memilih cara agar dalam pembelajaran berhasil.

Untuk mencapai standar komptensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum yaitu

mengapresiasikan dongeng yang diperdengarkan, guru harus membawa siswa memperoleh

pemahaman mengenai dongeng sehingga siswa bias mencapai kompetensi dasar yang

ditetapkan, yaitu ; (1) Menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng yang diiperdengarkan,

dan (2) menunjukan relevansi isi dongeng dengan situasi sekarang. Agar dapat memahami isi

dongeng siswa harus mendengarkan sebuah dongeng secara keseluruhan. Setelah dapat

memahami isi dongeng siswa diharapkan memperoleh pengalaman batin dalam diri siswa,

dan dapat memperluas wawasan siswa sehingga akan terbentuk sikap mental yang positif

menghadapi norma-norma yang berlaku didalam masyarakat.

Ini berarti siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang kedua, sedangkan untuk

kompetensi dasar yang pertama siswa hanya perlu memahami isi dongeng dengan baik.

Karena memahami isi dongeng siswa dapat menemukan hal-hal yang menarik dari dalam

dongeng yang telah disimak. Kompetensi tersebut harus dikuasai oleh siswa kelas II SD

Negeri 193/VI BUKIT BUNGKUL I

Berdasarkan hasil observasi awal Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam

penguasaaan keterampilan menyimak. dalam proses pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia di kelas II SD Negeri 193/VI BUKIT BUNGKUL I Semester I Tahun Ajaran

2021/2022 , yang hanya berorientasi pada teori dan pengetahuan saja sedangkan latihan

kurang diperhatikan khususnya keterampilan menyimak. Pada kenyataannya, keterampilan

menyimak khususnya menyimak dongeng siswa kelas II SD Negeri 193/VI BUKIT

BUNGKUL I Semester I Tahun Ajaran 2021/2022 masih rendah. Berdasarkan Hasil

wawancara kesulitan dalam pembelajaran menyimak dongeng yang ditemukan dalam objek

penelitian adalah (1) siswa kurang memahami keterampilan menyimak dongeng, (2) manfaat

7
yang didapat dari menyimak dongeng dirasakan kurang oleh siswa, sehingga menyebabkan

siswa kurang antusias, (3) pendekatan yang digunakan guru belum tepat, (4) teknik

pembelajaran menyimak dongeng kurang bervariasi. Hal tersebut menyebabkan keterampilan

menyimak dongeng siswa kelas II SD Negeri 193/VI BUKIT BUNGKUL I Semester I Tahun

Ajaran 2021/2022 rendah.

Berdasarkan dari hasil observasi awal tersebut, penulis akan melakukan

penelitian dengan menggunakan model pembelajaran yaitu pendekatan integratfi adalah suatu

prosedur pembelajaran yang dirancang untuk mengajari siswa tentang strategi-strategi

kognitif serta membantu siswa memahami bacaan yang lebih baik

Berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Danandjaja (2002) dongeng adalah prosa

rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk member

hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pembelajaran moral

bukan sindiran. Selanjutnya menurut Haryati (2007) dongeng adalah cerita rakyat yang

dianggap tidak benar-benar terjadi dan terikat oleh waktu dan tempat. Dongeng biasanya

diceritakan untuk hiburan walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisi pelajaran

moral atau sindiran, misalnya dongeng binatang.

Cara yang digunakan untuk keterampilan menyimak dongeng adalah diperlukannya

pendekatan dan teknik yang sesuai. Hal itu diharapkan keterampilan menyimak akan

mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya hasil pada pembelajaran menyimak dongeng

maka siswa akan berhasil dalam proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran dengan

pendekatan integratif dapat dijadikan sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan

menyimak dongeng siswa.

Pendekatan Integratif dapat dimaknakan sebagai pendekatan yang menyatukan

beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan

antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi

diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan diintegrasikan dengan berbicara dan menulis.

8
Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca. Materi kebahasaan diintegrasikan

dengan keterampilan bahasa. Integratif antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan

dari beberapa bidang studi. Misalnya, bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan

bidang studi lainnya (Imam Syafi’ie, Mam’ur Saadie, Roekhan. 2011).

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak

digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara langsung menyodorkan materi

kalimat ke siswa tetapi diawali dengan membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur

secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat

menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi. Integratif sangat diharapkan dalam

pembelajaran bahasa Indonesia. Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai dengan kompetensi

dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan. Materi ajar justru merupakan

kesatuan yang perlu dikemas secara menarik (Imam Syafi’ie, Mam’ur Saadie, Roekhan.

2011).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, penulis mendapatkan

rumusan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana cara meningkatkan keterampilan menyimak dongeng dengan menggunakan

pendekatan integrative?

C. Pembatasan masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam maka

penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya. Oleh

sebab itu, penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan “ Keterampilan Menyimak

Dongeng Dengan Pendekatan Integratif melalui Teknik Cerita”pada siswa kelas II SD Negeri

193/VI BUKIT BUNGKUL I Semester I Tahun Ajaran 2021/2022.

9
D. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mendiskripsikan peningkatan keterampilan menyimak dongeng pada siswa II

SDN No. 114 Kab. Merangin Semeter I Tahun Ajaran 2018/2019 setelah dilakukan

pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui

teknik dengar-cerita.

2) Untuk mendiskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas II SDN No. 114 Kec.

Pamenang Selatan kab. Merangin Tahun Ajaran 2018/2019 setelah dilakukan

pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui

teknik dengar-cerita.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan penelitian

pendidikan di Indonesia, khususnya pada bidang penelitian tindakan kelas. Penelitian ini juga

diharapkan menambah khasanah pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca tentang

peningkatan keterampilan mernyimak dongeng dengan pedekatan integratif melalui teknik

dengar-cerita. Selain itu, bermanfaat untuk memberikan masukan bagi teori pembelajaran

menyimak dan dipakai sebagai bahan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan solusi dan masukan bagi guru untuk

menggunakan Pendekatan Integratif dan memperbaiki metode yang digunakan dalam

pembelajaran menyimak Dongeng agar bertujuan pembelajaran dapat tercapai dengan

hasil yang maksimal

a. Bagi Siswa

10
Penelitian ini juga dapat memberi manfaat bagi siswa, yaitu (1) meningkatkan

pemahaman siswa terhadap pembelajaran menyimak dongeng, (2) dapat

membantu siswa dalam mengatasi kesulitan pembelajaran menyimak khususnya

menyimak dongeng, (3) memotivasi siswa untuk belajar, dan (4) melatih dan

membiasakan siswa untuk melakukan kegiatan menyimak secara intensif dan

efektif.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi guru, yaitu (1)

memberikan masukan pada guru tentang keterampilan menyimak dongeng dengan

pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita, (2) memperkaya khasanah

pendekatan dan teknik dalam pembelajaran menyimak dongeng, (3) memperbaiki

pendekatan dan teknik untuk mengajar yang selama ini digunakan.

c. Bagi Sekolah

Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan semangat bagi para

guru di sekolah tersebut untuk menerapkan proses KBM yang menarik dan

menyenangkan, selain itu dapat memotivasi para guru untuk melaksanakan penelitian-

penelitian yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar siswa.

11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Keterampilan Menyimak
1. Pengertian Keterampilan
Keterampilan berasal dari kata dasar terampil. Soemarjadi (2001: 2) berpendapat

bahwa keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan adalah

kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Akan tetapi dalam

pengertian sempit biasanya keterampilan lebih ditujukan pada kegiatan yang berupa

perbuatan, karena terampil itu lebih dari sekedar memahami. Oleh karena itu, untuk menjadi

yang terampil diperlukan latihan-latihan praktis yang bisa memberikan rangsangan pada otak,

agar semakin terbiasa. Poearwadarminta (2002: 1088), menyatakan bahwa keterampilan

adalah kecekatan; atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat (dengan

keahlian). Keterampilan pada dasarnya potensi manusia yang dapat dikembangkan melalui

pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk memaksimalkan semua fungsi

perkembangan manusia sehingga menjadikan manusia yang utuh. Setiap orang tentunya

mempunyai kemampuan dan keterampilan yang berbeda-beda. Dalam konteks pemerolehan

keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menulis. Melatih keterampilan ini dapat

dilakukan sejak dini. Banyak sekali keterampilan yang dihasilkan, misalnya keterampilan

membuat cerita, keterampilan menulis puisi, dll.

2. Keterampilan Menyimak

a. Pengertian Menyimak

Menurut Tarigan (1994: 28), menyimak adalah suatu proses kegiatan

mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi,

serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami

makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau

bahasa lisan.

12
Hakikat menyimak dikemukakan oleh beberapa tokoh. Anderson (dalam Tarigan

1994:4) menyatakan bahwa menyimak adalah proses besar mendengarkan, mengenal, serta

menginterprestasikan lambang-lambang lisan. Menyimak dapat pula bermakna mendengarkan

dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apreasiasi (Rusel & Russell; Anderson dalam

Tarigan 1994:24). Tarigan (1994: 28) menyatakan bahwa menyimak merupakan suatu proses

kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman.

Apreasiasi serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta

memahami maka komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran

atau bahasa lisan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan menyimak dongeng adalah

kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian

disertai pemahaman, apresiasi dan interprestasi untuk memperoleh pesan, informasi,

memahami makna komunikasi, dan merespon yang terkandung dalam karya prosa lama yang

ceritanya berisi tentang hal-hal atau peristiwa yang tidak pernah benar-benar terjadi yang

bertujuan sebagai sarana hiburan dan pembelajaran moral.

b. Tujuan Menyimak

Menurut Shrope; Logan [et all] (dalam Tarigan 1994: 56-57), tujuan orang menyimak

sesuatu itu beraneka ragam antara lain (1) menyimak untuk belajar, (2)

menyimak untuk menikmati, (3) menyimak untuk mengevaluasi, (4) menyimak untuk

mengapresiasi, (5) menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide, (6) menyimak untuk

membedakan bunyi-bunyi, (7) menyimak untuk memecahkan masalah, (8) menyimak untuk

meyakinkan.

Menurut Logan (dalam Tarigan 1994:56) menyimak mempunyai tujuan pokok sebagai

berikut. 1. Menyimak untuk belajar, yaitu memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang

pembicara. 2. Menyimak menikmati keindahan audial, yaitu menyimak dengan penekanan

pada penikmatan terhdap sesuatu dari materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau

13
dipagelarkan. 3. Menyimak untuk mengevaluasi, yaitu menyimak dengan maksud agar dapat

menilai apa-apa yang disimak (baik-buruk, indah-jelek, logis tak logis dan lain-lain). 4.

Menyimak untuk mengapreasiasikan materi simakan. Orang menyimak agar dapat menikmati

serta menghargai apa-apa yang dinikmati itu (misalnya pembacaan cerita, pembacaan puisi,

musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan). 5. Menyimak untuk mengkomunikasikan

ide-ide sendiri. Orang menyimak dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide-ide,

gagasan –gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.

Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua merupakan

bahan yang penting dalam menujang. 6. Menyimak menbedakan bunyi-bunyi dengan tepat.

Orang menyimak dengan maksud agar dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat, dimana

bunyi yang membedakan arti, mana bunyi yang tidak membedakan arti, biasa hanya terlihat

seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli

(native speaker). 7. Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis.

Dengan menyimak dari seorang pembicara, seseorang mungkin memperoleh banyak masukan

berharga untuk memecahkan masalahnya.

c. Tahap-tahap Menyimak

Tahap-tahap menyimak menurut Tarigan (1994: 58-59) ada lima, yaitu tahap

mendengar, tahap memahami, tahap menginterpretasi, tahap evaluasi, dan tahap

menanggapi. Pertama, tahap mendengar. Tahap ini kita hanya baru mendengar segala

sesuatu yang diujarkan oleh pembicara. Dengan demikian kita masih berada

tahaptahap hearing. Kedua, tahap memahami. Setelah kita mendengar ujaran sang

pembicara maka perlu untuk mengerti atau memahami dengan baik. Tahap ini merupakan

tahap understanding. Ketiga, tahap menginterpretasi. Penyimak yang baik, yang cermat

dan teliti belum merasa puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran oleh

pembicara sehingga ia ingin menafsirkan apa yang tersirat dalam ujaran permbicara

tersebut. Sehingga tahap ini disebut tahap interpreting. Keempat, tahap mengevaluasi.
14
Setelah penyimak bisa memahami serta dapat menafsirkan isi pembicaraan maka mulailah

penyimak menilai apa yang telah diujarkan oleh pembicara, yaitu tentang keunggulan dan

kelemahan. Dengan demikian sampailah pada tahap evaluating. Kelima, tahap

menanggapi. Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Penyimak

bisa menyambut, menyerap serta menerima gagasan yang dikemukakan oleh pembicara.

Tahap ini disebut tahap responding..

B. Pengertian Dongeng

Dongeng adalah cerita tentang sesuatu hal yang tidak pernah terjadi dan juga tidak

mungkin terjadi (fantastis belaka). Cerita fantastis ini seringkali berhubungan dengan

kepercayaan kuno, keajaiban alam, atau kehidupan binatang, sering juga mengandung

kelucuan dan bersifat didaktis (Nursisto 2000: 43).

Dongeng menurut Zainuddin (1991: 101) adalah cerita yang isinya mengungkapkan

sesuatu yang sifatnya khayal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 241)

disebutkan bahwa dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang

kejadian zaman dulu yang aneh-aneh). Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat

disimpulkan bahwa dongengadalah salah satu jenis karya sastra lama yang berbentuk

prosa dan merupakan sastra lisan serta cerita yang ada tidak benar-benar terjadi.

Dengan demikian, dongeng adalah karya sastra lama yang isinya cerita tentang suatu hal

yang tidak benar-benar terjadi atau bersifat khayalan baik oleh penutur maupun pendengarnya

yang tidak terikat oleh waktu dan bertujuan untuk memberi hiburan atau sindiran yang

berisikan ajaran moral. Meskipun antara dongeng dengan cerita itu sama-sama sebagai sebuah

bentuk cerita, namun dongeng tetap memiliki perbedaan dengan cerita karena di dalam

dongeng itu selalu terdapat ajaran moral atau nilai-nilai kehidupan, sedangkan di dalam cerita

tidak hanya merupakan rerentetan kejadian atau peristiwa yang dialami manusia semasa

15
hidupnya, baik dalam waktu yang singkat maupun yang panjang. Melalui pemahaman

terhadap dongeng, maka diperoleh gambaran bahwa dongeng merupakan bentuk warisan

leluhur yang patut dilestarikan. Peminat dongeng umumnya kalangan anak-anak karena

dongeng mudah dipahami dan mengandung nilai moral dan etika yang tinggi, serta

bermanfaat dalam pembentukan watak dan perilaku anak.

C. Pendekatan Integratif

Menurut Suyatno (2004: 26), integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke

dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi.

Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan.

Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Sedangkan,

antarbidang studi merupakan pengintegrasikan bahan dari beberapa bidang studi.

Misalnya, bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainya.

D. Kerangka Berpikir

Menyimak adalah suatu proses kegiatan yang dimulai dari mendengarkan sampai

dengan memahami untuk memperoleh informasi dan pesan

yang terkandung dari ujaran secara lisan dari pembicara. Proses pembelajaran

keterampilan menyimak dongeng dalam kelas selalu mengalami hambatan baik dari guru

maupun siswa. Masalah yang ada pada siswa meliputi kondisi fisik siswa yang malas

mengikuti pembelajaran menyimak jika jam terakhir pelajaran, siswa meremehkan

pembelajaran menyimak, siswa merasa bosan ketika ada pembelajaran menyimak, dan

materi simakan yang ada kurang menarik perhatian siswa. Masalah yang dialami guru

ketika sedang pembelajaran menyimak dongeng adalah guru belum menggunakan

pendekatan yang tepat dan bervariasi dalam pembelajaran menyimak. Guru juga belum

menggunakan teknik penyajian pembelajaran menyimak yang sesuai dan tepat.

16
Hasil pembelajaran keterampilan menyimak dongeng siswa rata-ratamendapat nilai

yang rendah. Hal itu disebabkan oleh masalah-masalah di atas. Gar bisa mengatasi

masalah yang terjadi maka dalam pembelajaran menyimak dongeng guru harus

menggunakan teknik penyajian pembelajaran menyimak yang bervariatif serta sesuai

dengan pembelajaran menyimak dongeng yang dilakukan. Salah satu di antaranya adalah

dengan teknik dengar-cerita. Hal itu dikarenakan dengan teknik dengar-cerita tersebut

siswa selain mendengar apa yang telah didengarkan atau disimak, siswa dapat

menceritakan tentang apa yang telah disimak dengan bercerita. Hal itu dilakukan agar

pembelajaran menyimak tidak monoton dan lebih bervariasi. Oleh karena itu, peneliti

menggunakan pendekatan integratif dalam pembelajaran menyimak yang akan dilakukan.

Dengan demikian terciptalah pembelajaran menyimak yang tidak membosankan bagi

siswa. Pembelajaran keterampilan menyimak melalui pendekatan integratif dengan teknik

dengar-cerita yang dilakukan oleh peneliti diharapkan semua masalah pembelajaran

menyimak dalam kelas dapat teratasi. Guru harus bisa menciptakan suasana pembelajaran

menyimak yang menarik agar siswa tidak meremehkan kegiatan pembelajaran itu.

Biasanya siswa kurang bias menyimak dengan seksama. Oleh karena itu, guru menyuruh

siswa mencatat hal-hal yang belum dipahami ketika pembelajaran menyimak terjadi. Agar

siswa merasa tertarik maka peneliti memberikan penjelasan tentang manfaat dan tujuan

menyimak. Selain itu, peneliti menyajikan faktor penentu keberhasilan menyimak dan

cara meningkatkan keterampilan menyimak serta pemilihan bahan yang sesuai. Semua hal

tersebut diharapkan akan meningkatkan keterampilan menyimak siswa. Masalah

menyimak di atas jika dilihat secara umum maka dapat diatasi dengan pendekatan

integratif dan teknik penyajian pembelajaran menyimak yaitu teknik dengar cerita dalam

pembelajaran menyimak, khususnya menyimak dongeng. Selain itu, materi yang

17
disampaikan pada siswa harus menarik dengan berbagai variasi agar tujuan pembelajaran

tercapai.

E. Penelitian yang Relevan

Novita Sari (2014) Jurusan PGSD, dengan judul penelitian tentang Peningkatan

Keterampilan Menulis Dongeng Dengan menggunakan pendekatan Recprrocal Teachinh

Pada siswa kelas II SD Negeri 193/VI BUKIT BUNGKUL I, diperoleh hasil penelitian

dengan jumlah 26 siswa menunjukan bahwa (1) Siswa yang tuntas dalam tes hasil belajar

sebanyak 91,67% dan siswa yang tuntas dalam tes kinerja sebanyak 91,67%, (2) kemampuan

guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Reciprocal

Teaching mengalami peningkatan dari 80% menjadi 88,33%, kemudian meningkat lagi

menjadi 91,67% dengan kriteria baik sampai sangat baik, (3) aktivitas siswa semakin

meningkat pada setiap pertemuan yang terlihat dari menurunnya presentase aktivitas siswa

yang sesuai KBM, yaitu dari 3,7% menjadi 2,8% dan menurun lagi menjadi 2,3%, (4)

presentase yang memberikan respon setuju terhadap pembelajaran sebesar 88,89% dan

respon tidak setuju terhadap pembelajaran sebesar 11,12%.

Prihatin Sarjiyanto (2013) Jurusan pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar dengan judul penelitian tentang upaya meningkatkan

kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SDN No. 114 dengan menerapkan

Pendekatan Integratif . Hasil penelitiannya menunjukan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa

setelah pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Integratfi mengalami peningkatan pada

setiap siklusnya. Ketuntasan hasil belajar semula hanya 29,4% meningkat menjadi 41% pada

siklus 1 dan 50% pada siklus II.

Berdasarkan pada penelitian relevan terdahulu tersebut dapat disimpulkan bahwa

penerapan Pendekatan Integratif sangat penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa,

sehingga penulis ingin meneliti sejauh mana penerapan Pendekatan Integratif dapat

18
meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas II SD Negeri 193/VI BUKIT

BUNGKUL I pada standar kompetensi yang berada untuk lebih melengkapi penelitian

terdahulu tersebut.

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis penelitian ini adalah adanya peningkatan keterampilan menyimak

dongeng dan perubahan perilaku pada siswa kelas II SD Negeri 193/VI BUKIT

BUNGKUL I Semester I Tahun Ajaran 2021/2022 setelah dilakukan proses

pembelajaran menyimak dongeng dengan pendekatan integratif dan melalui teknik

dengar-cerita.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Menurut Trianto (2011:13) penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan proses pengumpulan

dan penganalisisan data yang dilakukan secara logis dan sistematis untuk memecahkan

masalah-masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran. Selanjutnya menurut Burns

(dalam Kunandar, 2009:43), “penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada

pemecahan masalah dalam situasi social dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas

tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerja sama para

peneliti, praktisi, dan orang awam’.

Menurut Trianto (2011:25) “penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang

dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu

subyek penelitian dikelas tersebut”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Arikunto (2006:2-3)

menjelaskan “penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan

belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara

bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan

siswa”.

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai PTK dapat penulis simpulkan bahwa PTK

adalah proses pengumpulan data atau suatu tindakan yang dilakukan guru dalam memperbaiki

atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara lebih professional. Hal ini

pulalah yang menjadi alasan penulis memilih PTK sebagai metode penelitian penulis karena

melalui PTK kolaborator dapat menawarkan peluang yang luas terhadap tercapainya

peningkatan hasil belajar dengan cara berdiskusi untuk mencari dan merumuskan

pembelajaran di kelas.

20
PTK memiliki cirri khas khusus yang membedakan dengan jenis lain. Berkaitan dengan cirri

khusus tersebut, Arikunto,dkk. (2007:62) menjelaskan ada beberapa karakteristik PTK

tersebut antara lain.

1. Adanya tindakan yang nyata dilakukan dalam situasi yang alami dan ditunjuk untuk

menyelesaikan masalah.

2. Menambah wawasan keilmiahan dan keilmuwan untuk menyelesaikan masalah.

3. Permasalahan yang akan diangkat bersifat sederhana, nyata, jelas, dan penting.

Selanjutnya menurut Arikunto, dkk. (2007:62) ada beberapa karakteristik PTK, antara

lain: 1. Adanya tindakan yang nyata yang dilakukan dalam situasi yang alami dan

ditunjukan untuk menyelesaikan masalah, 2. Menambah wawasan keilmiahan dan

keilmuan untuk menyelesaikan masalah, 3. Sumber permasalahan berasal dari yang

dialami guru dalam pembelajaran, 4. Permasalahan yang akan diangkat bersifat

sederhana, nyata, jelas dan penting, 5. Adanya kolaborasi antara praktik dan peneliti,

6. Adanya tujuan penting dalam pelaksanaan PTK yaitu meningkatkan

profesionalisme guru, ada keputusan kelompok, bertujuan untuk meningkatkan dan

menambah pengetahuan.

B. Setting Penelitian

Penelitian kelas ini dirancang mulai bulan Oktober pada kelas II SD Negeri 193/VI

BUKIT BUNGKUL I. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah Peningkatan

Keterampilan Menyimak Dongeng Dengan Pendekatan Integratif Melalui Teknik Dengar

Cerita Pada Siswa Kelas II SD Negeri 193/VI BUKIT BUNGKUL I sedangkan yang menjadi

subjek adalah siswa kelas II SD Negeri 193/VI BUKIT BUNGKUL I yang berjumlah 26

orang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki.

21
C. Prosedur Penelitian

PTK merupakan penelitian yang bersiklus, artinya penelitian ini dilakukan secara

berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai secara jelas, Menurut

Arikunto, (2007:105) langkah-langkah tersebut digambarkan sebagai berikut:

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan


Tindakan Tindakan I

Permasalahan Refleksi I Pengamatan /


Baru hasil Pengumpulan data I
Refleksi

Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan/


Tindakan II Tindakan II Pengumpulan data
II
Apabila Masalah Refleksi II
Belum Terselesaikan

Dilanjutkan ke
Siklus Selanjutnya

Menurut Arikunto, (2007:105) prosedur penelitian ini meliputi tahap-tahap berikut:

1. Perencanaan Tindakan

Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan sebelum kegiatan siklus

dilakukan, siklus I, dam siklus II, setiap siklus 2x pertemuan dengan alokasi waktu

4x40 menit, setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu (1) Perencanaan tindakan, (2)

Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi, serta (4) analisis dan refleksi. Materi pelajaran

pada cara menemukan masalah utama dan implementasinya. Personil yang terlibat

dalam PTK ini adalah peneliti yang berperan sebagai guru, guru kelas bertindak

22
sebagai kolaborator (observer) yang melakukan observasi pada siswa dan guru

sebelum dan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

pendekatan proses berupa tes pertindakan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan langsung oleh peneliti. Kegiatan pembelajaran

dilaksanakan dengan menggunakan Pendekatan Integratif. Indicator yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah Meningkatkan keterampilan Menyimak Dongeng siswa

kelas II SD Negeri 193/VI BUKIT BUNGKUL I dalam membaca. Indicator tersebut

dirancang dalam dua siklus. Sebelum pemberlakuan siklus I terhadap siswa terlebih

dahulu dilakukan tes pertindakan. Hasil tes pertindakan ini bertujuan untuk

mengetahui kondisi awal keterampilan Menyimak siswa kelas II SD Negeri 193/VI

BUKIT BUNGKUL I. Sebelum dilakukan pra tindakan, terlebih dahulu guru

mengatur ruangan kelas agar terkesan rapi, indah dan nyaman. Guru mengawali

pembelajaran dengan mengucapkan salam, membaca doa, mengabsen siswa, serta

menjelaskan tujuan pembelajaran. Setelah melakukan apersepsi guru menerangkan

materi yang akan disampaikan yang akan dijabarkan pada silabus dan RPP tentang

cara menemukan masalah utama dan implementasinya. Tindakan penelitian dilakukan

dalam tiga tahap, yaitu tahap kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan

penutup.

Tahap I, Kegiatan awal; (1) Guru membuka pembelajaran dengan member

salam kepada siswa, meminta siswa bersiap-siap untuk berdoa dan mengambil daftar

hadir siswa sebelum pembelajaran dimulai, (2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

yaitu melalui rangkuman rencana pembelajaran, langkah-langkah utama pembelajaran,

serta alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap melalui media infokus, (3)

Guru mengajukan pertanyaan untuk membuka wawasan siswa tentang materi

menyimak yang pernah mereka pelajari sebelumnya, (4) Guru memberikan soal

23
pretest kepada siswa, untuk melihat keterampilan Menyimak siswa sebelum

melakukan tindakan, (5) Guru memberi motivasi dengan menjelaskan pentingnya

mempelajari materi membaca, serta meminta siswa berpartisipasi secara aktif, kreatif,

dan inovatif selama mengikuti proses pembelajaran.

Tahap 2, kegiatan inti bagian eksplorasi, (1) Guru mampu bercerita dengan

urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gesture, dan mimik yang tepat, (2) Guru

melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema

materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan

belajar dari aneka sumber, (3) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran,

media pembelajaran, dan sumber belajar lain, (4) Memfasilitasi terjadinya interaksi

antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya, (5) Guru

melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, (6) Guru

memfasilitasi peserta didik mendeklamasikan puisi dengan memperhatikan lafal,

intonasi, dan ekspresi sesuai dengan isi puisi.

Kegiatan Inti bagian Elaborasi, (1) Guru memfasilitasi peserta didik melalui

pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara

lisan maupun tertulis, (2) Guru memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran

kooperatif dan kolaboratif, (3) Guru mendengarkan percakapan tentang persiapan

mendeklamasikan puisi, (4) Guru mendengarkan pembacaan deklamasi puisi, (5) Guru

mempelajari puisi yang akan dideklamasikan, (6) Guru memfasilitasi peserta didik

berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, (7) Guru memfasilitasi

peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis,

secara individual maupun kelompok, (8) Guru memfasilitasi peserta didik untuk

menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok, (9) Guru memfasilitasi peserta

didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri

peserta didik.

24
Tahap 3, Kegiatan Penutup; (1) Guru bersama-sama dengan peserta didik atau

sendiri membuat rangkuman atau kesimpulan pembelajaran, (2) Guru melakukan

penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten

dan terprogram. (3) Guru memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran, (4) Guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk

pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan

tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta

didik.

3. Observasi dan Evaluasi

Data dalam penelitian ini didapatkan melalui observasi dan evaluasi..

Observasi dilakukan Selama proses kegiatan pembelajaran dikelas dan diluar kelas.

Menurut Kunandar (2009:72) “observasi dalam penelitian tindakan kelas adalah

kagiatan pengumpulan data yang berupa proses perubahan kinerja PBM”. Jenis

observasi dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, yaitu melibatkan observer

secara langsung dalam kegiatan pengamatan. Aspek yang diamati adalah proses

kegiatan pembelajaran menggunakan Pendekatan Integratif. Observasi kegiatan siswa

dilakukan oleh peneliti sedangkan observasi kegiatan guru (peneliti) dilakukan oleh

kolaborator dalam hal ini adalah Ibu Lasinem,S.Pd. Instrumen yang digunakan berupa

pedoman yang diisi dengan cara memberi tanda chek list.

Lembar observasi kegiatan guru digunakan untuk mengamati tindakan guru

selama proses kegiatan pembelajaran. Aspek-aspek yang diamati yaitu; (1) guru

membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a serta mengambil daftar hadir siswa,

(2) guru menjelaskan tujuan pembelajaran, (3) guru mengajukan pertanyaan untuk

membuka wawasan siswa, (4) guru meberikan motivasi kepada siswa, (5) guru

menjelaskan secara garis besar materi pelajaran, (6) guru menampilkan teks bacaan

25
puisi didepan kelas, (7) guru memberikan umpan balik kepada siswa, dan membantu

siswa yang kesulitan dalam melakukan umpan balik, (8) guru membagi siswa dalam

beberapa kelompok diskusi, (9) guru menarik perhatian siswa agar kebih berpartisipasi

mengikuti pembelajaran, (10) guru memberikan penghargaan kepada siswa yang

berupa pujian dan applus, (11) guru dan siswa mendiskusikan hal-hal yang muncul

selama pembelajarn berlangsung, (12) guru menyimpulkan materi pembelajaran, (13)

guru meminta siswa berdo’a menutup pembelajaran dengan salam.

Sugiyono (2003:204:205) mengatakan bahwa terdapat 2 jenis observasi yaitu

observasi partisipasi dan observasi nonpartisipasi. Observasi (participant observation)

merupakan kebaikan dari observasi partisipan karena dalam penelitian ini peneliti ini

tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Selanjutnya dari segi

instrument yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur. Observasi terstruktur adalah

observasi yang telah dirancang secara

Dalam penelitian ini digunakan observasi berperan serta dan observasi

terstruktur. Pada penelitian ini, peneliti terlibat langsung ada kegiatan pembelajaran

dikelas. Aspek yang diobservasikan adalah kegiatan siswa dan kegiatan guru.

Kegiatan siswa yang diobservasikan adalah (1) keaktifan siswa memperhatikan, (2)

keaktifan bertanyaan, (3) dan keaktifan mengajukan pendapat. Kegiatan guru yang

diobservasikan adalah (1) membuka pembelajaran, (2) apersepsi (3) penjelasan materi

pembelajaran dan metode pembelajaran, (4) penguasaan kelas, (5) penggunaan media,

(6) Pengelolaan kegiatan diskusi dengan Pendekatan Integratif, (7) Memberi

pertanyaan atau kuis, (8) kemampuan menyimpulkan materi pembelajaran, (9)

memberi motivasi atau penguatan, dan (10) menutup pembelajaran.

Data hasil pembelajaran mebaca dikumpulkan dengan memberikan evaluasi

dalam bentuk tes Praktek. Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

26
kemampuan atau keterampilan menyimak. Arikunto (dalam Wuria Sari, 2013:26)

mengatakan bahwa “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau

bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes yang digunakan untuk

mengukur keterampilan membaca yaitu tes praktek dengan instrumen ; (1) Berilah

penanda jeda pada puisi yang akan kamu baca, (2) Bacalah puisi yang kamu beri

penanda jeda dengan lafal, intonasi, mimik, dan suara yang tepat.

4. Refleksi

Refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran untuk dengan teknik

melihat perkembangan kemampuan siswa dalam menguasi materi memahami artikel

dan kegiatan yang dilakukan guru. Data hasil observasi dianalisis presentasi. Refleksi

dilaksanakan pada akhir siklus sebagai acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya,

pada tahap ini dilakukan proses analisis data guru mengetahui perolehan hasil rata-rata

dan persentase ketuntasan keterampilan membaca.

Data hasil belajar membaca puisi dianalisis dengan mengikuti langkah-langkah

berikut. Pertama, menentukan skor masing-masing dengan cara memberi skor setiap

aspek yang dicantumkan pada tabel 1.

Tabel 1. Skor Penilaian Menulis Puisi Siswa

Bentuk tes: lisan dan tertulis

No Aspek Penilaian Bobot Nilai

1 Menyusun perencanaan gerak, mimik, dan ekspresi


deklamasi

puisi
10
a. Kreatif
20
b. Kurang kreatif
15
c. Tidak kreatif

2 Tampil mendeklamasikan puisi

27
a. Ekspresif 15

b. Kurang ekspresif 15

c. Tidak ekspresif 15

Kedua, menghitung nilai rata-rata tes hasil membaca puisi dengan rumus yang

Σ𝑓.𝑥
dikemukakan oleh Sudijo (2010:84) Mx = (Mx; mean yang dicari, Σ𝑓𝑥 : jumlah
N

semua skor, N: jumlah subjek yang diteliti. Ketiga, mengklasifikasikan hasil evaluasi

menjadi kelompok tuntas dan tidak tuntas. Siswa dikategorikan tuntas jika telah

mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 75, apabila hasil belajar keterampilan membaca

siswa belum mencapai KKM maka siswa tersebut diklasifikasikan dalammkelompok

tidak tuntas. Keempat, menghitung persentase ketuntasan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠


P= x 100%
jumlah seluruh siswa

Data hasil observasi dianalisis dengan mengikuti langkah-langkah berikut.

Pertama, menghitung persentase katerlibatan siswa pada suatu aktivitas, dengan


F
rumus dikemukakan oleh Sudijo (2010;83) yaitu P=N x 100% (P= angka persentase,

f= jumlah yang melakukan aktivitas belajar, dan n= jumlah siswa). Kedua,

mengklasifikasikan aktivitas menjadi 5 kelompok yaitu sangat baik, baik, cukup,

cukup baik , kurang, dan kurang baik.

28
Tabel 2. Kategori Penilaian

No Rentang Kategori Frekuensi Persenta Keterangan


Nilai se
Tuntas Tidak
Tuntas
1. 85-100 Sangat
Baik
2. 75-84 Baik
3. 60-74 Cukup
Baik
4 50-59 Kurang
5 0-49 Kurang
Baik

a. Mengklasifikasikan hasil evaluasi menjadi kelompok tuntas dan tidak tuntas.

b. Menghitung persen (%) ketuntasan

Tindakan kelas dianggap berhasil bila 80% dari jumlah siswa telah

mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Menurut Arikunto, (2010:106) dasar

utama dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk peningkatan

pembelajaran di kelas jika 80% siswa telah mencapai ketuntasan maka

ketuntasan pembelajaran telah tercapai.

29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dengan 4 kali pertemuan, 2 kali pertemuan

untuk 2 siklus. Penelitian ini dimulai pada tanggal 18 Oktober 2021 dan dilaksanakan

dikelas II SD Negeri 193/VI BUKIT BUNGKUL I. Pelaksana tindakan adalah peneliti

sebagai guru kelas di SD Negeri 193/VI BUKIT BUNGKUL I .

1. Hasil Pratindakan
i. Hasil Tes Menceritakan Isi Dongeng Pratindakan
Di bawah ini adalah hasil tes menceritakan isi dongeng pratindakan yang
berupa skor komulatif dan nilai komulatif. Berikut adalah skor komulatif menyimak dongeng
pratindakan
Tabel 2. Skor Komulatif Menyimak Dongeng Pratindakan
No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata
Skor skor
1 Sangat baik 68-80 0 0 0 1258:26
2 Baik 56-67 10 642 38,46 = 48,38
3 Cukup 44-55 4 196 15,39 (kategori
4 Kurang 0-43 12 420 46,15 cukup)
Jumlah 26 1258 100

Skor komulatif menyimak dongeng dapat dilihat tabel 7. Dari tabel


tersebutmenunjukkan tidak ada siswa yang mencapai skor dalam kategori sangat baik dengan
rentang skor 68-80 tidak dicapai oleh siswa, untuk kategori baik 56-67 dicapai oleh 5 siswa
yang berarti sebesar 38,46 %. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 44-55 dicapai oleh 2
siswa yang berarti persentasinya sebesar 15,39 %. Sedangkan untuk kategori kurang dengan
rentang skor 0-43 dicapai oleh 6 siswa, berarti persentasinya sebesar 46,15 %. Rata-rata skor
komulatif yaitu 1258/26=48,38. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada skor komulatif
menyimak dongeng secara klasikal berkategori cukup.
Berikut adalah nilai komulatif menyimak dongeng pratindakan
Tabel 3. Nilai Komulatif Menyimak Dongeng Pratindakan
No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata
Skor skor
1 Sangat baik 85-100 0 0 0 1576:26
2 Baik 70-84 10 650 38,46 = 60,61
3 Cukup 55-69 4 244 15,39 (kategori
4 Kurang 0-54 12 526 46,15 cukup)
Jumlah 26 1576 100

30
2. Hasil Tes Menceritakan Isi Dongeng Siklus I
Berikut adalah hasil tes menceritakan isi dongeng yaitu skor komulatif menyimak
dongeng dan nilai komulatif menyimak dongeng pada siklus I.
Tabel 4. Skor Komulatif Menyimak Dongeng Siklus I
No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata
Skor skor
1 Sangat baik 68-80 2 142 7,69 1392:26
2 Baik 56-67 10 634 38,46 = 53,5
3 Cukup 44-55 6 386 23,08 (kategori
4 Kurang 0-43 8 230 30,77 cukup)
Jumlah 26 1392 100

Skor komulatif menyimak dongeng dapat dilihat tabel 15. Dari tabel tersebut
menunjukkan siswa yang mencapai skor dalam kategori sangat baik dengan rentang skor 68-
80 dicapai oleh 1 atau sebesar 7,69 %, untuk kategori baik 56-67 dicapai oleh 5 siswa yang
berarti sebesar 38,46 %. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 44- 55 dicapai oleh 3
siswa yang berarti persentasinya sebesar 23,08 %. Ada 4 siswa atau 30,77 % yang mencapai
untuk kategori kurang dengan rentang skor 0-43. Rata-rata skor komulatif yaitu
1392/26=53,5. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada skor komulatif menyimak dongeng
secara klasikal berkategori cukup. Berikut adalah nilai komulatif menyimak dongeng siklus I
Tabel 5. Nilai Komulatif Menyimak Dongeng Siklus I
No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata
Skor skor
1 Sangat baik 85-100 2 178 7,6 1746:26
2 Baik 70-84 10 694 38,46 = 67,08
3 Cukup 55-69 6 376 23,08 (kategori
4 Kurang 0-54 8 484 30,77 cukup)
Jumlah 26 1746 100

3. Hasil Nontes siklus I


Tabel. 6 Hasil Observasi Siklus I
Keterangan Ya Tidak
Jmlh Prosentase Jmlh Prosentase
Siswa Siswa
1.Sikap Positif
a. Serius mengikuti 18 69,23 8 30,77
pembelajaran menyimak
dongeng.
b. Menyimak dengan penuh 18 69,23 8 30,77
perhatian
c. Keberanian menceritakan isi 18 69,23 8 30,77
dongeng di depan kelas
d. Mengikuti proses dengar 10 38,46 16 61,54

31
cerita dengan baik.
2. Sikap Negatif
a. Meremehkan kegiatan 4 15,38 22 84,62
menyimak
b. Mengganggu teman pada 0 0 26 100
saat menyimak
c. Berbicara sendiri pada saat 4 15,38 22 84,62
menyimak
d. megeluh pada saat diberi 6 23,08 20 76,92
tugas
e. Menyimak tidak serius 6 23,08 20 76,92

4. Hasil Tes Menceritakan Isi Dongeng Siklus II


Berikut adalah hasil tes menceritakan isi dongeng yaitu skor komulatif menyimak
dongeng dan nilai komulatif menyimak dongeng pada siklus II. Berikut adalah skor komulatif
menyimak dongeng siklus II
Tabel 7. Skor Komulatif Menyimak Dongeng Siklus II
No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata
Skor skor
1 Sangat baik 68-80 8 598 30,77 1580:26
2 Baik 56-67 10 604 38,46 = 60,77
3 Cukup 44-55 8 378 30,77 (kategori
4 Kurang 0-43 0 0 0 baik)
Jumlah 26 1580 100

Skor komulatif menyimak dongeng dapat dilihat tabel 25. Dari tabel tersebut
menunjukkan siswa yang mencapai skor dalam kategori sangat baik dengan rentang skor 68-
80 dicapai oleh 4 atau sebesar 30,77 %, untuk kategori baik dicapai oleh 5 siswa yang berarti
sebesar 38,46 % dengan rentang 56-67. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 44-55
dicapai oleh 4 siswa yang berarti persentasinya sebesar 30,77 %. Untuk kategori kurang
dengan rentang skor 0-43. Rata-rata skor komulatif yaitu 1580/26=60,77. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada skor komulatif menyimak dongeng secara klasikal berkategori
baik.
Berikut adalah nilai komulatif menyimak dongeng siklus II
Tabel 8. Nilai Komulatif Menyimak Dongeng Siklus II
No Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-rata
Skor skor
1 Sangat baik 85-100 8 748 30,77 1980:26
2 Baik 70-84 10 758 38,46 = 76,15
3 Cukup 55-69 8 474 30,77 (kategori
4 Kurang 0-54 0 0 0 baik)
Jumlah 26 1980 100

32
5. Hasil Nontes Siklus II
Tabel. 9 Hasil Observasi Siklus II
Keterangan Ya Tidak
Jmlh Prosentase Jmlh Prosentase
Siswa Siswa
1.Sikap Positif
a. Serius mengikuti 22 84,61 4 15,39
pembelajaran menyimak
dongeng.
b. Menyimak dengan penuh 22 84,61 4 15,39
perhatian
c. Keberanian 20 76,92 6 23,08
menceritakan isi
dongeng di depan kelas
d. Mengikuti proses dengar 20 76,92 6 23,08
cerita dengan baik.
2. Sikap Negatif
a. Meremehkan kegiatan 4 15,39 22 84,61
menyimak
b. Mengganggu teman 0 0 26 100
pada saat menyimak
c. Berbicara sendiri pada 4 15,39 22 84,61
saat menyimak
d. megeluh pada saat 4 15,39 22 84,61
diberi tugas
i.Menyimak tidak serius 4 15,39 22 84,61
B. Pembahasan
1. Peningkatan Keterampilan Menyimak Dongeng
Berikut ini uraian mengenai peningkatan keterampilan menyimak dongeng
dari proses pembelajaran menyimak dongeng dengan teknik dengar-cerita melalui
pendekatan integratif pada pratindakan, siklus I, dan siklus II.

Tabel 10. Hasil Tes Keterampilan Menyimak Dongeng pada Pratindakan,


Siklus I, dan Siklus II
Aspek Rata-rata Peningkatan
PT SI SII PT-SI SI-SII PT-SII
1 60.61 67,08 76,15 6,47 9,07 15,54
2 10,46 10,6 12,92 0,14 2,32 2,46
3 9,38 10,7 12,92 1,32 2,22 3,54
4 8,5 8,53 8,6 0,03 0,07 0,1
5 6,77 8,8 9,08 2,03 0,28 2,31
6 6,7 7,1 8,69 0,4 1,59 1,9
7 6,5 7,7 8,5 1,2 0,8 2
8 48,31 53,43 60,71 5,12 7,28 12,4
NA 60,61 67,08 76,15 6,47 9,07 15,54

33
KETERANGAN
1=Indikator menjelaskan isi dongeng
2= Skor pada aspek kesesuaian isi dongeng
3= Skor pada aspek tokoh dan perwatakan
4= Skor pada aspek latar
5= Skor pada aspek mimik
6= Skor pada aspek pilihan kata
7= Skor pada aspek menyusun kalimat
8= skor komulatif pada aspek-aspek menyimak dongeng
NA= Nilai akhir (nilai komulatif menyimak dongeng)
2. Perubahan Perilaku Siswa
Peningkatan keterampilan menyimak dongeng diikuti pula dengan perubahan perilaku

siswa dari pratindakan sampai dengan tindakan siklus II. Pada pratindakan, sebagian besar

siswa kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran menyimak dongeng. Mereka terlihat

tidak bersemangat dan tidak konsentrasi selama proses pembelajaran, bahkan ada beberapa

siswa yang mengeluh dalam mengerjakan tes pratindakan.

Berdasarkan hasil nontes yaitu melalui observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi

foto pada siklus I maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa mengikuti pembelajaran

menyimak dongeng kurang maksimal dan belum begitu memuaskan meskipun siswa terlihat

antusias terhadap materi yang disampaikan guru. Dari hasil observasi siklus I masih

ditemukan beberapa tingkah laku yang negative dalam mengikuti pembelajaran. Pada siklus I

ini misalnya, berbicara sendiri saat menyimak, mengeluh saat diberi tugas untuk melakukan

teknik dengar-cerita, dan menyimak dengan tidak serius.

Tabel. 11 Rekap Hasil Observasi Perilaku Positif Siklus I dan Siklus II

No Aspek observasi Frekuensi Presentase Peningkatan


(Prilaku Positif) SI SII SI SII (%)
a. Serius mengikuti 18 22 69,23 84,61 15,38
pelajaran menyimak
dongeng
b. Menyimak dengan 18 22 69,23 84,61 15,38
penuh perhatian
c. Keberanian 18 20 69,23 76,92 7,69
menceritakan isi
dongeng di depan
kelas
Rata-rata 61,54 80,76 19,23

34
Tabel. 12 Rekap Hasil Observasi Perilaku Negatif Siklus I dan Siklus II
No Aspek observasi Frekuensi Presentase Peningkatan
(Prilaku Negatif) SI SII SI SII (%)
a. Meremehkan kegiatan 4 4 15,38 15,38 0
menyimak
b. Mengganggu teman 0 0 0 0 0
pada saat menyimak
c. Berbicara sendiri pada 4 4 15,38 15,38 0
saat menyimak
d. Mengeluh pada saat 6 4 23,08 15,38 -7,7
diberi tugas untuk
melakukan proses
dengar cerita
e. Menyimak tidak 6 4 23,08 15,38 -7,7
serius
Rata-rata 15,38 12,30 -3,08

35
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti menyimpulkan sebagai berikut.

1. Keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas II SD Negeri 193/VI BUKIT

BUNGKUL I Semester I Tahun Ajaran 2021/2022 mengalami peningkatan, setelah

mengikuti pembelajaran menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui

teknik dengar-cerita Hasil rata-rata tes menyimak dongeng pratindakan sebesar 60,61,

dan padasiklus I rata-rata nilainya menjadi 67,08 dan meningkat sebesar 6,47 % dari

pratindakan, kemudian pada siklus II diperoleh rata-rata sebesar 76,15 atau meningkat

sebesar 9,07 % dari rata-rata siklus I. Perolehan hasil ini menunjukkan bahwa

pembelajaran menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-

cerita pada siswa kelas II SD Negeri 193/VI BUKIT BUNGKUL I Semester I Tahun

Ajaran 2021/2022 dapat berhasil.

2. Perilaku siswa kelas II SD Negeri 193/VI BUKIT BUNGKUL I Semester I Tahun

Ajaran 2021/2022 setelah mengikuti pembelajaran menyimak dongeng dengan

pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita mengalami perubahan ke arah

positif. Perubahan tersebut yaitu siswa kelihatan lebih antusias dan senang saat

pembelajaran menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-

cerita.

B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut, peneliti memberi saran

sebagai berikut.

a. Para guru bahasa dan sastra Indonesia hendaknya berperan aktif sebagai innovator

dan fasilitator dalam memilih teknik dan pendekatan yang paling tepat sehingga

pembelajaran yang dilakukan dapat menjadi pengalaman belajar yang positif bagi

36
siswa. Selain itu, pembelajaran dengan pendekatan integratif hendaknya dapat

dijadikan alternatif bagi guru bidang studi lain dalam mengajar.

b. Para peneliti di bidang pendidikan atau peneliti lain hendaknya dapat melakukan

penelitian yang serupa dengan teknik pembelajaran yang lain. Selain itu, peneliti

memberi saran, sebelum melakukan tindakan penelitian, peneliti hendaknya sudah

mengenal dahulu siswa yang akan dijadikan sebagai responden penelitian sehingga

siswa tidak merasa asing terhadap peneliti.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Rujukan Dari Buku

A.Chaedar Alwasilah, (2012), Membaca Kemahiran, Universitas Pendidikan (UPI),


Bandung

Aqib, Zainal (2008). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK.
Bandung: C.V. Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi (1998). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Burn., (2003). Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran. Makalah. Disajikan


dalam Acara Diklat CTL Bagi Guru-Guru SLTP se-Jawa Barat Pola 150 Jam. Tidak
Dipublikasikan.

Ekawarna, (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Gaung Persada: Jakarta

Fajri, Zul EM (2008). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia : Fajar Jaya Mitra Pressindo

Hasibuan Lias,(2010). Kurikulum Pemikiran Pendidikan. Gaung Persada : Jakarta

Keraf Gorys, (1994). Penelitian Tindakan Kelas Penerbit Nusa Indah : Indonesia

Kusno, (1986). Pengantar Tata Bahasa Indonesia , CV Rosida : Bandung

Nurwantoro, (2001). Penerapan Reciprocal Teaching pada pembelajaran Bahasa dan


Sastra Indonesia Kelas I di SMU Kemala Bhayangkari Surabaya. Tesis. Universitas
PGRI Adi Buana Surabaya. Tidak dipublikasikan.

Ruseffendi (2003). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan


Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:
Tarsito.

Sagala (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Alpabeta: Bandung.

Sugiyono, (2003). Kriteria Penilaian, Nusa Indah : Indonesia

Suhendar, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Pionir Jaya Bandung

Sulistiana dkk, (2000). Pintar Berbahasa Indonesia : Semarang

Tarigan, Hendri Guntur (1979). Membaca, Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung.

38
2. Rujukan Dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi

Sari,Novita.2014. Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Argumentasi Melalui

Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas II SDN NO. 277/VI TANJUNG EBNUANG

I Tahun Pelajaran 2014/2015.Jambi: UNIVERSITAS TERBUKA.

Solekah, Yumratus.2015. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Dengan

Menggunakan Teknik Skema Siswa Kelas IV SDN NO. 207/MUARA INUM Tahun

Pelajaran 2014/2015. Jambi. UNIVERSITAS TERBUKA.

39

Anda mungkin juga menyukai