Anda di halaman 1dari 27

KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PENGARUHNYA

TERHADAP PENDIDIK DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK


DI SMA NEGERI 1 ULUGAWO

Nama Mahasiswa : AMOLIGA ZEBUA


Guru Bidang Studi : Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Nama Sekolah : SMA NEGERI 1 ULUGAWO
Alamat Sekolah : Dusun I Desa Fatodano, Kec. Ulugawo, Kab. Nias

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan kemuliaan hanya pada Tuhan kita Yesus Kristus sang guru Agung
yang memberi kekuatan, kesehatan dan kemampuan dalam menyusun analisa bahan materi dari
modul Pengembangan Profesi Guru (Profesionalisme dan Kompetensi Guru PAK KB 2), sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat pada waktunya. Karya tulis ini disusun dalam
rangka mengikuti Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan tahun 2022 di IAKN Ambon.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis mengangkat judul mengenai Kompetensi
Pedagogik dan Pengaruhnya terhadap Pendidik dan Hasil Belajar Peserta Didik di SMA Negeri 1
Ulugawo (KB 2). Penulis mengucapkan terima kasih Bapak Dosen Flavius Floris Andries yang
telah membimbing dan mengajarkan materi ini secara online selama 3 hari ini.
Saya menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaaan, apalagi dengan batas
waktu yang relative sangat singkat. Oleh karena itu, Saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari para pembaca, terlebih lagi Bapak Dosen Flavius Floris Andries. Harapan
saya semoga ide dalam penulisan karya tulis ini dapat menginspirasi bagi para pembaca dan
bermakna bagi sekolah dimana saya bertugas dalam menciptakan harmoni dalam keragaman agama,
baik utntuk penulis sendiri maupun peserta didik saya di sekolah SMA Negeri 1 Ulugawo.

Mohili, 15 Agustus 2022

Amoliga Zebua

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………...……………………………..…………. 2


Daftar isi …………………………………………………………………………..……………... 3
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah ………………………………………………………………… 4
2. Deskripsi Materi Ajar …………………………………………………………………... 5
3. Relevansi ……………………………………………………………………………….. 5
4. Petunjuk Belajar ……………………………………………………………………….. 6
B. KEGIATAN BELAJAR
a. Capaian Pembelajaran ………………………………………………………………. 6
b. Sub Capaian Pembelajaran ………………………………………………………….. 6
Uraian Materi ……………………………………………………………………………. 7
a. Penyajian Masalah …………………………………………………………………….. 7
b. Definisi Belajar……………………………………………………….. …………….. 7
c. Kompetensi Pedagogik… ……………………………………………………….. 8
1. Kompetensi Guru ………………… ……………………………………………… 8
2. Kompetensi Pedagogik …………. ………………………………………… 9
3. Peran Guru ………………………… ……………………………………… 12
d. Pengertian Pendidik……………………………. ………………………………….. 14
1. Jenis Pendidik …………………………………………………………………… 15
2. Ciri Pendidik …………………………………………………………………… 16
e. Pengertian Peserta Didik…… ………………………………. ……………………. 16
f. Pengertian Hasil Belajar ……………………………………………………………. 17
g. Hasil Belajar Menurut Gagne ……………………………………………………… 17
h. Pengertian Hasil Belajar ……………………………………………………………..24
i. SMA Negeri 1 Ulugawo ………………………………………………………………19
j. Tugas Terstruktur ………………………………………………………………………27
1. Pengayaan ……………………………………………………………………… 20
2. Refleksi ………………………………………………………………………… 20
3. Tindak lanjut …………………………………………………………………… 21
k. Forum Diskusi ……………………………………………………. ………………. 21
C. PENUTUP
a. Rangkuman Materi ………………………………………………………………..…. 22
b. Tes Fomatif …………………………………………………………………………… 25
c. Kunci Jawaban …………………………………………………………………………… 26

3
d. Rumus perhitungan untuk capaian skor …………………………………………………. 26
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Sudah 74 tahun Republik Indonesia berdiri dan selama itu pula permasalahan pendidikan
nasional belum bisa menemukan jalan terang. Salah satu permasalahan yang sangat mendasar tentu
saja berkaitan dengan guru. Padahal tidak bisa dipungkiri peran guru sangatlah strategis bagi
kemajuan bangsa di masa depan. Tanpa guru cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945 mustahil akan tercapai.
Untuk menghasilkan lulusan yang mampu menghadapi dinamika perkembangan masyarakat
dan teknologi yang begitu pesat pendidikan harus berkualitas. Di satu sisi teknologi mampu
digunakan untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah, di sisi lain merupakan tantangan
yang sangat besar bagi dunia pendidikan untuk bertransformasi. Pendidikan harus dikelola untuk
menghasilkan lulusan yang memiliki kecakapan yang dibutuhkan di abad 21, yaitu mampu belajar
dan berinovasi, berfikir kritis dan mampu memecahkan masalah, memiliki kreativitas serta mampu
berkomunikasi dan berkolaborasi.
Siswa harus menguasai literasi digital meliputi literasi informasi, literasi media dan literasi
teknologi. Siswa perlu memiliki kecakapan hidup yaitu fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif dan
mandiri, mampu berinteraksi lintas sosial budaya, produktifitas dan akuntabilitas serta sikap
kepemimpinan dan tanggung jawab. Di samping hal-hal tersebut, siswa harus kuat karakter
moralnya, seperti cinta tanah air, memiliki nilai-nilai budi pekerti luhur, jujur, adil, empati,
penyayang, rasa hormat dan kesederhanaan, pengampun dan rendah hati. Guna mencapai semua
tujuan tersebut diperlukan pembelajaran yang berkualitas. Ini semua menjadi tantangan bagi para
guru untuk membekali para siswanya dengan berbagai pengetahuan keterampilan dan sikap, guna
mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan di atas.
Pada hakekatnya setiap diri manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan
internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya, manusia dianggap sebagai subyek yang
bebas merdeka untuk menentukan arah hidupnya, serta bertanggung jawab penuh atas hidupnya
sendiri dan juga atas hidup orang lain.
Berdasarkan hasil pengamatan saya sebagai pendidik, saya menemukan beberapa permasalahan
yang terdapat di sekolah SMA Negeri 1 Ulugawo yakni :
1. Masih banyak mata pelajaran yang diampuh oleh guru yang bukan berdasarkan
kompetensinya, yaitu mata pelajaran Sosiologi, Geografi, Fisika dan sejarah.
2. Masih ada beberapa orang guru yang kurang memahami dan menyadari tugas dan peran
seorang guru dalam hal mempersiapkan materi ajar, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi
hasil belajar peserta didik.
4
3. Fasilitas atau sarana dan prasarana pendukung kegiatan belajar dan mengajar yang sangat
terbatas.
4. Etika peserta didik di SMA Negeri 1 Ulugawo, baik dalam pergaulan dengan teman peserta
didik, etika kepada pendidik dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah tersebut yang
bisa dikatakan cukup memprihatinkan.
5. Kurangnya penanaman etika dalam keluarga para peserta didik, pengaruh lingkungan dan
kemajuan IPTEK menyebabkan merosotnya moral generasi muda yang tidak sesuai aturan
yang telah ditetapkan.
6. Para pendidik di SMA Negeri 1 Ulugawo sudah berusaha mewujudkan aturan sekolah
namun hal tersebut masih belum menjadikan perilaku peserta didik menjadi baik. SMA
Negeri 1 Ulugawo telah menerapkan Kurikulum 2013 walaupun masih banyak kekurangan
dalam pelaksanaannya.
7. Dalam proses belajar mengajar Pendidik dituntut untuk dapat melaksanakan kurikulum
2013 sesuai dengan ketentuan kurikulum tersebut.
Berdasarkan permasalahan diatas penulis membahas mengenai Kompetensi Pedagogik
terhadap Pendidik dan Hasil Belajar Peserta Didik di SMA Negeri 1 Ulugawo.

2. Deskripsi Materi Ajar


Penulis menyusun materi ajar ini atas dasar hasil analisis materi ajar “Profesionalisme dan
Kompetensi Guru PAK” (KB 2) yang sebelumnya sudah dibaca dan dipelajari oleh penulis. Penulis
menemukan masalah – masalah dalam bahan ajar tersebut yang kemudian penulis deskripsikan
sebagai berikut :
a. Materi yang sering mengalami miskonsepsi tentang Profesionalitas guru
b. Materi yang sering mengalami miskonsepsi tentang kompetensi pendidik
c. Materi yang sering mengalami miskonsepsi tentang peserta didik
d. Masalah-masalah yang berkaitan dengan hasil belajar peserta didik
e. Pendidik dan peserta didik di SMA Negeri 1 Ulugawo

3. Relevansi Materi Ajar


Berdasarkan masalah-masalah yang penulis deskripsikan dari modul (KB 2), maka dalam
analisa materi ini diharapkan :
1. Memahami istilah profesionalitas
2. Memahami pendidik dan peran seorang pendidik
3. Memahami siapa dan apa tugas peserta didik
4. Memahami keterkaitan antara cara belajar dan hasil belajar
5. Menganalisis peran pendidik dan peserta didik di SMA Negeri 1 Ulugawo

5
4. Petunjuk Belajar
Untuk dapat menggunakan bahan ajar ini dengan baik, ikutilah petunjuk di bawah ini agar bisa
memperoleh kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan belajar mengajar pada materi ajar
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti ini.
Petunjuk- petunjuk belajar tersebut antara lain :
a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai memahami bagaimana mempelajari
materi pada kegiatan belajar ini.
b. Bacalah dan pahamilah bahan ajar inidengan baik dan temukanlah kata kunci dan catatlah kata-
kata sulit yang ditemukan di dalam bahan ajar ini. Gunakanlah kamus untuk menemukan arti
kata sulit tersebut.
c. Jika belum menguasai materi sesuai yang diharapkan, bacalah kembali bahan ajar ini untuk
meningkatkan pemahaman tentang materi ajar ini.
d. Selesaikan permasalahan pada forum diskusi serta analisislah berbagai kasus yang ada pada
materi bahan ajar ini.

5. Kegiatan Belajar
Pada kegiatan belajar ini, akan dijelaskan dan diuraikan capaian kegiatan pembelajaran serta
pembahasan materi yang sering mengalami miskonsepsi serta materi-materi yang sulit dipahami.

A. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari dan memahami seluruh materi yang ada didalam bahan ajar ini,
diharapkan mampu menguasai muatan materi yang sulit dipahami atas dasar materi pada
bahan ajar sebelumnya yaitu :
a. Memahami Profesionalitas guru
b. Memahami kompetensi seorang pendidik
c. Memahami tugas dan tanggungjawab peserta didik
d. Memahami masalah yang berkaitan dengan hasil belajar peserta didik
e. Pendidik dan peserta didik di SMA Negeri 1 Ulugawo

B. Sub Capaian Pembelajaran


1. Menjelaskan arti profesionalitas
2. Mnguraikan pendidik dan peran seorang pendidik
3. Memahami siapa dan apa tugas peserta didik
4. Menjelaskan keterkaitan antara cara belajar dan hasil belajar
5. Menganalisis peran pendidik dan peserta didik di SMA Negeri 1 Ulugawo

6
6. Uraian Materi
A. Penyajian Masalah
Salah satu masalah pendidikan di Indonesia adalah keterbatasan jumlah guru yang terampil.
Umumnya, guru-guru terampil dan berkualitas tersebar di kawasan kota atau daerah yang
notabenenya mudah di akses. Sedangkan daerah-daerah terpinggir dan terpencil, sulit sekali
mendapatkan guru yang terampil dan berkualitas. Misalnya saja di SMA Negeri 1 Ulugawo yang
termasuk daerah tertinggal, terpencil dan terbelakang (3T).
Memang ada banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Salah satunya masalah minat
dari guru itu sendiri. Lebih banyak guru yang memilih lokasi yang mudah diakses dari segi
transportasi dan akses untuk mendapatkan kebutuhan pokok. Sedangkan daerah terpencil, tidak
dilirik sama sekali. Mungkin ada saja guru yang terpanggil hati untuk bertugas di daerah pelosok
yang minim akses, sayangnya hanya sedikit saja jumlahnya atau memang guru yang bersangkutan
berasal dari daerah itu juga. Sehingga wajar saja jika terjadi kesenjangan tenaga guru terampil di
pelosok dan di kota. Kesenjangan bukan hanya di sisi kuantitas namun juga dari segi kualitas
pendidik. Akibat dari kekurangan tenaga pendidik yang terampil, maka pihak sekolah menggunakan
tenaga pendidik yang sudah ada dan mengajar mata pelajaran yang bukan bidang kealiannya.
Selain masalah kuantitas dan kualitas tenaga pendidik, sarana dan prasarana yang memang
kurang memadai juga menjadi permasalahan yang sangat serius untuk sekolah-sekolah yang ada di
daerah-daerah terpencil atau pelosok. Namun, seburuk-buruknya sarana dan prasaran yang ada di
pinggiran kota dan desa, masih ada masalah pendidikan di Indonesia yang lebih sulit lagi, yaitu
lokasi sekolah di pelosok yang sulit aksesnya menuju sekolah tersebut sulit untuk dijangkau.
Misalnya saja SMA Negeri 1 Ulugawo yang jalan menuju ke sekolah harus naik dan turun gunung
dengan jalan yang belum diaspal. Bahkan ada peserta didik yang harus berjalan kaki selama 2 jam
untuk bisa datang ke sekolah.
Hidup dengan keterbatasan koleksi buku karena tidak terakses  dan tidak terjamah. Belum lagi
masalah tidak ada jaringan listrik. Sehingga mereka harus menggunakan penerang tradisional.
Padahal, sekarang sudah era globalisasi, bahkan dunia teknologi yang serba terhubung dengan dunia
luar, tetapi masih ada daerah yang belum terjamah di tanah Air kita. 

B. Definisi Belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti menunjukkan bahwa berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami
peserta didik, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya.
Oleh karena itu pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan
manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau

7
ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya
dapat mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik.
  Tujuan utama kegiatan belajar adalah untuk memperoleh dan meningkatkan tingkah laku
manusia dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap positif, dan berbagai kemampuan lainnya.
Menurut Sadirman (2011: 26-28), secara umum ada tiga tujuan belajar, yaitu:
1. Untuk Memperoleh Pengetahuan
Hasil dari kegiatan belajar dapat ditandai dengan meningkatnya kemampuan berfikir seseorang.
Jadi, selain memiliki pengetahuan baru, proses belajar juga akan membuat kemampuan berfikir
seseorang menjadi lebih baik.
Dalam hal ini, pengetahuan akan meningkatkan kemampuan berpikir seseorang, dan begitu juga
sebaliknya kemampuan berpikir akan berkembang melalui ilmu pengetahuan yang dipelajari.
Dengan kata lain, pengetahuan dan kemampuan berfikir merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan.
2. Menanamkan Konsep dan Keterampilan
Keterampilan yang dimiliki setiap individu adalah melalui proses belajar. Penanaman konsep
membutuhkan keterampilan, baik itu keterampilan jasmani maupun rohani.
Dalam hal ini, keterampilan jasmani adalah kemampuan individu dalam penampilan dan gerakan
yang dapat diamati. Keterampilan ini berhubungan dengan hal teknis atau pengulangan.
Sedangkan keterampilan rohani cenderung lebih kompleks karena bersifat abstrak. Keterampilan ini
berhubungan dengan penghayatan, cara berpikir, dan kreativitas dalam menyelesaikan masalah atau
membuat suatu konsep.
3. Membentuk Sikap
Kegiatan belajar juga dapat membentuk sikap seseorang. Dalam hal ini, pembentukan sikap
mental peserta didik akan sangat berhubungan dengan penanaman nilai-nilai sehingga
menumbuhkan kesadaran di dalam dirinya. Dalam proses menumbuhkan sikap mental, perilaku,
dan pribadi anak didik, seorang guru harus melakukan pendekatan yang bijak dan hati-hati. Guru
harus bisa menjadi contoh bagi anak didik dan memiliki kecakapan dalam memberikan motivasi
dan mengarahkan berpikir.

C. Kompetensi Pedagogik
1. Kompetensi Guru
Kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus
menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Makna kompetensi dari sudut istilah
terkait dengan beberapa aspek, tidak saja terkait dengan fisik dan mental, tetapi juga aspek spiritual.
Mulyasa (2007, 26) menjelaskan bahwa, kompetensi guru merupakan penggabungan kemampuan
8
personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara utuh membentuk kompetensi profesi
guru, yang mencakup pemahaman peserta didik, pembelajaran yang mendidik, penguasaan materi,
pengembangan pribadi dan profesionalitas.
Kompetensi juga dapat diartikan AcAshan dalam Fachrudin (Fachrudin,2011:30) sebagai,
“pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi
bagian dari dirinya sehingga seseorang dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya”. Sementara itu, Finch dan Crunkilton dalam Fachrudin (2011,
31) menjelaskan, kompetensi adalah penguasaan terhadap suatu tugas, ketrampilan, sikap, dan
apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai
pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas
guru yang sebenarnya.Sementara menurut Kepmendiknas 045/U/2002 adalah: seperangkat tindakan
cerdas, penuh tanggungjawab yang memiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Menurut Selvi dalam
Aziz (2014: 122) menyatakan bahwa, Kompetensi tidak hanya mempengaruhi nilai-nilai, perilaku,
komunikasi, tujuan dan praktek tetapi juga mempengaruhi pengembangan profesional dan kajian
kurikulum guru.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan
seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diwujudkan dalam hasil
kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Ketiga aspek kemampuan ini saling
terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Kompetensi sangat penting bagi guru untuk
melaksanakan tugasnyasehari-hari di sekolah dan di luar sekolah. Berdasarkan Undang - Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa
“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi ”. Dengan memiliki kualifikasi akademik (S-1/D-4) dan empat kompetensi
tersebut maka guru PAK disebut sebagai guru professional.

2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelolah pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a). Menurut Giertz
dalam Asa Reygard (2010:10)menjelaskan bahwa :
“Pedagogical competence can be described as the ability and the will to regularly apply the
attitude, knowledge and skills that promote the learning of the teacher’s students. This shall take

9
place in accordance with the goals that are being aimed at and the existing framework and
presupposes continuous development of the teacher’s own competence and course design”.
Hakim (2015: 3) mendefinisikan, “The concept that taking about one’s competence required in the
learning management called the pedagogical competence “. Sedangkan Shulman dalam
Liakopoulou(Liakopoulou, 2011: 68) mengatakan bahwa, “pedagogical thought and action go
through the following stages: a) understanding / perception; b) modification / transformation; c)
teaching; d) evaluation; e) feedback; f) reflection “.
Definisi di atas menegaskan bahwa kompetensi pedagogik digambarkan sebagai
kemampuan dan kemauan untuk menerapkan sikap, pengetahuan dan keterampilan secara teratur
yang mendukung proses pembelajaran. Kompetensi pedagogik menyiratkan bahwa guru dalam
proses pembelajaran mencapai tujuan dan kerangka kerja yang pasti, melalui pengembangan
pembelajaran berkelanjutan, pengembangan profesional pribadi, mendukung dan memfasilitasi
belajar siswa dengan cara yang terbaik dan juga mencerminkan kemampuan berkolaborasi.
Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005, kompetensi pedagogik merupakan salah satu jenis
kompetensi yang wajib dikuasai oleh calon guru sesuai dengan tuntutan standar pendidik
profesional. Kompetensi pedagogik pada dasarnya merupakan muara dari implementasi kompetensi
akademik, sosial dan personal yang tergambar dalam pengembangan pembelajaran. Dalam Undang-
undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Penjelasan tentang kemampuan guru dalam
pengelolaan peserta didik lebih lengkap sebagai berikut:
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Seorang guru harus memahami hakikat
pendidikan dan konsep yang terkait dengannya. Di antaranya yaitu, fungsi dan peran
lembaga pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan
keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga,
dan masyarakat, sistem pendidikan nasional, dan inovasi pendidikan (Jejen,2011:30).
Pemahaman yang benar tentang konsep pendidikan tersebut akan membuat guru sadar posisi
strategisnya di tengah masyarakat dan perannya yang besar bagi upaya pencerdasan generasi
bangsa. Karena itu, mereka juga sadar bagaimana kualifikasi statusnya, yaitu sebagai guru
profesional.
b. Pemahaman tentang peserta didik. Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik,
memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya,kemampuannya, keunggulan dan
kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang mempengaruhinya.
Pada dasarnya anak- anak itu ingin tahu, dan sebagian tugas guru ialah membantu
perkembangan keingintahuan tersebut, dan membuat mereka lebih ingin tahu. Untuk
menjadi guru efektif, guru perlu memahami perkembangan anak dan bagaimana hal itu
berpengaruh. Belajar dapat mengarahkan perkembangan anak ke arah yang positif. Di sini
tugas guru bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang baik dan buruk,indah dan tidak
10
indah, benar dan salah, tetapi berupaya agar siswa mampu mengaplikasikan pengetahuannya
dalam keseharian hidupnya di tengah keluarga dan masyarakat.
c. Pengembangan kurikulum/silabus. Setiap guru menggunakan buku sebagai bahan ajar. Buku
pelajaran banyak tersedia, demikian pula buku penunjang. Guru dapat mengadaptasi materi
yang akan diajarkan dari buku-buku yang telah distandardisasi oleh Dekdiknas, tepatnya
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
d. Perancangan pembelajaran. Menurut Naegie dalam Jejen (2011:36), Guru efektif mengatur
kelas mereka dengan prosedur dan mereka menyiapkannya. Jika guru memberitahu siswa
sejak awal bagaimana guru mengharapkan mereka bersikap dan belajar di kelas, guru
menegaskan otoritasnya, maka siswa akan serius dalam belajar.
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Pada anak-anak dan remaja,
inisiatif belajar harus muncul dari guru, karena mereka pada umunya belum memahami
pentingnya belajar. Maka guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa menarik
rasa ingin tahu siswa, yaitu pembelajaran yang menarik, menantang, dan tidak monoton,
baik dari sisi kemasan maupun isi atau materinya.
f. Evaluasi hasil belajar. Kesuksesan seorang guru sebagai pendidik profesional tergantung
pada pemahamannya terhadap penilaian pendidikan, dan kemampuannya bekerja efektif
dalam penilaian. Penilaian adalah proses pemngumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dmilikinya.
Belajar merupakan proses di mana pengetahuan, konsep, ketrampilan dan perilaku
diperoleh, dipahami, diterapkan, dan dikembangkan. Anak-anak mengetahui perasaan
mereka melalui rekannya dan belajar. Maka belajar merupakan proses kognitif, sosial, dan
perilaku.
Berdasarkan uraian di atas, kompetensi pedagogik tercermin dari beberapa indikator, yaitu :
1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
2) pemahaman tentang peserta didik;
3) pengembangan kurikulum/silabus;
4) perencanaan pembelajaran;
5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
6) evaluasi hasil belajar; dan
7) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.

11
3. peran Guru
Perkembangan baru terhadap pandangan belajar-mengajar membawa konsekuensi kepada
guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya. Karena pada dasarnya proses belajar-
mengajar dan hasil belajar peserta didik sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi
guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan
akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar peserta didik berada pada tingkat
optimal. Beberapa peranan yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Guru Sebagai Organisator, Guru berperan untuk menciptakan proses edukatif yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan
menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik,serta Tuhan yang
menciptakannya).
2. Guru sebagai Demonstrator. Sebagai demonstrator dan pengajar, guru hendaknya senantiasa
menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan yang dimilikinya. Salah satu yang harus
diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar
terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu
pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan
demonstrator serta mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis sehingga
apa yang disampaikan itu betul-betul dimiliki oleh anak didik. Seorang guru hendaknya
mampu dan terampil dalam merumuskan TPK serta memahami kurikulum. Selain itu, guru
juga harus memahami dirinya sebagai sumber belajar dan terampil dalam memberikan
informasi kepada peserta didik. Sebagai pengajar ia pun harus membantu perkembangan
peserta didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan.
Dengan demikian seorang guru akan dapat memainkan peranannya sebagai pengajar dengan
baik.
3. Guru sebagai Pengelola kelas. Guru dalam peranannya sebagai pengelola kelas, hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta mengorganisasikan lingkungan
sekolah. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah pada
tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan belajar itu turut menentukan
sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang
baik bersifat menantang dan merangsang peserta didik untuk belajar, memberikan rasa aman
dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Kualitas dan kuantitas belajar peserta didik di dalam
kelas bergantung pada banyak faktor, antara lain ialah guru, hubungan pribadi antara peserta
didik di dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas. Tujuan umum
pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-
macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan

12
khususnya adalah mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperoleh hasil yang
diharapkan.
4. Guru Sebagai Fasilitator. Sebagai fasilitator, guru mamberikan fasilitas atau kemudahan
dalam proses belajar-mengajar.
5. Guru Sebagai Mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi
untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Media pendidikan merupakan dasar
yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi
berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru tidak cukup memiliki
pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih
dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik. Untuk menjadi guru perlu
mengalami latihan-latihan praktik secara kontinu dan sistematis, baik melalui pre-service
maupun inservice training. Pemilihan dan penggunaan media pendidikan harus sesuai
dengan tujuan, materi, metode, evaluasi, kemampuan guru serta minat dan kemampuan
peserta didik. Sebagai mediator guru pun menjadi perantara dalam hubungan antar manusia.
Untuk keperluan itu guru harus terampil menggunakan pengetahuan tentang bagaiman orang
berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar guru dapat menciptakan secara maksimal
kualitas lingkungan yang interaktif. Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat
dilakukan oleh guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik,
mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan positif dengan para
peserta didik.
6. Guru Sebagai Motivator. guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar semangat dan
aktif belajar.
7. Guru Sebagai Inspirator, guru harus memberikan inspirasi bagi kemajuan belajar peserta
didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik, guru harus dapat memberikan
petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.
8. Guru Sebagai Klimator, guru berperan untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif dan
menyenangkan.
9. Guru Sebagai Informator, guru harus bisa menjadi sumber informasi kegiatan akademik
maupun umum.
10. Guru Sebagai Inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam
pendidikan dan pengajaran.
11. Guru sebagai Kulminator, Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara
bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan
melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa
mengetahui kemajuan belajarnya.

13
12. Guru Sebagai Evaluator. Setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan, pada waktu
tertentu selama satu periode pendidikan, guru selalu mengadakan evaluasi atau penilaian
terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Demikian
pula dalam satu kali proses belajar-mengajar, guru hendaknya menjadi seorang evaluator
yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan selalu cukup tepat.
Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan
peserta didik terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan
lain dari penilaian diantaranya ialah untuk mengetahui kedudukan peserta didik di dalam
kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian, guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang
peserta didik termasuk kelompok peserta didik yang pandai, sedang, kurang, atau cukup
baik di kelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya.

D. Pengertian Pendidik
Istilah pendidik memang sangat umum terdengar di tengah masyarakat. Karena sehari-hari
masyarakat memang berhubungan dengan dunia pendidikan dan tenaga pendidik.
Secara harfiah pengertian pendidik adalah orang yang mendidik. Yakni orang yang memberikan
ilmu, pengetahuan baru bagi orang lain secara kontinyu dan berkesinambungan.
Pendidik adalah orang dewasa yang membimbing anak agar si anak tersebut bisa menuju ke arah
kedewasaan. Pendidik juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasarannya
adalah anak didik. Sedangkan mendidik adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan,
pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan juga
berarti proses, cara, perbuatan mendidik. Berdasarkan penjelasan singkat di atas maka pendidik itu
tentu bukan hanya guru. Guru adalah salah satu pendidik yang diakui maupun yang tidak diakui
undang-undang. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tenaga pendidik adalah orang yang berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan. Contoh tenaga pendidik menurut UU tersebut adalah:
1. Guru
2. Dosen
3. Konselor
4. Pamong belajar
5. Widyaswara
6. Tutor instruktur
7. Fasilitator dan istilah lainnya.

14
Pendidik profesional menurut UU Guru dan Dosen No.14 tahun 2005 adalah orang dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.

a. Jenis Pendidik 
1. Orangtua
Pendidikan pertama anak adalah dari rumah. Sedangkan pendidik pertama adalah orangtua.
Setelah anak lahir, orang tua (ayah dan ibu), dengan secara wajar alamiah dan kodrati mereka
menjadi pendidik. Orangtua secara wajar langsung menjadi pendidik karena pada kenyataannya
anak lahir dalam keadaan tidak berdaya.
Ketidakberdayaan anak terutama dalam dua hal, yaitu tidak berdaya untuk mengurus dirinya
sendiri, dan tidak berdaya untuk mengembangkan diri sendiri. Karena itu memerlukan bantuan
orang lain, dan tentunya harus orang dewasa.

2. Guru
Guru adalah mereka yang diberi tugas dan berprofesi menjadi pendidik, misalnya guru di
sekolah.
Untuk menjadi seorang pendidik, ada beberapa hal yang harus dimiliki seorang guru:
–  Memiliki kedewasaan.
– Mampu menjadi teladan bagi murid.
– Mampu menghayati kehidupan anak, serta bersedia membantunya.
– Mampu mengikuti keadaan kejiwaan dan perkembangan anak didik.
– Mampu mengenal masing-masing anak sebagai pribadi.
– Memiliki pribadi yang terpuji.
Dalam UU No 14 tahun 2005 disebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Guru besar atau profesor yang selanjutnya disebut profesor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi
dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi.

15
b. Ciri Pendidik 
1. Berwibawa. Pendidik harus memiliki kewibawaan (kekuasaan batin mendidik) menghindari
penggunaan kekuasaan lahir, yaitu kekuasaan yang semata-mata didasarkan kepada unsur
wewenang jabatan.
2. Mengenal anak didik seperti misalnya sifat anak secara umum, anak usia kelas rendah
berbeda sifatnya dengan anak usia kelas tinggi, begitu pula secara khusus setiap anak walau
dalam satu kelas dan usia yang tidak jauh berbeda, sifatnya secara khusus berbeda
pula.Untuk itu seorang pendidik harus mengenal anak didik secara khusus.
3. Menguasai Bidang Lebih dari Anak Didik
Mengajarkan orang lain artinya Anda harus punya poin plus dalam segi apapun dibandingkan orang
yang Anda didik.

E. Pengertian Peserta Didik


Siswa atau yang biasa disebut dengan peserta didik merupakan salah satu dari komponen
pendidikan yang tidak bisa ditinggalkan, karena tanpa adanya peserta didik tidak akan mungkin
proses pembelajaran dapat berjalan. Peserta didik merupakan komponen manusiawi yang
menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Didalam proses belajarmengajar, peserta
didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya
secara optimal.
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Menurut Sudarwan Danim (2010: 1) “Peserta didik
merupakan sumber utama dan terpenting dalam proses pendidikan formal”. Peserta didik bisa
belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak bisa mengajar tanpa adanya peserta didik. Oleh karena itu
kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang
dilembagakan dan menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik.
Sudarwan Danim (2010: 2) menambahkan bahwa terdapat hal-hal essensial mengenai hakikat
peserta didik, yaitu:
1. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi potensi dasar kognitif atau
intelektual, afektif, dan psikomotorik.
2. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi periodesasi perkembangan dan
pertumbuhan, meski memiliki pola yang relatif sama.
3. Peserta didik memiliki imajinasi, persepsi, dan dunianya sendiri, bukan sekedar miniatur orang
dewasa.
4. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi kebutuhan yang harus dipenuhi,
baik jasmani maupun rohani, meski dalam hal-hal tertentu banyak kesamaan.

16
5. Peserta didik merupakan manusia bertanggung jawab bagi proses belajar pribadi dan menjadi
pembelajar sejati, sesuai dengan wawasan pendidikan sepanjang hayat.
6. Peserta didik memiliki adaptabilitas didalam kelompok sekaligus mengembangkan dimensi
individualitasnya sebagai insan yang unik.
7. Peserta didik memerlukan pembinaan dan pengembangan secara individual dan kelompok, serta
mengharapkan perlakuan yang manusiawi dari orang dewasa termasuk gurunya.
8. Peserta didik merupakan insan yang visioner dan proaktif dalam menghadap lingkungannya.
9. Peserta didik sejatinya berperilaku baik dan lingkunganlah yang paling dominan untuk
membuatnya lebih baik lagi atau menjadi lebih buruk.
10. Peserta didik merupakan makhluk Tuhan yang memiliki aneka keunggulan, namun tidak akan
mungkin bisa berbuat atau dipaksa melakukan sesuatu melebihi kapasitasnya.
Disamping itu Oemar Hamalik (2004: 99) menjelaskan bahwa “Peserta didik merupakan salah satu
komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran”. Sedangkan
Samsul Nizar (2002: 47) menjelaskan bahwa “Peserta didik merupakan orang yang dikembangkan”.
Dilain pihak Abu Ahmadi (1991: 251) juga menjelaskan tentang pengertian peserta didik yaitu
“Peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan
orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan,
sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi
atau individu”.

F. Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar sering disebut dengan istilah “sholastic achievement” atau “academic
achievement” adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar
di sekolah dan dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes belajar.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu mengadakan
tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai.

G. Hasil Belajar menurut Gagne


Gagne mengemukakan lima macam hasil belajar, tiga di antaranya bersifat kognitif, satu
bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik (Dahar, 2011, hlm. 118). Menurut Gagne
(dalam Dahar, 2011, hlm. 118) penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar
disebut dengan kemampuan. Ada lima kemampuan yang ditinjau dari segi-segi yang diharapkan
dari suatu pengajaran atau instruksi, kemampuan itu perlu dibedakan karena kemampuan itu
memungkinkan berbagai macam penampilan manusida dan juga karena kondisi-kondisi untuk
memperoleh berbagai kemampuan itu berbeda. Kemampuan-kemampuan tersebut yaitu
keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, informasi verbal, dan keterampilan motorik.
17
1. Keterampilan intelektual
Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya dengan
penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Aktivitas belajar keterampilan intelektual ini
sudah dimulai sejak tingkat pertama sekolah dasar (sekolah taman kanak-kanak) dan dilanjutkan
sesuai dengan perhatian dan kemampuan intelektual seseorang.
Selama bersekolah, banyak sekali jumlah keterampilan intelektual yang dipelajari oleh seseorang.
Keterampilan intelektual ini untuk bidang studi apapun dapat digolongkan berdasarkan
kompleksitasnya. Belajar mempengaruhi perkembangan intelektual seseorang dengan cara yang
disarankan Gagne. Untuk memecahkan masalah, siswa memerlukan aturan-aturan tingkat tinggi
yaitu aturan-aturan kompleks. Demikian pula diperlukan aturan dan konsep yang terdefinisi. Untuk
memperoleh atuan-aturan ini, siswa sudah harus belajar beberapa konsep konkret dan untuk
mempelajari konsep-konsep konkret ini siswa harus menguasai diskriminasi.
a. Diskriminasi merupakan suatu kemampuan untuk mengadakan respons yang berbeda
terhadap stimulus-stimulus yang berbeda dalam satu atau lebih dimensi fisik.
b. Konsep konkret menunjukkan suatu sifat objek atau atribut objek (warna, bentuk, dan lain-
lain). Konsep-konsep ini disebut konkret sebab penampilan manusia yang dibutuhkan
konsep ini ialah suatu objek yang konkret.
c. Konsep terdefinisi, apabila seseorang dapat mendemonstrasikan arti kelas tertentu tentang
objek-objek, kejadian-kejadian, atau hubungan-hubungan.
d. Aturan. Seseorang telah belajar suatu aturan apabila penampilannya mempunyai semacam
“keteraturan” dalam berbagai situasi khusus.
e. Aturan-aturan kompleks merupakan gabungan kompleks aturan-aturan yang sederhana.
Aturan kompleks atau aturan tinggi ditemukan untuk memecahkan suatu masalah praktis
atau sekelompok masalah.

2. Strategi kognitif
Suatu macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi belajar
dan berpikir disebut sebagai strategi kognitif. Strategi kognitif
dikelompokkan sesuai dengan fungsinya, dan pengelompokkan yang disarankan oleh Weinstein dan
Mayer (dalam Dahar, 2011, hlm. 122) adalah sebagai berikut:
a. Strategi menghafal. Siswa melakukan latihan mereka sendiri tentang materi yang dipelajari.
Dalam bentuk yang paling sederhana, seperti mengulangi nama-nama dalam suatu urutan
(nama pahlawan, tahun pecahnya perang dunia, dan lain-lain).
b. Strategi elaborasi. Siswa mengasosiasikan hal-hal yang akan dipelajari dengan bahan-bahan
lain yang tersedia.
c. Strategi pengaturan. Menyusun materi yang akan dipelajari ke dalam suatu kerangka teratur
merupakan teknik dasar strategi ini.
18
d. Strategi metakognitif. Meliputi kemampuan siswa untuk menentukan tujuan belajar,
memperkirakan keberhasilan pencapaian tujuan itu, dan memilih alternatif-alternatif untuk
mencapai tujuan itu.
e. Strategi afektif. Teknik ini digunakan para siswa untuk memusatkan dan mempertahankan
perhatian untuk mengendalikan kemarahan dan menggunakan waktu secara efektif.

3. Sikap
Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang
terhadap benda, kejadian-kejadian, atau makhluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting
ialah sikap kita terhadap orang lain. Oleh karena itu, Gagne juga memperhatikan bagaimana siswa-
siswa memperoleh sikap-sikap sosial tersebut.

4. Informasi verbal
Informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal. Menurut teori, pengetahuan verbal ini disimpan
sebagai jaringan proposisi-proposisi. Informasi verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah dan
juga dari kata-kata yang diucapkan orang, dari membaca, radio, televisi dan media lainnya.

5. Keterampilan motorik
Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan
motorik yang digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya membaca, menulis,
memainkan sebuah instrumen musik, atau dalam pelajaran sains menggunakan berbagai macam
alat seperti mikriskop, alat-alat listrik, dan lain sebagainya.

H. SMA Negeri 1 Ulugawo


Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Ulugawo merupakan salah satu sekolah yang ada di
Kabupaten Nias Provinsi Sumatera Utara yang beralamat di Dusun I Desa Fatodano Kecamatan
Ulugawo. Sekolah ini didirikan atas musyawarah seluruh tokoh masyarakat ayang ada di sekita
desa Fatodano dan beberapa Desa lainnya yang berdekatan dengan Desa Fatodano. Didirikan pada
tahun 2015 dan mulai menerima peserta didik baru pada Bulan Juli Tahun 2015. Bangunan darurat
dan tenaga pendidik yang jumlahnya sangat sedikit menggambarkan permulaan sekolah tersebut
dimulai.
Seiring dengan berjalannya waktu, sampai pada Tahun 2022 ini sekolah tersebut sudah mulai
maju dengan beberapa bangunan ruang kelas dari bantuan pemerintah dan beberapa fasilitas
sekolah yang sudah mulai dilengkapi. Mengingat lokasi SMA Negeri 1 Ulugawo berada di daerah
3 T (Tertinggal, terisolir dan terdalam), perkembangan sekolah tersebut sangat lambat. Sekarang
jumalah peserta didik sudah mencapai 307 orang dengan tenaga pendidik dan kependidikan
berjumlah 24 orang.

19
Peserta didik yang berjumlah 307 orang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, lokasi
yang berbeda-beda, bahkan ada peserta didik yang harus berjalan kaki selama 2 jam untuk bisa
sampai di SMA Negeri 1 Ulugawo. Penulis menemukan beberapa factor yang mempengaruhi
buruknya etika dan hasil belajar peserta didik, antara lain :
1. Kurangnya tenaga pendidik yang mengakibatkan guru mengajar bisa 2 sampai 3 mata
pelajaran yang berbeda.
2. Fasilitas atau sarana dan prasarana yang sangat terbatas
3. Kompetensi tenaga pendidik yang professional masih kurang
4. Kurangnya kesadaran peserta didik tentang pentingnya pendidikan atau pengetahuan
5. Minimnya kesadaran orang tua tentang pentingnya pendidikan anak
6. Factor lingkungan dimana peserta didik tinggal. Misalnya orang tua menuntuk anaknya
untuk membantu orang tua bekerja di kebun (deres karet, berkebun, sawah, beternak dan
lain sebagainya)
7. Factor lingkungan sekolah yang masyarakatnya suka merokok, minum Tuak sampai mabuk,
malas bekerja dan sebagainya
8. Factor pendidik yang kurang menyadari tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang
pendidik (sudah dijelaskan sebelumnya)
9. Pelaksaan pembelajaran (kurikulum 2013) yang lebih mementingkan teori dalam buku
paket, pencapaian materi tanpa mempertimbangkan pembelajaran yang konstruktivis bagi
peserta didik.

7. Tugas terstruktur
a. Pengayaan
Setelah membaca seluruh materi bahan ajar ini, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
1. Jelaskan arti pembelajaran kompetensi pedagogik?
2. Jelaskan arti belajar?
3. Jelaskan apa peran seorang pendidik ?
4. Uaraikanlah tugas-tugas seorang peserta didik ?
5. Apakah standar yang digunakan untuk menilai hasil belajar ?

b. Refleksi
Perkembangan baru terhadap pandangan belajar-mengajar membawa konsekuensi kepada
guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya. Karena pada dasarnya proses
belajar-mengajar dan hasil belajar peserta didik sebagian besar ditentukan oleh peranan
dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar
peserta didik berada pada tingkat optimal.
20
Setelah saya mengikuti Pendidikan Profesi Guru ini, saya semakin menyadari tugas,
tanggungjawab, peran dan panggilan saya sebagai Guru Pendidikan Agama Kristen. Bukan
hanya sekedar profesi namun lebih pada tanggungjawab kepada sesame (peserta didik) dan
pertanggungjawaban di hadapan Tuhan atas tugas yang sudah Dia berikan kepada saya.

c. Tindak Lanjut
Pendidik Harus Berwibawa.
Pendidik harus memiliki kewibawaan (kekuasaan batin mendidik) menghindari
penggunaan kekuasaan lahir, yaitu kekuasaan yang semata-mata didasarkan kepada
unsur wewenang jabatan.
Pendidik Harus Mengenal anak didiknya
Misalnya sifat anak secara umum, anak usia kelas rendah berbeda sifatnya dengan anak
usia kelas tinggi, begitu pula secara khusus setiap anak walau dalam satu kelas dan usia
yang tidak jauh berbeda, sifatnya secara khusus berbeda pula.Untuk itu seorang pendidik
harus mengenal anak didik secara khusus.
Menguasai Bidang Lebih dari Anak Didik
Mengajarkan orang lain artinya harus memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan
orang yang di-didik.

8. Forum Diskusi
Setelah mempelajari bahan ajar ini, diskusikan bersama teman melalui forum diskusi, dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut !
1. Apa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik ?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidik ?
3. Apa yang dimaksud dengan peserta didik ?
4. Apa yang dimaksud dengan belajar ?
5. Apa yang dimaksud dengan hasil belajar ?
6. Jelaskan hasil belajar menurut Gagne !

21
9. PENUTUP

a. Rangkuman Materi
Perkembangan baru terhadap pandangan belajar-mengajar membawa konsekuensi kepada
guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya. Karena pada dasarnya proses belajar-
mengajar dan hasil belajar peserta didik sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi
guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan
akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar peserta didik berada pada tingkat
optimal. Beberapa peranan yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Guru Sebagai Organisator, Guru berperan untuk menciptakan proses edukatif yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan
menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik,serta Tuhan yang
menciptakannya).
2. Guru sebagai Demonstrator. Sebagai demonstrator dan pengajar, guru hendaknya senantiasa
menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkan
dan meningkatkan kemampuan yang dimilikinya. Salah satu yang harus diperhatikan oleh
guru bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus.
Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan
sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator serta mampu
memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis sehingga apa yang disampaikan itu
betul-betul dimiliki oleh anak didik. Seorang guru hendaknya mampu dan terampil dalam
merumuskan TPK serta memahami kurikulum. Selain itu, guru juga harus memahami dirinya
sebagai sumber belajar dan terampil dalam memberikan informasi kepada peserta didik.
Sebagai pengajar ia pun harus membantu perkembangan peserta didik untuk dapat menerima,
memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Dengan demikian seorang guru akan dapat
memainkan peranannya sebagai pengajar dengan baik.
3. Guru sebagai Pengelola kelas. Guru dalam peranannya sebagai pengelola kelas, hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta mengorganisasikan lingkungan
sekolah. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah pada
tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan belajar itu turut menentukan
sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang
baik bersifat menantang dan merangsang peserta didik untuk belajar, memberikan rasa aman
dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Kualitas dan kuantitas belajar peserta didik di dalam
kelas bergantung pada banyak faktor, antara lain ialah guru, hubungan pribadi antara peserta
didik di dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas. Tujuan umum
pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-
22
macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan
khususnya adalah mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperoleh hasil yang
diharapkan.
4. Guru Sebagai Fasilitator. Sebagai fasilitator, guru mamberikan fasilitas atau kemudahan
dalam proses belajar-mengajar.
5. Guru Sebagai Mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih
mengefektifkan proses belajar-mengajar. Media pendidikan merupakan dasar yang sangat
diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru tidak cukup memiliki pengetahuan tentang media
pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta
mengusahakan media itu dengan baik. Untuk menjadi guru perlu mengalami latihan-latihan
praktik secara kontinu dan sistematis, baik melalui pre-service maupun inservice training.
Pemilihan dan penggunaan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode,
evaluasi, kemampuan guru serta minat dan kemampuan peserta didik. Sebagai mediator guru
pun menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Untuk keperluan itu guru harus
terampil menggunakan pengetahuan tentang bagaiman orang berinteraksi dan berkomunikasi.
Tujuannya agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif.
Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu mendorong
berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan
menumbuhkan hubungan positif dengan para peserta didik.
6. Guru Sebagai Motivator. guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar semangat dan
aktif belajar.
7. Guru Sebagai Inspirator, guru harus memberikan inspirasi bagi kemajuan belajar peserta
didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik, guru harus dapat memberikan
petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.
8. Guru Sebagai Klimator, guru berperan untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif dan
menyenangkan.
9. Guru Sebagai Informator, guru harus bisa menjadi sumber informasi kegiatan akademik
maupun umum.
10. Guru Sebagai Inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam
pendidikan dan pengajaran.
11. Guru sebagai Kulminator, Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara
bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan
melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa
mengetahui kemajuan belajarnya.

23
12. Guru Sebagai Evaluator. Setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan, pada waktu tertentu
selama satu periode pendidikan, guru selalu mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap
hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Demikian pula dalam
satu kali proses belajar-mengajar, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan selalu cukup tepat. Semua pertanyaan
tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Dengan penilaian, guru
dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan peserta didik terhadap
pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian
diantaranya ialah untuk mengetahui kedudukan peserta didik di dalam kelas atau
kelompoknya. Dengan penilaian, guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang peserta didik
termasuk kelompok peserta didik yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya
jika dibandingkan dengan teman-temannya.
Pada hakekatnya setiap diri manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan
internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya, manusia dianggap sebagai subyek yang
bebas merdeka untuk menentukan arah hidupnya, serta bertanggung jawab penuh atas hidupnya
sendiri dan juga atas hidup orang lain.
Pendidikan harus berkualitas untuk menghasilkan lulusan yang mampu menghadapi
dinamika perkembangan masyarakat dan teknologi yang begitu pesat. Di satu sisi teknologi mampu
digunakan untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah, di sisi lain merupakan tantangan
yang sangat besar bagi dunia pendidikan untuk bertransformasi (Christensen, 1997). Pendidikan
harus dikelola untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kecakapan yang dibutuhkan di abad 21,
yaitu mampu belajar dan berinovasi, berfikir kritis dan mampu memecahkan masalah, memiliki
kreativitas serta mampu berkomunikasi dan berkolaborasi.
Dalam UU No 14 tahun 2005 disebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Sebagai pendidik, harus memahami peserta didiknya bahwa :
1. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi potensi dasar kognitif atau
intelektual, afektif, dan psikomotorik.
2. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi periodesasi perkembangan dan
pertumbuhan, meski memiliki pola yang relatif sama.
3. Peserta didik memiliki imajinasi, persepsi, dan dunianya sendiri, bukan sekedar miniatur
orang dewasa.
24
4. Peserta didik merupakan manusia yang memiliki diferensiasi kebutuhan yang harus
dipenuhi, baik jasmani maupun rohani, meski dalam hal-hal tertentu banyak kesamaan.
5. Peserta didik merupakan manusia bertanggung jawab bagi proses belajar pribadi dan
menjadi pembelajar sejati, sesuai dengan wawasan pendidikan sepanjang hayat.
6. Peserta didik memiliki adaptabilitas didalam kelompok sekaligus mengembangkan dimensi
individualitasnya sebagai insan yang unik.
7. Peserta didik memerlukan pembinaan dan pengembangan secara individual dan kelompok,
serta mengharapkan perlakuan yang manusiawi dari orang dewasa termasuk gurunya.
8. Peserta didik merupakan insan yang visioner dan proaktif dalam menghadap lingkungannya.
9. Peserta didik sejatinya berperilaku baik dan lingkunganlah yang paling dominan untuk
membuatnya lebih baik lagi atau menjadi lebih buruk.
10. Peserta didik merupakan makhluk Tuhan yang memiliki aneka keunggulan, namun tidak
akan mungkin bisa berbuat atau dipaksa melakukan sesuatu melebihi kapasitasnya.

b. Tes Formatif

1. Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap


peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya,
merupakan definisi dari …
A. Pendidik
B. Guru
C. Peran Guru
D. Kompetensi
E. Kompetensi pedagogik
2. Berwibawa, mengenal peserta didik dan menguasai bidang lebih dari anak didik adalah
merupakan …
A. Ciri pendidik
B. Pendidikan
C. Peserta didik
D. Pembelajaran
E. Belajar
3. Pendidik yang pertama dan terutama dalam diri seseorang …
A. Guru
B. Orang tua
C. Dosen
D. Pendeta
E. Semua jawaban benar
25
4. Seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah dan
dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes belajar, merupakan
definisi dari …
A. Belajar
B. Belajar mengajar
C. Hasil belajar
D. Pembelajaran
E. Kegiatan belajar
5. Anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Definisi
tersebut adalah …
A. Pendidik
B. Pendidikan
C. Sekolah
D. Peserta didik
E. Guru

c. Kunci Jawaban
1. E
2. A
3. B
4. C
5. D

d. Rumus Perhitungan Untuk Capaian Skor


Setelah menjawab semua soal formatif diatas, maka cocokkanlah jawaban anda dengan
kunci jawaban yang ada pada halaman terakhir modul ini. Hitunglah berapa score yang
anda dapat dengan rumus penghitungan sebagai berikut :

Tingkat penugasan = Jumlah jawaban benar x 100%


Jumlah jawaban salah

26
Keterangan : 90 – 100 % = amat baik
80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Jika tingkat pemahaman anda bisa mencapai 80 % keatas maka anda bisa melanjutkan ke
modul atau kegiatan belajar selanjutnya.

27

Anda mungkin juga menyukai