Anda di halaman 1dari 21

TATA CARA QURBAN PADA MATA PELAJARAN FIQIH

MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK SISWA KELAS V


MI AL-ISHLAH 03 PANCOR SUMBER WARU
PAMEKASAN

PROPOSAL PTK

Oleh
M. MUNIR, S.Pd.I
NIM :

LPTK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL


SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH KEGURUAN
JULI 2021
TATA CARA QURBAN PADA MATA PELAJARAN FIQIH
MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK SISWA KELAS V 
MI AL-ISHLAH 03 PANCOR SUMBER WARU
PAMEKASAN

PROPOSAL PTK
Diajukan Kepada
LPTK Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Lokakarya Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan Tahun 2021

Oleh
M. MUNIR, S.Pd.I
NIM :

LPTK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL


SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH KEGURUAN
JULI 2021

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. i


HALAMAN JUDUL ………………………………………………….………...... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………..… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 2
C. Tindakan Yang Dipilih ………………………………………………… 3
D. Tujuan Penelitin ………………………………………………….……. 4
E. Lingkup Penelitian ……………………………………………..……… 5
F. Signifikan Penelitian ……………………………………………..……. 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pembelajaran ……………………………………………… 20
B. Metode Pembelajaran ……………………………………………......... 21
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian …………………………………………………….. 30
B. Setting Penelitian dan Krakteristik Subyek Penelitian ………………. 31
C. Variable Yang Diselidiki ……………………………………………... 32
D. Rencana Tindakan ……………………………………………………. 33
E. Data dan Cara Pengumpulannya ……………………………………… 34
F. Indikator Kinerja ……………………………………………………… 35
G. Tim Peneliti dan Tugasnya ………………………………………….... 36

H. Daftar Pustaka ………………………………………………………... 37

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan agama islam mata pelajaran fiqih merupakan usaha untuk membekali siswa
dengan pengetahuan dan kemampuan dasar. Mata pelajaran Pendidikan agama islam disusun
secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan
dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Adapun fungsi mata pelajaran pendidikan
agama islam (fiqih) di MI adalah membentuk warga negara yang cerdas, terampil, dan
berkarakter, serta setia kepada bangsa  dan negaraIndonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang – Undang Dasar 1945.
 Berdasarkan karakteristiknya, penyampaian materi pelajaran Fiqih sangat cocok apabila
menerapkan metode diskusi. Namun, selama ini sebagian besar guru dalam memberikan
pelajaran fiqih kepada siswanya dengan cara yang monoton, proses belajar mengajar yang hanya
menggunakan metode ceramah menyebabkan materi pelajaran yang diperoleh siswa hanya
sebatas wacana saja. Siswa hanya duduk memperhatikan penjelasan guru, tanpa diberi
kesempatan untuk bertanya. Jika hal ini menjadi kebiasaan guru sehari-hari di sekolah, maka
akan membentuk kebiasaan perilaku yang tidak baik  bagi anak, seperti kurang responsif, sulit
mengajukan pendapat, dan bersifat pasif terhadap suatu hal. Sering kali terjadi dalam
menjelaskan materi pelajaran fiqih, guru biasanya hanya menggunakan sebuah buku sumber dan
LKS saja. Guru hanya menjelaskan materi pembelajaran apa yang tertulis pada buku sumber dan
LKS tersebut. Guru tidak memberi tambahan pengalaman atau pengetahuan lain. Pada saat
proses pembelajaran berlangsung, kelas didominasi oleh guru. Siswa hanya berperan sebagai
pendengar setia saja. Akibatnya muncul berbagai tingkah laku siswa yang kurang baik
diantaranya ada yang mengantuk karena tidak berminat sudah merasa bosan dan capek
mendengarkan ceramah guru, ada yang pasif terhadap penjelasan guru. Begitu selesai
menjelaskan materi pelajaran, guru langsung memberi tugas kepada siswa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKS. Begitu mengerjakan, siswa mengalami kesulitan
dalam menjawab pertanyaan karena kurang atau tidak memahami maksud dari pertanyaannya.
Perilaku guru yang seperti ini akan membawa dampak yang kurang baik bagi siswa. Terutama
bagi siswa yang kemapuannya rendah, mereka akan memilih untuk diam dan akan berbuat yang
menyimpang misalnya ramai, bergurau, serta tidak berminat mengikuti pelajaran. Setelah siswa
menyelesaikan pekerjaannya, guru mengajak siswa membahas hasil pekerjaan siswa. Setelah
dikoreksi ternyata hasil yang diperoleh adalah sebagian siswa mendapatkan nilai dibawah SKBM
yaitu 70 untuk mata pelajaran fiqih di MI al-Ishlah 03 pancor
Oleh sebab itu sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa, peneliti menerapkan
metode diskusi pada mata pelajaran fiqih dengan harapan penerapan metode diskusi dapat
membuat siswa untuk selalu berpikir kritis dan terarah dalam memecahkan suatu masalah. Baik
masalah yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah maupun masalah dalam kehidupan
sehari-hari sebagai tujuan jangka panjangnya. Sedangkan bagi guru sendiri, penerapan metode
diskusi akan memotivasi untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyiapkan diskusi,
membimbing diskusi, dan menyimpulkan hasil diskusi. Sehingga ketika pembelajaran berakhir,
siswa benar-benar memperoleh hasil belajar yang bermakna.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas peneliti dapat menyimpulkan
suatu rumusan masalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dalam materi memahami          

  Tata cara berqurban  dengan menggunakan metode diskusi ?”

C. Tindakan Yang Dipilih


Ada beberapa metode yang lazim digunakan dalam pembelajaran Fiqih, antara lain
adalah metode diskusi, demonstrasi, dan eksperimen. Dimana masing-masing metode
mempunyai suatu karakteristik dan kelebihan atau kekurangan. Tidak ada sutu metode yang
paling baik, tetapi penggunaan metode harus disesuaikan dengan kebutuhan.

Pendekatan khusus dalam pembelajaran fiqih adalah pendekatan keterampilan proses yaitu
seluruh keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, keterampilan fisik maupun keterampilan sosial.
(Nuryani dan andrian Rustam, 1997 : 18)

D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama peneliti melaksanakan PTK adalah untuk meningkatkan hasil belajar fiqih
peserta didik kelas V MI al-Ishlah 03 Pancor dalam memahami tentang tata cara berqurban. Di
dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti mengunakan alat peraga yang berupa
bagan dan menerapkan metode pembelajaran diskusi yang dipadukan dengan penggunaan
metode ceramah dan tanya jawab, bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan siswa pada mata pelajaran fiqih
dalam memahami tata cara berqurban.
Adapun tujuan khusus peneliti melaksanakan PTK ini adalah sebagai berikut :

2
1. untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V MI al-Ishlah 03 Pancor pada mata
pelajaran fiqih dalam memahami tata cara qurban.
2. sebagai salah satu alternatif kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil peserta didik
pada mata pelajaran fiqih dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.
E. Lingkup Penelitian
Salah satu penelitian tindakan yang banyak dikenal dalam dunia pendidikan adalah
penelitian tindakan kelas (PTK). Pada umumnya PTK berguna dalam mengatasi persoalan
yang dialami siswa terkait dengan persoalan belajarnya di sekolah. Terlebih dari itu, PTK juga
penting untuk meningkatkan keterampilan guru dalam mengatasi tugas-tugas (persoalan) yang
dihadapinya, tentu dalam upaya membantu perkembangan siswanya.
F. Signifikansi Penelitian
PTK  yang telah dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas V   MI al-Ishlah 03
.pelaksanaannya melalui model siklus. Mata pelajaran yang digunakan sebagai bahan penelitian
adalah fiqih dengan materi pembelajaran tata cara qurban, banyak memberikan manfaat baik
bagi guru selaku peneliti, bagi siswa, bagi rekan seprofesi, maupun bagi sekolah. Manfaat-
manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi guru selaku peneliti


Meningkatkan kemampuan guru dalan menyusun rencana penelitian maupun dalam
menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi,
pada mata pelajaran fiqih, khususnya pada materi tata cara qurban.
2. Manfaat bagi siswa
Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi, dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V MI al-Ishla 03 Pancor pada mata pelajaran fiqih, mendidik siswa belajar
berinteraksi dengan teman-temannya, belajar berkomunikasi dan belajar memahami tata cara
qurban.
3. Manfaat bagi rekan seprofesi
Sebagai salah satu strategi pemecahan masalah yang dialami oleh guru dalam
pembelajaran.
4.   Manfaat bagi sekolah
PTK yang dilaksanakan oleh peneliti juga bermanfaat bagi sekolah yaitu sebagai salah
satu sarana untuk mencapai visi sekolah yang ingin dicapai

3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian  Pembelajaran
Pembelajaran (instruction) secara sederhana berarti upaya untuk membelajarkan
seseorang atau sekelompok orang melalui satu/lebih strategi, metode dan pendekatan tertentu ke
arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Menurut Zainul dan Mulyana (2005) dalam
Strategi Belajar Mengajar mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan formal yang
dilakukan di sekolah. Dalam pembelajaran terdapat dua kegiatan yaitu belajar dan mengajar.
T.Raka Joni (1985) merumuskan pengertian mengajar sebagai pencipta suatu sistem
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari
komponen-komponen yang saling mempengaruhi yaitu tujuan instruksional yang ingin dicapai,
guru dan peserta didik yang memainkan peranan senada dalam hubungan sosial tertentu, materi
yang diajarkan, bentuk kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar mengajar
yang tersedia. Perbuatan mengajar merupakan perbuatan yang kompleks. Mengajar menuntut
keterampilan tingkat tinggi karena harus dapat mengatur berbagai komponen dan
menyelaraskannya untuk terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Davis (1971)
mengungkapkan bahwa pengertian mengajar sebagai suatu aktivitas profesional yang
memerlukan keterampilan tingkat tinggi dan menyangkut pengambilan keputusan.  Berdasarkan
beberapa pengertian mengajar yang disampaikan oleh para ahli  di atas seorang guru harus:
1. mengkondisikan peserta didik untuk menyukai, merasa gembira dan senang belajar di
sekolah. Guru dituntut untuk mahir menciptakan situasi belajar yang memungkinkan
anak terhindar dari rasa stres, perasaan bimbang, khawatir, dan perasaan mencekam;
2. mengembangkan berbagai cara dan metode yang bervariasi dan menarik di dalam
mengajar secara terpadu;
3. merencanakan pembelajaran dengan baik agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan
secara efektif dan efisien;
4. menyediakan pengalaman belajar bagi siswa. Tujuannya adalah menyediakan kondisi
belajar yang memungkinkan siswa untuk mempraktekkan operasi tertentu. Dalam
pengalaman belajar ini siswa harus berperan aktif menemukan sendiri secara induktif.
Kepada anak harus diberikan kesempatan yang ekspentif untuk memanipulasi
lingkungan. Hal ini memerlukan benda-benda konkrit, dan bukannya simbol-simbol dan
angka-angka.
Agar pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dapat berjalan dengan baik, maka
seorang guru harus memiliki kemampuan dalam menciptakan suasana belajar yang

4
menyenangkan. Seorang guru dituntut untuk memiliki persiapan dan penguasaan yang cukup
memadai baik dalam keilmuan, maupun dalam merancang  program pembelajaran yang akan
disajikan, termasuk di dalamnya prinsip – prinsip merancang pengalaman belajar.
Adapun prinsip–prinsip dalam merancang pengalaman belajar siswa adalah sebagai
berikut :
1.   Prinsip Mengaktifkan Siswa
                  Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang aktif, yang melibatkan
pancaindra atau fisik dan psikis kita. Agar siswa mengalami proses belajar, maka guru harus
merancang pembelajaran agar siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Berkenaan
dengan pembelajaran aktif, setiap individu harus melakukan sendiri aktifitas belajar karena
belajar tidak dapat diwakilkan oleh orang lain. Jhon Dewey menyatakan “belajar adalah
menyangkut apa yang harus dikerjakan oleh dirinya sendiri, maka inisiatif belajar harus muncul
dari dirinya.” Teori kognitif dari Gagne dan Berliner mengemukakan bahwa belajar
menunjukkan kondisi jiwa yang aktif, dimana jiwa tidak sekedar menerima informasi /materi,
akan tetapi mengolah dan melakukan transformasi. Berpijak dari teori ini maka seorang guru
harus mengupayakan dengan berbagai cara agar subjek belajar (siswa) dapat memiliki sejumlah
aktifitas belajar seperti mencari, mengolah informasi, menganalisis, mengidentifikasi,
memecahkan, menyimpulkan, dan mulakukan transformasi belajar ke dalam kehidupan yang
lebih luas.
2.   Prinsip Kesesuaian
                  Kesesuaian antara guru dan siswa pada kenyataannya sangat mempengaruhi seorang
siswa dalam menyenangi suatu pelajaran. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi motivasi siswa
dalam belajar. Oleh karena itu, guru yang baik tentunya akan selalu berusaha menerapkan
metode pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan kemampuan siswa-siswanya. Guru yang
baik akan selalu berusaha menerapkan suatu metode pembelajaran yang akan membuat siswa-
siswanya senang dan bersemangat serta merasa mudah dalam mempelajari suatu mata pelajaran.
3.   Prinsip Memberikan Kepuasan
Pembelajaran yang direncanakan seorang guru diharapkan akan menjadi suatu
kegiatan yang dapat memfasilitasi minat dan kebutuhan siswa. Thorndike dalan law of
learning menjelaskan bahwa suatu ikatan stimulus dan respons (sebagai hasil belajar) akan terus
berlanjut apabila individu yang belajar memperoleh dampak yang menyenangkan. Oleh karena
itu guru harus sering memberikan penguatan kepada siswa baik berupa pujian maupun hadiah.
1. Prinsip Pengalaman Belajar yang Sama Menimbulkan Hasil yang Berbeda
Belajar pada dasarnya bersifat individual, jadi tidak mungkin bahwa suatu kegiatan
pemberjaran yang dilakukan guru akan memberikan hasil belajar yang sama untuk setiap siswa.

5
Yang penting di sini adalah bagaimana guru dapat memberikan pengalaman yang sama untuk
setiap siswa, walaupun adaperbedaan hasil bejajar diantara siswanya.
2. Prinsip Variasi Pengalaman Belajar
Dalam merancang suatu pembelajaran, penting bagi guru untuk menyediakan
berbagai variasi pengalaman belajar. Menurut Edgar Dale ada sebelas jenis pengalaman yang
dapat divariasikan, yaitu: (a) pengalaman langsung; (b) pengalaman melalui benda tiruan; (c)
pengalaman melalui dramatisasi; (d) pengalaman melalui demonstrasi; (e) penglaman melalui
karya wisata; (f) pengalaman melalui pameran; (g) pengalaman melalui televisi; (h) pengalaman
melalui gambar hidup; (i) pengalaman melalui rekaman, radio, dan gambar diam; (j) pengalaman
melalui lambang visual; (k) pengalaman melalui lambang verbal.

B. Metode Pembelajaran
Berbagai metode, pendekatan, strategi maupun model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran fiqih yang masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan serta karakteristik yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas tertentu, namun
masing-masing memiliki satu tujuan yang sama yaitu memperlancar proses kegiatan belajar
mengajar mata pelajaran fikih dan meningkatkan prestasi belajar mengajar siswa.
1.   Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang paling populer dan banyak dilakukan guru, selain
mudah penyajiannya juga tidak banyak memerlukan media. Metode ceramah atau kuliah mimbar
adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lesan kepada
peserta didik. Penggunaan metode ceramah sangat tergantung kepada kemampuan guru, karena
gurulah yang berperan penuh dalam metode ceramah. Kepiawaian guru dalam menguasai bahan,
forum atau audience, dan keterampilan bahasa dan intonasinya sangat menentukan keberhasilan
metode ini.
Tujuan metode ceramah adalah menyampaikan bahan yang bersifat informasi (konsep,
pengertian-pengertian, prinsip-prinsip) yang banyak dan luas serta juga untuk penemuan-
penemuan yang langka dan belum meluas. Secara spesifik metode ceramah bertujuan untuk:
a. menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk ceramah yaitu bahan
tulisan peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil
ceramah guru;
b. menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dean permasalahan penting yang terdapat
dalam isi pelajaran;
c. merangsang peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu
melalui pemerkayaan belajar;

6
d. memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara gamblang dan
menyinggung penjelasan teori dan prateknya;
e. sebagai langkah awal untuk metode yang dalam upaya menjelaskan produser yang harus
ditempuh peserta didik. Misalnya sebelum sosiodrama peserta didik diberikan
penjelasan tentang peran-peran dan sebagainya.
Alasan Penggunaan Metode Ceramah
Mengimplementasikan sistem pengajaran, guru sudah barang tentu akan berusaha
sedapat mungkin menghindari kegiatan ceramah. Daya tahan anak untuk mendengarkan suatu
ceramah sebenarnya  sangat terbatas. Jika hal ini menjadi kebiasaan guru sehari-hari di sekolah,
maka dampaknya akan membentuk kebiasaan perilaku yang tidak menguntungkan bagi
perkembangan anak, seperti kurang responsif, sulit mengajukan pendapat, dan pasif. Melalui
berbagai strategi pembelajaran guru dituntut memiliki kemahiran di dalam memanipulasi proses
pengajaran sedemikian rupa, sehingga metote ceramah benar-benar digunakan secara terbatas
dan efektif. Alasan digunakannya metode ceramah harus benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan, misalnya karena:
a. anak benar-benar memerlukan penjelasan, misalnya karena bahan baru atau guna
menghindari kesalah pahaman;
b. benar-benar tidak ada sumber bahan pelajaran bagi peserta didik;
c. menghadapi peserta didik yang banyak jumlahnya dan bila menggunakan metode lain
sukar diterapkan;
d. menghemat biaya, waktu dan peralatan.
Kelebihan Metode Ceramah
Metode ceramah mempunyai beberapa kelebihan, yaitu :
a. murah dalam arti efisien dalam pemanfaatan waktu dan menghemat biaya pendidikan
dengan seseoran guru yang menghadapi banyak peserta didik;
b. mudah dalam arti materi didik tertentu dapat disesuaikan dengan keterbatasan waktu,
karakteristik peserta didik tertentu, pokok permasalahan dan keterbatasan peralatan
serta dapat disesuaikan dngan jadwal guru terhadap ketidaktersediaan bahan-bahan
tertulis;
c. meningkatkan daya dengar peserta didik dan menumbuhkan minat belajar dari
sumber lain;
d. memperoleh penguatan bagi guru dan peserta didik yaitu guru memperoleh
penghargaan, kepuasan dan sikap percaya diri dari peserta didik atas perhatian yang
ditunjukkan peserta  didik dan peserta didikpun merasa senang dan menghargai guru
bila ceramah guru meninggalkan kesan dan berbobot;

7
e. ceramah memberikan wawasan yang luas dari pada sumber lain karena guru dapat
menjelaskan topik dan mengkaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.
Kekurangan Matode Ceramah
a. dapat menimbulkan kejenuhan kepada peserta didik apalagi bila guru kurang dapat
mengorganisasikannya;
b. menimbulkan verbalisme pada pserta didik;
c. materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru;
d. merugikan  peserta didik yang lemah dalam keterampilan mendengarkan;
e. menjejali peserta didik dengan konsep yang belum tentu diingat terus;
f. informasi yang disampaikan mudah usang dan ketinggalan jaman;
g. tidak merangsang perkembangan kreativitas peserta didi;
h. terjadi proses satu arah yaitu dari guru kepada peserta didik.
2.   Metode Tanya Jawab
Bertanya dan menjawab kerap kali dilakukan orang apabila ada ketidaktahuan atau
ketidakpahaman akan sesuatu peristiwa atau pemahaman. Dalam proses belajar mengajar tanya
jawab dijadikan salah satu metode untuk menyampaikan materi pelajaran dengan cara guru
bertanya kepada peserta didik atau peserta didik bertanya kepada guru. Metode tanya jawab
adalah cara penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar melalui interaksi dua arah atau
two way traffic dari guru ke peserta didik atau dari peserta didik kepada guru agar diperoleh
jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau peserta didik.
Dalam metode tanya jawab, guru dan peserta didik sama-sama aktif. Namun
demikian keaktifan peserta didik patut mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sehingga hal
itu tidak harus banyak tergantung pada keaktifan guru. Sifat atau rasa ingin tahu anak usia
sekolah dasar harus ditumbuhsuburkan dan sekaligus mendapat penyaluran yang wajar. Karena
itu, guru tidak hanya dituntut untuk menguasai teknik-teknik bertanya dan jenis-jenis pertanyaan,
tetapi juga semangat tinggi di dalam membangun situasi yang kondusif bagi terjadinya diskusi.
Adapun tujuan dari metode tanya jawab ini, adalah :
a. mengecek dan mengetahui sampai sejauhmana kemampuan peserta didik terhadap
pelajaran yang dikuasainya;
b. memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dalam mengajukan
pertanyaan kepada guru tentang suatu masalah yang belum dipahami;
c. memotivasi dan menimbulkan kompetisi belajar yaitu peserta didik yang aktif dan
cepat menjawab, lebih percaya diri dan berusaha untuk selalu lebih baik dan paserta

8
didik yang belum aktif atau tidak dapat menjawab dapat mempersiapkan diri dalam
kesempatan lain;
d. melatih peserta didik untuk berpikir dan berbicara secara sistematis dan sistemik serta
berdasarkan pemikiran yang orsinil;
e. metode tanya jawab tidak dimaksudkan untuk mengetes kemampuan peserta didik
tetapi diarahkan sebagai upaya guru membuat peserta didik mengerti, memahami dan
berinteraksi secara aktif dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan dapat tercapai
dengan baik.
Alasan guru menggunakan metode tanya jawab ini adalah untuk :
a. menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap permasalahan yang sedang
dibicarakan sehingga menimbulkan partisipasi peserta didik dalam proses belajar
mengajar;
b. menimbulkan berpikir kreatif, sitemati, reflektif, dan kritis peserta didik;
c. mewujudkan cara belajar peserta didik aktif;
d. melatih dan mendorong peserta didik untuk belajar mengekpresikan kemampuan
lisannya;
e. memberikan kesempatan kepada peserta didik menggunakan kemampuan
sebelumnya.
Kekuatan dan Keterbatasan Metode Tanya Jawab
a. Kekuatan metode tanya jawab
b. Metode tanya jawab memiliki kekuatan sebagai berikut :
c. dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik terhadap pelajaran;
d. mengetahui kedudukan peserta didik dalam balajar di kelas dari aktivitas tanya
jawab dan dari jawaban-jawaban serta tanggapan-tanggapan yang dilontarkannya
secara kontinyu;
e. lebih merangsang peserta didik unutk mendayagunakan daya pikir dan daya
nalarnya;
f. menumbuhkan keberanian dalam mengemukakan jawaban;
g. pembuka jalan bagi proses belajar yang lain.
Keterbatasan Metoda Tanya jawab
Keterbatasan-keterbatasan dari metode tanya jawab adalah:
a. pada kelas besar pertanyaan tidak dapat disebarkan kepada seluruh peserta didik,
sehingga peserta didik tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab
maupun yang menjawab;

9
b. peserta didik yang tidak aktif tidak memperhatikan bahkan tidak terlibat secara
mental;
c. menimbulkan rasa guguppada peserta didik yang tidak memiliki keberanian
menjawab dan bertanya (kemempuan lisan);
d. dapat membuang waktu bila peserta didik tidak responsif terhadap pertanyaan.
3.   Metode Diskusi
Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar fiqih siswa, metode diskusi kelompok
adalah metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan alternatif pemecahan
suatu topik bahasan yang bersifat problematis.Sumantri (1999) dalam bukunya “Strategi Belajar
Mengajar” mengemukakan tentang pengertian, tujuan, serta alasan penggunaan metode diskusi.
Metode diskusi dapat diartikan sebagai suatu siasat penyampaian bahan pengajaran
yang melibat aktifkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif  pemecahan
suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru dan kelompok peserta didik memiliki
perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.
Penerapan metode diskusi bertujuan untuk:
a. melatih peserta didik mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi,
menafsirkan dan menyimpulkan bahasan;
b. melatih dan membentuk kesetabilan sosial-emosional;
c. mengembangkan kemampuan berfikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga
tumbuh konsep diri yang lebih positif;
d. mengembangkan keberhasilan peserta didik dalm menemukan pendapat;
e. mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial;
f. melatih peserta didik berani berpendapat tentang suatu masalah.
Metode diskusi digunakan karena beberapa alasan berikut:
a. topik bahasan bersifat problematif;
b. merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam perdebatan ilmiah;
c. melatih peserta didik untuk berfikir kritis dan terbuka;
d. mengembangkan suasana demokratis dan melatih peserta didik berjiwa besar;
e. peserta didik memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang masalah yang dijadikan
topik diskusi;
f. peserta didik memiliki pengetahuan dan pendapat-pendapat tentang masalah yang
akan didiskusikan.
Para ahli diantaranya Gilstrap & Martin, 1975 : 18 ; Gage & berliner, 1984 : 517 ; Davies, 1987 :
237-239 menyimpulkan bahwa metode diskusi memiliki keunggulan sebagai berikut:

10
a. metode ini memberikan kesempatan langsung kepada para siswa untuk berpartisipasi
secara langsung, baik sebagai partisipan, ketua kelompok, atau penyusun pertanyaan
diskusi. Adanya partisipasi langsung ini memungkinkan terjadinya keterlibatan
intelektual, social emosional, dan mental para siswa dalam proses belajar;
b. metode ini dapat digunakan secara mudah sebelum, selama, ataupun sesudah metode
– metode yang lain;
c. metode ini mampu meningkatkan kemungkinan berpikir kritis, partisipasi demokratis,
mengembangkan sikap, motivasi, dan kemampuan berbicara yang dilakukan tanpa
persiapan;
d. metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji, mengubah,   dan
mengembangkan pandangan, nilai, dan keputusan yang diperlihatkan kesalahannya
melalui pengamatan yang cermat dan pertimbangan kelompok;
e. metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memahami kebutuhan
memberi dan menerima (take and give ), sehingga siswa dapat mengerti dan
mempersiapkan dirinya sebagai warga negara yang demokratis;
f. metode ini menguntungkan para siswa yang lemah dalam pemecahan masalah. Hal ini
dimungkinkan karena pemecahan masalah oleh kelompok, biasanya biasanya lebih
cepat daripada pemecahan perorangan.
Berdasarkan karakteristik metode-metode mengajar yang sebagaimana telah
dijabarkan di atas, menuntut seorang guru untuk terampil memilih dan menerapkan metode-
metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik siswa yang beragam dan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Dalam pemilihan dan penetapan metode mengajar yang akan digunakan, guru
hendaknya memperhatikan tujuan instruksional yang hendak dicapai. Metode mengajar
sesungguhnya adalah cara atau alat untuk mencapai tujuan. Karena itu penggunaan suatu metode
berarti menunjukkan bagaimana seorang guru menempuh cara dan melakukan penyajian suatu
bahan pelajaran. Ini berarti pula melalui penggunaan metode mengajarnya, guru dituntut untuk
mampu membangkitkan minat dan kemauan peserta didik  dalam menguasai bahan pelajaran
yang disajikan dengan baik.
Selanjutnya tujuan, peserta didik dan bahan pelajaran, faktor situasi atau suasana
kelas, kondisi fasilitas, kemampuan guru, kelebihan dan kekurangan metode mengajar itu sendiri
adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan dan penetapan metode mengajar
yang akan digunakan. Sudah barang tentu metode yang digunakan guru tidaklah cukup satu jenis
saja. Ia dituntut untuk mempertimbangkan beberapa kegunaan metode mengajar sekaligus agar
kegiatan belajar mengajar benar-benar menjadi menarik, menyenangkan dan efektif dalam
pencapaian tujuan pembelajaran.

11
12
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian
Dalam melaksanakan suatu penelitian diperlukan adanya suatu cara atau metode tertentu
yang harus digunakan untuk memperoleh data ataupun informasi yang kita butuhkan. Metode ini
bertujuan agar informasi yang dikumpulkan dapat dipertanggung jawabkan oleh peneliti metode
penelitian ini adalah merupakan serangkaian kegiatan pelaksanaan dari sebuah penelitian.
Penelitian pada dasarnya digunakan untuk menunjukan kebenaran dan pemecahan masalah atas
apa yang diteliti untuk mecapai tujuan tersebut, dilakukan suatu metode yang tepat dan relevan
untuk tujuan yang diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas merupakan kegiatan untuk memperbaiki
praktik pembelajaran terhadap kegiatan pembelajaran dari permasalahan yang muncul dalam
situasi pembelajaran. Menurut Aqib, (2011, hlm 3) mengatakan bahwa, PTK adalah “penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat’’
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian tindakan
kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat. Metode penelitian ini mengacu pada tahap – tahap Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). PTK dilakukan oleh guru yang mempunyai masalah di dalam kelasnya.

B. Sentting Penelitian dan Krakteristik Subyek Penelitian


PTK ini dilaksanakan di MI al-Ishlah 03 Dusun Pancor Desa Sumber Waru Kecamatan
Waru Kabupaten Pamekasan. Mata pelajaran yang menjadi objek penelitian adalah mata
pelajaran fiqih, dengan materi pokok tata cara qurban. Materi ini merupakan materi untuk siswa
kelas V. Jumlah siswa kelas V ada 15 anak  yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 8 siswa
perempuan.

C. Variabel Yang Diselidiki

a. Tempat Pelaksanaan Penelitian


Tempat pelaksanaan penelitian tindakan kelas direncanakan di MI al-Ishlah 03
Pancor Desa Sumber Waru Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan

13
Kelas / Semester : V (lima) / 1

Mata Pelajaran : Fiqih

Standar Kompetensi : Memahami tata cara qurban

Kompetensi Dasar : Menjelaskan pengertian qurban

Materi Pokok : Qurban

b. Waktu pelaksanaan
Penelitian direncanakan selama satu bulan, yaitu pada bulan september 2021
sedangkan per siklusnya dapat dirinci sebagai berikut :

Siklus Pertama : 09 september 2021 september 11 juli 2021

Siklus Kedua : 16 september 2021 dan 19 september 2021

Siklus Ketiga : 23 september 2021 dan 26 september 2021

D. Rencana Tindakan
Pochiati Wiriaatmadja (2006 : 62), Perbaikan pembelajaran direncanakan melalui
proses pengkajian berdaur, yang terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (plan),
pelaksanaan (action), mengamati (observation), dan refleksi (refleksi).

1. Perencanaan
Perencanaan selalu mengacu kepada tindakan apa yang dilakukan, dengan
mempertimbangkan keadaan dan suasana obyektif dan subyektif. Dalam perencanaan
tersebut, perlu dipertimbangkan tindakan khusus apa yang dilakukan, apa tujuannya.
Mengenai apa, siapa melakukan, bagaimana melakukan, dan apa hasil yang
diharapkan.Setelah pertimbangan itu dilakukan, maka selanjutnya disusun gagasan-
gagasan dalam bentuk rencana yang dirinci. Kemudian gagasan-gagasan itu diperhalus,
hal-hal yang tidak penting dihilangkan, pusatkan perhatian pada hal yang paling penting
dan bermanfaat bagi upaya perbaikan yang dipikirkan. Sebaiknya perencanaan tersebut
didiskusikan dengan teman sejawat untuk memperoleh masukan, dan sebelum
direncanakan disimulasikan dulu bersama teman sejawat.

2. Pelaksanaan Tindakan

14
Jika perencanaan telah dirumuskan sebelumnya merupakan perencanaan yang
cukup matang, maka proses tindakan semata-mata merupakan pelaksanaan perencanaan
itu. Namun, kenyataan dalam praktik tidak sesederhana yang dipikirkan. Oleh sebab itu,
pelaksanaan tindakan boleh jadi berubah atau dimodifikasi sesuai dengan keperluan di
lapangan. Tetapi jangan sampai modifikasi yang dilakukan terlalu jauh menyimpang. Jika
perencanaan yang telah dirumuskan tidak direncanakan, maka guru hendaknya
merumuskan perencanaan kembali sesuai dengan fakta baru yang diperoleh.

3. Pengamatan
Hal yang tidak bisa dilupakan, bahwa sambil melakukan tindakan hendaknya juga
dilakukan pemantauan secara cermat tentang apa yang terjadi. Dalam pemantauan itu,
lakukan pencatatan-pencatatan sesuai dengan form yang telah disiapkan. Catat pula
gagasan-gagasan dan kesan-kesan yang muncul, dan segala sesuatu yang benar-benar
terjadi dalam proses pembelajaran. Secara teknis operasional, kegiatan kegiatan
pemantauan dapat dilakukan oleh guru lain. Disinilah letak kerja kolaborasi antar profesi.
Namun, jika petugas pemantau itu bukan rekanan peneliti, sebaiknya diadakan sosialisasi
materi pemantauan untuk menjaga agar data yang dikumpulkan tidak terpengaruh minat
pribadinya. Untuk memperoleh data yang lebih obyektif, guru dapat menggunakan alat-
alat optik atau elektronik, seperti kamera, perekam video, atau perekam suara. Pada setiap
kali akan mengakhiri penggalan kegiatan, lakukanlah evaluasi terhadap hal-hal yang telah
direncanakan. Jika observasi berfungsi untuk mengenali kualitas proses tindakan, maka
evaluasi berperan untuk mendeskripsikan hasil tindakan yang secara optimis telah
dirumuskan melalui tujuan tindakan.

4. Refleksi
Refleksi adalah suatu upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, yang telah
dihasilkan, atau apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari langkah atau
upaya yang telah dilakukan. Dengan perkataan lain, refleksi merupakan pengkajian
terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan. Untuk maksud ini, guru
hendaknya terlebih dahulu menentukan criteria keberhasilan.

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah
siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, dari tahap penyusunan rancangan sampai

15
dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Apabila dikaitkan dengan “bentuk
tindakan” sebagaimana disebutkan dalam uraian ini, maka yang dimaksud dengan bentuk
tindakan adalah siklus tersebut. Jadi bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan
kegiatan tunggal tetapi selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu
dalam bentuk siklus.
E. Data dan Cara Pengumpulannya
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI al-Ishlah 03 dan teman
sejawat.

2. Jenis Data
Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri atas:

a. Proses belajar mengajar


b. Data hasil belajar / tes formatif
c. Data keterkaitana antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan
3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
a. Data proses belajar mengajar diambil saat pelaksanaan perbaikan tindakan kelas
dengan menggunakan lembar observasi.
b. Data hasil belajar diambil dengan mengadakan tes formatif.
c. Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan diambil dari RPPP
dan lembar observasi.
d. Dari hasil pengambilan data baik data proses belajar mengajar, tes formatif dan data
keterkaitan kemudian dianalisis untuk mencari alternatif pemecahan pada perbaikan
pembelajaran berikutnya.
4. Informasi Tentang Observer
Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas direncanakan dalam tiga siklus
perbaikan pembelajarn. Selama proses pengambilan data, peneliti dibantu oleh teman
sejawat.

Nama : MOH AMINUR RAHMAN, S.Sos

16
NIP :

Pekerjaan/Jabatan : Kepala Sekolah

Tugas : Mengobservasi Kegiatan Perbaikan Pembelajaran.

F. Indikatok Kerja

Kriteria keberhasilan upaya perbaikan pembelajaran ditentukan dengan kriteria sebagai


berikut :

1. Kriteria siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat penguasaan materi
70% ke atas atau pencapaian nilai 70.
2. Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan telah berhasil jika jumlah siswa yang tuntas
telah mencapai 75% dari jumlah seluruh siswa.
3. Proses perbaikan pembelajaran (peningkatan keterlibatan siswa) dinyatakan berhasil jika
85% lebih dari jumlah siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

G. Tim Peneliti dan Tugasnya


Penelitian ini melibatkan Tim peneliti, identitas dari Tim tersebut adalah :
1.      Nama                              : M. MUNIR, S.Pd.I
2.      NIM                               :
3. Tugas dalam penelitian  : Pengumpulan dan Analisis Data

17
H. Daftar Pustaka

Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi
Aksara

Andayani, dkk. 2008. Pemantapan Kemamapuan Profesional.Jakarta : Universitas Terbuka

Hernawan, Asep H, dkk. 2006 . Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta :


Universitas Terbuka

Wahyudin, H. Dinn, dkk. 2004 . Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka

18

Anda mungkin juga menyukai