( PTK)
OLEH :
I.A KOMANG SUGIASTINI, S.Pd
NIM. 19241585910111
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING PADA KOMPOENSI DASAR MENGANALISIS KUE
INDONESIA DARI TERIGU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PESERTA DIDIK KELAS XI SMK NEGERI 1 ROTE BARAT” tepat pada
waktunya.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga
proposal penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan
kepada:
1. Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd selaku dosen pembimbing PTK.
2. Dr. Meda Wahini, M.Si selaku Dosen pembimbing PTK
3. Teman-teman PPGJ angkatan 4 yang telah berjuang bersama-sama penulis
dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal peelitian ini sebaik
mungkin, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal
penelitian ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi
para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar……………………………………..................................... i
Daftar isi…………………............................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………........... 1
B. Perumusan Masalah………………………………………………… 6
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 7
D. Manfaat Hasil Penelitian…………………….................................. 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada
kompetensi dasar Kue Indonesia dari Terigu dapat Meningkatkan Hasil
Belajar Peserta Didik, Kelas XI Tata Boga SMK Negeri 1 Rote Barat?
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.
a. Bagi peserta didik
Mempermudah siswa untuk memahami, dan menggali sendiri
pengetahuannya, karena melalui penerapan model pembelajaran Problem
Based Learning ini dapat membantu mengikat peserta didik pada rasa
ingin tahu pada pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.
A. Tinjauan Pustaka
a. Hakekat Model Pembelajaran Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) di Indonesia lebih dikenal dengan
belajar berbasis masalah. Beberapa ahli menyebut PBL sebagai model
pembelajaran tetapi ada pula ahli yang menyebutnya sebagai metode
pembelajaran. Perbedaan pokok antara model pembelajaran dengan metode
pembelajaran adalah pada model pembelajaran sintaksnya relatif sudah ada
langkah-langkahnya sesuai dengan yang ditetapkan oleh ahli yang
mengungkapkannya, sedangkan dalam metode pembelajaran guru masih diberi
keleluasaan dalam bervariasi (Warsono &Hariyanto, 2013: 147). Jadi, dalam
suatu model pembelajaran sintaksnya sangat bergantung pada sumber yang
digunakan. Menurut Egen & Kauchak (2012: 307) Problem Based Learning
(PBL) adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai
fokus untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi, pemecahan
masalah, materi, dan pengaturan diri. Sejalan dengan itu,Ali, et al. (2010: 68)
mengungkapkan bahwa “in the problem based learning approach the students’
turn from passive listeners of information receivers to active, free self-learner
and problem solver”. Artinya bahwa PBL merupakan sebuah model
pembelajaran yang berpusat pada siswa dari pendengar informasi pasif menjadi
aktif, mengembangkan masalah dan keterampilan pemecahan masalah. PBL
merupakan suatu model pembelajaran yang menyajikan masalah sebagai titik
awal untuk mempelajari suatu materi pelajaran. Pembelajaran dengan model
PBL dapat terjadi jika guru merancang dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang dimulai dengan memberikan masalah kepada
siswa.Pembelajaran dengan PBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks untuk belajar tentang
B. Hasil Belajar
a. Hakikat Hasil Belajar
Abdurrahman (dalam Jihad dan Haris, 2013:14) menyatakan
bahwa, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Menurut Benjamin S. Bloom (dalam Jihad dan
Haris, 2013:14) ada 3 ranah hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotoris. Hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan
perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan
psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.
3) Ranah Psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan
keterampilan, yakni gerakan refleks, keterampilan pada gerakan-gerakan
dasar, kemampuan perseptual (membedakan visual, auditif, motoris, dan
lain-lain), kemampuan di bidang fisik, gerakan-gerakan skill, dan
kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti
gerakan ekspresif dan interpretatif. Tipe hasil belajar psikomotoris
berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah peserta
didik menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotoris
sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif yang baru tampak
kecenderungan untuk berperilaku.
b. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu keadaan atau peristiwa yang diharapkan dan
dilandasi oleh generalisasi, dan biasanya menyangkut hubungan di antara
variabel penelitian. Hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban yang
paling mungkin diberikan dan memiliki tingkat kebenaran jawaban lebih tinggi
daripada opini (Setyosari, 2013: 123). Berdasarkan teori dan kerangka berpikir
yang telah diuraikan tersebut, maka dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai
berikut. “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
pada Kompetensi Dasar. Menganalisis Kue Indonesia dari Terigu
dapat Meningkatkan Hasil Belajar peserta didik Kelas XI SMK
Negeri 1 Rote Barat”
A. Rancangan Penelitian
1. Perencanaan
3. Pengamatan
1) Mengobservasi secara langsung proses pembelajaran di kelas dengan cara
mengamati secara langsung pelaksanaan pembelajaran yang diberikan oleh
guru
2) Mengevaluasi proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning yang meliputi tes hasil belajar kue
Indonesia dari terigu, rubrik observasi aktivitas dan angket respon peserta
didik untuk mengetahui hasil belajar, aktivitas dan respon peserta didik
terhadap pembelajaran yang telah disampaikan setelah penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik
kelas XI Tata Boga tahun pelajaran 2019/2020 sebanyak 25 orang peserta didik.
Kelas XI Tata Boga dipilih sebagai subjek penelitian karena kelas ini memiliki
hasil belajar serta aktivitas belajar peserta didik yang masih rendah. Hal ini
terjadi karena di kelas tersebut terungkap permasalahan-permasalahan yang
telah diungkapkan pada bagian latar belakang. Di samping itu, di sekolah ini
belum pernah diadakan penelitian terkait dengan permasalahan tersebut,
sehingga dirasa perlu melakukan penelitian di tempat ini.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dirancang akan digunakan dalam penelitian ini
sebagai alat untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian tindakan kelas terdiri
atas lembar soal tes untuk setiap siklus, lembar observasi dan angket.
a. Instrumen Penilaian Pengetahuan (Ranah Kognitif)
Untuk data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui tes pilihan ganda
(multiple choice). Multiple choice test terdiri dari satu keterangan atau
pemberitahuan tentang satu pengertian yang belum lengkap dan untuk
melengkapinya harus memilih satu diantara beberapa jawaban yang telah
disediakan (Arikunto, 2013:183). Instrumen multiple choice yang digunakan
Jumlah soal tes yang digunakan adalah 25 soal untuk siklus I dan 25 soal
untuk siklus II. Skor maksimum yang dapat diperoleh adalah 25 dan skor
minimal adalah 0.
Sebelum sebuah instrumen multiple choice test digunakan, terlebih dahulu
dilakukan uji validitas instrumen untuk memenuhi syarat instrumen yang
baik. Uji validitas isi dilakukan melalui expert judgement oleh para ahli di
bidangnya. Penelitian ini menggunakan uji expert judgement atau dosen ahli
dan guru pengampu pembelajaran kue Indonesia dari terigu di kelas X1 Tata
Boga SMK Negeri 1 Rote Barat.
Mekanisme perhitungan validitas tersebut, yaitu: 1) pakar menilai setiap
instrumen; 2) penilaian dikelompokkan menjadi kurang relevan dan sangat
relevan; 3) hasil penilaian pakar ditabulasi ke dalam bentuk matriks; 4)
melakukan tabulasi silang antara dua pakar; dan 5) menghitung validitas isi.
Analisis validasi mengacu pada formula yang dikembangkan oleh Robert
Gregory yakni :
Tabel 3.3 Matriks Tabulasi Penilaian Dua Pakar
Keterangan:
V = validitas isi
A = sel yang berisi jumlah butir instrumen yang dinyatakan tidak relevan oleh kedua
pakar
B = sel yang berisi jumlah butir instrumen yang dinyatakan relevan oleh pakar I dan
kurang relevan oleh pakar II
C = sel yang berisi jumlah butir instrumen yang dinyatakan kurang relevan oleh
pakar I dan relevan oleh pakar II
D = sel yang berisi jumlah butir instrumen yang dinyatakan relevan oleh kedua
pakar
Nilai validitas isi yang diperoleh mencerminkan keseluruhan butir tes yang
dihasilkan. Adapun kriteria untuk validitas isi (content validity) sebagai berikut:
0,80 – 1,00 = validitas sangat tinggi.
0,60 – 0,79 = validitas tinggi
0,40 – 0,59 = validitas sedang
0,20 – 0,39 = validitas rendah
0,00 – 0,19 = validitas sangat rendah
Berdasarkan koreksi dari pakar (jugjes), setelah perbaikan dan konsultasikan
kembali, validitas isi dapat dianalisis sebagai berikut:
a. Uji Pakar Ranah Kognitif Siklus I
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai 0,833. Hal ini berarti tingkat validitas
instrumen berada dalam kriteria sangat tinggi. Setelah diuji pakar, selanjutnya
instrumen tes dapat digunakan sebagai tes untuk menilai hasil belajar ranah kognitif
siswa.
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai 0,833. Hal ini berarti tingkat validitas
instrumen berada dalam kriteria sangat tinggi. Setelah diuji pakar, selanjutnya instrumen tes
dapat digunakan sebagai tes untuk menilai hasil belajar ranah kognitif peserta didik