LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PDGK4501
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat
rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan laporan Pemantapan Kemampuan Profesional
(PDGK 4501) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas II dalam Berbicara
Bahasa Indonesia Melalui Mendongeng Menggunakan Media Wayang di SD Negeri 5
Penatih’’ tepat pada waktunya.
Laporan ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP). Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu
penyelesaian laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) PDGK 4501, diantaranya yaitu
sebagai berikut
1. Ibu Dra. Ni Wayan Suniasih,S.Pd.,M.Pd sebagai tutor mata kuliah Pemantapan
Kemampuan Profesional yang telah membimbing hingga laporan ini selesai.
2. Ni Made Budiarti, S.Pd,M.Fis selaku Kepala Satuan Pendidikan SD Negeri 5 Penatih
3. Semua rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
mendorong dan membantu dalam penyelesaian PKP ini.
4. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian ini berlangsung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa yang tersaji dalam laporan ini jauh dari kata
sempurna karena pandemic covid 19 kekurangan dan keterbatasan kemampuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati sangat penulis harapkan kritik dan saran
yang membangun guna penyempurnaan karya – karya penulis kedepannya. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi para pembaca.
i
LEMBAR PENGESAHAN
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Materai 6000
iii
Abstrak
Stimulus pembelajaran merupakan sebuah usaha yang digunakan untuk
memperoleh respon sesuai dengan tujuan awal pembelajaran. Visualisasi pesan, informasi
atau konsep yang ingin disampaikan kepada peserta didik dapat dikembangkan dalam
berbagai bentuk salah satunya media wayang. Wayang merupakan salah satu kesenian
yang ada di Indonesia.
Melalui wayang selain dapat membantu dalam proses pembelajaran juga dapat
menjadi salah satu cara memperkenalkan seni budaya. Tujuan dari penelitian ini adalah
"Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas II dalam Berbicara Bahasa Indonesia Melalui
Mendongeng Menggunakan Media Wayang di SD Negeri 5 Penatih.
Jenis penelitian yang diterapkan menggunakan studi kualitatif dan studi literatur,
dimana peneliti mengumpulkan dan menelaah berbagai literasi tentang pemanfaatan media
wayang sebagai media pembelajaran. Berdasarkan studi literatur yang ada dapat
disimpulkan bahwa terdapat respon positif terhadap penggunaan wayang sebagai media
pembelajaran berbicara Bahasa Indonesia Melalui Mendongeng di kelas II SD Negeri 5
Penatih.
Kata Kunci
Ketrampilan Berbicara, Media Wayang, Pelajaran Bahasa Indonesia.
iii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah ada beberapa faktor sebagai penyebab
permasalahan diantaranya faktor internal yaitu rendahnya motivasi diri, minat dan
kurangnya rasa percaya diri siswa dalam belajar. Faktor eksternal yaitu siswa
belum berani dalam mengemukakan pendapat dan menjawab dikarenakan siswa
belum sepenuhnya memahami tentang materi yang disampaikan, hal ini kurangnya
media dan model pembelajaran yang membantu siswa agar lebih memahami materi
terutama pada kelas rendah misalnya : alat peraga, video ataupun model
permaianan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah dapat dirumuskan permasalahan
seperti berikut :
Apakah Media Wayang Dapat Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas II SD
Negeri 5 Penatih dalam berbicara Bahasa Indonesia melalui memdongeng?
KAJIAN PUSTAKA
A. Keterampilan Berbicara
1. Pengertian Keterampilan Berbicara
Menurut Kamus Besar Bahasa (KBBI) kata ‘keterampilan’ merupakan
kesanggupan; kekuatan; dan kecakapan. Keterampilan adalah kesiapan intelektual
dan mental, baik berwujud sikap, kematangan, dan pengetahuan serta
keterampilan yang dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan dalam belajar.
Keterampilan berbicara adalah kemampuan untuk mengucapkan bunyi
artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,
menyampaikan pikiran, perasaan, dan gagasan. Pendengar akan menerima
informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika
komunikasi berlangsung secara tatap muka, ditambah lagi dengan gerak tangan dan
air muka (mimik) pembicara.
Soenardi (2008 : 118) mengemukakan, bahwa berbicara berarti
mengungkapkan pikiran secara lisan. Seseorang dapat membuat orang lain yang
diajak bicara mengerti dengan apa yang ada di dalam pikirannya apabila seseorang
itu mengungkapkan apa yang dipikirannya.
Sedangkan menurut Iskandarwasih, dkk (2009 : 241) keterampilan
Berbicara merupakan keterampilan untuk menyampaikan kehendak serta kebutuhan
perasaan dan keinginan kepada orang lain. Jadi, dapat disimpulkan dari berbagai
pendapat di atas bahwa keterampilan berbicara adalah keterampilan yang memiliki
bunyi artikulasi dan kemampuan dalam mengungkapkan pendapat, pikiran, dan
perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan.
3. Faktor-faktor berbicara
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang pembicara agar
tidak keliru dalam membawakan suatu acara atau kegiatan. Maidar, G. Arsjad
(1988 :18) Faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1. Ketepatan Ucapan.
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi - bunyi
bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat
mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi - bunyi bahasa dianggap
cacat kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga terlalu
menarik perhatian, mengganggu komunikasi, atau pemakaiannya (pembicara)
dianggap aneh.
2. Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang Sesuai.
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik
tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu.
Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan
tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya
menjadi menarik. Sebaliknya, jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat
dipastikan akan menimbulkan kejenuhan dan keefektifan berbicara tentu
berkurang.
3. Pilihan Kata (Diksi).
Pemilihan kata hendaknya harus tepat jelas, dan bervariasi. Hal tersebut
agar pendengar mudah mengerti apa yang dibicarakan. Pendengar akan lebih
tertarik dan senang mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan jelas
dalam bahasa yang dikuasainya.
4. Ketepatan Sasaran Pembicaraan.
Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan
kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya.
Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang
mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan
kesan, atau menimbulkan akibat.
2. Fungsi Bahasa
Adapun fungsi bahasa dalam kehidupan manusia secara umum, adalah
sebagai berikut.
1. Alat Ekspresi Jiwa
Sebagai alat ekspresi jiwa, bahasa berfungsi untuk menyalurkan
perasaan, sikap, gagasan, emosi jiwa, dan tekanan-tekanan perasaan lisan maupun
tulis. Bahasa juga berfungsi sebagai media untuk menyatakan eksistensi
(keberadaan diri), pembebasan diri dari tekanan emosi dan untuk menarik perhatian
pendengar maupun pembaca.
2. Alat Komunikasi
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud
kita, melahirkan perasaan kita, dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama
dengan sesama. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi timbal balik
secara langsung maupun tidak langsung kepada orang lain.
Bentuk komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang berbeda, yaitu
lisan maupun tulisan. Sedangkan, dari sisi arah komunikasi dapat dilakukan dengan
dua arah. Contohnya, ngobrol melalui telepon, dan pidato. Dan tiga arah, contohnya
diskusi rapat kerja.
3. Alat Beradaptasi
Sebagai alat beradaptasi, bahasa digunakan manusia untuk menyesuaikan
diri atau berbaur dengan masyarakat lainnya. Melalui bahasa, manusia
mempelajari adat istiadat kebudayaan, pola hidup, perilaku masyarakat
sekitarnya, dan etika. Hal itu dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang
harus berinteraksi dengan manusia di sekelilingnya.
Dengan bahasa, manusia dapat saling bertukar pikiran dengan manusia
yang lainnya, dapat memanfaatkan pengalaman dengan manusia lainnya. Sehingga,
manusia semakin terikat sebagai makhluk sosial sesuai kelompok yang dimasukinya.
2. Manfaat Dongeng
Dongeng memiliki beberapa manfaat bagi anak. Manfaat-manfaat
dongeng adalah sebagai berikut.
1. Membiasakan budaya membaca.
2. Mengembangkan imajinasi pada anak.
3. Mengajarkan budi pekerti pada anak.
Dengan membacakan dongeng pada anak, anak dapat mengasah kreativitas dan
minat membaca anak meningkat. Selain itu, anak juga dapat belajar dari nilai-nilai
karakter yang ada dalam cerita. Anak akan membiasakan untuk menerapkan kebiasaan
yang baik. Maka, anak akan memberikan manfaat positif bagi tumbuh kembang
mentalnya. Bahkan dapat memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupan masa
depannya. Zakia Habsari (2017 : 23)
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subjek Penelitian
sekolah yang berada di pinggiran kota, namun lingkungan sangat aman dan
mudah karena didukung oleh sarana transportasi dan komunikasi yang sangat
lancar. Siswa selaku subjek penelitian pada penelitian tindakan adalah siswa
orang yang terdiri dari 17 orang siswa laki- laki dan 15 orang siswa perempuan.
(PKP) adalah pada Semester 2 Tahun pelajaran 2021/2022 selama 1 (satu) bulan
yakni pada bulan April 2022. Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus
pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 14 April 2022; sedang siklus 2
pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, tangal 18 April 2022 dan pertemuan 2
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini sesuai dengan RPP yang
telah disiapkan pada Tematik siklus I yang meliputi : Pembelajaran dibuka
dengan memberi salam, menyapa siswa, serta mengecek kehadiran siswa.
Guru melakukan doa bersama yang dipimpin oleh salah seorang siswa.
Guru menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan.“Apakah anak-anak suka membaca dongeng?”.
“Dapatkah anak-anak menemukan hal-hal baik yang terdapat pada
dongeng yang anak-anak baca?”. Guru menjelaskan tentang tujuan,
manfaat, dan aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan. Guru
menceritakan sebuah dongeng dengan media wayang. Guru melakukan
tanya jawab berkaitan dengan isi dongeng tersebut. Guru menugaskan
siswa untuk menceritakan kembali isi dongeng dengan metode talking
stic, dengan bahasanya sendiri. Guru menyimpulkan isi dari dongeng
tersebut, dan guru menutup pembelajaran dengan doa.
3. Pengamatan (Observasi)
Guru melakukan pengamatan pada video simulasi terhadap proses
belajar mengajar yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan pelaksanaan tindakan yang dilakukan apakah terjadi
peningkatan atau belum. Dengan pengamatannya seperti penyampaian
materi, pelaksanaan penggunaan media wayang dan penyampaian
evaluasi.
4. Refleksi
Refleksi ini merupakan kegiatan dalam menganalisis, memahami dan
membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Refleksi dilakukan
dengan menganalisis hasil tes dan observasi, serta menentukan kemajuan
dan kelemahan yang terjadi, sebagai dasar perbaikan pada siklus
berikutnya.
SIKLUS II
1. Perencanaan
Pada tahapan ini membuat rencana pembelajaran atau
mempersiapkan proses pembelajaran dengan langkah – langkah sebagai
berikut: Menganalisis hasil perbaikan pertama (siklus I), Menyusun jadwal
mengajar; Menyusun pembelajaran dalam bentuk RPP; Mempersiapkan
media pembelajaran dan alat peraga yang akan dipergunakan dalam
kegiatan pembelajaran; Mempersiapkan lembar observasi dan catatan;
Menentukan pelaksanaan perbaikan
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini sesuai dengan RPP yang telah
disiapkan pada Tematik siklus I yang meliputi : Guru membuka kegiatan
pembelajaran dengan salam, mengabsen siswa, Peserta didik diberikan pertanyaan
tentang bacaan teks yang telah dibacanya, seperti : Apa judul cerita yang telah
kalian baca ? Apa isi ceritanya ? Apkah kalian pernah mengalami hal yang sama
seperti dalam teks bacaan tersebut ? Peserta didik ditugaskan membaca teks
dongeng binatang berjudul “Bebek Selalu Hidup Rukun” Guru bertanya tentang
isi dongeng binatang tersebut. Guru Bercerita dengan menggunakan media
wayang dengan judul “Bebek Selalu Hidup Rukun” Guru menugaskan siswa
untuk berdiskusi dan mencerikatan kembali secara berkelompok (bermain peran)
isi dongeng menggunakan bahasanya sendiri. Guru menyimpulkan hasil dari
pembelajaran.
3. Pengamatan (Observasi)
Guru melakukan pengamatan terhadap video proses belajar
mengajar yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan pelaksanaan tindakan yang dilakukan apakah terjadi
peningkatan atau belum. Kegiatan yang diamati seperti keaktifan siswa,
kerjasama siswa, keadaan kelas, dan hasil belajar siswa.
4. Refleksi
Refleksi ini merupakan kegiatan dalam menganalisis,
memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan.
Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan observasi, serta
menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi, sebagai
dasar perbaikan pada siklus berikutnya.
Pada siklus II, pelaksanaannya berdasarkan refleksi dari siklus I
dan pelaksanaannya sama, dalam proses kegiatan pembelajaran siklus II
ini telah ditemukan banyak kelemahan - kelemahan pada siklus I dan di
sini diadakan perbaikan. Namun dalam proses kegiatan pembelajaran
siklus II ini telah banyak dilakukan penyempurnaan - penyempurnaan dari
kelemahan - kelemahan pada siklus I. Jadi pada siklus ke II ini merupakan
siklus terakhir dalam perbaikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Siklus
Dari permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil pengamatan
aktivitas belajar mengajar pada portal GPO dan pengalaman ketika
mengajar di kelas II maka dibuatlah sebuah simulasi proses perbaikan
pembelajaran yag dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus
terdiri dari 4 tahapan yaitu 1) Perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi
tindakan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak ditampilkan
secara kuantitatif mengingat penelitian hanya dalam bentuk simulasi
sehingga tidak bisa menampilkan data dalam bentuk angka – angka, dan
setiap data merupakan hasil asumsi yang disesuaikan dengan kajian
empiris dan teoritis. Berikut adalah pemaparan dari tahapan pada masing-
masing siklus.
a. Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan seperti yang telah direncanakan,
yaitu dimulai pada minggu ketiga bulam April dengan subjek siswa kelas
II Satuan Pendidikan SD Negeri 5 Penatih. Simulasi pertemuan
dilaksanakan selama 5x35 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan
RPP. Tema yang dibahas adalah Tema 7 Kebersamaan Sub Tema 1 Yaitu
Kebersamaan di Rumah. Pada tiap pertemuan, guru mendemonstrasikan
materi secara jelas dengan menerapkan sintaks mengunakan media
wayang, model pembelajaran Talking stick, siswa diminta untuk belajar
menghafal cerita dongeng yang dibawakan oleh guru dan menceritakan
kembali ke depan kelas apa yang mereka ingat. Guru secara acak menaruh
tongkat untuk menunjuk siswa.
Berdasarkan dari hasil pengamatan video simulasi kelebihan dan
kekurangan dalam simulasi tersebut. Kelebihan yang perlu diperhatikan
dan dikembangkan adalah : guru dapat bermain peran dengan
membedakan suara sehingga anak – anak merasa tertarik sekaligus senang
belajar karena dari bermain - main tapi sekaligus belajar berdongeng.
Sedangkan kelemahan yang ditemukan adalah guru kurang melakukan
apersepsi dengan menjelaskan awal memulai pembelajaran tentang
dongeng dan tujuan dari pembelajaran.
Temuan-temuan yang diperoleh pada siklus I yang merupakan kekurangan
dalam penerapan metode pembelajaran, perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisis dan refleksi dari siklus I ini
dipakai acuan untuk penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pada siklus II.
b. Siklus II
Pada perencanaan ini disusun perangkat pembelajaran yang
digunakan dalam menyajikan materi yang berkenaan dengan kompetensi
dasar lanjutan sebagai perbaikan dari hasil siklus. Sesuai dengan
perencanaan siklus II dilaksanakan minggu keempat bulam April dengan
subjek yang sama seperti pada siklus I. Simulasi pertemuan dilaksanakan
selama 5x35 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Tema
yang dibahas masih pada Tema 7 Kebersamaan. Hal-hal yang menjadi
kekurangan dan refleksi di siklus I ditingkatkan pada pelaksanaan siklus II
dengan memodifikasi RPP siklus II namun tetap mengikuti sintask
pembelajarandan media yang digunakan. Pada simulasi siklus II guru
masih menjelaskan tentang pembelajaran mendongeng dengan
menggunakan media wayang dengan metode yang berbeda yaitu metode
roll playing, setelah guru menceritakan dongeng “Bebek Selalu Hidup
Rukun” guru menugaskan siswa untuk bermain peran dengan
berkelompok.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran pada simulasi ini direncanakan pada rencana
tindakan Siklus II dapat berjalan dengan optimal. Secara keseluruhan
pembelajaran siklus II menunjukkan peningkatan dalam simulasi. Hal ini
membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media wayang
dapat meningkatkan hasil belajar yang signifikan.
Tindakan yang dilakukan pada siklus II merupakan
penyempurnaan terhadap tindakan pada siklus I. Hal mendasar yang
membedakan antara siklus I dengan siklus II adalah lancarnya pelaksanaan
simulasi.
Selain hal - hal yang sudah dilihat baik dari kegiatan perbaikan
pembelajaran pada siklus I, ada pula hal - hal yang mesti diperbaiki oleh
guru diantaranya:
2. Siklus 2
Setelah dilakukannya perbaikan pembelajaran dari tahap awal
sampai penutup pada siklus II dalam Penerapan Peningkatan Kemampuan
Siswa Kelas II Dalam Berbicara Bahasa Indonesia Melalui Mendongeng
Menggunakan Media Wayang di SD Negeri 5 Penatih, dapat ditemukan
kebaikan dan kelemahan. Adapun hal - hal yang dianggap perlu diperbaiki
pada siklus sebelumnya sudah di dilakukan perbaikan pada siklus II ini.
Seperti :
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data seperti yang telah dipaparkan pada bagian
sebelumnya diperoleh simpulan sebagai berikut.
Penerapan Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas II Dalam Berbicara Bahasa
Indonesia Melalui Mendongeng Menggunakan Media Wayang di SD Negeri 5
Penatih. Hal tersebut ditunjukkan dengan data yang diperoleh dari siklus I dan
siklus II yang menunjukkan peningakatan pelaksanaan simulasi berjalan dengan
lancer. Hal ini disebabkan oleh pengaruh penerapan Media Wayang pada
pembelajaran mendongeng yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Penerapan Media Wayang ini dapat meningkatkan minat belajar,
motivasi belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Siswa di
minta mengamati cerita dari dongeng yang dibawakan oleh guru. Setelah
itu dengan variasi pembelajaran yang terdiri dari diskusi kelompok, dan
presentasi membuat siswa merasakan suasana belajar yang lebih
menyenangkan dan materi yang disajikan dalam bentuk masalah yang
harus dipecahkan menjadi lebih mudah dipahami siswa sehingga dapat
meningkatkan minat, motivasi, serta partisipasi siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilaksanakan tindakan,
dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar
siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan media
wayang. Oleh karena itu, dapat disarankan sebagai berikut.
a. Guru diharapkan dalam mengajar menggunakan media, metode atau model
belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami
kompetensi dasar yang sesuai dengan pelajaran, serta memperdalam
pengetahuan yang berkaitan dengan model pembelajaran yang tidak
monoton.
b. Mengingat keterbatasan waktu dan pokok bahasan yang digunakan dalam
penelitian ini, maka disarankan kepada peneliti lain, agar melaksanakan
penelitian sejenis dengan pemilihan materi yang berbeda dan waktu yang
lebih lama untuk mendapatkan gambaran yang lebih meyakinkan
mengenai media wayang untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia.
c. Kepada siswa khususnya siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) diharapakan lebih giat lagi belajar dan aktif dikelas untuk
bertanya
DAFTAR PUSTAKA
A’yuni, Qurrota. 2019. Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III MI
TANADA Waru Sidoarjo. Wawancara.