Anda di halaman 1dari 32

(PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA KELAS II DALAM BERBICARA

BAHASA INDONESIA MELALUI MENDONGENG MENGGUNAKAN MEDIA


WAYANG DI SD NEGERI 5 PENATIH)

NAMA : Ni Putu Ari Ratih


NIM : 859022184

LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PDGK4501

PROGRAM STUDI PGSD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UPBJJ UNIVERSITAS TERBUKA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, karena berkat
rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan laporan Pemantapan Kemampuan Profesional
(PDGK 4501) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas II dalam Berbicara
Bahasa Indonesia Melalui Mendongeng Menggunakan Media Wayang di SD Negeri 5
Penatih’’ tepat pada waktunya.
Laporan ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP). Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu
penyelesaian laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) PDGK 4501, diantaranya yaitu
sebagai berikut
1. Ibu Dra. Ni Wayan Suniasih,S.Pd.,M.Pd sebagai tutor mata kuliah Pemantapan
Kemampuan Profesional yang telah membimbing hingga laporan ini selesai.
2. Ni Made Budiarti, S.Pd,M.Fis selaku Kepala Satuan Pendidikan SD Negeri 5 Penatih
3. Semua rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
mendorong dan membantu dalam penyelesaian PKP ini.
4. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian ini berlangsung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa yang tersaji dalam laporan ini jauh dari kata
sempurna karena pandemic covid 19 kekurangan dan keterbatasan kemampuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati sangat penulis harapkan kritik dan saran
yang membangun guna penyempurnaan karya – karya penulis kedepannya. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 19 Mei 2022

Ni Putu Ari Ratih


NIM. 859022184

i
LEMBAR PENGESAHAN

(PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA KELAS II DALAM


BERBICARA BAHASA INDONESIA MELALUI MENDONGENG
MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG DI SD NEGERI 5 PENATIH)

Menyetujui Denpasar, 19 Mei 2022


Supervisor, Mahasiswa

Dra. Ni Wayan Suniasih, S.Pd.,M.Pd Ni Putu Ari Ratih


NIP. 19590830195032001

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Pemantapan Kemampuan Profesional


(PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari
Program Studi Pendidikan PGSD Universitas Terbuka merupakan hasil karya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Laporan PKP yang saya kutip dari hasil karya
orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian Laporan PKP ini bukan hasil karya
saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi
pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lain sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
Denpasar, 19 Mei 2022

Materai 6000

Ni Putu Ari Ratih


NIM. 85092184

iii
Abstrak
Stimulus pembelajaran merupakan sebuah usaha yang digunakan untuk
memperoleh respon sesuai dengan tujuan awal pembelajaran. Visualisasi pesan, informasi
atau konsep yang ingin disampaikan kepada peserta didik dapat dikembangkan dalam
berbagai bentuk salah satunya media wayang. Wayang merupakan salah satu kesenian
yang ada di Indonesia.
Melalui wayang selain dapat membantu dalam proses pembelajaran juga dapat
menjadi salah satu cara memperkenalkan seni budaya. Tujuan dari penelitian ini adalah
"Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas II dalam Berbicara Bahasa Indonesia Melalui
Mendongeng Menggunakan Media Wayang di SD Negeri 5 Penatih.
Jenis penelitian yang diterapkan menggunakan studi kualitatif dan studi literatur,
dimana peneliti mengumpulkan dan menelaah berbagai literasi tentang pemanfaatan media
wayang sebagai media pembelajaran. Berdasarkan studi literatur yang ada dapat
disimpulkan bahwa terdapat respon positif terhadap penggunaan wayang sebagai media
pembelajaran berbicara Bahasa Indonesia Melalui Mendongeng di kelas II SD Negeri 5
Penatih.

Kata Kunci
Ketrampilan Berbicara, Media Wayang, Pelajaran Bahasa Indonesia.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................


LAPORAN HASIL PPERBAIKAN ..........................................................................................
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT........................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran ............................................................
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran...........................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA..............................................................................................
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN........................................
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran .............................................................
C. Tekhnik Analsis Data.............................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................
A. Deskripsi Hasil Perbaikan Pembelajaran...............................................................
2. Siklus I ...............................................................................................................
3. Siklus II................................................................................................................
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran .........................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT ...........................................
A. Kesimpulan ...................................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dari hasil pengamatan video pembelajaran Bahasa Indonesia dengan topik
yuk, berbicara dengan teman pada portal guru pintar atau GPO.
Video yang didiskripsikan membahas tentang pembelajaran Bahasa Indonesia
dimana dalam pelajaran bahasa Indonesia sering kali kita mengamati siswa sulit dalam
menyampaikan ide pokok suatu bahan bacaan. Untuk memahami isi suatu bacaan
siswa harus mampu menambah kosa kata dan daya tangkap berdasarkan kemampuan
nalar mereka. Hal ini membuktikan bahwa siswa harus banyak latihan baik itu latihan
membaca atau pun menulis. Di dalam video teramati guru memberikan suatu bahan
bacaan yang mereka baca dan guru menanyakan apa yang mereka baca, namun tak ada
satu pun yang mampu menjawab dari pertanyaan guru. Guru melakukan refleksi sesaat
sebelum melanjutkan menyampaikan materi, guru memberikan siswa sebuah bacaan
karangan sendiri yang terkait dengan kehidupan sehari – hari. Guru menjelaskan inti
dari bacaan tersebut seperti inti masalah, saran – saran dan mengapa masalah tersebut
terjadi.
Berdasarkan pengamatan video pembelajaran pada Guru Pintar Online yang
membahas tentang Siswa sulit dalam menyampaikan isi dari suatu bacaan, serta
observasi yang telah dilakukan di SD Negeri 5 Penatih, dapat diidentifikasi bahwa rata-
rata siswa merasa susah menyampaikan isi dari suatu bacaan.
Dapat dikatakan motivasi belajar siswa dipengaruhi metode dan media yang
digunakan oleh guru. Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dapat menyenangkan
apabila guru menggunakan banyak media terutama pada kelas rendah.
1. Identifikasi Masalah
Hasil pengamatan awal pada proses pembelajaran bahasa Indonesia tema 7 subtema
kebersamaan pada siswa kelas II SD Negeri 5 Penatih ditemukan permasalahan yaitu :
a. Siswa belum berani menjawab pertanyaan dari guru saat proses pembelajaran,
hal tersebut terjadi karena siswa belum sepenuhnya paham terhadap materi
yang
disampaikan.
b. Kurangnya latihan membaca maupun menulis dari siswa sehingga siswa sulit
menelaah materi.
c. Kurangnya latihan kosakata dari siswa, hal ini menyebabkan siswa masih susah
untuk mengungkapkan sebuah cerita dari suatu bacaan.

2. Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah ada beberapa faktor sebagai penyebab
permasalahan diantaranya faktor internal yaitu rendahnya motivasi diri, minat dan
kurangnya rasa percaya diri siswa dalam belajar. Faktor eksternal yaitu siswa
belum berani dalam mengemukakan pendapat dan menjawab dikarenakan siswa
belum sepenuhnya memahami tentang materi yang disampaikan, hal ini kurangnya
media dan model pembelajaran yang membantu siswa agar lebih memahami materi
terutama pada kelas rendah misalnya : alat peraga, video ataupun model
permaianan.

3. Aternatif dan Pemecahan Masalah


Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa, diperlukan adanya
metode dan media pembelajaran yang menarik dan bervariasi. Salah satunya
dengan memberikan metode yang dikombinasikan dengan media pembelajaran
yang menarik. Media pembelajaran wayang merupakan media pembelajaran yang
tepat untuk menciptakan suasana belajar lebih menyenangkan dan mampu
membuat siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Media ini dapat
memfokuskan perhatian siswa pada cerita dongeng yang dibawakan guru. Dengan
memperhatikan cerita dongeng tersebut siswa dapat menceritakan kembali isi dari
cerita dengan bermain peran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah dapat dirumuskan permasalahan
seperti berikut :
Apakah Media Wayang Dapat Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas II SD
Negeri 5 Penatih dalam berbicara Bahasa Indonesia melalui memdongeng?

C. Tujuan Penilitian Perbaikan Pembelajaran


Untuk mengetahui apakah media wayang dapat meningkatkan kemampuan siswa
Kelas II SD Negeri 5 Penatih dalam berbicara Bahasa Indonesia melalui memdongeng,
serta untuk mengetahui hasil kelayakan media pembelajaran berupa wayang pada siswa
kelas II.

D. Manfaat Penilitan Perbaikan Pembelajaran


1. Bagi siswa, hasil penelitian perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat
memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, menciptakan
pengalaman belajar siswa yang menyenangkan, memberikan kemudahan bagi
siswa untuk belajar mengulang isi dari cerita anak dan melatih siswa untuk
meningkatkan kemampuan Berbicara secara intensif dan efektif.
2. Bagi guru, hasil penelitian perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi dan memperbaiki pembelajaran
yang sudah berlangsung, memberikan masukan pada guru untuk menggunakan
media pembelajaran wayang dalam peningkatan pembelajaran berbicara pada
cerita anak, dan dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian perbaikan pembelajaran ini diharapkan dapat
digunakan sebagai arsip bagi sekolah, guna untuk memotivasi guru lain dalam
hal perbaikan pembelajaran dan menumbuhkan kerjasama antar guru untuk
memperbaiki mutu pendidikan secara berkelanjutan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Keterampilan Berbicara
1. Pengertian Keterampilan Berbicara
Menurut Kamus Besar Bahasa (KBBI) kata ‘keterampilan’ merupakan
kesanggupan; kekuatan; dan kecakapan. Keterampilan adalah kesiapan intelektual
dan mental, baik berwujud sikap, kematangan, dan pengetahuan serta
keterampilan yang dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan dalam belajar.
Keterampilan berbicara adalah kemampuan untuk mengucapkan bunyi
artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,
menyampaikan pikiran, perasaan, dan gagasan. Pendengar akan menerima
informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika
komunikasi berlangsung secara tatap muka, ditambah lagi dengan gerak tangan dan
air muka (mimik) pembicara.
Soenardi (2008 : 118) mengemukakan, bahwa berbicara berarti
mengungkapkan pikiran secara lisan. Seseorang dapat membuat orang lain yang
diajak bicara mengerti dengan apa yang ada di dalam pikirannya apabila seseorang
itu mengungkapkan apa yang dipikirannya.
Sedangkan menurut Iskandarwasih, dkk (2009 : 241) keterampilan
Berbicara merupakan keterampilan untuk menyampaikan kehendak serta kebutuhan
perasaan dan keinginan kepada orang lain. Jadi, dapat disimpulkan dari berbagai
pendapat di atas bahwa keterampilan berbicara adalah keterampilan yang memiliki
bunyi artikulasi dan kemampuan dalam mengungkapkan pendapat, pikiran, dan
perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan.

2. Tujuan Keterampilan Berbicara


Tujuan utama dari keterampilan berbicara adalah untuk berkomunikasi.
Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara harus memahami
makna segala sesuatu yang akan disampaikan. Pembicara juga harus
mengevaluasi setiap efek komunikasinya terhadap para pendengarnya.
Tarigan (2014 : 126) menjelaskan lima golongan tujuan berbicara, yaitu
sebagai berikut :
1. Menginformasikan. Berbicara bertujuan untuk menginformasikan,
melaporkan, dan akan dilaksanakan oleh seseorang bila ingin menjelaskan
tentang suatu proses; menguraikan, menafsirkan, atau menginterperasikan
tentang suatu hal.
2. Menghibur. Untuk menghibur berarti seorang pembicara harus bisa menarik
perhatian pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, berbicara
spontanitas, kisah-kisah jenaka, petualangan, menggairahkan, dan
sebagainya. Pembicaraan untuk menimbulkan suasana gembira pada
pendengarnya.
3. Menggerakkan. Untuk menggerakkan pembicara harus berwibawa, agar
dapat menjadi panutan, atau tokoh idola di masyarakat. Melalui kepintaran
dalam berbicara, pembicara dapat menggerakkan pendengarnya dengan
memanfaatkan kecakapan situasi, ditambah dengan penguasaannya terhadap
ilmu jiwa masa.
4. Menstimulasi. Berbicara untuk menstimulasi pendengar jauh lebih
kompleks dari tujuan berbicara lainnya, sebab berbicara itu harus pintar
memengaruhi, merayu, bahkan meyakinkan pendengarnya. Hal ini dapat tercapai
jika pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat, kebutuhan, inspirasi,
dan cita-cita pendengarnya.

3. Faktor-faktor berbicara
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang pembicara agar
tidak keliru dalam membawakan suatu acara atau kegiatan. Maidar, G. Arsjad
(1988 :18) Faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1. Ketepatan Ucapan.
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi - bunyi
bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat
mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi - bunyi bahasa dianggap
cacat kalau menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan biasa, sehingga terlalu
menarik perhatian, mengganggu komunikasi, atau pemakaiannya (pembicara)
dianggap aneh.
2. Penempatan Tekanan, Nada, Sendi, dan Durasi yang Sesuai.
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik
tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu.
Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan
tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya
menjadi menarik. Sebaliknya, jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat
dipastikan akan menimbulkan kejenuhan dan keefektifan berbicara tentu
berkurang.
3. Pilihan Kata (Diksi).
Pemilihan kata hendaknya harus tepat jelas, dan bervariasi. Hal tersebut
agar pendengar mudah mengerti apa yang dibicarakan. Pendengar akan lebih
tertarik dan senang mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan jelas
dalam bahasa yang dikuasainya.
4. Ketepatan Sasaran Pembicaraan.
Hal ini menyangkut pemakaian kalimat. Pembicara yang menggunakan
kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya.
Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang
mengenai sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan
kesan, atau menimbulkan akibat.

4. Indikator Keterampilan Berbicara


Untuk dapat berbicara dengan baik dan benar diperlukan penguasaan informasi,
ketepatan struktur, kosakata, dan gaya pengucapan yang akan dikemukakan.
Keterampilan berbicara mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dimaksud oleh penulis
meliputi 5 aspek penilaian, yaitu:
1. Keakuratan Informasi.
Kemampuan siswa dalam berbicara harus jelas dan mengerti maksud
dari jalan cerita tersebut.
2. Hubungan Antar informasi.
Kemampuan siswa dalam memahami tema, makna, atau pesan yang ada di
dalam cerita.
3. Ketepatan struktur dan kosakata.
Kemajuan siswa dalam berbahasa, menjadi salah satu tujuan utama dalam
belajar berbahasa. Oleh karena itu, pilihan kata hendaknya tepat, bervariasi, dan
jelas. Jelas maksudnya adalah mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi
sasaran.
4. Kelancaran
Kemampuan siswa yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar
menangkap isi dari tema cerita.
5. Gaya pengucapan.
Kemampuan siswa harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat
mengalihkan perhatian pendengar. Namun, setiap siswa memiliki gaya
tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan perasaan,
pokok pembicaraan, dan sasaran. Akan tetapi, jika perbedaan itu terlalu
mencolok atau menyimpang maka keefektifan komunikasi akan terganggu.
Ke-lima aspek tersebut dapat diukur dengan tes berbicara (bercerita). Semua aspek yang
telah tertera di atas telah menjadi tolak ukur yang harus mencakupi keterampilan
berbicara Bahasa Indonesia. Burhan Nurgiyantoro (2001:290)
B. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
1. Pengertian Bahasa
Hakikat bahasa adalah aspek dari ‘bunyi/isyarat’, ‘simbol (huruf/gambar)’,
dan ‘makna’. Dari ketiga aspek tersebut dapat didefinisikan bahwa ‘bahasa’
merupakan suatu bunyi/isyarat yang dapat disimbolkan melalui huruf/gambar yang
berbeda-beda.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang
dihasilkan oleh ucapan manusia. Bahasa terdiri dari kumpulan kata atau kata-kata
yang masing-masing memiliki makna, yaitu hubungan abstrak diwakili kumpulan
kata atau kosakata oleh ahli bahasa yang disusun secara alfabetis, atau menurut
abjad, disertai penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus.
Mulyati (2015 : 2) mengatakan, Bahasa juga dapat diartikan sebagai alat
untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Bahasa digunakan untuk
berinteraksi atau berkomunikasi, dalam arti untuk menyampaikan pikiran, gagasan,
konsep atau perasaan.

2. Fungsi Bahasa
Adapun fungsi bahasa dalam kehidupan manusia secara umum, adalah
sebagai berikut.
1. Alat Ekspresi Jiwa
Sebagai alat ekspresi jiwa, bahasa berfungsi untuk menyalurkan
perasaan, sikap, gagasan, emosi jiwa, dan tekanan-tekanan perasaan lisan maupun
tulis. Bahasa juga berfungsi sebagai media untuk menyatakan eksistensi
(keberadaan diri), pembebasan diri dari tekanan emosi dan untuk menarik perhatian
pendengar maupun pembaca.
2. Alat Komunikasi
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud
kita, melahirkan perasaan kita, dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama
dengan sesama. Bahasa digunakan untuk menyampaikan informasi timbal balik
secara langsung maupun tidak langsung kepada orang lain.
Bentuk komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang berbeda, yaitu
lisan maupun tulisan. Sedangkan, dari sisi arah komunikasi dapat dilakukan dengan
dua arah. Contohnya, ngobrol melalui telepon, dan pidato. Dan tiga arah, contohnya
diskusi rapat kerja.
3. Alat Beradaptasi
Sebagai alat beradaptasi, bahasa digunakan manusia untuk menyesuaikan
diri atau berbaur dengan masyarakat lainnya. Melalui bahasa, manusia
mempelajari adat istiadat kebudayaan, pola hidup, perilaku masyarakat
sekitarnya, dan etika. Hal itu dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang
harus berinteraksi dengan manusia di sekelilingnya.
Dengan bahasa, manusia dapat saling bertukar pikiran dengan manusia
yang lainnya, dapat memanfaatkan pengalaman dengan manusia lainnya. Sehingga,
manusia semakin terikat sebagai makhluk sosial sesuai kelompok yang dimasukinya.

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia


Bahasa tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia, begitu pula pada seluruh
elemen masyarakat Indonesia terhadap Bahasa Indonesia karena semua kegiatan
manusia pasti akan terkait erat oleh bahasa. Bahasa Indonesia memiliki peranan yang
sangat penting bagi kehidupan masyarakat, bernegara, dan berbangsa. Bahasa
Indonesia juga memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan.
Nurul Hidayah (2016 : 3) mengtakan, Tujuan pembelajaran Bahasa
Indonesia untuk mengembangkan kemampuan dalam menggunakan Bahasa
Indonesia dan segala fungsinya, yaitu: 1) sarana berpikir, 2) sarana persatuan, 3)
sarana berkomunikasi, 4) sarana kebudayaan. Pembelajaran Bahasa Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar yang meliputi empat aspek
keterampilan, yaitu membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Keempat
keterampilan tersebut saling terkait satu sama lainnya.
Zulela (2012 : 4) Standar kompetensi pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
merupakan kualifikasi minimal peserta didik, yang menggambarkan penguasaan
keterampilan berbahasa, sastra Indonesia, dan sikap positif terhadap bahasa. Atas
dasar standar kompetensi tersebut, maka tujuan yang diharapkan dapat dicapai
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Berkomunikasi secara efisien dan efektif sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara tulis maupun lisan.
2. Memahami Bahasa Indonesia dan dapat menggunakan dengan tepat dan efektif
dalam berbagai tujuan.
3. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara.
4. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
meningkatkan pengetahuan, menghaluskan budi pekerti, serta meingkatkan
kemampuan bahasa.
5. Mengunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan sosial dan emosional.
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia..
Kemampuan bersastra untuk tingkat sekolah dasar bersifat apresiatif. Karena
dengan sastra, dapat menanamkan rasa eka terhadap kehidupan, mengerti hidup,
belajar bagaimana menghadapi berbagai persoalan, dan mengajarkan siswa
bagaimana menghargai orang lain. Pembelajaran apresiasi sastra dilaksanakan
melalui empat keterampilan berbahasa (mendengarkan karya sastra, membaca
aneka ragam karya sastra anak, menulis apa yang terkandung dalam pikiran,
perasaan, dan sebagainya, serta membicarakan unsur yang terkandung dalam karya
tersebut).

4. Ruang Lingkup Materi Bahasa Indonesia di SD/MI


Pembelajaran Bahasa Indonesia harus jelas fokusnya, agar pelaksanaan
pembelajaran jelas, terarah, efisien, dan efektif sesuai sesuai tujuan. Ruang lingkup
materi Bahasa Indonesia di SD/MI terdiri dari empat aspek, yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1) Mendengarkan
a. Kelas rendah : mendengarkan cerita guru dan mendengarkan
dongeng, drama, puisi anak dari kaset, VCD, dan lain-lain.
b. Kelas tinggi : mendengarkan cerita, drama, puisi dari kaset, VCD,
berita, diskusi, wawancara, televisi dan radio
2) Berbicara
a. Kelas rendah : memperkenalkan diri sendiri, bercerita tentang
pengalaman yang disesuaikan dengan tema keluarga, peristiwa,
kegiatan sehari-hari, lingkungan, yang di mulai dari yang sederhana
sampai kompleks.
b. Kelas tinggi : bercerita dongeng, bercerita pengalaman, hobi cita-cita,
lingkungan, berpidato, ceramah, memberikan suatu tanggapan, diskusi
talk show, wawancara, rapat sederhana, drama.
3) Membaca
a. Kelas rendah : membaca permulaan seperti pengenalan lambang-
lambang bunyi dalam berbagai variasi kalimat kata, suku kata.
b. Kelas tinggi : membaca lanjutan, membaca nyaring/bersuara,
membaca teknik, membaca lancar, membaca indah, membaca dalam
hati, membaca pemahaman, membaca bahasa, membaca kritis,
membaca cepat, membaca pustaka, membaca memindai.
4) Menulis
a. Kelas rendah : menulis permulaan, menulis huruf pisah, menulis
tegak bersambung, menulis huruf cetak
b. Kelas tinggi : menulis lanjutan, menulis dengan bantuan gambar,
menulis paragraf, menulis karangan sederhana berupa narasi,
deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi, menulis surat, menulis
formulir, menulis naskah pidato, menulis ceramah, menulis berita.
Jadi, pada materi becerita dongeng termasuk pada aspek berbicara diruang
lingkup Bahasa Indonesia kelas rendah.
C. Hakikat Dongeng
1. Pengertian Dongeng
Dongeng menurut KBBI adalah suatu cerita yang tidak benar-benat terjadi,
terutama kejadian pada zaman dahulu yang aneh-aneh. Salah satu unsur intrinsik yang
ada dalam dongeng adalah memiliki pesan moral atau biasa disebut amanat. Menurut
Yowono (2008 : 1010), dongeng merupakan cerita tentang sesuatu yang tidak benar
terjadi, tidak masuk akal, dan bersifat khayal, atau fantastik. Sedangkan menurut
Dudung (2015 : 6), dongeng adalah bentuk sastra atau prosa lama yang bercerita
tentang suatu kejadian luar biasa dan penuh khayalan dan tidak benar-benar terjadi.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa dongeng merupakan
sebuah cerita yang dibuat sebagai hiburan dan ceritanya tidak benar-benar terjadi
namun memiliki pesan moral atau amanat didalamnya.

2. Manfaat Dongeng
Dongeng memiliki beberapa manfaat bagi anak. Manfaat-manfaat
dongeng adalah sebagai berikut.
1. Membiasakan budaya membaca.
2. Mengembangkan imajinasi pada anak.
3. Mengajarkan budi pekerti pada anak.
Dengan membacakan dongeng pada anak, anak dapat mengasah kreativitas dan
minat membaca anak meningkat. Selain itu, anak juga dapat belajar dari nilai-nilai
karakter yang ada dalam cerita. Anak akan membiasakan untuk menerapkan kebiasaan
yang baik. Maka, anak akan memberikan manfaat positif bagi tumbuh kembang
mentalnya. Bahkan dapat memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupan masa
depannya. Zakia Habsari (2017 : 23)

3. Unsur-unsur pada Dongeng


Dongeng dibangun oleh dua unsur penting yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik merupakan unsur dalam yang membangun cerita (tema,
tokoh, penokohan, alur, latar belakang, dan gaya bahasa). Sedangkan unsur ekstrinsik
merupakan unsur yang berada di luar prosa yang ikut mempengaruhi kehadiran
karya tersebut (faktor ekonomi, sosial budaya, politik, tata nilai yang dianut
masyarakat, dan agama).
a. Unsur Intrinsik
1. Tema.
Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang digunakan sebagai dasar dalam
menuliskan cerita.
2. Tokoh
Tokoh adalah individu yang mengalami peristiwa di dalam cerita.
3. Latar
Latar adalah unsur dalam suatu cerita yang menunjukkan di mana, kapan,
bagaimana peristiwa itu berlangsung. Latar ada tiga macam, yaitu: latar tempat,
latar waktu, dan latar yang berhubungan dengan kehidupan kemasyarakatan.
4. Alur
Alur adalah unsur yang berwujud jalinan peristiwa, yang memperlihatkan kepaduan
tertentu yang diwujudkan oleh hubungan sebab-akibat, tokoh, tema, atau ketiganya.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang dapat diartikan sebagai posisi pengarang terhadap peristiwa -
peristiwa di dalam cerita.
6. Gaya Bahasa
Adalah cara khas dalam mengungkapkan pikiran atau perasaan melalui bahasa
dalam bentuk tulisan atau lisan.
7. Amanat/pesan
Adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerita
yang dibuatnya.
Contoh amanat/pesan:
Pada cerita berjudul “Malin Kundang”. Pesan amanatnya yaitu supaya tidak
melupakan semua jasa-jasa orang tua apalagi mendurkahai orang tua sendir
D. Media Wayang
1. Pengertian Media
Media merupakan bentuk jamak dari kata ‘medium’, yang
secara harfiah berarti ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Secara khusus, kata
media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk
membawa suatu informasi dari satu sumber kepada penerima.
Soeharto mendefinisikan media adalah segala sesuatu yang
dapat merangsang pikiran, perhatian, perasaan dan kemauan siswa
sehingga pipih maupun torak tiga dimensi”. Wayang dapat di kembangkan
sebagai media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru.

2. Kelebihan dan Kekurangan Media Wayang


Sebagai media pembelajaran, tentu saja media wayang
memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangannya adalah sebagai
berikut.
Kelebihan media wayang, yaitu:
1. Mudah dibuat
2. Melibatkan panca indera siswa dalam kegiatan bercerita dan dapat
menarik siswa
3. Memudahkan siswa menyampaikan isi dongeng yang telah dipahami
4. Penggambaran tokoh abstrak menjadi nyata
5. Dapat digunakan dalam kegiatan yang sifatnya berkelompok atau
klasikal
6. Siswa dapat percaya diri dan aktif
Kekurangan media wayang, yaitu:
1. Bagi guru yang tidak bisa bersuara keras dapat menghambat dalam
penyampaian materi.
2. Menuntut guru untuk menciptakan bentuk-bentuk media wayang yang
lebih kreatif
BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek Penelitian

Lokasi penelitian Perbaikan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)

ini dilaksanakan di SD Negeri 5 Penatih, Kecamatan Denpasar Timur yang

beralamat di Jl. Sangalangit No 3, Tembau, Denpasar Timur. Dengan Lokasi

sekolah yang berada di pinggiran kota, namun lingkungan sangat aman dan

nyaman untuk penyelenggaraan pembelajaran. Akses menuju sekolah sangat

mudah karena didukung oleh sarana transportasi dan komunikasi yang sangat

lancar. Siswa selaku subjek penelitian pada penelitian tindakan adalah siswa

Kelas II SD Negeri 5 Penatih Tahun 2021/2022. Jumlah siswa seluruhnya 32

orang yang terdiri dari 17 orang siswa laki- laki dan 15 orang siswa perempuan.

Tema penelitian pada tindakan Siklus I Pembelajaran Tematik Kelas II


Semester 2 adalah Tema 7 Kebersamaan; Sub Tema 1 Kebersamaan di Rumah;
Pembelajaran ke 1; Alokasi waktu 5 x 35 menit. Tema penelitian pada tindakan
Siklus II Pembelajaran Tematik Kelas II Semester 2 adalah Tema 7 Kebersamaan;
Sub Tema 1 Kebersamaan di Rumah; Pembelajaran ke 5; Alokasi waktu 5x 35
menit.
Waktu pelaksanaan Perbaikan Pemantapan Kemampuan Profesional

(PKP) adalah pada Semester 2 Tahun pelajaran 2021/2022 selama 1 (satu) bulan

yakni pada bulan April 2022. Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus

1, pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Hari Senin, tanggal 11 April 2022 ;

pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 14 April 2022; sedang siklus 2
pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, tangal 18 April 2022 dan pertemuan 2

dilaksanakan pada hari Senin tanggal 25 April 2022

B. Deskripsi Per Siklus


Dalam pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini melalui
langkah siklus sebanyak dua siklus yaitu; siklus I, serta siklus II dan
masing- masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: Perencanaan
(planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing) dan Refleksi
(reflecting) (Suharsini Arikunto,2006).
Langkah – langkah yang dilaksanakan di setiap prosedur penelitian
siklus yaitu :
SIKLUS I
1. Perencanaan
Pada tahapan ini membuat rencana pembelajaran atau
mempersiapkan proses pembelajaran dengan langkah – langkah sebagai
berikut : Menyusun jadwal mengajar, pembelajaran dalam bentuk RPP;
Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan dalam
kegiatan pembelajara dan mempersiapkan lembar observasi dan catatan.

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini sesuai dengan RPP yang
telah disiapkan pada Tematik siklus I yang meliputi : Pembelajaran dibuka
dengan memberi salam, menyapa siswa, serta mengecek kehadiran siswa.
Guru melakukan doa bersama yang dipimpin oleh salah seorang siswa.
Guru menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan.“Apakah anak-anak suka membaca dongeng?”.
“Dapatkah anak-anak menemukan hal-hal baik yang terdapat pada
dongeng yang anak-anak baca?”. Guru menjelaskan tentang tujuan,
manfaat, dan aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan. Guru
menceritakan sebuah dongeng dengan media wayang. Guru melakukan
tanya jawab berkaitan dengan isi dongeng tersebut. Guru menugaskan
siswa untuk menceritakan kembali isi dongeng dengan metode talking
stic, dengan bahasanya sendiri. Guru menyimpulkan isi dari dongeng
tersebut, dan guru menutup pembelajaran dengan doa.
3. Pengamatan (Observasi)
Guru melakukan pengamatan pada video simulasi terhadap proses
belajar mengajar yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan pelaksanaan tindakan yang dilakukan apakah terjadi
peningkatan atau belum. Dengan pengamatannya seperti penyampaian
materi, pelaksanaan penggunaan media wayang dan penyampaian
evaluasi.

4. Refleksi
Refleksi ini merupakan kegiatan dalam menganalisis, memahami dan
membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Refleksi dilakukan
dengan menganalisis hasil tes dan observasi, serta menentukan kemajuan
dan kelemahan yang terjadi, sebagai dasar perbaikan pada siklus
berikutnya.

SIKLUS II
1. Perencanaan
Pada tahapan ini membuat rencana pembelajaran atau
mempersiapkan proses pembelajaran dengan langkah – langkah sebagai
berikut: Menganalisis hasil perbaikan pertama (siklus I), Menyusun jadwal
mengajar; Menyusun pembelajaran dalam bentuk RPP; Mempersiapkan
media pembelajaran dan alat peraga yang akan dipergunakan dalam
kegiatan pembelajaran; Mempersiapkan lembar observasi dan catatan;
Menentukan pelaksanaan perbaikan
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini sesuai dengan RPP yang telah
disiapkan pada Tematik siklus I yang meliputi : Guru membuka kegiatan
pembelajaran dengan salam, mengabsen siswa, Peserta didik diberikan pertanyaan
tentang bacaan teks yang telah dibacanya, seperti : Apa judul cerita yang telah
kalian baca ? Apa isi ceritanya ? Apkah kalian pernah mengalami hal yang sama
seperti dalam teks bacaan tersebut ? Peserta didik ditugaskan membaca teks
dongeng binatang berjudul “Bebek Selalu Hidup Rukun” Guru bertanya tentang
isi dongeng binatang tersebut. Guru Bercerita dengan menggunakan media
wayang dengan judul “Bebek Selalu Hidup Rukun” Guru menugaskan siswa
untuk berdiskusi dan mencerikatan kembali secara berkelompok (bermain peran)
isi dongeng menggunakan bahasanya sendiri. Guru menyimpulkan hasil dari
pembelajaran.
3. Pengamatan (Observasi)
Guru melakukan pengamatan terhadap video proses belajar
mengajar yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan pelaksanaan tindakan yang dilakukan apakah terjadi
peningkatan atau belum. Kegiatan yang diamati seperti keaktifan siswa,
kerjasama siswa, keadaan kelas, dan hasil belajar siswa.
4. Refleksi
Refleksi ini merupakan kegiatan dalam menganalisis,
memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan.
Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan observasi, serta
menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi, sebagai
dasar perbaikan pada siklus berikutnya.
Pada siklus II, pelaksanaannya berdasarkan refleksi dari siklus I
dan pelaksanaannya sama, dalam proses kegiatan pembelajaran siklus II
ini telah ditemukan banyak kelemahan - kelemahan pada siklus I dan di
sini diadakan perbaikan. Namun dalam proses kegiatan pembelajaran
siklus II ini telah banyak dilakukan penyempurnaan - penyempurnaan dari
kelemahan - kelemahan pada siklus I. Jadi pada siklus ke II ini merupakan
siklus terakhir dalam perbaikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Siklus
Dari permasalahan yang ditemukan berdasarkan hasil pengamatan
aktivitas belajar mengajar pada portal GPO dan pengalaman ketika
mengajar di kelas II maka dibuatlah sebuah simulasi proses perbaikan
pembelajaran yag dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus
terdiri dari 4 tahapan yaitu 1) Perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi
tindakan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak ditampilkan
secara kuantitatif mengingat penelitian hanya dalam bentuk simulasi
sehingga tidak bisa menampilkan data dalam bentuk angka – angka, dan
setiap data merupakan hasil asumsi yang disesuaikan dengan kajian
empiris dan teoritis. Berikut adalah pemaparan dari tahapan pada masing-
masing siklus.

a. Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan seperti yang telah direncanakan,
yaitu dimulai pada minggu ketiga bulam April dengan subjek siswa kelas
II Satuan Pendidikan SD Negeri 5 Penatih. Simulasi pertemuan
dilaksanakan selama 5x35 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan
RPP. Tema yang dibahas adalah Tema 7 Kebersamaan Sub Tema 1 Yaitu
Kebersamaan di Rumah. Pada tiap pertemuan, guru mendemonstrasikan
materi secara jelas dengan menerapkan sintaks mengunakan media
wayang, model pembelajaran Talking stick, siswa diminta untuk belajar
menghafal cerita dongeng yang dibawakan oleh guru dan menceritakan
kembali ke depan kelas apa yang mereka ingat. Guru secara acak menaruh
tongkat untuk menunjuk siswa.
Berdasarkan dari hasil pengamatan video simulasi kelebihan dan
kekurangan dalam simulasi tersebut. Kelebihan yang perlu diperhatikan
dan dikembangkan adalah : guru dapat bermain peran dengan
membedakan suara sehingga anak – anak merasa tertarik sekaligus senang
belajar karena dari bermain - main tapi sekaligus belajar berdongeng.
Sedangkan kelemahan yang ditemukan adalah guru kurang melakukan
apersepsi dengan menjelaskan awal memulai pembelajaran tentang
dongeng dan tujuan dari pembelajaran.
Temuan-temuan yang diperoleh pada siklus I yang merupakan kekurangan
dalam penerapan metode pembelajaran, perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisis dan refleksi dari siklus I ini
dipakai acuan untuk penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pada siklus II.

b. Siklus II
Pada perencanaan ini disusun perangkat pembelajaran yang
digunakan dalam menyajikan materi yang berkenaan dengan kompetensi
dasar lanjutan sebagai perbaikan dari hasil siklus. Sesuai dengan
perencanaan siklus II dilaksanakan minggu keempat bulam April dengan
subjek yang sama seperti pada siklus I. Simulasi pertemuan dilaksanakan
selama 5x35 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Tema
yang dibahas masih pada Tema 7 Kebersamaan. Hal-hal yang menjadi
kekurangan dan refleksi di siklus I ditingkatkan pada pelaksanaan siklus II
dengan memodifikasi RPP siklus II namun tetap mengikuti sintask
pembelajarandan media yang digunakan. Pada simulasi siklus II guru
masih menjelaskan tentang pembelajaran mendongeng dengan
menggunakan media wayang dengan metode yang berbeda yaitu metode
roll playing, setelah guru menceritakan dongeng “Bebek Selalu Hidup
Rukun” guru menugaskan siswa untuk bermain peran dengan
berkelompok.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran pada simulasi ini direncanakan pada rencana
tindakan Siklus II dapat berjalan dengan optimal. Secara keseluruhan
pembelajaran siklus II menunjukkan peningkatan dalam simulasi. Hal ini
membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media wayang
dapat meningkatkan hasil belajar yang signifikan.
Tindakan yang dilakukan pada siklus II merupakan
penyempurnaan terhadap tindakan pada siklus I. Hal mendasar yang
membedakan antara siklus I dengan siklus II adalah lancarnya pelaksanaan
simulasi.

B. Pembahasan dari Setiap Siklus


1. Siklus I

Setelah dilakukannya simulasi perbaikan pembelajaran dari tahap


awal sampai penutup pada siklus I dalam Peningkatan Kemampuan Siswa
Kelas II Dalam Berbicara Bahasa Indonesia Melalui Mendongeng
Menggunakan Media Wayang di SD Negeri 5 Penatih, dapat ditemukan
kebaikan dan kelemahan. Adapun hal - hal yang dianggap sudah baik
diantaranya:

1) Pemilihan media wayang dapat menarik perhatian siswa. Selama proses


pembelajaran simulasi berlangsung, dikarenakan guru dapat bermain peran
dengan membedakan suara dari wayang binatang yang digunakan.

2) Penguasaan materi oleh guru sudah baik. Dalam menyampaikan materi


mendongeng di kelas II terlihat guru sudah menguasai materi dengan baik, guru
mengajar dengan penuh percaya diri.

Selain hal - hal yang sudah dilihat baik dari kegiatan perbaikan
pembelajaran pada siklus I, ada pula hal - hal yang mesti diperbaiki oleh
guru diantaranya:

1. Pada saat pembukaan guru menyebutkan pengulangan kata sehat sehingga


kurang efektif dalam proses pembelajaran.
2. Sebelum memulai materi dongeng kurang memberikan apersepsi pemahan
awal tentang dongeng dan menanyakan dongen apa yg meraka ketahui.
3. Guru kurang menyampaikan tujuan pembelajaran pada saat simulasi.
4. Saat pengambilan video pembelajaran pada siklus 1 ini, terdengar suara
cameramen yang memberi kode memulai

2. Siklus 2
Setelah dilakukannya perbaikan pembelajaran dari tahap awal
sampai penutup pada siklus II dalam Penerapan Peningkatan Kemampuan
Siswa Kelas II Dalam Berbicara Bahasa Indonesia Melalui Mendongeng
Menggunakan Media Wayang di SD Negeri 5 Penatih, dapat ditemukan
kebaikan dan kelemahan. Adapun hal - hal yang dianggap perlu diperbaiki
pada siklus sebelumnya sudah di dilakukan perbaikan pada siklus II ini.
Seperti :

1. Pada saat pembuka pembelajaran memang seharusnya guru memberi salam


dan menanyakan keadaan siswa, namum pada saat simulasi pertama guru
menyebutkan pengulangan kata sehat sehingga kurang efektif. Pada perbaikan
pembelajaran pada siklus ke II ini sudah diperbaiki sehingga tidak ada
pengulangan kata.
2. Setelah pengamatan simulasi pertama kurangnya memberikan apersepsi
pemahaman tentang dongeng. Saat perbaikan pembelajaran pada siklus ke II
guru sudah menyampaikan atau menanyakan apa yang mereka ketahui
tentang dongeng.
3. Kurangnya penyampaian tujuan pembelajaran dari guru sudah diperbaiki saat
pelaksanaan siklus ke II. Dengan menjelaskan tujuan dari pelajaran
mendongeng.
4. Teknis pengambilan vidio dokumentasi. Pada perbaikan pembelajaran di
siklus 1 diketahui hasil pendokumentasian berupa video perbaikan yang
belum terlalu baik. Pada perbaikan pembelajaran pada siklus II video
dokumentasi sudah dapat diperbaiki sehingga hasil video terlihat lebih bagus
dan mudah dimengerti bagi yang menonton video yang telah di
dokumentasikan.
Berdasarkan perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II, maka
tidak perlu dilanjutkan ke siklus III.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data seperti yang telah dipaparkan pada bagian
sebelumnya diperoleh simpulan sebagai berikut.
Penerapan Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas II Dalam Berbicara Bahasa
Indonesia Melalui Mendongeng Menggunakan Media Wayang di SD Negeri 5
Penatih. Hal tersebut ditunjukkan dengan data yang diperoleh dari siklus I dan
siklus II yang menunjukkan peningakatan pelaksanaan simulasi berjalan dengan
lancer. Hal ini disebabkan oleh pengaruh penerapan Media Wayang pada
pembelajaran mendongeng yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Penerapan Media Wayang ini dapat meningkatkan minat belajar,
motivasi belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Siswa di
minta mengamati cerita dari dongeng yang dibawakan oleh guru. Setelah
itu dengan variasi pembelajaran yang terdiri dari diskusi kelompok, dan
presentasi membuat siswa merasakan suasana belajar yang lebih
menyenangkan dan materi yang disajikan dalam bentuk masalah yang
harus dipecahkan menjadi lebih mudah dipahami siswa sehingga dapat
meningkatkan minat, motivasi, serta partisipasi siswa.

B. Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilaksanakan tindakan,
dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar
siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan media
wayang. Oleh karena itu, dapat disarankan sebagai berikut.
a. Guru diharapkan dalam mengajar menggunakan media, metode atau model
belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami
kompetensi dasar yang sesuai dengan pelajaran, serta memperdalam
pengetahuan yang berkaitan dengan model pembelajaran yang tidak
monoton.
b. Mengingat keterbatasan waktu dan pokok bahasan yang digunakan dalam
penelitian ini, maka disarankan kepada peneliti lain, agar melaksanakan
penelitian sejenis dengan pemilihan materi yang berbeda dan waktu yang
lebih lama untuk mendapatkan gambaran yang lebih meyakinkan
mengenai media wayang untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia.
c. Kepada siswa khususnya siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) diharapakan lebih giat lagi belajar dan aktif dikelas untuk
bertanya
DAFTAR PUSTAKA

A’yuni, Qurrota. 2019. Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III MI
TANADA Waru Sidoarjo. Wawancara.

Abdulhak, Ishak. 2012. Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Non Formal.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Abdhi. “Pengertian, Sejarah, dan Jenis Kartun” www.duniapendidikan.co.id


diakses pada tanggal 1 November 2019 pukul 21.02 WIB.
Andani, Reny. 2015. “Pengaruh Penggunaan Media Wayang Tokoh Terhadap
Keterampilan Berbicara Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar”. dalam JPGSD. Vol 3 No
2.
Arsjad, Maidar G. 1998. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Asyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
Depdikbud. 1998. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Pembinaan Bahasa.
Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT.
Gramedia
Djiswandono, Soenardi. 2008. Tes Bahasa Pegangan Pengajar Bahasa. Jakarta:
Indeks.
Fauzi, Miftah. 2014. Kupas Tuntas Secara Jelas Sampai Akar-akarnya Bahasa
Indonesia SD Kelas 4, 5, dan 6. Jakarta: Pustaka Nusantara Indonesia

Anda mungkin juga menyukai