Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN TERHADAP


KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA KELAS RENDAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah metodelogi penelitian
kuantitatif

Disusun Oleh :
Risa Puspa Ahmalia
NIM. 20844003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL BAHASA DAN SASTRA
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal ini sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Proposal ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu baik mulai dari persiapan sampai selesainya proposal ini yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu.
Adapun penulisan proposal ini merupakan bentuk dari pemenuhan salah satu UAS
mata kuliah “Metodologi Penelitian Pendidikan” yang diampu oleh Bapak
Nurjamaludin, M.Pd.

Saya menyadari bahwa dalam pembuatan proposal ini masih banyak kekurangan
yang mungkin jauh dari kata sempurna dikarenakan masih kurangnya pengetahuan dan
pengalaman, saya sangat menghargai apabila pembaca dapat memberikan kritik dan
tanggapannya terhadap proposal ini. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi saya
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Akhir kata, semoga penulisan proposal ini dapat menjadi amal ibadah dalam
mengemban amanah Allah SWT. Aamiin.

Garut, Desember 2022


Penulis
Risa Puspa Ahmalia

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah Penelitian..............................................................................1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................................................5
C. Batasan Masalah............................................................................................................5
D. Rumusan Masalah..........................................................................................................6
E. Tujuan Penelitian...........................................................................................................6
F. Kegunaan Penelitian......................................................................................................6
a. Manfaat Teoritis...........................................................................................................6
b. Manfaat Praktis............................................................................................................6
G. Definisi Operasional.........................................................................................................7
1. Definisi media boneka tangan......................................................................................7
2. Definisi kemampuan menyimak siswa..........................................................................7
3. Definisi pembelajaran Bahasa Indonesia......................................................................8
H. Hipotesis Penelitian.........................................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................10
A. Kajian Teori Sesuai Variabel Penelitian.........................................................................10
1. Media Boneka Tangan...............................................................................................10
2. Kemampuan menyimak...........................................................................................16
3. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD...................................................................20
B. Penelitian Yang Relevan..............................................................................................23
C. Kerangka Berpikir..........................................................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................26
A. Desain Penelitian..........................................................................................................26
B. Partisipan dan Lokasi Penelitian.................................................................................27
C. Populasi dan Sampel....................................................................................................27
a. Populasi......................................................................................................................27
b. Sampel........................................................................................................................28

ii
D. Prosedur Penelitian......................................................................................................29
E. Instrumen Penelitian....................................................................................................32
F. Analisis Data.................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................34

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Media Pembelajaran merupakan Sebuah sarana pembelajaran yang digunakan


oleh seseorang dengan menggunakan alat yang dibuat untuk memudahkan dalam
penyampaian materi ketika mengajar di Sekolah. Hal seperti itu sangat membantu
guru dalam mengajar di Sekolah dan merupakan solusi untuk membuat siswa
senang ketika belajar dan tidak merasa jenuh. Pembelajaran menggunakan media
pembelajaran teknologi komputer seperti ini harus menyelaraskan guru akan
menggunakan metode pembelajaran apa yang cocok yang diajarkan untuk siswa,
agar siswa tidak merasa jenuh ketika di Sekolah. (Arif 2012:26) mengatakan bahwa
media adalah perantara atau pengantar pesan pengirim kepada penerima pesan.
Media pengajaran dapat membantu proses belajar siswa yang diharapkan dapat
mencapai tingkat keberhasilan hasil belajar siswa. Alasan menggunakan media
pengajaran dalam proses belajar siswa dapat membangkitkan semangat belajar dan
minat dari siswa yang lain, selain itu juga dapat membangkitkan motivasi belajar
siswa, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Pemakaian atau
penggunaan media juga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran
di Sekolah. Media dimanfaatkan memiliki posisi alat bantu guru dalam proses
mengajar, misalnya slide, foto, grafik, film, maupun pembelajaran menggunakan
komputer yang berguna untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual dan verbal. Sebagai alat bantu dalam mengajar, media juga
diharapkan dapat memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar, mempertinggi
daya serap serta retensi belajar siswa. Menurut (Kustandi 2016:6) perkembangan
media pembelajaran menuntut agar guru/ pengajar mampu menggunakan alat-alat
yang disediakan oleh sekolah, dan tidak menutup kemungkinan bahwa alat-alat
tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
Secara harfiah media berarti perantara atau pengantar. Sadiman Cecep Kustandi
dan Bambang Sutjipto dalam Indah Putri Sarigaum mengemukakan bahwa media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Penggunaan

1
media yang tepat sangat penting dalam kegiatan bercerita. Media merupakan alat
bantu yang dapat digunakan oleh pencerita untuk menyampaikan suatu cerita agar
siswa lebih mudah dalam memahami isi atau pesan yang ada pada suatu cerita.
Penggunaan media dalam bercerita bagi siswa usia sekolah dasar sangat tepat, karena
sesuai dengan tahap perkembangannya mereka masih berada pada tahap operasional
konkret. Keberadaan media sebagai suatu benda yang nyata dihadapan siswa akan
sangat membantu proses penyampaian cerita. Salah satu media yang digunakan pada
saat bercerita adalah media boneka tangan
Dalam pendidikan di Indonesia Bahasa memegang peranan yang sangat

penting. Pendidikan di Indonesia menempatkan Bahasa Indonesia sebagai salah satu

mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. “Pembelajaran Bahasa Indonesia di

Sekolah Dasar bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara

efektif, baik lisan maupun tertulis”.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai empat keterampilan berbahasa

yang harus dikuasai oleh siswa agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen aspek, yaitu menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara merupakan

komunikasi dua arah atau sering disebut juga sebagai komunikasi langsung.

Sedangkan keterampilan membaca dan menulis merupakan komunikasi satu arah

atau disebut juga komunikasi secara tidak langsung.

Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar memiliki keterampilan

bahasa yang baik. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di

sekolah tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi juga siswa dituntut untuk

mampu menggunakan Bahasa sebagai alat komunikasi. Salah satu aspek

keterampilan berbahasa yang berperan dalam upaya melahirkan generasi masa

2
depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara.

Tarigan (dalam Widowati 2016) menyatakan bahwa dengan meningkatkan

kualitas menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang dan

keterampilan menyimak juga merupakan faktor penting bagi keberhasilan seseorang

dalam belajar membaca secara efektif. Dengan demikian penguasaan keterampilan

menyimak akan berpengaruh pada keterampilan berbahasa yang lain. Menyimak

merupakan kegiatan yang banyak dilakukan oleh manusia antara lain saat

pembelajaran, berinteraksi, menonton televisi, mendengarkan radio, dan lain-lain.

Kegiatan menyimak dalam kehidupan manusia lebih banyak dilakukan dibandingkan

dengan kegiatan berbicara, membaca, dan menulis. Untuk itu sebagai seorang guru

hendaknya mempunyai kemampuan yang baik untuk mengajarkan keterampilan

menyimak kepada siswa, supaya mereka dapat memahami makna komunikasi yang

disampaikan oleh pembicara.

Kenyataannya berdasarkan catatan hasil pengamatan yang ditemukan dilapangan

dan hasil kognitif pada siswa kelas III SDN 2 Panyindangan pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia hasil pembelajarannya masih rendah. Hal ini terlihat bahwa

setengah dari 40 orang siswa kelas III secara umum hasilnya belum mencapai KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan sekolah yaitu 70. Pada saat

proses pembelajaran Bahasa Indonesia diketahui minat siswa terhadap kegiatan

menyimak masih kurang terlihat pada saat proses belajar mengajar siswa kurang

memahami materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini disebabkan oleh guru yang

belum merencanakan pembelajaran sebelumnya, media yang digunakan guru tidak

menarik, dan bahkan tidak menggunakan media yang dapat menimbulkan keaktifan

3
dan menarik perhatian seluruh siswa, sehingga siswa tidak termotivasi untuk

mengikuti pembelajaran dan hasil belajar yang didapat belum maksimal. Hal ini

disebabkan adanya berbagai hambatan yang dialami oleh guru, seperti kurangnya

kekreatifan guru dalam menciptakan media baru, dan sarana prasarana yang belum

mendukung dalam penggunaan media yang efektif dan efesien.

Pada saat pembelajaran berlangsung, masih banyak siswa yang mengobrol dengan

temannya dan juga sibuk bermain sendiri, sehingga mereka tidak memahami isi dari

cerita yang dibacakan oleh guru dan kesukaran jika diminta untuk menceritakan

kembali. Hal itu dikarenakan guru hanya menggunakan teks cerita saja dalam

menyampaikan sebuah cerita yang mengakibatkan peserta didik kurang antusias dan

tidak fokus dalam menyimak. Sehingga kemampuan menyimak cerita peserta didik

yang diharapkan oleh guru tidak tercapai dengan baik dan masih berada di bawah

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Pada pengamatan selanjutnya masih terdapat hambatan dalam proses

pembelajaran, siswa belum seluruhnya aktif dan tidak adanya timbal balik antara

guru dan siswa. Serta peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah dan

wali kelas III SDN 2 Panyindangan, memang benar hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia belum berhasil mencapai tujuan pembelajaran.

Peneliti juga melihat beberapa dokumen hasil belajar siswa yang berupa lembar

kerja siswa memang benar hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

belum mencapai tujuan yang diinginkan

Penggunaan media yang tepat sangat penting dalam kegiatan pembelajaran.


Media merupakan alat bantu yang dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan
suatu materi agar siswa lebih mudah dalam memahami isi atau pesan yang ada pada

4
suatu mata pelajaran. Penggunaan media pembelajaran bagi siswa usia Sekolah
Dasar dirasa sangat tepat, karena sesuai dengan tahap perkembangannya mereka
masih berada pada tahap operasional konkret dari usia (7-11 tahun). Keberadaan
media sebagai suatu benda yang nyata dihadapan siswa akan sangat membantu
proses penyampaian materi. Seorang guru harus mempersiapkan suatu media yang
cocok untuk menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran dengan adanya
media yang menarik dan konkrit maka siswa akan lebih bersemangat dan lebih
memahami apa yang disampaikan guru.

Untuk menyikapi kondisi di atas, peneliti ingin memperbaiki, dan mengetahui

pengaruh media pembelajaran (media boneka tangan) yang sekaligus salah satu

upaya perbaikan pembelajaran yang dapat dilakukan untuk lebih kreatif dalam

mengembangkan pengetahuan berdasarkan pengalaman konkrit.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik mengangkat penelitian ini

dengan judul ”Pengaruh penggunaan media boneka tangan terhadap

kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas III di

SDN 2 PANYINDANGAN”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan

masalah adalah apakah pengaruh penggunaan media boneka tangan terhadap

kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas

rendah.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis memberikan

5
batasan masalah yaitu:
a. Media yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media boneka tangan
b. Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan
menyimak
c. Mata pelajaran yang dibahas yaitu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas permasalahan penelitian adalah
adakah pengaruh media boneka tangan terhadap kemampuan menyimak pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas rendah ?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh media
boneka tangan terhadap kemampuan menyimak pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia Kelas rendah.

F. Kegunaan Penelitian
a. Manfaat
Teoritis
Hasil penelitian ini dapat mengembangkan ilmu berupa media
pembelajaran.
b. Manfaat Praktis
i. Bagi kepala sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi pemikiran dalam upaya
perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada kemampuan
menyimak.
ii. Bagi guru
Menambah pengetahuan tentang manfaat media dalam pembelajaran
bahasa Indonesia khususnya pada kemampuan menyimak.

6
iii. Bagi Siswa

Siswa lebih termotivasi untuk belajar karena proses pembelajarannya


yang menyenangkan dan siswa memperoleh pengalaman pembelajaran
yang lebih baik dan menarik sehingga memudahkan siswa untuk
mamahami materi yang di sampaikan.

G. Definisi Operasional
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Boneka Tangan Terhadap
Kemampuan Menyimak Siswa Pada Pembeajaran Bahasa Indonesia Kelas rendah”,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media boneka
tangan terhadap kemampuan menyimak siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia.
Adapaun istilah-istilah yang akan penulis paparkan ialah sebagai berikut:
1. Definisi media boneka tangan
Boneka tangan merupakan benda tiruan dari bentuk manusia atau
binatang. Boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara
dimainkan dalam sebuah pertunjukan. Penggunaan media boneka sebagai
media pembelajaran dapat dibuat dengan menyesuaikan perkembangan
zaman, tujuan penggunaan dan keadaan sosio-kultural masing-masing.
Boneka tangan adalah boneka yang digunakan dengan cara memasukkan
badan boneka kedalam tangan. Boneka tangan dapat dibuat dari kain fanel,
kain perca atau kaos kaki bekas.Boneka ini menampilkan karakter hewan,
manusia, tumbuhan.
Boneka tangan adalah sebagai media atau alat bantu yang digunakan
guru dalam kegiatan pembelajaran. Jenis boneka yang digunakan adalah
boneka tangan yang terbuat dari potongan kain.

Boneka tangan adalah boneka yang ukurannya lebih besar dari boneka
jari dan bisa dimasukkan ke tangan. Jari tangan bisa dijadikan pendukung
gerakan tangan dan kepala boneka.

Dengan adanya ulasan di atas, media yang akan digunakan dalam

7
penelitian ini adalah media boneka tangan. Media boneka tangan dipilih
karena bersifat komunikatif dan sesuai untuk memvisualkan tokoh dan
penokohan dalam cerita.

2. Definisi kemampuan menyimak siswa


Menyimak adalah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk

memahami pesan atau isi yang terkandung dalam simakkan. Menyimak

sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang cukup

mendasar dalam kemampuan berkomunikasi. Dalam kehidupannya,

manusia dituntut untuk menyimak baik di lingkungan keluarga, sekolah,

maupun masyarakat (Susanti, 2016).

Hermawan (dalam Trisna 2014), menambahkan bahwa menyimak diakui

sebagai suatu keahlian komunikasi verbal yang sulit dan unik dibandingkan

dengan komunikasi verbal lainnya seperti berbicara, menulis dan membaca,

karena itu sedikit sekali orang yang dapat melakukannya dengan baik.

Kendati demikian menyimak harus dipelajari dan dilatih karena merupakan

salah satu bagian penting dalam proses komunikasi, khususnya dalam

pengembangan kemampuan berkomunikasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

menyimak merupakan proses kegiatan untuk mengorganisasikan lambang-

lambang bunyi yang didengarkan dengan sengaja dan penuh perhatian,

pemahaman, apresiasi, serta interpretasi agar dapat memperoleh informasi

dan memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara

melalui ujaran atau bahasa lisan.

8
3. Definisi pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran merupakan proses komunikasi fungsional antara siswa dan

guru dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola piker agar siswa

memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan

mempersiapkan siswa menghadapi perubahan yang selalu berkembang.

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai

komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. komponen

tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. keempat komponen

pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan

menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam

kegiatan pembelajaran.

Dari beberapa pengertian pembelajaran di atas, dapat dipahami bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan siswa dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar yang dirancang, disusun sedemikian

rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.

H. Hipotesis Penelitian
Sugiyono (2014, hlm.96) mengemukakan bahwa “Hipotesis merupakan

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.” Dari asumsi

dasar dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penulis merumuskan

hipotesis. Dari pengertian diatas dapat diketahui, penggunaan hipotesis dalam

penelitian karena hipotesis sesungguhnya baru sekedar jawaban sementara

9
terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan. Penelitian menjadi lebih jelas

arah pengujiannya. Adapun hipotesis yang penulis gunakan “Media boneka

tangan berpengaruh terhadap kemampuan menyimak”

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori Sesuai Variabel Penelitian


1. Media Boneka Tangan
a. Pengertian boneka tangan
Boneka tangan merupakan benda tiruan dari bentuk manusia atau

binatang. Boneka dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan

cara dimainkan dalam sebuah pertunjukan. Penggunaan media boneka

sebagai media pembelajaran dapat dibuat dengan menyesuaikan

perkembangan zaman, tujuan penggunaan dan keadaan sosio-kultural

masing-masing.

Boneka tangan adalah boneka yang digunakan dengan cara

memasukkan badan boneka kedalam tangan. Boneka tangan dapat dibuat

dari kain fanel, kain perca atau kaos kaki bekas.Boneka ini menampilkan

karakter hewan, manusia, tumbuhan.

Boneka tangan adalah sebagai media atau alat bantu yang digunakan

guru dalam kegiatan pembelajaran. Jenis boneka yang digunakan adalah

boneka tangan yang terbuat dari potongan kain.

Boneka tangan adalah boneka yang ukurannya lebih besar dari

boneka jari dan bisa dimasukkan ke tangan. Jari tangan bisa dijadikan

pendukung gerakan tangan dan kepala boneka.

Dengan adanya ulasan di atas, media yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah media boneka tangan. Media boneka tangan dipilih

11
karena bersifat komunikatif dan sesuai untuk memvisualkan tokoh dan

penokohan dalam cerita.

b. Macam-macam Boneka
1) Boneka tangan
Boneka yang terdiri dari kepala dan dua tangan saja, sedangkan
bagian badan dan kakinya hanya merupakan baju yang akan menutup
lengan orang yang memainkannya.
Cara memainkannya adalah jari telunjuk untuk memainkan atau
menggerakkan kepala, ibu jari, dan jari tangan untuk menggerakkan
tangan.
2) Boneka jari
Boneka jari dibuat dengan alat yang sederhana seperti tutup botol,
bola pingpong, bambu kecil yang dapat dipakai sebagai kepala
boneka. Boneka dimainkan dengan menggunakan jari-jari tangan.
Cara memainkannya adalah kepala boneka diletakkan pada ujung
jari sarung tangan tersebut sudah berbentuk kepala boneka.
3) Boneka tongkat
Boneka tongkat dimainkan dengan menggunakan tongkat.
Tongkat-tongkat ini dihubungkan dengan tangan dan tubuh boneka.
Boneka tongkat dapat dibuat dari kayu yang lunak seperti kayu
kemiri, randu.
4) Boneka tali
Boneka tali “Marionet” banyak dipakai dinegara barat. Boneka tali
bagian kepala, tangan, dan kaki dapat digerak-gerakkan menurut
kehendak dalangnya dan cara menggerakkannya dengan tali. Posisi
kedudukan tangan orang yang memainkannya berada diatas boneka
yang dimainkannya. Untuk memainkannya diperlukan latihalatihan
yang teratur, sebab memainkan boneka tali ini memerlukan
keterampilan yang lebih sulit dibandingkan dengan memainkan
boneka-boneka yang lainnya.
5) Boneka bayang-bayang

12
Cara memainkan boneka ini yaitu, dengan mempertontonkan gerak
bayang-bayang dari boneka tersebut. diindonesia khususnya dijawa
dikenal dengan “wayang kulit”. Namun untuk keperluan sekolah,
wayang semacam ini dirasakan kurang efektif, karena untuk
meminkan beneka ini diperlukan lampu untuk membuat bayang-
bayang layar.

c. Fungsi Boneka Tangan


Boneka sangat sesuai untuk digunakan sebagai alat permainan efektif.
Selain itu, media boneka mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
1. Memberikan pengalaman yang konkrit
2. Memungkinkan siswa menganalisis secara mendalam
3. Membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu
4. Informsi yang diperoleh akan lebih jelas
5. Memperjelas suatu masalah atau proses kerja dari alat
6. Mendorong timbulnya kreativitas siswa

Dari keterangan diatas dapat disimpilkan bahwa, boneka dapat


dijadikan media untuk kegiatan pembelajran dikelas, dalam hal ini
peneliti mengkhususkan kepada boneka tangan, disamping dapat
menciptakan kegiatan belajar yang menarik yaitu boneka tangan
dapat mempengaruhi pada keterampilan berbicara di kelas terhadap
materi bercerita pada mata pelajaran bahasa indonesia.
d. Manfaat Media Boneka Tangan
Ada beberapa manfaat yang diambil dari menggunakan media boneka
tangan saat bercerita, antara lain:
1) Tidak memerlukan waktu yang banyak, biyaya, dan persiapan yang
terlalu rumit
2) Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara boneka dapat
dibuat cukup kecil dan sederhana atau bisa dilakukan di dalam kelas.
3) Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi pemakaiannya
4) Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan

13
menambah suasana gembira.
5) Siswa mampu bercerita di hadapan teman-temannya sesuai dengan
imajinasi atau fantasinya dengan baik
6) Sebagai penyampaian pesan moral
7) Menyalurkan dan mengembangkan emosi
8) Membantu mengenalkan proses berbuat baik kepada orang lain
9) Sarana hiburan dan penarik perhatian.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa boneka

tangan dalam kegiatan bercerita mempunyai banyak manfaat. Salah

satunya adalah dapat mempertinggi keaktifan dan menambah suasana

gembira dalam mengikuti kegiatan bercerita, sebagai penyampaian

pesan moral, dan sebagai sarana hiburan dan penarik perhatian anak

dalam meningkatkan keterampilan bercerita. Boneka tangan juga dapat

mendorong siswa untuk berani berimajinasi karena imajinasi penting

sebagai salah satu kemampuan mengembangkan keterampilan bercerita.

Dalam penelitian ini penggunaan media boneka tangan dalam

pembelajaran bercerita diharapkan mampu mendorog siswa untuk

tertarik dan antusis mengikuti pemebelajaran bercerita, serta mampu

meningkatkan keterampilan bercerita siswa.

e. Kelebihan dan Kelemahan Media Boneka Tangan


Adapun kelebihan dan kelemahan dari media boneka tangan
sebagai berikut :
a) Kelebihan Media Boneka Tangan
1. Dapat mengembangkan imajinasi dan aktivitas anak dalam
suasana gembira
2. Dengan menggunakan media boneka tangan maka akan lebih
menarik perhatian dan minat anak terhadap kegiatan pembelajaran.

14
3. Membantu anak untuk membedakan fantasi dan realita.
4. Membantu mengembangkan emosi anak, anak dapat mengekspresikan
emosi dan kekhawatirannya melalui boneka tangan tanpa merasa takut
ditertawakan dan diolok-olok teman.
5. Dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa.
b) Kelemahan Media Boneka Tangan

1. Media Boneka tangan tidak bisa digunakan secara mendadak,

sehingga harus disiapkan terlebih dahulu jauh-jauh hari.

2. Peserta didik yang sudah mendapatkan media boneka tangan untuk

proses pembelajaran susah untuk berkonsentrasi karena asik

memainkan dengan temannya, sehingga pengajar akan kesulitan jika

tidak mengenal keragaman peserta didik

3. Guru sebaiknya mampu untuk membedakan suara boneka satu

dengan boneka yang lainnya.

f. Cara Membuat Media Boneka Tangan

Untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan materi mudah

diterima oleh siswa, seorang guru harus kreatif dalam menyampaikan

materi, maka sebaiknya guru membuat media pembelajaran untuk

membantu proses pembelajaran. Adapun cara membuat media

pembelajaran boneka tangan yaitu

a. Alat dan bahan untuk membuat boneka tangan

Boneka tangan ini dibuat dengan alat dan bahan sederhana seperti:

1. Kain panel
2. Gunting
3. Jarum

15
4. Sepidol
5. Alat lem tembok
6. Mata boneka
7. Lem bakar
8. Kertas karton
b. Cara membuat boneka tangan

Langkah-langkah membuat boneka tangan sebagai berikut:

1. Gambar bentuk badan tokoh cerita pada kertas karton

menggunakan spidol

2. Gunting kertas karton yang telah dibentuk gambar tokoh dalam cerita

3. Setelah kertas karton terbentuk cetak pola gambar tersebut ke

kain planel

4. Kemudian jahit kain planel sehingga menjadi bentuk tokoh cerita

yang kita inginkan

5. Setelah boneka terbentuk lalu tempelkan mata boneka dan

ornamen- ornamen boneka denggan menggunakan lem tembak.

6. Boneka tangan siap dipergunakan

Gambar 2. 1 Media boneka tangan

16
g. Langkah-Langkah Pembelajaran Menggunakan Boneka Tangan
Boneka tangan digunakan dalam kegiatan belajar, harus dipersiapkan
dengan matang sesuai dengan tema yang dipergunakan. Hal ini agar
tujuan pembelajaran terlaksana dengan baik. Maka perlu kita perhatikan
beberapa hal, antara lain:
1. Rumuskan tujuan pembelajaran yang jelas, dengan demikian akan
dapat diketahui apakah tepat penggunaan boneka tangan untuk
kegiatan pembelajaran.
2. Pembelajaran dengan media boneka tangan ini hendaknya jangan lama.
3. Isi cerita sesuai dengan umur dan daya imajinasi anak.
4. Selesai permainan hendaknya berdiskusi tentang peran yang telah
dilaksanakan dan pesan moral dalam bercerita menggunakan media
boneka tangan.

Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka tangan akan


tergantung pada usia dan pengalaman anak. Guru hanya mengenalkan
benda, cara menggunakan boneka dan menyiapkan alat peraga
pendukungnya kemudian anak dibiarkan sendiri memainkan boneka.
Guru hanya memotivasi saja atau guru turut bermain agar suasana
bermain boneka tangan dapat lebih menarik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam
penelitian ini pembelajaran boneka tangan harus memiliki tujuan yang
jelas. Pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya pembelajaran
boneka tangan jangan terlalu lama karena anak akan cepat bosan
terhadap kegiatan yang memakan waktu yang lama. Setelah selesai
kegiatan pembelajaran boneka tangan hendaknya guru melakukan dialog
atau tanya jawab kepada anak supaya anak memahami tujuan dari semua
kegiatan tersebut. Dari Penjelasan diatas Peneliti memilih materi
pokoknya adalah Bercerita dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

17
2. Kemampuan menyimak
a. Pengertian Kemampuan menyimak
Menyimak adalah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk

memahami pesan atau isi yang terkandung dalam simakkan. Menyimak

sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang

cukup mendasar dalam kemampuan berkomunikasi. Dalam

kehidupannya, manusia dituntut untuk menyimak baik di lingkungan

keluarga, sekolah, maupun masyarakat (Susanti, 2016).

Hermawan (dalam Trisna 2014), menambahkan bahwa menyimak

diakui sebagai suatu keahlian komunikasi verbal yang sulit dan unik

dibandingkan dengan komunikasi verbal lainnya seperti berbicara,

menulis dan membaca, karena itu sedikit sekali orang yang dapat

melakukannya dengan baik. Kendati demikian menyimak harus

dipelajari dan dilatih karena merupakan salah satu bagian penting dalam

proses komunikasi, khususnya dalam pengembangan kemampuan

berkomunikasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa menyimak merupakan proses kegiatan untuk mengorganisasikan

lambang-lambang bunyi yang didengarkan dengan sengaja dan penuh

perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi agar dapat

memperoleh informasi dan memahami makna komunikasi yang

disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

b. Tujuan Menyimak

Dewi (dalam Fatimah 2013), tujuan menyimak adalah untuk

18
memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna

komunikasi yang hendak disampaikan oleh si pembaca melalui ujaran.

Proses menyimak merupakan kegiatan yang direncanakan untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Pentingnya mencapai tujuan tersebut

menimbulkan kegiatan berpikir dalam menyimak. Kegiatan menyimak

yang tidak tepat dapat menimbulkan tujuan menyimak tidak tercapai.

c. Tahapan dalam Proses Menyimak

Menurut Tarigan (dalam Setiawan 2016), terdapat beberapa proses

tahapan menyimak yaitu :

1. Tahap mendengar; dalam tahap ini kita baru mendengar segala

sesuatu yang dikemukakan oleh oleh pembicara dalam ujaran atas

pembicaraannya. Jadi kita masih dalamtahap hearing.

2. Tahap memahami; setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi

kita untuk mengerti atau memahami denga baik isi pembicara yang

disampaikan oleh pembicara kemudian, sampailah kita dalam tahap

understanding.

3. Tahap menginterpretasi; penyimak yang baik, yang cermat dan teliti,

belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang

pembicara, dia ingin menafsirkan atau menginterprestasikan isi, butir-

butir pendapat yang terdapat dan tersirat dalam ujaran itu. dengan

demikian, sang penyimak telah tiba pada tahap

interprenting.

4. Tahap mengevaluasi; setelah memahami serta dapat menafsirkan atau

19
menginterprestasikan isi pembicaraan, penyimak pun mulailah menilai

atau mengevaluasi pendapat serta gagasan pembicara mengenai

keunggulan dan kelemahan serta kebaikan dan kekurangan pembicara;

dengan demikian, sudah sampai pada tahap evaluating.

5. Tahap menanggapi; tahap ini merupakan tahap terakhir dalam

kegiatan menyimak. Penyimak menyambut, mencamkan, dan

menyerap serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh

pembicara dalam ujaran atau pembicaraan. Lalu, penyimak pun

sampailah pada tahap menanggapi atau pada tahap responding.

d. Tes Kompetensi Menyimak

Menurut Nurgiyantoro (2010: 360), menjelaskan tes kompetensi

menyimak terdiri dari:

1) Tes kompetensi menyimak dengan memilih jawaban, Tes kompetensi

menyimak jenis ini mengukur kemampuan menyimak peserta uji

dengan cara memilih jawaban yang telah disediakan. Peserta uji hanya

dituntut menyimak dengan baik wacana yang diperdengarkan dan

kemudian merespon atau memilih jawaban dari soal-soal yang

diberikanberkaitan dengan pesan yang terkandung dalam wacana.

2) Tes kompetensi menyimak dengan mengkonstruksi jawaban, tidak

hanya sekedar menuntut peserta didik untuk memilih jawaban dari

beberapa opsi yang disediakan. Akan tetapi peserta didik diharapkan

dapat mengemukakan jawaban dengan mengkreasikan jawabannya

sendiri melalui informasi yang diperoleh dari wacana yang telah

20
didengar baik secara lisan maupun tertulis.

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses komunikasi fungsional antara siswa dan

guru dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola piker agar siswa

memiliki kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan

mempersiapkan siswa menghadapi perubahan yang selalu berkembang

mampu berbicara dengan baik kemungkinan besar dapat menyampaikan

informasi secara tepat dan cepat kepada lawan bicaranya.

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai

komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. komponen

tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. keempat komponen

pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan

menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam

kegiatan pembelajaran.

Dari beberapa pengertian pembelajaran di atas, dapat dipahami bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan siswa dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar yang dirancang, disusun sedemikian

rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.

b. Pengertian Bahasa Indonesia di SD

21
Bahasa adalah sesuatu yang penting bagi individu. Hal ini

dikarenakan Bahasa merupakan alat yang digunakan individu untuk

menyampaikan perasaan, pesan ataupun informasi untuk individu

yang lainnya. Tanpa Bahasa seseorang tidak akan dapat

mengkomunikasikan apa yang diinginkannya. Dengan adanya Bahasa

manusia dapat berintraksi satu sama lain.

Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan,

bahasa persatuan, sekaligus menjadi identitas bangsa indonesia.

Apabila Bahasa Indonesia sebagai unsur dari sistem negara tidak lagi

mampu memberikan ketiga fungsi tersebut, maka akan terjadi

guncangan pada sistem sosial

budaya Indonesia. Misalnya, semua orang yang menghadiri suatu

acara kenegaraan menggunakan bahasa yang berbeda-beda maka

hancurlah acara tersebut.

c. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang

diajarkan di SD, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan

fungsi yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Tujuan

pembelajaran bahasa Indonesia memiliki kemampuan berbahasa

Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan

sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta

tingkat pengalaman siswa sekolah dasar. Tujuan khusus dari mata

pelajaran Bahasa Indonesia yaitu:

22
1. Siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman

dan pesan secara lisan dan tertulis.

2. Siswa mampu mengungkapkan perasaan secara lisan dan tertulis

secara jelas.

3. Siswa mampu menyampaikan informasi secara lisan dan tertulis

sesuai dengan konteks dan keadaan.

4. Siswa mampu memanfaatkan unsur-unsur kebahasaan karya sastra

dalam berbicara dan menulis.

Sejalan dengan pemikiran di atas, tujuan mata pelajaran Bahasa

Indonesia agar pesrta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa negara.

c. Memahami Bahasa Indonesia dan menggunaknnya dengan tepat

dan kreatif untuk berbagai tujuan.

d. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memerrluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

d. Karakteristik Anak Usia SD

Anak-anak adalah individu yang unik mereka berbeda satu sama

lainnya, meskipun anak kembar identik pasti memiliki perbedaan

baik dari segi pisik maupun sifatnya. Untuk mengoptimalkan

23
pembelajaran seorang guru harus mengetahui keunikan karakteristik

tersebut sehingga proses pembelajraan selaras dengan tahap

pertumbuhan dan perkembangan anak.

Anak usia 7 tahun (SD kelas 1) berada pada tahap operasional.

Pada tahap ini mampu berpikir tentang objek benda, kejadian atau

orang lain. Anak sudah mulai mengenal symbol berupa kata-kata,

angka, gambar, dan gerak tubuh. Namun cara berpikir mereka masih

tergantung pada objek konkrit dan rentang waktu kekinian, serta

tempat dimana ia berada.

Perkembangan kognitif siswa kelas 1 SD baru mampu membaca,

menulis dan berhitung. Namun kemampuan ini hanya terbatas pada

benda konkret saja oleh karenanya pembelajaran untuk siswa usia ini

hendaknya dilakukan dengan benda yang kongkret dengan cara yang

tepat. Dengan ciri perkembangan kognitif siswa usia 7 tahun ke atas

(kelas 1 SD) maka bermain dapat dilakukan dengan mengalami,

mempraktikkan, dan bekerjasama.

B. Penelitian Yang Relevan


Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan media boneka tangan

terhadap kemampuan menyimak yaitu diantaranya:

1) Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah (2013) dengan judul Pengaruh

penggunaan media hand puppet terhadap kemampuan menyimak cerita

pendek anak tunagrahita ringan kelas V. Dalam penelitiannya, Fatimah

memperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh media hand puppet

24
terhadap kemampuan menyimak anak tunagrahita.

2) Dwi Cahyadi Wibowo & Yudita Susanti dalam jurnal yang berjudul
Analisis Kemampuan Menyimak Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia
(Penelitian Studi Kasus pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 04
Sintang). Penelitian yang dilakukan menggunakan metode metode
kualitatif deskriptif, bentuk penelitian adalah studi kasus. Subjek
penelitian kelas IV dengan jumlah keseluruhan 45 siswa, teknik
pengumpulan data menggunakan teknik observasi, teknik komunikasi
langsung, teknik dokumentasi dan alat pengumpulan data adalah
observasi, panduan wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian
sebagai berikut: 1) pelaksanaan pembelajaran menyimak di kelas IV
berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan rancangan skenario
pembelajaran yang dirancang. Selain itu juga siswa mengikuti proses
pembelajaran dengan baik, merespon pembelajaran, bertanya jika kurang
memahami materi yang disampaikan oleh guru.
3) Penelitian yang dilakukan oleh Siti Mariana (2014) yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Media Boneka Tangan terhadap Keterampilan
Bercerita Siswa Kelas V SD Se-Gugus 4 Kecamatan Bantul” (Tesis).
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan media boneka tangan
berpengaruh signifikan terhadap keterampilan bercerita siswa
dibandingkan dengan yang hanya menggunakan media gambar seri.

C. Kerangka Berpikir
Menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang dikuasai oleh

manusia. Sebagai bagian dari keterampilan berbahasa, kegiatan menyimak

sangat penting, baik dalam pengajaran bahasa maupun kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di kelas II SDN 88

Lonrong Kabupaten Soppeng, terlihat bahwa guru hanya menggunakan metode

ceramah pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada materi

25
menyimak dongeng. Pada saat pembelajaran menyimak, masih banyak siswa

yang mengobrol dengan temannya dan juga sibuk bermain sendiri, sehingga

mereka tidak memahami isi dari cerita yang dibacakan oleh. Sehingga

kemampuan menyimak cerita peserta didik yang diharapkan oleh guru tidak

tercapai dengan baik dan masih berada di bawah kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yang telah ditetapkan oleh guru yaitu sebesar 70.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan

tersebut adalah dengan menerapkan sebuah media pembelajaran. Media

pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan psikis anak kelas rendah yang

dijadikan sebagai alat bantu untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemampuan atau keterampilan belajar. Media pembelajaran yang dianggap

tepat digunakan pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya materi

menyimak cerita adalah media boneka tangan.

Pre Test Siswa

Penggunaan Media Boneka Tangan Tanpa Media


(Kelas Eksperimen) (Kelas Kontrol)

Post Test siswa

Kemampuan
menyimak
Gambar 2.1.Kerangka Berpikir

26
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif yaitu
penelitian yang mementingkan kedalaman data dan dapat merekam data sebanyak-
banyaknya dari populasi yang luas. Kuantitatif merupakan salah satu jenis kegiatan
penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis terencana dan terstruktur dengan
jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitian.
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitain
eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan salah satu jenis penelitian kuantitatif
yang sangat kuat mengukur hubungan sebab akibat. Penelitian ini disebut penelitian
eksperimen lapangan. Pada penelitian ini, antara kelompok yang memperoleh
stimulasi dengan kelompok pemanding tidak dipisahkan dengan lingkungan
keseharian sehingga memberikan keutungan tambahan, yaitu dapat melihat variabel
independen lain yang juga dapat berpengaruh terhadap perubahan sikap.

Desain penelitian eksperimen yang digunakan adalah jenis Quasi Eksperimental


Design atau disebut juga eksperimen semu yang menguji variabel bebas dengan
variabel terikat yang dilakukan terhadap sampel kelompok eksperimen atau
kelompok kontrol. Kemudian, kedua kelompok diberi posttest (O). Tahapan yang
dilakukan adalah membagi subjek kedalam dua kelompok, kemudian pada kelompok
eksperimen diberi stimulasi, sedangkan pada kelompok pembanding tidak diberikan
stimulasi. Bentuk desain yang digunakan yaitu, Nonequaivalent posttest-Only
Control Group Designns. Adapun Paradigma dalam penelitian ini, diilustrasikan
sebagai berikut:
Tabel. 3. 1.

Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post Test

Kelas Eksperimen X O1

Kelas control O 01

28
Keterangan:

X : Penggunaan media

O : Tidak menggunakan media X O1

: Post test

B. Partisipan dan Lokasi Penelitian


Partisipan yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas rendah Lokasi
penelitian yaitu di SDN 1 Karyamukti, Desa Karyamukti, Kec. Cibatu, Kab. Garut.
Partisipan dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik non probability sampling
yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang/kesempatan yang
sama bagi setiap unsur (anggota) untuk dipilih menjadi anggota sampel. (Sugiyono,
2016: 82).
C. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Dalam penelitian populasi merupakan hal yang penting untuk memberikan
batasan yang sangat jelas tentang objek yang akan diteliti. Populasi merupakan
salah satu hal yang perlu mendapat perhatian dengan seksama apabila peneliti
ingin menyimpulkan suatu hasil yang dapat dipercaya dan tepat. Sugiyono (2019,
hlm. 61) menyatakan bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subyek yang mempunyai kuanitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SDN 2
Panyindangan yang terdiri dari kelas 1 – 6 yang berjumlah 229 orang.

Tabel 3.2
Populasi Penelitian

29
No Kelas Jumlah Siswa

1 1 35

2 2 38

3 3 40

4 4 37

5 5 39

6 6 40

Jumlah 229

b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan
dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi betul-betul representative. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sampel adalah sumber data yang diambil dari populasi dan
diharapkan dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan.

Adapun yang menjadi sampel pada penelitian ini, yaitu 40 orang kelas
IIIA dan III B. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik non probality sampling. non probality sampling
merupakan metode pengambilan sampel, dimana tidak diketahui individu
mana dari populasi yang akan dipilih sebagai sampel.
Peneliti memilih kelas III A dan III B karena dalam proses pembelajaran
guru belum menggunakan media boneka tangan sehingga siswa kurang
memahami materi yang disampaikannya yang diajarkan dikelas III.

30
Tabel. 3. 3.

Sampel Penelitian
No Kelas Jumlah
1 III A 20
2 III B 20

D. Prosedur Penelitian
a. Tahap perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan sebagai berikut:
1) Observasi
Observasi (Observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau
cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung. (Sukmadinata, 2017, hlm.220. Menurut
Hasanah (2016, hlm.23) menyatakan bahwa “Observasi kualitatif berbeda
dengan observasi kuantitatif.” Observasi Kualitatif bersifat naturalistik
sedangkan observai kuantitatif dirancang untuk menetapkan standarisasi dan
kontrol dengan tujuan untuk menguji teori dan hipotesis. Maka peneliti
mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian yang berkaitan
dengan hubungan minat dan bakat yang dimiliki siswa terhadap prestasi
belajar.
2) Menetukan Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kuanitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2019,
hlm.61). Maka peneliti menentukan subjek penelitian berupa populasi yang
akan dijadikan penelitian.
3) Menentukan Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. (Sugiyono, 2019, hlm.62). Setelah menentukan jumlah populasi,

31
maka selanjutnya peneliti menentuka sampel yang representative untuk
dijadikan penelitian.
4) Menyusun dan melaksanakan instrument penelitian
Menurut Sappaile (2007) “Instrumen peneltian adalah suatu alat yang
memenuhi persyaratan akademis sehingga dapat dipergunakan sebaga alat
untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai
variabel.” Teknik lain yang biasa digunakan dalam penelitian adalah teknik
pengukuran. Teknik ini berbeda dengan teknik pengumpulan data. Teknik
pengukuran bersifat mengukur karena menggunakan instrument standar atau
telah distandarisasikan, dan menghasilkan data hasil pengukuran yang
berebntuk angka-angka. Dalam penelitian diperlukan instrumen-instrumen
penelitian yang telah memenuhi persyaratan tertentu yaitu validitas dan
reliabilitas.
b. Tahap pelaksanaan penelitian
c. Tahap pengumpulan data
d. Tahap analisis data
Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan penelitian
setelah pengumpulan data. Data yang masih mentah (raw data) perlu diolah
sedemikian rupa sehingga menjadi informasi yang akhirnya dapat digunakan
untuk menjawab tujuan penelitian. (Hastono, 2006) Terdapat empat tahapan yang
harus dilalui dalam pengolahan data yaitu editing, coding, processing, dan
cleaning.
e. Penyusunan hasil penelitian berupa menarik kesimpulan sebagai hasil akhir dari
penelitian.

32
Tabel 3.3
Alur Penelitian

Observasi

Populasi

Sampel

Menyusun Instrumen

Melaksanakan Instrumen

Pengaruh penggunaan media boneka tangan


terhadap kemampuan menyimak siswa pada
pembelajaran bahasa Indonesia

Pengumpulan
Data

Analisis Data

Kesimpulan

33
E. Instrumen Penelitian
Sugiyono (2014, hlm.92) menyatakan bahwa “Instrumen penelitian adalah suatu
alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun
sosial yang diamati.” Dengan demikian, penggunaan instrument penelitian yaitu
untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah, fenomena alam
maupun sosial.
Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan
data yang akurat yaitu dengan menggunakn skala Likert. Sugiyono (2014, hlm. 134)
menyatakan bahwa “Skala Likert digunakan utuk mengukur suatu sikap, pendapat
dan persepsi seseorag atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial”. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan jenis instrument “Tes” untuk mengukur kognitif
siswa. Tes menyimak dilakukan pada penelitian ini dengan cara memberi pertanyaan
kepada anak didasarkan pada cerita yang telah disimak. Tes menyimak dilakukan
terdiri dari pretest, posttest dan tes perbuatan.
Penelitian ini menggunakan beberapa jenis tes yang akan digunakan pada saat
melakukan penelitian, yaitu:
1. Pretest adalah Tes yang diberikan sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Tes ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa mengenai
materi yang akan dipelajari. Data ini digunakan sebagai data kemampuan awal.
Pretest yang diberikan berupa naskah cerita dongeng yang tokohnya harus
diperankan oleh siswa. Tokoh harus diperankan sesuai cerita dalam naskah.

2. Posttest adalah tes yang diberikan pada akhir pokok bahasan untuk
menentukan angka atau hasil belajar siswa dalam tahap-tahap tertentu setelah
diberikan perlakuan. Skor yang dihasilkan pada posttest diharapkan dapat lebih
tinggi daripada skor pada pretest. Posttest yang diberikan sama dengan pretest
yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu siswa diminta bermain peran sesuatu
teks naskah yang telah disiapkan.

34
3. Tes perbuatan atau tes praktik adalah test yang menuntut jawaban peserta didik
dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Dalam penelitian ini tes
praktik yang dilakukan oleh siswa adalah tes bermain peran dengan
mengunakan media boneka tangan sesuai alur cerita yang telah disediakan oleh
peneliti

F. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2014, hlm. 114) menyatakan bahwa:
Dalam penelitian kuantitatif, kegiatan analisis data terbagi menjadi dua yakni
kegiatan mendeskripsikan data dan melakukan uji statistik (inferensi). Kegiatan
mendeskripsikan data adalah menggambarkan data yang ada guna memperoleh
bentuk nyata dari responden, sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang
lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dlakukan. Kegiatan
mendeskripsikan data dapat dilakukan pengukuran statistic deskriptif.
Analisis data merupakan proses pengolahan, penyajian, interpretasi dan analisis
yang diperoleh dari lapangan, dengan tujuan agar data yang disajikan mempunyai
makna, sehingga pembaca dapat mengetahui hasil penelitian. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution)
untuk mengolah data dari hasil penelitian dengan analisis data.

35
36
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Saleh. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Efektif Di


Sekolah Dasar. Jakarta.

Arifin, Zainal. 2016. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya. Arkunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik.Jakarta: Renika Cipta.

Asiyah, dkk. 2017. Pengembangan Materi Ajar Audio Visual, Bengkulu:


Vanda. Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media
Pembelajaran.Jakarta. Daryanto. 2011. Media Pembelajaran.
Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani

Departemen Agama RI. 2014. Al-Quran Dan Terjemahnnya. Bandung: CV


Penerbit di Ponegoro.

Dhieni, Nurbiana. 2018. Metode Pengembangan Bahasa. Tanggerang


Selatan: CV Beringin Indah.

Farhrohman, Oman. 2017. Implementasi Pembelajaran Bahasa Indonesia


di SD/MI, Vol. 09. No. 01.DiaskesPada 28 Januari 2020.

Hamdani. 2011. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung: CV


Pustaka Setia. Hasnida. 2015. Media PembelajaranKreatif.
Jakarta Timur.

Hartiny, Rosma. 2015. Strategi Belajar Mengajar. Bengkulu.

Juliandri, Ni Komang. 2015. Penerapan Metode Bercerita Dengan Media


Boneka Tangan Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Pada
Anak, Vol. 03. No. 01. Diaskes Pada 11 Februari 2020.

Kadir,Abdulah, Dkk. 2015. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta:


Prenadamedia Group.

Khairiah, 2018. Kesempatan Mendapatkan Pendidikan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Masyhuri, dkk. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung: PT Refika


Aditama. Prasetyo, Bambang. 2014.
Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT

Rahma, Eva. 2019. Pengaruh Penggunaan Boneka Tangan Terhadap


Keterampilan Menyimak Isi Dongeng Pada Siswa Kelas II Sd I Al-
Falah I Petang Jakarta Barat. Skripsi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Diakses Pada 21 Januari 2020.

RajaGrafindo Persada.
Rukajat, Ajat. 2018. Pendekatan Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: CV
Budi Utama.

Rusman. 2018. Model-model Pembelajaran Mengembangkan


Profesionalisme Guru, Depok: RajaGrafindo Persada.

Saddhono, Kundharu. 2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa


Indonesia.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sejahtera.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2019). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

Suhada, Idad. (2017). Konsep Dasar IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Sulianto, Joko. Profil Cerita Anak Dan Media Boneka Tangan Dalam
Metode Bercerita Berkarakter Untuk Siswa SD. Vol 01 2014. Diaskes
Pada 23 Februari 2020.

Sulistyowati, Prihatin. (2016). Upaya Mengembangkan Karakter Jiwa


Kewirausahaan Pada Siswa Sejak Dini Melalui Program Market Day.
(Kajian Pada SDIT Mutara Hati Malang). Jurnal Pendidikan, Vol. 5, No. 3.
Doi:
http://repository.unikama.ac.id/Upaya_Mengembangkan_Karakter_Jiwa_Ke
wirausahaan_Pada_Siswa_S_19Feb2019_en_EN.pdf

Sundayana, Rostina. 2016. Media Dan Alat Peraga Dalam Pembelajarn


Matematika. Bandung: Alfabeta.

Suryani, Nunuk. 2018. Achmad SetiawandanAditinPutria. Media


Pembelajaran Inovatif Dan Pengembangannya. Bandung: PT
Rosdakarya.

Syafitri, Fatrima Santri. 2016. Pembelajaran Matematika.


Yogyakarta. Walid, Ahmad. 2017. Strategi Pembelajaran
IPA. Yogyakarta.

Zubaedah, Siti, dkk. 2018. Seni Bercerita. Yogyakarta: Cakrawala.

38

Anda mungkin juga menyukai