OLEH :
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal
penelitian ini dengan baik adanya. Adapun proposal ini disusun dalam rangka
memenuhi syarat untuk melakukan penelitian bagi mahasiswa Program Studi
Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Nusa Cendana Kupang. Sehubungan dengan itu akan
dilakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Alat Peraga Pada
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Berbantuan Media Inquiri
Materi Gerak Lurus di SMP Negeri 13 Satar Mese.”
Dalam penyusunan proposal ini, banyak kendala dan rintangan yang
penulis alami, namun berkat dukungan, semangat, dan dorongan dari orang-orang
terdekat sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan moril maupun materi sehingga proposal ini
dapat diselesaikan.
Penulis juga menyadari bahwa proposal ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis meminta kritik dan juga
saran dari pembaca proposal ini guna menyempurnakan segala kekurangan dalam
penyusunan proposal ini. Akhir kata, penulis berharap semoga proposal ini dapat
berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
ii
3.6.1 Data Non Tes ................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran dengan baik. Menurut
pengamatan peneliti guru juga kurang mengembangkan sistem pembelajaran jadi
mengakibatkan pembelajaran terlihat sangat monoton, beberapa siswa juga terlihat
tegang dalam proses pembelajaran.Dalam proses pembelajaran banyak mata
pelajaran yang diperoleh peserta didik, salah satunya ialah Ilmu Pengetahuan
Alam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) termasuk kedalam mata pelajaran yang
sifatnya abstrak karena sukar dijelaskan langsung kepada peserta didik. Salah satu
materi Ilmu Pengetahuan Alam yang masih sulit dipahami oleh siswayaitu materi
Gerak lurus. Untuk mempermudah materi pembelajaran tersebut, alat peraga dapat
menjadi solusi untuk mengambil hati peserta didik dalam pemahamannya
terhadap materi yang diberikan. Dengan alat peraga juga akan mengubah materi
yang awalnya bersifat abstrak menjadi nyata atau tidak abstrak
(Hermansyah,2016). Alat peraga juga dapat menggambarkan karakteristik dalam
proses pelaksanakan pembelajaran. Pendapat lainnya menyatakan bahwa
dibutuhkan suatu alat peraga sebagai pembantu dalam mengajar agar lebih efektif
(Nasution,n.d.). didukung oleh pendapat lain pula yang mengemukakan bahwa
anak didik lebih mudah mengerti pembelajaran apabila mengajar dengan alat
peraga (Sudjana, 2016).
Pembelajaran dapat dikatakan tercapai apabila tujuannya tersebut telah
berhasil dan terlaksana, maka pendidikan yang berkualitas pun bisa dicapai.
Penggunakan alat peraga bisa menjadi pendukungnya Tujuannya adalah agar
peserta didik mudah mempelajari, memahami serta dapat mengefektifkan ketika
proses pembelajaran berlangsung. Alat peraga juga merupakan salah satu
komponen penentu efektifitas belajar. Jika guru tidak memakai strategi dan
memanfaatkan alat peraga terkhusus pada mata pembelajaran IPA, peserta didik
akan kesulitan dalam menangkap dan memahami materi yang diberikan oleh
sehingga pencapaian tujuan pembelajaran tidak tercapai sepenuhnya (Hurit dan
Harmawati, 2019). Penggunaan alat peraga juga berfungsi untuk melatih siswa
untuk berpikir lebih kritis dan pembelajaran pun akan lebih menarik karena
peserta didik dapat melihat dan mengamati langsung peristiwa yang terjadi serta
bertambah pula pengalamannya (Rahayu, 2019).
2
Kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti disini adalah alat peraga
mempunyai peranan dalam tercapainya tujuan pembelajaran dengan alat peraga
guru dapat mengajarkan konsep IPA dengan benda nyata sehingga memudahkan
siswa memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Alat Peraga Pada
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Berbantuan Media Inquiri
Materi Gerak Lurus di SMP Negeri 13 Satar Mese.”
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai referensi yang dapat menunjang untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan sebagai bahan dan sebagai masukan - masukan untuk penelitian-
penelitian yang akan datang mengenai alat peraga IPA. Khususnya bagi penelitian
3
yang akan mengembangkan alat peraga yang memadukan konsep IPA dan
kehidupan.
2. Manfaat Praktis
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengembangan
Menurut (Devi, 2018) menyatakan bahwa Pengembangan adalah kegiatan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori
ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi,
manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau
menghasilkan teknologi baru. Pengembangan secara umum bisa dikatakan sebagai
pola pertumbuhan, perubahan secara perlahan dan perubahan secara bertahap.
Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan perangkat pembelajaran
dalam hal ini adalah pengembangan alat peraga. Dengan tujuan untuk
mengembangkan perangkat alat peraga pembelajaran maka diperlukan model-
model pengembangan yang menunjang atau sesuai dengan sistem pendidikan.
Penelitian yang diarahkan untuk menghasilkan produk, desain dan proses seperti
ini didefinisikan sebagai sesuatu penelitian pengembangan Dalam konteks ini
adalah pengembangan alat peraga.
Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut (Sugiyono, 2018:407. Untuk menghasilkan produk tertentu digunakan
penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk
supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk
mengkaji keefektifan produk tersebut.
Terdapat sepuluh langkah dalam penelitian dan pengembangan
(Sugiyono,2018) sepuluh langkah tersebut sebagai berikut:
1) validasi desain
2) mengumpulkan informasi
3) desain produk
4) validasi desain
5
5) perbaikan desain
6) uji coba produk
7) revisi produk
8) uji coba pemakaian
9) revisi produk
10) pembuat produk masal.
Dalam penelitian dan pengembangan alat peraga IPA materi gerak lurus
ini menggunakan model pengembangan menurut (Sugiyono, 2018). Alasan
pemakaian model adalah tahap-tahap yang sistematis dan revisi dilakukan secara
bertahap. Tujuan penelitian pengembangan adalah ingin menilai perubahan-
perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
6
merangsang proses belajar, serta memberikan dampak psikologis bagi siswa.
Menurut (Yuliati, 2017), Media pembelajaran merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam menciptakan keefektifan proses pembelajaran. dari beberapa
pendapat yang telah dikemukakan media dapat diartikan segala sesuatu yang
digunakan untuk menyalurkan pesan merangsang pikiran untuk belajar. Dalam
keberadaannya media memiliki peran penting dalam pembelajaran karena sebagai
salah satu alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi kondisi belajar yang
ditata dan diciptakan oleh guru.
Penggunaan media sebagai alat bantu bukan saja dapat menarik minat
belajar siswa untuk mengikuti proses pengajaran dan pembelajaran dengan lebih
baik, tetapi juga membantu meningkatkan pemahaman pelajar dan memudahkan
pendidik menyampaikan ilmu. Sementara itu, Pambudi (2018) menyatakan bahwa
Penggunaan media dalam proses pembelajaran mampu mempengaruhi motivasi
belajar siswa. Diantaranya:
1. Membawa siswa kepada hal baru dan bervariasi dalam proses
pembelajaran.
2. memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna bagi.
3. Mendorong guru untuk memanfaatkan penggunaan barang bekas agar
lebih bermakna untuk proses pembelajaran yang mempengaruhi
meningkatnya hasil belajar.
4. Menjadikan siswa lebih aktif dan merasa senang dalam mengikuti
pembelajaran, karena siswa cenderung menyukai hal baru dalam
pembelajaran.
Menurut (Yuliati, 2017), Menyatakan bahwa Apabila dilihat dari
karakteristiknya siswa sekolah dasar pada umumnya berada pada tahap berpikir
operasional konkret, hal ini berdampak pada pemilihan media pembelajaran yang
akan digunakan yang mana pada pembelajaran hendaknya media yang digunakan
merupakan media konkrit yang dapat dioperasikan secara langsung sehingga
konsep yang dipelajari dapat lebih mudah diterima dan difahami oleh peserta
didik. Tetapi walaupun media menempati kedudukan yang sangat penting sebagai
salah satu sumber belajar, media tidak bisa menggantikan guru sepenuhnya,
7
artinya media dalam pembelajaran tanpa adanya guru adalah hal yang mustahil
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Karena dalam hal ini gurulah yang
bertugas memberikan bimbingan kepada siswa tentang apa yang harus dipelajari
dan bagaimana siswa mempelajari materi dari media yang ada.
Alat peraga menjadi salah satu faktor penting dalam membantu menunjang
proses pembelajaran didalam kelas. Sebagai salah satu media, alat peraga akan
menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
telah direncanakan oleh pengajar. Alat peraga memiliki peran yang sangat penting
dalam meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya yaitu: dapat memperjelas
bahan pengajaran yang disampaikan guru, dapat memberikan pengalaman nyata
kepada siswa, dan dapat merangsang cara berpikir siswa yang lebih kreatif dalam
belajar. Pelaksanaan pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru adalah
mengubah sikap dan pola pembelajaran yang dilakukan karena selama ini guru
cenderung menggunakan metode ceramah dan belum mampu menghasilkan serta
menggunakan alat peraga yang dapat menunjang proses pembelajaran yang
berkualitas dan menghasilkan siswa berprestasi.
Menurut (Pranata, 2016) Alat peraga dalam mengajar memegang peranan
penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang
efektif. Dalam pencapaian tujuan tersebut, alat peraga pemegang peranan yang
penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dapat dengan mudah dipahami
oleh siswa. Menurut (Jonimar, 2020), menyatakan bahwa Alat peraga adalah
semua atau segala sesuatu yang bisa digunakan dan dapat dimanfaatkan untuk
menjelaskan konsep-konsep pembelajaran dari materi yang bersifat abstrak atau
kurang jelas menjadi nyata dan jelas sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian serta minat para siswa yang menjurus kearah terjadinya proses
belajar mengajar. Alat peraga merupakan suatu alat yang dipakai untuk membantu
dalam proses belajar mengajar yang berperan besar sebagai pendukung kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Penggunaan alat peraga ini
mempunyai tujuan untuk memberikan wujud riil terhadap bahan yang dibicarakan
dalam materi pembelajaran. Menurut (Hutauruk, 2018) Menyatakan bahwa Alat
peraga digunakan untuk menerangkan konsep pembelajaran IPA yang berupa
8
benda nyata. Dengan alat peraga, guru dapat mengajarkan konsep IPA dengan
benda nyata sehingga memudahkan siswa memahami materi yang akan diajarkan.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah keterampilan
menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Munandar dalam (Rosidin, 2020)
Menyatakan bahwa, Kehadiran alat-alat peraga sangat membantu para guru dalam
pembelajaran IPA. Menurut Nana Sudjana dalam buku dasar-dasar proses belajar
mengajar yang dikutip dari (Hatauruk, 2018) ada enam fungsi pokok alat peraga
dalam proses belajar mengajar diantaranya:
1. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan
fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu
untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif
2. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
situasi mengajar
3. Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan
isi pelajaran
4. Alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau bukan
sekedar pelengkap
5. Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat
proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap
pengertian yang diberikan guru
6. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk
mempertinggi mutu belajar mengajar.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan diatas, alat peraga IPA
dapat diartikan sebagai seperangkat benda konkret yang dirancang dan dibuat
yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan materi IPA untuk
membantu memahami konsep-konsep atau prinsip-prinsip IPA. Dengan alat
peraga, hal-hal yang abstrak dapat disajikan secara konkret dan dapat dilihat,
dipegang sehingga dapat lebih mudah dipahami. Karena sering kali yang
menjadikan siswa kurang tertarik bahkan takut untuk belajar IPA karena banyak
materi IPA yang disajikan secara abstrak.
9
2.1.3 Pembelajaran IPA
Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan “pe” dan
akhiran “an” yang memiliki arti proses. Belajar itu sendiri adalah sesuatu yang
kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Menurut
(Nurita, 2018), Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif permanen dan
dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan
atau direncanakan. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tiap individu
dalam seluruh proses pendidikan untuk memperoleh perubahan tingkah laku
dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap. pembelajaran dapat diartikan
sebagai kegiatan yang didalamnya terdapat proses mengajar, ,membimbing,
melatih, memberi contoh, dan mengatur secara memfasilitasi siswa dengan
berbagai hal agar terjadi peningkatan pengetahuan pengetahuan, pemahaman dan
tingkah lakunya sehingga tercapai tujuan pendidikan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu pembelajaran wajib
di sekolah dasar. Dengan belajar IPA siswa akan dapat mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar. Dalam membelajarkan IPA guru hendaknya juga melatih
keterampilan siswa untuk berproses (keterampilan proses) dan juga menanamkan
sikap ilmiah, misalnya rasa ingin tahu, jujur, bekerja keras, pantang menyerah dan
Terbuka (Nur Ngazizah,2017). Pembelajaran IPA sebagai subsistem pendidikan
nasional memberi kontribusi penting dalam pembentukan karakter peserta didik,
Karakter sebagai hasil dari pendidikan membawa arti penting dalam kehidupan
yang sesungguhnya di masyarakat (Sugiyono, 2017). Pendidikan IPA
menekankan pada pemberian pemahaman langsung dan kegiatan praktis untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam
sekitar serta ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu dan berbuat”
sehingga dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
IPA adalah suatu kumpulan kemampuan tersusun sistematis dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya
tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode
ilmiah dan sikap ilmiah. pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan ide-ide
10
siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungan
sekitarnya, membangun keterampilan yang diperlukan dan menimbulkan
kesadaran siswa bahwa pembelajaran IPA sangat perlu menjadi sangat perlu dan
penting untuk dipelajari. Pembelajaran IPA disekolah dasar seharusnya
difokuskan pada pengembangan kemampuan berpikir siswa dan keterlibatan siswa
secara aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan
dan konsep yang terstruktur tentang alam sekitar yang dialami dan diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan penyajian gagasan. Pembelajaran IPA di sekolah hendaknya
memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk menemukan sendiri
sebagai proses lebih lanjut mengembangkan dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.4 Gerak
2.1.4.1 pengertian Gerak
Dalam aktivitas kita sehari-hari, kita tidak pernah terlepas dari yang
namanya gerak. Kita berangkat dan pulang sekolah dikatakan bergerak. Menulis,
berjalan, berlari, bersepeda, olahraga dan aktivitas lainnya tidak lepas dari gerak.
Lalu apa yang dimaksud dengan gerak itu? Bilamanakah suatu benda dikatakan
bergerak? Bilamanakah suatu benda dikatakan tidak bergerak?
Gerak adalah perubahan posisi suatu objek yang diamati dari titik acuan.
Titik acuan yang dimaksud didefinisikan sebagai titik awal objek tersebut ataupun
titik tempat pengamat berada. Suatu benda dikatakan bergerak jika benda itu
mengalami perubahan kedudukan terhadap titik tertentu sebagai acuan. Jadi,
gerak adalah perubahan posisi atau kedudukan terhadap titik acuan tertentu. Gerak
juga dapat dikatakan sebagai perubahan kedudukan suatu benda dalam selang
waktu tertentu. Untuk lebih memahami mengenai titik acuan perhatikan gambar
ilustrasi berikut ini.
11
Gambar 2.1 titik acuan. Sumber Neny Else Josephine, 2020
Pada suatu hari sodik berangkat dari rumah menuju ke pasar untuk
membeli buah-buahan. Jika kita tinjau gambar ilustrasi di atas, terdapat dua titik
acuan yaitu rumah sebagai titik acuan 1 dan pasar sebagai titik acuan 2. Jika kita
menggunakan rumah sebagai titik acuan, maka sodik dikatakan bergerak menjauh
dari titik acuan sedangkan jika kita menganggap pasar sebagai titik acuan maka
sodik dikatakan bergerak mendekati titik acuan. Berbeda halnya dengan peristiwa
berikut, orang berlari di mesin lari fitnes (mesin kebugaran), anak yang bermain
komputer dan lain sebagainya. Apakah mereka mengalami perubahan posisi atau
kedudukan dalam selang waktu tertentu? Kegiatan tersebut tidak mengalami
perubahan posisi atau kedudukan karena kerangka acuannya diam. Penempatan
kerangka acuan dalam peninjauan gerak merupakan hal yang sangat penting,
mengingat gerak dan diam itu mengandung pengertian yang relatif. Sebagai
contoh, ada seorang yang duduk di dalam kereta api yang sedang bergerak, dapat
dikatakan bahwa orang tersebut diam terhadap kursi yang didudukinya dan
terhadap kereta api tersebut, namun orang tersebut bergerak relatif terhadap
stasiun maupun terhadap pohon-pohon yang dilewatinya.
12
Gambar 2.2: sumber Neny Else Josephine, 2020
13
ditempuh Rama? Berapa pula perpindahannya? Jadi jarak yang ditempuh adalah 7
km. Sedangkan perpindahannya adalah 5 km. perhatikan gambar diatas: untuk
menghitung jarak langsung dijumlahkan saja antara bergeraknya dari utara dan
timur. Sedangkan untuk perpindahan itu mencari seberapa jauh titik awal dan titik
pemberhentiannya rama, kasus ini bisa digunakan rumus phytagoras, hasilnya 5
km.
a. Jarak (distance) merupakan panjang seluruh lintasan yang ditempuh suatu
objek yang bergerak. Jarak hanya memiliki nilai.
b. Perpindahan (displacement) merupakan panjang lintasan lurus yang diukur
dari posisi awal dan posisi akhir dari objek tersebut. Perpindahan memiliki
nilai dan arah.
Gerak lurus termasuk gerak translasi, yakni gerak suatu objek yang
bergerak tanpa berotasi. Dinamakan gerak lurus karena karena lintasannya berupa
garis lurus. Contoh dapat kita lihat pada mobil yang bergerak maju, gerakan pada
buah apel yang jatuh dari pohonnya, dan pada setiap objek yang bergerak pada
lintasan lurus.
Gerak ini dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan ada dan tidak adanya
percepatan, yakni gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah
beraturan(GLBB).
a. Gerak Lurus Beraturan
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus yang memiliki kecepatan
yang tetap karena tidak adanya percepatan pada objek. Jadi, nilai percepatan
pada objek yang mengalami GLB adalah nol (a = 0). Cara mencari nilai
kecepatan pada objek yang mengalami gerak lurus beraturan (GLB) memakai
persamaan sama seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya diatas. Berikut
ditampilkan rumus dari gerak lurus beraturan,
14
𝑠
𝑣= (1)
𝑡
Yang artinya:
𝑠𝑝𝑎𝑐𝑒
𝑣𝑒𝑙𝑜𝑐𝑖𝑡𝑦 =
𝑡𝑖𝑚𝑒
Keterangan:
V = kecepatan (km/jam atau m/s)
S =perpindahan, pada soal-soal tertentu juga biasanya disebut sebagai
jarak tempuh (km atau m)
t = selang waktu atau waktu tempuh (jam, sekon)
15
t = selang waktu (s)
2. Persamaan Jarak GLBB
S = v0 t ½ + a.t2 (3)
Keterangan:
S = Jarak yang ditempuh (m)
Vo = kecepatan awal (m/s
a = percepatan (m/s2)
t = selang waktu (s)
16
juga didukung oleh pendapat dari (Salam, 2017)yang mengakatan bahwa model
pembelajaran Inkuirimenciptakan pengalamankonkret dan pembelajaran aktif
yangmendorong danmemberikan ruangkepada siswa untuk mengambil
inisiatifdalammengembangkan keterampilanpemecahan masalah,
pengambilankeputusan dan penelitian, sehinggamemungkinkan mereka menjadi
pelajar. Model Inquiry merupakan strategi pembelajaran yang merangsang,
mengajarkan, dan mengajak siswa untuk berpikir kritis, analitis, dan sistematis
dalam rangka menemukan jawaban secara mandiri dari berbagai permasalahan
yang diutarakan. Untuk itu dalam penelitian kali peneliti memilih untuk
menggunakan model pembelajaran inquiri dikarenakan model ini cocok
digunakan sebagai media yang dapat mendukung terciptanya pembelajaran yang
optimal pada saat pembelajaran menggunakan alat peraga.
2. Merumuskan Masalah
Ketika rangsangan atau stimulus yang diberikan oleh guru bekerja dengan
baik, maka dalam pemikiran siswa akan muncul pertanyaan-pertanyaan dan
17
permasalahan-permasalahan yang akan menjadi basis dan tujuan pembelajaran
tersebut. Jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa belum memenuhi
harapan guru, maka gurupun dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang akan
mengarahkan siswa pada "pertanyaan besar dan penting" yang seharusnya
menjadi tujuan pembelajaran itu. Memang tidaklah mudah bagi siswa untuk
merumuskan permasalahan secara baik jika mereka belum terbiasa dan terlatih.
Tetapi, memang seharusnyalah guru berusaha membuat mereka untuk memiliki
kemampuan ini. Kemampuan merumuskan masalah dalam pembelajaran inkuiri
sangat penting sebagai titik awal pembelajaran siswa.Pertanyaan dan
permasalahan yang baik akan membuat siswa benar-benar belajar, sehingga
mereka akan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang apa yang
dipelajari.
3. Mengajukan Hipotesis
Selanjutnya, setelah siswa merumuskan masalah yang ingin dipelajari,
mereka kemudian diajak untuk bersama-sama merumuskan hipotesis. Perumusan
hipotesis didasarkan pada informasi-informasi yang selama ini telah mereka
miliki. Hipotesis ini nantinya harus diuji kebenarannya. Untuk melanjutkan
sampai tahap ini, tentunya terlebih dahulu siswa harus mengumpulkan data atau
informasi-informasi yang dibutuhkan dan relevan.
18
yang dibutuhkan dari internet, melakukan eksperimen-eksperimen kecil dan
sebagainya.
5. Menguji Hipotesis
Setelah berkutat dengan beragam sumber belajar (sumber informasi) yang
tersedia dan sumber data yang ada, siswa kemudian akan diajak untuk memproses
data dan informasi yang diperoleh. Mereka dapat belajar mengorganisasikan data
ke dalam tabel-tabel, daftar-daftar, atau ringkasan yang akan mempermudah
mereka dalam menguji kebenaran hipotesis yang telah mereka susun dilangkah
sebelumnya. Di sini mungkin saja terjadi semacam perbedaan antara informasi
yang baru mereka peroleh dengan informasi yang telah mereka miliki
sebelumnya.Prosesberpikir kreatif, kritis, dan analitis akan dibutuhkan di tahap
ini, sehingga mereka dapatmenguji hipotesis.
6. Menyimpulkan
Pada akhir langkah model pembelajaran inkuiri, siswa kemudian akan
dapat membuat kesimpulan mereka masing-masing tentang hasil pengujian
hipotesis yang telah dilakukan. Bisa saja dari pembelajaran yang baru mereka
lakukan mereka ternyata mendapati bahwa informasi lama yang telah mereka
sebenarnya informasi yang keliru, atau dapat pula sebaliknya, di mana informasi
baru yang mereka peroleh semakin memperkuat informasi yang telah mereka
miliki itu. Atau dengan kata lain, mereka dapat lebih dalam memahami hal
tersebut dibanding sebelumnya.
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri ini
memungkinkan siswa mempunyai kedalaman pemahaman akan suatu hal yang
mereka pelajari, dan ini terjadi secara kontruktif di mana mereka membangun
sendiri pengetahuan baru di atas fondasi pengetahuan yang sebelumnya telah
mereka punyai.
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Langkah penelitian dan pengembangan alat peraga IPA ini dapat dilihat pada
gambar 3.1.
Evaluasi Penerapan
(Evaluation) (Implementation)
20
3.3 Prosedur Penelitian
21
3.3.3 Pengembangan (Development)
22
peserta didik. Penilaian angket respon peserta didik terhadap penggunaan alat
peraga ini dilakukan siswa dengan menjawab pertanyaan yang telah
disediakan oleh peneliti, kemudian dari hasil tersebut akan dihitung
menggunakan skala Likert.
3.4.2 Angket
23
akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan responden. Selain itu,
kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan
tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan
tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau
dikirim melalui pos atau internet (Sugiyono, 2018: 199). Observasi adalah
teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan. Observasi ini
digunakan dengan tujuan untuk dapat mengamati keaktifan siswa selama
proses penelitian berlangsung, pengamatan yang akan dilakukan langsung oleh
peneliti akan digunakan dalam data observasi, sebagai hasil penilaian
keaktifan siswa.
24
1. Menentukan pilihan angka skor likert
Tabel 3.1 Penentuan pilihan angka skor likert
Kriteria Skor
Sangat setuju 5
Setuju 4
Kurang setuju 3
Tidak setuju 2
2. Rumus perhitunganya
T x Pn (4)
Keterangan :
T = total responden
Pn = pilihan angka skor likert
3. Mencari hasil hasil interpretasi, penilaiannya dengan rumus sebagai
berikut :
Y = skor tertinggi likert x jumlah responden
X = skor terendah likert x jumlah responden
4. Setelah memperoleh hasilnya, kemudian diuji dengan dengan rumus :
Rumus Indeks % = Total skor/Y x 100% (5)
Namun sebelum masuk dalam rumus diatas perlu mengetahui dahulu
interval dan interpretasi persen untuk mengetahui penilaian
menggunakan metode Interval skor persen (I), sebagai berikut
Maka = 100/5 = 20
25
Tabel 3.2 kriteria persentase skor penilaian
Kriteria
Interval % Skor Validasi Oleh Tanggapan Observasi
Pakar Siswa Aktivitas Siswa
80% - 100% Sangat layak Sangat baik Sangat aktif
60% - 79,99% Layak Baik Aktif
40% - 59,99% Kurang layak Kurang baik Kurang aktif
20% - 39,99% Tidak layak Tidak baik Tidak aktif
0% - 19,99% Sangat tidak layak Sangat tidak baik Sangat tidak aktif
5. Penyelesaian akhirnya menjadi :
26
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, S. W., Alpian, Y., Prihamdani, D., & Winarsih, E. (2021). Pengembangan
Multimedia Pembelajaran Interaktif Berbasis Video untuk Meningkatkan Minat
Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(6), 5313–5327.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1636
Efendi, D. R., & Wardani, K. W. (2021). Komparasi Model Pembelajaran Problem Based
Learning dan Inquiry Learning Ditinjau dari Keterampilan Berpikir Kritis Siswa di Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 5(3), 1277–1285. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i3.914
Ketut, N., Muliastrini, E., Nyoman, N., Handayani, L., Agama, S., Amlapura, H., Mpu, S.,
Singaraja, K., & Com, E. (2022). Pengaruh Model Inquiri terhadap Literasi Sains dan Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 4 Sangsit. 13(2). https://e-journal.stkip-amlapura.ac.id
27
Guru dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Indonesian Science Education
Journal, 1(2), 69–84.
Oktafiani, P., Subali, B., & Edie, S. S. (2017). Pengembangan Alat Peraga Kit Optik
Serbaguna ( AP-KOS ) untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains The
Development of Multipurpose Optical Kit Learning Aid for Enhancing Students ’
Science Process Skills Keywords : learning aid , multipurpose optic kit. Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA, 3 (2) 2017-190, 3(2), 189–200.
Pambudi, B., Efendi, R. B., Novianti, L. A., Novitasari, D., & Ngazizah, N. (2019).
Pengembangan Alat Peraga IPA dari Barang Bekas untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar dan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar. Indonesian Journal of Primary
Education, 2(2), 28. https://doi.org/10.17509/ijpe.v2i2.15097
Pratiwi, S. N., Cari, C., & Aminah, N. S. (2019). Pembelajaran IPA Abad 21 dengan
Literasi Sains Siswa. Jurnal Materi Dan Pembelajaran Fisika, 9, 34–42.
Salam, R. (2017). MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS. 2(1),
8.
28
Salam, R. (2017). MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL DALAM
PEMBELAJARAN IPS. 2(1), 8.
29