Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL PENELITIAN

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PADA PEMBELAJARAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM (IPA) BERBANTUAN MODEL INQUIRI
MATERI GERAK LURUS DI SMPN 13 SATAR MESE

OLEH :

YOHANES JEFRIANUS RIKI


NIM. 2001050062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal
penelitian ini dengan baik adanya. Adapun proposal ini disusun dalam rangka
memenuhi syarat untuk melakukan penelitian bagi mahasiswa Program Studi
Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Nusa Cendana Kupang. Sehubungan dengan itu akan
dilakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Alat Peraga Pada
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Berbantuan Media Inquiri
Materi Gerak Lurus di SMP Negeri 13 Satar Mese.”
Dalam penyusunan proposal ini, banyak kendala dan rintangan yang
penulis alami, namun berkat dukungan, semangat, dan dorongan dari orang-orang
terdekat sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan moril maupun materi sehingga proposal ini
dapat diselesaikan.
Penulis juga menyadari bahwa proposal ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis meminta kritik dan juga
saran dari pembaca proposal ini guna menyempurnakan segala kekurangan dalam
penyusunan proposal ini. Akhir kata, penulis berharap semoga proposal ini dapat
berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Kupang, Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 3
1.5 Definisi Operasional Dan Batasan Penelitian ..................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 5
2.1 Tinjauan Teori ........................................................................................................... 5
2.1.1 Pengembangan ................................................................................................... 5
2.1.2 Alat Peraga ......................................................................................................... 6
2.1.3 Pembelajaran IPA ............................................................................................ 10
2.1.4 Gerak ................................................................................................................ 11
2.1.5 model pembelajaran inquiri ............................................................................. 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 20
3.1 Metode Penelitian ................................................................................................... 20
3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian ................................................................................ 20
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................................. 21
3.3.1 Analisis (Analysis) ........................................................................................... 21
3.3.2 Rancangan (Desain) ......................................................................................... 21
3.3.3 Pengembangan (Development) ........................................................................ 22
3.3.4 Penerapan (Implementation) ............................................................................ 22
3.3.5 Evaluasi (Evaluation)....................................................................................... 22
3.4 Istrumen Penelitian ................................................................................................. 23
3.4.1 Lembar Validasi/Kelayakan Alat Peraga ......................................................... 23
3.4.2 Angket .............................................................................................................. 23
3.4.3 Lembar Observasi ............................................................................................ 23
3.6 Teknik Analisis Data............................................................................................... 24

ii
3.6.1 Data Non Tes ................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan upaya untuk mempersiapkan generasi muda dalam
menyambut dan menghadapi perkembangan zaman di era global. Maka
pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga menghasilkan
pendidikan yang berkualitas dan meningkatnya kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan harus mampu memberikan proses pembelajaran yang baik. Proses
pembelajaran tidak terlepas dari media, metode, dan hasil belajar. Media dapat
digunakan sebagai sarana dalam memberikan materi pendidikan yang
disampaikan oleh guru kepada siswa. Sedangkan metode belajar mengatur pada
pengorganisasian bahan ajar dan strategi penyampaiannya. Selanjutnya hasil
belajar diukur dengan efektif dan efisien untuk mengetahui kemampuan dan minat
siswa terhadap mata pelajaran.
Permasalahan yang sering dihadapi dunia pendidikan adalah lemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, siswa lebih banyak
belajar secara teori. Pembelajaran di kelas lebih diarahkan pada kemampuan anak
untuk memahami materi pelajaran. Sedangkan teori yang dipelajari siswa kurang
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan siswa kurang
mengerti materi dari suatu pelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar, kehadiran
guru diharapkan dapat mengembangkan potensi dan kreativitas siswa. Sehingga
siswa tidak hanya mengetahui teori, namun bisa mempraktekannya guna untuk
masa yang akan datang dalam perkembangan zaman.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dan pembicaraan dengan
salah satu guru mata pelajaran IPA disekolah tersebut. Peneliti mengamati proses
pembelajaran dimana pembelajaran hanya terfokuskan pada siswa. Guru juga
menjelaskan materi secara langsung setelah itu meminta siswa untuk mengerjakan
soal memecahkan masalahnya sendiri. Minimnya media pembelajaran juga
disekolah tersebut menjadi salah satu faktor yang menjadikan pembelajaran
terlihat monoton, tidak ada keseruan dan guru tidak bisa mampu membangun

1
kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran dengan baik. Menurut
pengamatan peneliti guru juga kurang mengembangkan sistem pembelajaran jadi
mengakibatkan pembelajaran terlihat sangat monoton, beberapa siswa juga terlihat
tegang dalam proses pembelajaran.Dalam proses pembelajaran banyak mata
pelajaran yang diperoleh peserta didik, salah satunya ialah Ilmu Pengetahuan
Alam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) termasuk kedalam mata pelajaran yang
sifatnya abstrak karena sukar dijelaskan langsung kepada peserta didik. Salah satu
materi Ilmu Pengetahuan Alam yang masih sulit dipahami oleh siswayaitu materi
Gerak lurus. Untuk mempermudah materi pembelajaran tersebut, alat peraga dapat
menjadi solusi untuk mengambil hati peserta didik dalam pemahamannya
terhadap materi yang diberikan. Dengan alat peraga juga akan mengubah materi
yang awalnya bersifat abstrak menjadi nyata atau tidak abstrak
(Hermansyah,2016). Alat peraga juga dapat menggambarkan karakteristik dalam
proses pelaksanakan pembelajaran. Pendapat lainnya menyatakan bahwa
dibutuhkan suatu alat peraga sebagai pembantu dalam mengajar agar lebih efektif
(Nasution,n.d.). didukung oleh pendapat lain pula yang mengemukakan bahwa
anak didik lebih mudah mengerti pembelajaran apabila mengajar dengan alat
peraga (Sudjana, 2016).
Pembelajaran dapat dikatakan tercapai apabila tujuannya tersebut telah
berhasil dan terlaksana, maka pendidikan yang berkualitas pun bisa dicapai.
Penggunakan alat peraga bisa menjadi pendukungnya Tujuannya adalah agar
peserta didik mudah mempelajari, memahami serta dapat mengefektifkan ketika
proses pembelajaran berlangsung. Alat peraga juga merupakan salah satu
komponen penentu efektifitas belajar. Jika guru tidak memakai strategi dan
memanfaatkan alat peraga terkhusus pada mata pembelajaran IPA, peserta didik
akan kesulitan dalam menangkap dan memahami materi yang diberikan oleh
sehingga pencapaian tujuan pembelajaran tidak tercapai sepenuhnya (Hurit dan
Harmawati, 2019). Penggunaan alat peraga juga berfungsi untuk melatih siswa
untuk berpikir lebih kritis dan pembelajaran pun akan lebih menarik karena
peserta didik dapat melihat dan mengamati langsung peristiwa yang terjadi serta
bertambah pula pengalamannya (Rahayu, 2019).

2
Kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti disini adalah alat peraga
mempunyai peranan dalam tercapainya tujuan pembelajaran dengan alat peraga
guru dapat mengajarkan konsep IPA dengan benda nyata sehingga memudahkan
siswa memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Alat Peraga Pada
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Berbantuan Media Inquiri
Materi Gerak Lurus di SMP Negeri 13 Satar Mese.”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah alat peraga pembelajaran layak digunakan sebagai media
pembelajaran?
2. Apakah siswa tertarik atau aktif dalam pembelajaran saat diterapkan alat
peraga pembelajaran?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kelayakan alat peraga pembelajaran yang dikembangkan


sebagai media pembelajaran IPA.
2. Mengetahui keaktifan siswa pada pembelajaran dengan menggunakan alat
peraga IPA yang telah dikembangkan sebagai alat peraga pembelajaran
IPA.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan juga manfaat praktis Yaitu
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoristis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai referensi yang dapat menunjang untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan sebagai bahan dan sebagai masukan - masukan untuk penelitian-
penelitian yang akan datang mengenai alat peraga IPA. Khususnya bagi penelitian

3
yang akan mengembangkan alat peraga yang memadukan konsep IPA dan
kehidupan.
2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian dan pengembangan ini diharapkan mampu


memberikan manfaat yang baik bagi semua pihak diantaranya:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan peserta didik untuk


memperbaiki proses belajar dan mempermudah masalah kesulitan belajar
IPA pada materi Gerak lurus Beraturan dan Gerak Lurus Berubah
Beraturan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi untuk
guru IPA dalam memberikan pengajaran dengan menggunakan alat peraga
agar mampu meningkatkan minat belajar siswa pada materi IPA.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
sebagai alternatif peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas
belajar IPA dan dunia pendidikan pada umumnya.

1.5 Definisi Operasional Dan Batasan Penelitian


Adapun definisi operasional dan batasan penelitian sebagai berikut

1. Pengembangan adalah suatu usaha untuk atau proses dalam


mengembangkan sesuatu. Dalam hal ini berhubungan dengan pendidikan,
dalam artian pengembangan alat peraga yang bisa digunakan sebagai salah
satu alat bantu dalam menunjang pembelajaran.
2. Alat peraga IPA dapat diartikan sebagai seperangkat benda konkret yang
dirancang dan dibuat yang digunakan sebagai perantara untuk
menyampaikan materi IPA untuk membantu memahami konsep-konsep
atau prinsip-prinsip IPA. Dengan alat peraga, hal-hal yang abstrak dapat
disajikan secara konkret dan dapat dilihat, dipegang sehingga dapat lebih
mudah dipahami.
3. Penelitian ini hanya sebatas dalam pengembangan alat peraga
pembelajaran IPA yang dilakukan di Kelas VIII SMPN 13 Satar Mese.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengembangan
Menurut (Devi, 2018) menyatakan bahwa Pengembangan adalah kegiatan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori
ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi,
manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau
menghasilkan teknologi baru. Pengembangan secara umum bisa dikatakan sebagai
pola pertumbuhan, perubahan secara perlahan dan perubahan secara bertahap.
Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan perangkat pembelajaran
dalam hal ini adalah pengembangan alat peraga. Dengan tujuan untuk
mengembangkan perangkat alat peraga pembelajaran maka diperlukan model-
model pengembangan yang menunjang atau sesuai dengan sistem pendidikan.
Penelitian yang diarahkan untuk menghasilkan produk, desain dan proses seperti
ini didefinisikan sebagai sesuatu penelitian pengembangan Dalam konteks ini
adalah pengembangan alat peraga.
Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut (Sugiyono, 2018:407. Untuk menghasilkan produk tertentu digunakan
penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk
supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk
mengkaji keefektifan produk tersebut.
Terdapat sepuluh langkah dalam penelitian dan pengembangan
(Sugiyono,2018) sepuluh langkah tersebut sebagai berikut:
1) validasi desain
2) mengumpulkan informasi
3) desain produk
4) validasi desain

5
5) perbaikan desain
6) uji coba produk
7) revisi produk
8) uji coba pemakaian
9) revisi produk
10) pembuat produk masal.
Dalam penelitian dan pengembangan alat peraga IPA materi gerak lurus
ini menggunakan model pengembangan menurut (Sugiyono, 2018). Alasan
pemakaian model adalah tahap-tahap yang sistematis dan revisi dilakukan secara
bertahap. Tujuan penelitian pengembangan adalah ingin menilai perubahan-
perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.

2.1.2 Alat Peraga


Sebelum pengertian alat peraga perlu memahami dahulu pengertian media,
karena alat peraga merupakan media. Kata media berasal dari bahasa latin medius
yang secara harfiah berarti ”tengah”, ”perantara” atau ”pengantar”. Dalam bahasa
arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan. Jadi, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-
pesan pengajaran (Nurrita, 2018). Sebuah alat peraga bisa juga dikatakan media
pengajaran yang mengandung dan membawakan ciri-ciri dari konsep yang akan
hendak dipelajari. Angraeni (2021) menyatakan bahwa, Media memiliki peran
penting sebagai perantara dalam penyampaian materi pembelajaran, Media ini
merupakan komponen pembelajaran yang sangat signifikan, Penggunaan media
di dalam kelas dapat memberikan dampak positif yang sangat besar bagi proses
belajar siswa. Lebih lanjut, media pembelajaran merupakan fondasi penting yang
berfungsi sebagai pelengkap dan bagian vital dari keberhasilan proses
pembelajaran (Wulandari, Widyaningrum, & Arini, 2021). Proses belajar
mengajar pada dasarnya merupakan proses komunikasi sehingga media yang
digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran.
Sementara itu, (Kustandi & Darmawan, 2020) menyatakan bahwa
penggunaan media dalam pembelajaran merupakan proses belajar dan mengajar
yang dapat memicu keinginan dan minat siswa, memberikan motivasi dan

6
merangsang proses belajar, serta memberikan dampak psikologis bagi siswa.
Menurut (Yuliati, 2017), Media pembelajaran merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam menciptakan keefektifan proses pembelajaran. dari beberapa
pendapat yang telah dikemukakan media dapat diartikan segala sesuatu yang
digunakan untuk menyalurkan pesan merangsang pikiran untuk belajar. Dalam
keberadaannya media memiliki peran penting dalam pembelajaran karena sebagai
salah satu alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi kondisi belajar yang
ditata dan diciptakan oleh guru.
Penggunaan media sebagai alat bantu bukan saja dapat menarik minat
belajar siswa untuk mengikuti proses pengajaran dan pembelajaran dengan lebih
baik, tetapi juga membantu meningkatkan pemahaman pelajar dan memudahkan
pendidik menyampaikan ilmu. Sementara itu, Pambudi (2018) menyatakan bahwa
Penggunaan media dalam proses pembelajaran mampu mempengaruhi motivasi
belajar siswa. Diantaranya:
1. Membawa siswa kepada hal baru dan bervariasi dalam proses
pembelajaran.
2. memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih bermakna bagi.
3. Mendorong guru untuk memanfaatkan penggunaan barang bekas agar
lebih bermakna untuk proses pembelajaran yang mempengaruhi
meningkatnya hasil belajar.
4. Menjadikan siswa lebih aktif dan merasa senang dalam mengikuti
pembelajaran, karena siswa cenderung menyukai hal baru dalam
pembelajaran.
Menurut (Yuliati, 2017), Menyatakan bahwa Apabila dilihat dari
karakteristiknya siswa sekolah dasar pada umumnya berada pada tahap berpikir
operasional konkret, hal ini berdampak pada pemilihan media pembelajaran yang
akan digunakan yang mana pada pembelajaran hendaknya media yang digunakan
merupakan media konkrit yang dapat dioperasikan secara langsung sehingga
konsep yang dipelajari dapat lebih mudah diterima dan difahami oleh peserta
didik. Tetapi walaupun media menempati kedudukan yang sangat penting sebagai
salah satu sumber belajar, media tidak bisa menggantikan guru sepenuhnya,

7
artinya media dalam pembelajaran tanpa adanya guru adalah hal yang mustahil
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Karena dalam hal ini gurulah yang
bertugas memberikan bimbingan kepada siswa tentang apa yang harus dipelajari
dan bagaimana siswa mempelajari materi dari media yang ada.
Alat peraga menjadi salah satu faktor penting dalam membantu menunjang
proses pembelajaran didalam kelas. Sebagai salah satu media, alat peraga akan
menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
telah direncanakan oleh pengajar. Alat peraga memiliki peran yang sangat penting
dalam meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya yaitu: dapat memperjelas
bahan pengajaran yang disampaikan guru, dapat memberikan pengalaman nyata
kepada siswa, dan dapat merangsang cara berpikir siswa yang lebih kreatif dalam
belajar. Pelaksanaan pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru adalah
mengubah sikap dan pola pembelajaran yang dilakukan karena selama ini guru
cenderung menggunakan metode ceramah dan belum mampu menghasilkan serta
menggunakan alat peraga yang dapat menunjang proses pembelajaran yang
berkualitas dan menghasilkan siswa berprestasi.
Menurut (Pranata, 2016) Alat peraga dalam mengajar memegang peranan
penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang
efektif. Dalam pencapaian tujuan tersebut, alat peraga pemegang peranan yang
penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dapat dengan mudah dipahami
oleh siswa. Menurut (Jonimar, 2020), menyatakan bahwa Alat peraga adalah
semua atau segala sesuatu yang bisa digunakan dan dapat dimanfaatkan untuk
menjelaskan konsep-konsep pembelajaran dari materi yang bersifat abstrak atau
kurang jelas menjadi nyata dan jelas sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian serta minat para siswa yang menjurus kearah terjadinya proses
belajar mengajar. Alat peraga merupakan suatu alat yang dipakai untuk membantu
dalam proses belajar mengajar yang berperan besar sebagai pendukung kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Penggunaan alat peraga ini
mempunyai tujuan untuk memberikan wujud riil terhadap bahan yang dibicarakan
dalam materi pembelajaran. Menurut (Hutauruk, 2018) Menyatakan bahwa Alat
peraga digunakan untuk menerangkan konsep pembelajaran IPA yang berupa

8
benda nyata. Dengan alat peraga, guru dapat mengajarkan konsep IPA dengan
benda nyata sehingga memudahkan siswa memahami materi yang akan diajarkan.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah keterampilan
menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Munandar dalam (Rosidin, 2020)
Menyatakan bahwa, Kehadiran alat-alat peraga sangat membantu para guru dalam
pembelajaran IPA. Menurut Nana Sudjana dalam buku dasar-dasar proses belajar
mengajar yang dikutip dari (Hatauruk, 2018) ada enam fungsi pokok alat peraga
dalam proses belajar mengajar diantaranya:
1. Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar bukan merupakan
fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu
untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif
2. Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan
situasi mengajar
3. Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan
isi pelajaran
4. Alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan atau bukan
sekedar pelengkap
5. Alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat
proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap
pengertian yang diberikan guru
6. Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk
mempertinggi mutu belajar mengajar.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan diatas, alat peraga IPA
dapat diartikan sebagai seperangkat benda konkret yang dirancang dan dibuat
yang digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan materi IPA untuk
membantu memahami konsep-konsep atau prinsip-prinsip IPA. Dengan alat
peraga, hal-hal yang abstrak dapat disajikan secara konkret dan dapat dilihat,
dipegang sehingga dapat lebih mudah dipahami. Karena sering kali yang
menjadikan siswa kurang tertarik bahkan takut untuk belajar IPA karena banyak
materi IPA yang disajikan secara abstrak.

9
2.1.3 Pembelajaran IPA
Pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan “pe” dan
akhiran “an” yang memiliki arti proses. Belajar itu sendiri adalah sesuatu yang
kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Menurut
(Nurita, 2018), Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif permanen dan
dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan
atau direncanakan. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tiap individu
dalam seluruh proses pendidikan untuk memperoleh perubahan tingkah laku
dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap. pembelajaran dapat diartikan
sebagai kegiatan yang didalamnya terdapat proses mengajar, ,membimbing,
melatih, memberi contoh, dan mengatur secara memfasilitasi siswa dengan
berbagai hal agar terjadi peningkatan pengetahuan pengetahuan, pemahaman dan
tingkah lakunya sehingga tercapai tujuan pendidikan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu pembelajaran wajib
di sekolah dasar. Dengan belajar IPA siswa akan dapat mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar. Dalam membelajarkan IPA guru hendaknya juga melatih
keterampilan siswa untuk berproses (keterampilan proses) dan juga menanamkan
sikap ilmiah, misalnya rasa ingin tahu, jujur, bekerja keras, pantang menyerah dan
Terbuka (Nur Ngazizah,2017). Pembelajaran IPA sebagai subsistem pendidikan
nasional memberi kontribusi penting dalam pembentukan karakter peserta didik,
Karakter sebagai hasil dari pendidikan membawa arti penting dalam kehidupan
yang sesungguhnya di masyarakat (Sugiyono, 2017). Pendidikan IPA
menekankan pada pemberian pemahaman langsung dan kegiatan praktis untuk
mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam
sekitar serta ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu dan berbuat”
sehingga dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
IPA adalah suatu kumpulan kemampuan tersusun sistematis dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya
tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode
ilmiah dan sikap ilmiah. pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan ide-ide

10
siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungan
sekitarnya, membangun keterampilan yang diperlukan dan menimbulkan
kesadaran siswa bahwa pembelajaran IPA sangat perlu menjadi sangat perlu dan
penting untuk dipelajari. Pembelajaran IPA disekolah dasar seharusnya
difokuskan pada pengembangan kemampuan berpikir siswa dan keterlibatan siswa
secara aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA adalah hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan
dan konsep yang terstruktur tentang alam sekitar yang dialami dan diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan penyajian gagasan. Pembelajaran IPA di sekolah hendaknya
memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk menemukan sendiri
sebagai proses lebih lanjut mengembangkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.4 Gerak
2.1.4.1 pengertian Gerak

Dalam aktivitas kita sehari-hari, kita tidak pernah terlepas dari yang
namanya gerak. Kita berangkat dan pulang sekolah dikatakan bergerak. Menulis,
berjalan, berlari, bersepeda, olahraga dan aktivitas lainnya tidak lepas dari gerak.
Lalu apa yang dimaksud dengan gerak itu? Bilamanakah suatu benda dikatakan
bergerak? Bilamanakah suatu benda dikatakan tidak bergerak?
Gerak adalah perubahan posisi suatu objek yang diamati dari titik acuan.
Titik acuan yang dimaksud didefinisikan sebagai titik awal objek tersebut ataupun
titik tempat pengamat berada. Suatu benda dikatakan bergerak jika benda itu
mengalami perubahan kedudukan terhadap titik tertentu sebagai acuan. Jadi,
gerak adalah perubahan posisi atau kedudukan terhadap titik acuan tertentu. Gerak
juga dapat dikatakan sebagai perubahan kedudukan suatu benda dalam selang
waktu tertentu. Untuk lebih memahami mengenai titik acuan perhatikan gambar
ilustrasi berikut ini.

11
Gambar 2.1 titik acuan. Sumber Neny Else Josephine, 2020

Pada suatu hari sodik berangkat dari rumah menuju ke pasar untuk
membeli buah-buahan. Jika kita tinjau gambar ilustrasi di atas, terdapat dua titik
acuan yaitu rumah sebagai titik acuan 1 dan pasar sebagai titik acuan 2. Jika kita
menggunakan rumah sebagai titik acuan, maka sodik dikatakan bergerak menjauh
dari titik acuan sedangkan jika kita menganggap pasar sebagai titik acuan maka
sodik dikatakan bergerak mendekati titik acuan. Berbeda halnya dengan peristiwa
berikut, orang berlari di mesin lari fitnes (mesin kebugaran), anak yang bermain
komputer dan lain sebagainya. Apakah mereka mengalami perubahan posisi atau
kedudukan dalam selang waktu tertentu? Kegiatan tersebut tidak mengalami
perubahan posisi atau kedudukan karena kerangka acuannya diam. Penempatan
kerangka acuan dalam peninjauan gerak merupakan hal yang sangat penting,
mengingat gerak dan diam itu mengandung pengertian yang relatif. Sebagai
contoh, ada seorang yang duduk di dalam kereta api yang sedang bergerak, dapat
dikatakan bahwa orang tersebut diam terhadap kursi yang didudukinya dan
terhadap kereta api tersebut, namun orang tersebut bergerak relatif terhadap
stasiun maupun terhadap pohon-pohon yang dilewatinya.

2.1.4.2 posisi dan kedudukan


Posisi merupakan besaran vektor yang menyatakan kedudukan suatu
benda terhadap titik acuan. Kedudukan tersebut dinyatakan dalam besar dan
arah.

12
Gambar 2.2: sumber Neny Else Josephine, 2020

Untuk lebih memahami pengertian dan posisi perhatikan Pada gambar di


atas. Jika titik A sebagai acuan maka Posisi C = -6 meter dari A Jika titik A
sebagai acuan maka Posisi B= 4 meter dari A Sebuah benda dikatakan bergerak
jika posisinya telah berubah terhadap titik acuan.
2.1.4.3 Jarak dan Perpindahan
Jarak dan perpindahan mempunyai pengertian yang berbeda. Misalkan
Kira berjalan ke barat sejauh 4 km dari rumahnya, kemudian 3 km ke timur.
Berarti Kira sudah berjalan menempuh jarak 7 km dari rumahnya, sedangkan
perpindahannya sejauh 1 km (Gambar 3a). Berbeda halnya dengan contoh berikut.
Seorang siswa berlari mengelilingi lapangan satu kali putaran. Berarti ia
menempuh jarak sama dengan keliling lapangan, tetapi tidak menempuh
perpindahan karena ia kembali ke titik semula (Gambar 3b). Perhatikan gambar
dibawah ini:

Gambar 2.3: sumber Neny Else Josephine, 2020

Contoh lain, perhatikan gambar 3c, Rama bergerak ke utara sejauh 4 km


kemudian berbelok ke timur sejauh 3 km, lalu berhenti. Berapa jarak yang

13
ditempuh Rama? Berapa pula perpindahannya? Jadi jarak yang ditempuh adalah 7
km. Sedangkan perpindahannya adalah 5 km. perhatikan gambar diatas: untuk
menghitung jarak langsung dijumlahkan saja antara bergeraknya dari utara dan
timur. Sedangkan untuk perpindahan itu mencari seberapa jauh titik awal dan titik
pemberhentiannya rama, kasus ini bisa digunakan rumus phytagoras, hasilnya 5
km.
a. Jarak (distance) merupakan panjang seluruh lintasan yang ditempuh suatu
objek yang bergerak. Jarak hanya memiliki nilai.
b. Perpindahan (displacement) merupakan panjang lintasan lurus yang diukur
dari posisi awal dan posisi akhir dari objek tersebut. Perpindahan memiliki
nilai dan arah.

2.1.4.4 Gerak Lurus

Gerak lurus termasuk gerak translasi, yakni gerak suatu objek yang
bergerak tanpa berotasi. Dinamakan gerak lurus karena karena lintasannya berupa
garis lurus. Contoh dapat kita lihat pada mobil yang bergerak maju, gerakan pada
buah apel yang jatuh dari pohonnya, dan pada setiap objek yang bergerak pada
lintasan lurus.
Gerak ini dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan ada dan tidak adanya
percepatan, yakni gerak lurus beraturan (GLB) dan gerak lurus berubah
beraturan(GLBB).
a. Gerak Lurus Beraturan
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus yang memiliki kecepatan
yang tetap karena tidak adanya percepatan pada objek. Jadi, nilai percepatan
pada objek yang mengalami GLB adalah nol (a = 0). Cara mencari nilai
kecepatan pada objek yang mengalami gerak lurus beraturan (GLB) memakai
persamaan sama seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya diatas. Berikut
ditampilkan rumus dari gerak lurus beraturan,

14
𝑠
𝑣= (1)
𝑡

Yang artinya:
𝑠𝑝𝑎𝑐𝑒
𝑣𝑒𝑙𝑜𝑐𝑖𝑡𝑦 =
𝑡𝑖𝑚𝑒
Keterangan:
V = kecepatan (km/jam atau m/s)
S =perpindahan, pada soal-soal tertentu juga biasanya disebut sebagai
jarak tempuh (km atau m)
t = selang waktu atau waktu tempuh (jam, sekon)

b. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)


Gerak lurus berubah beraturan (GBB) adalah gerak suatu benda pada
lintasan dengan kecepatan benda berubah secara beraturan dan mengalami
percepatan tetap setiap waktu. Pada gerak lurus berubah beraturan percepatan
yang dimiliki benda adalah tetap setiap, sedangkan kecepatannya berubah
beraturan. Gerak lurus berubah beraturan ada dua macam yaitu
1. GLBB dipercepat
2. GLBB diperlambat
Suatu benda dikatakan melakukan gerak lurus berubah beraturan
dipercepat apabila kecepatannya makin lama bertambah besar, sedangkan
sebuah benda dikatakan melakukan gerak lurus berubah beraturan diperlambat
apabila kecepatannya makin lama makin berkurang sehingga pada suatu saat
benda itu menjadi diam (berhenti bergerak).
Terdapat beberapa rumus untuk menentukan gerak lurus berubah beraturan
diantaranya:
1. Persamaan kecepatan GLBB
V1 = Vo + a.t (2)
Keterangan:
Vo = kecepatan awal (m/s
V1 = kecepatan akhir (m/s)
a = percepatan (m/s2)

15
t = selang waktu (s)
2. Persamaan Jarak GLBB
S = v0 t ½ + a.t2 (3)
Keterangan:
S = Jarak yang ditempuh (m)
Vo = kecepatan awal (m/s
a = percepatan (m/s2)
t = selang waktu (s)

2.1.5 model pembelajaran inquiri


A. Pengertian Model Pembelajaran Inquiri

model pembelajaran inquiri merupakan model pembelajaran yang berbasis


aktivitas, sehingga dapat mengaktifkan proses belajar siswa. Melalui model
pembelajaran inquiri akan membantu mengembangankan keterampilan berfikir
kritis dan kreatif, sekaligus melatih keterampilan berkolaborasi secara terbuka
bagi peserta didik. Menurut (Budiyono, 2016). Model pembelajaran inkuiri
merupakan pembelajaran yang menuntut siswa untuk mampu merencanaka dan
melakukan experimen, mengumpulkan dan menganalisis data serta menarik
kesimpulan yang berorientasi memecahkan masalah. Sehingga dengan proses
inkuiri tersebut siswa terlibat aktif dalam memecahkan suatu permasalahan yang
diberikan oleh guru. Proses pembelajaran ini dikembangkan agar peserta didik
dapat terlibat secara aktif dalam proses pengamatan, menanya, mencoba,
mengolah data dan menyajikan, serta menyimpulkan atau bahkan menciptakan
suatu inovasi baru. Menurut (Ketut et al., 2022)mengakatan bahwa Penggunakan
model inquiri, para siswa mendeskripsikan objek dan peristiwa, mengajukan
pertanyaan, membangun penjelasan, menguji penjelasannya terhadap pengetahuan
ilmiah mutakhir, dan mengomunikasikan gagasannya kepada yang lain.
Penerapanmodel pembelajaran inquiri ini sangat penting diterapkan dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan.Menurut (Efendi & Wardani, 2021)Model
pembelajaran Inquiry Learning merupakan model pembelajaran yang menekankan
peserta didik untuk mencari tahu dan membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini

16
juga didukung oleh pendapat dari (Salam, 2017)yang mengakatan bahwa model
pembelajaran Inkuirimenciptakan pengalamankonkret dan pembelajaran aktif
yangmendorong danmemberikan ruangkepada siswa untuk mengambil
inisiatifdalammengembangkan keterampilanpemecahan masalah,
pengambilankeputusan dan penelitian, sehinggamemungkinkan mereka menjadi
pelajar. Model Inquiry merupakan strategi pembelajaran yang merangsang,
mengajarkan, dan mengajak siswa untuk berpikir kritis, analitis, dan sistematis
dalam rangka menemukan jawaban secara mandiri dari berbagai permasalahan
yang diutarakan. Untuk itu dalam penelitian kali peneliti memilih untuk
menggunakan model pembelajaran inquiri dikarenakan model ini cocok
digunakan sebagai media yang dapat mendukung terciptanya pembelajaran yang
optimal pada saat pembelajaran menggunakan alat peraga.

B. Langkah-Langkah Dalam Model Pembelajaran Inquiri


Selama melaksanakan pembelajaran berbasis inkuiri, guru dapat
menerapkan langkah-langkah berikut sebagai bentuk model pembelajaran yang
disebut model pembelajaran inkuiri.

1. Orientasi Terhadap Masalah


Beragam cara dan variasi dapat dilakukan guru agar dapat
mengorientasikan siswa kepada suatu permasalahan. Seringkali siswa tidak
menyadari pada suatu keadaan atau fenomena sesungguhnya terdapat suatu
permasalahan, atau sesuatu yang dapat dijadikan pertanyaan untuk dipelajari
secara lebih mendalam. Untuk mengorientasikan siswa terhadap masalah ini, guru
harus memiliki kreativitas sehingga stimulus atau rangsangan yang diberikan
benar-benar menarik bagi siswa. Rasa ingin tahu akan suatu hal akan
membimbing siswa terhadap suatu permasalahan untuk dipelajari bersama-sama
di kelas atau kelompoknya.

2. Merumuskan Masalah
Ketika rangsangan atau stimulus yang diberikan oleh guru bekerja dengan
baik, maka dalam pemikiran siswa akan muncul pertanyaan-pertanyaan dan

17
permasalahan-permasalahan yang akan menjadi basis dan tujuan pembelajaran
tersebut. Jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa belum memenuhi
harapan guru, maka gurupun dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang akan
mengarahkan siswa pada "pertanyaan besar dan penting" yang seharusnya
menjadi tujuan pembelajaran itu. Memang tidaklah mudah bagi siswa untuk
merumuskan permasalahan secara baik jika mereka belum terbiasa dan terlatih.
Tetapi, memang seharusnyalah guru berusaha membuat mereka untuk memiliki
kemampuan ini. Kemampuan merumuskan masalah dalam pembelajaran inkuiri
sangat penting sebagai titik awal pembelajaran siswa.Pertanyaan dan
permasalahan yang baik akan membuat siswa benar-benar belajar, sehingga
mereka akan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang apa yang
dipelajari.

3. Mengajukan Hipotesis
Selanjutnya, setelah siswa merumuskan masalah yang ingin dipelajari,
mereka kemudian diajak untuk bersama-sama merumuskan hipotesis. Perumusan
hipotesis didasarkan pada informasi-informasi yang selama ini telah mereka
miliki. Hipotesis ini nantinya harus diuji kebenarannya. Untuk melanjutkan
sampai tahap ini, tentunya terlebih dahulu siswa harus mengumpulkan data atau
informasi-informasi yang dibutuhkan dan relevan.

4. Mengumpulkan Informasi (Data)


Pengumpulan informasi ini juga merupakan tahapan yang sangat penting.
Pada tahap keempat model pembelajaran inkuiri ini, siswa bersama kelompoknya
harus mengumpulkan sebanyak dan selengkap mungkin data dan informasi yang
dibutuhkan. Siswa dan kelompoknya juga harus memilah-milah informasi dan
data mana yang relevan dengan tujuan atau pemecahan masalah mereka.
Informasi dan data dikumpulkan dengan beragam metode dan sumber data yang
mungkin. Guru bukanlah sumber informasi utama, tetapi lebih berperan sebagai
fasilitator sehingga semua kebutuhan siswa dan kelompoknya untuk
mengumpulkan data dan informasi yang lengkap dapat berjalan dengan baik.
Siswa akan lebih banyak membaca secara mandiri, mengumpulkan bahan-bahan

18
yang dibutuhkan dari internet, melakukan eksperimen-eksperimen kecil dan
sebagainya.

5. Menguji Hipotesis
Setelah berkutat dengan beragam sumber belajar (sumber informasi) yang
tersedia dan sumber data yang ada, siswa kemudian akan diajak untuk memproses
data dan informasi yang diperoleh. Mereka dapat belajar mengorganisasikan data
ke dalam tabel-tabel, daftar-daftar, atau ringkasan yang akan mempermudah
mereka dalam menguji kebenaran hipotesis yang telah mereka susun dilangkah
sebelumnya. Di sini mungkin saja terjadi semacam perbedaan antara informasi
yang baru mereka peroleh dengan informasi yang telah mereka miliki
sebelumnya.Prosesberpikir kreatif, kritis, dan analitis akan dibutuhkan di tahap
ini, sehingga mereka dapatmenguji hipotesis.

6. Menyimpulkan
Pada akhir langkah model pembelajaran inkuiri, siswa kemudian akan
dapat membuat kesimpulan mereka masing-masing tentang hasil pengujian
hipotesis yang telah dilakukan. Bisa saja dari pembelajaran yang baru mereka
lakukan mereka ternyata mendapati bahwa informasi lama yang telah mereka
sebenarnya informasi yang keliru, atau dapat pula sebaliknya, di mana informasi
baru yang mereka peroleh semakin memperkuat informasi yang telah mereka
miliki itu. Atau dengan kata lain, mereka dapat lebih dalam memahami hal
tersebut dibanding sebelumnya.
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri ini
memungkinkan siswa mempunyai kedalaman pemahaman akan suatu hal yang
mereka pelajari, dan ini terjadi secara kontruktif di mana mereka membangun
sendiri pengetahuan baru di atas fondasi pengetahuan yang sebelumnya telah
mereka punyai.

19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan


pengembangan (Researct and Development) dengan model pengembangan
IDDIE. Menurut Robert Maribe Branch landasan filosofi pendidikan
penerapan ADDIE harus bersifat Student Center, Inovatif, otentik dan
inspiratif. Tahap-tahap proses dalam model ADDIE memiliki kaitan satu sama
lain, oleh karena itu penggunaan model ini perlu dilakukan secara bertahap
dan menyeluruh untuk menjamin terciptanya suatu produk pembelajaran yang
efektif.

Langkah penelitian dan pengembangan alat peraga IPA ini dapat dilihat pada
gambar 3.1.

Analisis Rancangan Pengembangan


(Analysis) (Desain) (Developmend)

Evaluasi Penerapan
(Evaluation) (Implementation)

Gambar 3.1 langkah-langkah model ADDIE Robert Maribe Branch

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai selesai. Bertempat di


SMPN 13 Satar Mese pada tahun ajaran 2023/2024.

20
3.3 Prosedur Penelitian

Langkah–langkah yang ditempuh dalam penelitian ini sesuai dengan alur


kerja Model Pengembangan ADDIE.

3.3.1 Analisis (Analysis)

Penelitian ini akan diawali dengan tahap analisis (analysis), Tahap


analisis ini dilakukan untuk mengetahui masalah atau kekurangan yang ada
dalam pembelajaran IPA di SMPN 13 Satar Mese. Dalam tahap analisis
peneliti melakukan observasi atau pengamatan secara langsung guna
mengetahui permasalahan di sekolah yang menjadi tujuan penelitian.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dan pembicaraan dengan
salah satu guru mata pelajaran IPA disekolah tersebut. Peneliti mengamati
proses pembelajaran dimana pembelajaran hanya terfokuskan pada siswa.
Guru juga menjelaskan materi secara langsung setelah itu meminta siswa
untuk mengerjakan soal memecahkan masalahnya sediri. Minimnya media
pembelajaran juga disekolah tersebut menjadi salah satu faktor yang
menjadikan pembelajaran terlihat monoton, tidak ada keseruan dan guru tidak
bisa mampu membangun kemampuan siswa dalam memahami materi
pembelajaran dengan baik. Menurut pengamatan peneliti guru juga kurang
mengembangkan sistem pembelajaran jadi mengakibatkan pembelajaran
terlihat sangat monoton, beberapa siswa juga terlihattegang dalam proses
pembelajaran. mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara mencari
informasi dari guru dan siswa tentang pelaksanaan pembelajaran IPA. Data ini
diperlukan untuk memperkaya informasi dalam menyusun rancangan
(Desain).

3.3.2 Rancangan (Desain)

Kegiatan rancangan (Desain) dalam model penelitian pengembangan


ADDIE bertujuan untuk membuat model yang mendasari proses
pengembangan alat peraga yang hendak dikembangkan. produk pada
penelitian ini adalah desain alat peraga IPA dengan tema gerak lurus di SMP.

21
3.3.3 Pengembangan (Development)

Pada tahap pengembangan ini merupakan tahapan lanjutan dari tahap


desain yang masih bersifat kerangka konseptual penerapan produk baru yang
hendak dikembangkan. Kerangka yang masih konseptual tersebut selanjutnya
direalisasikan menjadi menjadi produk yang siap untuk diterapkan.
Selanjutnya, sebelum diimplementasikan kepada siswa, terlebih dahulu
divalidasi oleh pakar. Validasi produk merupakan proses kegiatan untuk
menilai apakah produk, dalam hal ini alat peraga Pembelajaran IPA valid atau
layak menurut pakar. Pakar yang akan memvalidasi dan mengevaluasi alat
peraga pembelajaran IPA terdiri dari dua pakar yaitu dosen Pendidikan Fisika
Undana.

3.3.4 Penerapan (Implementation)

Setelah melakukan pengembangan alat peraga kemudian divalidasi


oleh pakar dan dinyatakan layak, Selanjutnya diuji cobakan ke siswa Sekolah
Dasar guna mengetahui kelayakan alat dan hasil belajar siswa selama
diterapkan alat peraga pembelajaran yang telah dikembangkan. subyek yang
digunakan pada uji coba kali ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 13
Satar Mese Tahun Ajaran 2023/2024. Untuk mengukur keaktifan siswa maka
digunakan Metode Observasi.

3.3.5 Evaluasi (Evaluation)

Tahap terakhir dalam proses pengembangan dalam penelitian ini


adalah evaluasi terhadap produk dalam hal ini alat peraga pembelajaran gerak
lurus. Robert Maribe Brance menyatakan bahwa tujuan dari tahap evaluasi
ini, untuk melihat atau menaksir kualitas produk pembelajaran dan proses
yang keduanya dapat dilakukan sebelum dan sesudah implementasi.

Pada tahap ini alat peraga pembelajaran akan dievaluasi kelebihan


maupun kekurangannya. Untuk mengetahui kelebihan maupun kekurangan
alat peraga pembelajaran ini, dilakukan dengan membagikan angket respon

22
peserta didik. Penilaian angket respon peserta didik terhadap penggunaan alat
peraga ini dilakukan siswa dengan menjawab pertanyaan yang telah
disediakan oleh peneliti, kemudian dari hasil tersebut akan dihitung
menggunakan skala Likert.

3.4 Istrumen Penelitian

3.4.1 Lembar Validasi/Kelayakan Alat Peraga

Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang penilaian


pakar terhadap alat peraga IPA. Hasil ini yang digunakan sebagai dasar untuk
mengetahui kelayakan alat peraga IPA tersebut.

3.4.2 Angket

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap


kegiatan pembelajaran dengan alat peraga. Pengisian angket dilakukan setelah
berakhirnya seluruh kegiatan pembelajaran.

3.4.3 Lembar Observasi

Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas dan


keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan alat peraga IPA
yang dibuat tersebut. Lembar Observasi inilah yang digunakan untuk dapat
menilai sejauh mana siswa tertarik dan aktif dalam mengikuti pembelajaran.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara,


terksusus untuk penelitian pegembangan ini menggunakan tektik
pengumpulan datanya menggunakan Kuesioner (angket) dan Observasi.

Kuesioner/Angket merupakan teknik pengumpulan data yang


dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang

23
akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan responden. Selain itu,
kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan
tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan
tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau
dikirim melalui pos atau internet (Sugiyono, 2018: 199). Observasi adalah
teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan. Observasi ini
digunakan dengan tujuan untuk dapat mengamati keaktifan siswa selama
proses penelitian berlangsung, pengamatan yang akan dilakukan langsung oleh
peneliti akan digunakan dalam data observasi, sebagai hasil penilaian
keaktifan siswa.

3.6 Teknik Analisis Data


Data-data yang dianalisis digunakan data sebagai berikut:

3.6.1 Data Non Tes


Data-data non tes ini meliputi

1. Lembar validasi/kelayakan alat peraga IPA


2. Angket tanggapan siswa
3. Lembar observasi aktivitas siswa

Data-data tersebut akan dianalisis menggunakan perhitungan dengan


menggunakan skala Likert. Skala likert merupakan skala untuk mengukur
persepsi, sikap atau pendapat seseorang/kelompok terhadap suatu peristiwa/
fenomena sosial, sesuai dengan definisi operasional yang telah ditentukan oleh
peneliti. Skala likert disusun sebagai berikut :

24
1. Menentukan pilihan angka skor likert
Tabel 3.1 Penentuan pilihan angka skor likert

Kriteria Skor

Sangat setuju 5

Setuju 4

Kurang setuju 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

2. Rumus perhitunganya
T x Pn (4)
Keterangan :
T = total responden
Pn = pilihan angka skor likert
3. Mencari hasil hasil interpretasi, penilaiannya dengan rumus sebagai
berikut :
Y = skor tertinggi likert x jumlah responden
X = skor terendah likert x jumlah responden
4. Setelah memperoleh hasilnya, kemudian diuji dengan dengan rumus :
Rumus Indeks % = Total skor/Y x 100% (5)
Namun sebelum masuk dalam rumus diatas perlu mengetahui dahulu
interval dan interpretasi persen untuk mengetahui penilaian
menggunakan metode Interval skor persen (I), sebagai berikut

I = 100/total skor(likert ) (6)

Maka = 100/5 = 20

Hasil (I) =20, merupakan interval jarak 0% sampai 100%

Jadi didapatkan kriteria interpretasi skor berdasarkan interval yang


sudah dicari tersebut, yaitu :

25
Tabel 3.2 kriteria persentase skor penilaian

Kriteria
Interval % Skor Validasi Oleh Tanggapan Observasi
Pakar Siswa Aktivitas Siswa
80% - 100% Sangat layak Sangat baik Sangat aktif
60% - 79,99% Layak Baik Aktif
40% - 59,99% Kurang layak Kurang baik Kurang aktif
20% - 39,99% Tidak layak Tidak baik Tidak aktif
0% - 19,99% Sangat tidak layak Sangat tidak baik Sangat tidak aktif
5. Penyelesaian akhirnya menjadi :

Total Skor/Y x 100 (7)

26
DAFTAR PUSTAKA

Afriyanto, R. P. W. (2017). MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR


IPA SISWA KELAS VIII MTs. YAPPI JETIS SAPTOSARI GUNUNGKIDUL
MELALUI PENGGUNAAN MEDIA ALAT PERAGA IPA Rahman. 4(1), 34–41.

Aini, Nurul; Uska, Muhammad Z; Wirasasmita, R. H. (2018). PENGEMBANGAN


MOBILE LEARNING BERBASIS ANDROID PADA MATA PELAJARAN
JARINGAN DASAR. 2, 34–41.

Anggraeni, S. W., Alpian, Y., Prihamdani, D., & Winarsih, E. (2021). Pengembangan
Multimedia Pembelajaran Interaktif Berbasis Video untuk Meningkatkan Minat
Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(6), 5313–5327.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1636

Devi, Anggit S; Maisaroh, S. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Buku Pop-


Up Wayactrng Tokoh Pandhawa pada Mata Pelajaran Bahasa Jawa Kelas V SD.
JURNAL PGSD INDONESIA, 3(2).

Efendi, D. R., & Wardani, K. W. (2021). Komparasi Model Pembelajaran Problem Based
Learning dan Inquiry Learning Ditinjau dari Keterampilan Berpikir Kritis Siswa di Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 5(3), 1277–1285. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i3.914

Ketut, N., Muliastrini, E., Nyoman, N., Handayani, L., Agama, S., Amlapura, H., Mpu, S.,
Singaraja, K., & Com, E. (2022). Pengaruh Model Inquiri terhadap Literasi Sains dan Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 4 Sangsit. 13(2). https://e-journal.stkip-amlapura.ac.id

Hermansyah, A. K. (2016). MEDIA PEMBELAJARAN PENGANTAR POLA PIKIR


GLOBAL. Instructional Media As Conductor To Global Mindset. Prosiding
Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP
Dengan Pusat Studi Lingkungan Dan Kependudukan (PSLK) Universitas
Muhammadiah Malang, 198-212.

Jonimar. (2020). Pemanfaatan Alat Peraga IPA Untuk Meningkatkan Kemampuan

27
Guru dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Indonesian Science Education
Journal, 1(2), 69–84.

Nasution. (n.d.). (2016). Didaktik Asas-Asas mengajar. Remaja Rosdakarya.


https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf

Nurrita, T. (2018). Kata Kunci : Pengembangan Media Pembelajaran untuk


Meningkatkan HAsil Belajar Siswa. 03, 171–187.

Oktafiani, P., Subali, B., & Edie, S. S. (2017). Pengembangan Alat Peraga Kit Optik
Serbaguna ( AP-KOS ) untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains The
Development of Multipurpose Optical Kit Learning Aid for Enhancing Students ’
Science Process Skills Keywords : learning aid , multipurpose optic kit. Jurnal
Inovasi Pendidikan IPA, 3 (2) 2017-190, 3(2), 189–200.

Pambudi, B., Efendi, R. B., Novianti, L. A., Novitasari, D., & Ngazizah, N. (2019).
Pengembangan Alat Peraga IPA dari Barang Bekas untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar dan Pemahaman Siswa Sekolah Dasar. Indonesian Journal of Primary
Education, 2(2), 28. https://doi.org/10.17509/ijpe.v2i2.15097

Pratiwi, S. N., Cari, C., & Aminah, N. S. (2019). Pembelajaran IPA Abad 21 dengan
Literasi Sains Siswa. Jurnal Materi Dan Pembelajaran Fisika, 9, 34–42.

Rahayu, D. P. (2019). Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Materi Bangun Datar Di Kelas III Sekolah Dasar.
Musamus Journal of Primary Education, 061-
072.Https://Doi.Org/10.35724/Musjpe.v 1 I2. 1464, v 1 i2. 14, 061-072.
https://core.ac.uk/download/pdf/267023797.pdf

Rosidin, Undang; Maulina Dina; Suane, W. (2020). Pelatihan Pengelolaan


Laboratorium Dan Penggunaan Alat Peraga IPA Bagi Guru- Guru IPA Di
SMP/MTS Se-Kota Bandar Lampung. 4(1), 52–60.

Salam, R. (2017). MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN IPS. 2(1),
8.

28
Salam, R. (2017). MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL DALAM
PEMBELAJARAN IPS. 2(1), 8.

Sasmita, D. H., Utami, W. S., & Budiyanto, E. (2021). Pengembangan Media


Pembelajaran Berbasis Android Untuk Pembelajaran Geografi SMA KELAS X
DI SURABAYA. Jurnal Education and Development Institut Pendidikan
Tapanuli Selatan, 4(2), 621–631.

Sugiyono, T., Sulistyorini, S., & Rusilowati, A. (2017). Pengembangan Perangkat


Pembelajaran IPA Bervisi Sets dengan Metode Outdoor Learning untuk
Menanamkan Nilai Karakter Bangsa Abstrak. 6(1), 8–20.

Wulandari, D. (2018). PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN


INTERAKTIF BERBASIS E-BOOK PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN
UNTUK SMP KELAS VIII. Pendidikan, 63(2), 135.
http://forschungsunion.de/pdf/industrie_4_0_umsetzungsempfehlungen.pdf%0Aht
tps://www.dfki.de/fileadmin/user_upload/import/9744_171012-KI-Gipfelpapier-
online.pdf%0Ahttps://www.bitkom.org/ sites/default/files/ pdf/Presse/Anhaenge-
an-PIs/ 2018/180607 -Bitkom-KPM
Yulianti, Yu. (2017). Literasi Sains dalam Pembelajaran IPA. Jurnal Cakrawala
Pendas, 3(2), 21–28.

29

Anda mungkin juga menyukai