Anda di halaman 1dari 55

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF

DENGAN SOFTWARE POWERPOINT TERHADAP KEAKTIFAN


SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
KRISTEN DI KELAS X SMA NEGERI 1
LABUHAN DELI TA 2022/2023

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi


Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Agama Kristen (S.Pd.)

OLEH:
HOTMA ULI PASARIBU
NIM : 1902026

PROGRAM SARJANA
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PAULUS MEDAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I: PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
1.2. Identifikasi Masalah....................................................................... 5
1.3. Pembatasan Masalah...................................................................... 5
1.4. Perumusan Masalah....................................................................... 5
1.5. Tujuan Penelitian........................................................................... 5
1.6. Manfaat Penelitian......................................................................... 5
1.7. Sistematika Penulisan.................................................................... 5

BAB II: LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL.... 1


2.1. Landasan Teori............................................................................. 6
2.1.1. Pengaruh Pembelajaran Interaktif Power Point............................. 8
2.1.2. Pengertian Media........................................................................... 9
2.1.3. Jenis-Jenis Media Pembelajaran..................................................... 8
2.1.4. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran....................................... 9
2.1.5. Manfaat Media Pembelajaran......................................................... 8
2.1.6. Pengertian Media Presentasi Power Point..................................... 9
2.1.7. Keunggulan dan Kelemahan Media Presentasi Power Point.......... 8
2.1.8. Membuat Media Presentasi Power Point...................................... 9
2.1.9. Keaktifan Belajar Siswa................................................................ 9
2.1.9.1 Pengertian Keaktifan.............................................................. 21

iii
2.1.9.2 Macam-Macam Keaktifan Belajar.......................................... 21
2.1.9.3 Prinsip-Prinsip Keaktifan Belajar........................................... 21
2.1.9.4 Indikator Keaktifan Belajar.................................................... 21
2.1.10. Pendidikan Agama Kristen.......................................................... 22
2.1.10.1 Pengertian Pendidikan Agama Kristen (PAK)..................... 21
2.1.10.2 Hakikat Pendidikan Agama Kristen (PAK).......................... 21
2.1.10.3 Tujuan Pendidikan Agama Kristen (PAK)........................... 21
2.2. Kerangka Konseptual..................................................................... 34

BAB III: METODE PENELITIAN........................................................... 1


3.1. Metode Penelitian......................................................................... 1
3.2. Lokasi Penelitian........................................................................... 1
3.3. Populasi dan Sampel..................................................................... 1
3.4. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 1
3.5. Teknik Analisis Data.................................................................... 1

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 1

iv
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keaktifan belajar siswa pada saat proses belajar mengajar sangat perlu

diperhatikan.Keaktifan siswa menunjukkan keberhasilan guru dalam mengajar

karena materi atau pebelajaran yang di sampaikan kepada siswa dapat

dipahami dan mereka dapat kuasai sehingga akan mempengaruhi hasil belajar

mereka.Siswa tidak cukup hadir kesekolah hanya mengisi absen,duduk diam,

mendengar,mencatat tetapi juga harus mampu memberikan respon yang baik

saat proses belajar mnegajar. Siswa diharapkan aktif dalam belajar Pendidkan

Agama Kristen karena sangat berdampak pada ingatan siswa tentang materi

yang telah diajarkan.Keaktifan belajar siswa dapat kita lihat ketika siswa

tersebut sering bertanya, mampu memberikan pendapat saat guru bertanya,

juga saat berdiskusi dengan teman kelompoknya siswa dapat memberikan ide-

ide yang baik.

Perkembangan belajar siswa tidak selalu berjalan baik dan memberikan

hasil yang diharapkan. Ada banyak faktor yang membuat siswa tidak aktif

dalam mengikuti pembelajaran sehingga mempengaruhi rendahnya nilai siswa

tersebut salah satunya siswa kurang paham terhadap materi yang disampaikan

karena guru kurang memanfaatkan media pembelajaran interaktif software

power point dan faktor lainya siswa kurang persiapan dalam pembelajaran

sehingga terlihat tidak aktif selama pembelajaran,siswa lebih memilih berdiam

diri dan menjadi pasif saat proses pembelajaran berlangsung, kurangnya


2

kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat saat berdiskusi dengan teman

kelompok pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen.

Dalam kegiatan pembelajaran, siswa cenderung hanya mengandalkan

buku ajar sehingga akibatnya pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan

baik, beberapa siswa kurang memahami materi dan mengakibatkan mereka

cepat jenuh, kurang aktif, dan kurang kreatif sehingga tujuan pembelajaran

tidak tercapai sesuai yang diharapkan. Jadi peran guru sangat penting dalam

menumbuhkan keaktifan belajar siswa pada saa t proses pembelajaran. Tidak

menutup kemungkinan guru sering mengalami kendala dalam mengajar,namun

perlu diapresisasi guru tidak pernah menyerah untuk memeberikan yang terbaik

bagi siswa. Diperkembangan zaman ini guru harus memanfaatkan teknologi

yang ada sebagai media pembelajaran yang interaktif untuk menciptakan

keaktifan siswa. Adapun banyak jenis media teknologi,salah satunya yang pada

umumnya digunakan adalah media Microsoft power point. Microsoft Power

Point merupakan salah satu produk Microsoft Coorporation dalam program

aplikasi presentasi yang paling sering digunakan saat ini.

Pada umumnya sekolah masih banyak yang hanya mementingkan aspek

kognitif saja tanpa memandang permasalahan belajar siswa. Pembelajaran

seperti itu akan membuat siswa semakin jenuh dan malas dalam mengikuti

proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Pengalaman saya saat PPL

selama dua bulan yang telah berlangsung dalam mengajar siswa kelas X di

SMA Negeri 1 Labuhan Deli ketika saya menggunakan teknologi yaitu laptop

dan proyektor, adapun media pembelajaran yang saya gunakan yaitu sofware

power point. Media ini tidak asing lagi kita dengar yang dilengkapi dengan
3

berbagai macam didalamnya seperti gambar, video, grafik, animasi dan lain-

lain. Saya mulai melihat ada perbandingan saat mengajar hanya berpatokan

pada buku ataupun memakai metode ceramah dibandingkan dengan

menggunakan media software power point. Mereka mulai memberi

perhatiannnya pada materi pembelajaran yang saya sampaikan.

Patut kita syukuri kepada Tuhan Yesus Kristus atas anugerah

Allah lewat perkembangan Teknologi yang ada, seperti alat-alat canggih dan

modern yang mempermudah kehidupan kita. Teknologi adalah seluruh

perangkat ide, metode, teknik benda-benda materialyang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan manusia. Pada zaman ini teknologi juga sangat

berpengaruh dibidang pendidikan atau dalam proses belajar mengajar (PBM).

Dalam Alkitab PB sering kali Yesus juga dalam berkhotbah dengan

memakai beberapa media yang ada disekitarnya. Media yang digunakan-Nya

juga bersentuhan dengan kehidupan manusia sehari-hari, seperti: petani, biji,

pohon, ilalang, garam dan lain-lain. Dalam Alkitab tampak bahwa Yesus

adalah guru yang menggunakan metode yang kreatif. Dengan demikian, pesan

yang disampaikan mudah dimengerti oleh para pendengar-Nya, sebab Ia

menjawab kebutuhan para pendengar. Jadi media merupakan alat bantu untuk

mempermudah materi atau pesan yang kita sampaikan kepada siswa.

Melaksanakan kegiatan belajar mengajar tanpa menggunakan media

pembelajaran dapat saja berjalan, akan tetapi tingkat keberhasilannya mungkin

tidak setinggi ketika menggunakan media interaktif software power point. Kita

sebagai guru harus menguasai dan mampu menggunakan media pembelajaran

tersebut untuk menunjang keberhasilan keaktifan ketika proses belajar


4

mengajar.Namun demikian bagaimanapun canggihnya teknologi atau media

yang digunakan tidak akan memberikan hasil yang maksimal jika tidak

memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakannya. Maka guru

juga harus memperlengkapi diri dalam hal teknologi, karena mengingat

perkembangan zaman ini sebagai guru juga harus mengikutinya untuk dapat

mengupayakan pembelajaran yang aktif .Berkaitan dengan apa yang telah

dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk menelititentang Pengaruh Media

Pembelajaran Interaktif Power Point Terhadap Keaktifan Siswa Pada Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Kristen di Kelas X SMA Negeri 1 Labuhan Deli.

1.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan diatas

terdapat identifikasi masalah, yaitu:

1. Siswa kurang persiapan dalam pembelajaran sehingga terlihat tidak aktif

selama pembelajaran

2. Masih terdapat beberapa siswa lebih memilih berdiam diri dan menjadi

pasif saat proses pembelajaran berlangsung

3. Kurangnya kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat saat

berdiskusi dengan teman kelompok pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Kristen.

4. Kurangnya keaktifan Siswa pada mata pelajaran PAK

5. Kurangnya penggunanan sofware power point pada mata pelajaran PAK


5

1.2. Pembatasan Masalah

Dilihat dari identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi

penelitian ini hanya melihat:

1. Media Pembelajaran Interaktif Power Point kurang dimanfaatkan dalam

proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Labuhan Deli

2. Kurangnya keaktifan belajar siswa dalam Pelajaran Pendidikan Agama

Kristen di SMA Negeri 1 Labuhan Deli

1.3. Rumusan Masalah

Dari uraian pembatasan masalah diatas maka peneliti merumuskan

rumusan masalah yaitu:

1. Apakah terdapat Pengaruh Media Pembelajaran Interaktif Power Point

Terhadap Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran PAK SMA Negeri 1

Labuhan Deli?

2. Seberapa besar pengaruh media pembelajaran interaktif power point

terhadap keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran PAK di SMA

Negeri 1 Labuhan Deli?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti,

maka penelitian bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui Pengaruh Media Pembelajaran Interaktif Power

Point Terhadap Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran PAK SMA

Negeri 1 Labuhan Deli.


6

2. Untuk Mengetahui seberapa besar Media Pembelajaran Interaktif Power

Point Terhadap Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran PAK SMA

Negeri 1 Labuhan Deli.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1. Dapat memberikan kontribusi terhadap siswa kelas X SMA Negeri 1

Labuhan Deli

2. Menjadi acuan bagi penulis khususnya sebagai mahasiswa guru PAK

agar mampu menyelesaikan berbagai masalah yang terdapat pada

siswa,salah satunya tentang keaktifan siswa.

b. Manfaat Praktis

1. Berguna bagi penulis untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

media pembelajaran interaktif power point terhadap keaktifan siswa

sehingga dapat di jadikan bahan latihan dan referensi pemahaman

siswa dalam mengembangkan proses belajar-mengajar di kelas X

SMA Negeri 1 Labuhan Deli

2. Dengan adanya media pembelajaran interaktif power point, siswa

akan lebih memperhatikan, memahami, serta dapat

mengembangkan pemikirannya, sehingga dalam prose belajar

mengajar tidak menjadi pasif ,melainkan siswa aktif .


7

3. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih bagi seluruh

lapisan termasuk guru, orangtua, sekolah, maupun siswa Kristen

di kelas X SMA Negeri 1 Labuhan Deli dan bagi setiap orang

yang membacanya.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Melalui BAB ini penulis mengungkapkan dan

menghantarkan para pembaca kepada latar belakang,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : KERANGKA TEORITIS, KERANGKA

KONSEPTUAL, DAN HIPOTESA PENELITIAN

Dalam bab II ini, akan di bahas pengertian dan tujuan

PAK. Pengertian Media Pembelajaran Interaktif Power

Point, tujuan dan fungsi dan bagaimana penerapannya.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab III ini akan diuraikan tentang, Metode Penelitian, Lokasi Penelitian,

populasi
8

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

2.1 LANDASAN TEORI

Untuk memahami suatu penelitian sangat dibutuhkan tindakan dalam

landasannya terutama dalam penulisannya. Penelitian tidak bisa mengembangkan

masalah yang mungkin ditemukan di tempat penelitian jika tidak memiliki acuan

landasan teori layaknya fondasi pada sebuah bangunan. Landasan teori adalah

seperangkat defenisi, konsep serta proposisi yang telah disusun rapi, sistematik tentang

variabel-variabel dalam sebuah penelitian.

2.1.1 Pengaruh Pembelajaran Interaktif Power Point

Media interaktif digolongkan sebagai media konstruktifistik yang terdiri dari

pembelajaran, siswa, dan proses pernbelajaran. Dalam proses pembelajaran teknologi

seperti komputer, adalah alat dalam multimedia dan jaringan web terluas di dunia yang
9

sangat besar pengaruhnya terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Program

multimedia interaksi merupakan salah satu media pembelajaran yang berbasis

komputer yang mensinergikan semua media yang terdiri dari teks, grafik, foto , video,

animasi, musik.1Media pembelajaran interaktif dapat membuat suatu pengalaman

belajar bagi siswa seperti dalam kehidupan nyata disekitarnya karena dapat

memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran. Media pembelajaran

interaktif memiliki potensi besar untuk merangsang siswa agar dapat merespon positif

terhadap materi pembelajaran yang disampaikan guru2.Multimedia interaktif

menyediakan peluang bagi pendidik untuk mengembangkan teknik pembelajaran

sehingga menghasilkan hasil yang maksimal. Demikian juga bagi peserta didik,

dengan multimedia diharapkan mereka akan lebih mudah untuk menentukan dengan

apa dan bagaimana peserta didik untuk dapat menyerap informasi secara cepat dan

efisien. Kemampuan teknologi multimedia yang semakin baik dan berkembang akan

menambah kemudahan dalam mendapatkan informasi yang diharapkan3.

Kreativitas guru dalam menyampaikan materi pelajaran sangat berperan

penting dalam keberhasilan proses belajar. Berkaitan dengan hal tersebut, maka untuk

meningkatkan proses pembelajaran diperlukan sebuah media yang menarik untuk

menumbuhkan semangat, minat, serta mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan

belajar mengajar di kelas. Salah satu alternatif mengatasi masalah yang cocok yaitu

dengan media pembelajaran interaktif berbasis Microsoft Power Point yang akan

membantu dalam menggabungkan semua unsur media seperti teks, gambar, suara
1
Tarigan, D., & Siagian, S. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Pada Pembelajaran
Ekonomi, (Medan: Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi Dalam Pendidikan: 2015), 2(2),hal. 190.
2
Mutmainnah, Penggunaan Media Pembelajaran Power Point Untuk Sekolah Dasar, (Banten:
Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, 2018), 5(2), hal. 123–30.
3
Badri, N & Riasti, B. K, Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Pada SMK Negeri Tiga
Jepara Dengan Materi Power Point 2007, (Jawa Tengah: Speed-Sentra Penelitian Engineering dan
Edukasi, 2017), 4(1), hal. 73
10

bahkan video dan animasi sehingga menjadi sebuah media pembelajaran yang

menarik4.

Interaktif adalah adanya interaksi antara user atau pengguna dan media secara

dinamis dan ada timbal balik. Multimedia pembelajaran interaktif adalah media

pembelajaran yang terdiri dari berbagai media yang dikemas secara interaktif untuk

menunjang kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran interaktif dapat menumbuhan

motivasi belajar peseserta didik dari kegiatan interaksi atau timbal balik dari media

yang diakses. Multimedia interaktif dapat menarik peserta didik untuk termotivasi

belajar dan memiliki kebiasaan belajar yang baik, sehingga hasil belajar akan

meningkat5.

2.1.2 Pengertian Media

Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”, yang berarti

perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha,

seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar magnet atau panas dalam

bidang teknik. Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan

sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran6.Media

diartikan sebagai pengantar atau perantara, diartikan pula bagai pengantar pesan dari

pengirim kepada penerima. Dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, media

diartikan sebagai alat dan bahan yang membawa informasi atau bahan pelajaran yang

bertujuan mempermudah mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran


4
Anyan, A., Ege, B., & Faisal, H, Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis
Microsoft Power Point, (Kalimantan Barat: JUTECH: journal education and technology, 2020), 1(1),
hal. 16
5
Saida, L. N., Wijoyo, S. H., & Wicaksono, S. A, Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran
Interaktif Berbasis Powerpoint untuk Meningkatkan Motivasi Belajar, Kebiasaan Belajar, dan Hasil
Belajar Siswa di SMK Negeri 3 Malang, (Jawa Timur: Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan
Ilmu Komputer e-ISSN, 2019), 2548, 964X, hal. 8697
6
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana: 2008), hal. 163
11

cenderung diklasifikasikan ke dalam alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk

menangkap, memproses dan menyusun kembali nformasi dan menyusun kembali

informasi visual atau verbal7.Media pembelajaran adalah alat untuk menyampaikan

pesan berupa materi kepada peserta didik. Media pembelajaran yang tepat dapat

membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni hasil belajar

yang tinggi. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran daring

adalah media pembelajaran interaktif dalam bentuk power point8.

Salah satu media yang dapat digunakan dalam pengembangan bahan ajar yaitu

media power point. Power point memberikan kesempatan kepada pengguna untuk

mengeksplor kreatifitas yang dimilikinya, seperti membuat gambar atau animasi,

merekam suara, teks, dan warna9. Para guru masih sangat jarang yang memanfaatkan

computer itu untuk tujuan peningkatan pembelajaran apalagi menggunakan media

pembelajaran berbasis power point dengan berbagai aplikasi tersebut10.Proses belajar

mengajar (PBM) di sekolah seringkali dihadapkan pada materi yang abstrak dan di

luar pengalaman siswa sehari-hari, sehingga materi ini menjadi sulit diajarkan guru

dan sulit dipahami siswa. Visualisasi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan

untuk mengkonkritkan sesuatu yang abstrak. Gambar dua dimensi atau model tiga

dimensi adalah visualisasi yang sering dilakukan dalam PBM. Pada era informatika

visualisasi berkembang dalam bentuk gambar bergerak (animasi) yang dapat

7
Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. (Yogyakarta: AR-Ruzz
Media 2016), hal. 319 – 320
8
Rahmawati, B. F., Badarudin, B., & Hadi, M. S, Penggunaan Media Interaktif Power Point
Dalam Pembelajaran Daring, (Nusa Tenggara Barat: Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah Dan
Pendidikan 2020), 4(2), hal. 60-67
9
Nurhidayati, & dkk, Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis Powerpoint dan
Pemanfaatan Aplikasi Android Untuk Guru Bahasa Arab, (Malang: Jurnal KARINOV, 2019), 2(3),
hal.181–184
10
Gowasa, S., Harahap, F., & Suyanti, R. D, Perbedaan Penggunaan Media Powerpoint dan
Video Pembelajaran terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Retensi Memori Siswa pada
Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD, (Medan: Jurnal Tematik, 2019), 9(1), hal. 19–27
12

ditambahkan suara (audio)11.

Namun demikian, pada kenyataannya tidak semua bahan pelajaran dapat

disajikan secara langsung. Untuk mempelajari bagaimana kehidupan makhluk hidup di

dasar laut, tidak mungkin guru membimbing siswa langsung menyelam ke dasar

lautan, atau membelah dada manusia hanya untuk mempelajari cara kerja organ tubuh

manusia, seperti cara kerja jantung ketika memompakan darah. Untuk memberikan

pengalaman belajar semacam itu, guru memerlukan alat bantu seperti film atau foto-

foto dan lain sebagainya. Demikian juga untuk mempunyai keterampilan membedah

atau mempunyai fungsi yang sangat penting. Sebab, tidak semua pengalaman belajar

dapat diperoleh secara langsung. Dalam keadaan ini media dapat digunakan agar lebih

memberikan pengetahuan yang konkret dan tepat serta mudah dipahami.

2.1.3 Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, kita dapat mempergunakan

bermacam-macam bentuk media pembelajaran, sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai. 12

Jenis-jenis media pembelajaran secara umum13;

a. Media visual, merupakan media yang dinikmati dengan menggunakan indra

penglihatan (mata) sehingga media ini dapat dilihat. Contohnya yaitu buku,

koran, majalah, gambar, poster, foto, lukisan, dan lain-lain.

b. Media audio, mengandalkan telinga kita (indra pendengaran) sebagai

salurannya sehingga dapat dinikmati dengan didengarkan, seperti musik, alat

11
Wahyuni, S., Rahmadhani, E., & Mandasari, L, Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran
Interaktif dengan Menggunakan Powerpoint, (Aceh: Jurnal Abdidas, 2020), 1(6), hal. 597 – 602
12
Sidharta, A , Media pembelajaran, (Bandung: Departemen Pendidikan, 2005), hal 6
13
Aria Indah Susanti, Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) Teori dan Praktik, (Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding Management, (Penerbit NEM - Anggota
IKAPI: 2021), hal. 43-44
13

musik, siaran radio, dan lain-lain.

c. Media audio visual, sesuai dengan namanya yaitu audio visual maka media ini

dapat dinikmati oleh indra penglihatan dan indra pendengaran kita. Media

audio visual dapat didengar dan dilihat secara bersamaan, seperti film, televisi,

drama musikal, pementasan, dan lain sebagainya.

2.1.4 Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Menurut Ely dan Anderson melihat pemilihan media pembelajaran adalah

sebagai bagian dari pengembangan pembelajaran, dimana merupakan salah satu

komponen yang tidak terlepas dari komponen pembelajaran lain dalam sistem

pembelajaran. Pengembangan pembelajaran terdapat banyak model sesuai dengan

kepentingan dan maksud pengembangan pembelajaran. Oleh karena itu pemilihan

media terdapat juga ragam dan caranya sesuai dengan banyaknya model

pengembangan pembelajaran yang ada termasuk kriteria yang dipakai dalam

pemilihan media, ragam dan cara pemilihan ditunjukkan dengan berbagai model cara

pemilihan yang pada intinya dapat dikelompokkan menjadi tiga model: model

flowchart yang menggunakan sistem pengguguran pada setiap langkah atau pilihan

dalam pengambilan keputusan, model matriks yang menggunakan cara penangguhan

sebelum seluruh proses pemilihannya selesai, model checklist yang menggunakan cara

penangguhan sebelum proses pemilihannya selesai14.

Agar guru tidak salah dalam memilih media, ada beberapa kriteria dalam

pemilihan media yaitu: a) Kesesuaian Ketika memilih media harus disesuaikan dengan

materinya. Seperti pendidik mengingkinkan peserta didiknya untuk menyalakan

komputer, maka pendidik harus mempersiapkan media yang menunjukkan


14
Abidin, Z. Penerapan pemilihan media pembelajaran, (Malang: Edcomtech Jurnal Kajian
Teknologi Pendidikan: 2017), 1(1), hal. 9-20
14

langkahlangkah untuk menyalakan komputer. b) Tingkat Kesulitan Media yang

disediakan oleh sekolah hanya buku dan papan tulis. Sedangkan di dalam buku

biasanya gambarnya tidak jelas, kalimatnya terlalu panjang jadi susah untuk difahami

oleh peserta didik. Terutama dalam pembelajaran TIK, di buku TIK biasanya ada

gambar dan di lingkari langkah-langkah untuk menyalakan komputer, tetapi gambar

dan tulisannya tidak jelas dan sulit di fahami oleh peserta didik. Maka guru harus

memperjelasnya dengan medinya sendiri. c) Biaya Dalam memilih media biaya ini

menjadi permasalahan utama. Jangan memilih media mahal tapi tidak bisa bermanfaat

untuk pesertta didik, pilihlah media yang harganya relatif murah tapi memiliki banyak

manfaat bagi peserta didik untuk mempermudah memahami suatu materi pelajaran. d)

Ketersediaan Biasanya masalah ketersidaan ini terjadi di sekolah yang fasilitasnya

rendah. Ketika guru ingin menunjukkan cara menyalakan komputer tetapi sekolahnya

tidak memiliki komputer, maka guru harus memilih media lain seperti

menggambarkan langkah-langkah untuk menyalakan komputer di papan tulis. e)

Kualitas Teknis Media yang sangat baik dan sangat bermanfaat ketika media itu

memiliki kualitas teknis yang baik pula. Apabila media memiliki kualitas teknis yang

bisa digunakan untuk segalanya, untuk beberapa materi, maka media itu bisa

dikatakan media yang memiliki kualitas teknis baik untuk memahamkan siswa dalam

belajar15.

2.1.5 Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan unsur yang amat terpenting dalam proses

pembelajaran selain metode mengajar, kedua unsur ini saling berkaitan. Penggunaan

media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu


15
Setyosari, P, Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran, (Malang: Panitia Sertifikasi
Guru Rayon 2009 ), hal.15-25
15

keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada proses

pembelajaran berlangsung.16Setiap materi pembelajaran mempunyai tingkat kesukaran

yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan pembelajaran yang tidak memerlukan media

pembelajaran, tetapi di sisi lain ada bahan pembelajaran yang memerlukan media

pembelajaran. Materi pembelajaran yang mempunyai tingkat kesukaran tinggi tentu

sukar dipahami oleh siswa, apalagi oleh siswa yang kurang menyukai materi

pembelajaran yang disampaikan itu.17

Secara umum media mempunyai kegunaan antara lain18:

a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis,

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra,

c. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan

sumber belajar,

d. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai denganb akat dan kemampuan

visual, auditori dan kinestetiknya ,

e. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan

menimbulkan persepsi yang sama.

2.1.6 Pengertian Software

Nama lain dari software adalah perangkat lunak. Karena disebut juga sebagai

perangkat lunak, maka sifatnya pun berbeda degan hardware atau perangkat keras.

Jika perangkat keras adalah komponen yang nyata, yang dapat dilihat dan disentuh

secara langsung oleh manusia, maka software atau perangkat lunak tidak dapat
16
Purwosiws Pandansari, Lagi Mood (Media Pembelajaran Game Fashion), (Jawa Tengah :
Lakeisha, 2021), hal. 17
17
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
1997), hal. 137
18
H N. Rudi Sumirharsono & dkk, Media Pembelajaran, (Jember : CV pustaka Abadi anggota
IKAPI, 2017), hal. 10-11
16

disentuh dan dilihat secara fisik. Software memang tidak tampak secara fisik dan tidak

berwujud benda, tetapi bisa untuk dioperasikan. Pengertian software komputer adalah

sekumpulan data elektronik yang disimpan dan diatur oleh komputer. Data elektronik

yang diismpan oleh komputer itu dapat berupa program atau instruksi yang akan

menjalankan suatu perintah.19Perangkat Lunak software berwujud program untuk

menjalankan perangkat keras komputer.Perangkat lunak dapat dikelompokan menjadi

dua jenis yaitu, yaitu perangkat lunak sistem operasi(operating system software) dan

perangkat lunak aplikasi (application software).20

Berikut ini adalah beberapa contoh aplikasi yang banyak digunakan: 1) Adobe

Reader yaitu aplikasi yang berfungsi untuk membaca dokumen, seperti .doc, .docx,

dan .pdf, 2) Cleaner yaitu aplikasi yang berfungsi untuk membersihkan junk file atau

file sampah dari perangkat komputer, handphone sehingga dapat meningkatkan kinerja

perangkat tersebut, 3) Game yaitu aplikasi yang digunakan sebagai media hiburan

untuk bermain game Google Chrome, Mozilla Firefox yaitu aplikasi yang berfungsi

untuk menjelajahi internet, 5)Instagram yaitu aplikasi yang digunakan untuk

membagikan foto atau video kepada orang lain, 6) Internet Download Manager yaitu

aplikasi yang digunakan untuk mempercepat proses download, 7) Microsoft Access,

Paradox yaitu aplikasi yang digunakan untuk menyimpan, mengolah data dalam

jumlah yang besar, 8) Microsoft Word yaitu aplikasi yang digunakan untuk mengolah

kata, seperti mengetik dokumen, membaca dokumen dan meng-edit dokumen, 9)

Microsoft Excel yaitu aplikasi ini digunakan untuk mengolah angka dan tabel untuk

dihitung, 10) Microsoft Powerpoint yaitu aplikasi yang digunakan untuk membuat dan

19
Indah Purnama Sari, Rekayasa Perangkat Lunak, (Medan : Umsu Press, 2021), hal. 2
20
Y.Maryono & B. Patmi Istiana, Teknlogi Informasi dan Komunikasi, (Jakarta :Yudishtira, 2008), hal.
4
17

menampilkan data yang bersifat presentatif, 11) Notepad yaitu dahulu notepad

berfungsi sebagai catatan kecil. Namun sekarang, notepad digunakan para pemrogram

untuk menuliskan script dan menyimpannya dengan berbagai ekstensi, 12) Smadav,

Avast yaitu aplikasi yang digunakan untuk melindungi perangkat dari malware dan

virus, 13) Shareit yaitu aplikasi yang dapat digunakan untuk melakukan transfer data

ke perangkat lain, 14) SPS yaitu aplikasi yang digunakan untuk mengolah data

statistik, 15)Adobe Photoshop, Corel Draw yaitu aplikasi yang berfungsi untuk

mengolah gambar, 16)Sound Recorder yaitu aplikasi yang digunakan untuk merekam

suara, 17)WhatsApp yaitu aplikasi yang digunakan untuk berinteraksi dengan orang

lain. 18. Winrar yaitu aplikasi yang digunakan untuk mengkompres ukuran file, 19)

Winamp. GOM Player, Windows Media Player yaitu aplikasi yang digunakan

memutar lagu atau video dengan berbagai format.21

Dari beberapa contoh aplikasi software yang sudah dipaparkan ,penulis

menggunakan perangkat lunak aplikasi Microsoft Powerpoint saat proses belajar

mengajar selama PPL 2 bulan di SMA Negeri 1 Labuhan Deli dimana aplikasi tersebut

dapat digunakan untuk membuat dan menampilkan pemebelajaran yang

menarik ,sehingga tercipta keaktifan siswa pada mata pelajaran PAK.

2.1.7 Pengertian Media Presentasi Power Point

Microsoft Power Point merupakan salah satu program berbasis multimedia.

Software ini, menyediakan fasilitas dalam bentuk slide-slide yang dapat membantu

dalam menyusun suatu presentasi yang efektif, profesional, dan juga mudah. Sehingga

21
Annisa Fathoroni & dkk, Buku Tutorial Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja
Dosen Menggunakan Metode 360 Degree Feedback, (Bandung :Kreatif Industri Nusantara, 2020), hal.
8-10
18

memungkinkan para guru sekolah untuk memanfaatkan sebagai media pembelajaran.

Keunggulan Microsoft power point adalah kemampuan dalam pengolahan teks, warna

dan gambar serta animasi yang dapat diolah sendiri sesuai kreativitas

penggunanya22.Microsoft Power Point adalah suatu software yang akan membantu

dalam menyusun sebuah presentasi yang efektif, professional, dan juga mudah.

Microsoft Power Point akan membantu sebuah gagasan menjadi lebih menarik dan

jelas tujuannya jika dipresentasikan. Microsoft Power Point akan membantu dalam

menggabungkan semua unsur media seperti teks, gambar, suara bahkan video dan

animasi sehingga menjadi sebuah media pembelajaran yang menarik.

Microsoft Power Point dapat digunakan dalam proses pembelajaran materi

presentasi. Hal ini tentunya dapat mengefektifkan waktu serta membantu siswa

memahami konsep matematis yang dipaparkan. Selain itu, Microsoft Power Point juga

mampu membantu mengembangkan permainan yang bersifat interaktif sebagai media

belajar yang dapat merepresentasikan bahan ajar dan mendorong siswa untuk

berpartisipasi dalam pembelajaran23.Power point merupakan media yang digunakan

untuk menyampaikan poin – poin pokok dari materi yang kita sampaikan dengan fitur

– fitur yang menarik. Berbagai fitur yang dapat digunakan pada media power point

menjadikan media ini mampu mengakomodir berbagai jenis gaya belajar siswa baik

gaya belajar visual, audio, kinestetik, dan juga verbal24.

2.1.7 Keunggulan dan Kelemahan Media Presentasi Power Point

22
Azhar, R. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Microsoft Power Point
pada sistem Koordinat Kartesius, (Aceh: Sarwah, Journal of Islamic Civilization and Thought, 2017),
16(1).
23
Gulo,S.,& Harefa, A. O, Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Powerpoint,
(Nias: Educativo: Jurnal Pendidikan, 2022), 1(1), hal. 291-299
24
Nurhidayati, N., Asrori, I., Ahsanuddin, M., & Dariyadi, M.W, Pembuatan Media
Pembelajaran Berbasis Powerpoint Dan Pemanfaatan Aplikasi Android Untuk Guru Bahasa Arab,
(Malang: Jurnal KARINOV, 2019), 2(3), hal. 181–184
19

Tidak ada gading yang tidak retak. Itulah istilah yang lazim kita dengar untuk

menggambarkan ketidaksempurnaan tentang sesuatu. Media power point sebagai salah

satu media yang sangat popular untuk kalangan pebisnis, pendidik, pelajar dan

mahasiswa, di satu sisi memiliki keunggulan namun disisi lain juga memiliki

kelemahan. Dengan kata lain, tidak ada satu media yang cocok untuk semua tujuan

pembelajaran akan tetapi media itu hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu.

Power point sebagai media penyampaian informasi (pembelajaran) memiliki

keunggulan dan sekaligus kaligus keterbatasan yang tidak terelakkan25.

Keunggulan dari Ms PowerPoint adalah26:

1. Mudah dioperasikan;

2. Tersedia berbagai macam desain dan animasi;

3. Tersedia berbagai macam template menarik;

4. Menyediakan presenter view yang memudahkan penyaji melihat konsep pada

saat membawakan materinya;

5. Dapat memasukkan suara, foto/gambar, dan video;

6. Dapat mengedit foto secara langsung.

7. Dapat dibuat dengan berbagai format. File dapat diekspor menjadi file pdf,

JPEG, video berformat HD dan lain-lain.

Selain kelebihan power point terdapat juga kelemahan power point

diantaranya27:

25
Hendra, Media Pembelajaran Berbasis Digital(Teori & Praktik), (Jambi: Pt. Sonpedia
Publishing Indonesia), hal. 72.
26
Kadaruddin, Mahir Desain Slide Presentasi dan Multimedia Pembelajaran Berbasis
Powerpoint, (Yogyakarta: CV BUDI UTAMA, 2018 ) hal. 3
27
Hendra, Media Pembelajaran Berbasis Digital, (Teori & Praktik) (Jambi: Pt. Sonpedia Publishing
Indonesia), Hal 74-75.
20

1. Ketergantungan pada teknologi lain seperti energi listrik yang sangat tinggi

sehingga mampu menghidupkan laptop dan proyektor.

2. Dibutuhkan ruangan yang memadai (tidak terlalu terang) dalam penyajiannya.

Penyajian diruang terbuka dan terang tidak memungkinkan untuk penggunaan

proyektor dan laptop.

3. Dibutuhkan keahlian untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi saat ini

agar mampu mengembangan dan menggunakan media presentasi yang menarik

dengan menggunakan power point.

4. Media pendukung memiliki harga yang relatif mahal, seperti laptop, proyektor,

atau bisa juga speaker eksternal.

5. Sering sekali ditemui dokumen yang dihasilkan dari software office microsoft

power pint versi lama semisal tahun 2007 tidak dapat digunakan secara

sempurna pada software versi yang lebih baru misal versi tahun 2010

begitupun juga sebaliknya.

6. Microsoft power point hanya dapat digunakan pada platform windows, dan

microsoft tidak menyediakan atau mengeluarkan versi software ini untuk

digunakan pada platform lainnya seperti linux dan mac. Hal ini membuat

pekerjaan yang telah ada dan dibuat menggunakan software ini tidak dapat

dibuka dan dilanjutkan pada platform lainnya diluar windows.

7. Aplikasi power point tergolong software yang cukup berat. Untuk dapat

mengoperasikan software microsoft office ini, komputer harus memiliki

spesifikasi yang baik.

2.1.8 Membuat Media Presentasi Power Point

PowerPoint adalah software yang dapat dipakai untuk membuat orang lain
21

memahami dan mengerti informasi sehingga mudah diingat dengan cepat. Umumnya,

presentasi PowerPoint terdiri dari slide yang mengandalkan kombinasi kata-kata (teks)

dan gambar (grafik atau animasi) untuk menyampaikan poin-poin tertentu. Anda

mengombinasikan elemen-elemen ini menjadi tampilan ter- tentu, mendeskripsikan

layout dari slide. Pengaturan layout sangat penting untuk membuat slide agar mudah

dipahami dan susah untuk dilupakan. 28

Microsoft PowerPoint telah menyediakan fitur-fitur layout atau tata letak serta

interface yang siap digunakan. Fitur-fitur tersebut antara lain Slide Layout, Slide

Design, Themes, dan Quick Style Effect.29

Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum membuat media pembelajaran.30

1. Konsep materi pembelajaran yang akan dibuat presentasi.

2. Gambar-gambar yang akan dikombinasi dengan teks presentasi.

3. Video-video yang akan digabung dengan teks presentasi.

4. Musik-musik yang akan dijadikan sebagai pendukung media presentasi

Tips membuat media dengan power point31:

a. Gunakan background yang sederhana, kontras dan konsisten, hindari

background yang rumit, mengganggu dan penuh.

b. Gunakan huruf yang konsisten, sederhana, dan jelas seperti arial, verdana,

Tahoma dan trabucet, jangan gunakan huruf yang rumit dan bersambung.
28
Edy Winarno,dan dkk, Grafik dan Animasi Profesional Power Point, ( Jakarta : PT Elex
Media Komputindo, 2015 ), hal. 1
29
EES. Profil Perusahaan Interaktif dengan MS PowerPoint (Jakarta : PT Alex Media
Komputindo, 2007), hal. 3
30
Eka Purjiyanta. Membuat Presentasi Power Point, ( Jakarta Timur : PT Balai Pustaka
( Persero, 2012 ), hal. 37
31
Nurseto,T. Membuat media pembelajaran yang menarik, (Yogyakarta: Jurnal Ekonomi dan
pendidikan 2011), 8(1), hal. 32
22

c. Visualisasikan pesan Anda, jangan gunakan tulisan kecuali terpaksa

d. Maksimalkan fitur power point seperti unsur gambar, video, animasi dan suara,

tapi jangan berlebihan.

e. Buatlah background atau template sendiri untuk meningkatkan daya tarik

presentasi dan memperjelas pesan.

f. Jika menggunakan latar dengan warna yang terang, maka gunakanlah teks

dengan intensitas yang gelap, demikian sebaliknya.

g. Gunakanlah warna untuk memperindah tampilan sekaligus memberikan fokus

pada penyajian. Tapi jangan terlalu banyak karena akan terkesan ramai dan

mengganggu sajian materi. Gunakan warna kontras atau warna yang serasi

h. Hindari kombinasi warna lebih dari 3 dalam satu slide

i. Gunakanlah huruf-huruf yang memiliki karakter jelas dan tegas, seperti arial,

Tahoma atau verdana hindari karakter atau jenis font dekoratif karena lebih

sulit dibaca.

j. Besar huruf minimal 24 untuk kalimat dan 40 untuk judul k. Maksimal 6

kalimat dan 25 kata dalam satu slide.

k. Gunakan kata-kata yang powerful

2.1.2 Keaktifan Belajar Siswa

Guru harus mampu menciptakan suatu proses pembelajaran yang memicu

minat belajar siswa sehingga timbul rasa ketertarikan untuk ikut aktif melibatkan diri

dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Sebab hal yang paling mendasar yang

dituntut dalam proses pembelajaran adalah aktivitas belajar siswa. Ketika aktivitas

belajar siswa tinggi, terjadi interaksi yang baik antara guru dengan siswa, ataupun

siswa dengan siswa, sehingga siswa dapat membentuk pengetahuannya sendiri.


23

Dengan demikian, proses pembelajaran mengarah pada pencapaian hasil belajar yang

tinggi32.

Media pembelajaran teknologi sebagai komunikasi yang menghasilkan peserta

didik yang kreatif dan inovatif ini dapat menampilkan dan memunculkan suatu yang

baru dalam dunia pendidikan. Di dalam sistem pengajarannya menggunakan teknologi

yang memakai teks, gambar, suara, dan video. Melalui hal ini dapat membantu dalam

menyajian materi yang di sampaikan kepada peserta didik, dengan penyampaian

yang menarik dan tidak monoton peserta didik dapat lebih mudah menangkap

pembelajaran yang disampaikan33.

Salah satu kompetensi guru yang harus dikembangkan adalah kompetensi

pedagogik, dimana guru harus bisa mengelola pembelajaran di kelas. Pembelajaran

dikatakan berhasil apabila dilakukan secara bermakna, siswa aktif dalam

pembelajaran, adanya motivasi untuk menumbuhkan keaktifan siswa dalam

pembelajaran, nilai siswa baik dan tuntas sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal

(KKM), siswa menjadi kreatif dan kritis, serta tumbuh karakter yang baik pada diri

siswa34.

Aktivitas dalam pembelajaran adalah segala kegiatan yang dilaksanakan siswa

baik yang teramati maupun yang tidak teramati. Keterlibatan siswa dapat dalam

bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna

menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari

32
Srimaya, S, Efektivitas Media Pembelajaran Power Point Untuk Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar Biologi Siswa, (Makasar: Jurnal Biotek, 2017), 5(1), hal. 53 – 68
33
Steffi & Muhammad Taufik Syastra Adam, Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbabis
Teknologi Informasi Bagi Siswa Kelas X SMA Ananda Batam, (Riau: Jurnal CBIS 03, no. 02,
2015),hal .79
34
Mandasari, N. A, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media
Power Point untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa di SDN Pandean Lamper 02
Semarang, (Semarang: Jurnal Paedagogy, 2021), 8(3), hal. 328-337
24

kegiatan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi pengamatan indera, tanggapan, fantasi,

ingatan, berfikir, perhatian, perasaan, dan kemauan. Belajar diperlukan adanya

aktivitas sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Oleh karena itu, aktivitas

merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar

mengajar35.

Penggunaan media teknologi sebagai media komunikasi pembelajaran akan

sangat lebih mempermudah dan dapat membantu proses pembelajaran yang terjadi

antara guru dan peserta didik, dalam proses ini guru akan lebih mudah dan terbantu

dalam pengajaran mereka sehingga pesan-pesan dan nilai – nilai yang ingin

disampaikan kepada peserta didik dapat disampaikan dengan baik, dan peserta didik

akan lebih mudah memahami dan mengerti ketika mereka dapat langsung melihat atau

mendengar pesan dari pembelajaran yang disampaikan teknologi melalui media

komunikasi dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang diajarkan kepada peserta didik

tidak hanya terjadi dengan satu arah saja, tetapi adanya interaksi dari peserta didik itu

sendiri dalam kekreatifan mereka memahami dan memberikan tanggapan serta

memahami pembelajaran yang telah disampaikan. Hal ini berarti bahwa pembelajaran

yang dilakukan dengan kreatif dapat membuat minat peserta didik semakin tinggi

dalam mengikuti pembelajaran36.

Pendidikan Agama Kristen adalah suatu pembelajaran yang di dalamnya

mengajarkan suatu nilai-nilai Kristiani mengenai Allah Tritunggal, tuntunan Roh

35
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009),
36
Arifianto, Y. A., & Elisa, S. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Berbasis Teori Kecerdasan Majemuk. Regula Fidei,
(Semarang: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, 2022), 7(2), hal. 160-169.
25

Kudus dan karya penciptaan-Nya37. Pembelajaran yang kreatif dapat menghasilkan

hasil yang baik jika dilakukan oleh seorang yang memiliki kemampuan dan keahlian

dalam melakukan pembelajaran. Melalui pembelajaran kreatif ini peserta didik

diajarkan untuk dapat berpikir mandiri, dapat menerima pembelajaran dengan baik dan

memahami pembelajaran mengenai nilai-nilai Kristiani dalam Alkitab38.

Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen yang diajarkan kepada peserta didik

tidak hanya terjadi dengan satu arah saja, tetapi adanya interaksi dari peserta didik itu

sendiri dalam kekreatifan mereka memahami dan memberikan tanggapan serta

memahami pembelajaran yang telah disampaikan. Hal ini berarti bahwa pembelajaran

yang dilakukan dengan kreatif dapat membuat minat peserta didik semakin tinggi

dalam mengikuti pembelajaran.

2.1.2.1 Pengertian Keaktifan

Keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan

atau kegiatan -kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Aktivitas tidak hanya

ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik

seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini

penekanannya adalah pada peserta didik, sebab dengan adanya keaktifan peserta didik

dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif39.

Keaktifan belajar dapat dilihat dari aktifitas siswa selama proses pembelajaran.

Jika siswa sudah terlibat di dalam proses pembelajaran, maka siswa akan merasakan

37
Hendrik Legi, Metode Mengajar Pendidikan Agama Kristen, (Jawa Barat: EDU Publisher,
2021), hal. 12
38
E.G.Homrighausen and I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008), hal. 76
39
Wirdaningsih, W., & Mardhatillah, M, Penerapan Media Audio-Visual Terhadap Keaktifan
Pada Materi Hubungan Antara Sumber Daya Alam Dengan Lingkungan Siswa Kelas IV SD Negeri
Pasi Teungoh Kecamatan Kaway XVI, (Aceh: Bina Gogik, Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, 2016), 3(2), hal. 5
26

suasana belajar yang menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Belajar aktif merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan rajin dan sungguh-

sungguh. Kegiatan disini sering diartikan dengan kesibukan dan kegiatan yang

mengarahkan seluruh tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh

karena itu, aktivitas dapat dikatakan sebagai kegiatan atau kesibukan seseorang atau

menggunakan tenaga, pikiran untuk mencapai tujuan tertentu kesemuanya itu untuk

mencapai kemampuan yang optimal.

Peran guru untuk mengajak siswa dan menciptakan suasana kelas yang lebih

aktif saat pembelajaran berlangsung merupakan hal yang sangat penting, dengan

demikian siswa akan termotivasi untuk mengonstruksi pengetahuannya karena siswa

merupakan subjek pada pembelajaran tersebut.Belajar aktif erat dengan motivasi

belajar karena adanya hubungan timbal-balik diantara kedua hal tersebut untuk belajar

aktif diperlukan motivasi belajar yang cukup kuat, sebaliknya belajar aktif akan

menyebabkan kegiatan belajar menjadi lebih berhasil dan menyenangkan, sehingga

dapat meningkatkan motivasi belajar.Keaktifan siswa pada proses pembelajaran dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penggunaan metode

pembelajaran. Keaktifan yang ditunjukkan oleh siswa dapat mempengaruhi berbagai

macam aspek di antaranya yaitu antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, tinggi

rendahnya hasil belajar siswa dan kemampuan berpikir siswa40.

2.1.2.2 Macam-Macam Keaktifan Belajar

Menurut Diedriech jenis jneis keaktifan belajar meliputi sebagai berikut41:

40
Prijanto, J. H., & De Kock, F, Peran guru dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dengan
menerapkan metode tanya jawab pada pembelajaran online, (Jember: Scholaria, Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 2021), 11(3), hal. 238-251.
41
Dwi Susilowasti, Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Matematika Tentang Operasi
Hitung Penjumlahan Pecahan Berbeda Penyebut Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education
(Rme) Siswa Kelas V Semester 1 Sdn Banyuanyar 1 No 109 Surakarta Tahun Pelajaran 2016/2017,
27

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: percakapan, diskusi,

musik, pidato.

4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan,

membuat konstruksi, bermain.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, tenang.

2.1.2.3 Prinsip – Prinsip Keaktifan Belajar

Prinsip mempunyai maksud sesuatu yang menjadi dasar dari pokok

berpikir, berpijak, bertindak, dan lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, prinsip diartikan sebagai dasar atau sesuatu yang dipegang sebagai

panutan utama.42 Prinsip-prinsip pembelajaran merupakan bagian penting yang

perlu diketahui oleh seorang acuan dalam pembelajaran. Sehingga Kegiatan

pembelajaran akan berjalan lebih efektif serta dapat mencapai tujuan


(Surakarta: CV. Akademika, 2019), hal. 130
42
Hasanuddin, Biopsikologi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, ( Banda Aceh : Syiah Kuala
University Press, 2017 ), hal. 14
28

pemebelajaran yang diharapkan43.

Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa

dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif

mengalami sendiri. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa

yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar

menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Dalam setiap proses

belajar, peserta didik selalu menampakkan keaktifan. Mulai dari kegiatan fisik

yang berupa membaca, menulis, mendengarkan, berlatih ketermapilan hingga

kegiatan psikis seperti memecahkan masalah, menyimpulkan hasil percobaan,

membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan sebagainya.44

Ada beberapa prinsip yang harus dipedomani dalam belajar. Prinsip tersebut

adalah45:

a. Prinsip Perhatian dan motivasi belajar

b. Prisip Keaktifan Belajar

c. Prinsip keterlibatan langsung pemebelajar

d. Prinsip Pengulangan belajar

e. Prinsip sifat perangsang dan menantang dari materi yang telah dipelajari

f. Prinsip Pemberian balikan dan penguatan dalam belajar

g. Prinsip Perbedaan individual antar pemebelajar

Menurut Dimyati, prinsip belajar merupakan ketentuan atau hukum yang harus

dijadikan pegangan di dalam pelaksanaan kegiatan belajar .Ketentuan hukum itu harus
43
Akrim, Desain Pemebelajaran, (Depok : PT RajaGrafindo Persada, 2020), hal. 35
44
Tuti Supatminingsih, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Media Sains Indonesia, 2020 ),
hal. 45
45
Jerry, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Kristen, (Sulawesi Tengah: Feniks Muda
Sejahtera, 2023), hal.58
29

berpedoman pada menyusun rancangan pembelajaran tidak mengalami

penyimpangan46.

Adapun prinsip dalam pembelajaran aktif ini adalah47:

a. Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami.

b. Belajar merupakan transaksi aktif.

c. Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang "ersifat vital, sehingga dapat

berupaya mencaiap tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.

d. Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan sehingga mencapai

pemecahan atau tujuan.

e. Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkannya

motivasi dan upaya, sehingga siswa berpengalaman dengan kegiatan yang

bertujuan.

2.1.2.4 Indikator Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa selama belajar

disekolah, yang merupakan berpaduan dari tiga ranah tersebut, yang menyangkut

ranah kongnitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. 48Bentuk-bentuk keaktifan

siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran seperti turut sertanya dalam mengerjakan tugas, terlibat dalam diskusi

proses pemecahan masalah, bertanya kepada teman atau guru apabila tidak memahami

materi, dan mampu mempresentasikan hasil laporan. Sedangkan faktor yang


46
Endang, S.W, Metode Pembelajaran Mastery Learning Upaya Peningkatan Keaktifan dan
Hasil Belajar Siswa, (Yogyakarta : Deepublish, 2020 ), hal. 33
47
Sinar. M.Ag, Metode Active Learning - Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa, (Yogyakarta : Deepbublish, 2018), hal. 6
48
Sinar. M.Ag, Metode Active Learning - Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar
Siswa, (Yogyakarta : Deepbublish, 2018), hal. 15
30

mempengaruhi keaktifan belajar menurut Gagne diantaranya: memberikan dorongan

atau menarik perhatian siswa, menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar

kepada siswa), mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa, memberikan stimulus

(masalah, topik dan konsep yang akan dipelajari), memberi petunjuk kepada siswa

cara mempelajarinya, memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan

pembelajaran, memberi umpan balik (feed back), melakukan tes singkat diakhir

pembelajaran, menyimpulkan setiap materi yang di sampaikan di akhir pembelajaran 49.

Selain aspek keaktifan belajar, kita juga perlu mengetahui tentang indikator

atau ciri-ciri keaktifan belajar siswa. Menurut Sanjaya, indikator belajar siswa

dikelompokkan menjadi 3 yakni: 1) keaktifan belajar siswa dalam proses perencanaan;

2) keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran; 3) keaktifan belajar siswa

dalam evaluasi pembelajaran50.

Menurut Sudjana ada delapan indikator Nilai keaktifan siswa yaitu51:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya.

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

pemecahan masalah

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

49
Prasetyo,A.D & dkk, Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Melalui Model Discovery
Learning Di Sekolah Dasar, (Surakarta: Jurnal Basicedu, 2021), 5(4), hal. 1717-1724
50
Siti Nurhamidah, Problem Based Learning Kiat Jitu Melatih Berpikir Kkritis Siswa, (NTB:
Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia, 022), hal. 15-16
51
Azizah & dkk, Buku Panduan Pembelajaran Nobangan, (Bogor: Guepedia: 2022), hal. 86-87
31

g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam

menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

2.1.3 Pendidikan Agama Kristen

Pendidikan agama Kristen hadir untuk mengembangkan dan meningkatkan

potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yesus Kristus dan berkarakter Kristus. Namun

kenyataannya, hasil pendidikan agama Kristen belum sesuai dengan harapan. Masih

banyak peserta didik PAK yang hanya sebatas mengetahui kebenaran-kebenaran

Firman Tuhan tanpa melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yesus belum tampak dalam perilaku keseharian

kehidupan peserta didik, misalnya masih ada peserta didik yang hidup semaunya atau

pergaulan bebas, melawan kepada guru dan orang tua, masih malas datang beribadah,

dan masih banyak masalah-masalah lainnya. Sehingga perlu penegasan kembali dalam

proses belajar peserta didik pendidikan agama Kristen, belajar bukan semata-mata

untuk mendapatkan pengetahuan tentang agama, melainkan menghidupinya52.

Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang berpusat pada

Alkitab. Sejarah pendidikan agama Kristen dimulai dari persekutuan Allah dan

manusia dalam Perjanjian Lama. Bermula saat Tuhan telah memilih dan memanggil

Abraham dari jauh untuk melayani kehendak-Nya yang agung guna keselamatan

seluruh umat manusia. Bimbingan dan maksud Tuhan itu perlu dijelaskan kepada anak

52
Siburian, H. H., & Wicaksono, A, Makna Belajar Dalam Perjanjian Lama Dan
Implementasinya Bagi PAK Masa Kini, (Karanganyar: FIDEI, Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika,
2019), 2, hal. 207-226
32

cucunya. Ishak meneruskan ajaran yang penting itu dan kemudian anaknya Yakub

pula menanamkan

Dalam Perjanjian Baru pendidikan Kristen pertama-tama berpusat pada Tuhan

Yesus. Di samping jabatan-Nya sebagai Penebus dan Pembebas, Tuhan Yesus juga

menjadi seorang Guru yang Agung. Tuhan Yesus mengajar dimana saja dan

kapanpun. Bahkan seluruh kehidupannya merupakan pengajaran sampai saat yang

terakhir, karena justru dalam sengsara dan kematian-Nya. Ia mengajar kita tentang

satu-satunya jalan keselamatan bagi manusia yang berdosa. Kedua, pendidikan Kristen

berpusat pada pengajaran Rasul Paulus. Setelah Tuhan Yesus memasuki hidupnya, ia

menjadi seorang hamba Tuhan yang terdorong oleh hasrat yang berapi-api untuk

memasyhurkan nama Yesus. Ini terbukti dengan banyaknya Ia mengajar orang Kristen

melalui surat-surat yang ia tulis, dan sampai saat ini masih dipakai orang Kristen untuk

belajar firman Tuhan. Ketiga, adalah jemaat mula-mula, sejak mulai berdirinya jemaat

Kristen ini menjunjung pendidikan agama. Didalam perkumpulan mereka berdoa,

berbicara tentang pengajaran dan perbuatan-perbuatan Tuhan Yesus, makan

sehidangan dan merayakan Perjamuan Suci53.

2.1.3.1 Pengertian Pendidikan Agama Kristen (PAK)

Kata “pendidikan” merupakan terjemahan dari kata “education” dalam Bahasa

Inggris. Kata “education” berasal dari bahasa Latin “ducere” yang berarti

membimbing (to lead), ditambah awalan “e” yang berarti keluar (out) 54. Kata “agama”

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterjemahkan “Ajaran” atau sistem yang

mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha

53
bid., 5-8.
54
Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, (Bandung: Departemen Agama
Direktoral Jenderal Bimbingan Masyarakat (Kristen) Protestan, 1996), 4, hal. 1-9
33

Kuasa, serta tata kaidah yang mengatur pergaulan dengan manusia serta

lingkungannya55.

Pengertian Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah suatu upaya yang

sadar, sistematis, dan berkesinambungan untuk menumbuhkembangkan iman Kristiani

dalam diri warga komunitas imannya dalam berbagai kategori usia (mulai dari bayi

sampai dengan lanjut usia) baik itu dalam konteks keluarga, komunitas iman, dan

sekolah formal (bila dimungkinkan oleh UU negaranya). Dalam konteks Indonesia hal

ini adalah wajib belajar agama di sekolah baik swasta maupun negeri karena menjadi

mata pelajaran dan mata kuliah wajib56.

Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang sangat penting, sebab

Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang memberikan landasan iman

Kristen kepada setiap orang baik melalui keluarga, gereja dan sekolah 57. Beberapa

tokoh memberikan pengertian tentang Pendidikan Agama Kristen, yaitu:

1)Hieronimus PAK adalah pendidikan yang tujuannya mendidik jiwa sehingga

menjadi bait Tuhan.”Haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang disorga

adalah sempurna’’(Mat 5 : 48 ).2)Martin Luther PAK adalah pendidikan yang

melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa

mereka serta bersukacita dalam firman Yesus Kristus. 3) Jhon Calvin PAK adalah

pendidikan yang bertujuan mendidik semua putra-putri gereja agar mereka a) terelibat

dalam penelaahan Alkitab secara cerdas sebagaimna dengan bimbingan Roh Kudus;

b) mengambil bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan gereja; c)

55
Puwadarminta. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka: 2000), hal l12.
56
Nuhamara, D, Pengutamaan Dimensi Karakter Dalam Pendidikan Agama Kristen,
(Tangerang: Jurnal Jaffray, 2018), 16(1), hal. 93-114
57
Hastuti, R, Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga Sebagai Pusat Bermisi, (Surakarta:
Jurnal Antusias, 2013), 2(4), hal. 48-59
34

diperlengkapi untuk memilih cara-cara mnegejawantahkan pengabdian diri kepada

Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta hidup

bertanggungjawab dibawah kedaulatan Allah demi kemulianNya sebgai lambang

ucapan syukur yang dipilih dalam Yesus Kristus.58

Dari pemaparan para tokoh diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

Pendidikan Agama Kristen merupakan jalan bagi setiap umat manusia untuk mengenal

Allah secara benar melalui Firman Allah dan untuk mengalami pengalaman –

pengalaman yang indah bersama dengan Tuhan serta menyadari bahwa hidup mereka

itu adalah bait Allah.

1.1.3.2 Hakikat Pendidikan Agama Kristen (PAK)

Hakikat PAK berdasarkan hasil Lokakarya Strategi Pendidikan Agama Kristen

di Indonesia tahun 1999 adalah: “Usaha yang dilakukan secara terencana dan

berkelanjutan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan

pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam

Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan

lingkungan hidupnya”. Setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK

memiliki keterpanggilan untuk mewujudkan kebenaran dan tanda-tanda Kerajaan

Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas dalam konteks

masyarakat majemuk. Masyarakat Indonesia yang majemuk dipandang sebagai berkat

Tuhan dan dalam konteks pemahaman iman Kristen merupakan medan layan bagi

orang Kristen untuk membangun kehidupan bersama yang adil dan setara. Panggilan

iman orang Kristen ini secara historis telah dibangun sejak proklamasi kemerdekaan
58
Paulus Lilik Kristianto, Prinsip & Pratik Pendidikan Agama Kristen (Yogyakarta: ANDI, 2006),
hal.2
35

Indonesia. Oleh karena itu, hakikat PAK yang kontekstual mesti menegaskan peran

hidup orang beriman dalam mewujudkan tanggung jawabnya membangun bangsa

Indonesia yang berketuhanan, bersatu, setara dan berkeadilan, serta menghargai

kemajemukan masyarakat dan bangsa59.

Hakikat PAK berkaitan dengan pemahaman akan pengertian dan tujuan PAK

itu sendiri. Secara teoritis, Robert R. Boehlke mengutip pernyataan Martin Luther

(1483-1548) menjelaskan pengertian PAK adalah sebagai berikut: Pendidikan yang

melibatkan warga jemaat untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa

mereka serta bersukacita dalam firman Yesus Kristus yang memerdekakan.

Pendidikan Agama Kristen berfungsi untuk memperlengkapi mereka dengan sumber

iman, khususnya yang berkaitan dengan pengalaman berdoa, firman dan rupa-rupa

kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk masyarakat dan

negara serta mengambil bagian dengan bertanggung jawab dalam persekutuan

Kristen60.

Thomas Groome mengatakan bahwa hakikat dan tujuan PAK “mengharuskan

kita memajukan kesadaran pribadi (personal cognition) sebagai suatu proses reflektif,

dialektis dan dialogis yang kritis yang mendorong suatu ‘hubungan yang benar’ antara

yang mengetahui dan yang diketahui dalam suatu komunitas wacana, dan bahwa kita

perlu memperluas perhatian kita melampaui sekadar kognisi saja 61. Maksud Groome

adalah bahwa kita perlu memberi perhatian kepada semua dimensi kemanusiaan dan

mengartikulasikan fondasi filosofis yang paling mendasar serta tugas kita ini sebagai

59
Hematang, V, Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, (Jakarta:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2021), hal. 5-7
60
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pemikiran dan Praktek PAK dari Plato sampai Ig.
Loyola, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994), hal. 342
61
Thomas H. Groome, Sharing Faith: A Comprehensive Approach to Religious Education & Pastoral
Ministry, (San Francisco: Harper Collin, 1991), hal. 8
36

ontologis dan bukan sekadar epistemologis. Atas dasar itu Groome mengusulkan

kombinasi epistemologis dan ontologis dengan istilah ontology epistemis (epistemic

ontology) untuk merefleksikan kepentingan kependidikannya dan juga keyakinan

sentralnya bahwa epistemologi dan ontologi, mengetahui dan keberadaan seharusnya

disatukan dalam fondasi filosofis dari PAK.

PAK harus mampu menyikapi perkembangan zaman, sehingga peserta didik

mampu menyelesaikan dan menjawab segala problematika yang dihadapi. Disinilah

peserta didik merasakan pentingnya PAK dalam kehidupannya. Dengan demikian,

PAK harus memiliki muatan pembelajaran kontekstual, artinya materi yang ada di

dalam PAK selalu dikaitkan dengan situasi dan konteks agar dapat menjelaskan kasus-

kasus yang dialami dalam kehidupan nyata. Fakta yang diperoleh dari kajian bagi

program PAK , yaitu: 1) Pelaku telah diberi karunia Roh; 2) Bertujuan mendewasakan

umat melayani; 3) Menghasilkan dan hubungan harmonis; 4) Bersifat kebenaran

teologis; 5) Penuh kasih karunia dan kebenaran; 6) Saling membantu dan berkembang

secara harmonis.

1.1.3.3 Tujuan Pendidikan Agama Kristen (PAK)

Tujuan Pendidikan Agama Kristen adalah untuk memampukan orang-orang

hidup sebagai orang-orang Kristen, yakni hidup sesuai iman kristen 62. Menurut Daniel

dalam bukunya Groome yang berjudul “Christian Religius Education”

mengedepankan bahwa tujuan pendidikan Agama Kristen adalah agar manusia

mengalami hidupnya sebagai respon terhadap kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus 63.

Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Kristen dapat

62
Ibid., 48.
63
Daniel Nuhamara, Pembimbing Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta: Ditjen Bimas Kristen
Protestan dan Universitas Terbuka, 1992),hal. 27
37

menumbuhkan dan mengembangkan iman serta kemampuan siswa untuk dapat

memahami dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam

kehidupan sehari-hari, serta mendewasakan para murid Kristus (Efesus 4:11-13)

menunjukkan bahwa tujuannya adalah menjadikan murid dewasa dan bertumbuh

sesuai dengan kepenuhan Kristus dan tujuan ini harus dicapai selama murid-murid

Kristus masih hidup didunia.

Adapun beberapa tujuan pendidikan agama kristen antara lain64:

1. Membawa kepada kedewasaan rohani

Kedewasaan rohani tidak dimiliki secara tiba-tiba oleh seseorang, tetapi terjadi

ketika seseorang tersebut mengikuti pengajaran, beribadah, berdoa, bersekutu dan

mempelajari Alkitab atau Firman Tuhan, maka kedewasaan rohani seseorang akan

dimiliki dan akan bertumbuh. Peserta didik dalam mendapatkan mata pelajaran

pendidikan agama kristen di sekolah bukanlah semata-mata untuk memenuhi tuntutan

kurikulum yang diberikan oleh dinas pendidikan, tetapi lebih jauh dari pada itu.

Melalui pendidikan agama kristen , peserta didik diharapkan dapat berkembang terus

dalam pemahaman tentang Allh dan menolong mereka supaya dapat hidup sebagai

murid-murid Kristus yang dewasa dalam iman. Kedewasaan rohani sangatlah penting

bagi orang yang terus bertahan di dalam iman kepada Yesus, terutama pada peserta

didik. Kedewasaan iman semakin nampak apabila seseorang mampu menghadapi

masalah dan tepat dalam menyelesaikannya.

2. Membawa kepada pertumbuhan rohani

Pertumbuhan rohani dilihat dari dua aspek yaitu aspek vertikal dan aspek

horisontal. Aspek vertikal adalah diperbaharuinya hubungan seseorang dengan Allah


64
Ermindyawati, L, Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Terhadap Perilaku Siswa-Siswi,
(Semarang: Fidei, Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika, 2019), ISSN, hal. 2621-8151
38

yang dikokohkan melalui Firman Allah dan doa. Hubungan horisontal ditandai dengan

praktek iman dalam hubungannya dengan sesama. Pertumbuhan iman itu sangat

penting bagi kedewasaan rohani peserta didik yang terus menerus dalam pengenalan

akan Allah (Kolose 1:10) dalam karunia (2 Petrus 3:8), hidup dalam pimpinan Roh

Allah dan segala jalannya hidupnya dilandasi dengan kasih Allah (Matius 22:23).

Tanda-tanda ini akan terus semakin terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Pertumbuhan

rohani juga dapat dilihat bagaimana seseorang merenungkan dan melakukan Firman

Tuhan, jika hal itu dilakukan maka perubahan hidup seseorang akan semakin

diubahkan di dalam Kristus. Sejalan dengan hal ini menjadikan ajaran agama sebagai

ajaran yang dapat dipraktekkan, maka perlunya memahami pendidikan agama kristen

merupakan pedoman hidup bagi umat kristen, artinya bahwa seluruh isi dari pada

pendidikan agama kristen benar-benar harus berangkat dari titik tolak untuk mencapai

maksud dan tujuannya.

1. Membawa kepada pemuridan

Murid berarti individu yang mau diajar, dididik, dilatih, dibentuk, dan diproses

menjdi manusia yang bermoral. Setiap manusia mempunyai hak untuk mendapatkan

hal-hal tersebut di atas. Dalam konteks iman kristen, pemuridan merupakan bagian

dari tanggung jawab orang percaya kepada Yesus, hal itu didasarkan amanat agung

(Matius 28:19-20). Amanat merupakan perintah yang harus dilakukan sebagaimana

yang telah diperintahkan, amanat Yesus Kristus berbicara kepada semua orang yang

beriman kepadanya. Ini berarti bahwa amanat Yesus menunjukkan perhatianNya

kepada seluruh bumi untuk diberitakan ajaran yang telah diberikan kepada tiap-tiap

pribadi yang beriman kepadanya. Puncak dari tujuan pemuridan ini adalah supaya

kerajaan Allah dapat disampaikan dan pribadi manusia mengalami perubahan hidup.
39

Pendidikan dapat berjalan dengan baik jika memiliki tujuan yang jelas. Tujuan

menjadi objek yang harus dicapai. Berikut adalah beberapa tujuan PAK yaitu

memimpin murid supaya65:

1. Mengenal ajaran-ajaran asasi dari agama Kristen;

2. Bekerjasama dengan Allah untuk mendatangkan kerajaan-Nya, sambil

membaktikan diri kepada penguasannya;

3. Mengambil bagian secara aktif dalam jemaat setempat;

4. Menumbuhkan keyakinan akan persekutuan rohani semua orang percaya;

5. Mengambil bagian dalam kebaktian suci, baik dalam rumah tangga maupun

dalam rumah gereja;

6. Memberi kesaksian perseorangan, baik dengan perkataan maupun dengan

perbuatan, sambil menaruh perhatian terhadap usaha pekabaran Injil dari

gereja;

7. Hidup sebagai orang kristen yang dalam segala-galanya bertanggung jawab

terhadap Tuhannya.

Tujuan utama Pendidikan Agama Kristen ialah mengalami Allah. Artinya,

melalui PAK orang-orang dibawa untuk mengalami perjumpaan secara pribadi dengan

Kristus, mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh, hidup dalam ketaatan serta

mampu mempraktikkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Matius 22:37-

39 tercantum pernyataan Yesus sebagai berikut: “Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah

Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan

segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum

yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
65
Ritonga, N. Teologi Sebagai Landasan Bagi Gereja Dalam Mengembangkan Pendidikan Agama
Kristen, (Lampung: Jurnal Shanan, 2020), 4(1), hal. 21-40
40

sendiri”. Dari pernyataan ini terlihat betapa Yesus menginginkan agar para pengikut-

Nya mewujudkan kasih-Nya baik kepada Allah maupun kepada sesamanya manusia.

PAK mempunyai dua tugas utama, yaitu: Pertama, memperlengkapi gereja

(orangorang kudus) supaya dapat melaksanakan tugas pelayanan (menjangkau jiwa-

jiwa bagi Kristus). Kedua, memperlengkapi gereja (orang-orang kudus) membangun

tubuh Kristus, yaitu supaya gereja semakin bertambah dalam iman, mempunyai

kedewasaan penuh sehingga layak menyambut kedatangan Kristus yang adalah kepala

tubuh (kepala gereja)66.

Tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di Sekolah adalah67:

1. Mengenal dan mengimani Allah yang berkarya menciptakan alam semesta dan

manusia,

2. Mengimani keselamatan yang kekal dalam karya penyelamatan Yesus Kristus,

3. Mensyukuri Allah yang berkarya dalam Roh Kudus sebagai Penolong dan

Pembaru hidup manusia,

4. Mewujudkan imannya dalam perbuatan hidup setiap hari dalam interaksi

dengan sesama dan memelihara lingkungan hidup,

5. Mampu memahami hak dan kewajibannya sebagai warga gereja dan warga

negara serta cinta tanah air,

6. Membangun manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara

bertanggung jawab dan berakhlak mulia serta menerapkan prinsip moderasi

beragama dalam masyarakat majemuk,

7. Membentuk peserta didik menjadi anak-anak dan remaja Kristen yang

66
Sahertian, M, Pendidikan Agama Kristen dalam Sudut Pandang John Dewey, (Yogyakarta:
Jurnal Teruna Bhakti, 2019), 1(2), hal. 101-116
67
Hematang, V, Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, (Jakarta:
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2021), hal. 5–7
41

memiliki kedewasaan berpikir, berkata-kata dan bertindak sehingga

menampakkan karakter kristiani,

8. Membentuk sikap keterbukaan dalam mewujudkan kerukunan intern dan

antara umat beragama, serta umat beragama dengan pemerintah,

9. Memiliki kesadaran dalam mengembangkan kreativitas dalam berpikir dan

bertindak berdasarkan Firman Allah, dan

10. Mewujudkan peran nyata di tengah keluarga, sekolah, gereja dan masyarakat

Indonesia yang majemuk.

Tujuan yang ingin dicapai melalui PAK yang dilaksanakan di sekolah-sekolah

adalah terjadinya transformasi dan internalisasi nilai-nilai kristiani bagi para peserta

didik. Dengan kata lain PAK merupakan pendidikan nilai, sehingga diharapkan

melaluinya terjadi perubahan dan pembaruan baik pemahaman maupun sikap dan

perilaku. Baik pendidikan agama maupun pengajaran agama yang bersifat dogmatietis

sesungguhnya merupakan tanggung jawab keluarga dan gereja. Transformasi dan

internalisasi nilai-nilai kristiani bagi para peserta didik juga dapat difasilitasi oleh para

pendidik PAK. Dengan kata lain PAK merupakan pendidikan nilai, sehingga

diharapkan melaluinya terjadi perubahan dan pembaruan, baik tentang pemahaman

maupun sikap dan perilaku68.

a. KERANGKA KONSEPTUAL

Menjadi Guru Pendidikan Agama Kristen merupakan suatu panggilan dari

Allah, dan juga merupakan pekerjaan yang sangat mulia dalam mendidik anak murid

68
Hutapea, R. H, Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Pada Kurikulum 2013, (Kupang:
Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH): 2019), 1(1), hal. 18-30
42

dengan baik. Guru Agama Kristen akan terus menerus berusaha untuk menyajikan

pembelajaran dengan baik dan mudah dipahami.

Tanggung jawab seorang guru pendidikan agama kristen adalah sebuah posisi

yang sangat diperhatikan oleh banyak orang. Kehidupan guru agama kristen harus

benar-benar menjadi teladan bagi banyak orang agar kebenaran-kebenaran sabda Allah

tersebar dan dapat terlaksana dalam ruang lingkup kehidupan guru itu sendiri dan para

anak didik.

Sosok pribadi Guru PAK ini sangat berhubungan erat dengan aksi dan reaksi

para anak didik. Maksudnya adalah Guru PAK itu harus dewasa secara emosi, spiritual

dan intelektual. Guru PAK harus dapat menilai anak didiknya sejauh mana keaktifan

mereka dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan baik.Maka guru juga harus

mempersiapkan materi dengan memakai media pembelajaran yang interkatif yaitu

dengan mneggunakan power point.

Anak didik yang menerima materi pembelajaran harus mempersiapkan diri

baik secara jasmani dan spritual untuk dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dari

guru PAK nya. Peserta anak didik ini harus berlatih untuk senanstiasa mendoakan

setiap pokok bahasan PAK yang disampaikan Gurunya.

Jadi, sangat penting sekali hubungan yang erat dan saling bersinergi antara

guru dan murid. Guru menyampaikan materi atau menyajikan materi dengan

mengunakan media pemebelajaran interaktif dan siswa menerima materi dengan

baik,karena mereka semua itu berasal dari latar belakang yang berbeda-beda dan juga

memilki daya tangkap yang berbeda-beda . Tidak ada satupun anak didik yang sama

diciptakan oleh Tuhan.


43

Kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:

Media Pembelajaran Keaktifan Siswa pada


Power Point Mata Pelajaran PAK

Variabel X Variabel Y

Keterangan:

 Dari gambar di atas maka paradigma penelitian bergerak dari Variabel X ke

Variabel Y. Artinya, ada hubungan satu arah antara antara kedua variabel yaitu

dengan diterapkannya media pembelajaran melalui power point akan

meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran pendidikan Agama Kristen.

 Dengan gambar di atas, penulis berusaha menemukan hubungan diantara

variabel-variabel yang diukur. Penentuan variabel yang akan diukur dapat

dibuat sesuai yang diinginkan.

A. PENGAJUAN HIPOTESA

Hipotesis adalah jawaban sementara yang dilakukan penulis

berdasarkan permasalahan penelitian (judul). Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode korelasi, maka hipótesis teoritis yaitu:

Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan media pembelajaran

interaktif power point terhadap keaktifan siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Kristen yang menunjukkan “Semakin sering menggunakan power point

sebagai media dalam proses belajar mengajar akan meningkatkan keaktifan siswa pada

mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen”.


44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
45

A. Metode Penelitian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode berasal dari bahasa Yunani,

yang terdiri dari 2 suka kata yaitu “Metha” dan “Hodos”. Metha artinya melalui dan

Hodos artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain metode artinya jalan atau

cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Metode artinya cara teratur

yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang

dikehendaki. Sedangkan penelitian yang berasal dari bahasa Inggris yaitu “research”,

yang terdiri dari 2 suku kata re artinya kembali dan search artinya mencari. Jika

digabungkan research adalah mencari kembali untuk mendapatkan sesuatu.

Metode yang digunakan oleh peneliti untuk penelitian ini adalah metode

kuantitatif dengan menggunakan pendekatan eksperimen, yaitu dengan mengadakan

serangkaian perlakuan secara langsung terhadap sampel.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Labuhan Deli. Peneliti memilih

tempat tersebut karena peneliti sudah melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan

di sekolah tersebut dan mudah dijangkau. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian ini

dimulai bulan April – Mei 2023. Kegiatannya adalah mengadakan pembicaraan

dengan kepala sekolah dan kemudian mempersiapkan administrasi termasuk

penyusunan angket, serta uji coba instrumen.

C. POPULASI DAN SAMPEL

a. Populasi

Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik

kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai


46

sekelompok objek yang lengkap dan jelas.69 Adapun populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Labuhan Deli yang berjumlah

82 siswa/i.

b. Sampel

Sampel adalah bagian jumlah dalam karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Makin banyak objek yang diteliti maka kekurangan ketelitian yang

dihasilkan kemudian dikaitkan lagi kurang menguasai objek yang sedikit,

hasilnya lebih baik dari menguasai objek terlalu banyak 70 sesuai dengan

pendapat di atas supaya penelitian ini lebih terjamin serta lebih baik, maka

sampel penelitian ini ditetapkan yaitu sebagian kecil dari anggota populasi

selanjutnya Suharsimi Arikunto, mengatakan bahwa: apabila subyek kurang

dari 100, lebih baik diambil semua dari penelitian merupakan populasi,

sebaliknya jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15 % atau lebih.

Karena jumlah populasi kurang 100 orang maka sampel diambil sebanyak 82

orang. Karena itu penelitian ini adalah penelitian populasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diinginkan, maka peneliti menggunakan

angket tertutup, yaitu membuat sejumlah pertanyaan lengkap dengan jawaban.

Berdasarkan angket yang diedarkan terdapat dua aspek yaitu:

a) Media Pembelajaran Power Point

b) Keaktifan Siswa pada Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen

Peneliti menyusun angket sejalan dengan dasar-dasar teoritis sebagaimana

telah diuraikan pada bab sebelumnya. Penulis sebelum menyebarkan angket ini kepada
69
Husaini Usman dkk, Metodologi Penelitian sosial, (Jakarta: Bumi Akasara, 1998), hal.53
70
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian,. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 131
47

responden untuk dilakukan uji coba, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan

pembimbing. Angket ini berisi pertanyaan yang berjumlah 40 butir sebagai alat

pengummpulan data dengan option yakni:

1. Untuk option “a” diberi 4

2. Untuk option “b” diberi 3

3. Untuk option “c” diberi 2

4. Untuk option “d” diberi 1

Kondisi ini disesuaikan dengan skala linkerth . Bilamana seorang siswa (objek)

memilih jawaban “a” dari no 1 sampai 20 maka skor menjadi 4x40 =160. Demikian

pilihan “b” dari 1 sampai 20 maka skoranya menjadi 3x40 = 120, bila pilihan “c”

maka skor menjadi 2x40 = 80, dan bila pilihan “d” maka skor menjadi 1x40 = 40

Dengan demikian skor tertinggi adalah 160 dan terendah adalah 40.

Tabel 1

Kisi-kisi Angket Variabel X Pengaruh Media Interaktif Power Point

Variabel X Aspek No.

Pertanyaan

Pengaruh Penggunaan I. Meningkatkan 1-7 7

Media Pembelajaran keaktifan siswa

Interaktif Dengan II. Mempermudah siswa 8-14 7

Software Power Point memahami materi

III. Mempengaruhi daya 15-20 6

ingat siswa

Variabel Y Aspek No Jumlah


48

Pertanyaan

Keaktifan Siswa pada I. Kesiapan siswa dalam 21-23 3

Mata Pelajaran PAK mengikuti

pemebelajaran

II. Interaksi dengan guru 24-27 4

III. Mengerjakan Soal dan 28-31 4

Tugas

IV. Kerja sama dengan

teman sekelompok 32-34 3

V. Keaktifan Siswa pada

mata pelajaran PAK 35-37 3

VI. Mampu mengeluarkan

pendapat 38-40

Jumlah 40

E. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui apakah ada hubungan satu arah antara penggunaan media

pembelajaran power point dengan keaktifan siswa pada pembelajaran PAK, berapa
49

besarkah peran Guru PAK dalam mengajar siswa melalui media pembelajaran power

point terhadap keaktifan siswa pada pembelajaran PAK di SMA Negeri 1 Labuhan

Deli tahun 2023, maka dilakukan uji test yang disusun melalui angket. Adapun soal

yang diajukan kepada siswa SMA Negeri 1 Labuhan Deli sebanyak 40 soal.

Dan untuk untuk mencari korelasi (hubungan) penggunaan media

pembelajaran power point dengan keaktifan siswa pada pembelajaran

Pendidikan Agama Kristen, maka dipakai rumus Sperman Brown, yang

dikutip oleh Arikunto,71 sebagai berikut:

2 xr
r 11
Rumus Reabilitas : 1+r

Untuk mengetahui korelasi bimbingan Guru dengan hasil belajar Pendidikan

Agama Kristen, maka dipakai rumus Arikunto72, yang dikutip oleh Arikunto, sebagai

berikut:

N ( ∑ XY ) −( ∑ X )( ∑ Y )

=√
{( ∑ X ) ( ∑ X ) }{( (∑ Y )) ( ∑ Y ) }
2 2 2 2

N − N −
Rxy

Keterangan:

R = Koefisien korelasi

X = Data variabel bebas

Y = Data variabel terikat

R xy = koefisien korelasi validitas angket

N = Jumlah total data

∑ xy = Jumlah dari seluruh perkalian


71
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 191
72
Ibid, hal 243
50

∑x = Jumlah skor seluruh subjek butir

∑y = Jumlah skor keseluruhan butir pada subjek

∑x
2
= Jumlah skor keseluruhan subjek kuadratkan

∑y
2
= Jumlah seluruh skor dari masing-masing yang dikuadratkan

Untuk menentukan apakah hipotesis di terima atau ditolak, maka akan

dilakukan dengan menghitung nilai korelasi dengan rumus di atas pada bab

selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai