Anda di halaman 1dari 14

KEGIATAN REPLANTING KELAPA SAWIT

DI PT SGSR (SINAR GUNUNG SAWIT RAYA) KEBUN MANDUAMAS

LAPORAN

OLEH:

KRISTINA PASARIBU
170301141
AGRONOMI

MATA KULIAH PENGELOLAAN LAHAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peremajaan perkebunan kelapa sawit rakyat telah menjadi fokus

pemerintah sejak 2017 dalam rangka perbaikan tata kelola perkebunan kelapa

sawit Indonesia serta peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat.

Program peremajaan dinilai penting karena saat ini 2,4 juta hektar dari 5,6 juta

hektar kebun sawit rakyat kurang produktif (Sawit Plus, 2018).

Implementasi program peremajaan kelapa sawit rakyat telah diatur oleh

pemerintah melalui Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor 29 Tahun

2017 dan Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor 240 Tahun 2018.

Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian mendefinisikan

peremajaan kelapa sawit sebagai upaya pengembangan perkebunan yang

dilakukan dengan mengganti tanaman tua yang telah melewati umur ekonomis 25

tahun; atau memiliki produktivitas kurang dari sepuluh ton TBS per hektar per

tahun pada umur minimal tujuh tahun; atau menggunakan bibit tidak bersertifikat

dengan tanaman kelapa sawit yang berkualitas tinggi dan bersertifikat.

Program peremajaan kelapa sawit diwujudkan melalui pemberian bantuan

biaya peremajaan kepada pekebun rakyat sebesar 25 juta rupiah per hektar dengan

maksimum empat hektar kebun untuk setiap kepala keluarga (KK). Komponen

peremajaan yang dibiayai BPDPKS meliputi biaya operasional persiapan

peremajaan, biaya peremajaan, serta pengembangan sumber daya manusia. Secara

garis besar, biaya persiapan peremajaan mencakup persiapan administrasi

(misalnya: pembuatan peta kebun dan pengumpulan surat legalitas) dan

pembentukan kelembagaan pekebun. Biaya peremajaan meliputi biaya persiapan


lahan dan pengadaan bibit bersertifikat, pupuk, pestisida, alat pertanian, dan

infrastruktur yang diperlukan. Biaya pengembangan sumber daya manusia, yang

terdiri dari biaya pendampingan dan fasilitasi kepada pekebun, bertujuan untuk

meningkatkan kapasitas pekebun dalam melakukan peremajaan dan pengelolaan

kebun kelapa sawit agar semakin produktif dan ramah lingkungan.

Peremajaan kelapa sawit rakyat dilaksanakan di 20 provinsi prioritas dan

ditargetkan selesai pada 2022 (BPDPKS 2018a). Pada 2017, pemerintah

menargetkan peremajaan 20.780 hektar lahan kebun rakyat (GAPKI 2018b),

dilanjutkan dengan 185.000 hektar lahan tambahan di 2018 (Laoli, 2018). Namun

hingga penghujung 2018, realisasi peremajaan hanya mencapai 14.264 hektar

yang tersebar di tujuh provinsi, yaitu Sumatra Selatan, Sumatra


TINJAUAN PUSTAKA

Replanting merupakan peremajaan atau tanam ulang kelapa sawit ditempat

areal atau kebun yang sama. Tujuan replanting diantaranya adalah mengganti

tanaman yang sudah tua atau tidak produktif, melakukan penanaman ulang

kembali dengan tanaman yang sama, untuk kontinuitas/kesinambungan budidaya

kelapa sawit dan untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil

produksi (Irwanto, 2018).

Pertimbangan suatu kebun saat akan melakukan peremajaan adalah

melihat produktivitas tanaman dalam kebun tersebut terlebih dahulu, meliputi

kerapatan tanaman per hektar dan serangan hama penyakit. Apabila produktivitas

tanaman di bawah standar yang telah ditetapkan perusahaan, maka perlu diadakan

peremajaan. Selain itu, peremajaan juga dapat dipertimbangkan apabila panen

sulit dilakukan akibat tanaman yang sudah terlalu tinggi.

Penelitian yang dilakukan Susanti et al. (2014) menyatakan bahwa

alternatif model peremajaan underplanting mampu memberikan keuntungan

secara finansial dibandingkan model peremajaan intercropping (tanaman sela).

Peremajaan model underplanting telah dinilai lebih efektif dan efisien. Model ini

menebang tanaman tua secara bertahap atau tidak secara keseluruhan sehingga

memungkinkan perusahaan tidak kehilangan pendapatan selama tanaman yang

diremajakan belum menghasilkan karena masih tersedianya pendapatan dari

tanaman tua yang disisakan.

Model replanting yang dilakukan di kebun ini yaitu; Model tanam ulang

sebagian (Underplanting) dan model intercropping.


1. Model tanam ulang sebagian (Underplanting) dilakukan secara bertahap.

Pertama dilakukan penumbangan, penyincangan dan pemacakan pada sebagian

atau 50% dari luas lahan yang sudah mengalami penurunan produksi dan

selanjutnya akan dilakukan penanaman pada tahap I. Setelah tanaman pada Tahap

I berbuah, selanjutnya dilakukan penumbangan dan penanaman terhadap sisa

tanaman tua (Tahap II). Seluruh proses pada tahap pertama dilakukan kembali

pada tahap kedua. Selama penanaman Tahap I, perusahaan perkebunan masih

mendapatkan penghasilan dari kebun yang belum direplanting.

Keunggulan model underplanting ini adalah bahwa perusahaan masih

memperoleh penghasilan selama masa vegetatif tanaman baru dari sebagian

tanaman yang belum diremajakan. Kelemahan model ini adalah umur tanaman

dan kegiatan panen menjadi tidak seragam dalam satu afdeling.

2. Peremajaan model intercropping adalah peremajaan model tanam ulang total

dikombinasikan/dipadu dengan intercropping (tanaman musiman sebagai tanaman

sela) sebagai pengganti tanaman penutup tanah (land cover crops)

(Suwondo and Saputra, 2012). Model tanam ulang intercropping lebih bertujuan

untuk menjamin kontinuitas pendapatan dengan menanam tanaman sela sebelum

tanaman kelapa sawit menghasilkan (0-3 tahun), dimana kanopi dan perakaran

tanaman masih relatif belum berkembang. Lahan yang diremajakan akan terbuka

dan memperoleh cahaya matahari secara penuh sehingga dapat dimanfaatkan

untuk tanaman sela dalam pola tumpangsari. Lahan yang sebelumnya memiliki

potensi serangan jamur Ganoderma yang tinggi, akan diistirahatkan dengan

menanam tanaman jagung.


Keunggulan tanam ulang dengan intercropping ini adalah pertumbuhan

tanaman lebih seragam, mudah melaksanakan kegiatan panen, dan hilangnya

pendapatan dari tanaman kelapa sawit tergantikan oleh adanya tanaman pangan,

meskipun besarnya pendapatan dari tanaman pangan lebih rendah dari tanaman

kelapa sawit.
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Pengamatan

Saya melakukan pengamatan pengolahan lahan ini ketika saya sedang


melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Sinar Gunung Sawit Raya
Kecamatan Sirandorung Kabupaten Tapanuli Tengah pada tanggal 13 Juli 2020
hingga 15 Agustus 2020.
Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam pengolahan lahan untuk kegiatan


replanting ini yaitu adalah alat berat yakni excavator untuk menumbang serta
mencincang seluruh bagian tanaman kelapa sawit, buldozer untuk membantu
merapikan sisa penumbangan tadi ke jalur yang telah ditentukan, BBM sebagai
bahan bakar untuk alat berat.
Bahan yang digunakan dalam pengolahan lahan untuk kegiatan replanting
ini yaitu Decopalma yaitu pupuk hayati Endofit untuk kelapa sawit yang berfungsi
untuk mempercepat proses dekomposisi.
Prosedur Replanting
- Dipanen seluruh TBS kelapa sawit yang matang dan yang masih mentah

- Dipisahkan TBS yang matang dan mentah agar mudah dalam proses

pengangkutan

- Dilakukan penumbangan menggunakan excavator terhadap kelapa sawit

yang TBS nya sudah dipanen

- Dilakukan chipping atau pencincangan pada bagian-bagian kelapa sawit

dengan ketebalan <10 cm

- Dilakukan pendongkelan akar kelapa sawit menggunakan excavator

- Dilakukan perumpukan dengan menarik semua bagian-bagian kelapa sawit

ke dalam satu jalur lurus yang telah ditentukan

- Dilakukan penggalian parit untuk membuat drainase agar lahan tidak

tergenang ketika dimusim hujan dan menjadi tempat penampungan air


- Di lahan yang akan ditanam komoditi jagung, maka akan dibuat lubang

dan dimasukkan bagian-bagian kelapa sawit seperti akar, batang dan

pelepah untuk ditimbun ke dalam tanah agar lahan bersih dan rata
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambar 1. Proses Chipping menggunakan excavator

Gambar 2. Hasil Chipping dengan ketebalan < 10 cm

Gambar 3. Pendongkelan akar kelapa sawit


Gambar 4. Pembuatan parit

Gambar 5. Penggalian lubang

Gambar 6. Penimbunan bagian-bagian kelapa sawit


Gambar 7. Pemancangan

Gambar 8. Pengaplikasiaan Decopalma mempercepat dekomposisi


Pembahasan

Kegiatan replanting di kebun ini dilakukan karena di samping jumlah

produksi per luasan lahan sudah menurun dan umur tanaman kelapa sawit sudah

mencapai 26 tahun, kegiatan ini dilakukan untuk memperbaiki lahan dengan

pengaturan terhadap jarak tanam, perbaikan drainase dan memperbaiki kondisi

tanah. Menurut Irwanto (2018) menyatakan bahwa tujuan replanting diantaranya

adalah: mengganti tanaman yang sudah tua atau tidak produktif, melakukan
penanaman ulang kembali dengan tanaman yang sama, untuk

kontinuitas/kesinambungan budidaya kelapa sawit dan untuk meningkatkan

produksi dan kualitas hasil produksi kebun.

Model replanting yang dilakukan di kebun ini yaitu; Model tanam ulang

sebagian (Underplanting) dan model intercropping. Model yang dilaksanakan

kebun ini bertujuan untuk menekan biaya peremajaan dan perusahaan masih

mendapat penghasilan dari tanaman sawit yang belum di replanting dan dari

tanaman sela. Penelitian yang dilakukan Susanti et al. (2014) menyatakan bahwa

alternatif model peremajaan underplanting mampu memberikan keuntungan

secara finansial dibandingkan model peremajaan intercropping (tanaman sela).

Peremajaan model underplanting telah dinilai lebih efektif dan efisien. Model ini

menebang tanaman tua secara bertahap atau tidak secara keseluruhan sehingga

memungkinkan perusahaan tidak kehilangan pendapatan selama tanaman yang

diremajakan belum menghasilkan karena masih tersedianya pendapatan dari

tanaman tua yang disisakan.

Kegiatan penumbangan, pencincangan, dan merumpuk pokok merupakan

suatu rangkaian yang tidak terpisahkan karena ketiga kegiatan tersebut dilakukan

langsung secara berurutan di lapangan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Wisnu dan Ahmad (2017) menyatakan bahwa penumbangan pokok

dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah kegiatan pencincangan batang

kelapa sawit. Kegiatan pencincangan dilakukan langsung setelah pokok kelapa

sawit tumbang dengan menggunakan bucket pisau yang telah dipasang pada

bucket excavator. Pencincangan ini bertujuan untuk mempercepat pelapukan

pokok sawit dan menghindari perkembangbiakan Oryctes rhinoceros pada pokok


yang sudah mati. Pencincangan dilakukan dari bagian bonggol akar hingga ujung

pelepah. Batang kelapa sawit yang telah dicincang akan disusun rapi sesuai

dengan pancang rumpuk yang telah ditentukan sebelumnya. Rumpukan ini

bertujuan untuk merapikan baris tanaman, sebagai mulsa tanaman, dan bermanfaat

sebagai bahan organik yang dapat menyuburkan tanaman.

Alat yang digunakan dalam kegiatan peremajaan kelapa sawit ini yaitu

excavator. Excavator rata-rata dapat menumbang, mencincang, dan merumpuk 13

pokok kelapa sawit dalam satu hari kerja. Jam kerja excavator normalnya adalah

10 HM (Hours machine) sehingga dalam satu jam, satu excavator dapat

menumbang, mencincang, dan merumpuk 13 pokok kelapa sawit. Kegiatan

menumbang, mencincang, dan merumpuk dapat terhambat apabila di lapangan

terjadi hujan. Kondisi lahan yang becek dapat memperberat kinerja mesin dan

dapat membuat mesin menjadi cepat rusak.


DAFTAR PUSTAKA

Amri, Q. 2018. “Inilah 6 Solusi Percepatan Replanting Sawit Rakyat.”


https://sawitindonesia.com/rubrikasi-majalah/berita-terbaru/inilah-6-solusi
percepatan-replanting-sawit-rakyat/.
BPDPKS. 2018a. “Peremajaan Sawit Rakyat.” https://www.bpdp.or.id/wpcontent/
uploads/2018/10/Replanting-Sawit-2018-2.jpg.

GAPKI. 2018b. “GAPKI: Kucuran Dana untuk Peremajaan Sawit Akan


Berdampak Positif.” https://gapki.id/news/3963/gapki-kucuran-danauntuk-
peremajaan-sawit-akan-berdampak-positif.
Irwanto. 2018. Replanting Kelapa Sawit. Balai Pelatihan Pertanian Jambi. Jambi.

Kumparan. 2018. “2,1 Juta Hektare Lahan Sawit Terindikasi Hasil Benih Ilegal.”
https://kumparan.com/@kumparanbisnis/lahan-2-1-juta-hektaresawit-
terindikasi-hasil-benih-ilegal.

Laoli, N. 2018. “Program Replanting Sawit BPDP 2018 Disambut Positif.”


http://industri.kontan.co.id/news/program-replanting-sawit-bpdp-2018
disambut-positif.

Sawit Plus. 2018. “Dirjenbun - Replanting Tak Semudah Membalik Tangan.”


https://www.sawitplus.com/2018/02/24/dirjenbun-replanting-taksemudah
membalik-tangan/.
Susanti, E., Hutabarat, S., Muwardi, D. 2014. Analisis perbandingan alternatif
model peremajaan kelapa sawit konvensional dengan underplanting pola
Perkebunan Inti Rakyat (PIR) di Desa Sei Lambu Makmur, Kecamatan
Tapung, Kabupaten Kampar. Jurnal Faperta Vol 1 No 2. Universitas Riau.
Riau, ID.

Suwondo, & Saputra, S. I. (2012). Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan untuk


Kesejahteraan Masyarakat. UR Press, Pekanbaru.

Anda mungkin juga menyukai