Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PELAKSANAAN

PRAKTEK KERJA
PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA

OLEH:

CLARISSA APRILIAN OMPUSUNGGU E1G020046


INDAH TRINANDA SITUMORANG E1G020050
GALANG LAMBUE SINURAT E1G020057
RHONY SURANTA PURBA E1G020067
ANDRI SAPUTRA E1G020088
TRI LESTARI E1G020096

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PRAKTEK KERJA

OLEH:

Clarissa Aprilian Ompusunggu E1G020046


Indah Trinanda Situmorang E1G020050
Galang Lambue Sinurat E1G020057
Rhony Suranta Purba E1G020067
Andri Saputra E1G020088
Tri Lestari E1G020096

Telah Disetujui dan Disahkan Oleh:


Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknologi Pertanian

Drs. Syafnil, M.Si


NIP. 196307221994031002
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris, potensi ini didukung oleh faktor-faktor alam
seperti iklim dan tanahnya yang subur. Sektor pertanian di Indonesia memiliki peranan yang
cukup penting dalam perekonomian negara kerena kegiatan agroindustri yang berbasis
pertanian mampu memberikan devisa bagi negara. Kedua kegiatan tersebut harus kita
kembangkan dan kita tingkatkan terutama agroindustri yang cukup diperhitungkan.
Kelapa Sawit merupakan sebagai salah satu komuditi unggulan dalam sektor pertanian
di Indonesia, bahkan lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Bengkulu telah memberikan
kontribusi yang besar terhadap pertanian yang ada di Bengkulu, hal ini dikarenakan
tingginya lahan perkebunan sawit yang berada di Provinsi Bengkulu. Menurut data Badan
Pusat Statistik pada tahun 2015 luas perkebunan kelapa sawit di Provinsi Bengkulu adalah
sebesar 301.105 hektar dengan tingkat produksi sebesar 851.821,17 ton per tahun kelapa
sawit. Perkembangan di sektor ini masih sangat memungkinkan mengingat diversivikasi
produk yang dapat dihasilkan dan nilai tambah yang diperoleh.
Untuk meningkatkan daya saing produk minyak sawit di pasaran domestik dan
internasional, produsen melakukan peningkatan produktivitas dan mutu maupun
meningkatkan efesiensi usaha sehingga biaya produksi dapat di tekan. Penekanan biaya
produksi secara khusus perlu dilakukan penelaahan struktur biaya produksi sebagai landasan
efesiensi usaha.
Universitas Bengkulu sebagai institusi pendidikan berkewajiban mengahasilkan sarjana
- sarjana yang profesional dan berwawasan luas yang memiliki skill dan manajerial, dituntut
untuk mengakomodir kebutuhan ilmu dan teknologi yang terus berkembang. Disamping
perkuliahan yang bersifat mempelajari teori, mahasiswa perlu melakukan praktek kerja sesuai
dengan ilmu yang di pelajari diperkuliahan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran
yang lebih komprehensif mengenai kenyataan yang ada di lapangan.

1.2 Tujuan Praktek Kerja


1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan evaluasi terhadap berbagai aspek teknis
operasional sistem industri pertanian dengan menerapkan ilmu dan teori teknik industri
sebagai alat analisa sektor industri yang dilihat dan direkam selama kerja praktek.

1
1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami berbagai kaitan antara faktor-faktor di bidang industri
pertanian sebagai salah satu sistem mikro maupun makro.
b. Mahasiswa mampu menganalisa secara analitik aspek teknis, perencanaan dan
pengelolaan operasional sistem industri pertanian.
c. Mahasiswa mampu mempunyai keterampilan dalam pengamatan, pengumpulan data
dan informasi serta pengorganisasian dan laporan teknis yang baik.
1.2.3 Tujuan Praktek Kerja
a. Memahami informasi umum perusahaan.
b. Memahami informasi sistem panen dan pengolahan bahan baku.
c. Mempelajari dan memahami proses pengolahan dan produksi CPO.
d. Mampu mempelajari dan memahami pengendalian kualitas CPO.
e. Mempelajari dan memahami tentang sanitasi produk dan lingkungan sekitar PT. PP
London Sumatra Indonesia, Tbk Desa Marga baru Trans Subur
f. Mampu mempelajari dan memahami pengendalian dan pengolahan limbah kelapa sawit
di PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk Desa Marga baru Trans Subur

1.3 Manfaat praktek kerja


1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Menyelaraskan teori yang diperoleh dengan praktek dilapangan
b. Memberi pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa tentang dunia kerja
c. Mengetahui kiat-kiat untuk mencapai efisiensi dan efektifitas pada suatu indutri ditinjau
dari aspek manajerial.
1.3.2 Bagi Perusahaan
Informasi dan data yang diperoleh selama kerja praktek akan disusun dalam bentuk
laporan kerja praktek. Pada laporan tersebut akan disampaikan pendapat dan masukan
berdasarkan literatur dan diskusi ilmiah yang dimanfaatkan oleh pihak perusahaan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Komoditas (Kelapa Sawit)


Kelapa sawit (Elais guinensis) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang
termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang dikenal dengan jenis dura, psifera dan tenera.
Ketiga jenis ini dapat dibedaksn berdasrkan penampang irisan buah. Kelapa sawit sudah mulai
menghasilkan pada umur 24-30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan buah
pasir artinya dapat diolah tetapi kadar rendemen minyaknya masih rendah.
Minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dan minyak inti atau Palm Kernel Oil
(PKO) diperoleh dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Jumlah minyak yang diperoleh
dipengaruhi oleh beberapa komponen terutama adalah berat dan jumlah TBS serta rasio
minyak pertandan. Berat tandan cenderung meningkat seiring dengan umur tanam kelapa
sawit tetapi jumlah TBS cenderung menurun. Rasio minyak pertandan ditentukan oleh
beberapa komponen terutama rasio mesokrap perbuah dan rasio minyak permesokrap. Pada
tanaman jenis tenera rasio minyak pertandan mencapai 28% (Y.H Hui:1996)

2.2 Penyortiran TBS di Sortasi


Menurut Boyke Lubis (1988) hasil minyak sawit tang maksimal dari suatu TBS, jika
buah telah matang sempurna yang ditandai membrondol dari suatu tandan atau pada saat akan
membrondol. Mutu minyak sawit yang diperoleh dari buah yang membrondol bermutu rendah
karena setelah beberapa hari jasat renik dapat merusak dangin buah dan memberi kadar Asam
Lemak Bebas (ALB) yang tinggi serta mempengaruhi proses pemucatan.
Proses pemanenan TBS dikebun akan menggabungkan dua sasaran utama, seperti
memberi mutu ALB baku dan tingkat rendemen minyak sebesar-besarnya. Besar keragaman
tingkat kematangan ditentukan oleh lama pusingan. Pusingan panen yaitu jarak antara dua
panen dalam areal yang sama.
Sortasi penen yang dilakukan dipabrik pada umumnya untuk melihat fraksi kematangan
buah, mencatat segala farksi dan memberikan sasaran tetang mutu panen. Jika persentase
buah lewat matang dan kurang matang relatif tinggi maka perlu dilakukan tindakan untuk
memperbaiki jadwal panen.
Koordinasi Panen Angkut Olah (PAO) pada saat ini mempunyai peranan yang penting
dalam menjaga tingkat produktivitas. Angka kehilangan dapat terjadi karena:
✓ Buah masih mentah saat dipanen
✓ Buah matang yang tidak dipanen
3
✓ Brondolan tidak dikutip bersih
✓ Pencurian brondolan dari TBS
✓ Buah restan di THP membusuk dan tidak diangkut
✓ TBS dan brondolan jatuh dan tercecer
✓ Angka kehilangan dipabrik
Menurut Suyatno Risza (1995) ada beberapa upaya untuk mencegah kehilangan
sebagian produksi kelapa sawit yaitu:
1. membuat rencana kerja harian operasi untuk masing-masing subsistem yang
bersumber pada rencana harian operasi pabrik. Hal ini penting karena kapasitas
pabrik terbatas.
2. bagian transportasi harus dapat menyediakan armada angkut yang memadai,
untik mengankut TBS dari kebun ke Pabrik, guna menjaga kontinyunitas selama
proses produksi berlangsung.
3. rencana kerja harian operasi panen harus mengupayakan agar buah tersusun di
TPH pada jam 09.00 wib ±25% dari jumlah panen sehari, sehingga bagian panen
sudah dapat mengangkut kepabrik pada pukul tersebut
4. sistem hanca giring diperlukan untuk mengumpulkan buah siap angkut ke TPH
pada jam 09.00 wib, agar kegiatan amgkut dapat berjalan dengan lancar.
Indeks penyebaran produksi bulanan dalam setahun selalu berubah, kerena adanya
panen puncak dan rendah. Tingkat panen terhadap kapasitas pabrik dapat dipanen puncak dan
panen rendah. Tingkat panen terhadap kapasitas pabrik dapat dikemukakan sebagai berikut:
a) tingkaat panen rendah adalah 50% kapasitas pabrik
b) tingkat panen sedang adalah 50%-705 kapasitas pabrik
c) tingkat panen puncak adalah 70-100% kapasitas pabrik
pada saat panen puncak operasi jangan sampai terganggu oleh respirasi-respirasi besar. Baik
semi overhaul atau pun general overhaul.
Kapasitas maksimum pada panen puncak dapat dihitung dengan rumus :
12% x total produk setahun
K=
25 hari olah x 29 jam
Dengan asumsi panen dalam puncak sebualn ±25 hari dalam sehari pabrik berkerja
selama 20 jam, panen puncak tertinggi berdasarkan pengalaman ± 12% dari produksi setahun.
Tandan buah sawit yang diterima dipabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku,
yaitu menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak dan inti sebelum diolah perlu
dilakukan sortasi pan penimbangan.

4
Tandan yang diterima dipabrik, diperiksa mutunya sesuai visual. Pengujian dan sortasi
panen sebaiknya dilakuan pada setiap truk yang tiba dipabrik, akan tetapi hal ini tidak efisien.
Oleh sebab itu sortasi buah dilakukan secara acak, yaitu 10% terhadap muatan truk. Penilaian
terhadap mutu TBS didasarkan standar fraksi tandan:
Table 1. Spesifikasi fraksi TBS
Fraksi Istilah Kriteria
00 Mentah Sekali Brondol 0
0 Mentah Brondol 1-12,5 %
1 Kurang Matang Brondol 12,5-25%
2 Matang 1 Brondol 25-50%
3 Matang 2 Brondol 50-75%
4 Lewat matang Brondol 75-100%
5 Ranum Buah dalam ikut membrondol
Sumber : pusat penelitian kelapa sawit – Medan (1996)

2.3 Proses Pengolahan dan Produksi


Pengolahan TBS dipabrik bertujuan untuk memperoleh minyak yang berkualitas baik.
Peoses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan control yang cermat, dimulai
dari pengankutan TBS dan brondolan darti TPH ke pabrik sampai dihasilkan minyak sawit
dan hasil sampingannya.
Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama pengolahan TBS di pabrik, yaitu:
✓ Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah
✓ Minyak inti yang merupakan hasil ekstraksi inti sawit
Secara ringkas tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adalah
sebagai berikut :
2.3.1 Pengangkutan TBS ke Pabrik
TBS hasil panen harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. TBS yang
tidak segera diangkut kadar ALB-nya cenderung meningkat. Untuk menghindari hal tersebut,
maksimal delapan jam setelah panen TBS harus segera diolah.
Setelah sampai dipabrik, segera dilakukan penimbangan, yang bertujuan memperoleh
angka-angka terutama yang berkaitan dengan produksi kebun, pembayaran upah tenaga kerja,
kapasitas olah, dan perhitungan rendemen minyak sawit.
2.3.2 Perebusan TBS (Sterilizer)
Tujuan dari perebusan TBS (Boyke Loebis: 1988)
1. Untuk menghambat kenaikan ALB
2. Untuk memberikan kemudahan alat penebah untuk melepaskan sisa buah yang
masih melekat pada tandan.
5
3. Mempersiapkan mesocrap untuk ekstraksi
4. Mempersiapkan biji agar mudah dipecah
5. Mengendapkan protein sehingga mempermudah pemisahan minyak
Efisiensi perebusan ditentukan dengan
a. Kehilangan minyak dalam air rebusan
b. Kehilangan minyak dalam tandan kosong, semakin banyak minyak yang diserap
oleh tandan maka semakin besar pula resiko kehilangan minyak
c. Tandan mentah tidak sempurna di tebah
2.3.3 Thresser
Setelah perebusan TBS yang telah masak diangkit ke theresser dengan menggunakan
hoisting crane. Pada stasiun ini tandan buah segar yang telah direbus siap untuk dipisahkan
antara brondolan dan tandannya. Sebelum masuk ke daklam thresser TBS yang telah direbus
diatur pemasukannya dengan menggunakan auto feeder. Dengan menggunakan putaran TBS
dibanting sehingga brondolan lepas dari tandan dan jatuh ke convenyor dan elevator untuk
didistribusikan ke rethresser untuk pembantingan kedua kalinya. Untuk tandan kosong
didistribusikan dengan empty bunch convenyor untuk didistribusikan ke penampungan empty
bunch.
2.3.4 Stasiun Press
Untuk memisahkan biji sawit dari hasil pelumatan TBS maka perlu dilakuakn
pengadukan selama 25-30 menit selama buah bersih dari biji sawit, langkah selanjutnya
adalah pemerasan/ eksatraksi yang bertujuan untuk mengambil minyak dari massa adukan.
Brondolan yang telah lumat masuk ke dalam screw press untuk diperas sehingga dihasilkan
minyak (crude oil). Pada proses ini dilakukan penyemprotan air panas agar minyak yang
keluar tidak terlalu kental.
2.3.5 Pemurnian dan Penjernihan
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan/pengepresan masih berupa minyak
kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut
serta 40-45% air. Minyak sawit yang masih kasar dialirkan kedalam tangki minyak kasar dan
setelah memulai pemurnian atau klarifikasi yang bertahap akan menghasilkan minyak sawit
mentah (crude plam oil). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kadar air dari
dalam minyak.
2.3.6 Pengeringan dan Pemecahan Biji
Biji sawit yang sudah dipisahkan pada proses pengadukan diolah lebih lanjut untuk
mengambil minyaknya. Sebelum dipecahkan, biji-ibji sawit dikeringkan di silo, minimal 14
jam dengan sirkulasi udara kering pada suu 50oC, akibat proses pengeringan ini, inri sawit
6
akan mengerut sehingga akan memudahkan pemisahan sawit dari tempurungnya. Inti sawit
yang telah dikeringkan kemudian dibawa kealat pemecah.
2.3.7 Pemisahan inti dari Tempurung
Pemisahan inti dari tepurunganya berdasrakan perbedaan berat jenis inti sawit dan
tempurung. Alat yang digunakan disebut Hydrocyclone separator.dalam hal ini inti dan
tempurung dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam tabung. Dalam keadaan ini inti
sawit akan terpisah dari tempurunganya. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dari
tempurung sampai bersih. Setelah kering inti sawit dapat diolah lebih lanjut yaitu di ekstraksi
sehingga dihasilkan minyak inti sawit (plam kernel oil).

7
DIAGRAM ALIR PENGOLAHAN BAHAN BAKU KELAPA SAWIT

Fresh Fruit Bunx/TBS

Loading Ramp

Sterilizer Condensate

Stripper Stalks

Digester

Press Liqour Press Cake


Press

Screen Nut/Fiber Fiber

Settling Tank Nut Dryer


oil
Sludge

Desander Centrifuge Nut Cracker

craked
mixture
Winowwing Dirth and
Centrifuge Vacuum
light

Hydrocyclon Shell
Sludge Crude
palm oil
Kernel

8
2.4 Pengendalian Kualitas
2.4.1 Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)
ALB dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan.
Tinggi nya ALB akan mengakibatkan rendemen minyak turun. Untuk itu perlu pencegahan
terbentuknya ALB dalam minyak sawit.
2.4.2 Kadar Zat Menguap Dan Kotoran
Kemantapan minyak sawit harus dijaga dengan cara membuang kotoran dan zat
menguap. Dari hasil pengolahan didapat minyak sawit brsih dengan kadar zat menguap
sebesar 0,3% dan kadar kotoran hanya sebesar 0,0005%. Dalam kondisi seperti ini minyak
sawit sudah dianggap mempunyai daya tahan yang mantap.
2.4.3 Kadar Logam
Beberapa jenis logam yang dapat terikut dalam minyak sawit antara lain: besi, tembaga,
dan kuningan. Logam-logam tersebut biasanya berasal dari alat-alat pengolahan yang
digunakan. Tidakan preventif yang harus dilakukan untuk menghindari kotoran yang berasal
dari pengelupasan alat-alat dan pipa adalah mengusahakan alat-alat yang berasal dari steniless
steel.
2.4.4 Angka Oksidasi
Penentuan angka oksidasi ini adalah untuk memperkirakan sejauh mana sawit proses
oksidasi berlangsung dapat dinilai kemampuan minyak sawit untuk menghasilkan barang jadi
yang memiliki daya tahan dan daya simpan yang lama.
2.4.5 Pemucatan
Pemucatan dimaksudkan untuk mendapatkan warna minyak sawit yang lebih memikat
sesuai dengan kebutuhan untuk standart mutu didasarkan pada warna merah 3,5 dan warna
kuning 3,5.

9
Table 2. Standar kualitas minyak sawit.
Karakteristik kualitas minyak sawit Batas-batas

Kadar ALB < 3,5% dan >4,0%

Kadar air < 0,1 %

Kadar kotoran < 0,1 %

Bilangan peroksida < 5 mek

Bilangan oksidasi < 10 mek

Total oksigen < 20 mek

Kadar Fe < 3 ppm

Kadar Cu < 0,3 ppm

Bleachability < 2 R dan < 20 Y

Sumber : Dirjen Perkebunan, 1989

2.5 Kesehatan dan Sanitasi Pengolahan/Pabrik


Sanitasi merupakan usaha pengolahan untuk mencegah terjadinya kontaminasi ke dalam
produk. Dalam suatu industry pengolahan, sanitasi dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Sanitasi pengolahan yaitu mencegah kontaminasi pada produk dan bahan dengan
menjaga sanitasi setiap hal yang berhubungan dengan pengolahan
2. Sanitasi pabrik yaitu menjaga kondisi pabrik agar selalu bersih dan terhindar sebagi
sumber kontaminas.
Proses sanitasi dapat dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan dari setiap bagian
yang berhubungan dengan industry pengolahan, mulai dari bahan baku, peralatan,
pengolahan, pengemasan, dan pengiriman.

10
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan


3.1.1 Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan praktek kerja ini di rencanakan di Pabrik Kelapa Sawit PT. PP London
Sumatra Indonesia, Tbk Desa Marga baru Trans Subur, Kec. Muara Lakitan, Kab. Musi
Rawas, Provinsi Sumatera Selatan.
3.1.2 Waktu Pelaksanaan
Praktek kerja ini di rencanakan dilaksanakan pada Juli – Agustus 2023
3.2 Aspek-aspek yang diamati
Aspek-aspek yang diamati dalam praktek kerja ini adalah data 12 bulan atau 54 data
mingguan dari perusahaan.
3.2.1 Aspek Umum
Untuk mempelajari dan memahami seluruh aspek pengolahan (Bahan baku, Proses,
Sanitasi, Manajemen Limbah, Pengendalian Kualitas, Manajemen Sistem Angkutan &
Transportasi Hasil Panen, Manajemen Sistem Perencanaan Produksi) kelapa sawit. Maka
akan dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :
1. Pengamatan dilapangan atau lokasi tempat kegiatan dilaksanakan (Bahan baku,
Proses, Sanitasi, Manajemen Limbah, Pengendalian Kualitas, Manajement Sistem
Angkutan & Transportasi Hasil Panen,Manajement Sistem Perencanaan Produksi )
2. Mendapatkan informasi aspek-aspek pengolahan tersebut diatas dalam bentuk data 12
bulan terakhir tentang target dan capaian aspek (Bahan baku, Proses, Sanitasi,
Manajemen Limbah, Pengendalian Kualitas, Manajement Sistem Angkutan &
Transportasi Hasil Panen,Manajement Sistem Perencanaan Produksi ).
3. Mendiskusikan berbagai aspek dilapangan atau data informasi yang diperoleh dengan
pembimbing praktek kerja yang mewakili perusahaan.
4. Mempelajari data harian selama 1 bulan tentang aspek-aspek (Bahan baku, Proses,
Sanitasi, Manajemen Limbah, Pengendalian Kualitas, Manajement Sistem Angkutan
& Transportasi Hasil Panen, Manajement Sistem Perencanaan Produksi) dengan
rincian sebagai berikut :
a. Sistem Penyortiran dan Bahan Baku
1. Bahan baku
2. Organisasi dan Tata laksana sortir
3. Sarana dan prasarana sistim sortir dan bahan baku
11
4. Kiat dan kinerja sistim sortir dan bahan baku
5. Evaluasi umum tentang kinerja sistim ini
b. Sistim Proses Pengolahan
1. Diagram alir dan neraca bahan
2. Penjelasan tiap tahap proses (tujuan, info alat dan pelaksanaan tahap proses,
upaya pencapaian tujuan, hasil)
3. Informasi input (target dan upaya pencapaian target kuantitas dan
kualitas/spesifikasi bahan baku)
4. Informasi produk/output (target dan upaya pencapaian target kuantitas dan
kualitas produk)
5. Evaluasi umum tentang kinerja sistim ini .
c. Sistem Pengendalian Kualitas
1. Titik pengujian/pengendalian kualitas
2. Pelaksanaan dan hasil pengujian kualitas
3. Organisasi pengendalian kualitas
4. Evaluasi umum tentang kinerja sistim ini
d. Informasi Sanitasi Pabrik
1. Informasi Organisasi pengelola sanitasi pabrik, yang bertanggung jawab, dan
beberapa orang yang terlibat
2. Kontruksi dan desain pabrik (mengamati dan mengevaluasi serta
mengkaitkannya dengan inspeksi dan operasi pembersihan)
3. Tata letak mesin dan peralatan (denah pabrik dan alat)
4. Konstruksi dan desain alat pengelolaan.
5. Sarana kebersihan pekerja.
6. Inspeksi dan pelaksanaan operasi kebersihan dan perawatan (maintenance)
7. Pengambilan sampel, pengujian, dan pengukuran sanitasi pabrik (tolak
ukur,dsb)
e. Sistem Penanganan Limbah
1. Jenis dan jumlah masing- masing limbah
2. Penanganan atau pengendalian setiap jenis limbah
3. Kualitas dan pemantauan limbah serta kemampuan mengendaliakan kualitas
limbah
4. Penggunaan prinsip 3R ( reduce, reuse, recycle )
5. Upaya pemanfaatan limbah
6. Nilai tambah yang diperolah dari limbah
12
7. Partisipasi pada program link ( proper dan ispo )
8. Evaluasi
3.2.2 Aspek Khusus
3.2.2.1 Penyortiran TBS di Sortasi (Galang Lambue Sinurat E1G020057)
a. Organisasi tenaga kerja.
b. Operasi atau pelaksanaan sortir.
c. Pengaturan waktu sortir dan penggunaan kriteria sortir.
d. Produktivitas / kemampuan sortir tiap afdeling.
e. Alat transportasi hasil kebun dan pengaturannya.
f. Kerusakan dan inefisiensi selama penyortiran.
g. Kinerja kebun dan kinerja sistem panen dan angkut.
3.2.2.2 Proses Pengolahan dan Produksi (Clarissa Aprilian O.P E1G0200046)
a. Diagram alir proses.
b. Kriteria bahan baku, dan pengujian kualitas bahan baku.
c. Pengaruh berbagai kualitas bahan baku terhadap proses pengolahan dan
kualitas akhir produk.
d. Spesifikasi alat proses pengolahan.
e. Analisa neraca bahan Bottle neck, kapasitas masing-masing alat dan unit
pengolahan.
f. Pengamatan kapasitas produksi (terpasang rata-rata, efektif, di rencanakan).
g. Waktu atau lama proses dari bahan baku sampai menjadi produk, waktu proses
pada setiap tahap.
h. Kinerja Proses.
i. Losses.
3.2.2.3 Pengendalian Kualitas (Indah Trinanda Situmorang E1G020050)
a. Organisasi pengujian dan pengendalian kualitas.
b. Cara pengujian kualitas produk akhir dan ukuran yang dipakai.
c. Pengukuran jumlah dan jenis cacat.
d. Ukuran/cara pengamatan tercapainya tujuan pada keseluruhan proses dan pada
tiap tahap proses.
e. Kiat mengetahui dan menganalisa bila target kualitas tidak tercapai.
f. Pengendalian spesifikasi bahan baku dan produk.
g. HACCP, penentuan CCP dan pemeriksaan / pengujian.
h. Acuan pengendalian kualitas ( GMP, ISO 900, ISO1400, TQM, HACCP).

13
3.2.2.4 Sanitasi dan Kesehatan (Tri Lestari E1G020096)
a. Organisasi pengolahan sanitasi pabrik.
b. Kontruksi dan desain pabrik.
c. Tata letak alat dan denah alat.
d. Kontruksi dan desain alat pengolahan.
e. Inspeksi dan pelaksanaan operasi kebersihan dan perawatan.
f. Pengambilan sempel /pengujian /pengukuran sanitasi pabrik.
3.2.2.5 Sistem Penanganan dan Pengelolaan Limbah (Rhony Purba E1G020067)
a. Jenis dan masing-masing limbah.
b. Penanganan/pengendalian setiap jenis limbah.
c. Kualitas dan pemantauan limbah , serta kemampuan mengenai kualitas limbah.
d. Penggunaan prinsip 3R (reduce, reuce, dan recycle) dan aplikasinya
dilapangan.
e. Upaya pemanfaatan limbah.
f. Nilai tambah yang diperoleh dari limbah.
g. Partisipasi pada program link (proper dan ISPO).
3.2.2.6 Transportasi CPO/ Overtube CPO (Andri Saputra E1G020088)
a. Jenis transportasi yang digunakan dalam pengangkutan CPO
b. Berat CPO dalam satu tranportasi pengangkutan
c. Akibat yang terjadi bila terjadi keterlambatan dalam pengangkutan TBS
ataupun CPO
d. Lama proses pengangkutan
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Sumber dan cara pengumpulan data dalam praktek kerja terdiri dari :
3.3.1 Data Primer
Adalah pengumpulan data dengan cara mencari informasi yang sebenarnya dari pihak-
pihak yang terkait dengan kerja praktek ini, dengan cara melakukan wawancara langsung
dengan tenaga ahli dan jajaran pimpinan di perusahaan , melakukan survey lapangan dan
observasi langsung terhadap aktivitas-aktivitas pengelolaan pabrik.
3.3.2 Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari mengumpulkan pustaka-pustaka yang ada diperusahan
tersebut serta beberapa data yang mendukung untuk kelancaran pelaksanaan dan penulisan
hasil kerja praktek, seperti data operasional bulanan dan tahunan, laporan bulanan/tahunan
perusahaan, studi literature, jurnal ilmiah hasil penelitian, artikel atau majalah yang berkaitan
dengan praktek kerja ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Data Statistik Dinas Perkebunan Propinsi Bengkulu. 2012. Dinas Perkebunan Jambi.
Djoehana, Setyamidjaja.1992. Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta : Kanisius
Hui, Y, H. 1996. Beiley Industrial Oil and Fat Product: Edible Oil and Fat Product Oils and
Oil Seed. Vol 2 Jhon Willey & Sons: New York
Loebis, Boyke. 1988. Pengawasan terhadap Efesiensi pengelolaan dan Mutu Minyak Sawit.
Buletin Perkebunan Medan, 19 (2)
M., Naibaho, Ponten.1996. Teknologi Pengelolaan Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Risza,Suyatno.1995. Kelapa Sawit : Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta : Kanisius

15

Anda mungkin juga menyukai