Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN EKONOMI PERTANIAN &

EKONOMI MAKRO & MIKRO


TEKNOLOGI BUDIDAYA USAHA TANI JAGUNG
DESA BULUPONTU JAYA KEC. SIGI BIROMARU KAB. SIGI

Disusun Oleh:
Kelompok IV

Muhamad Ainal : 22.1.08.6.1.004


Saum Aghafi : 22.1.08.6.1.002
Moh. Irfan Ardiansyah : 22.1.08.6.1.019
Zaitun : 22.1.08.6.1.009

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa attas segala nikmat-Nya sehingga

Penulis dapat menyusun laporan Ekonomi Pertanian dengan sebaik-baiknya. Adapun

tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk lebih meningkatkan pengetahuan mahasiswa

serta petani dalam pengelolan hasil tanaman jagung.

Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,

memfasilitasi, memberi masukan, dan mendukung penulisan laporan ini sehingga selesai

tepat pada waktunya. Semoga dibalas oleh Allah SWT, dengan ganjaran yang berlimpah.

Meski Penulis telah menyusun laporan ini dengan maksimal, tidak menutup

kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan

saran yang konstruktif dari pembaca sekalian.

Akhir kata, kami berharap laporan ini dapat menambah referensi keilmuan teman-

teman Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palu.

Palu, 18 Desember 2023


Penulis,

Kelompok IV
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Praktikum
1.2 Tujuan Pelaksanaan Praktikum
1.3 Manfaat Pelaksanaan Praktikum
BAB II TINJAUAN TEORI PRAKTIKUM
2.1 Teori Biaya Produksi
2.2 Konsep Penerimaan dan Pendapatan
BAB III METODE PELAKSANAAN PRAKTEK
3.1 Tempat Dan Waktu Praktek
3.2 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Praktek
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTEK
4.1 Gambaran Umum Wilayah Praktek Lapang
4.2 karakteristik Responden
4.3 Analisis Biaya
4.4 Analisis Penerimaan dan Pendapatan
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Judul Laporan : Teknologi Budidaya Usaha Tanaman Jagung di
Desa Bulupontu Jaya Kec. Sigi Biromaru Kab. Sigi
Nama dan NIM :
Muhamad Ainal : 22.1.08.6.1.004
Saum Aghafi : 22.1.08.6.1.002
Moh. Irfan Ardiansyah : 22.1.08.6.1.019
Zaitun : 22.1.08.6.1.009

Disusun sebagai salah satu syarat kelulusan


Mata Kuliah Ekonomi Pertanian
Program Studi Agribisnis Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian
Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah
Palu

Palu,.......,....................., 20...

Menyetujui,
Dosen Penanggung jawab Praktek
Lapang

(Sofya A. Rasyid,
S.P.,M.P) NIDN :
0918028303

Dosen Penanggungjawab Praktek


Lapang

(Ir. Endah Wahyuning Asih,


M.Sc) NIDN : 0910096801

Laporan disahkan pada tanggal........................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jagung merupakan salah satu komuditas utama yang banyak dibudidayakan
oleh masyarakat terutama di Indonesia. Jumlah jagung yang diproduksi oleh
masyarakat belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar karena masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui tentang bagaimana cara membudidayakan jagung
yang benar dan baik dan tanah atau lahan untuk tanaman jagung telah banyak dialih
fungsikan sebagai gedung-gedung dan lain-lain.
Hasil tanaman jagung juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
masih belum optimalnya penyebaran varietas unggul dimasyarakat, pemakaian pupuk
yang belum tepat, penerapan teknologi dan cara bercocok tanam yang beum
diperbaiki. Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah peningkatan
taraf hidup petani dan memenuhi kebutuhan pasar maka perlu peningkatan produksi
jagung yang memenuhi standard baik kualitas dan kuantitas jagung yan dihasilkan
tetapi dalam melakukan hal tersebut perlu mengetahui atau memahami karakteristik
tanaman jagung yang akan ditanam seperti morfologi, fisiologi dan agroekologi yang
diperlukan oleh tanaman jagung sehingga dapat meningkatkan produksi jagung di
Indonesia.
Banyak kegunaan tanaman jagung selain sebagai makanan tetapi jagung dapat
dijadikan sebagai tepung, jagung rebus, jagung bakar dan lain-lain sehingga dapat
meningkatkan permintaan untuk tanaman jagung. Semakin banyak permintaan pasar
maka akan meningkatkan jumlah permintaan sehingga produksi tanaman atau barang
akan semakin menurun karena stok barang semakin menipis serta meningkatkan
harga barang. Sejalan dengan perkembangan industri pengolah jagung dan
perkembangan sektor peternakan, permintaan akan jagung cenderung semakin
meningkat.
1.2 Tujuan Pelaksanaan Pratikum
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan pratikum dalam laporan ini
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Mengetahui teknik budidaya tanaman jagung yang dilakukan petani di desa
Bulupontu kab. Sigi Biromaru, Sulawesi Tengah.
1.2.2 Mengetahui penerimaan dan pendapatan teknik budidaya tanaman jagung

yang dilakukan petani di desa Bulupontu kab. Sigi Biromaru, Sulawesi

Tengah.

1.3 Manfaat Pelaksanaan Pratikum


Manfaat yang dapat diambil dalam pelaksanaan Pratikum Teknologi Budidaya
Tanaman Jagung adalah:
1.3.1 Dapat menambah wawasan tentang kegiatan pertanian, khususnya pada
teknologi budidaya tanaman jagung.
1.3.2 Data meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan
produksi pertanian pada budidaya jagung serta dapat memahami teknologi
yang diterapkan di desa Bulupontu dan mampu memperbaiki permasalahan
serta meningkatkan hasil produksi tanaman jagung.
BAB II
TIJAUAN TEORI PRAKTIKUM

2.1 Teori Biaya Produksi


Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau
jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi
organisasi. Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output.
Sedangkan biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produk yang siap untuk dijual.
Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan
penyediaan jasa. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya produksi adalah
biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung
tenaga, kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
2.2 Konsep Penerimaan dan Pendapatan
2.2.1 Konsep Penerimaan
Penerimaan adalah jumlah nilai atau hasil penjualan yang diterima dalam
menjalankan usaha. Total penerimaan dalam usaha tani diperoleh dari produksi fisik
dikalikan dengan harga produksi. Penerimaan adalah perkalian antara jumlah
produksi yang dihasilkan dengan harga jual produk.
Penerimaan usahatani yaitu dari sumber usahatani meilputi nilai penjualan
hasil, penambahan jumlah inventaris, nilai produk yang dikonsumsi petani dan
keluarga. Penerimaan adalah hasil perkalian antara produksi yang diperoleh dengan
harga jualnya. Secara sistematis dapat ditulis dalam bentuk persamaan sebagai
berikut:
TR = P.Q
Dimana :
TR = Penerimaan
P = Harga
Q =Jumlah produksi.
2.2.2 Konsep Pendapatan
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan atau Total revenue (TR) dan
semua pengeluaran atau Total Cost (TC). Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang
diperoleh dari seluruh cabang usaha baik yang dijual maupun yang tidak dijual,
sedangkan pengeluaran total usaha adalah semua masukan yang habis terpakai dalam
proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga.
Ada beberapa unsur untuk keperluan analisis pendapatan petani, diantaranya
penerimaan usahatani (farm receipts) yaitu penerimaan dari sumber-sumber
usahatani, meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil dan nilai
yang dikonsumsi.
BAB III
METODE PELAKSANA PRAKTEK

3.1 Tempat dan Waktu


Kegiatan pratikum ekonomi pertanian “Teknologi Budidaya Usaha Petani
Jagung” dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 13 Desember 2023, kegiatan pratikum
dilaksanakan di lahan petani jagung desa Bulupontu Kecamatan Sigi Biromaru,
Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
3.2 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data Praktek
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data pada praktikum
Teknologi Budidaya Usahatani ini adalah metode wawancara dengan menggunakan
alat bantu kuesioner yang disesuaikan dengan kebutuhan data dan informasi yang
diperlukan. Data yang diperlukan adalah data primer tentang karakteristik petani,
biaya serta penerimaan usahatani yang diperoleh secara langsung dari petani.
3.2.2 Analisis Data Praktek
1. Metode Deskriptif Analisis
Metode ini berusaha memberi arti terhadap data dengan menggambarkannya
sesuai keadaan teraktual. Data tersebut disusun, dianalisis, dijelaskan
kemudian diambil kesimpulannya.
2. Tabulasi Data
Tabulasi data dimaksudkan sebagai pengelompokkan data-data berdasarkan
kriteria tertentu, sehingga data yang dikumpulkan menjadi tidak rancu.
3. Persentase dan Rata-rata
Metode yang dilakukan dengan menghitung persentase dari setiap data yang
telah dihitung rata-ratanya dari 30 orang responden yang terbagi dalam dua
kelompok berdasarkan varietas yang berbeda.
4. Pendapatan Perhitungan pendapatan diperoleh dari penerimaan usahatani
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTEK

4.1 Gambaran Umum Wilayah Praktek Lapangan


Bulupountu Jaya adalah salah satu nama desa di Kecamatan Sigi Biromaru,
Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, jaraknya kurang lebih 7 km dari Ibu Kota
Kabupaten Sigi atau 17 km dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah (Kota Palu), dan
dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
Luas wilayah UPT. Bulu Pountu Jaya adalah 500 Ha dengan batas-batas
sebagai berikut:
 Sebelah utara berbatasan dengan desa Pombewe
 Sebalah timur berbatasan dengan gunung Kafarotanbo;
 Sebelah selatan berbatasan dengan desa Oloboju
 Sebelah Barat dengan desa Sidera.
UPT. Bulu Pountu Jaya yang berada pada ketinggian 800 meter dari
permukaan laut dengan koordinat 00,58.40 – 01,01.00 Lintang Selatan (LS) dan
19.58.40 – 129.58.90 Bujur Timur (BT), memiliki keadaan alam berupa lembah dan
perbukitan.
4.2 Karakteristik Responden
Praktikum ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada pembudiya
usaha tani pada tanaman jagung yang berada di desa Bulupontu Kecamatan Sigi
Biromaru Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Waktu pengumpulan kuesioner
berlangsung selama 1 hari. Praktikum ini memperoleh responden sebanyak 1 orang,
dari responden tersebut menyatakan bahwa ia merupakan salah satu pembudidaya
usaha tani tanaman jagung.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan budidaya usaha tani pada tanaman
jagung di desa Bulupontu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi
Tengah, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
No. Uraian Keterangan
1 Nama Petani Bapak Baharudin
2 Umur 46 Tahun
3 Pendidikan Terakhir SMA
4 Jumlah Tanggungan 4 Orang
5 Pekerjaan Umum Petani
6 Pekerjaan Sampingan Ternak
6 Luas lahan yang ditanam 0,5 hektar
7 Rata-rata pendapatan usaha tani Rp5.400.000,-
Sumber Data: Responden
4.3 Analisis Biaya
Biaya usahatani jagung adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan
dalam kegiatan usahatani jagung. Biaya yang diperhitungkan dalam penelitian
ini meliputi: (1) Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara langsung
dalam proses produksi yaitu biaya untuk pembelian faktor produksi, sarana
produksi (pupuk, benih, pestisida) serta upah tenaga kerja luar keluarga (Rp/ha).
(2) Biaya tidak tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tidak langsung
dalam proses produksi tetapi diperhitungkan dalam usahatani jagung, meliputi
biaya penyusutan alat-alat pertanian, biaya tenaga kerja dalam keluarga (Rp/ha)
dan sewa lahan (Soekartawi, 1991).
Biaya produksi dibedakan menjadi dua macam yaitu: biaya tetap dan biaya
variabel. Rumus menghitung besarnya biaya total usahatani adalah:

TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC = Biaya total usahatani jagung (Rp/ha/musim
tanam) TFC = Biaya tetap total (Rp/ha/musim
tanam)
TVC = Biaya variabel total (Rp/ha/musim tanam)

Biaya tetap adalah biaya yang harus diperhitungkan pada berbagai tingkat
output yang dihasilkan. Biaya tetap pada penelitian ini meliputi: biaya
penyusutan alat-alat pertanian dan sewa lahan. Biaya variabel yaitu biaya yang
berubah menurut tinggi rendahnya tingkat output, seperti: biaya benih, biaya
pupuk, biaya tenaga kerja, biaya pengolahan lahan dan biaya herbisida.

Cara menghitung biaya penyusutan alat-alat pertanian menggunakan metode


garis lurus (Stright Line Method) dengan rumus

Dimana:
AD : Nilai penyusutan (Rp/ha/musim
tanam) C : Harga beli awal (Rp)
SV : Nilai sisa (Rp)
UL : Masa pakai alat (musim tanam)

Tenaga kerja wanita dikonversikan ke HKW, dengan membandingkan antara


upah tenaga kerja wanita dengan upah tenaga kerja pria. Untuk 1 HKP adalah
Rp. 100.000. Upah yang berlaku di daerah penelitian satu hari kerja untuk pria
Rp. 100.000 sedangkan wanita Rp. 100.000
. Jadi 1 HKW = 0,50 HKP dan 1 HKA = 0,50 HKP.

Pendapatan Kotor Usahatani


Pendapatan kotor atau penerimaan usahatani jagung merupakan hasil kali antara
jumlah produksi yang diperoleh dengan harga jual. Rumus untuk menghitung
besarnya penerimaan usahatani adalah:

TR = Y . Py
Keterangan :
TR = Pendapatan kotor (Rp/ha/musim tanam)
Y = Jumlah produksi jagung yang diperoleh (Kg/ha/musim tanam)
Py = Harga jual (Rp/kg)

Pendapatan Bersih Usahatani


Pendapatan bersih usahatani jagung adalah selisih antara penerimaan yang
diperoleh dari usahatani jagung dengan semua biaya untuk mengusahakan
usahatani jagung. Rumus untuk menghitung besarnya pendapatan bersih
usahatani adalah :
5 Pb = TR - TC
Keterangan :
Pb = Pendapatan bersih usahatani jagung (Rp/ha/musim tanam)
TR = Penerimaan usahatani jagung (Rp/ha/musim tanam)
TC = Biaya Produksi usahatani jagung (Rp/ha/musim tanam)

Analisis Efisiensi Usaha


Suatu usahatani dikatakan efisien secara ekonomi apabila rasio output
terhadap inputnya bernilai lebih dari satu.
Adapun rumus umum dalam mendapatkan nilai R/C rasio adalah sebagai berikut:

Analisis Pendapatan Kerja Keluarga


Rumus untuk menghitung besarnya nilai pendapatan kerja keluarga
adalah:
PKK = PB + BTKDK
PKK : Pendapatan kerja keluarga (Rp/ha/musim
tanam) PB : Pendapatan bersih ( Rp/ha/musim tanam)
BTKD : Upah tenaga kerja dalam keluarga (Rp/ha/musim tanam)
Karakteristik Petani Responden Pendidikan

Tabel 2. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan


No Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 SMA/SMK 1 100
Jumlah 1 100,00
Sumber: Data Primer Olahan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pendidikan petani


terbanyak pada tingkat pendidikan SMA/SMK, yaitu sebanyak 1 jiwa atau
sekitar 100% .

Umur
Tabel 3. Responden berdasarkan kelompok umur (tahun)
No Kelompok Umur Jumlah Persentase(%)
1 30-39 1 100
Jumlah 1 100,00
Sumber: Data Primer Olahan
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa petani responden
terbanyak pada kisaran umur 30-39 tahun (100%).

Pengalaman Berusahatani
Tabel 4. Responden berdasarkan pengalaman berusaha tani (tahun).

No Lama Berusahatani Jumlah Persentase (%)


1 10-19 1 34,62
Jumlah 1 100,00
Sumber: Data Primer Olahan

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa pengalaman berusaha tani petani


responden bervariasi, pengalaman berusahatani petani responden terbanyak
yaitu 10-19 tahun yaitu 100%,

Tanggungan Keluarga
Tabel 5. Responden berdasarkan jumlah tanggungan
keluarga No
Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Persentase(%)

1 4-6 1 100

Jumlah 1 100,00

Sumber: Data Primer Olahan


Berdasarkan Tabel 5 responden yang memiliki jumlah tanggungan
keluarga terbesar yaitu pada jumlah tanggungan keluarga 4-6 jiwa dengan
persentase 100%, sehingga akan berpengaruh pada jumlah kebutuhan petani.

Penggunaan Faktor
Produksi Luas lahan
Tabel 6. Jumlah petani jagung berdasarkan luas lahan.
No. Luas Lahan (ha) Jumlah Petani Persentase (%)
1 0,40 -0,59 1 100
Jumlah total 1 100,00
Sumber: Data Primer Olahan
Berdasarkan pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa Rata-rata luas lahan
usahatani jagung di lokasi penelitian adalah 0,59 ha.

Benih
Tabel 7. Sebaran jumlah petani berdasarkan kelompok penggunaan benih
(kg/ha/musim tanam).

No Penggunaan Benih (kg/ha) Jumlah Petani %

1 10,00-15 1 100
Jumlah Total 1 100
Sumber: Data Primer Olahan

Pemakaian benih anjuran oleh penyuluh pertanian yaitu 13 kg/ha,


penggunaan benih pada usaha tani jagung di Desa Bulupontu Jaya yaitu
berkisar antara 10-15 kg/ha dengan rata-rata 13 kg/ha/musim tanam.
Harga benih rata-rata yang berlaku di daerah penelitian sebesar Rp.
56.000/kg, dimana rata-rata kebutuhan petani untuk biaya pembelian benih
jagung adalah Rp. 728.000/ha/musim tanam.

Pupuk
Tabel 8. Sebaran petani berdasarkan kelompok penggunaan pupuk Urea
(kg/ha/musim tanam)

No. Penggunan Pupuk Urea kg/ha Jumlah Petani %


1 100 – 149 1 100
Jumlah 26 100
Sumber: Data Primer Olahan

Menurut penyuluh lapangan dilokasi penelitian, dosis anjuran


pemakaian pupuk urea yaitu 250-300 kg/ha, dengan demikian ada 1 orang
(100%) petani yang penggunaan pupuk urea di bawah dosis anjuran
pemberian, dengan demikian secara umum jumlah pemberian pupuk urea
pada usahatani jagung di Desa Bulupontu Jaya Kec. Sigi Biromaru masih jauh
dari pemberian dosis yang sesuai anjuran.
Jumlah pemberian pupuk NPK bervariasi, mulai dari 100-149 kg/ha
dengan rata-rata yaitu 100 kg/luas garapan atau 200 kg/ha. Lebih jelasnya
rataan penggunaan pupuk NPK dan biaya dapat dilihat pada Tabel 14 dan 15.

Tabel 9. Sebaran petani berdasarkan kelompok penggunaan pupuk NPK


Phoska (kg/ha/musim tanam)

No Penggunan Pupuk NPK kg/ha Jumlah Petani %

1 200 – 249 1 100


Jumlah 1 100
Sumber: Data Primer Olahan

Menurut penyuluh lapangan di lokasi penelitian, dosis anjuran


pemakaian pupuk NPK phoska yaitu 300-350 kg/ha. Sebanyak 1 orang petani
atau 100% yang menggunakan pupuk NPK phoska di bawah anjuran.

Tabel 10. Rataan penggunaan pupuk dan biaya yang digunakan petani
informan jagung di Desa Bulupontu Jaya/musim tanam.
Penggunaan
No. Jenis Pupuk Pupuk (kg/ha) Biaya (Rp/ha) %
1 Urea 200 Rp 440.000 41,85
4 NPK 300 Rp 780.000 58,15
Jumlah 500 Rp 1.220.000 100
Sumber: Data Primer Olahan
Pada Tabel 10 bahwa, dapat dilihat bahwa penggunaan pupuk NPK
phoska lebih banyak bila dibandingkan dengan pupuk urea. Pemberian pupuk
oleh petani jagung di Desa Bulupontu Jaya masih belum sesuai dengan
rekomendasi penggunaan pupuk, dimana penggunaan urea dan NPK di bawah
anjuran penggunaan pupuk yang sebenarnya. Jumlah penggunaan pupuk yang
di bawah dosis anjuran, disebabkan petani jagung mengalami keterbatasan
modal dan pengalaman petani yang memiliki anggapan bahwa hasil yang
diperoleh oleh petani sudah merasa cukup. Pemberian pupuk oleh petani tidak
tepat waktu, artinya pemupukan akan dilakukan jika petani telah memiliki
uang sisa dari penghasilan harian, maka kebanyakan proses pemupukan
dilakukan tidak tepat waktu yang dianjurkan oleh penyuluh lapangan.

Pestisida
Pestisida yang digunakan petani responden adalah jenis
herbisida
Roundup 486 SL. Petani menggunakan herbisida tersebut untuk membunuh
rumput-rumput yang tumbuh di atas lahan yang akan diolah. Penyemprotan
herbisida tersebut dilakukan 1 minggu sebelum tanah olahan akan ditraktor.
Tujuan penyemprotan herbisida sebelum lahan diolah agar lahan tidak cepat
ditumbuhi oleh rumput. Penggunaan herbisida Roundup yaitu 0,71l/luas
garapan atau 1,02 l/ha, harga rata-rata Rp. 120.000/l Ltr. Biaya yang
dikeluarkan petani untuk pembelian herbisida adalah Rp. 120.000 l Ltr
/ha/musim tanam.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja dapat dikelompokkan atas TKDK (tenaga kerja dalam
keluarga) dan TKLK (tenaga kerja luar keluarga), satuan yang digunakan
HKP (hari kerja pria). Upah untuk satu hari kerja adalah Rp. 100.000
Tabel 11. Rataan penggunaan tenaga kerja menurut tahapan kerja/musim tanam

No. Tahapan
HKP/luas garapan HKP/ha %
Kerja
1 Penanaman 3,47 5,03 10,34
2 Pemupukan 11,06 16,02 32,94
3 Pemanenan 16,76 24,29 49,95
4 Penjemuran 2,27 3,29 6,77
Total 33,56 48,63 100
Sumber: Data Primer Olahan
Berdasarkan pada Tabel 11 jumlah total kebutuhan tenaga kerja, untuk
usahatani jagung dalam satu kali proses produksi yaitu 33,56 HKP/luas
garapan atau 48,63 HKP/ha. Penggunaan tenaga kerja yang terbesar dalam
berusahatani jagung adalah (49,95%) untuk kegiatan pemanenan yaitu sebesar
16,76 HKP/luas garapan setara dengan 24,29 HKP/ha. Jumlah curahan
tenaga kerja yang terkecil

dari total keseluruhan tenaga kerja, dalam usahatani jagung yaitu (6,77%)
dari total keseluruhan untuk proses penjemuran, sebesar 2,27 HKP/luas
garapan setara dengan 3,29 HKP/ha. Sedangkan tenaga kerja untuk
penanaman sebesar 5,03 HKP/ha.
Tabel 12. Rataan penggunaan biaya TKDK dan TKLK petani jagung di
Desa Dosroha/musim tanam.
No Tenaga Kerja HKP/ha % Biaya Tenaga kerja (Rp/ha)
1 Dalam Keluarga 10 22,04 Rp. 1.000.000
2 Luar Keluarga 37 77,96 Rp. 3.700.000
Jumlah 48,64 100,00 Rp . 4.700.000
Sumber: Data Primer Olahan
Berdasarkan Tabel 12 diketahui dari total jumlah pemakaian tenaga
kerja, 22,04% tenaga kerja berasal dari keluarga petani atau tenaga kerja
keluarga dan 77,96% kebutuhan akan tenaga kerja berasal dari tenaga kerja
luar keluarga. Total biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja luar
keluarga sebesar Rp.
3.700.000 sedangkan upah tenaga kerja dalam keluarga sebesar Rp. 1.000.000

Penyusutan alat-alat pertanian


Tabel 13. Rataan penggunaan dan biaya penyusutan alat-alat pertanian yang
digunakan petani jagung di Desa Bulupontu Jaya/musim tanam
No Alat- Penggunaan Penyusutan %
alat (Unit/ha) Alat-alat
Pertanian Pertanian
(Rp/ha)
1 Cangkul 3,79 20.000 33,71
2 Traktor 5,95 300.000 46,71
3 Sabit 1,67 10.000 19,59
Jumlah 7,41 330.000 100
Sumber: Data Primer Olahan

Berdasarkan Tabel 13 diketahui penyusutan alat-alat pertanian


tertinggi sebesar Rp. 300.000 dengan persentase sebesar 46,71%, penyusutan
Cangkul sebesar Rp. 20.000 dengan persentase 33,71% dan penyusutan sabit
sebesar Rp. 10.000 dengan persentase 19,59%. Jumlah Sabit yang dimiliki
petani jagung sangat sedikit, dikarenakan di Desa Dosroha petani lebih
banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga, sehingga petani tidak
menyediakan Sabit, dimana tenaga kerja luar keluarga tersebut membawa
peralatan(Sabit) sendiri.

Biaya lain-lain
Tabel 14. Rataan biaya lain-lain yang digunakan petani jagung di Desa
Bulupontu Jaya/musim tanam.

Luas Garapan Per Hektar


No Uraian Rp Rp %
1 Biaya Sewa lahan - - -
2 Biaya BBM 134.558 269.116 3
3 Biaya Treser 759.615 1.519.230 40
4 Biaya Traktor 1.000.871 2.001.742 57
Total 1.895.044 3.790.088 100
Sumber: Data Primer Olahan

Berdasarkan pada Tabel 14 total biaya lain-lain usaha tani jagung di


Desa Bulupontu Jaya untuk setiap luas garapan adalah sebesar Rp. 1.895.044
atau Rp. 3.790.088/ha.
Biaya BBM merupakan jenis biaya yang dikeluarkan petani, untuk
mengolah lahan jagung pada saat pengolahan yang kemudian di tanami
Jagung. Biaya BBM merupakan biaya terkecil yang dikeluarkan petani untuk
jenis biaya lain-lain pada usahatani jagung, besarnya biaya BBM yaitu
sebesar 3% dari total keseluruhan biaya lain-lain.
Biaya treser merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
membayarkan jasa dalam pemipilan jagung, biaya ini dibayarkan setelah
jagung tersebut terjual atau biasanya dibayarkan setelah selesai
melakukan pemipilan jagung. Biaya traktor merupakan biaya yang
dikeluarkan petani untuk jasa pengolahan lahan jagung, besarnya biaya
traktor yang dikeluarkan petani tergantung pada luasan lahan yang diolah.
Sebanyak 57% dari keseluruhan biaya lain-lain yang dikeluarkan oleh petani
jagung, besarnya biaya tersebut karena hampir semua petani jagung di Desa
Bulupontu Jaya telah menggunakan tenaga mesin untuk mengolah lahan.

Analisis Usaha Biaya Usaha tani


Tabel 15. Persentase biaya-biaya yang dikeluarkan petani dalam usahatani
jagung di Desa Dosroha/musim tanam.

No Uraian Per Luas Garapan Per hektar


Rp Rp %
1 Biaya Benih 364.000 728.000 7,09
2 Biaya Pupuk 610.000 1.220.000 11,69
3 Biaya Herbisida 55.000 110.000 0,73
4 Biaya Tenaga Kerja 2.350.000 4.700.000 42,78
5 Biaya Penyusutan 165.000 330.000 1,57
6 Biaya Lain-lain 1.895.044 3.790.088 36,14
Total 5.382.544 10.768.088 100
Sumber: Data Primer Olahan
Pada Tabel 15 dapat dilihat total biaya satu kali musim tanam, yaitu
rata- rata Rp. 5.382.54/luas garapan setara dengan Rp. 10.768.088/ha. Total
biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk upah tenaga kerja merupakan biaya
terbesar yaitu sebanyak Rp. 2.350.000/luas garapan/musim tanam atau
42,78%, sedangkan biaya Herbisida merupakan komponen biaya yang paling
kecil yaitu Rp. 55.000/luas garapan/musim tanam atau 0,57% dari total biaya
keseluruhan.
Penerimaan
Penerimaan atau pendapatan kotor, merupakan hasil perkalian antara
hasil produksi dengan harga barang atau nilai jual dari produk yang
dihasilkan. Pendapatan bersih (keuntungan) merupakan selisih penerimaan
dengan biaya yang dikeluarkan, untuk lebih jelasnya rata-rata besarnya
pendapatan kotor yang diperoleh petani dalam satu musim tanam, dapat
dilihat pada Tabel 17 berikut.

Tabel 16. Rata-rata produksi dan pendapatan kotor petani jagung/musim


tanam.

No Uraian Per Luas Garapan Per Hektar


1 Produksi Jagung(kg) 3.925 7.850
2 Harga Jagung(Rp) 2.800 2.800
Penerimaan (Rp) 10.990.000 21.980.000
Sumber: Data Primer Olahan
Pada Tabel 16 dapat dilihat besarnya penerimaan tergantung pada
jumlah produksi jagung dan harga jagung. Besarnya produksi jagung pada
saat penelitian untuk rata-rata per luas garapan yaitu 3.925 kg/luas garapan
atau 5.688 kg/ha. Hasil standar produksi yang diharapkan sesuai dengan
SLPTT jagung, adalah 7 ton/ha, dengan demikian tingkat produksi usahatani
jagung oleh petani di Desa Bulupontu Jaya lebih rendah (19%) dari target
produksi yang diharapkan.
Rata-rata harga jagung yang berlaku di Desa Bulupontu Jaya yaitu
Rp. 2.800/kg, besarnya pendapatan kotor yang diterima petani jagung yaitu
Rp. 10.990.000/kg/luas garapan/musim tanam setara dengan Rp. 21.980.000
kg/ha/musim tanam. Berdasarkan rata-rata harga berlaku menurut sumber
BPS Kab. Sigi yaitu Rp. 4.000/kg, rata-rata harga yang berlaku pada saat
penelitian yaitu Rp. 2.800/kg. Jika dibandingkan keduanya dapat disimpulkan
bahwa, harga dilokasi penelitian jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan
harga yang berlaku di Kota Palu

Pendapatan bersih usahatani


Pendapatan bersih usaha adalah selisih antara penerimaan dan
pengeluaran usaha dalam jangka waktu tertentu. Rataan pendapatan bersih
petani jagung dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Rata-rata pendapatan bersih petani jagung/musim tanam.

No Uraian Per Luas Garapan Per Hektar


1 Pendapatan Kotor (Rp) 10.990.000 21.980.000
2 Total Biaya (Rp) 5.382.544 10.765.088
Pendapatan Bersih (Rp) 5.607.456 11.214.912
Sumber: Data Primer Olahan
Pendapatan bersih petani jagung di Desa Bulupontu Jaya untuk tiap
luas garapan yaitu Rp. 5.607.454 atau Rp. 11.214.912/ha/musim tanam.

Pendapatan Kerja Keluarga


Banyaknya pendapatan kerja keluarga tergantung pada besaran
jumlah pendapatan bersih yang diperoleh petani, dengan jumlah tenaga kerja
dalam keluarga yang digunakan, hal ini akan menjelasakan seberapa besar
pendapatan kerja keluarga selama masa proses produksi.
Tabel 18. Rata-rata pendapatan keluarga petani jagung di Desa Bulupontu
Jaya/musim tanam.

No Uraian Per Luas


Garapan Per Hektar

1 Pendapatan Bersih (Rp) 5.607.544 11.214.912


2 Biaya Tenaga Kerja Keluarga (Rp) 300.000 600.000
Total Pendapatan keluarga (Rp) 5.307.456 10.614.912
Sumber: Data Primer
Rata-rata pendapatan kerja keluarga yang diperoleh petani jagung
yaitu untuk rata-rata per luas garapan yaitu Rp. 5.307.456musim tanam dan
rata-rata untuk tiap hektarnya yaitu Rp. 10.614.912/musim tanam. Besarnya
pendapatan kerja keluarga tersebut diperoleh yaitu selama proses produksi
jagung yaitu rata- rata 120 hari.
Efisiensi Usaha
Nilai R/C ratio usahatani jagung di Desa Bolopantu Jaya berkisar
antara 1,21 sampai 1,99 dengan rataan tiap hektarnya adalah 1,57, berarti
setiap Rp. 1,00 biaya yang dikeluarkan petani akan diperoleh keuntungan
sebesar Rp. 0,57. Jadi usahatani jagung di Desa Bulupontu Jaya sudah efisien
jika ditinjau dari segi RCR.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Total biaya produksi Rp. 11.214.912/ha/musim tanam.
2. Rataan produksi petani adalah 5.688 kg/ha/musim tanam dengan rataan
harga jual Rp. 2.800. Dengan demikian diperoleh rata-rata pendapatan
kotor sebesar Rp. 11.726.867 Rp/ha/musim tanam. Rataan pendapatan
bersih yang diterima petani adalah Rp. 5.307.456 Rp/ha/musim tanam.
Rataan pendapatan kerja keluarga yang diperoleh petani adalah Rp.
5.307.456 Rp/ha/musim tanam.
3. Tingkat efisiensi yang diperoleh petani Jagung di Desa Bulupontu Jaya
sebesar 1,57 berarti setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan oleh petani
akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 0,57. Jadi usahatani jagung di
Desa Dosroha sudah efisien jika ditinjau dari segi RCR.

Saran

1. Dalam meningkatkan produktivitas jagung di Desa Bulupontu Jaya,


perlunya penambahan penggunaan pupuk sesuai dosis. Dan untuk
meningkatkan produksi dan pendapatan petani, pola tanam jagung
sebaiknya dilakukan 3 kali dalam setahun, juga perlu adanya
keterlibatan penyuluh pertanian tentang penting organisasi kelompok
tani.

2. Perlu adanya pendanaan yang lebih baik untuk peningkatan produksi


jagung, sehingga petani perlu bantuan pendanaan seperti fasilitas
kredit di lokasi penelitian.
3. Permasalahan yang dihadapi petani yaitu perubahan iklim yang tidak
menentu, skala usahatani yang masih kecil, keterbatasan modal dan
pengolahan lahan yang dilakuakan petani dalam hal penggunaan
pupuk non-oraganik.

DAFTAR PUSTAKA

Adri dan Firdaus. 2013. Analisis Usahatani jagung hibrida


BIMA-2.
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/1spros11.
pdf Diakses pada tanggal 17 Desember 20013 :17:59

Budiman, H. 2012. Sukses Bertanam Jagung Komoditas pertanian yang


Menjanjikan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Mubyarto.1998. Pengantar ekonomi Pertanian. LP3S. Jakarta.

Soekartawi, Prof. Dr. 1991. Prinsip Dasar Ekonomi Produksi Teori dan Aplikasi.
PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai