Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN DAN PENGEMBANGAN SARANA ALAT

PASCAPANEN DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN


AGROINDUSTRI

Proposal Magang di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian

MUHAMAD FAKHRUDDIN
NIM: 4442190098

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa


mencurahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan proposal yang berjudul “Penerapan dan pengembangan
sarana alat pemanen dalam mendukungNpembangunan agroindustri”.
Penulis menyadari, bahwa dalam proses penulisan proposal ini tidak terlepas
dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Nurmayulis, Ir., M.P. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Andi Apriany Fatmawaty, Ir., M.P., selaku Ketua Jurusan Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Dr. Ir. Harsono, MP., selaku Koordinator Kerjasama Pendayagunaan Hasil
Perekayasaan dan Pengujian yang telah menerima dan memberi arahan kepada
penulis.
4. Andri Gunanto, S.T., selaku Koordinator KKP yang telah bersedia
membimbing dan memberi arahan kepada penulis dalam penyusunan proposal
ini.
5. Nur Iman Muztahidin S.P., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selama ini telah membimbing dan menasehati serta memberikan arahan.
6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan demi kesuksesan penulis.
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat membuat
proposal yang lebih sempurna nantinya.

Serang, Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
1.3 Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II. METODE DAN JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN ....... 3
2.1 Profil Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian ................. 3
2.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Magang ......................... 3
2.3 Metode Pelaksanaan ......................................................................... 3
BAB III. ISI .................................................................................................... 5
3.1 Penerapan dan Pengembangan Alat-Alat Pasca Panen .................... 5
3.2 Pemanfaatan Agroindustri ................................................................ 6
3.3 Peranan Alat dan Mesin Pasca Panen Dalam Pembagunan
Agroindustri ....................................................................................... 7
BAB IV. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 8
4.1 Simpulan ........................................................................................... 8
4.2 Saran ................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka menunjang aspek keahlian profesional fakultas pertanian
universitas sultan ageng tirtayasa telah menyediakan sarana dan prasarana
penunjang pendidikan dengan lengkap, namun sarana dan prasarana tersebut hanya
menunjang aspek keahlian profesional secara teori saja. Dalam dunia kerja nantinya
dibutuhkan keterpaduan antara pengetahuan teori dan pelatihan praktik lapang guna
memberi gambaran tentang dunia kerja yang sebenarnya. Magang atau praktek
kerja lapang dapat diartikan sebagai aplikasi penyelenggaraan pendidikan
profesional dari perguruan tinggi yang memadukan antara program pendidikan
dengan program keahlian yang diperoleh secara langsung melalui dunia kerja.
Penggunaan mesin pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
produktivitas dan efisiensi usaha tani, meningkatkan mutu dan nilai tambah produk,
serta pemberdayaan petani. Pada hakikatnya, penggunaan mesin di pertanian adalah
untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam proses produksi pertanian, di mana
setiap tahapan dari proses produksi tersebut dapat menggunakan alat dan mesin
pertanian (Handaka, 2014). Data Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian R.I,
menunjukkan mesin-mesin pertanian untuk pasca panen yang dipergunakan di
Indonesia terdiri dari mesin perontok (Thresher), mesin pengering (Dryer), mesin
pemanen kombinasi (Combine Harvester) dan mesin penggiling (Rice Milling Unit)
(Pusat dan Sistem Informasi pertanian, 2015).
Penerapan dan pengembangan sarana alat pemanen dalam mendukung
pembangunan agroindustri mempunyai peranan penting dalam rangka
meningkatkan efisiensi, produktivitas dan perbaikan mutu hasil pertanian. Sarana
alat mesin pasca penen merupakan salah satu masukan teknologi yang mendukung
pengembangan sistem dan usaha yang berdaya saing. Peranannya akan
meningkatkan nilai tambah hasil pertanian dan juga mutu hasil pertanian
(Rahmiana A.A dkk, 2003).

1
1.2. Tujuan
Adapun tujuannya yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi mekanisasi pertanian dan agroindustri.
2. Untuk mengetahui ragam serta cara kerja alat-alat pasca panen mekanisasi
pertanian.
3. Untuk mengetahui cara penggunaan dari alat-alat pasca panen mekanisasi
pertanian

1.3. Manfaat
Adapun manfaatnya yaitu penulis bisa medapatkan pengalaman baru di bidang
mekanisasi pertanian, selain itu penulis dapat mengidentifikasi permasalahan pada
pasca panen dan juga menyelesaikannya.

2
BAB II
METODE DAN JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Profil Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian


Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP MEKTAN)
adalah Instansi/kelembagaan Jawatan Pertanian Rakyat yang mempunyai tugas
untuk meningkatkan produksi pangan dengan mendirikan pusat-pusat pelatihan dan
perbengkelan, serta pengiriman tenaga teknis untuk pelatihan ke luar negeri. BBP
MEKTAN memilki visi yaitu Pertanian yang Maju, Mandiri dan Modern untuk
Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong. Dan memiliki misi yaitu, mewujudkan ketahanan
pangan, meningkatkan nilai tambah dan daya saing pertanian, serta meningkatkan
kualitas SDM dan prasarana Kementerian Pertanian.

2.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan KKP


Kegiatan Kuliah Kerja Profesi ini dilaksanakan dalam waktu kurang lebih satu
bulan dimulai dari tanggal 13 Januari – 13 Februari 2022. Kegiatan magang ini
dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP
MEKTAN), Jalan Sinarmas Boulevard, Situ Gadung, Kecamatan Pagedangan,
Kabupaten Tangerang, Banten 15338.

2.3 Metode Pelaksanaan


Metode Kuliah Kerja Profesi atau magang di Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertanian dibimbing oleh pembimbing lapang dan pembimbing
akademik. Peran pembimbing lapangan dalam kegiatan magang ini adalah sebagai
fasilitator yang memberikan petunjuk serta arahan informasi bagi peserta magang
sesuai dengan topik pada mata kuliah. Sedangkan peran pembimbing akademik
sebagai fasilitator dalam bidang akademik. Metode pelaksanaan magang ini
meliputi pelaksanaan praktik kerja dilakukan dengan harapan mahasiswa magang
mampu menerapkan tridharma perguruan tinggi yaitu sesuai dengan bidang
pendidikan, penelitian, serta pengabdian. Dalam bidang pendidikan bertujuan untuk
mempelajari kegiatan yang dilakukan di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi

3
Pertanian, sedangkan bidang penelitian dilakukan saat akan mencari informasi yang
dibutuhkan selama kegiatan magang. pengabdian dalam kegiatan magang ini
diperoleh dari keaktifan mahasiswa magang untuk menyelesaikan kegiatan.

4
BAB III

ISI

3.1. Penarapan dan Pengembangan Alat-Alat Pasca Panen


Panen adalah pemungutan (pemetikan) hasil sawah atau ladang. Istilah ini
paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam dan menandai berakhirnya
kegiatan di lahan. Namun, istilah ini memiliki arti yang lebih luas, karena dapat
dipakai pula dalam budi daya ikan atau berbagai jenis objek usaha tani lainnya,
seperti jamur, udang, alga/gulma laut, dan hasil hutan (kayu maupun non-kayu).
Secara kultural, panen dalam masyarakat agraris sering menjadi alasan untuk
mengadakan festival dan perayaan lain (Ananto, 2005).
Panen pada masa kini dapat dilakukan dengan mesin pemanen seperti
combine harvester, tetapi dalam budi daya yang masih tradisional atau setengah
trandisional orang masih menggunakan sabit atau bahkan ani-ani. Panen tanpa
mesin merupakan salah satu pekerjaan dalam budi daya yang paling memakan
banyak tenaga kerja. Kegiatan ini dapat langsung diikuti dengan proses pasca panen
atau pengeringan terlebih dahulu. Berdasarkan bagian dari organisme yang dipanen,
metode pemanenan dapat dibagi menjadi beberapa bagian (Manwan, 1994).
Untuk melaksanakan kegiatan panen maka peran mekanisasi pertanian
sangat diperlukan. Kalau diperhatikan kegiatan panen yang dilakukan adalah
menggunakan tenaga manusia. Dengan perkembangan teknologi yang
mempertimbangkan dari berbagai hal misalnya untuk mencapai tingkat kapasitas
kerja lapang yang tinggi dan efisiensi yang tinggi maka dikembangkan alat mesin
pemanen. Mesin pemanen yang akan dibahas di bagian ini terbatas pada beberapa
lat mesin pemanen tanaman yang umum dikembangkan oleh petani yang meliputi
alat panen padi, alat panen jagung, alat panen rumput, alat panen umbi-umbian, dan
alat panen sayuran .
Ada beberapa jenis mesin panen , yaitu (Sukirno, 1999):
a. Reaper (windrower), yang hanya memotong dan merebahkan hasil
potongan dalam alur, atau collection type reaper yang memotong dan
mengumpulkannya.
b. Binder, mesin yang memotong dan mengikat.

5
c. Combine harvester, mesin yang memotong dan merontokkan.
d. Mesin mower yang digunakan dalam membuat rumput makan ternak.
e. Mesin rake didesain untuk dapat mengacak, memindahkan dan
membalikkan tumpukan rumput pada alur, membuat alur tumpukan lebih
sempit dan dapat mempercepat proses pengeringan.
f. Mesin baler dirancang untuk mengepak rumput makanan ternak menjadi
berbentuk lebih padat dan kompak, yang akan dapat mempermudah
pengangkutan dan penyimpanan.
g. Wholestalk harvester memotong tebu pada pangkal batang dekat permukaan
tanah, kemudian dibawa ke belakang dan disusun di atas guludan.
h. Chopper harvester memotong tebu berupa potongan-potongan berukuran
pendek.

3.2 Pemanfaatan Agroindustri


Agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti
suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya
atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana
atau input dalam usaha pertanian. Defi nisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai
kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku,
merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut, dengan
demikian agroindustri meliputi industri pengolahan hasil pertanian, industri yang
memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian (pupuk,
pestisida, herbisida dan lain-lain) dan industri jasa sektor pertanian (Devaragan,
1990).
Dalam kerangka pembangunan pertanian, agroindustri merupakan
penggerak utama perkembangan sektor pertanian, terlebih dalam masa yang akan
datang posisi pertanian merupakan sektor andalan dalam pembangunan nasional
sehingga peranan agroindustri akan semakin besar. Dengan kata lain, dalam upaya
mewujudkan sektor pertanian yang tangguh, maju dan efi sien sehingga mampu
menjadi leading sector dalam pembangunan nasional, harus ditunjang melalui
pengembangan agroindustri, menuju agroindustri yang tangguh, maju serta efi sien
dan efektif (Ananto, 2005).

6
Jadi, secara garis besar agroindustri dapat digolongkan menjadi 4 (empat)
yang meliputi: pertama, agroindustri pengolahan hasil pertanian; kedua,
agroindustri yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian; ketiga, agroindustri
input pertanian (pupuk, pestisida, herbisida dan lain-lain) dan keempet, agroindustri
jasa sektor pertanian (supporting services) (Umar, 2008).

3.3 Peranan Alat dan Mesin Pasca Panen dalam Pembangunan Agroindustri
Agroindustri pengolahan hasil pertanian merupakan bagian dari agroindustri,
yang mengolah bahan baku yang bersumber dari tanaman, binatang dan ikan.
Pengolahan yang dimaksud meliputi pengolahan berupa proses transpormasi dan
pengawetan melalui perubahan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengepakan, dan
distribusi. Pengolahan dapat berupa pengolahan sederhana seperti pembersihan,
pemilihan (grading), pengepakan atau dapat pula berupa pegolahan yang lebih
canggih, seperti penggilingan (milling), penepungan (powdering), ekstraksi dan
penyulingan (extraction), penggorengan (roasting), pemintalan (spinning),
pengalengan (canning) dan proses pabrikasi lainnya. Dengan perkataan lain,
pengolahan adalah suatu operasi atau rentetan operasi terhadap terhadap suatu
bahan mentah untuk dirubah bentuknya dan atau komposisinya (Austin, 1992).
Dari definisi tersebut terlihat bahwa pelaku agroindustri pengolahan hasil
pertanian berada diantara petani yang memproduksi dengan konsumen atau
pengguna hasil agroindustri. Dengan demikian dari uraian diatas menunjukan
bahwa Agroindustri pengolahan hasil pertanian, mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut: (a) dapat meningkatkan nilai tambah, (b) menghasilkan produk yang dapat
dipasarkan atau digunakan atau dimakan, (c) meningkatkan daya saing, dan (d)
menambah pendapatan dan keuntungan bagi produsen.
Agroindustri hasil pertanian sebagai dasar sektor manufaktur. Transformasi
penting lainnya dalam agroindustri kemudian terjadi karena permintaan terhadap
makanan olahan semakin beragam seiring dengan pendapatan masyarakat dan
urbanisasi yang meningkat (Simatupang, 1997).

7
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Teknologi pasca panen untuk mempelancar perkembangan agroindustri
tanaman pangan merupakan suatu keharusan, karena dengan teknologi tersebut
maka usaha tani di lahan yang luas akan dapat dipermudah keberlanjutannya
sekaligus pendapatan petani. Masukkan teknologi pasca panen merupakan inovasi
untuk menambah gairah petani khususnya, karena akan menambahn kegiatan usaha
tani yang telah lama kurang berkembang.

4.2 Saran
Adapun saran yang akan diberikan nantinya dari kegiatan KKP atau magang
yaitu setiap pembelajaran serta pengalaman yang sudah didapatkan harus menjadi
penopang dalam dunia kerja nantinya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ananto, E.E., Astanto dan Sutrisno. 2005. Peran alsintan dan penanganan panen
dan pasca panen jagung di lahan pasang surut Sumatera Selatan. Dalam
Prosiding Seminar Nasional Mekanisasi Pertanian: Mekanisasi
Berkelanjutan Untuk Pengembangan Pertanian. BBP Mektan, Badan
Litbang Pertanian. Hal 213-224.
Austin JE. 1992. Agroindustrial Project Analysis Critical Design Factors: EDI
Series in Economic Development. Baltimore: John Hopkins Univ Press.
Devaragan S, Lewis JD, Robinson S. 1990. Policy Lessons from Trade Focussed,
Two Sector Models. Journals of Policy Modeling 12(4): 625-657.
Manwan, I., dan E.E Ananto. 1994. Strategi penelitian dan pengembangan
mekanisasi pertanian tanaman pangan. Puslitbangtan, Badan Litbang
Pertanian. Hal. 1-9.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin). 2015. Outlook Cabai.
Rahmianna, M. Muchlis Adie, A. Taufik, F. Rozi, I.K. Tastra, dan D. Harnowo
(Eds). Peningkatan Produksi Kacangkacangan dan Umbi-umbian.
Malang, 25-26 Juli 2005. Balitkabi. Sekretariat Jendral Kementrian
Pertanian, Jakarta.
Rizaldi, Taufik. 2006. Mesin Peralatan. Departement Teknologi Pertanian Univ.
Sumut.
Simatupang TM. 1997. Pemodelan Sistem. Bandung: Studio Manajemen Jurusan
Teknik Industri Institut Teknologi Bandung.
Sukirno, MS.1999. Mekanisasi Pertanian.Pokok Bahasan Alat Mesin Pertanian
dan Pengelolaannya. Diklat Kuliah. Yogyakarta: Press UGM.
Umar, S., dan A. Prabowo. 2008. Penggunaan sumberdaya pertanian dalam
Usahat ani jagung di lahan kering Kalimantan Selatan. Jurnal Budidaya
Pertanian. 14(3): 209-214.

Anda mungkin juga menyukai