PROPOSAL MBKM-MAGANG
Oleh :
WIDIA ERNALEM BR SEMBIRING
(215040200111162)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIA
MALANG
2024
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Program : Studi Sistem Tanam Tanaman Kacang Kedelai (Glycine
max L.) Di Balai Pengujian Strandar Instrumen Tanaman
Aneka Kacang Malang
Nama : Widia Ernalem Br Sembiring
NIM : 215040200111162
Program Studi : Agroekoteknologi
Jurusan : Budidaya Pertanian
Dr.agr.Nunun Barunawati,S.P.,M.P.
NIP.197407242005012001
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Agroekoteknologi
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, cinta, dan
kasih karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan laporan akhir magang
yang berjudul “Studi Sistem Tanam Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max) Di
Balai Pengujian Strandar Instrumen Tanaman Aneka Kacang Malang” dengan
lancar. Pada kesempatan kali ini tak lupa juga penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii
I. PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4
2.1 Tanaman Kedelai............................................................................................4
2.2 Fase Pertumbuhan Tanaman Kedelai.............................................................6
2.3 Teknik Budidaya Tanaman Kedelai...............................................................7
2.4 Pengaruh Sistem Tanam pada Tanaman Kedelai...........................................8
III. METODE PELAKSANAAN............................................................................9
3.1 Waktu dan Tempat.........................................................................................9
3.2 Metode Pelaksanaan.......................................................................................9
3.3 Jadwal Kegiatan Magang MBKM..................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
LAMPIRAN...........................................................................................................13
iv
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
vii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu tanaman
leguminosa yang memiliki peran penting sebagai bahan makanan dan salah satu
sumber protein nabati yang sangat penting. Indonesia menjadikan tanaman kedelai
sebagai tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kedelai
merupakan tanaman legum yang memiliki protein yang tinggi. Biji kedelai
mengandung berbagai gizi antara lain 40-45% protein, 18% lemak, 24-36%
karbohidrat, 8% kadar air, asam amino, dan gizi yang lainnya (Krisnawati, 2017).
Kedelai memegang peranan penting sebagai sumber protein nabati dalam olahan
pangan. Olahan pahan yang dimaksud seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai,
dan tauco. Pemanfaatan kedelai juga bukan sebatas sebagai pangan, akan tetapi
sebagai bahan baku industri, pakan ternak, serta pembuatan minyak (Arifin,
2016).
Kebutuhan kedelai di Indonesia tidak sejalan dengan kemampuan untuk
memproduksi kedelai di dalam negeri. Faktanya, kebutuhan kedelai di dalam
negeri terus meningkat setiap tahunnya, menurut data Kementerian Pertanian
(2021) permintaan kedelai pada tahun 2021 untuk produksi tahu dan tempe
mencapai 1 juta ton per tahun dengan produksi kedelai pada tahun 2021 hanya
sebesar 200 ribu ton. Ketidakmampuan negeri dalam memenuhi kebutuhan
kedelai menyebabkan pemerintah untuk mengimpor kedelai. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat bahwa Indonesia pada tahun 2021 mengimpor kedelai
sebanyak 2,5 juta ton.
Permintaan kedelai yang kian naik ini dapat menjadi peluang dalam
mengembangkan usaha dan dalam rangka meningkatkan produksi kedelai. Cara
yang tersedia yakni ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian dapat dilakukan
untuk meningkatkan produksi kedelai. Ekstensifikasi merupakan usaha dalam
meningkatkan produksi tanaman dengan cara memperluas lahan, sedangkan
intensifikasi merupakan usaha dalam meningkatkan produksi tanaman salah
satunya dengan cara memperbaiki teknik budidaya tanaman (Marliah et al., 2014).
Intensifikasi pertanian dipilih menjadi usaha peningkatan produksi
tanaman yang paling tepat dikarenakan penggunaan cara ekstensifikasi sulit
dilakukan mengingat lahan pertanian yang semakin sempit. Salah satu upaya
intenfikasi yang dapat dilakukan yaitu dengan mengatur sistem tanam dan
pemberian inokulan pada
2
berwarna kuning yang menunjukkan bahwa polong tersebut sudah matang (Adie
dan Krisnawati, 2013).
2.3 Teknik Budidaya Tanaman Kedelai
Tanaman kedelai merupakan jenis tanaman C3 yang toleran terhadap
naungan dan dapat mengikat N2 sehingga dapat tumbuh di berbagai
agroekosistem dengan pola tanam, jenis dan kesuburan tanah serta iklim akan
berbeda juga (Purwaningsih dan Kusumastuti, 2019). Setiap agroekosistem
tersebut memiliki kendala yang berbeda-beda dan dibutuhkan teknik budidaya
yang tepat agar tanaman kedelai dapat tumbuh dengan optimal (Winardi, 2014).
Teknik budidaya yang dapat dilakukan untuk tanaman kedelai ini adalah
melakukan pengolahan lahan dengan menggunakan sistem tanam Tandur Jajar
(Single Row) dan sistem tanam (Double Row) pada tanaman (Dewanti, 2019).
Sistem tanam Tandur Jajar (Single Row) merupakan cara tanam yang
dilakukan dengan pola satu barisan tanaman (Teha et al., 2013). Populasi tanaman
pada sistem tanam Single row lebih sedikit dibandingkan dengan sistem tanam
Double row. Sistem tanam Double row ini memiliki jarak tanam yang rapat
sehingga akan berpengaruh pada bobot polong yang semakin rapat jarak tanam
maka potensi menghasilkan bobot polong juga semakin rendah (Suwandi, 2019).
Rendahnya polong diakibatkan oleh menurunnya karbohidrat daun hasil
fotosintesis tanaman (Chairudin et al., 2015).
Sistem tanam Double Row merupakan cara tanam yang dilakukan dengan
sistem dimana dua baris tanaman dirapatkan, dan dengan dua baris berikutnya
jaraknya dilebarkan (Abdulrachman et al., 2013). Sistem ini akan membuat
tanaman mendapat unsur hara dan cahaya yang cukup sehingga proses asimilasi
akan lebih baik serta jumlah daun lebih optimal (Rabani et al., 2021). Sistem ini
akan memberikan ruang tumbuh yang luas sehingga sirkulasi udara dan
pemanfaatan sinar matahari yang diberikan akan lebih baik untuk tanaman. Sistem
ini dapat mendapatkan bobot buah yang lebih berat karena tanaman yang terkena
sinar matahari semakin banyak. Sistem ini juga dapat meningkatkan intersepsi
cahaya matahari untuk proses fotosintesis serta memiliki kanopi penutup tanah
yang lebih besar sehingga masuknya cahaya ke daun dalam proses fotosintesis
pun akan lebih besar sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hasil
8
polong yang lebih banyak (Fadhillah et al., 2021). Tanaman kedelai menggunakan
sistem Double Row 2:1 yang berarti terdapat dua baris tanam per unitnya
(Abdulrachman et al., 2013).
2.4 Pengaruh Sistem Tanam pada Tanaman Kedelai
Pengolahan lahan dengan menggunakan sistem tanam yang sesuai bagi
pertumbuhan dan perkembangan menjadi salah satu cara untuk meningkatkan
produktivitas tanaman. Sistem tanam merupakan sistem yang digunakan untuk
mengatur kerapatan atau jarak setiap tanaman agar dapat mengurangi adanya
kompetisi terhadap unsur hara, cahaya matahari, air dan ruang tumbuh (Bobihoe,
2013). Interaksi hara yang terjadi antara tanaman dan mikroba dalam tanah akan
dipengaruhi oleh jarak tanam. Semakin sempit jarak tanam persaingan antara
tanaman dan mikroba dalam tanah akan semakin besar dalam hal pemanfaatan
hara (Teha et al., 2013). Jarak tanam yang terlalu lebar dapat meningkatkan
penguapan air yang terjadi di dalam tanah sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat
kerapatan tanaman berhubungan dengan populasi tanaman dan sangat menentukan
hasil tanaman (Marliah et al., 2012). Pemilihan sistem kerapatan tanaman yang
paling baik harus memperhatikan ukuran tanaman, percabangan, serta dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti penyinaran, kelembaban dan kesuburan tanah
(Wentasari, 2016).
Terdapat dua sistem tanam yang sering digunakan yaitu sistem tanam
Tandur Jajar (Single Row) dan sistem tanam Jajar Legowo (Double Row). Sistem
dengan jarak tanam yang lebih rapat atau Single Row akan menghasilkan tanaman
yang lebih tinggi. Jarak tanam yang lebih rapat akan memiliki persaingan dalam
pemanfaatan cahaya dan unsur hara sehingga persaingan antar tanaman yang
terjadi akan menyebabkan masing-masing tanaman harus tumbuh lebih tinggi agar
memperoleh cahaya yang lebih banyak (Marliah et al., 2012). Jarak tanam yang
lebih renggang akan memperoleh intensitas cahaya matahari yang lebih besar
sehingga jarang terjadi persaingan yang menyebabkan terbentuknya cabang serta
tanaman dapat tumbuh ke samping. Sistem tanam yang lebih renggang akan
memberikan tinggi tanaman yang merata karena penerimaan cahaya yang merata
(Naim, 2019).
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan magang MBKM dilaksanakan pada tanggal Februari hingga Juni
2024. Lokasi tempat magang MBKM berapa di Balai Penelitian Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi, Jl. Raya Kendalpayak No.66, Segaran, Kendalpayak, Kec.
Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur 65162. Suhu rata-rata di Balai
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi berkisar antara 23,5 oC hingga 27oC.
Kelembapan udara rata-rata berkisar 61% hingga 90%.
3.2 Metode Pelaksanaan
Bentuk pelaksanaan kegiatan magang MBKM adalah dengan membuat
logbook harian, laporan mingguan dan laporan akhir magang yang terdiri dari
pengolahan lahan plotting, penanaman, pemberian herbisida dan insektisida,
quality control, uji kemurnian gen, pemupukan, penyulaman, pemanenan, dan
kegiatan pasca panen yang meliputi sortasi dan pengemasan.
3.3 Jadwal Kegiatan Magang MBKM
Kegiatan magang MBKM dilakukan pada bulan Februari hingga Juni
2024. Pelaksanaan magang MBKM dilakukan setiap hari kerja mulai dari Hari
Senin hingga Hari Jumat dan dimulai pukul 07.30 WIB hingga 16.00 WIB.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrachman, S., Mejaya, M.J., Agustiani, N., Gunawan, I., Sasmita, P., dan
Guswara, A., 2013. Sistem Tanam Legowo. Badan Penelitian dan
Penembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Adie, M.M. dan Krisnawati, A., 2013. Biologi Tanaman Kedelai [online]. Balai
Penelitian kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
Afidah, I.K., Satyana, A., dan Sitompul, K.S.M., 2019. Pengaruh Lama
Penyinaran (Fotoperiode) terhadap Pertumbuhan dan Hasil pada Tiga
Varietas Kedelai (Glycine max L. Merr). Jurnal Produksi Tanaman, 7(1):
68–73.
Arifin, Z., 2016. Perbedaan Produksi Kedelai (Glycine Max (L) Meriil) Varietas
Dering dan Varietas Gema pada Kekeringan. Jurnal Pertanian Cemara,
12(1): 95-101.
Arifin, Z., Gunawan, C.I., dan Sasmito, C., 2017. Dasar Implementasi dalam
Teknik Budidaya Kedelai dengan Pendekatan Metode Praktis, 6–10.
Bachtiar, B., Ghulamahdi, M., Melati, M., Guntari, D., dan Sutandi, A., 2016.
Kebutuhan Nitrogen Tanaman Kedelai pada Tanah Mineral dan Mineral
Bergambut dengan Budi Daya Jenuh Air. Jurnal Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan, 35(3): 217–228.
Birnadi, S., 2012. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pupuk Organik Bokhasi
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
Kultivar Wilis. Jurnal Istek, 8(1): 31–31.
Bobihoe, J., 2013. Sistem Tanam Padi Jajar Legowo. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian, 3(1): 1–22.
Chairudin, Efendi, dan Sabaruddin, 2015. Dampak Naungan terhadap Perubahan
Karakter Agronomi dan Morfo-Fisiologi Daun pada Tanaman Kedelai
(Glycine max (L.) Merrill). Jurnal Floratek, 10: 26–35.
Chumaidah, R., 2022. Pengaruh Jenis Bakteri Indigenous Lahan Mugarsari
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max L.) Varietas Devon
1. Skripsi. Universitas Siliwangi.
Dewanti, O.P., 2019. Pengaruh Sistem Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma
pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill)
Edamame var. Ryoko. Universitas Brawijaya.
Erwin dan Mindalisma, 2022. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai
(Glycine max L. Merril) terhadap Pemberian Pupuk Posfat dan Inokulasi
Rhizobium. AGRILAND : Jurnal Ilmu Pertanian, 10(1): 44–51.
Fadhillah, F., Yuwariah, Y., dan Irwan, A.W., 2021. Pengaruh Berbagai Sistem
Tanam terhadap Fisiologi, Pertumbuhan, dan Hasil Tiga Kultivar Tanaman
Padi di Dataran Medium. Kultivasi, 20(1): 7-14.
Istiqomah, Wahyudin, A., dan Anam, C., 2021. Pengaruh Olahan Organik Jerami
dan Jarak Tanam Sistem Jajar Legowo terhadap Produksi Tanaman Padi
(Oryza sativa L.). Agroradix, 4(2): 36–41.
15
Sari, D.A., Kresnawaty, I., Priyono, Budiani, A., dan Santoso, D., 2019.
Peningkatan Hasil Panen Kedelai (Glycine max L.) Varietas Wilis Melalui
Aplikasi Biostimulan Tanaman. Menara Perkebunan, 87(1): 1–10.
Stefia, E., 2017. Analisis Morfologi dan Struktur Anatomi Tanaman Kedelai
(Glycine max L.) pada Kondisi Tergenang. Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Surabaya.
Suroso, B. dan Sodik, A.J., 2017. Potensi Hasil dan Kontribusi Sifat Agronomi
terhadap Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril) pada Sistem
Pertanaman Monokultur. Agritrop : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian (Journal of
Agricultural Science), 14(2): 124–133.
Suwandi, A. 2019. Pengaruh Jarak Tanam dan Aplikasi Berbagai Dosis Kompos
Tandan Kosong Kelapa Sawit terhdap Pertumbuhan serta Produksi
Tanaman Kacang Renek (Vigna unguiculata var sesquapedalis). Skripsi:
Universitas Islam Riau.
Taufiq, A. dan Sundari, T., 2012. Respon Tanaman Kedelai terhadap Lingkungan
Tumbuh. Buletin Palawija, 26(23): 13–26.
Teha, I., Z., F., dan P., W., 2013. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan
Tandur Jajar terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah
Varietas Cigeulis. Jurnal Agroteknotropika, 2(2): 219–224.
Wahyudin, A., Wicaksono, F.Y., Irwan, A.W., Ruminta, R., dan Fitriani, R.,
2017. Respons Tanaman Kedelai (Glycine max) Varietas Wilis Akibat
Pemberian Berbagai Dosis Pupuk N, P, K, dan Pupuk Guano pada Tanah
Inceptisol Jatinangor. Kultivasi, 16(2): 333–339.
Wentasari, R., 2016. Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada
Beberapa Sistem Tanam. Akta Agrosia, 19(1): 112–117.
Winardi, 2014. Prospek Budidaya Kedelai pada Lahan Sawah Irigasi Sederhana
untuk Peningkatan Produksi Kedelai di Indonesia. AGRITECH, 16(2): 89–
97.
15
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Diri