Anda di halaman 1dari 23

STUDI SISTEM TANAM TANAMAN KACANG KEDELAI

(Glycine max L.)


DI BALAI PENGUJIAN STANDAR INSTRUMEN
TANAMAN ANEKA KACANG MALANG

PROPOSAL MBKM-MAGANG

Oleh :
WIDIA ERNALEM BR SEMBIRING
(215040200111162)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIA
MALANG
2024
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Program : Studi Sistem Tanam Tanaman Kacang Kedelai (Glycine
max L.) Di Balai Pengujian Strandar Instrumen Tanaman
Aneka Kacang Malang
Nama : Widia Ernalem Br Sembiring
NIM : 215040200111162
Program Studi : Agroekoteknologi
Jurusan : Budidaya Pertanian

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapang

Dr.agr.Nunun Barunawati,S.P.,M.P.
NIP.197407242005012001

Mengetahui,
Ketua Program Studi
Agroekoteknologi

Dr. Darmawan Saptadi, S.P.,M.P.


NIP.197107082000121002

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, cinta, dan
kasih karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan laporan akhir magang
yang berjudul “Studi Sistem Tanam Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max) Di
Balai Pengujian Strandar Instrumen Tanaman Aneka Kacang Malang” dengan
lancar. Pada kesempatan kali ini tak lupa juga penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada :

1 Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya.


2 Dr.agr. Nunun Barunawati, S.P., M.P. selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar membimbing dan memberikan banyak saran kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3 Kedua orang tua tercinta dan segenap keluarga atas doa dan dukungannya.
4 Teman-teman yang telah memberikan banyak dukungan dan semangat kepada
penulis.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat dalam pemahaman mengenai
ilmu yang didapatkan penulis pada kegiatan yang telah dilakukan di lapang.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masi jauh dari kata baik. Oleh
karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak yang tentunya
bersifat membangun agar dapat menyempurnakan penulisan laporan ini. Atas
perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini, penulis ucapkan
terimakasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis pada
khususnya.

Malang, Februari 2024

Widia Ernalem Br Sembiring

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii
I. PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4
2.1 Tanaman Kedelai............................................................................................4
2.2 Fase Pertumbuhan Tanaman Kedelai.............................................................6
2.3 Teknik Budidaya Tanaman Kedelai...............................................................7
2.4 Pengaruh Sistem Tanam pada Tanaman Kedelai...........................................8
III. METODE PELAKSANAAN............................................................................9
3.1 Waktu dan Tempat.........................................................................................9
3.2 Metode Pelaksanaan.......................................................................................9
3.3 Jadwal Kegiatan Magang MBKM..................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
LAMPIRAN...........................................................................................................13

iv
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman

v
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman

vi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman

vii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman Kacang Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu tanaman
leguminosa yang memiliki peran penting sebagai bahan makanan dan salah satu
sumber protein nabati yang sangat penting. Indonesia menjadikan tanaman kedelai
sebagai tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kedelai
merupakan tanaman legum yang memiliki protein yang tinggi. Biji kedelai
mengandung berbagai gizi antara lain 40-45% protein, 18% lemak, 24-36%
karbohidrat, 8% kadar air, asam amino, dan gizi yang lainnya (Krisnawati, 2017).
Kedelai memegang peranan penting sebagai sumber protein nabati dalam olahan
pangan. Olahan pahan yang dimaksud seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai,
dan tauco. Pemanfaatan kedelai juga bukan sebatas sebagai pangan, akan tetapi
sebagai bahan baku industri, pakan ternak, serta pembuatan minyak (Arifin,
2016).
Kebutuhan kedelai di Indonesia tidak sejalan dengan kemampuan untuk
memproduksi kedelai di dalam negeri. Faktanya, kebutuhan kedelai di dalam
negeri terus meningkat setiap tahunnya, menurut data Kementerian Pertanian
(2021) permintaan kedelai pada tahun 2021 untuk produksi tahu dan tempe
mencapai 1 juta ton per tahun dengan produksi kedelai pada tahun 2021 hanya
sebesar 200 ribu ton. Ketidakmampuan negeri dalam memenuhi kebutuhan
kedelai menyebabkan pemerintah untuk mengimpor kedelai. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) mencatat bahwa Indonesia pada tahun 2021 mengimpor kedelai
sebanyak 2,5 juta ton.
Permintaan kedelai yang kian naik ini dapat menjadi peluang dalam
mengembangkan usaha dan dalam rangka meningkatkan produksi kedelai. Cara
yang tersedia yakni ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian dapat dilakukan
untuk meningkatkan produksi kedelai. Ekstensifikasi merupakan usaha dalam
meningkatkan produksi tanaman dengan cara memperluas lahan, sedangkan
intensifikasi merupakan usaha dalam meningkatkan produksi tanaman salah
satunya dengan cara memperbaiki teknik budidaya tanaman (Marliah et al., 2014).
Intensifikasi pertanian dipilih menjadi usaha peningkatan produksi
tanaman yang paling tepat dikarenakan penggunaan cara ekstensifikasi sulit
dilakukan mengingat lahan pertanian yang semakin sempit. Salah satu upaya
intenfikasi yang dapat dilakukan yaitu dengan mengatur sistem tanam dan
pemberian inokulan pada
2

tanaman kedelai. Pengaturan sistem tanam dimaksud adalah menggunakan system


tanam single row dan double row yang dilakukan agar tanaman mendapatkan
ruang tumbuh yang lebih longgar, memberikan sirkulasi udara, dan pemanfaatan
cahaya matahari yang baik. Sistem tanam double row, setiap tanaman adalah
tanaman pembatas sehingga pengendalian hama dan pemupukan dapat dilakukan
dengan mudah (Istiqomah et al., 2021). Perlakuan inokulasi pada kedelai
memiliki tujuan agar akar tanaman kedelai bersimbiosis dengan bakteri
Rhizobium japonicum sehingga terciptanya bintil akar untuk asimilasi nitrogen
(Erwin dan Mindalisma, 2022). Inokulasi rhizobium mampu meningkatkan
efisiensi pupuk dan juga mengurangi penggunaan pupuk buatan bagi tanaman,
meningkatkan hasil biji, fiksasi nitrogen dan ketersediaan unsur hara dalam tanah
(Purwaningsih, 2015). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis berinisiatif
melakukan percobaan yang berkaitan dengan pengaruh sistem tanam dan
perlakuan inokulan terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukan nya kegiatan Merdeka Belajar Kampus
Merdeka (MBKM) ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Tingkat Sarjana (S1) di Jurusan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
b. Memperkuat keterampilan kerja mahasiswa sekaligus menerapkan
langsung ilmu yang telah didapatkan di bangku perkuliahan.
c. Mempersiapkan mahasiswa memasuki dunia kerja agar lebih profesional
melalui pengalaman kerja.
d. Mengembangkan cara berpikir mahasiswa agar bisa lebih cepat dalam
mengembangkan kemampuan dirinya dan mengubah pola pikir mahasiswa
tentang bagaimana lingkungan kerja sebenarnya.
Tujuan khusus yang menjadi fokus dalam kegiatan MBKM magang ini adalah
sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi teknik budidaya tanaman kacang kedelai dengan luaran berupa
benih terstandar dan bersartifikat yang efektif dan efisien untuk mewujudkan
kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.
3

b. Melakukan perbandingan antara teori mengenai budidaya tanaman yang didapat


selama perkuliahan dengan kondisi aktual budidaya tanaman kacang kedelai
dalam lingkup industry.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kedelai
Kedelai dengan nama latin Glycine max L. merupakan salah satu
komoditas pangan bukan tanaman asli Indonesia. Kedelai mengandung protein
nabati yang tinggi dan sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat
karena aman bagi kesehatan dan murah harganya (Wahyudin et al., 2017).
Kedelai digunakan sebagai bahan baku olahan dan konsumsi rumah tangga,
industri, serta benih (Krisnawati, 2017). Pemanfaatan kedelai sebagai sumber
bahan pangan juga dilakukan oleh negara lain, di Indonesia kedelai paling banyak
dimanfaatkan sebagai bahan baku tempe dan tahu (Wahyudin et al., 2017).

2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Kedelai


Kedelai menjadi komoditas pangan nomor tiga terpenting setelah padi dan
jagung dengan klasifikasi: kingdom : Plantae, subkingdom : Cormobionta, divisi :
Spermatophyta, kelas : Dicotyledoneae, subkelas : Archichlamydeae, ordo :
Rosales, subordo : Leguminosae, famili : Papilionaceae, tribe : Phaseoleae,
subtribe : Phaseoleae, genus : Glycine, subgenus : Glycine, spesies : Glycine max
L. Merrill (Arifin et al., 2017). Tanaman kedelai umumnya memiliki morfologi
daun yang berbentuk bulat (oval) dan lancip berwarna hijau, hijau tua, maupun
hijau kekuningan. Perbedaan bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor
genetik. Daun kedelai digunakan dalam proses fotosintesis yang akan membuka
stomata pada siang hari dan menutup pada malam hari (Saputri et al., 2019). Daun
kedelai memiliki stomata dengan jumlah berkisar antara 190-320 buah m-2
(Arifin et al., 2017).
Sistem perakaran kedelai merupakan akar tunggang yang terdiri dari calon
akar, sejumlah akar sekunder yang tersusun dalam empat barisan sepanjang akar
tunggang, cabang akar sekunder, dan cabang akar adventif yang tumbuh dari
bagian bawah hipokotil. Kedelai merupakan tanaman leguminosa yang memiliki
bintil akar yang bersimbiosis dengan bakteri. Bintil akar berfungsi dalam
mengikat nitrogen di udara dan menyuburkan tanah (Kumalasari et al., 2013).
Nitroge
5

merupakan unsur penting dalam kedelai untuk menunjang pertumbuhan dan


perkembangan (Bachtiar et al., 2016).
Kedelai memiliki batang semak dengan tinggi berkisar 30-100 cm.
Tanaman berbatang semak memiliki cabang dan tinggi yang rendah, bertekstur
lembut dan cepat tumbuh. Pertumbuhan batang dibedakan menjadi 2 macam yaitu
determinate dan indeterminate (Stefia, 2017). Perbedaan sistem pertumbuhan
kedelai terdapat pada keberadaan bunga pada pucuk (Arifin et al., 2017). Batang
determinate ditunjukkan batang yang tidak bisa tumbuh lagi pada saat berbunga,
sedangkan batang indeterminate ditunjukkan dengan pucuk batang yang masih
bisa tumbuh daun pada saat berbunga (Stefia, 2017).
Bunga kedelai tumbuh di ketiak daun dengan jumlah bunga yang beragam
berkisar antara 2-25 bunga. Bunga kedelai pertama kali muncul pada buku kelima
atau pada buku yang lebih tinggi (Stefia, 2017). Polong tanaman kedelai berwarna
hijau dan akan berubah menjadi kehitaman, keputihan atau kecoklatan pada saat
proses pematangan (Logo et al., 2018). Tanaman kedelai dapat menghasilkan
100-250 polong. Polong yang sudah masak akan mengering dan mengeluarkan
biji, satu polong menghasilkan 1-4 biji. Pembentukan polong akan meningkat
sejalan dengan umur dan jumlah bunga yang bertambah (Suroso dan Sodik,
2017).
2.1.2 Syarat Tumbuh Kedelai
Kedelai merupakan salah satu tanaman budidaya yang berasal dari daerah
subtropis, tepatnya di China dan Jepang (Linonia, 2014). Pertumbuhan kedelai
dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama lama dan intensitas penyinaran,
suhu, dan kandungan CO2 di atmosfer. Kedelai memerlukan lama penyinaran
yang optimal yaitu berkisar antara 14-16 jam (Afidah et al., 2019). Intensitas
cahaya yang kurang akan menyebabkan proses fotosintesis pada tanaman kedelai
tidak berlangsung secara maksimal sehingga akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan kedelai itu sendiri seperti jumlah daun dan polong yang semakin
sedikit, serta ukuran biji yang tidak berkembang dengan semestinya. Kedelai juga
membutuhkan suhu yang optimal untuk menunjang pertumbuhan kedelai. Fase
perkecambahan kedelai membutuhkan suhu sebesar 115-22°C, fase pembungaan
20-25°C, dan fase pemasakan 15-22°C. Kandungan CO2 di atmosfer akan
6

mempengaruhi laju pertukaran karbon, menurunkan laju transpirasi, dan


meningkatkan efisiensi penggunaan air (Taufiq dan Sundari, 2012). Kedelai tidak
membutuhkan struktur tanah yang khusus dalam pertumbuhannya. Kedelai dapat
tumbuh dengan baik pada tanah yang gembur, lembab, dan tidak tergenang air
yang dapat menyebabkan busuk akar. kedelai tumbuh dengan baik pada tanah
yang memiliki pH antara 5,5-6 (Birnadi, 2012).
2.2 Fase Pertumbuhan Tanaman Kedelai
Pertumbuhan kedelai dibagi menjadi dua fase yaitu fase vegetatif dan fase
generatif. Fase vegetatif kedelai dimulai sejak tanaman tersebut muncul ke
permukaan hingga terbentuk buku dan daun tanaman. Fase ini akan diakhiri
dengan munculnya bunga pada batang utama. Fase generatif dimulai ketika sudah
terbentuk satu bunga hingga polong yang sudah masak (Adie dan Krisnawati,
2013). Fase vegetatif kedelai diawali dengan perkecambahan, kemudian
dilanjutkan dengan fase kotiledon serta pembentukan buku (Chumaidah 2022).
Fase perkecambahan kedelai dimulai saat umur 3-7 hari setelah tanam (HST),
sedangkan fase kotiledon terjadi ketika umur 7-15 HST hingga tumbuh dengan
sempurna (Nur, 2019). Fase perkecambahan tanaman akan muncul di atas tanah,
kemudian akan membentuk daun keping (kotiledon) yang mulai terbuka dan dua
daun tunggal diatasnya juga mulai terbuka. Daun tunggal yang telah berkembang
penuh, akan menyebabkan daun bertangkai tiga di atasnya akan terbuka (Adie dan
Krisnawati, 2013).
Pertumbuhan batang dibedakan menjadi 2 macam yaitu determinate dan
indeterminate. Batang determinate ditunjukkan batang yang tidak bisa tumbuh
lagi pada saat berbunga, sedangkan batang indeterminate ditunjukkan dengan
pucuk batang yang masih bisa tumbuh daun pada saat berbunga (Stefia 2017).
Fase generatif disebut juga dengan fase reproduktif. Fase generatif kedelai dimulai
ketika muncul bunga pertama hingga pembentukan polong, dan pematangan biji
(Sari et al., 2019). Fase generatif ditandai dengan kemunculan bunga pada
tanaman. Bunga yang telah terbentuk pada awal periode akan membentuk polong
sepanjang 5 mm di batang utama. Kedelai yang sudah memasuki fase polong akan
berkembang sepanjang 2 cm, kemudian membentuk biji dengan ukuran 2 × 1 mm.
Polong yang telah berisi biji penuh akan berwarna hijau atau biru. Polong akan
7

berwarna kuning yang menunjukkan bahwa polong tersebut sudah matang (Adie
dan Krisnawati, 2013).
2.3 Teknik Budidaya Tanaman Kedelai
Tanaman kedelai merupakan jenis tanaman C3 yang toleran terhadap
naungan dan dapat mengikat N2 sehingga dapat tumbuh di berbagai
agroekosistem dengan pola tanam, jenis dan kesuburan tanah serta iklim akan
berbeda juga (Purwaningsih dan Kusumastuti, 2019). Setiap agroekosistem
tersebut memiliki kendala yang berbeda-beda dan dibutuhkan teknik budidaya
yang tepat agar tanaman kedelai dapat tumbuh dengan optimal (Winardi, 2014).
Teknik budidaya yang dapat dilakukan untuk tanaman kedelai ini adalah
melakukan pengolahan lahan dengan menggunakan sistem tanam Tandur Jajar
(Single Row) dan sistem tanam (Double Row) pada tanaman (Dewanti, 2019).
Sistem tanam Tandur Jajar (Single Row) merupakan cara tanam yang
dilakukan dengan pola satu barisan tanaman (Teha et al., 2013). Populasi tanaman
pada sistem tanam Single row lebih sedikit dibandingkan dengan sistem tanam
Double row. Sistem tanam Double row ini memiliki jarak tanam yang rapat
sehingga akan berpengaruh pada bobot polong yang semakin rapat jarak tanam
maka potensi menghasilkan bobot polong juga semakin rendah (Suwandi, 2019).
Rendahnya polong diakibatkan oleh menurunnya karbohidrat daun hasil
fotosintesis tanaman (Chairudin et al., 2015).
Sistem tanam Double Row merupakan cara tanam yang dilakukan dengan
sistem dimana dua baris tanaman dirapatkan, dan dengan dua baris berikutnya
jaraknya dilebarkan (Abdulrachman et al., 2013). Sistem ini akan membuat
tanaman mendapat unsur hara dan cahaya yang cukup sehingga proses asimilasi
akan lebih baik serta jumlah daun lebih optimal (Rabani et al., 2021). Sistem ini
akan memberikan ruang tumbuh yang luas sehingga sirkulasi udara dan
pemanfaatan sinar matahari yang diberikan akan lebih baik untuk tanaman. Sistem
ini dapat mendapatkan bobot buah yang lebih berat karena tanaman yang terkena
sinar matahari semakin banyak. Sistem ini juga dapat meningkatkan intersepsi
cahaya matahari untuk proses fotosintesis serta memiliki kanopi penutup tanah
yang lebih besar sehingga masuknya cahaya ke daun dalam proses fotosintesis
pun akan lebih besar sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hasil
8

polong yang lebih banyak (Fadhillah et al., 2021). Tanaman kedelai menggunakan
sistem Double Row 2:1 yang berarti terdapat dua baris tanam per unitnya
(Abdulrachman et al., 2013).
2.4 Pengaruh Sistem Tanam pada Tanaman Kedelai
Pengolahan lahan dengan menggunakan sistem tanam yang sesuai bagi
pertumbuhan dan perkembangan menjadi salah satu cara untuk meningkatkan
produktivitas tanaman. Sistem tanam merupakan sistem yang digunakan untuk
mengatur kerapatan atau jarak setiap tanaman agar dapat mengurangi adanya
kompetisi terhadap unsur hara, cahaya matahari, air dan ruang tumbuh (Bobihoe,
2013). Interaksi hara yang terjadi antara tanaman dan mikroba dalam tanah akan
dipengaruhi oleh jarak tanam. Semakin sempit jarak tanam persaingan antara
tanaman dan mikroba dalam tanah akan semakin besar dalam hal pemanfaatan
hara (Teha et al., 2013). Jarak tanam yang terlalu lebar dapat meningkatkan
penguapan air yang terjadi di dalam tanah sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat
kerapatan tanaman berhubungan dengan populasi tanaman dan sangat menentukan
hasil tanaman (Marliah et al., 2012). Pemilihan sistem kerapatan tanaman yang
paling baik harus memperhatikan ukuran tanaman, percabangan, serta dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti penyinaran, kelembaban dan kesuburan tanah
(Wentasari, 2016).
Terdapat dua sistem tanam yang sering digunakan yaitu sistem tanam
Tandur Jajar (Single Row) dan sistem tanam Jajar Legowo (Double Row). Sistem
dengan jarak tanam yang lebih rapat atau Single Row akan menghasilkan tanaman
yang lebih tinggi. Jarak tanam yang lebih rapat akan memiliki persaingan dalam
pemanfaatan cahaya dan unsur hara sehingga persaingan antar tanaman yang
terjadi akan menyebabkan masing-masing tanaman harus tumbuh lebih tinggi agar
memperoleh cahaya yang lebih banyak (Marliah et al., 2012). Jarak tanam yang
lebih renggang akan memperoleh intensitas cahaya matahari yang lebih besar
sehingga jarang terjadi persaingan yang menyebabkan terbentuknya cabang serta
tanaman dapat tumbuh ke samping. Sistem tanam yang lebih renggang akan
memberikan tinggi tanaman yang merata karena penerimaan cahaya yang merata
(Naim, 2019).
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan magang MBKM dilaksanakan pada tanggal Februari hingga Juni
2024. Lokasi tempat magang MBKM berapa di Balai Penelitian Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi, Jl. Raya Kendalpayak No.66, Segaran, Kendalpayak, Kec.
Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur 65162. Suhu rata-rata di Balai
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi berkisar antara 23,5 oC hingga 27oC.
Kelembapan udara rata-rata berkisar 61% hingga 90%.
3.2 Metode Pelaksanaan
Bentuk pelaksanaan kegiatan magang MBKM adalah dengan membuat
logbook harian, laporan mingguan dan laporan akhir magang yang terdiri dari
pengolahan lahan plotting, penanaman, pemberian herbisida dan insektisida,
quality control, uji kemurnian gen, pemupukan, penyulaman, pemanenan, dan
kegiatan pasca panen yang meliputi sortasi dan pengemasan.
3.3 Jadwal Kegiatan Magang MBKM
Kegiatan magang MBKM dilakukan pada bulan Februari hingga Juni
2024. Pelaksanaan magang MBKM dilakukan setiap hari kerja mulai dari Hari
Senin hingga Hari Jumat dan dimulai pukul 07.30 WIB hingga 16.00 WIB.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrachman, S., Mejaya, M.J., Agustiani, N., Gunawan, I., Sasmita, P., dan
Guswara, A., 2013. Sistem Tanam Legowo. Badan Penelitian dan
Penembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
Adie, M.M. dan Krisnawati, A., 2013. Biologi Tanaman Kedelai [online]. Balai
Penelitian kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
Afidah, I.K., Satyana, A., dan Sitompul, K.S.M., 2019. Pengaruh Lama
Penyinaran (Fotoperiode) terhadap Pertumbuhan dan Hasil pada Tiga
Varietas Kedelai (Glycine max L. Merr). Jurnal Produksi Tanaman, 7(1):
68–73.
Arifin, Z., 2016. Perbedaan Produksi Kedelai (Glycine Max (L) Meriil) Varietas
Dering dan Varietas Gema pada Kekeringan. Jurnal Pertanian Cemara,
12(1): 95-101.
Arifin, Z., Gunawan, C.I., dan Sasmito, C., 2017. Dasar Implementasi dalam
Teknik Budidaya Kedelai dengan Pendekatan Metode Praktis, 6–10.
Bachtiar, B., Ghulamahdi, M., Melati, M., Guntari, D., dan Sutandi, A., 2016.
Kebutuhan Nitrogen Tanaman Kedelai pada Tanah Mineral dan Mineral
Bergambut dengan Budi Daya Jenuh Air. Jurnal Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan, 35(3): 217–228.
Birnadi, S., 2012. Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pupuk Organik Bokhasi
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
Kultivar Wilis. Jurnal Istek, 8(1): 31–31.
Bobihoe, J., 2013. Sistem Tanam Padi Jajar Legowo. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian, 3(1): 1–22.
Chairudin, Efendi, dan Sabaruddin, 2015. Dampak Naungan terhadap Perubahan
Karakter Agronomi dan Morfo-Fisiologi Daun pada Tanaman Kedelai
(Glycine max (L.) Merrill). Jurnal Floratek, 10: 26–35.
Chumaidah, R., 2022. Pengaruh Jenis Bakteri Indigenous Lahan Mugarsari
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max L.) Varietas Devon
1. Skripsi. Universitas Siliwangi.
Dewanti, O.P., 2019. Pengaruh Sistem Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma
pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merill)
Edamame var. Ryoko. Universitas Brawijaya.
Erwin dan Mindalisma, 2022. Respon Pertumbuhan dan Produksi Kedelai
(Glycine max L. Merril) terhadap Pemberian Pupuk Posfat dan Inokulasi
Rhizobium. AGRILAND : Jurnal Ilmu Pertanian, 10(1): 44–51.
Fadhillah, F., Yuwariah, Y., dan Irwan, A.W., 2021. Pengaruh Berbagai Sistem
Tanam terhadap Fisiologi, Pertumbuhan, dan Hasil Tiga Kultivar Tanaman
Padi di Dataran Medium. Kultivasi, 20(1): 7-14.
Istiqomah, Wahyudin, A., dan Anam, C., 2021. Pengaruh Olahan Organik Jerami
dan Jarak Tanam Sistem Jajar Legowo terhadap Produksi Tanaman Padi
(Oryza sativa L.). Agroradix, 4(2): 36–41.
15

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2021. Data Produksi Kedelai.


https://www.pertanian.go.id/home/?show=page&act=view&id=61. Diakses
tanggal 04 Feberuari 2024.
Krisnawati, A., 2017. Kedelai sebagai Sumber Pangan Fungsional. Iptek Tanaman
Pangan, 12(1): 57–65.
Kumalasari, I.D., Astuti, E.D., dan Prihastanti, E., 2013. Pembentukan Bintil Akar
Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) dengan Perlakuan Jerami pada
Masa Inkubasi yang Berbeda. Jurnal Sains dan Matematika, 21(4): 103-
107.
Linonia, N., 2014. Pengaruh Jarak Tanam dan Konsentrasi Pupuk Grow More
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.)
Merrill). Skripsi: Universitas Muhammadiyah Teuku Umar.
Logo, N.J.B., Zubaidah, S., dan Kuswantoro, H., 2018. Karakteristik Morfologi
Polong Beberapa Genotipe Kedelai (Glycine max L. Merill). Prosiding
Seminar Nasional Hayati V 2017, 37–45.
Marliah, A., Hidayat, T., dan Husna, N., 2012. Pengaruh Varietas dan Jarak
Tanam terhadap Pertumbuhan Kedelai [Glycine Max (L.) Merrill]. Jurnal
Agrista, 16(1): 22–28.
Marliah, A., Jumini, dan Jamilah, 2014. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan
pada Sistem Tumpangsari Beberapa Varietas Jagung Manis dengan Kacang
Merah terhadap Pertumbuhan dan Hasil. Jurnal Agrista, 14(1): 30–38.
Naim, M., 2019. Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Beberapa Varietas Padi
Melalui Sistem Tanam Legowo dan Tandur Jajar. Jurnal Perbal, 7(1): 19-
30.
Nur, Y. R., 2019. Pengaruh Seed Treatment Rhizobakteri Akar Bambu terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max L.) Varietas Demas. Skripsi:
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Purwaningsih, O. dan Kusumastuti, T., 2019. Pemanfaatan Bahan Organik dalam
Budidaya Kedelai. 1st ed. Bantul: UPYPRESS.
Purwaningsih, S., 2015. Pengaruh Inokulasi Rhizobium terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Varietas Wilis di Rumah Kaca. Berita
Biologi, 14(1): 69–76.
Rabani, M.B.R., Wangiyana, W., dan Ngawit, I.K., 2021. Pertumbuhan dan Hasil
Kacang Hijau Pasca Padi Beras Merah Konvensional dan Sistem Irigasi
Aerobik Tumpangsari dengan Kacang Tanah pada Berbagai Pola Barisan.
Jurnal Pertanian, 12(2): 105–108.
Saputri, D.A., Kamelia, M., Almayra, S., dan Fatayati, S., 2019. Perubahan
Anatomi dan Morfologi Daun Kedelai (Glycine max L. Merril) dan
AlangAlang (Imperata cylindrica L.) yang Tumbuh di Tempat Terbuka dan
Ternaungi. BIOEDUKASI (Jurnal Pendidikan Biologi), 10(1): 75.
15

Sari, D.A., Kresnawaty, I., Priyono, Budiani, A., dan Santoso, D., 2019.
Peningkatan Hasil Panen Kedelai (Glycine max L.) Varietas Wilis Melalui
Aplikasi Biostimulan Tanaman. Menara Perkebunan, 87(1): 1–10.
Stefia, E., 2017. Analisis Morfologi dan Struktur Anatomi Tanaman Kedelai
(Glycine max L.) pada Kondisi Tergenang. Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Surabaya.
Suroso, B. dan Sodik, A.J., 2017. Potensi Hasil dan Kontribusi Sifat Agronomi
terhadap Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merril) pada Sistem
Pertanaman Monokultur. Agritrop : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian (Journal of
Agricultural Science), 14(2): 124–133.
Suwandi, A. 2019. Pengaruh Jarak Tanam dan Aplikasi Berbagai Dosis Kompos
Tandan Kosong Kelapa Sawit terhdap Pertumbuhan serta Produksi
Tanaman Kacang Renek (Vigna unguiculata var sesquapedalis). Skripsi:
Universitas Islam Riau.
Taufiq, A. dan Sundari, T., 2012. Respon Tanaman Kedelai terhadap Lingkungan
Tumbuh. Buletin Palawija, 26(23): 13–26.
Teha, I., Z., F., dan P., W., 2013. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan
Tandur Jajar terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi Sawah
Varietas Cigeulis. Jurnal Agroteknotropika, 2(2): 219–224.
Wahyudin, A., Wicaksono, F.Y., Irwan, A.W., Ruminta, R., dan Fitriani, R.,
2017. Respons Tanaman Kedelai (Glycine max) Varietas Wilis Akibat
Pemberian Berbagai Dosis Pupuk N, P, K, dan Pupuk Guano pada Tanah
Inceptisol Jatinangor. Kultivasi, 16(2): 333–339.
Wentasari, R., 2016. Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada
Beberapa Sistem Tanam. Akta Agrosia, 19(1): 112–117.
Winardi, 2014. Prospek Budidaya Kedelai pada Lahan Sawah Irigasi Sederhana
untuk Peningkatan Produksi Kedelai di Indonesia. AGRITECH, 16(2): 89–
97.
15

LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Diri

Nama Widia Ernalem Br Sembiring


NIM 215040200111162
Tempat, Tanggal Berastagi, 8 Januari 2003
Lahir
Agama Katolik
Riwayat Pendidikan SDN 040529 Ajibuhara (2009-2015)
SMP Santa Maria Kabanjahe (2015-2018)
SMA Santa Maria Kabanjahe (2018-2021)
Perguruan Tinggi Universitas Brawijaya, Fakultas
Pertanian, Prodi Agroekoteknologi, Jurusan Budidaya
Prtanian, Minat Fisiologi Tanaman (2021- Sekarang)
Judul Magang MBKM Studi Sistem Tanam Tanaman Kacang Kedelai
(Glycine max L.) Di Balai Pengujian Strandar
Instrumen Tanaman Aneka Kacang Malang
Alamat Asal Jl. Puskesmas, Gg. Dawa, No. 112, Desa Ajijulu, Kec.
Tigapanah, Kab. Karo, Sumatera Utara
Alamat di Malang Jl. Sumbersari, Gg. IIIB, No. 161a, Kec. Lowokwaru,
Kota Malang, Jawa Timur
Dosen Pembimbing Dr.agr.Nunun Barunawati,S.P.,M.P.
Nama dan Alamat Jl. Raya Kendalpayak km 8 Desa Kendalpayak, Kec.
Tempat Magang Pakisaji Kab. Malang - Jawa Timur
Nomor Kontak/ Email 0882017534428/widiasembiring@student.ub.ac.id
15

Lampiran 2. Logbook Kegiatan


No Hari/ Jam Jam Uraian Dokumentasi
. Tanggal Mulai Selesai Kegiatan
1. 30/01/2024 15.00 17.00 Konsultasi
KRS dan
proposal
singkat

2. 01/02/2024 11.30 12.45 Diskusi dengan


dosen
pembimbing
terkait magang

3. 02/02/2024 20.00 20.30 Pengisian KRS

4. 03/02/2024 17.00 20.00 Pembuatan


Proposal
magang

5. 06/02/2024 15.00 18.30 Konsultasi


Proposal
Magang
15

6. 07/02/2024 10.00 11.30 Penyerahan


surat Pengantar
ke BSIP

7. 09/02/2024 04.00 06.00 Revisi proposal


magang

Anda mungkin juga menyukai