Anda di halaman 1dari 34

EFEKTIFITAS DOSIS PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN HASIL TANAMAN JAGUNG HIBRIDA (Zea mays L.) VARIETAS


BISI 18 DI LAHAN KERING

USULAN PENELITIAN

Oleh :

DINI DWI JUNIAR

NPM. 111190025

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BALE BANDUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Efektivitas Dosis Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan dan


Hasil Tanaman Jagung Hibrida (Zea mays L.) Varietas Bisi
18 Di Lahan Kering
Nama : Dini Dwi Juniar

NPM : 111190025

Program Studi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

Menyetujui dan Mengesahkan,

Komisi Pembimbing, Ketua Prodi Fakultas Pertanian


Universitas Bale Bandung

Dr. Endang Kantikowati, Dra., M.P. Dr. Endang Kantikowati, Dra., M.P.
Ketua

Karya, S.P., M.P.


Anggota

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk Urea Terhadap Hasil dan

Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Varietas Bisi 18 Di Lahan Kering”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan Sarjana Pertanian Universitas Bale Bandung. Di dalam penyusunan

Skripsi ini, penulis tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Endang Kantikowati, Dra., MP,. Ketua Komisi Pembimbing dan Ketua
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Bale
Bandung
2. Karya, SP., MP. Anggota Komisi Pembimbing dan Sekretaris Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Bale Bandung
3. Yudi Yusdian, SP., MP, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Bale
Bandung.
4. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2019 Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Bale Bandung dan semua pihak yang tidak
bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.
Semoga semua kebaikan yang diberikan mendapat balasan yang berlipat

ganda dari Allah SWT. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
I. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah..................................................................................4
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian...............................................................4
1.4. Kerangka Pemikiran..................................................................................5
1.5. Hipotesis....................................................................................................7
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................8
2.1. Klasifikasi Tanaman Kentang....................................................................8
2.2. Morfologi Tanaman Kentang......................................................................8
2.3. Syarat Tumbuh...........................................................................................9
2.4. Pupuk Kandang Ayam..............................................................................10
2.5. Pupuk Organik Cair..................................................................................12
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN...................................................14
3.1. Tempat dan Waktu Percobaan..................................................................14
3.2. Bahan dan Alat.........................................................................................14
3.3. Metode Penelitian.....................................................................................14
3.4. Pelaksanaan penelitian.............................................................................18
3.4.1. Pengolahan lahan dan pemasangan mulsa..........................................18
3.4.2. Persiapan Bibit....................................................................................18
3.4.3. Aplikasi Pupuk Kandang....................................................................19
3.4.4. Penanaman..........................................................................................20
3.4.5. Aplikasi Pupuk Organik Cair..............................................................20
3.4.6. Pemeliharaan.......................................................................................20
3.4.7. Panen...................................................................................................21
3.5. Pengamatan.................................................................................................21
3.5.1. Pengamatan penunjang.......................................................................21
3.5.2. Pengamatan utama.............................................................................21

iii
3.5.2.1. Tinggi Tanaman (cm)........................................................................22
3.5.2.2. Jumlah Batang (perumpun)................................................................22
3.5.2.3. Jumlah Daun (helai)...........................................................................22
3.5.2.4. Jumlah Umbi Pertanaman (umbi)......................................................22
3.5.2.5. Bobot Umbi Pertanaman (g)..............................................................22
3.5.2.6. Bobot Umbi Perpetak (kg).................................................................23
3.5.2.7. Kelas Umbi (%).................................................................................23
3.5.2.8. Volume umbi (cm3)...........................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kombinasi Perlakuan Pemberian Pupuk Kandang dan Pupuk Organik


cair..........................................................................................................................15
Tabel 2 Daftar Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok....................................16

v
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting, selain gandum dan padi. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung

juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil

minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung

jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung bulir dan tepung

tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku

pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam

sebagai penghasil bahan farmasi. Di Brasil dan Amerika Serikat tanaman jagung

telah di produksi sebagai bahan bakar bioetanol dan telah memproduksi 88% dari

seluruh jumlah bahan bakar bioetanol yang diproduksi di dunia.

Tongkol jagung mengandung selulosa 48%, pentosan 36%, lignin 10%, abu 4%,

dan air 2% (Rosmiati, 2008). Dilihat dari selulosa yang cukup tinggi maka

tongkol jagung memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk

pembuatan bioetanol. Permintaan jagung akan terus bertambah meskipun pada

tingkat penggunaan yang belum berkembang seperti saat ini, apalagi dengan

bertambahnya produksi bioetanol sebagai bahan bakar. Hal ini karena jagung

merupakan sumber karbohidrat, protein, serat, dan lemak. (Tajuddin, Muammar,

Yasser, 2015)

Konsumsi jagung untuk pakan tahun 2012 mencapai 12,7 juta ton dan

tahun berikutnya meningkat menjadi 13,8 juta ton. Peningkatan yang

berkesinambungan tersebut mengindikasikan bahwa perkembangan industri pakan

dalam negeri sangat cepat. Konsumsi 136 PANGAN, Vol. 24 No. 2 Juni 2015 :

1
135-148 pakan terdiri dari pakan broiler sebesar 45 %, layer 44 %, breeder 9 %,

dan lainnya 2 % (Pusdatin, 2013). Kebutuhan ini semakin tumbuh cepat dewasa

ini dan di masa mendatang karena pertambahan penduduk (kapita konsumsi) dan

peningkatan konsumsi protein hewani (terutama ayam boiler dan telur).

Pemerintah, bahkan merencanakan Indonesia dapat menjadi negara pengekspor

daging ayam dan telur yang dimulai tahun 2015. Realisasi peningkatan konsumsi

dan ekspor daging ayam dan telur membutuhkan tambahan bahan pakan terutama

jagung. Oleh karena itu, peningkatan produksi jagung menjadi faktor penentu

keberhasilan program tersebut. Kesesuaian iklim dan perkembangan sejarah

menjelaskan bahwa salah satu komoditi yang seharusnya dapat menjadi andalan

dalam bidang pangan, industri dan energi adalah jagung. Sebagai pangan, jagung

telah dikonsumsi menjadi bahan pangan pokok oleh penduduk di berbagai daerah

seperti Jawa, Madura, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Sebagai bahan baku industri,

jagung dapat diolah menghasilkan pakan ternak, minyak, tepung jagung, gula dan

turunannya. Perkembangan yang sangat pesat adalah jagung digunakan sebagai

bahan baku produksi etanol untuk bahan bakar (biofuel). Semua potensi

penggunaan ini meningkat dengan tajam sehingga menggandakan permintaan

terhadap jagung saat ini dan masa mendatang. Oleh karena itu, tidak ada pilihan

bagi negeri ini, selain meningkatkan produksi nasional untuk memenuhi

kebutuhan dan mengembangkan pengolahan menuju kemandirian pangan, pakan,

energi dan produk industri lainnya.

Berdasarkan laporan prognosa penghitungan Pusat Data dan Sistem

Informasi (Pusdatin) Kementan, luas tanam jagung nasional Oktober 2019 -

September 2020 mencapai 5,5 juta hektar (ha). Luas panen jagung nasional

2
Januari- Desember 2020 mencapai 5,16 juta ha. Beberapa sentra produksi jagung

saat ini sudah bisa mencapai target produktivitas 8 hingga 9 ton per hektare.

Peningkatan produktivitas dapat menjamin tercukupinya kebutuhan jagung

(Suwandi, 2015).

Untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan berkualitas baik, jagung

hibrida memerlukan pemeliharaan yang baik diantaranya suplai unsur hara. Unsur

hara yang tersedia dalam tanah jumlahnya kurang mencukupi untuk kebutuhan

tanaman jagung hibrida, untuk mengatasi itu maka perlu ditambah dari luar yaitu

dengan pemupukan.

Pupuk merupakan meterial yang ditambahkan pada media tanam atau

tanaman untuk mecukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga

mampu berproduksi dengan baik (Dwicaksono, 2013). Tindakan mempertahankan

dan meningkatkan kesuburan tanah dengan penambahan dan penggembalian zat-

zat hara secara buatan diperlukan agar produki tanaman tetap normal atau

meningkat. Tujuan penambahan zat-zat hara tersebut memungkinkan tercapainya

keseimbangan antara unsur-unsur hara yang hilang baik yang terangkut oleh

panen, erosi, dan pencucian lainnya. Tindakan pengembalian/penambahan zat-zat

hara ke dalam tanah ini disebut pemupukan. Pemupukan pada umumnya diartikan

sebagai penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah agar tanah menjadi lebih

subur (Hardjowigeno, 2007).

Kesuburan tanah merupakan kemampuan atau kapasitas tanah untuk

menyediakan unsur hara dalam jumlah cukup untuk mendukung pertumbuhan dan

perkembangbiakan tanaman (Sutanto, 1998). Tercukupinya semua kebutuhan

3
unsur hara tanaman akan menjamin pertumbuhan tanaman yang baik dan akan

memberikan hasil yang maksimal (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Unsur esensial seperti nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) dibutuhkan

tanaman jagung dalam jumlah yang cukup banyak. Kekurangan salah satu atau

beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak

sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau penyimpangan-penyimpangan dan

banyak pula tanaman yang mati muda yang sebelumnya tampak layu dan

mengering.

Menurut Hasibuan (2004), unsur hara N, P, dan K di dalam tanah

umumnya tidak cukup untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Hal ini karena

unsur hara di dalam tanah mengalami proses pencucian, penguapan, dan tererosi

sehingga ketersediaan unsur hara semakin berkurang. Selain itu, unsur hara di

dalam tanah terus-menerus diserap untuk pertumbuhan tanaman.

Urea dengan bentuk kristal mengandung Nitrogen 46 % merupakan pupuk

yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman jagung. Karena Nitrogen (N)

merupakan salah satu unsur hara utama dalam tanah yang sangat berperan dalam

merangsang pertumbuhan dan memberi warna hijau pada daun. Adapun peranan

Nitrogen yang lain bagi tanaman adalah : Berperan dalam pertumbuhan vegetatif

tanaman, memberikan warna pada tanaman, panjang umur tanaman, penggunaan

karbohidrat. Kekurangan nitrogen dalam tanah menyebabkan pertumbuhan dan

perkembangan tanaman terganggu dan hasil tanaman menurun karena

pembentukan klorofil yang sangat penting untuk proses fotosintetis terganggu.

Tetapi kelebihan unsur hara Nitrogen (N) pun mempunyai dampak yang sangat

merugikan bagi tumbuhan Jagung.

4
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul Efektivitas Dosis Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan dan Hasil

Tanaman Jagung Hibrida (Zea mays L.) Varietas Bisi 18 Di Lahan Kering.

5
2

I.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat diidentifikasi

permasalahan budidaya taman jagung sebagai berikut :

1. Apakah terjadi interaksi antara pemberian pupuk Urea terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman jagung hibrida (Zea mays L.) Varietas Bisi

18.

2. Pada pemberian dosis urea berapakah yang dapat memberikan pengaruh

paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang jagung hibrida

(Zea mays L.) Varietas Bisi 18.

I.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian

pupuk urea terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung hibrida (Zea mays L.)

Varietas Bisi 18 dan untuk memperoleh dosis pupuk urea yang dapat memberikan

pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung hibrida

(Zea mays L.) Varietas Bisi 18.

Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi

bagi para petani, masyarakat maupun peneliti dalam usaha meningkatkan

pertumbuhan dan hasil tanaman jagung hibrida (Zea mays L.) Varietas Bisi 18,

dan diharapkan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

I.4. Kerangka Pemikiran

Jagung adalah komoditi strategis bagi Indonesia karena mempunyai

dimensi penggunaan yang luas seperti pakan ternak (langsung atau olahan),
3

pangan pokok bagi sebagian penduduk (berpotensi untuk masyarakat yang lebih

luas) dan jajanan, bahan baku industri (pati, gula, pangan olahan), dan energi

(bioetanol). Separuh dari penggunaan saat ini adalah sebagai bahan baku utama

industri pakan ternak. Penggunaan lain meliputi bahan pangan langsung, bahan

baku minyak nabati non kolesterol, tepung jagung dan makanan kecil.

Pengembangan jagung harus melihat potensi dan struktur kebutuhan tersebut

secara komprehensif (Ditjentan, 2010).

Pengembangan budidaya tanaman jagung perlu ditunjang dengan

ketersediaan sarana produksi seperti : benih, pupuk dan pestisida (saprodi). Benih

yang digunakan harus benar-benar yang baik dan unggul. Benih yang baik atau

unggul memiliki daya tumbuh yang tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit,

berkembang cepat dan merata serta mampu menhasilkan tanaman dewasa yang

normal dan hasil panen tinggi seperti jagung hibrida varietas BISI 18.

Sedangkan tindakan pemupukan pada tanaman jagung perlu dilakukan

dengan alasan unsur hara yang disediakan dalam jumlah yang terbatas. Sewaktu-

waktu unsur hara akan berkurang karena tercuci kedalam lapisan tanah, terbawa

erosi bersama larutan tanah, hilang melalui proses evaporasi (penguapan) dan

diserap oleh tanaman. Apabila keadaaan tersebut dibiarkan terus menerus tanpa

adanya perbaikan, maka makin lama persediaan unsur hara dalam tanah makin

berkurang sehingga tanaman tumbuhnya kurang baik. Untuk mencukupi

kebutuhan hara tersebut, perlu tambahan dari luar melalui pemupukan.

Diharapkan dengan pemupukan akan mengembalikan dan meningkatkan

kandungan hara dalam tanah, sehingga tanaman akan tumbuh subur dan

produksinya akan melimpah.


4

Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau

disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang

diperlukan tanaman. Sedangkan pemupukkan adalah setiap usaha pemberian

pupuk yang bertujuan menambah persediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan

oleh tanaman untuk peningkatan produksi dan mutu hasil tanaman (Sarief, 1993).

I.5. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diajukan hipotesis


sebagai berikut :

1. Terjadi interaksi antara pemberian pupuk pupuk Urea terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman jagung hibrida (Zea mays L.) Varietas

Bisi 18.

2. Salah satu pemberian dosis pupuk urea yang diuji dapat memberikan

pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kentang

jagung hibrida (Zea mays L.) Varietas Bisi 18.

3.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Jagung

Kedudukan tanaman jagung dalam taksonomi (Fathan, 2018) adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Graminae

Genus : Zea

Species : Zea mays L.

2.2. Morfologi Tanaman Jagung

2.2.1. Daun

Daun jagung muncul dari buku-buku batang, sedangkan pelepah daun


menyelubungi ruas batang untuk memperkuat batang. Panjang daun jagung
bervaiasi antara 30-150 cm dan lebar 4-15 cm dengan ibu tulang daun yang sangat
keras. Tapi helaian daun yang sangat halus kadang-kadang berombak. Terdapat
juga lidah daun (ligula) yang transparan dan tidak mempunyai telingan daun
(auriculae). Bagian atas epidermis umumnya berbulu dan mempunyai barisan
yang memanjang yang terdiri dari sel-sel bulliform. Adanya perubahan turgor
menyebabkan daun menggunlung. Bagian permukaan daun tidak berbulu
(glabrous) dan umumnya mengandung stomata lebih banyak dibandingkan
dengan permukaan atas.

Jumlah stomata bagian atas permukaan daun diperkirakan


7000-10.000/cm2, sedangkan dibawah permukaan daun jumlahnya sekitar 10.000-
9

16.000/cm2. Jumlah daun tiap tanaman bervariasi antara 12-18 helai. Duduk daun
bermacam-macam tergantung dari genotype mulai dari mendatar samapi dengan
vertical (Fathan, 2018).

2.2.2. Batang

Batang jagung beruas-ruas yang jumlahnya bervariasi antara 10-40 ruas.


Panjang batang berkisar antara 60-300 cm tergantung pada tipe jagung. Ruas-ruas
bagian atas berbentuk agak sinlindris, sedangkan bagian bawah bentuknya aga
bulat pipih. Tunas batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga
betina. Bagian tengah batang terdiri dari sel-sel parensim dengan seludang
pembuluh yang terselubungi oleh kulit yang keras di mana termasuk lapisan
epidermis (Fathan, 2018)

2.2.3. Akar dan Perakaran

System perakaran jagung terdiri akar-akar seminal yang tumbuh ke bawah


pada saat paat biji berkecambah, akar koronal yang tumbuh ke atas dari jaringan
batang setelah plumula muncul dan akar udara (brace) yang tumbuh dari buku-
buku diatas permukaan tanah. Akar-akar seminal terdiri dari akar-akar radikal atau
akar primer ditambah dengan sejumlah akar lateral yang muncul sebagai
adventious pada dasar dari buku pertama diatas pangkal batang. Pada umunya
akar-akar seminal berjumlah 3-5, tetapi dapat bervariasi dari 1-13 (Fathan, 2018).

2.2.4. Bunga

Hal yang unik dari tanaman jagung dibandingkan dengan tanaman serealia
lain adalah karangan bunganya. Jagung merupakan tanaan berumah satu
(monoecious) dimana bunga jantan (staminate) terbentuk pada ujung batang.
Tanaman jagung bersifat protrandy dimana bunga jantan umumnya tumbuh 1-2
hari sebelum munculnya rambut (style) pada bunga betina. Oleh karena bunga
jantan dan bunga betina terpisah ditambah dengan sifatnya yang protrandy, makan
jagung mempunya penyerbukan silang. Produksi tepung sari (polen) dari bunga
jantan diperkirakan mencapai 25.000-50.000 butir tiap tanaman. Bunga jantan
terdiri dari gluma, lodikula, palea, anther, filarnen dan lemma. Adapun bagian-
10

bagian dari bunga betina adalah tangkai tongkol, tunas, kelobot, calon biji, calon
janggel, penutup kelonot, dan tambut-tamut (Fathan, 2018).

II.2.5. Tongkol dan Biji


Tanaman jagng mempunyai satu atau dua tongkol jagung tergantung
varietasnya. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tangkol jagung yang
terletak dibagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar disbanding
dengan yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris
biji yang jumlahnya selalu genap.
Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovaria tau pericarp menyatu dengan
kulit atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian
utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi encegah embrio
dari organisme pengganggu dan kehilangan air, (b) endosperm sebagai cagangan
makanan. Mencapai 75 % dari bobot biji yang mengandung 90 % pati dan 10 %
protein, mineral, minyak,dan lainnya. Dan (c) embrio (Lembaga), sebagai
miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal,scutelum, dan koleoptil
(Hardman dan Gunsolus, 1998).

2.3. Syarat Tumbuh

Tanaman jagung dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran


tinggi, pada lahan sawah atau tegalan. Suhu optimal antara 21-34 °C, pH. Tanah
antara 5,6-7,5 dengan ketinggian antara 1000-1800 m dpi. Dengan ketinggian
optimum antara 50-600 m dpi. Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140
mm/bulan. Oleh karena itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan
dan penyebarannya. Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100
mm/bulan (Andrias, Ratna, 2008).

Agar tumbuh dan berproduksi dengan baik, tanama jagung harus ditanam
dilahan terbuka yang terkena sinar matahari penuh selama 8 jam sehari (Redaksi
Agromedia, 2008)

Jagung menghendaki tanah yang subur untuk dapat berproduksi dengan


baik. Hal ini dikarenakan tanaman jagung membutuhkan unsur hara terutama
nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K) dalam jumlah yang banyak. Oleh karena
11

pada umumnya tanah di Lampung miskin hara dan rendah bahan organiknya,
maka penambahan pupuk N, P dan K serta pupuk organik (kompos maupun
pupuk kandang) sangat diperlukan (Andrias, Ratna, 2008).

2.4. Pupuk Anorganik (Urea)

Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk

dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya

pupuk urea berkadar N 45-46 %, artinya dalam setiap 100 kg pupuk urea terdapat

45-46 kg hara Nitrogen.

Keuntungan dari pupuk anorganik salah satunya adalah pemberiannya

dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya mempunya takaran

hara yang pas. Sehingga kebutuhan hara tanaman dapat di penuhi dengan

perbandingan yang tepat.

Adapun fungsi dari hara Nitrogen yang terkandung dalam urea adalah

memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman yang tumbuh dengan hara

N yang cukup akan berwarna lebuh hijau.


III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian ini akan berlangsung di Desa Citaman Kecamatan Nagreg

Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat 700 meter diatas permukaan laut, jenis

tanah Andosol Curah hujan 2.904 mm/tahun termasuk curah hujan tipe C2

menurut Oldeman (1975). Percobaan dilaksanakan selama tiga bulan dari bulan

November 2021 sampai bulan Februari 2022.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih jagung hibrida

varietas Bisi 18, pupuk NPK Phonska 15:15:15 (sebagai pupuk dasar), Urea

(sebagai pupuk perlakuan), insektisida Siklon 5,7 WG dan fungisida Antracol 70

WP.

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu cangkul, meteran, tali

rafia, plang penanda, handsprayer, gelas ukur, timbangan digital, alat hitung dan

alat tulis, serta alat lainnya yang mendukung penelitian.

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan jumlah kombinasi

perlakuan sebanyak 5, dan setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga

terdapat 5 petak percobaan dengan ukuran per petak 3.5 m x 1.5 m. Jarak antar

petak 100 cm dan jarak antar ulangan 100 cm. Jarak tanam 75 x 20 cm dengan

jumlah benih 1 biji per lubang tanam. Jumlah tanaman seluruhnya 125 tanaman
15

dengan jumlah tanaman per plot 25 tanaman. Jumlah tanaman sampel per petak 9

tanaman sehingga jumlah tanaman sampel seluruhnya 45 tanaman. Penempatan

setiap perlakuan dalam setiap ulangan dilakukan secara acak/random.

Faktor yang digunakan dalam 5 taraf perlakuan yaitu :

U0 = Pupuk Urea 0 ton/ha

U1 = Pupuk Urea 0.05 ton/ha

U2 = Pupuk Urea 0.1 ton/ha

U3 = Pupuk Urea 0.15 ton/ha

U4 = Pupuk Urea 0.2 ton/ha

Tabel 1 Perlakuan Pupuk Urea

U2 U5 U0 U0 U0
U0 U1 U0 U0 U0
U5 U1 U0 U0 U0
U3 U4 U0 U0 U0
U0 U2 U0 U0 U0

U1 U1 U1 U1 U1
U1 U1 U1 U1 U1
U1 U1 U1 U1 U1
U1 U1 U1 U1 U1
U1 U1 U1 U1 U1

U2 U2 U2 U2 U2
U2 U2 U2 U2 U2
U2 U2 U2 U2 U2
U2 U2 U2 U2 U2
U2 U2 U2 U2 U2

U3 U3 U3 U3 U3
U3 U3 U3 U3 U3
U3 U3 U3 U3 U3
U3 U3 U3 U3 U3
U3 U3 U3 U3 U3
16

U4 U4 U4 U4 U4
U4 U4 U4 U4 U4
U4 U4 U4 U4 U4
U4 U4 U4 U4 U4
U4 U4 U4 U4 U4

Model linear yang digunakan dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK)


pola faktorial adalah sebagai berikut :
Ykhr = µ+ αk + βh + (αβ) kh + Σkhr

Dimana :
Ykhr = Hasil pengamatan pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuan
taraf ke-k pada dosis pupuk kandang dan taraf ke-h pada konsentrasi
pupuk hayati dan ulangan ke-r
µ = Nilai rata-rata umum
αk = Pengaruh dosis pupuk kandang pada taraf ke-k
βh = Pengaruh konsentrasi pupuk hayati pada taraf ke-h
(αβ) kh = Pengaruh interaksi dosis pupuk kandang pada taraf ke-k dan
konsentrasi pupuk hayati pada taraf ke-h
Σkhr = Pengaruh galat penelitian, pengaruh dosis pupuk kandang taraf ke-k
dan konsentrasi pupuk hayati taraf ke-h dan ulangan ke-r

Tabel 2 Daftar Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok

Sumber
DB JK KT Fhit F0,05
Ragam
¿ ∑ X .i (X …)2 ¿ JK Ulangan ¿ KT Ulangan
2

Ulangan (r-1) − DB Ulangan KT Galat 3,63


t r.k .h
(3-1) = 2
¿ ∑ X . ab (X …)2 ¿ JK Perlakuan¿ KT Perlakuan
2

Perlakuan (t-1) −
r r . k . h DB Perlakuan KT Galat 2,59
(9-1) = 8
¿ ∑ X . a2 (X …)2 ¿ JK K ¿ KT K
Pupuk (K-1) − DB K KT Galat
r .H r .k .h 3,63
Kandang (3-1) = 2
(K)
17

¿ ∑ X . b2 ( X …)2 ¿ JK H ¿ KT H
Pupuk (H-1) − DB H KT Galat
r.K r .k .h 3,63
Hayati (H) (3-1) = 2

¿ JK KH ¿ KT KH
Interaksi (K-1) (H-1) JK Perlakuan – JK K DB KH KT Galat 3,01
KH (3-1) (3-1) = 4

−¿JK H

¿ JK Galat
Galat (r-1) (t-1) JK Total – JK DB Galat - -
(3-1) (9-1) =
Ulangan
16
– JK Perlakuan

Total (r x t) -1 ( X …)
2

∑ X .iab − r . k . h
2 - - -
(3-9) -1 = 26

Sumber : Toto Warsa dan Cucu S. Ahyar, 1982

Untuk menguji apakah ada keragaman diantara perlakuan, digunakan uji F

taraf nyata 5% apabila terdapat keragaman yang nyata maka dilanjutkan dengan

Uji Lanjutan Jarak Berganda Duncan untuk perbedaan diantara perlakuan dengan

rumus sebagai berikut :

LSR (α, p, dbg) = SSR (α, p, dbg) x S x

Untuk mencari S x dihitung dengan cara sebagai berikut :

 Jika terjadi interaksi :

S x=
√ KT Galat
r

 Jika tidak terjadi interaksi maka uji dilanjutkan dengan Uji Main Effect

dengan cara sebagai berikut :


18

S x K=
√ KT Galat
r.H

S x H=
√ KT Galat
r .K

Keterangan :
LSR 0,05 = Least Significant Range
SSR 0,05 = Studentized Significant Range
dbg = Derajat Bebas Galat
Sx = Galat Baku rata-rata
r = Ulangan
KT Galat = Kuadrat Tengah Galat
K = Jumlah taraf pupuk kandang
H = Jumlah taraf pupuk hayati
α = Taraf nyata 5%
p = Jarak antar perlakuan

Hipotesis :
 Jika F Hitung ≤ F 0,05 maka perlakuan tidak berpengaruh nyata.

 Jika F Hitung ≥ F 0,05 maka perlakuan berpengaruh nyata.

3.4. Pelaksanaan penelitian

3.4.1. Pengolahan lahan

Pengolahan adalah bertujuan untuk membuat media tanam yang ideal,

sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Lahan yang digunakan dalam

percobaan ini dibersihkan, kemudian diratakan dan dibuat lima blok (ulangan)

dengan ukuran petak (blok) 3 m x 3 m dengan jarak antar petak 30 cm dan jarak

antar ulangan 30 cm. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 cm x 20 cm dengan


19

jumlah benih 1 biji perlubang tanam. Dengan jumlah tanaman per plot sebanyak

60 tanaman termasuk 8 tanaman sebagai sampel.

3.4.2. Persiapan Benih

Benih yang akan digunakan untuk penanaman sebelumnya perlu

dilaksanakan pemeliharaan terhadap benih, dalam hal ini dilakukan seleksi untuk

membuang benih yang rusak atau sakit secara visual atau terlihat oleh mata

sehingga akan diperoleh benih yang berkualitas baik dan dapat berproduksi tinggi

serta memberikan keuntungan yang besar. Benih yang di gunakan adalah benih

jagung hibrida varietas BISI 18 yang berpotensi menghasilkan 12 ton/ha pipil

kering. Dan dimasa penghujan bisa mencapai 9,3 ton/ha pipil kering

3.4.3. Aplikasi Bahan Organik

Selain pengapuran, ameliorasi tanah dilakukan menggunakan bahan

organic yang lebih mudah didapatkan. Pemberian pupuk kandang ayam yang

mengandung cukup kapur dan unsur Nitrogen sekitar 2-3 % diaplikasikan sebagai

pupuk dasar sebanyak 2 ton/ha 7 hari sebelum tanam. Dengan rekomendasi Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Jabar sebanyak 2 dengan takaran 40-50 gr/lubang

tanam sebagai penutup lubang tanam.

Pupuk kandang yang digunakan adalah yang telah matang karena pupuk

kandang yang belum matang akan menghambat pertumbuhan tanaman. Pupuk

kandang yang belum matang masih mengalami proses pelapukan yang

menghasilkan energi panas sampai 75°C. Dalam kondisi ini, akar tanaman tidak

kuat menahan panas sehingga tanaman dapat mengalami kematian. Ciri pupuk

kandang yang telah matang adalah tidak berbau dan mirip tanah. Setelah kering
20

dan dingin, pupuk kandang ditimbun dengan tanah di sampingnya hingga

terbentuk bedengan untuk penanaman bibit nanti.

3.4.4. Penanaman

Penanaman dilakukan satu minggu setelah pemupukan dasar dengan cara

membuat lubang pada bedengan yang telah disiapkan dengan kedalaman 10 cm,

kemudian benih dimasukkan dan ditimbun kembali dengan tanah tipis. Benih

ditanam dengan jarak tanam 75 x 20 cm dengan jumlah benih 1 biji perlubang

tanam.

3.4.5. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman jagung dilakukan mulai dari hari pertama pindah

tanam sampai siap panen yang meliputi penyulaman, penyiraman, pemupukan,

penyiangan gulma, dan pengendalian hama penyakit. Pemeliharaan dilakukan

untuk menghasilkan tanaman yang berkualitas, hasil yang maksimal, dan tanaman

dapat tumbuh dengan optimal. Berikut ini merupakan beberapa tahap

pemeliharaan tanaman jagung.

a. Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman baru apabila tanaman

tumbuh kurang baik. Penyulaman dapat dilakukan setelah tanaman berumur

10 hari.

b. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh disekitar

tanaman secara manual, agar pertumbuhan tanaman kentang tidak terganggu.

c. Pembumbunan hanya dilakukan pada saat penyiangan pertama dan setelah

pemupukan kedua pada usia 35 hst bersamaan dengan menyiangan ke 2 secara

mekanis.
21

d. Pengendalian hama penyakit dilakukan apabila tanaman terserang oleh hama

ataupun penyakit.

e. Penyiraman dapat dilakukan pada pagi hari dengan menggunakan mesin

pompa air dan jumlahnya disesuaikan dengan keadaan seperti curah hujan dan

kelembaban.

3.4.6. Panen dan Pascapanen

Panen jagung harus dilakukan diwaktu yang tepat agar menghasilkan

kualitas biji jagung yang baik. Jika tanaman sudah mencapai matang fisiologis

atau kelobot mulai menguning. Jagung dapat dipanen jika biji mengkilap atau

apabila ditekan dengan kuku tidak membekas (biji sudah mengeras) panen

dilaukan dicuaca yang cerah dengan kadar air biji lebih kurang 30 %. Jagung

hibrida varietas BISI 18 dapat dipanen pada umur 100 - 115 hari setelah tanam.

Kemudian tongkol jagung hasil panen segera dijemur atau dikering anginkan

dengan cara di gantung apabila hujan. Apabila kadar air biji telah dibawah 20 %

makan bisa dilakukan pemipilan dengan menggunakan alat pemipil atau manual.

Kemudian di jemur Kembali sampai mendekati kadar air biji 14 % untuk

dipasarkan atau disimpan.

3.5. Pengamatan

3.5.1. Pengamatan penunjang

Pengamatan penunjang adalah pengamatan yang datanya tidak diuji secara

statistik. Pengamatan ini dilakukan sejak awal percobaan terhadap keadaan

pertumbuhan tanaman, gangguan hama, penyakit dan gulma, serta analisis tanah

dan curah hujan.


22

3.5.2. Pengamatan utama

Pengamatan utama yaitu pengamatan yang datanya diuji secara statistik.

Parameter yang diamati adalah sebagai berikut :

3.5.2.1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman pertanaman dilakukan pada fase vegetatif

sebanyak 3 kali yakni pada 28 HST, 42 HST, dan 56 HST. Pengukuran dimulai

dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran

dari tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap petak.

3.5.2.2. Jumlah daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan pada fase vegetatif sebanyak 3 kali

yakni pada 28 HST, 42 HST, dan 56 HST. Pengamatan dilakukan dengan

menghitung jumlah daun dari tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap

petak.

3.5.2.3. Luas Daun

Pengamatan jumlah daun pertanaman dilakukan pada fase vegetatif

sebanyak 3 kali yakni pada 28 HST, 42 HST, dan 56 HST. Pengamatan dilakukan

dengan menghitung luas daun menggunakan meteran atau kertas berpetak dari

tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap petak.

2.5.2.4. Luas Kanopi

Pengamatan luas kanopi tanaman jagung dilakukan pada fase vegetatif

sebanyak 3 kali yakni pada 28 HST, 42 HST, dan 56 HST. Pengamatan dilakukan

dengan mengambil gambar daun dari arah ‘eagle angle’ menggunakan kamera

dan aplikasi pada tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap petak.
23

3.5.2.5. Bobot Tongkol (dengan kelobot)

Berat bobot tongkol (dengan kelobot) dihitung pada saat panen (100-115

HST). Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot tongkol (dengan kelobot)

yang dihasilkan dari tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap petak.

3.5.2.6. Bobot Tongkol (tanpa kelobot)

Berat bobot tongkol (tanpa kelobot) dihitung pada saat panen (100-115

HST). Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot tongkol (dtanpa kelobot)

yang dihasilkan dari tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap petak.

3.5.2.7. Banyak Baris

Pengamatan banyak baris dilakukan pada saat panen (100-115 HST).

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah baris seluruh tongkol

yang dihasilkan dari tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap petak.

2.5.2.8. Berat Brangkasan

Pengamatan berat brangkasan dilakukan pada saat panen (100-115 HST).

Pengamatan dilakukan dengan menimbang berat brangkasan yang dihasilkan dari

tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap petak.

3.5.2.9. Berat Pipil Kering

Pengamatan berat pipil kering dilakukan pada saat jagung telah dilakukan

pengeringan hingga kadar air biji dibawah 20 % seluruh tongkol yang dihasilkan

dari tanaman sampel yang telah ditetapkan pada setiap petak.


24

3.5.2.10. Indeks Panen

Pengamatan indeks panen dilakukan setelah menimbang berat pipil kering.

Penghitungan indeks panen dilakukan dengan menghitung bobot kering panen di

bagi dengan berat brangkasan.


DAFTAR PUSTAKA

Aqil. M., Firmansyah. I., U., Akil., M. 2007. Pengelolaan Air Tanaman Jagung.
Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2007. ISBN 978-979-3595-56-6

Bantacut. T., Akbar. M., T., Firdaus. Y. R. 2015. Pengembangan Jagung Untuk
Ketahanan Pangan, Industri dan Ekonomi. Artikel IPB. Bogor.

Fadly. A., F., Tabri. F., 2007. Pengendalian Gulma Pada Tanaman Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. 2007. ISBN 978-979-3595-56-6.

Fathan. M., 2018. Karakteristik Tanaman Jagung.


Balitsereal.litbang.pertanian.go.id. Bogor

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Herawati. Syafruddin. 2018. Pertumbuhan dan Produksi Jagung Hibrida Pada


Pemupukan Kalium Di Lahan Kering. Seminar Nasional IV Pagi 2018.
UMI.

Lingga dan Marsono, 2008. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya.

Lingga dan Marsono, 2019. Panduan Lengkap Memupuk Tanman Organik dan
Anorganik. Penebar Swadaya. Jakarta

Margaretha., Efendy., R., Azrai. M., 2018. Kelayakan Usaha Tani Jagung
Hibrida. Seminar Nasional IV Pagi 2018. UMI.

Murai. A., M., Arief. R., W., 2008. BBPPTP. Teknologi Budidaya Jagung. Bogor.
ISBN: 978-979-1415-25-5.

Profil Komoditas Jagung. Kemendagri.go.id

Purwandari. S., E., Anto. A., Suriansyah. Teknologi Budidaya Jagung Dengan
Pendekatan PTT. BPTP Kalimantan Tengah. ISBN: 978-979-156-503-5.

Redaksi Agromedia. 2008. Budidaya Jagung Hibrida. PT. Agromedia Pustaka.


Edisi 4. 2008

Sarief, S. 1993. Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian. CV. Pustaka

Buana
25

Syafrudin. Akil. M., Faesal, 2007. Pengelolaan Hara Pada Tanaman Jagung.
Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2007. ISBN 978-979-3595-56-6

Syafrudin. 2015. Manajemen Pemupukan Nitrogen Pada Tanaman Jagung. Balai


Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Saragih, D., Hamim, H., Nurmauli, N., 2013. Pengaruh Dosis Dan Waktu
Aplikasi Pupuk Urea Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Dan Hasil
Jagung (Zea mays. L) Pioneer 27. J. Agrotek Tropika, ISSN 2337-4993
Vol.1, No 1:50-54. Januari 2013.

Subekti, N. A., Syafruddin, Efendi, R., Sunarti, S,. 2007. Morfologi Tanaman dan
Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2007.
ISBN 978-979-3595-56-6

Supriyadi, H. 2016. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)


Jagung. BPTP Jawa Barat. Lembang. ISBN 978-979-3595-56-6

Suswono, 2011. Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan /SR.140/10/2011.


Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah.

Wangiyana. W., Hanan. H., Ngawit., Peningkatan Hasil Jagung Hibrida Var.
Bisi-2 Dengan Aplikasi Pupuk Kandang Sapi dan Peningkatan Frekuensi
Pemberian Urea dan Campuran SP-36 dan KCl. Universitas Mataram.
Mataram.

Suwahyono, U. 2017. Panduan Penggunaan Pupuk Organik. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Tim Cakrawala, 2012. Teknologi Budidaya Jagung Pada Berbagai


Agroekosistem. Cakrawala. Yogyakarta.

Dwicaksono, M.R.B., Suharto, B., L.D. Susanawati. 2013. Pengaruh


penambahan effective microorganisme pada limbah cair industri perikanan
26

terhadap kualitas pupuk cair organik. Fakultas teknologi pertanian. Universitas


Brawijaya. Malang.

Essien, O.E. 2011. Effect of varying rates of organic amendments on porosity and
infiltration rate of sandy loam soil . The Journal of Agriculture and
Environment Vol:12, Jun.2011.

Gunarto, A. 2007. Prosfek agribisnis kentang G4 sertifikat di kabupaten


sukabumi. Pusat pengkajian dan penerapan teknik budidaya pertanian.

Hasibuan. 2004. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Huda, Muhammad Khoirul. 2013. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dai Urin Sapi

Dengan Aditif Tetes (Molasse) Metode Fermentasi. Skripsi. Semarang

:Universitas Negeri Semarang

Karjadi dan Buchory. 2008. Pengaruh komposisi media dasar, penambahan BAP
dan pikloram terhadap induksi tunas bawang merah. Jurnal hort. 18(1): 1-
9

Lingga dan Marsono, 2008. Petunjuk penggunaan pupupk : penebar swadaya.

Lingga, P. 1994. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta:Penebar Swadaya.

Lingga, P dan Marsono, 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,


Jakarta.

Lingga, P. dan Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar

Swadaya. 156 hal

Mansur, 2015. Pengaruh Perbedaan Jumlah Ruas dan Jenis Pupuk Organik
terhadap pertumbuhan bibit tanaman tebu (Saccharum officinarum L)
dipolybag. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Palembang. (Tidak dipublikasikan).

Mujiyati dan Supriyadi. 2009. Pengaruh Pupuk Kandang dan NPK terhadap
Populasi Bakteri Azotobacter dan Azospirillum dalam Tanah pada
Budidaya Cabai (Capsicum annum). Jurnal Bioteknologi 6(2):63-69.
27

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta.: Agromedia Pustaka.

Oldeman, L. R. 1975. The Agroclimatic Map of Java and Madura. Bogor:


Contributions from the Central Reseacrh Institute for Agriculture.

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.


Yogyakarta.

Rukmana, R. 2005. Budi daya rumput unggul. . Yogyakarta: Penerbit kanisius.

Samadi. 2007. Kentang dan analisis usaha tani. Yogyakarta: Kanisius 117 hal.

Sastrosoedirdjo dan Rifai, 1981. Ilmu Memupuk. Yasaguna. Jakarta

Setiadi. 2009. Budidaya kentang. Jakarta: Penebar swadaya.

Setiawati. 2007. Petunjuk teknis budidaya tanaman sayuran. Bandung: Penerbit


Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Sharma. 2002. Bertanam 30 jenis sayur. Penebar swadaya. Jakarta.

Subatra, K. 2013. Pengaruh sisa amelioran, pupuk N dan P terhadap


ketersediaan N, pertumbuhan dan hasil tanaman padi di musim tanam
kedua pada tanah gambut. J. Lahan Suboptimal. 2 (2):159-169

Subekti, H. F. D .2005. Pengaruh Jenis Pupuk kandang dan Konsentrasi Pupuk


Pelengkap Cair terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasilliensis
Muell. Arg). Klon IRR 39 Asal Stum Mata Tidur dipolybag. Skripsi
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang. (Tidak
dipublikasikan).

Sunarjono, H. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya Kentang. Jakarta: Agromedia


Pustaka.

Suparta, I Nyoman Yogi. 2012. Aplikasi Jenis Pupuk Organik pada Tanaman
Padi Sinstem Pertanian Organik. E-jurnal Agroteknologi Tropika ISSN:
2301-6515 Vo;1 No2.

Sutanto, R. 1998. Kesuburan Tanah Sebagai Landasan Pertanian Lestari.

Paguyuban Tani HPS Seluruh Indonesia. Ambarawa.


28

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan


Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta.

Warsa, T dan Cucu S. Achyar, 1982. Teknik Rancangan Percobaan Kelompok


Statistika. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Bandung.

Wijayanti, Erna. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Kotoran Ayam dan Kotoran
Kambing terhadap Produktivitas Cabai Rawit (Capsicum Frustescens L.).
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah.Surakarta.

Wijaya, Kelik. 2010. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Pupuk


Organik Cair Hasil Perombakan Anaerob Limbah Makanan Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L,). Skripsi .Surakarta :
Universitas Sebelas Maret.

Zulkarnain. 2009. Pupuk Kandang. Pustaka Buana. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai