Anda di halaman 1dari 49

ANALISIS SARANA PRODUKSI DAN FAKTOR PRODUKSI

TERHADAP PENDAPATAN PETANI JAGUNG (Zea mays L.)


(Studi Kasus: Desa Sukarame, Kec Munte Kab karo)

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

YENIKA Br. S. Milala


188220084

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2022
ANALISIS SARANA PRODUKSI DAN FAKTOR PRODUKSI TERHADAP
PENDAPATAN PETANI JAGUNG (Zea mays L.)
(Studi Kasus: Desa Sukarame, Kec. Munte Kab karo)

PROPOSAL

OLEH

YENIKA Br. S. Milala


188220084

Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat untuk


Menyelesaikan studi S1 di Fakultas Pertanian
Universitas Medan Area

KOMISI PEMBIMBING

Dr. Ir. Sumihar Hutapea, MS Ir. Gustami Harahap, MP


Pembimbing I Pembimbing II

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

kasih dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Sarana Produksi Dan

Faktor Produksi Terhadap Pendapatan Petani Jagung (Zea mays L.) (Studi Kasus:

Desa Sukarame, Kec. Munte Kab Karo)” yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Medan Area. Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Sumihar Hutapea, MS selaku pembimbing I dan Bapak Ir.

Gustami Harahap, MP selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis.

2. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf dan pegawai Fakultas Pertanian

Universitas Medan Area.

3. Kedua Orang tua Ayahanda dan Ibunda tercinta atas jerih payah dan doa

serta dorongan moral dan material kepada penulis.

4. Seluruh teman-teman yang telah membantu dan memberikan dukungannya

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi

ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

Medan, April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................ 7
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
1.4. Hipotesis Penelitian..................................................................... 7
1.5. Manfaat Penelitian....................................................................... 7
1.6 Kerangka Pemikiran..................................................................... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 10
2.1 Tanaman Jagung........................................................................... 11
2.1.1 Definisi The low of Deminishing return................................ 11
2.2 Usahtani........................................................................................ 13
2.3 Biaya Usahatani Jagung................................................................ 15
2.3.1 Penerimaan Usahatani Jagung.......................................... 17
2.3.2 Pendapatan Usahatani Jagung.......................................... 17
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung.............. 18
2.4.1 Sarana Produksi................................................................ 18
2.4.2. Faktor Produksi............................................................... 21
2.5 Penelitian Terdahulu..................................................................... 25
III. METODE PENELITIAN................................................................... 31
3.1 Metode Penelitian......................................................................... 31
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………... 31
3.3 Metode Pengambilan Sampel....................................................... 31
3.4. Metode Pengambilan Data........................................................... 32
3.5 Metode Analisis Data................................................................... 33
3.6 Defenisi Operasional Variabel...................................................... 36
DAFTRA PUSTAKA................................................................................. 39
DAFTAR TABEL

NO Keterangan Halaman
Tabel 1. Luas lahan, Produktivitas, dan Produksi Padi Sawah Kabupaten/
Kota, 2019 .................................................................................. 3
Tabel 2. Luas lahan, Produktivitas, dan Produksi Padi Sawah Menurut
Per Kecamatan Di Kabuaten Tapanuli Tengah, 2019 ................. 4
Tabel 3. Data Kelompok Tani Kabupaten Tapanuli Tengah, 2019........... 6
Tabel 4. Jumlah Kelompok Tani Di Kecamatan Sosor Gadong, 2020 ..... 7
Tabel 5. Jumlah Anggota Kelompok Tani Dan Distribusi Sampel ........... 32
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor terbesar dalam hampir setiap ekonomi negara

berkembang. Sektor ini menyediakan pangan sebagian besar penduduknya dan

memberikan lapangan pekerjaan, Transformasi srtuktural perekonomian Indonesia

menuju ke arah yang industrialisasi tidak dengan sendirinya menetapkan nuansa

agraris. Berbagai teori pertumbuhan ekonomi klasik menunjukkan bahwa sukses

pengembangan sektor industrialisasi disuatu negara selalu diiringi dengan

perbaikan produktivitas dan pertumbuhan berkelanjutan disektor pertanian. Selain

menyediakan kebutuhan pangan bagi penduduk serta tenaga kerja, sektor

pertanian merupakan pemasok bahan baku bagi sektor industri dan menjadi

sumber penghasil devisa (Siregar, 2009).

Dari sekian banyak tanaman pangan yang banyak dibutuhkan oleh

konsumen di pasaran, setelah padi adalah jagung. Jagung merupakan komoditi

tanaman pangan yang tidak asing lagi bagi masyarakat karena merupakan

makanan alternatif untuk menggantikan beras, selain itu ketersediaannya

dipasaran seakan-akan tidak pernah terputus (berakhir) karena tersedia sepanjang

musim. Hal ini menggambarkan terbukanya peluang untuk usahatani jagung di

dalam negeri. Jagung merupakan tanaman pangan penting kedua setelah padi

mengingat fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan,

pakan, dan bahan baku industri (Suroso, 2006).

Jagung merupakan komoditi tanaman pangan yang memberikan andil bagi

pertumbuhan industri hulu dan pendorong industri hilir yang kontribusinya besar

pada pertumbuhan ekonomi nasional. Tanaman jagung juga merupakan komoditi

PAGE \* MERGEFORMAT 11
strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan

karena kedudukannya sebagai sumber pangan utama setelah beras (Sihombing,

2021).

Kebutuhan jagung di Indonesia saat ini cukup besar, yaitu lebih dari 10

juta ton pipilan kering pertahun. Konsumsi jagung terbesar adalah untuk pangan

dan industri pakan ternak, karena sebanyak 51% bahan baku pakan ternak adalah

jagung. Dari sisi pasar, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan,

hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya industri peternakan yang pada

akhirnya meningkatkan permintaan jagung sebagai bahan pakan ternak,

berkembang pula produk pangan dari jagung dalam bentuk tepung jagung di

kalangan masyarakat. Produk tersebut banyak dijadikan untuk pembuatan produk

pangan (Budiman, 2012).

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Jagung Sumatera


Utara 2019-2021
Luas Panen Produksi Rata-rata
Tahun (Ha) (Ton) Produktivitas
(Kw/Ha)
2019 319.507,00 1.960.424,00 61,36 %
2020 321.184,00 1.965.444,00 61,19 %
2021 273.703,00 1.724.398,00 63,00 %
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2019-2021

Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunan di

Sumatera Utara. Perkembangan sektor pertanian jagung di Sumatera Utara dapat

dilihat pada tabel 1, terdapat pada tahun 2019-2020 luas panen jagung meningkat

dan pada tahun 2021 luas panen jagung menurun sebesar 1.724.398,00.

Sedangkan pada tahun 2019-2020 jumlah produksi jagung meningkat dan tahun

2021 jumlah produksi jagung menurun sebesar 1,724.398,00. Sedangkan rata-rata

produktivitas jagung pada tahun 2019-2021 tidak stabil.

PAGE \* MERGEFORMAT 11
Tabel 2. Data Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Tanaman
Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara, 2020-
2021
Rata-Rata
Luas Panen
Kabupaten Produksi (Ton) Produksi
(Ha)
Kota (Kw/Ha)
2020 2021 2020 2021 2020 2021
Nias 1.105 1.105 6.535 2.723 59,13 60,71
Mandailing
4.492 4.492 24.086 1.758 53,62 54,10
Natal
Tapanuli Selatan 4.373 4.373 23.793 23.353 54,41 56,17
Tapanuli Tengah 1.088 1.088 2.874 114 26,41 31,76
Tapanuli Utara 23.993 23.993 128.531 104.288 53,57 56,83
Toba Samosir 6.717 6.717 37.251 49.446 55,46 56,22
Labuhan Batu 1.491 1.491 10.123 655 67,89 63,57
Asahan 1.212 1.212 7.369 5.691 60,83 55,55
Simalungun 45.720 45.720 256.944 175.419 56,20 57.53
Dairi 40.805 40.805 231.825 268.866 56.81 58,45
Karo 107.274 107.274 755.922 757.927 70,47 69,36
Deli Serdang 29.108 29.108 156.273 86.699 53,69 55,08
Langkat 16.622 16.622 121.679 64.849 73.20 70,21
Nias Selatan 2.473 2.473 15.167 6.572 61.33 62,35
Humbang
10.933 10.933 75.483 102.904 69.04 70,30
Hasundutan
Pakpak Bharat 2.555 2.555 15.424 16.450 60,36 61,85
Samosir 5.706 5.706 30.815 27.260 54,00 56,00
Serdang Bedagai 8.698 8.698 30.982 8.733 35.62 36.48
Batu Bara 786 786 4.014 1.694 51.06 58,65
Padang Lawas
1.705 1.705 10.069 1.055 59,06 54,56
Utara
Padang Lawas 866 866 3.451 1.230 39,84 46,94
Labuhanbatu
63 63 374 461 59,33 51,83
Selatan
Labuanbatu
44 44 181 453 41,08 50,39
Utara
Nias Utara 164 164 720 603 44,06 59,71
Nias Barat 17 17 100 - 58,63 -
Sibolga - - - - - -
Tanjung balai 109 109 584 125 53,75 54,36
Pematang siantar 930 930 5.772 5.411 62.08 63,26
Tebing Tinggi 8 8 47 213 59,02 60,55
Medan 399 399 2.230 2.381 55,92 59,90
Binjai 1.306 1.306 4.685 5.066 35,88 36,74
Padang
371 371 1.834 1.661 49,45 49,44
sidimpuan
Gunungsitoli 53 53 310 338 59,11 60,67
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (2021)

PAGE \* MERGEFORMAT 11
Berdasarkan Tabel 2 diketahui data luas panen, produksi dan jumlah rata-

rata produksi di Sumatera Utara terdiri dari 34 kabupaten yang berada di Sumatera

Utara. Namun data yang penulis ambil adalah Kabupaten Karo. Hal ini

menunjukkan bahwa pentingnya tanaman jagung di Kabupaten Karo yang

merupakan sebagian besar petani di Kabupaten Karo membudidayakan tanaman

jagung. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Kabupaten Karo memiliki

17 kecamatan salah satunya Kecamatan Munte. Dimana Kecamatan Munte

merupakan salah satu penghasil jagung tertinggi keempat yang berada di

Kabupaten Karo.

Tabel 3. Data Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Tanaman


Jagung Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo, 2019
Luas Panen Produks Produktivita Proporsi Produksi
Kecamatan (Ha) i (Ton) s (Kw/Ha) (%)
Mardingding 15.153 106.183 70,07 13,84%
Laubaleng 16.509 115.925 70,22 15,11%
Tigabinanga 28.620 202.375 70,71 26,37%
Juhar 9.786 68.948 70,46 8,99%
Munte 14.882 104.837 70,44 13,66%
Kutabuluh 10.061 70.483 70,06 9,19%
Payung 573 4.087 71,38 0,53%
Tiganderket 6.496 45.776 70,47 5,97%
Simpang Empat 1.506 10.826 71,88 1,41%
Naman Teran 3 21 71,63 0,00%
Merdeka 298 2.134 72 0,28%
Kabanjahe 1.120 7.992 71,36 1,04%
Berastagi 94 673 71,63 0,09%
Tigapanah 2.009 14.372 71,54 1,87%
Dolat Rayat 370 2.634 71,18 0,34%
Merek 744 5.242 70,46 0,68%
Barusjahe 675 4.795 71,06 0,62%
Karo 108.899 767.303 70,97
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo (2021)

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa luas panen, produksi dan

jumlah rata-rata produksi di Kabupaten Karo terdiri dari 17 kecamatan yang

PAGE \* MERGEFORMAT 11
berada di Kabupaten Karo. Kemudian data yang penulis ambil adalah kecamatan

munte dengan pencapaian luas panennya yaitu sebesar 14 882 ha serta produksi

yang dicapai sebesar 104 837 ton dan jumlah rata-rata produktivitas sebesar 70,44

kw/ha.

Kecamatan Munte salah satu wilayah sentra jagung di Kabupaten Karo,

secara umum mayoritas penduduk nya adalah sebagai petani yang rata-rata

memiliki lahan pertanian sendiri. Di desa Sukarame komoditi jagung menjadi

salah satu tanaman yang terdepan selain tanaman seperti jeruk dan kopi. Alih

fungsi lahan menjadikan petani beralih ke tanaman jagung, selama kurun waktu

empat tahun terakhir luas lahan tanaman jagung semakin meningkat.

Untuk meningkatkan jumlah produksi tersebut harus dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Salah satu faktor utamanya adalah penggunaan sarana produksi

yang tepat. Sarana produksi pertanian adalah segala jenis peralatan, perlengkapan

dan fasilitas pertanian yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam

pelaksanaan produksi pertanian. Sarana produksi berperan penting di dalam usaha

mencapai produksi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sarana produksi

pertanian atau disingkat saprotan terdiri atas bahan yang meliputi benih, pupuk,

pestisida dan zat pengatur tumbuh. Sarana-sarana tersebut sudah harus tersedia

sebelum memulai kegiatan budidaya tanaman.

Upaya peningkatan produktivitas seperti harus menggunakan varietas

unggul. Karena varietas unggul pada umumnya memiliki sifat: 1) daya hasil

tinggi, 2) tahan terhadap hama dan penyakit, 3) umur genjah, dan 4) mutu hasil

panen sesuai dengan keinginan konsumen (Badan Litbang Pertanian 2007). Petani

sering mengalami kerugian yang sangat besar baik dari segi biaya maupun waktu

PAGE \* MERGEFORMAT 11
akibat dari penggunaan benih yang tidak bermutu atau tidak jelas asal-usulnya.

Kesalahan dalam penggunaan benih akan mengakibatkan kerugian dalam

usahatani. Penggunaan benih bermutu merupakan salah satu kunci untuk

mendapatkan pertanaman yang mampu memberikan hasil yang memuaskan

(Situmorang 2010).

Sarana produksi yang dapat mempengaruhi pendapatan usahatani jagung.

Petani melakukan usahatani Jagung dengan menggunakan sarana produksi

seperti : Benih, Pupuk, dan Pestisida. Penggunaan Sarana Produksi ini bertujuan

untuk meningkatkan Jumlah Produksi usahatani jagung tersebut yang akan

meningkatkan pendapatan petani. Berdasarkan hasil penelitian Sihombing (2021),

benih, pupuk, dan pestisida secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel

terikat yakni Pendapatan petani jagung. Secara parsial variabel bebas benih,

pupuk berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yakni pendapatan petani jagung

sedangkan Pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat yakni

Pendapatan.

Pendapatan petani jagung dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi pendapatan petani. Menurut Sitompul (2013). Keragaan

usahatani menunjukkan bagaimana usahatani dapat berhasil dijalankan. Keragaan

usahatani dapat berbeda-beda di tiap daerah dalam mengusahakan satu produk

yang sama. Keragaan usahatani dianalisis berdasarkan dua faktor yaitu faktor

internal dan eksternal. Faktor internal berkaitan dengan petani langsung yaitu

dilihat berdasarkan karakteristik petani baik dari segi umur, pendidikan,

pengalaman usahatani, luas lahan, modal, tenaga kerja, jumlah tanggungan

keluarga, dan alasan memilih komoditas yang diusahakan sedangkan faktor

PAGE \* MERGEFORMAT 11
eksternal merupakan indikator yang berasal dari luar petani yaitu, penggunaan

sarana produksi, teknik budidaya, dan pemasaran.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini dilakukan adalah Bagaimana

ketersediaan sarana produksi dan faktor produksi petani jagung terhadap

pendapatan jagung dengan menggunakan uji Coob-Douglas Desa Sukarame,

Kecamatan Munte, Kabupaten Karo?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ketersediaan sarana produksi dan faktor produksi petani

jagung terhadap pendapatan jagung dengan menggunakan uji Coob-Douglas Desa

Sukarame, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo

1.4. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis penelitian bahwa diduga

faktor produksi dan sarana produksi berpengaruh terhadap pendapatan petani

jagung di Desa Sukarame Kecamatan Munte Kabupaten Karo

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan peneliti dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi bagi petani jagung dalam pengembangan usahatani

jagung.

2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pemerintah dan instansi-instansi

terkait dalam membuat kebijakan dan pembangunan pertanian, terutama yang

berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan petani jagung.

PAGE \* MERGEFORMAT 11
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan

dalam pelaksanaan penelitian yang berkelanjutan.

4. Salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Medan Area.

1.6. Kerangka Pemikiran

Petani adalah individu-individu yang mata pencahariannya berasal dari

sektor pertanian. Setiap petani memiliki karakteristik yang berbeda dengan yang

lain. Perbedaan karakteristik ini dapat menimbulkan perbedaan dalam

berusahatani baik dari segi produksi, pendapatan yang diperoleh petani dari

usahataninya serta pendapatan keluarga petani. Dari usahatani jagung diperoleh

produksi jagung dengan biaya produksi seminimal mungkin dan memperoleh

hasil yang semaksimal mungkin sehingga penerimaan petani juga besar. Dalam

usahatani jagung petani harus dapat meningkatkan usahanya melalui berbagai

cara, salah satu cara untuk dapat meningkatkan usahanya yaitu dengan

meningkatkan produksi jagung yang diusahakannya.

Fungsi produksi Coob-Douglas adalah hubungan fisik antara masukan

produksi (input) dan keluaran produksi (output). Analisis fungsi produksi sering

di lakukan oleh peneliti, karena mereka mengingkan informasi bagaimna

sumberdaya yang terbatas seperti luas lahan, tenaga kerja dan modal, dapat di

kelolah dengan baik agar produksi maksimum dapat diolah. Produksi merupakan

usaha pokok dalam membangun pertanian dengan cara memanfaatkan faktor-

faktor produksi untuk mencapai hasil pendapatan yang maksimal. Untuk

mengetahui faktor sarana produksi yang mempengaruhi pendapatan petani jagung

(Y1) yaitu benih (X1), pupuk (X2), pestisida (X3), dan peralatan usahatani (X4)

PAGE \* MERGEFORMAT 11
sedangkan faktor produksi yaitu luas lahan (X5), tenaga kerja (X6), modal (X7),

dan skill (X8). Pendapatan adalah penerimaan dari gaji atau balas jasa dari hasil

usaha yang diperoleh individu atau kelompok rumah tangga dalam satu bulan dan

digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Agar mengetahui penggunaan

faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani jagung di Desa Sukarame

Kecamatan Munte Kabupaten Karo diperlukan suatu analisis. Dalam penelitian ini

digunakan analisis fungsi produksi yaitu cobb-douglas dan pendapatan yaitu

regresi linear berganda. Dengan analisis ini dapat memberikan masukan bagi para

petani dalam rangka meningkatkan pendapatan petani jagung. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dalam gambar 1:

Usahatani Jagung

Sarana Produksi Faktor Produksi

1. Benih (X1) 5. Luas Lahan (X5)


2. Pupuk (X2) 6. Tenaga Kerja (X6)
3. Pestisida (X3) 7. Modal (X7)
4. Peralatan Usahatani (X4) 8. Skill (X8)

Pendapatan Petani Jagung

Gambar 1. Kerangkan Pemikiran

PAGE \* MERGEFORMAT 11
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber utama karbohidrat utama di

Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sember pangan di

Amerika Serikat. Beberapa penduduk di daerah Indonesia (misalnya di Madura

dan Nusa Ternggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok (Budiman,

2006). Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di

daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.000-1800 mdpl. Daerah

dengan ketinggian antara 0-600mdpl merupakan ketinggian yang optimum bagi

pertumbuhan tanaman jagung (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). Jagung termasuk

tanaman yang familiar bagi sebagian masyarakat Indonesia terutama masyarakat

di pedesaan. Seiring dengan perkembangan teknologi pada saat ini banyak beredar

jenis jagung. Jagung biasanya ditanam di dataran rendah, baik di sawah tadah

hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat juga di daerah pergunungan pada

ketinggian 1000-1800 meter di atas permukaan laut. Beberapa syarat tumbuh

tanaman jagung antara lain, tanah, iklim, varietas dan waktu tanam (Purwono, dan

Rudi. 2008).

Jagung manis (Zea mays Saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang

menduduki urutan ketiga setelah gandum dan padi. Di Indonesia jagung

merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Selain digunakan untuk bahan

pangan, jagung juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri

pakan. Di samping itu, jagung mempunyai peranan cukup besar dalam memenuhi

PAGE \* MERGEFORMAT 11
kebutuhan gizi masyarakat karena memiliki karbohidrat yang cukup tinggi

(Novira, 2015).

Jagung manis salah satu jenis jagung yang ada di Indonesia, yang merupakan

komoditas palawija dan layak dijadikan komoditas unggulan agribisnis. Prospek

pengembangan usahatani jagung manis sangat cerah dalam rangka meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan petani. Permintaan konsumen terhadap jagung

manis terus meningkat, dimana produksi jagung manis dari tahun 2014 hingga

2018 selalu mengalami peningkatan, pada tahun 2014 yaitu 19 juta ton, tahun

2015 yaitu 19,61 juta ton, tahun 2016 yaitu 23,57 juta ton,tahun 2017 yaitu 28,92

juta ton dan tahun 2018 yaitu 30,05 juta ton (Badan Pusat Statistik, 2019).

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung

manis adalah pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu program intensifikasi

yang dapat memperbaiki produktifitas lahan dan tanaman. Pengambilan dan

pengurasan hara secara terus menerus melalui hasil panen tanpa diimbangi dengan

pengembalian hara melalui pemupukan organik dan anorganik akan menjadikan

tanah semakin kurus, miskin hara dan tidak produktif (Bonazir, 2005).

2.1.1 Definisi The law of Deminishing return

The Law of Diminishing Returns adalah suatu keadaan apabila faktor

produksi variabel ditambah secara terus menerus pada faktor produksi tetap, maka

hasil produksi akan bertambah hingga titik tertentu, setelah itu hasil produksi akan

berkurang. The Law of Diminishing Returns atau hukum Pertambahan

Hasil yang Semakin Menurun adalah suatu hukum yang menyatakan bahwa

apabila dalam melakukan produksi kita menambah input secara terus menerus

PAGE \* MERGEFORMAT 11
maka pertama-tama output yang dihasilkan adalah meningkat, namun pada titik

tertentu output tersebut akan menurun seiring dengan tetap bertambahnya input.

The Law of Diminishing Return dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi dari

Inggris, David Richardo (1772-1823). David mengemukakan bahwa, jika

kita menambah terus-menerus salah satu input dalam jumlah yang

sama, sedangkan input yang lain tetap, maka mula-mula akan terjadi

tambahan output yang lebih dari proporsional (increasing return), tetapi pada titik

tertentu hasil lebih yang kita peroleh akan semakin berkurang (diminshing return).

Kenaikan Hasil Yang Semakin Berkurang


Y
C
Hasil HPT
Produksi
B
EP = 1 EP = 0
Gambar A

EP > 1 1> EP > 0 EP < 0


0
Kenaikan Kenaikan hasil Kenaikan hasil
hasil berkurang negatif
bertambah

Gambar B
A
Hasil B
Produksi
HPR
HPM X
C
Sumber: Mubyarto, 1977

Gambar 2: Grafik the low of Deminishing return

PAGE \* MERGEFORMAT 11
Dimana:

Y = Hasil Produksi (output)

EP = Elastisitas Produksi HPT

HPT = Hasil Produksi Total

HPM = Hasil produksi Marginal

HPR = Hasil Produksi Rata-rata

X = Faktor Produksi (input)

Pada gambar 2 dilukiskan tahapan kenaikan produksi yang berkaitan

dengan hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang. Pada gambar A

menunjukkan bahwa produksi total (HPT) bergerak dari titik 0 menuju ke titik A,

B dan C. Gambar B menunjukkan sifat-sifat dan gerakan kurva hasil produksi

rata-rata (HPR) dan hasil produksi marginal (HPM). Keduanya mempunyai

hubungan yang erat, ketika kurva HPT mulai berubah arah pada titik A, maka

kurva HPM mencapai titik maksimum, dan batas ini mulai berlaku hukum

kenaikan hasil yang semakin berkurang.

2.2. Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam

sekitarnya sebagai modal sehingga memberi manfaat yang sebaik-baiknya.

Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari

cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan

PAGE \* MERGEFORMAT 11
penggunaan faktor-faktor produksi selektif dan seefisien mungkin sehingga usaha

tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Ilmu usahatani adalah

ilmu yang mempelajari bagaimana mengusahakan dan mengkoodinir faktor

produksi seperti lahan dan alam sekitar sebagai modal agar memberikan manfaat

yang baik (Suratiyah, 2009). Usahatani bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan budidaya yang dilakukan dan sebagai bahan evaluasi faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap keberhasilan usaha (Sriyanto, 2010).

Menurut Soekartawi (2002), usahatani biasa diartikan sebagai ilmu yang

mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara

efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu

tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang

mereka miliki (kuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan

sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output). Tersedianya sarana atau

faktor produksi (input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani akan

tinggi. Namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya

yang sangat penting.

Usahatani pada dasarnya adalah proses pengorganisasian alam, lahan,

tenaga kerja dan modal untuk menghasilkan output pertanian. Usahatani adalah

ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor

produksi (tanah, tenaga kerja, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan

efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga

pendapatan usahataninya meningkat (Rahim dan Hastuti, 2007: 158).

Menurut Shinta (2011:1) usahatani adalah ilmu yang mempelajari

bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha

PAGE \* MERGEFORMAT 11
pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga

kerja, modal dan manajemen.

2.3. Biaya Usahatani Jagung

Biaya produksi merupakan semua nilai faktor produksi yang digunakan

selama proses budidaya dilakukan, baik itu dalam bentuk barang (benda) ataupun

jasa selama proses dilaksanakan. Maka, biaya yaitu pengorbanan yang

dikeluarkan dalam pelaksanaan atau pengelolaan usahatani jagung demi

mendapatkan hasil yang diinginkan. Dalam proses produksi terdapat unsur-unsur

yang bersifat tetap atau tidak tetap, sehingga muncul dua jenis biaya yaitu fixed

cost (biaya tetap) dan biaya tidak tetap (variable cost). Menurut Shinta (2011),

fixed cost yaitu berupa biaya yang dikeluarkan oleh petani dimana besar kecilnya

biaya tergantung pada besar kecilnya produksi. Berapapun jumlah yang dihasilkan

biaya tetap tidak akan berubah. Misalnya, sewa tanah yang digarap, penyusutan

alat pertanian. Biaya tersebut tidak akan berubah dari awal tanam sampai dengan

waktunya musim panen.

Variable Cost (biaya tidak tetap), yaitu biaya dikeluarkan sesuai dengan

besar kecilnya output yang dihasilkan. Misalnya, untuk bibit, obat-obatan,

pengolahan lahan dan lain-lain. Semakin besar jumlah produksinya maka variable

cost juga akan meningkat Biaya variabel dapat berubah menjadi lebih besar dari

batas normal ataupun bisa lebih kecil dari batas normal. Kodisi yang biasanya

yang mempengaruhi tersebut tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan sulit

ditebak oleh petani (Maulidah, 2012).

PAGE \* MERGEFORMAT 11
Total Cost (TC) adalah jumlah biaya total yang dikeluarkan oleh petani

didapat dari jumlah biaya tetap ditambah dengan biaya variable TC=FC+VC.

Biaya total menunjukan penjumlahan dari biaya variable dan biaya tetap yang

dikeluarkan oleh petani padi dalam satu musim tanam. Biaya total adalah

keseluruhan jumlah biaya produksi selama proses produksi berlangsung. Sehingga

biaya total biasa dirumuskan sebagai berikut:

TC=FC+VC

Keterangan:

TC (total cost) = Biaya Total

FC (fixed cost) = total biaya tetap

VC (variabel cost) = total biaya tidak tetap (Shinta, 2011)

Menurut Suratiyah (2006) biaya usahatani terbagi dengan biaya langsung

dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari harga pembelian pupuk,

pembelian pestisida, pembelian varietas dan upah tenaga kerja, biaya tidak

langsung terdiri dari pemakaian tenaga kerja keluaraga, bunga modal dan

penyusutan. Adapun jenis – jenis biaya usahatani terdiri dari :

1. Biaya tetap (FC) yaitu biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus

dikeluarakn walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Contoh

biaya sewa lahan, pajak lahan, biaya bunga, penyusutan alat dengan satuan

rupiah (Rp).

2. Biaya variabel (VC) yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh

produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi, tenaga

kerja, pupuk dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya berubah – ubah

tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan.

PAGE \* MERGEFORMAT 11
3. Biaya variabel per unit (AVC) yaitu total biaya variabel dibagi total produksi

dengan satuan rupiah / kilogram (Rp/Kg).

4. Biaya total (TC) yaitu jumlah biaya tetap dan biaya variabel per usahatani

dengan satuan rupiah (Rp).

5. Biaya marginal (MC) yaitu tambahan biaya yang diperlukan untuk

memproduksi tambahan satu unit produk.

6. Penerimaan total yaitu jumlah unit yang dijual dikalikan dengan harga jual.

2.3.1. Penerimaan Usahatani Jagung

Penerimaan usahatani jagung merupakan perkalian antara jumlah produksi

yang diperoleh selama proses produksi dilakukan dengan harga jual yang berlaku.

Dimana harga jual merupakan harga transaksi antara produsen dengan pemebeli

untuk setiap komoditas pertanian. Dengan satuan yang digunakan oleh penjual

ataupun pembeli seperti kilogram (kg), kwintal (kw), ton, ikat, dan lain-lain.

Berikut rumus dari penerimaan usahatani jagung:

TR = Q x P

Dimana:

TR (total revenue) = total penerimaan

Q (quantity) = Jumlah produk yang dihasilkan

P (price) = Harga jual komoditi (Normansyah, Siti, dan Armaeni, 2014).

2.3.2. Pendapatan Usahatani Jagung

Pendapatan usahatani jagung merupakan selisih antara penerimaan yang

diterima oleh produsen dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.

Pendapatan usahatani jagung diharapkan adalah bernilai positif. Penerimaan

adalah nilai uang yang diperoleh dari penjualan produk usahatani jagung yang

PAGE \* MERGEFORMAT 11
dilakukan, sedangkan pengeluaran merupakan semua pengerbonan sumberdaya

yang diukur dalam satuan uang yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan pengeluaran usahatani jagung meliputi dari total biaya tetap dengan

biaya operasional selama proses produksi dilakukan. Secara umum, untuk petani

yang mengusahakan usahatani jagung suatu komoditi belum memiliki neraca atau

perhitungan laporan neraca dan laba-rugi tersebut. Secara sederhana, perhitungan

dilakukan menggunakan data total produksi permusim tanam dan biaya-biaya

yang dikeluarkan selama proses produksi. Kemudian diperlukan juga data pasar

yang berlaku untuk produk yang dihasilkan serta data harga pasar untuk sarana

produksi yang digunakan selama periode tanam pada komoditi tersebut

(Nurbayuto, 2011).

Pendapatan usahatani jagung dikategorikan sebagai penerimaan bersih.

Pandapatan usahatani jagung adalah selisih antara penjualan hasil produksi setelah

dikurangi semua biaya produksi total yang dikelurkan. Maka dapat dijelaskan

pada rumus pendapatan usahatani jagung sebagai berikut:

Rumus : π = TR -TC

Keterangan:

π = Pendapatan (Rp/musim tanam)

TR = Total Penerimaan (Rp/musim tanam)

TC = Total biaya (Rp/musim tanam) (Shinta, 2011).

Tujuan utama dijalankannya suatu usaha ialah untuk mendapatkan

pendapatan, sehingga pendapatan berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup dan

bertujuan untuk melanjutkan usaha perdagangannya. Pendapatan memberikan

berupa uang atau hasil lainnya yang diperoleh dari penggunaan kekayaan atau jasa

PAGE \* MERGEFORMAT 11
yang diterima olah seseorang selama perjanjian yang sudah disepakati dalam

waktu tertentu. Pendapatan memiliki fungsi sebagai sumber pengetahuan ekonomi

seseorang dalam rumah tanganya (Winardi dalam Firdausa, 2013).

2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung

2.4.1. Sarana Produksi

Sarana produksi pertanian adalah segala jenis peralatan, perlengkapan dan

fasilitas pertanian yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam

pelaksanaan produksi pertanian. Sarana produksi berperan penting di dalam usaha

mencapai produksi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sarana produksi

pertanian atau saprotan terdiri atas bahan yang meliputi benih, pupuk, dan

pestisida. Sarana–sarana tersebut sudah harus tersedia sebelum memulai kegiatan

budidaya tanaman.

1. Benih

Benih memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi baru

berupa keunggulan yang dimiliki varietas dengan berbagai spesifikasi keunggulan

yakni: 1) daya hasil tinggi, 2) ketahanan terhadap hama dan penyakit yang

mendukung sistem pola tanam dan program pengendalian hama terpadu, 3) umur

genjah untuk meningkatkan indek pertanaman dan 4) keunggulan hasil panen

sehingga sesuai dengan selera konsumen. Benih yang digunakan petani di Desa

Sukarame Kecamatan Munthe Kabupaten Karo adalah Benih Jagung pioner 32.

Keunggulan benih tersebut ditemui terbukti tahan busuk tongkol dan hawar daun

serta tumbuh optimal di daerah fengan pengairan terbatas

2. Pupuk

Pupuk adalah bahan atau zat makanan yang dib erikan atau ditambahkan

pada tanaman dengan maksud agar tanaman tersebut tumbuh. Pupuk yang

PAGE \* MERGEFORMAT 11
diperlukan tanaman untuk menambah unsur hara dalam tanah. Pupuk dapat

digolongkan menjadi dua yaitu pupuk alam dan pupuk buatan (Prihmantoro dalam

mirnaini, 2013).

Pupuk yang digunakan di Desa Sukarame Kecamatan Munthe Kabupaten

Karo adalah pupuk anorganik yakni pupuk Urea, SP 36, Phonska, dan SS

(Ammophos). Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik

pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi.

Pupuk anorganik memiliki bentuk, warna dan cara penggunaan yang beragam.

Keanekaragaman pupuk anorganik sangat menguntungkan petani yang memahami

aturan pakai, sifat-sifat dan manfaatnya bagi tanaman. Adapun keuntungan dari

penggunaan pupuk anorganik adalah sebagai berikut (Lingga dan Marsono, 2013):

1. Pemberian dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik biasanya

memiliki takaran hara yang pas.

2. Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang

tepat.

3. Pupuk anorganik dapat tersedia dalam jumlah cukup atau mudah

didapatkan dalam jumlah yang diinginkan.

4. Proses pengangkutan pupuk anorganik lebih mudah karena relatif sedikit

dibandingkan pupuk organik.

3. Pestisida

Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk

mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu.

Namun ini berasal dari pest (hama) yang diberi akhiran cie (pembasmi).

Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia,

PAGE \* MERGEFORMAT 11
ikan atau mikrobia yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, beracun.

Dalam bahasa sehari-hari pestisida sering kali disebut sebagai “racun”. (Rur.

2005). Pestisida yang digunakan petani di Desa Sukarame Kecamatan Munthe

Kabupaten Karo adalah jenis pestisida Gramoxone, Convey, dan Decis.

4.Peralatan Usahatani

Kegiatan budidaya tanaman jagung manis menggunakan perlatan seperti

cangkul, kored, dan sprayer. Peralatan tersebut merupakan peralatan yang dibeli

petani untuk melakukan budidaya jagung manis. Cangkul digunakan untuk

kegiatan mengolah tanah, membuat bedengan dan melakukan pembumbunan.

Hampir setiap petani memiliki alat cangkul sendiri. Kored digunakan untuk

menyiangi rumput-rumput kecil atau gulma. Sprayer digunakan untuk melakukan

penyemprotan. Kapasitas sprayer yang dimiliki petani sebesar 14 liter.

2.4.2. Faktor Produksi

Menurut Daniel (Murdiantoro, 2011), bahwa dalam kegiatan usahatani

diperlukan faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi terdiri dari empat

komponen yaitu: modal, tanah (lahan pertanian), tenagakerja dan keahlian atau

manajemen (pengelolaan). Dalam beberapa literatur, sebagian para ahli

mencantumkan hanya tiga faktor produksi yaitu tanah, modal, dan tenaga kerja.

Masing–masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu

sama lain. Jika salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi atau

usahatani tidak akan berjalan, terutama ketiga faktor seperti tanah, modal dan

tenaga kerja.

1. Luas Lahan

PAGE \* MERGEFORMAT 11
Mubyarto (2006), lahan sebagai salah satu faktor produksi yang

mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya

produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh sempitnya lahan yang

digunakan, Meskipun demikian, Soekartawi (2008) menyatakan bahwa bukan

berarti semakin luas lahan pertanian maka semakin efisien lahan tersebut. Bahkan

lahan yang sangat luas dapat terjadi inefisiensi disebabkan oleh :

1. Lemahnya pengawasan terhadap penggunaan faktor-faktor produksi seperti

bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja.

2. Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu yang pada akhirnya

akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut.

3. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian tersebut.

Sebaliknya lahan yang luas relatifnya sempit, usaha pengawasan terhadap

penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan

modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Sesuai pra survey yang saya lakukan

bahwa luas lahan petani di Desa Sukarame Kecamatan Munthe Kabupaten Karo

yang dimiliki petani adalah 05 Ha – 2 Ha.

2. Tenaga Kerja

Sumber alam akan dapat bermanfaat apabila telah diproses oleh manusia

secara serius. Semakin serius manusia menangani sumber daya alam semakin

besar manfaat yang akan diperoleh petani. Tenaga kerja merupakan faktor

produksi (input) yang penting dalam usaha tani. Penggunaan tenaga kerja akan

intensif apabila tenaga kerja yang dikeluarkan dapat memberikan manfaat yang

optimal dalam proses produksi dan dapat menggarap tanah seluas tanah yang

dimiliki. Jasa tenaga kerja yang dipakai dibayar dengan upah. Tenaga kerja yang

PAGE \* MERGEFORMAT 11
berasal dari keluarga sendiri umumnya tidak terlalu diperhitungkan dan sulit 15

diukur dalam penggunaannya atau bisa disebut juga tenaga yang tidak pernah

dinilai dengan uang. Menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

menyatakan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk kebutuhan masyarakat.

3. Modal Usahatani

Modal atau kapital mengandung banyak arti, tergantung pada

penggunaannya. Dalam arti sehari-hari, modal sama artinya dengan harta

kekayaan seseorang. Semua harta berupa uang, tabungan, tanah, rumah, mobil,

dan lain sebagainya yang dimiliki. Modal tersebut dapat mendatangkan

penghasilan bagi si pemilik modal, tergantung pada usahanya dan penggunaan

modalnya. Dalam ilmu ekonomi juga banyak definisi tentang modal.

Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama

sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang

baru yaitu dalam hali ini hasil pertanian. Modal adalah barang atau uang yang

bersama-sama dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan

barang baru dalam hasil pertanian. Modal petani yang diluar tanah adalah ternak,

cangkul, alat-alat pertanian, pupuk, bibit, pestisida, hasil panen yang belum dijual,

tanaman yang masih ada di sawah. Dalam pengertian yang demikian tanah bisa

dimasukkan dalam modal. Bedanya adalah tanah tidak bisa dibuat oleh manusia

tapi dibuat oleh alam sedangkan yang lain dibuat oleh manusia. Sedangkan apa

yang disebut seluruh tersebut, seluruhnya dibuat oleh tangan manusia (Mubyarto

2009).

PAGE \* MERGEFORMAT 11
Modal yang didapat petani di Desa Sukarame Kecamatan Munthe

Kabupaten Karo dari pemilik toko pertanian yang ada di daerah penelitian

tersebut, dimana pemilik toko memberikan ke petani keperluan bertani jagung

untuk mendahulukan alat dan bahan untuk penanaman jagung tersebut, setelah itu

hasil produksi akhir petani akan membayarkan ke pemilik toko.

4. Skill

Pengalaman petani merupakan gambaran kemampuan petani dalam

mengelola usahatani berdasarkan perencanaan yang efektif dan efisien sesuai

dengan teknis budidaya tanaman. Umur petani yang memiliki skill di Desa

Sukarame Kecamatan Munthe Kabupaten Karo adalah usia 25-55 tahun.

Disamping itu, skill petani jagung di daerah penelitian juga dapat dilihat dari segi

Pendidikan petani. Kompetensi petani menunjukan kinerja dan tanggungjawab

petani dalam menjalankan usahatani secara lebih baik dan berkesinambungan.

Petani yang memiliki kompetensi adalah mereka yang memiliki karakteristik dan

perilaku terukur dalam bertindak dan bertanggungjawab pada pada usahatani yang

dikerjakannya, sehingga petani itu dianggap mampu oleh masyarakat lain.

Petani yang kompeten adalah petani yang memiliki kemampuan teknis dan

kemampuan manajerial dalam melaksanakan usahatani. Kemampuan teknis dari

seorang petani dapat berguna dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi

usahatani, sedangkan kemampuan manajerial seorang petani berguna dalam

mengelolausahatani dan memperoleh keuntungan. Keberhasilan petani dalam

berusaha tani erat kaitannya dengan kompetensi agribisnis yang dimiliki petani

dalam mengelola usaha taninya.

PAGE \* MERGEFORMAT 11
Kompetensi agribisnis adalah kemampuan petani untuk berpikir, bersikap

dan bertindak dalam merencanakan usahatani untuk memperoleh keuntungan

berusahatani, membangun kerjasama antar subsitem pertanian, mengelola

pascapanen pangan untuk meraih nilai tambah produk pertanian, serta

mewujudkan kegiatan pertanian yang berkelanjutan. Berusahatani akan membantu

para petani dalam mengambil keputusan usahataninya. Semakin lama pengalaman

yang dimiliki oleh petani maka petani tersebut akan cenderung memiliki tingkat

ketrampilan yang tinggi. Pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani juga

akan mendukung keberhasilan dalam usahatani (Suratiyah, 2009)

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Soraya dkk., (2015), tentang Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung (Studi Kasus :

Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat). Dengan kesimpulan Luas

lahan, pupuk Phonska, pupuk NPK, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap

produksi jagung di Desa Tanjung Jati. Sedangkan jumlah bibit, herbisida, pupuk

urea, pupuk TSP, pupuk SP, dan pupuk KCL berpengaruh tidak nyata terhadap

produksi petani jagung di Desa Tanjung Jati. Tidak terjadi multikolinearitas dan

heterokedastisitas serta asumsinormalitas terpenuhi. Harga jual, biaya bibit, biaya

tenaga kerja, dan biaya alsintan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani

jagung di Desa Tanjung Jati. Sedangkan biaya lahan, biaya herbisida, dan biaya

pupuk berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan usahatani jagung di Desa

Tanjung Jati. Tidak terjadi multikolinearitas dan heterokedastisitas serta

asumsinormalitas terpenuhi. Usahatani jagung di daerah penelitian tergolong

layak dan efisien.

PAGE \* MERGEFORMAT 11
Menurut penelitian Siagian dkk., (2021) yang Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi dan harga jagung di provinsi banten. Tujuan dari

penelitian ini adalah: 1) Mengetahui pola usahatani jagung di Provinsi Banten, 2)

Mengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi jagung. 3)

Mengetahui faktor biaya yang mempengaruhi biaya produksi jagung. Metode

analisis yang digunakan multiple analisis linier dari fungsi produksi dan biaya

Cobb Douglas. Itu hasil penelitian adalah: 1) Pola tanam jagung adalah jagung-

jagung-kosong. Varietas yang dominan adalah NK-212 (75,8%), Bima (12,1%)

dan BISI-18 (12,1%). Produktivitas rata-rata di RS 2018/2019 adalah 3,44 ton

kulit kering ha-1. Rasio B/C adalah 0,7, itu berarti secara finansial tidak

menguntungkan. 2) Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi

jagung adalah: jumlah benih, jumlah pupuk kandang, jumlah sewa traktor, dan

variasi dummy. Anilai elastisitas kumulatif 1,0 berarti usahatani jagung efisien. 3)

Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap harga pokok produksi adalah likuid

harga herbisida dan biaya tenaga kerja manusia. Masih meningkatkan

produktivitas jagung perlu dilakukan dengan penggunaan input pertanian yang

proporsional.

Penelitian oleh Hanisah (2013), tentang analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani jagung manis di kampung

rongka kecamatan timang gajah kabupaten bener meriah. Dengan kesimpulan

Pendapatan jagung manis dapat dilihat dari hasil nilai perhitungan rata-rata nilai

produksi Rp. 37.965.602,- dengan total biaya produksi sebesar Rp.14.539.015,-

dan pendapatan yang diperoleh usahatani jagung manis pada daerah penelitian

diperoleh pendapatan sebesar Rp. 23.426.587,-/Ha/musim tanam. Produksi jagung

PAGE \* MERGEFORMAT 11
manis 8.224 Kg dengan harga jual Rp.4.600/Kg dengan nilai prouksi Rp.

37.965.602 Kg/Ha. Penerimaan usahatani jagung manis sebesar

Rp.23.426.587,- /Ha/ musim tanam sedangkan dari hasil perhitungan BEP pada

penerimaan Rp.2.246.139,-/Ha/ musim tanam. Untuk produksi jagung manis pada

saat penelitian sebesar 8.224 Kg/Ha/ musim tanam dari hasil perhitungan BEP

pada produksi 5.76 Kg/Ha/ musim tanam, Harga jagung manis pada saat penlitian

Rp.4.600 /Kg/ musim tanam dari hasil perhitungan BEP pada harga Rp. 2.295,-

/Kg/ musim tanam. Secara serempak bahwa nilai koefisien determinasi ( ) yang

diperoleh adalah sebesar 0,816. Hal ini berarti 64,8% variasi variabel terikat

(pendapatan jagung manis) mampu dijelaskan oleh variasi variabel bebas luas

lahan (X1), tenaga kerja (X2), pupuk (X3), pestisida (X4) ,sedangkan sisanya

yaitu 35,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dimasukkan kedalam

model, sedangkan secara parsial pupuk (0,025) yang berpengaruh nyata terhadap

produksi jagung manis, sedangkan luas lahan (0,130) tenaga kerja (0,721) dan

pestisida (0,568) tidak berpengaruh terhadap produksi jagung manis.

Suroso (2006) melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Pendapatan

dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usahatani Jagung” dengan studi kasus di

Desa Ukirsari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pendapatan usahatani berlahan sempit dan

usahatani berlahan luas. Hasil penelitian menunjukkan nilai R/C rasio atas biaya

total usahatani berlahan luas lebih besar dibandingkan usahatani berlahan sempit.

Nilai R/C rasio atas biaya tunai usahatani berlahan luas adalah sebesar 3,08,

sedangkan R/C rasio atas biaya tunai usahatani berlahan sempit adalah sebesar

2,57. Nilai R/C rasio atas biaya total usahatani berlahan luas adalah sebesar 2,24,

PAGE \* MERGEFORMAT 11
sedangkan Nilai R/C rasio atas biaya total usahatani berlahan sempit adalah

sebesar 1,58. Hal ini berarti bahwa usahatani jagung di daerah penelitian pada

lahan luas lebih efisien dibandingkan pada lahan sempit. Hasil estimasi

modelfungsi menggunakan OLS dan analisis komponen utama menunjukkan

bahwa lahan, benih, pupuk urea, pupuk ponska, pupuk kandang, pestisida dan

tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi jagung.

Sriwahyuni (2014) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Produksi Dan Pendapatan Petani Jagung Hibrida Di

Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara “. Metode penelitian yang

digunakan adalah survey dengan analisis data adalah fungsi Cobb-Douglas dan

analisis kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh penggunaan faktor-

faktor produksi berdasarkan hasil signifikan uji F atau secara simultan

menujukkan secara bersama-sama berpengaruh positif dan nyata terhadap

produksi jagung hibrida, sedangkan untuk uji t atau secara parsial yang

berpengaruh nyata adalah benih dan pupuk phonska sedangkan yang

berpengaruh tidak nyata adalah luas lahan, pupuk urea, Rambo,calaris,gauco,

dan tenaga kerja. Koefisien korelasi (R)= 0,807 ini menunjukkan terdapat arah

dan kekuatan antara faktor-faktor produksi terhadap produksi. Koefisien

determinasi (R2) = 0,650 ini menujukkan bahwa terdapat 65 % kontribusi luas

lahan, benih, pupuk urea, pupuk phonska, gauco, rambo, calaris, tenaga kerja

dan 35% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Susianti (2013) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Jagung Manis”. Penelitian ini

dilaksanakan di Desa Sidera Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.

PAGE \* MERGEFORMAT 11
Responden sebanyak 36 orang, yang dilakukan dengan metode sensus. Alat

analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan dan Analisis regresi

berganda. Hasil uji-t menunjukkan bahwa variabel yang dianalisis meliputi luas

lahan, harga benih, harga pupuk, upah tenaga keja, harga output/Jagung

berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jagung manis dengan nilai

signifikan < 0,01 pada taraf α 1% dan untuk variabel umur petani signifikan <

0,05 pada taraf α 5%, sedangkan untuk variabel harga pestisida, pendidikan

petani tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani jagung manis.

Nababan (2009) dengan judul penelitian “Analisa Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung di Kecamatan Tiga Binanga

Kabupaten Karo “. (1). Biaya pupuk berpengaruh negatif terhadap pendapatan

petani jagung. Hal ini di tunjukkan oleh koefesien regresi biaya pupuk yaitu

sebesar 0.058327. artinya setiap kenaikan biaya pupuk 1 persen, maka

pendapatan petani jagung berkurang sebesar 0.06 persen. Dalam makna

ekonomis semakin banyak pupuk maka semakin besar pula hasil produksinya,

namun tetap ada batasan maksimal penggunaan pupuk, jika tetap digunakan

melewati batas tersebut akan menjadi mengurangi hasil produksi, hal ini dapat

dilihat dalam teori The Law Of Diminishing Return. (2). Tenaga kerja

berpengaruh positif terhadap pendapatan petani jagung. Hal ini ditunjukan oleh

koefesien regresi tenaga kerja yaitu sebesar 0.31949. artinya setiap kenaikan

tenaga kerja 1 persen maka pendapatan petani jagung bertambah sebesar 0.31

persen. (3). Luas lahan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani jagung.

Hal ini ditunjukan oleh koefisien regresi luas lahan yaitu sebesar 0.898634.

artinya setiap kenaikan luas lahan 1 persen maka pendapatan petani jagung

PAGE \* MERGEFORMAT 11
bertambah sebesar 0.60 persen.

Surviani (2007) dengan judul penelitian “Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi pendapatan petani jagung di Desa Bulu Cenrana Kecamatan Pitu

Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap produksi jagung dan untuk mengetahui apakah produksi jagung yang

dihasilkan, pola tanam dan keanggotaan petani dalam koperasi berpengaruh

pada pendapatan bersih petani jagung. Untuk menganalisis permasalahan, alat

analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression

Analysis) dan Analisis Regresi Linier Sederhana (Simple Regression Linier

Analysis) dengan menggunakan data Cross Section yang diperoleh dari hasil

jawaban 35 responden petani jagung di Desa Bulu Cenrana Kecamatan Pitu

Riawa Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh positif signifikan

terhadap produksi jagung yang dihasilkan adalah biaya bibit (2,204624) dan

biaya tenaga kerja (4,786848) sedangkan faktor yang berpengaruh positif

signifikan terhadap pendapatan bersih petani adalah produksi jagung yang

dihasilkan (13.35092) dan pola tanam (2.296974). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani

jagung di Desa Bulu Cenrana Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidenreng

Rappang Provinsi Sulawesi Selatan adalah biaya bibit yang digunakan, biaya

tenaga kerja yang digunakan, produksi jagung ya ng dihasilkan dan pola tanam.

PAGE \* MERGEFORMAT 11
PAGE \* MERGEFORMAT 11
III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Analisis data menggunakan metode deskriftif dan kuantitatif. Analisis

deskriftif digunakan untuk menganalisis, menggambarkan, dan meringkas

berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil

wawancara atau pengamatan mengenai masalah dan diteliti dilapangan. Analisis

kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukarame Kecamatan Munte

Kabupaten Karo. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara purposive

(sengaja) ini dipilih secara sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut

merupakan lokasi sentral jagung di Kecamatan Munte. Berdasarkan data dari

Dinas Pertanian dan Perkebunan Karo 2021 Kecamatan Munte, Kabupaten Karo

didominasi oleh tanaman jagung. Secara geografis luas desa sukarame berkisar

antara 110 ha dengan penduduk berjumlah 250 kepala keluarga, Penduduk yang

sebahagian besar bekerja pada sektor petanian khususnya tanaman jagung

menjadikan desa Sukarame sebagai salah satu produsen jagung terbesar di

Kabupaten Karo. Luas lahan pertanian 90 ha dengan rincian jagung sekitar 72 ha

dan pertanian lahan lainnya 18 ha. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada Bulan

Juni 2022 sampai dengan selesai.

3.3. Populasi Dan Sampel

Metode penetapan sampel menggunakan metode simple random sampling

yaitu melakukan pengambilan sampel secara acak sederhana kepada petani jagung

PAGE \* MERGEFORMAT 11
dengan pertimbangan semua petani memiliki karakteristik yang relatif homogen

yaitu petani yang tergabung dalam Gapoktan.

Metode pengambilan sampel diperoleh dari petani jagung yang berada di

Desa Sukarame Kecamatan Munte, Kabupaten Karo. Responden sampel petani

ditentukan dari populasi petani jagung sebanyak 250 petani, maka diambil 20%

dari populasi dijadikan sampel yaitu 50 petani jagung. Menurut Arikunto (2012),

bahwa apabila populasi kurang dari 100 lebih baik di ambil semua, tetapi jika

jumlah populasi lebih dari 100 dapat diambil antara 10-30%. Penentuan sampel

responden menggunakan simple random sampling dengan jumlah 50 sampel

No Desa Sukarame Populasi Sampel


1 Dusun 1 87 17
2 Dusun 2 163 33
Jumlah 250 50
Sumber: Data Primer Desa Sukarame, 2022.

3.4 Metode Pengambilan Data

Adapun metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran

kuesioner tujuannya agar jawaban yang diberikan oleh petani responden bisa tepat

dan akurat. Secara terperinci metode pengumpulan data dijelaskan sebagai

berikut:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diambil secara langsung dari lokasi

penelitian, yaitu petani yang menanam tanaman jagung di Desa Sukarame,

Kecamatan Munte, Kabupaten Karo. Adapun data primer yang diperoleh dalam

penelitian melalui Kuesioner, Wawancara dan Observasi seperti penjelasan

berikut ini:

a. Kuesioner

PAGE \* MERGEFORMAT 11
Dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada

responden dengan panduan kuesioner maupun memberikan daftar pertanyaan

untuk diisi oleh responden, dan data yang diperoleh dapat diolah dan memberikan

informasi tertentu kepada peneliti. Pada penelitian ini peneliti memberikan daftar

pertanyaan tertutup dan terbuka kepada responden. Pertanyaan tertutup dalam

kuesioner tersebut menyajikan sebuah pertanyaan yang harus ditanggapi oleh

responden secara terstruktur dibarengi dengan pertanyaan mengenai tanggapan

yang telah diberikan dengan bentuk pertanyaan terbuka yang diungkapkan dengan

tulisan.

b. Wawancara

Wawancara merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh beberapa

informasi dengan cara bertanya secara langsung dengan responden. Teknik

wawanvcara digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data terkait informasi

dari petani jagung yang sesuai dengan topik penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah diolah dari badan usaha ataupun

pihak lain yang berkaiatan dengan penelitian yang dilakukan. Data sekunder

dalam penelitian ini adalah: dokumen atau arsip, Badan Pusat Statistik (BPS), Dan

Studi Kepustakaan.

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk

menganalisis sarana produksi dan faktor produksi yang mempengaruhi

pendapatan petani jagung di Desa Sukarame Kecamatan Munte Kabupaten Karo

bersifat kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier

PAGE \* MERGEFORMAT 11
berganda adalah pengembangan dari regresi linier sederhana. Kegunaannya yaitu

untuk dapat meramalkan suatu nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas

minimal dua atau lebih (Akdon dan Riduwan, 2009).

1. Penerimaan

Penerimaan adalah total produksi petani jagung yang dihasilkan dikali

dengan harga jual jagung.

TR = Y x P

dimana :

TR = Total Revenue (Total Penerimaan)

Y = Produksi yang diperoleh dalam usahatani

P = Harga Jual

2. Pendapatan

Soekartawi (1995), pendapatan usaha tani adalah suatu selisih antara

penerimaan dengan semua biaya-biaya yang didapatkan atau dapat ditulis dengan

sistematis sebagai berikut : I = TR – TC

Dimana :

I = income

TR = Total Revenue (penerimaan)

TC = Total Cost

3. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi dilakukan untuk membuat model matematika yang dapat

menunjukan hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis yang

digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Dalam analisis ini sebagai

variable independen adalah Modal, tenaga kerja, bahan baku, harga jual gula

PAGE \* MERGEFORMAT 11
merah. Sedangkang variable dependennya adalah pendapatan. Berikut ini bentuk

persamaan regresi linier berganda dengan empat variabel :

Y = α + b1X1 + b2X2+ b3X3+ b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + …..e

Keterangan :

Y = Pendapatan (Rp/periode)

X1 = Variabel Pupuk (kg)

X2 = Variabel Bibit (kg)

X3 = Variabel Pestisida (liter)

X4 = Variabel Peralatan Usahatani

X5 = Variabel Luas Lahan (ha)

X6 = Variabel Tanaga kerja (HOK)

X7 = Modal (Rp)

X8 = Variabel Skill

b = Koefisien Regresi Variabel

α = Intersep (konstanta)

e = Variabel Pengganggu

4. Uji Asumsi Klasik

A. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang bersangkutan

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal jika

nilai Asymp. Sig (2-tailed) ≥ 0,05 maka data terdistribusi dengan normal, jika

nilai Asymp. Sig (2-tailed) < 0,05 maka distribusi data tidak normal (Ali Muhson,

2012).

PAGE \* MERGEFORMAT 11
B. Uji Linieritas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas dan

variabel terikat mempunyai hubungan linier atau tidak. Untuk mengetahui hal ini

digunakan uji F pada taraf signifikansi 5%. Jika nilai Sig F < 0,05 maka

hubungannya tidak linier, sedangkan jika nilai Sig F ≥ 0,05 maka hubungannya

bersifat linier (Ali Muhson, 2012).

3. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas

saling berkorelasi maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah

variabel bebas yang ilai korelasi antar variabel bebas sama dengan nol.

Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya VIF (Varians

Inflation Factor). Jika nilai VIF adalah ≥ 0,01 atau jika nilai variance inflation

factor (VIF) ≤ 10 (Ali Muhson, 2011).

3.6 Defenisi Operasional Variabel

Bedasarkan defenisi dan barasan oprasional variabel yang di gunakan

dalam penelitian ini yaitu :

1. Produksi jagung adalah hasil produksi jagung di desa saentis yang dicapai

pada waktu panen, diukur dalam satuan kilogram (Kg/Mt).

2. Pendapatan petani jagung adalah jumlah yang diterima petani jagung

dikurangi biaya yang dikeluarkan dalam setiap kegiatan produksi yang diukur

dengan rupiah (Rp/Mt).

PAGE \* MERGEFORMAT 11
3. Luas lahan adalah areal/tempat yang di gunakan untuk melakukan usahatani

di atas sebidang tanah (ha).

4. Pestisida adalah racun yang mengandung zatzat aktif sebagai pembasmi hama

dan penyakit pada tanaman (L/Mt).

5. Pupuk adalah material yang di tambahkan pada media tanam atau tanaman

untuk mencukupi kebutuhan hara yang di perlukan tanaman sehingga

memperoduksi dengan baik (Kg/Mt).

6. Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang digunakan dalam satu

musim tanam yang diukur dengan jumlah jiwa (HOK).

7. Biaya Herbisida adalah biaya herbisida yang harus dikeluarkan petani jagung

untuk kebutuhan produksinya dalam satu musim tanam (Rp/Mt).

8. Biaya tenaga kerja adalah biaya tenaga kerja yang di keluarkan petani jagung

pada dalam proses produksi dalam satu musim tanam (Rp/Mt).

9. Masa Tanam (MT) adalah Musim tanama di Desa Sukarame dan masa panen

jagung per 5 bulan sekali.

PAGE \* MERGEFORMAT 11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahim dan Riah Retno Dwi Hastuti. 2007. Ekonomi Pertanian, Pengantar
Teori dan Kasus : Penebar Swadaya.

Akdon, dan Riduwan. 2009. Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk
Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.

Arikunto, (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (2007). Inovasi Teknologi


Pertanian. Kementerian Pertanian.

Bonazir. 2005. Pegaruh Dosis dan Frekuensi Pemberian Pupuk Kandang Ayam
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea may sacharata Linn).
Abstrak. (hhtp://www.google.com, diakses 20 Oktober 2020)

Budiman, H. 2012. Budidaya Jagung Organik. Varietas Baru yang Kian Diburu.
Pustaka Baru Putra. Yogyakarta.

Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Mahdalena Zulipah. 2016. Pengaruh Faktor-Faktor Produksi Terhadap


Pendapatan Usahatani Jagung Di Desa Sungai Riam Kecamatan Pelaihari
Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Volume-41,
Nomor 1. Hal 113-117. Di Akses Pada Pebruari 2016.

Maulidah, Silvana. 2012.Pengantar Manajemen Agribisnis. Malang: UB Press

Mubyarto, 1997. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3E5.

Nababan, C. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani


Jagung di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo. Journal Of
Agriculture and Agribusiness Sosioeconomi. USU. Medan.

Normansyah, Dodi, Siti Rochaeni, dan Armaeni Dwi Humaerah. 2014. Analisis
Pendapatan Usahatani nanas Sipahutar Sayuran di Kelompok Tani Jaya,
Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Jurnal
Agribisnis. Vol. 8(1):29-44

Novira, F., Husnayetti, dan S. Yoseva. 2015. Pemberian pupuk limbah cair biogas
dan urea, TSP, KCL terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
manis (Zea mays saccharata Sturt). Jom Faperta 2(1): 1-18.

PAGE \* MERGEFORMAT 11
Nurbayuto, Trismadi. 2011. Analisis Usahatani nanas Sipahutar Dan Tataniaga
Caisin (Brasica Rapa Cv) (Studi Kasus Gabungan Kelompok Tani Bunga
Wortel Di Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor). Skripsi.
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor.

Pali Amini. 2016. Skripsi. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Pendapatan Usaha Tani Jagung Di Desa Bontokassi Kecamatan Galesong
Selatan Kabupaten Takalar. Makassar : Unuversitas Negeri Alauddin
Makassar.

Pertiwi Fitma. 2015. Skripsi. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Pendapatan Tenaga Kerja Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta.

Prihmantoro, Mirnaini. 2013. Memupuk Tanaman Buah. Jakarta: PT Penebar


swadaya.

Purwono dan Heni Purnamawati. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan


Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.

Purwono, M.S dam Rudi Hartono, S.P. 2008. Bertanam Jagung Unggul. Swadaya.
Jakarta.

Shinta. 2011. Ilmu Usahatani. Malang. Universitas Brawijaya.

Siagian, Ciktor, Resmayetir, Silvia Yuniarti, and Ismatul Hidayah. 2021. Analysis
of Factors That Influence Production and Cost of Corn in Banten Province.
Journal IConARD. : 1-9.

Sihombing, Agnesca. 2021. Pengaruh Penggunaan Sarana Produksi Terhadap


Pendapatan Usahatani Jagung (Zea mays L.) (Kasus Keluarahan
Tigabinanga, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo). Skripsi.
Universitas Sumatera Utara

Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta :


Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Siregar, Jun Verawa. 2009. Analisis Usahatani Jagung dan Sumbangannya


Terhadap Pendapatan Keluarga.

Sitompul, S. 2013. Analisis yang mempengaruhi pendapatan jagung. Buletin


Teknik Pertanian. Vol. 9. No. 1: 33-37.

Situmorang, T.S. 2010. Pengujian Mutu Benih. Balai Besar Benih dan Proteksi
Tanaman. Direktorat Jendral Perkebunan-Departemen Pertanian Medan..

PAGE \* MERGEFORMAT 11
Soekartawi. 2008. Prinsip Ekonomi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.

Soraya, Adinda N. Iskandarini, dan Satia Negara Lubis. 2015. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung (Studi Kasus :
Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat.

Sriyanto, S. 2010. Panen Duit dari Bisnis Padi Organik. Agro Media. Jakarta
Selatan

Sriyanto, S. 2010. Panen Duit dari Bisnis Padi Organik. Agro Media. Jakarta
Selatan

Suratiyah. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suroso. 2006. Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Usahatani Jagung. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Surviani.2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani


Jagung di Desa Bulu Cenrana Kacamatan Pita Riawa Kabupaten Sidenreng
Rappang Provinsi Sulawesi Selatan. Tesis. UM. Yogyakarta.

Susianti. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani


Jagung Manis. Jurnal. Universitas Taulako. Palu.

Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Jagung. CV. Nuansa Aulia.
Bandung. 208 hal.

Warisno dan Kres Dahana. 2010. Peluang Usaha dan Budidaya Jagung. PT.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Winardi dalam Firdaus 2013. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

PAGE \* MERGEFORMAT 11
KUESIONER PENELITIAN

ANALISIS SARANA PRODUKSI DAN FAKTOR PRODUKSI TERHADAP


PENDAPATAN PETANI JAGUNG (Zea maysL.)
(Studi Kasus: Desa Sukarame Kecamatan Munte Kabupaten Karo)

Tanggal Wawancara :

No Kuesioner

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Lama Bertanam Jagung : tahun

1. Kenapa petani di Desa Sukarame memilih menanam komoditi jagung?


Jawaban :

2. Varietas Jagung apa yang petani pakai di Desa Sukarame ?


Jawaban :

3. Bagaimana status garapan anda ?


a. Milik sendiri
b. Sewa, berapa harga sewa tiap satu musim tanam ?
c. Bagi hasil, bagaimana sistem bagi hasilnya?

4. Berapa modal yang di butuhkan untuk pengelolaan tanaman jagung ?


Jawaban :

PAGE \* MERGEFORMAT 11
5. Berapa biaya pupuk yang dikeluarkan dan jenis apa saja yang
digunakan?
Jenis pupuk Harga Dosis Waktu Pemakaian
Pupuk
Urea
SP 36
Phonska
SS (Ammophos)

6. Berapa pestisida yang di keluarkan dan jenis apa saja yang di


keluarkan?
Jenis Harga Dosis Waktu
Pestisida Pestisida Pemakaian
Convey
Decis

7. Berapa peralatan yang di keluarkan dan jenis apa saja yang di


keluarkan?
Jenis Harga Waktu
Peralatan Pemakaian
Cangkul
Kored
Sprayer

8. Bantuan apa saja yang telah diterima oleh kelompok usahatani?


a. Dari pemerintah ?
b. Dari swasta ?

9. Kemana hasil panen jagung yang di peroleh ?


a. Dijual, berapa? ........ kg

10. Berapa biaya tenaga kerja yang di keluarkan selama satu musim
tanam?
Keterangan Jumlah Tenaga Kerja
L/P Orang Hari Jam Upah (Rp)
Pengolahan
lahan
Pembibitan
Penanaman
Penyiangan

PAGE \* MERGEFORMAT 11
Gulma
Pemupukan
Penanggulangan
hama
Pemanenan
Pasca panen

PAGE \* MERGEFORMAT 11

Anda mungkin juga menyukai