HEPYCELSI MILGANI
CBA 118 075
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2022
i
ANALISIS KONTRIBUSI USAHATANI PADI SAWAH TADAH
HUJAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI
DI DESA PARARAPAK KECAMATAN DUSUN SELATAN
KABUPATEN BARITO SELATAN
HEPYCELSI MILGANI
CBA 118 075
Program Studi Agribisnis
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Disetuji Oleh :
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,
Tri Yuliana Eka Shinta, SP., M.Sc Trisna Anggreini, SP., M.Sc
NIP 19810705 200312 2 001 NIP 19801012 200312 2 001
Mengetahui :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan sebaik-
baiknya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sejak awal penyusunan proposal, pelaksanaan seminar proposal hingga
terselesaikannya proposal ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis dengan
kerendahan hati dan ketulusan, mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
2. Kedua orangtua tercinta bapak Jumadi dan ibu Aneka Thurisia atas segala doa
dan dukungannya kepada penulis selama pengerjaan proposal.
3. Dosen Pembimbing Utama Ibu Tri Yuliana E.S., SP,. M.Sc dan Dosen
Pembimbing Pendamping Ibu Trisna Anggreini, SP., M.Sc atas segala waktu,
pikiran, arahan dan saran dalam penyususan proposal ini.
4. Dosen Partisipan Ibu Eti Dewi Nopembereni dan Bapak Fandi K. P. Asiaka.,
S.Hut., M.Si atas segala saran dan masukannya guna perbaikan proposal ini.
5. Pimpinan Jurusan, Sekretaris Jurusan, Dosen dan staf Jurusan Sosial ekonomi
Pertanian dan staf Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya yang telah
membantu pada administrasi sehingga seminar proposal ini dapat terlaksana.
7. Bapak Riuhadi selaku Sekretaris Desa Pararapak yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan informasi serta data yang
diperlukan penulis.
8. Seluruh teman terdekat dan teman-teman angkatan 2018 yang juga telah
membantu baik memberi saran dan masukan serta semangat kepada penulis.
Akhir kata penulis berharap semoga proposal penelitian ini memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya dan informasi yang berguna bagi para pembaca
serta semua pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................. 9
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 10
2.1 Pertanian Lahan Basah......................................................................... 10
2.2 Padi Sawah Tadah Hujan..................................................................... 11
2.3 Skala Luas Lahan................................................................................. 12
2.4 Konsep Usahatani................................................................................ 13
2.5 Biaya Usahatani................................................................................... 14
2.6 Penerimaan Usahatani.......................................................................... 16
2.7 Pendapatan Usahatani.......................................................................... 17
2.8 Rumah Tangga Pertanian..................................................................... 17
2.9 Rumah Tangga Petani.......................................................................... 17
2.10 Pendapatan Rumah Tangga Petani....................................................... 18
2.11 Kontribusi Usahatani Terhadap Pendapatan
Rumah Tangga Petani.......................................................................... 19
2.12 Penelitian Terdahulu............................................................................ 19
2.13 Kerangka Berpikir................................................................................ 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 24
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 24
3.2 Metode Penentuan Sampel................................................................... 24
3.3 Metode Pengumpulan Data.................................................................. 25
3.4 Metode Pengolahan Data..................................................................... 26
3.5 Analisis Data........................................................................................ 26
3.6 Definisi Operasional............................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 31
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Ladang dan Padi
Sawah di Kalimantan Tengah 2020……………………………. 3
Tabel 3. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Padi Ladang dan Padi
Sawah Non-irigasi di Kabupaten Barito Selatan Menurut
Kecamatan Tahun 2021………………………………………… 5
iv
DAFTAR GAMBAR
v
1
Batas wilayah
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Penda Asam.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kalahien.
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung Jawa.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kalahien.
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa hanya sekitar 541 ha yang digunakan untuk
pertanian. Dimana penggolongan lahan sawah tadah hujan memiliki luas wilayah
sebesar 332 ha atau sekitar 1,62% luasnya terhadap luas keseluruhan penggunaan
lahan di Desa Pararapak.
Jumlah penduduk tahun 2021 Desa Pararapak adalah 1046 jiwa yang terdiri
atas laki-laki 553 jiwa dan 493 jiwa perempuan. Jumlah penduduk berdasarkan
kelompok umur dominan di umur 18 - > 65 tahun yang termasuk kedalam usia
produktif dengan berbagai mata pencaharian utama berupa petani dan pekebun.
Jenis persawahan yang ada di Desa Pararapak adalah sawah tadah hujan sehingga
petani disana hanya dapat melakukan 1 kali musim tanam yaitu pada bulan
Oktober-Maret. Belum bisa dilakukannya 2 kali musim tanam disebabkan oleh
jaringan irigasi serta drainase yang tersedia tidak terawat dan rusak akibatnya jika
hujan terjadi secara berlebihan maka akan terjadi banjir pada lahan sebaliknya jika
musim kemarau tidak ada tempat penampungan air dan lahan akan mengalami
kekeringan.
7
a. 1-3 32 96,97
b. 4-6 1 3,03
c. 7-8 -
5 Luas kepemilikan lahan
a. 0,5-1 20 60,61
b. >1 13 39,39
6 Status kepemilikan lahan
a. Beli 1 3,03
b. Milik sendiri -
c. Warisan 31 93,94
d. Sewa 1 3,03
Sumber: Data primer yang diolah, 2022
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa umur petani responden berkisar
antara 40 tahun (umur terendah) hingga 67 tahun (umur tertinggi). Usia responden
yang produktif sekitar 93% berkisar antara usia 41-50 tahun sebanyak 6 orang,
usia 51-64 tahun sebanyak 25 orang dan petani yang termasuk tidak produktif
(>65 tahun) hanya 6,06% atau sebanyak 2 orang. Umur petani tentunya sedikit
banyak berpengaruh pada aktifitasnya dalam kegiatan mengelola usahatani dan
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dari hal tersebut dapat diketahui
bahwa petani sawah tadah hujan di daerah penelitian tergolong dalam petani
produktif.
Berdasarkan penelitian petani responden padi sawah tadah hujan di Desa
Pararapak mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan laki-laki dari
segi fisik sudah tentu lebih kuat daripada perempuan sehingga kegiatan usahatani
berjalan dengan maksimal. Tidak adanya petani jenis kelamin perempuan dalam
penelitian ini disebabkan petani perempuan hanya menjadikan pekerjaan tani
sebagai pekerjaan sampingan guna membantu suami dalam mengelola usahatani
padi sawah tadah hujan disela melakukan perkerjaan utama yaitu sebagai ibu
rumah tangga.
Tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh petani responden rata-rata
sudah tamat SMP dan SMA dimana sebanyak 10 petani tamat SMP dan 23 petani
tamatan SMA. Bisa dilihat bahwa, tingkat pendidikan petani responden cukup
tinggi. Tentunya tingkat pendidikan sedikit banyak mempunyai pengaruh terhadap
pola pikir petani dalam mengelola kegiatan usahatani.
9
kebutuhan pangan sedangkan usahatani Nanas Parigi dan usahatani Karet sangat
berperan penting dalam memenuhi kebutuhan finansial petani.
2. Persemaian
Jenis varietas padi yang dibudidayakan oleh petani di Desa Pararapak
menggunakan varietas lokal dan varietas unggul yang didapatkan dari bantuan
pemerintah. Untuk varietas lokal ditanam yaitu Siam Pararapak, Siam Cantik, Si
Cangkir, Palui, Ketan, Siam Sanggul sedangkan varietas unggul berupa Rojolele,
Si Cangkir dan Pandan Wangi. Untuk varietas unggul diperoleh petani dari
12
Gambar 11. Tempat persemain pinggir jalan Gambar 12. Persemaian piggir jalan masuk
setapak desa
sekali apabila tidak ada bantuan pupuk dari pemerintah. Hal ini disebabkan
keterbatasan biaya karana harga pupuk cukup mahal dan bantuan dari pemerintah
terlampau lama. Akibatnya pemupukan yang dilakukan tidak berimbang sehingga
produksi padi menjadi tidak optimal.
6. Penyiangan
Pentingnya penyiangan dilakukan agar gulma pengganggu tanaman tidak
menghambat pertumbuhan padi sawah tadah hujan serta mengurangi risiko
kegagalan panen. Petani responden melakukan penyiangan gulma pada saat
pengolahan lahan agar tidak menghabat pertumbuhan bibit, penyiangan
berikutnya dilakukan secara berkala dengan cara manual maupun penyemprotan
menggunakan herbisida jika dirasa keberadaan gulma terlalu banyak.
7. Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Salah satu kegiatan yang sangat penting dilakukan saat padi ditanam hingga
mulai muncul bulir padi adalah pengendalian hama dan penyakit. Hal ini perlu
dilakukan agar hama dan penyakit bisa terkendali dan tidak menyebabkan
penurunan hasil panen terlebih menghindari kegagalan panen. Hama penyakit
yang sering umumnya menyerang tanaman padi sawah di Desa Pararapak adalah
hama tikus, wereng, walang sangit, belalang, burung pipit dan ulat gerayak.
Sedangkan untuk penyakit adalah kutu putih, kresek dimana pada kondisi ini
tanaman padi sawah pada tepian daunnya berwarna keabu-abuan lalu merambat
ke arah tulang daun hingga seluruh daun akan tampak mengering. Serangan
penyakit berikutnya adalah tanaman padi sawah muncul bercak coklat pada daun
mengakibatkan tanaman padi sawah menjadi layu dan mati.
Untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit tersebut, petani di Desa
Pararapak menggunakan pestisida dan obat seperti Sidabas, furadan, Dharmabas,
Klerat bahkan Bestok. Meskipun demikian, petani tetap mengeluhkan serangan
penyakit tanaman yang sampai saat ini masih belum bisa diatasi secara maksimal,
bahkan petani berulang kali melapor pada PPL melewati ketua kelompok terkait
kondisi tersebut agar dimendapatkan solusi akan tetapi juga masih belum
mendapatkan solusinya sehingga setiap kali memasuki musim tanam serangan
penyakit tanaman selalu dialami oleh sebagian besar petani di Desa Pararapak.
15
8. Pengairan
Tujuan utama pengairan pada suatu lahan persawahan adalah untuk
membasahi tanah dan menciptakan keadaan yang lembab pada lahan dan
memenuhi kebutuhan air bagi tanaman padi. Selain itu, dengan tersedianya irigasi
dan saluran drainase yang baik tentunya akan sangat bermanfaat bagi lahan dan
tanaman baik dari segi kesuburan tanah, mengatur suhu tanah dan tanaman,
membantu penyerapan unsur-unsur tanah yang diperlukan tanaman padi.
Sistem pengairian di daerah Desa Pararapak dari hasil wawancara dan
observasi langsung lahan persawahan hanya mengandalkan air hujan sebagai
sumber air utama. Di mana lahan sawah akan dibuat bedengan dengan tinggi ±
30-50 cm mengikuti bentuk sawah sehingga air hujan bisa tertampung dan
menggenangi lahan sawah.
Gambar 16. Bedengan yang ditanami pohon Gambar 17. Bedengan yang ditanami pohon
karet pisang
Pada gambar 14, 16 dan 17 bedengan-bedengan yang telah dibuat selain untuk
menampung air hujan, umumnya petani di Desa Pararapak memanfaatkannya
sebagai tempat menanam sayuran seperti Katu, Ubi Jalar, Ubi Kayu, Kacang
panjang atau ditanami pohon Karet dan pohon Pisang.
16
Kondisi lahan sawah petani pada saat musim hujan akan tergenangi secara
sempurna, namun yang menjadi kendala adalah ketika memasuki musim kemarau
maka lahan mengalami kekeringan. Hal ini terjadi sebab jaringan irigasi dan
saluran drainase yang ada tidak terawat dan rusak, inilah yang menyebabkan
petani di Desa Pararapak tidak bisa melakukan 2 kali musim tanam dalam 1 tahun.
Gambar 18 Gambar 19
Gambar 20 Gambar 21
Gambar 22 Gambar 23
Dengan rusak dan tidak terawatnya jaringan irigasi serta drainase yang ada di
Desa Pararapak menyebabkan lahan persawahan menjadi banjir saat curah hujan
tinggi dan pada saat musim kemarau lahan akan mengalami kekeringan.
Berdasarkan hasil wawancara petani cenderung enggan dan tidak ingin
memanfaatkan lahan sawahnya pada musim kemarau untuk ditanami tanaman
palawija akibat dari kondisi irigasi dan drainase yang rusak.
17
9. Penen
Waktu penen untuk varietas lokal yang ditanami oleh petani responden
berkisar diantara 150-240 HTS atau 5-8 bulan. Kegiatan panen yang dilakukan
oleh petani di Desa Pararapak secara umum masih sangat sederhana yaitu
menggunakan ani-ani, kegiatan panen memerlukan waktu yang berpariasi
tergantung dengan luas lahan dan jumlah tenga kerja. Rata-rata petani dengan luas
lahan 0,5-1 ha memerlukan tenaga kerja upah sebanyak 2-5 orang dan petani
dengan luas lahan >1 ha memerlukan 6-10 orang dengan biaya upah sebesar Rp
70.000 – Rp 75.000/1 hari orang kerja (HOK) adanya perbedaan upah ini karena
jika tenaga kerja upah ditanggu makan maka upah kerjanya sebesar Rp 70.000/1
HOK dan apabila makannya tidak ditanggung maka upahnya sebesar Rp 75.000/1
HOK untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 3.
10. Pasca Panen
Kegiatan pasca panen dilakukan oleh petani responden diantaranya
perontokan, pengeringan dan pengangkutan. Perontokan adalah kegiatan
memisahkan bulir padi dari batangnya yang dilakukan dengan cara padi hasil
panen akan di injak-injak hingga rontok kegiatan ini disebut ngi’ik parei. Desa
Pararapak sebenarnya juga sudah memiliki alat mesin perontok bantuan dari
pemerintah agar memudahkan petani dalam melakukan perontokan. Namun
jumlah mesin perontok masih sangat minim, setiap kelompok tani hanya diberikan
1 unit mesin perontok sehingga para petani harus bergantian. Akibatnya petani
cukup enggan jika harus saling tunggu menunggu untuk menggunakan mesin
perontok. Selanjutnya pengeringan dilakukan dengan menjemur padi dari hasil
perontok guna mengurangi kadar air dalam padi. Kemudian yang terakhir proses
pengangkutan hasil panen dari lahan sawah ke rumah masing-masing untuk
disimpan.
Hal menarik lainnya dalam pasca panen adalah petani melakukan pemanenan
kembali kepada sisa-sisa padi yang belum sempat terpanen kegiatan ini sering
disebut masi jurang, aktivitas ini biasanya dilakukan ketika petani sudah selesai
dengan kegiatan perontokan dan pengangkutan, dan biasanya dalam aktivitas
18
masi jurang ini ada beberapa petani lain yang juga ikut melakukan pemanenan
dan hasil panennya diambil untuk petani tersebut.
2.685 kg/musim tanam. Untuk hasil produksi beras rata-rata petani yang memiliki
luas lahan 0,5-1 ha menghasilkan 725 kg/musim tanam lalu petani dengan luas
lahan >1 ha rata-rata memperoleh 1.611 kg/musim tanam. Rata-rata penerimaan
usahatani padi sawah tadah hujan di Desa Pararapak untuk luas lahan 0,5-1 ha
sebesar Rp 8.066.520/musim tanam dan untuk luas lahan >1 ha sebesar Rp
15.738.910/musim tanam dengan harga jual rata-rata Rp 11.778/kg untuk luas
lahan > 1 ha dan luas lahan 0,5-1 ha rata-rata Rp 12.222/kg. Dari seluruh petani
responden terdapat 1 petani yang hanya menjual GKG dengan harga Rp
80.000/belek atau Rp 7.272/ tidak terdapat alasan khusus kenapa menjual GKG
hanya saja petani memang lebih senang menjual GKG daripada beras.
Tabel 12. Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Petani untuk Luas Lahan
0,5-1 ha di Desa Pararapak Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten
Barito Selatan
No sampel Penerimaan Total biaya Pendapatan
1 9.599.760 5.289.000 4.310.760
2 6.799.800 5.022.786 1.777.014
3 7.800.000 5.922.643 1.877.357
Jumlah 24.199.560 16.234.429 7.965.131
Rata-rata 8.066.520 5.411.476 2.655.044
Sumber: Data primer yang diolah, 2022
Tabel 13. Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Petani untuk Luas Lahan >
1 ha di Desa Pararapak Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten
Barito Selatan
No sampel Penerimaan Total biaya Pendapatan
1 13.749.450 13.446.357 303.093
2 21.000.000 12.455.500 8.544.500
3 16.206.190 12.228.357 3.977.833
4 12.000.000 11.341.214 658.786
Jumlah 62.955.640 49.471.429 13.484.211
21
memilih untuk tidak menjual hasil produksinya inilah sebabnya jika dilihat secara
hitung-hitungan biaya petani mengalami kerugian. Namun, kebanyakan petani
masih menyatakan bahwa melakukan kegiatan usahatani padi sawah tadah hujan
ini menguntungkan meski dari segi aspek pangan karena mereka tidak harus
membeli beras setiap bulannya, sehingga uang mereka bisa digunakan untuk
membeli keperluan rumah tangga yang lain.
V.3.4. Pendapatan Usahatani Off Farm dan Non Farm Petani Padi Sawah
Tadah Hujan di Desa Pararapak Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten
Barito Selatan
Berdasarkan observasi terhadap petani di Desa Pararapak Kecamatan Dusun
Selatan Kabupaten Barito Selatan umunya hanya memfokuskan aktivitasnya pada
kegiatan usahatani baik itu padi dan nanas, namun ada beberapa petani yang
mempunyai pekerjaan diluar pertanian. Meskipun begitu, pekerjaan tersebut
hanya dilakukan oleh sebagian petani, dari 33 petani responden ada 2 petani yang
melakukan pekerjaan sampingan sebagai tukang dan ada 3 petani dengan
pekerjaan sampingan sebagai pedagang. Karena penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pendapatan beserta kontribusinya terhadap rumah tangga petani, maka
perhitungan pendapatan Off farm dan Non Farm harus dimasukkan juga dalam
perhitungan pendapatan total petani tersebut. Untuk mengetahui pendapatan off
farm dan Non farm dapat dilihat pada tabel 15:
Tabel 15. Pendapatan Off Farm dan Non Farm Petani Padi Sawah Tadah
Hujan di Desa Pararapak Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten
Barito Selatan
Rata-rata
No Jenis pendapatan Pendapatan
pendapatan
1 Usahatani Nanas Parigi 96.400.000 2.921.212
2 Usahatni Karet 22.850.000 692.424
3 Luar Pertanian 8.260.000 250.303
Sumber: Data primer yang diolah, 2022
Pendapatan off farm dan non farm ini merupakan pendapatan bersih yang
diketahui melalui pendekatan pengeluaran petani dalam satu bulannya sudah
dikurangi dengan biaya pengeluaran per satu bulannya. Dari tabel 15 telah
diketahui pendapatan rata-rata usahatani Nanas Parigi sebesar Rp 2.921.212, rata-
rata pendapatan usahatani Karet sebesar Rp 692.424 dan pendapata rata-rata luar
23
sawah tadah hujan. Di mana pola pikir petani masih bersifat non komersil dan
hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, petani tidak
memikirkan tentang kerugian usahatani bila tidak dijual akan tetapi yang
terpenting bagi petani adalah mereka tidak perlu harus membeli beras sebelum
musim tanam berikutnya. Kemudian usahatani yang dipilih untuk menunjang
kebutuhan finansial rumah tangga petani adalah usahatani Karet sebesar 15,34%
dan usahatani Nanas Parigi sebesar 64,72%.
VI. PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Gambaran pengelolaan usahatani padi sawah tadah hujan di Desa Pararapak
Kecamatan Dusun Selatan Kabupaten Barito Selatan masih tradisional
karena hampir sebagian besar petani dalam aktivitasnya mengolah lahan
sampai dengan pasca panen masih dengan cara yang tradisional meskipun
sudah ada bantuan alsintan dari pemerintah daerah tetap saja hal itu masih
dianggap belum cukup oleh petani. Kemudian beberapa jembatan kayu
untuk akses menuju lahan sawah juga ada yang rusak hal ini tentu cukup
menyulitkan petani, lalu rusak dan tidak terpeliharanya jaringan irigasi dan
drainase membuat lahan sawah akan banjir saat curah hujan tinggi
sebaliknya jika musim kemarau tiba lahan akan mengalami kekeringan
akibatnya petani bisa mengalami gagal panen serta sulit melakukan 2 kali
musim tanam. Hal ini pula yang menyebabkan lahan sawah di Desa
Pararapak kurang cocok untuk ditanami padi varietas unggul dan petani juga
enggan menanam tanaman palawija saat musim kemarau.
2. Kegiatan usahatani padi sawah tadah hujan dengan luas lahan 0,5-1 ha
memiliki rata-rata penerimaan sebesar Rp 8.066.520/musim tanam lalu total
biaya rata-rata Rp 5.411.476/musim tanam dan pendapatan rata-rata sebesar
Rp 2.655.044/musim tanam, sedangkan untuk luas lahan > 1 ha mempunyai
penerimaan rata-rata sebesar Rp 15.738.910/musim tanam, kemudian total
biaya rata-rata sebesar Rp 12.367.857/musim tanam dan pendapatan rata-
rata sebesar Rp 3.371.053/musim tanam. Dari hasil ini bisa disimpulkan
25
bahwa luas lahan yang dimiliki oleh petani memiliki pengaruh terhadap
penerimaan, total biaya dan pendapatan.
3. Kontribusi pendapatan usahatani padi sawah tadah hujan terhadap
pendapatan rumah tangga pentani di Desa Pararapak masuk kedalam
kategori sangat rendah karena hanya sebesar 14,40% dari pendapatan rumah
tangga petani, off farm sebesar 80,06% terhadap pendapatan rumah tangga
dan non farm sebesar 5,55% terhadap pendapatan rumah tangga.
VI.2. Saran
Berdasarkan beberapa kesimpulan maka saran yang dapat penulis
sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi petani padi sawah tadah hujan di Desa Pararapak Kecamatan Dusun
Selatan Kabupaten Barito Selatan dalam melakukan kegiatan usahatani ini
hanya bersifat non komersil saja melainkan agar melakukan usahatani padi
sawah tadah hujan yang bersifat semi komersil, karena secara perhitungan
usahatani padi sawah tadah hujan dapat dikatakan menguntungkan bagi
petani.
2. Bagi pemerintah terutama instansi terkait agar dapat memberikan gambaran
tentang usahatani bersifat semi komersil, memberikan informasi pasar,
motivasi dan semangat dalam bentuk dukungan penyuluhan ke arah sistem
pertanian yang maju serta memberikan bantuan modal, alsintan dan saprodi
yang sesuai kepada petani, kemudian juga memperhatikan sarana prasarana
seperti jaringan irigasi dan drainase agar lahan persawahan tidak mengalami
banjir saat curah hujan tinggi serta tidak mengalami kekurangan air saat
musim kemarau sehingga petani bisa melakukan 2 kali musim tanam yang
tentunya akan berdampak sangat baik untuk peningkatan produksi dan
pendapatan petani.
26
DAFTAR PUSTAKA
Fadel Amili, Asda Rauf, Yanti Saleh, 2020. Analisis Pendapatan Usahatani Padi
Sawah (Oryza Sativa, L) Serta Kelayakannya Di Kecamatan Mootilango
Kabupaten Gorontalo. Jurnal Agrinesia Vol. 4 No. 2 Maret 2020.
Guthrie, R.L. 1985. Characterizing and classifying wetland soils in relation to
food production. Dalam: Wetland soils Characterization, classification,
and utilization. Proc. Workshop IRRI-SMSS-Bureau of Soils, Philippine
Ministry of Agriculture. hal- 11-20.
Hadisapoetra, 2003. Pembangunan Pertanian. FP UGM Press. Yogyakarta.
Hamdan, Wihardjaka, dan Achmad, 2009. Menggali Potensi Produksi Padi
Sawah Tadah Hujan. BBPADI.
Hastuti DHD dan Rahim ABD. 2008. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomik
Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hasyim, Silvira, Hasman, and Lily Fauzia, 2013. "Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Produksi Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Medang,
Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara)." Journal of
Agriculture and Agribusiness Socioeconomics, vol. 2, no. 4, Apr. 2013.
Hatta, Heliza Rahmania, dkk, 2018. Jurnal. Sistem Pakar Pemilihan Tanaman
Pertanian untuk Lahan Kering. Mulawarman University Press. Samarinda.
Hero Saputra, 2018. Analisis Pendapatan Usahatani Padi Sawah di Daerah
Irigasi Tampa Kecamatan Paku Kabupatan Barito Timur. Skripsi.
Hidayatulloh, Noor Insan, Sudrajat, 2022. “Analisis Kelayakan Usahatani Padi
Sawah Tadah Hujan Di Desa Capar Kecamatan Salem Kabupaten
Brebes.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh, Vol 9, No 1. 2022.
Irawan, B. (2015). Dinamika produksi padi sawah dan padi gogo: Implikasinya
terhadap kebijakan peningkatan produksi padi. Badan Litbang Pertanian
http://www. litbang. pertanian. go. id/buku/swasembada.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2020. Outlook Ekonomi
Pertanian 2021: Perkuat Pembangunan Sektor Pertanian. Jakarta: Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian.
Kementerian Pertanian, 2020. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
No. 07 Tahun 2020 Tentang Pedoman Umum Supervisi dan
Pendampingan Pelaksanaan Program dan Kegiatan Utama Kementerian
Pertanian Tahun Anggaran 2020. Jakarta.
Kementerian Pertanian. 2020. Statistik Pertanian 2019. Jakarta: Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian.
Kiki Resky A. 2018. Persepsi dan Literasi Petani Padi Sawah Tadah Hujan
Terhadap Adaptasi Perubahan Iklim di Kecamatan Polongbangkeng
Selatan Kabupaten Takalar. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Makassar. 2018
28