Anda di halaman 1dari 53

SKRIPSI

ANALISIS KELAYAKANAN USAHA PEMBIBITAN KELAPA


SAWIT DI DESA EMBALA KECAMATAN PARINDU
KABUPATEN SANGGAU

BONIFASIUS PANJI SETIAWAN


NIM. C1022181038

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
SKRIPSI

ANALISIS KELAYAKANAN USAHA PEMBIBITAN KELAPA


SAWIT DI DESA EMBALA KECAMATAN PARINDU
KABUPATEN SANGGAU

BONIFASIUS PANJI SETIWAN


NIM. C1022181038

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
SKRIPSI
ANALISIS KELAYAKANAN USAHA PEMBIBITAN KELAPA
SAWIT DI DESA EMBALA KECAMATAN PARINDU
KABUPATEN SANGGAU

Oleh:
BONIFASIUS PANJI SETIAWAN
NIM. C1022181038

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Tim Pembimbing
Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Dr. Ir. Adi Suyatno, MP Josua Parulian Hutajulu, S.Si,MM


IP. 196306251991031001 NIP. 196812161994021001

Disahkan Oleh :
Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Dr Ir. Erlinda Yurisinthae, M.P


NIP. 197001031994022001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan, lindungan, serta bimbingan
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
kelayakan usaha Pembibitan Kelapa Sawit Di Desa Embala Kecamatan Parindu
Kabupaten Sanggau” tepat pada waktunya.

Penulisan proposal penelitian ini merupakan satu diantara syarat yang harus di
penuhi guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Adi Suyatno,
MP. selaku Dosen Pembimbing Pertama dan Joshua Parulian Hutajulu, S.Si, MM. selaku
Dosen Pembimbing Kedua yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan sejak awal hingga akhir selesainya penulisan proposal
penelitian ini. Selain itu, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Denah Suswati, M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura.
2. Dr. Dra. Hj. Eva Dolorosa, MM, M.Sc selaku Dosen penguji pertama dan selaku
wakil dekan bidang kemahasiawaan yang telah bersedia memberikan masukan dan
saran kepada penulis.
3. Anita Suharyani, SP., MP selaku Dosen penguji kedua yang telah bersedia
memberikan masukan dan saran kepada penulis.
4. Seluruh Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Prodi Agribisnis Universitas
Tanjungpura Pontianak yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis
selama masa kuliah.
5. Kedua orang tua tercinta Bapak Semiu dan Ibu Martalia serta Kakak tercinta Maria
Marinda dan Flaviani kelly dan Adik tercinta Leonides Revo, atas cucuran keringat,

i
kesabaran, dukungan moril dan material serta doa dan semangat yang selalu diberikan
kepada penulis.
6. Untuk seluruh keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih
atas bantuan doa dan kasih sayangnya kepada penulis.
7. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Prodi Agribisnis
Universitas Tanjungpura angkatan 2018 yang memberikan semangat, bantuan, dukungan
dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki penulisan di masa mendatang.
Akhir kata penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Pontianak, Juli 2022

Bonifasius Panji Setiawan


C1022181038

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...............................................................................................................iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vi

BAB 1 ........................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Ientifikasi Masalah ................................................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 6

BAB II .......................................................................................................................... 7

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 7

A. Landasan Teori...................................................................................................... 7

1. Usaha Tani kelapa sawit ........................................................................................ 7

2. Pembibitan Kelapa Sawit ....................................................................................... 7

3. Pendapatan ........................................................................................................... 11

4. Kelayakan Usaha.................................................................................................. 15

B. Penelitian Terdahulu ............................................................................................ 15

C. Kerangka Konsep ................................................................................................ 17

BAB III ....................................................................................................................... 19

METODE PENELITIAN .......................................................................................... 19

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... 19

B. Pelaksanaan Penelitian......................................................................................... 19

iii
1. Populasi dan Sampel ............................................................................................ 19

2. Sumber dan Metode Pengumpulan Data .............................................................. 20

C. Variable Penelitian .............................................................................................. 21

1. Biaya (cost) ......................................................................................................... 21

2. Manfaat (Benefit)................................................................................................. 22

D. Teknis Analisis Data ........................................................................................... 23

1. Analisis Pendapatan............................................................................................. 23

2. Analisis Kelayakan .............................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 25

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. luas Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit 2018-2021 .................................. 2
Table 2. Wilayah Replanting di Kalimantan Barat Tahun 2020 ............................... 3
Table 3. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 16

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik luas lahan tanaman perkebunan kelapa sawit 2018-2019 ........... 2
Gambar 2. Kerangka Konsep .................................................................................... 18

vi
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dimana masyarakatnya sebagian besar
bekerja disektor pertanian. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan
kesejahteraan dan ketahanan pangan bagi masyarakat indonesia, maka dari itu petani
menjadi peran yang sangat penting bagi negara indonesia sebagai ujung tombak dalam
mewujudkan ketahan pangan. Perkebunan merupakan salah satu jenis sektor pertanian
yang didalam nya terdapat berbagai jenis komoditas tanaman perkebunan tahunan dan
tanaman perkebunan semusim. Komoditas perkebunan merupakan andalan bagi
pendapatan nasional dan devisa negara, dimana total ekspor perkebunan pada tahun 2018
mencapai 28,1 miliar dolar atau setara dengan 393,4 Triliun rupiah. Kontribusi sub sektor
perkebunan terhadap perekonomian nasional diharapkan semakin meningkat
memperkokoh pembangunan perkebunan secara menyeluruh (www.ekon.co.id).
Perkebunan kelapa sawit adalah salah satu jenis komoditas tanaman perkebunan tahunan
karena kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki umur tanam yang cukup lama
yaitu >25 tahun dan pemungutan hasil nya dilakukan lebih dari 1 kali serta tidak dibongkar
sekali panen. Kelapa sawit menjadi penghasil devisa terbesar bagi Indonesia oleh karena
itu komoditas ini dijadikan komoditas unggulan bagi pemerintah untuk meningkatkan
perekonomian Negara Indonesia.

Perkembangan kelapa sawit dikalimantan barat dimulai pada tahun 1980an yang
di rintis melalui proyek perkebunan inti rakyat (PIR) yang dikelola oleh PT. Perkebunan
Nusantara (PTPN XIII). Perkebunan sawit model inti rakyat adalah model kemitraan
perusahaan dengan petani lokal. Semakin tahun semakin meluasnya perkebunan kelapa
sawit yang ada di Kalimantan dan menyebar di setiap kabupaten/kota yang ada di
Kalimantan barat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat luas
lahan Perkebunan Kelapa Sawit. Terdapat 3 kabupaten yang memiliki luas lahan
perkebuan kelapa sawit terluas pada 4 tahun terakhir, yaitu kabupaten ketapang sanggau
dan bengkayang. Terjadinya perluasan perkebunan kelapa sawit ini tentunya karena dapat
1
2

meningkatkan perekonomian negara karna nilai ekonomi tanaman ini cukup tinggi dan
berdaya saing. Adanya industri kelapa sawit ini juga akan menopang kehidupan
masyarakat, seperti menyediakan lapangan pekerjaan sehingga dapat membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Data luas perkebunan kelapa sawit dikabupaten
Sanggau, ketapang dan bengkayang dapat di lihat pada data tabel berikut.

Tabel 1. luas Tanaman Perkebunan Kelapa Sawit 2018-2021

Kabupaten/Provinsi 2018 2019 2021


Sanggau 149 597 Ha 149 864 Ha 139 859 Ha
Ketapang 103 640 Ha 278 889 Ha 263 242 Ha
Bengkayang 98 417 Ha 98 417 Ha 49 433 Ha
Kalimantan Barat 564 338 Ha 746 602 Ha 697 182 Ha
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

Berdasarkan data Tabel 1. diatas dapat kita lihat pada tahun 2019 terjadi kenaikan
luas lahan perkebunan kelapa sawit dari 564 338 Ha menjadi 746 603 Ha, akan tetapi pada
tahun 2021 mengalami penurunan jumlah luas lahan kelapa sawit menjadi 697 182 Ha.
Lebih jelas dapat kita lihat perbandingannya pada gambar grafik dibawah ini.

Gambar 1. Grafik luas lahan tanaman perkebunan kelapa sawit 2018-2019

Grafik luas lahan tanaman perkebunan kelapa sawit 2018-


2021
800,000
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
0
sanggau ketapang bengkayang kalimantan barat

2018 2019 2021


3

Penurunan jumlah luas lahan mempengaruhi jumlah produksi kelapa sawit.


Terdapat beberapa alasan berkurangnya jumlah luas lahan kelapa sawit yaitu terjadinya
kebakaran lahan perkebunan kelapa sawit, dilakukan nya pembangunan permukiman,
industri dan infrastruktur sosial seperti sekolah, rumah sakit dan jalan raya, dan dapat
pula disebab kan karena turun nya harga pembelian tanda buah segar, ditambah lagi karena
banyak tanaman sudah memasuki masa peremajaan atau tanaman tua. Tanaman yang
sudah tua sangat perlu untuk dilakukan peremajaan atau proses replanting dengan tujuan
untuk mempertahankan produktifitas kelapa sawit itu sendiri. Dikalimantan barat sendiri
terdapat beberapa kabupaten yang sudah di programkan untuk dilakukannnya proses
replanting. Data kabupaten siap replanting dapat di lihat pada tabel dibawah ini.

Table 2. Wilayah Replanting di Kalimantan Barat Tahun 2020

No Kabupaten Luas lahan replanting (Ha)


1 Landak 16.125.00
2 Kubu Raya 9.302.20
3 Sanggau 9.250.20
4 Melawi 3.988.20
5 Kayong utara 2.458.20
Jumlah 41.125.80
Sumber: working paper 1 – 2020 penilaian program peremajaan kelapa sawit untuk
mendukung kebijakan green fuel (Alin Halimatussadiah Atiqah A. Siregar Faizal R.
Moeis Rafika F. Maulia) 2020.

Berdasarkan data diatas menjelaskan bahwa lahan perkebunan kelapa sawit


dikalimantan barat siap untuk dilakukan proses replanting. Tanaman kelapa sawit yang
siap di replanting adalah ketika umur tanaman sudah tua yaitu > 25 tahun, produktivitas
semkin rendah, ketinggian tanaman >12 meter dan kerapatan tanaman rendah. Dengan
ada nya proses replanting maka di perlukannnya jumlah bibit kelapa sawit yang sesuai
dengan kebutuhan dan siap untuk di tanaman kembali pada lahan yang dilakukan
replanting, sehingga usaha pembibitan kelapa sawit adalah usaha yang membantu dalam
mensukseskan program replanting di kalimantan barat.
4

Mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit yang baik dan bermutu sangat
diperlukan teknik budidaya yang baik dan benar. Aspek yang sangat di perhatikan pada
proses pembudidayaan kelapa sawit adalah proses awal pembudidayaan yaitu pembibitan
kelapa sawit. Usaha pembibitan kelapa sawit merupakan usaha yang sangat penting bagi
petani, karena dapat membantu para petani untuk mendapatkan bibit kelapa sawit yang
berkualitas baik. Pertumbuhan bibit yang baik merupakan faktor penentu untuk
memperoleh tamanan yang baik untuk tumbuh dilapangan. Teknik pembibitan kelapa
sawit yang baik dan benar akan menghasilkan produksi tanaman kelapa sawit yang
berkualitas baik dari segi jumlah dan mutu, maka sangat perlu untuk melakukan tindakan
yang selektif dalam memilih bibit kecambah sebelum dilakukan nya penanaman
dilapangan, selain mengatur jarak antar tanaman dan perawatan tanaman selama masih
dalam polibek.

Permasalahan yang sering terjadi oleh para petani sekarang ini adalah petani tidak
mengetahui bagaimana memilih bibit yang unggul atau yang palsu. Bibit kelapa sawit
yang baik dan bersertifikat adalah bibit yang berasal dari Pusat Pembibitan Kelapa Sawit
(PPKS) baik bibit yang berupa bibit kecambah maupun bibit yang siap tanam. Untuk
mendapatkan bibit yang baik dan berkualitas sangat sulit bagi masyarakat dan petani,
ditambah lagi banyak beredar bibit kecambah kelapa sawit yang palsu dan sudah beredar
di kalangan masyarakat yang lebih mudah untuk di dapatkan dibandingkan bibit kelapa
sawit yang langsung dari (PPKS), sehingga banyak masyarakat dan petani yang lebih
memilih membeli bibit palsu untuk memulai berbudidaya tanaman kelapa sawit tanpa
mengetahui tingkat keberhasilan dan kerugian yang akan dialami, dan yang perlu kita
ketahui pemilihan bibit kecambah yang unggul merupakan kunci keberhasilan dalam
budidaya kelapa sawit. Oleh sebab itu, usaha pembibitan sangat di perlukan untuk
membantu para petani melakukan pembudidayaan tanaman kelapa sawit dengan
menggunakan bibit yang berkualitas sehingga dapat menguntungkan bagi para petani.

Usaha pembibitan merupakan usaha yang cukup menguntungkan di kalangan


masyarakat atau petani, hal ini dikarenakan hasil produksi pada tanaman kelapa sawit ini
sangat di butuh kan oleh pasar dunia, dan akan terus mengalami keberlanjutan dalam
5

membudidaya nya untuk mendapatkan hasil produksi kelapa sawit tersebut. Dapat kita
ketahui pula pada tanaman kelapa sawit dilakukan pula kegiatan replanting untuk
mempertahankan hasil produksi kelapa sawit, hal tersebut juga menjadi alasan yang tepat
untuk dilakukan nya pembibitan kelapa sawit, karena proses replanting kelapa sawit akan
dinyatakan berhasil apabila bibit kelapa sawit yang digunakan tumbuh dengan baik dan
pada hakikat nya tanaman yang kuat, subur dan menghasilkan buah yang melimpah adalah
tanaman yang berasal dari bibit yang baik dengan kualitas yang sudah terbukti keaslian
nya. Keuntungan yang selalu di peroleh oleh para petani kelapa sawit dalam membudidaya
kelapa sawit ini membuat para petani ingin terus melakukan pembudidayaan kelapa sawit,
dan usaha pembibitan kelapa sawit adalah kunci untuk memulai itu semua. Melihat begitu
pentingnya usaha pembibitan dalam budidaya kelapa sawit ini, maka sangat diperlukan
ide usaha pembibitan kelapa sawit yang dapat di kembangkan sesuai dengan standarisasi
pembibitan kelapa sawit yang pada akhirnya dapat memunculkan peluang usaha dan
kesejahteraan bagi petani dan masyarakat.

Mengembangkan sebuah usaha sangat perlu diperhatikan segala resiko dan


kendala kedepannya yang akan kemungkinan bisa terjadi, maka dalam membuat suatu
usaha harus memiliki keberanian dalam menghadapi resiko agar bisa mengantisipasi
segala kerugian yang akan terjadi. Untuk memperkecil segala resiko yang kemungkinan
bisa terjadi maka sangat di perlukan analisis kelayakan usaha pembibitan kelapa sawit
untuk merencanakan usaha secara sitematis segala kegiatan usaha yang akan di jalankan,
dengan demikian dapat diketahui apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk dijalakan
pada periode selanjutnya. Tujuan utama studi kelayakan adalah untuk mengetahui apakah
ide bisnis tersebut dapat dilaksanakan. Jika ide bisnis ditemukan layak, rencana bisnis
dapat disusun untuk mendapatkan dukungan keuangan (Wizznotes. 2017).
Mengembangkan usaha pembibitan kepala sawit dari awal proses pemilihan bibit,
persemaian bibit, perawatan bibit, hingga bibit siap untuk ditanam pada areal perkebunan
kelapa sawit, hal ini sangat memberikan nilai positif untuk memperoleh keuntungan yang
maksimal. Menjalankan bisnis atau usaha pembibitan kelapa sawit ini, pemilik usaha
harus memiliki modal, lahan, dan pengalaman kerja di bidang pembibitan kelapa sawit.
6

Bentuk kegiatan usaha ini sangat cocok dan mudah dilakukan oleh perorangan atau
kelompok. Kelebihan dari bisnis ini adalah modal dan areal yang digunakan relatif kecil.

Berdasarkan penjelasan diatas dan melihat di desa embala kecamatan parindu


kabupaten sanggau yang sanggat cocok untuk dilakukan nya usaha pembibitan kelapa
sawit,terutama lokasi desa ini memiliki potensi lahan yang masih dapat digunakan untuk
melakukan pembudidayaan tanaman kelapa sawit, serta dekat dengan kantor Pusat
Pembibitan Kelapa Sawit (PPKS), maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian
tentang pembibitan kelapa sawit dengan judul analisis kelayakan usaha pembibitan
kelapa sawit di desa embala kecamatan parindu kabupaten sanggau.

Seperti halnya berbagai macam jenis usaha, para pelaku usaha pembibitan kelapa
sawit tentulah menginginkan agar usaha mereka dapat menguntungkan. Kiranya dengan
dilakukannya analisis kelayakan usaha untuk usaha pembibitan kelapa sawit, para petani
rakyat atau pun masyarakat yang melakukan usaha pembibitan kelapa sawit dapat melihat
layak atau tidak usahatani yang sedang dikelolanya, serta dapat menjadi teladan bagi calon
pengusaha maupun pelaku usaha pembibitan kelapa sawit untuk dapat membuat
perhitungan-perhitungan dalam mengelola usahanya sehingga hasil yang diperoleh bisa
optimal dan tentunya bisa memberikan keuntungan.

B. Ientifikasi Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah
apakah usaha pembibitan kelapa sawit layak atau tidak untuk dikembangkan di desa
embala kecamatan parindu kabupaten sanggau?.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah disampaikan
diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui layak atau tidaknya
mengembangkan sebuah usaha pembibitan kelapa sawit hingga siap untuk dijual atau
ditanam pada areal perkebunan sawit di desa embala kecamatan parindu kabupaten
sanggau yang ditinjau dari analisis kelayakan usaha.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Usaha Tani kelapa sawit
Menurut Kadarsan dalam Shinta (2011), usahatani adalah suatu tempat dimana
seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam,
tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan
sesuatu di lapangan pertanian. Usaha tani adalah kegiatan yang dilakukan oleh petani
dalam memanfaatkan segala unsur sumber daya yang ada dengan efisien dan efektif agar
memperoleh hasil yang maksimal dalam usaha nya.

Usahatani kelapa sawit adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh petani kelapa
sawit dalam menjalakan segala kegiatan untuk meningkatkan produktifitas kelapa sawit
dengan mengelola dan menjalakan segala unsur yang terkait seperti pengolahan,
perawatan, permodalan dan manajemen usaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Faktor kegiatan sosial khusus adalah yang paling berpengaruh terhadap perkembangan
dan kemanfaatan, beberapa faktor yang memiliki dampak terdekat antara lain: pembibitan,
lahan pembukaan, penanaman kembali, penanaman tanah penutup, penanaman dan
penyemaian kelapa sawit dan penyangga tanaman (Mangoensoekarjo, 2008).

2. Pembibitan Kelapa Sawit


Pembibitan adalah langkah awal yang harus dilaksanakan sebelum melakukan
pembudidayan tanaman. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan
dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi
cekaman lingkungan saat pelaksanaan trans planting. Untuk menghasilkan bibit yang baik
dan berkualitas diperlukan pengolahan yang intensif selama tahap pembibitan. Dalam
pengelolaan pembibitan diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan sekaligus
kontrol selama pelaksanaan dilapangan (Sulistyo Dkk, 2010).

7
8

Didalam perosesnya pembibitan pula harus melaksanakan semua teknis dengan


baik dan benar, karena dalam mencapai bibit yang baik dan berkualitas harus diperhatikan
dalam langkah awal pengolahan nya. Dalam prosesnya faktor peroduksi yang pertama
yaitu pemilihan benih (kecambah) haruslah menggunakan bibit yang berlabel yang sudah
diketahui kebenaran dan kualitasnya, salah satu penyebab rendahnya produktivitas sawit
di Indonesia karena masih banyak petani yang menggunakan bibit tidak
bersertifikat/palsu/asalan (Silala, 2003; Sayaka et al., 2006; Purba et al., 2006). Kemudian
penyiapan lahan diperlukan lokasi lahan strategis yang dekat dengan sumber air yang
memudahkan proses penyiraman bibit serta tersedianya media tanam berupa tanah top soil
di lokasi lahan pembibitan, karena salah satu faktor yang sangat penting untuk menjamin
keberhasilan pembibitan adalah kemampuan menyediakan air untuk bibit dalam jumlah
yang cukup dengan jaringan irigasi yang baik (Sulistyo, 2010). Dalam pengolahan benih
dan lahan diperlukan tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor produksi yang
berperan penting dalam melakukan perawatan dilapangan, dan faktor produksi yang
terakhir yaitu biaya. Biaya merupakan bahan baku dalam pembibitan kelapa sawit yang
merupakan aspek penting dalam setiap kelayakan. Tujuan utama pembibitan yaitu agar
bibit cukup kuat dan besar sebelum ditanam dilahan, juga agar pertumbuhan semua bibit
seragam.

a. Pembibitan awal

Pembibitan tanaman kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara generatif untuk
memperbanyak benih kelapa sawit. Dalam pembibitan kelapa sawit ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu (Politeknik Kelapa Sawit, 2008):

1. Kelapa sawit Jenis Delidura, biasanya ditanam sebagai pohon induk dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Daging buah tipis (20-65%)
b. Tempurung tebal (20-50%)
c. Biji tebal (4-20%)
9

2. Kelapa sawit Jenis Pisifera, biasanya ditanam seabgai tanaman serbuk sari dengan ciri-
ciri sebagai berikut :
a. Daging buah tebal (92-97%)
b. Tidak ada tempurung c. Biji kecil (3-8%)

b. Pengecambahan benih

Menurut Hadi (2006, h.26), pembibitan awal kelapa sawit atau persemaian
bertujuan untuk memperoleh bibit yang rata pertumbuhannya sebelum dipindahkan ke
pembibitan dalam wadah polybag. Tahap awal ialah penyiapan lahan bedengan berukuran
1,6 x 20 m dengan jarak bedengan 80 cm. Selanjutnya menurut Shorea (2001, h.138)
dijelaskan bahwa media yang digunakan untuk penanaman bibit kelapa sawit adalah
campuran tanah lapisan atas dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1. Setelah
tercampur kemudian dikeringkan dan disaring, selanjutnya dimasukkan kedalam polybag
dengan penyiraman terlebih dahulu. Benih yang telah berkecambah ditanam dalam
polybag dan dijaga agar akarnya tidak patah. Penyiraman dilakukan rutin pada setiap pagi
dan sore hari. Pemupukan dapat menggunakan pupuk urea. Setiap 400 bibit membutuhkan
56 gram urea/18 liter air. Pemupukan dilakukan setiap minggu, setelah dipupuk tanaman
disiram lagi dengan air agar daunnya tidak hangus.

c. Pembibitan dalam polibek

Bibit yang sudah berumur 3 bulan atau sudah berdaun 3-4 lembar dapat
dipindahkan ke pembibitan dalam polibag. Bibit dipilih yang memiliki tinggi seragam dan
pertumbuhannya normal. Persiapan media tanam menggunakan campuran tanah lapisan
atas dengan pupuk kandang. Polybag yang digunakan harus besar, berukuran 40 x 50 cm
dan dapat menampung beban media seberat lebih kurang 25 kg. Perawatan berikutnya
tidak berbeda dengan pembibitan awal.

Sebelum melakukan pembibitan kecambah kelapa sawit dalam polybag terlebih


dahulu membersihkan lahan pembibitan, diratakan dan dilengkapi dengan instalasi
penyiraman. Terdapat dua teknik pembibitan yaitu (Politeknik Kelapa Sawit, 2008):
10

1) Cara dua tahap melalui dederan (prenursery); Proses pembibitan kelapa sawit melalui
dederan yaitu:
a) kecambah dimasukkan ke dalam polybag 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm berisi 1,5 –
2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak.
b) Kecambah di tanam sedalam 2 cm. Tanah di polybag harus selalu lembab. Simpan
polybag dibedengan dengan diameter 120 cm.
c) Setelah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai bibit dipindah tanamkan ke
pembibitan.
2) Cara langsung tanpa dederan. Proses pembibitannya yaitu :
a) bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polybag 40 x 50 cm atau 45 x 60 cm setebal
0,1 mm yang berisi 15 – 30 kg tanah lapisan atas yang diayak.
b) Sebelum bibit ditanam, siram tanah di dalam polybag sampai lembab. Polybag
disusun diatas lahan yang telah diratakan dan diatur dalam posisi segitiga sama sisi
dengan jarak seperti disebutkan diatas.

d. Pemeliharaan dan pemupukan bibit kelapa sawit

Pemeliharaan dilakukan pada bibit yang telah dipindahkan dalam polybag.


Kegiatan pemeliharaan bibit kelapa sawit antara lain (Politeknik Kelapa Sawit, 2008):

1) Melakukan penyiraman dua kali sehari kecuali jika ada hujan lebih dari 7-8 mm,
kebutuhan air sekitar 2 liter untuk setiap polybag.
2) Gulma dibuang atau dicabut atau disemprot herbisida setiap 3 bulan. Penyiangan
dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Cara
lain mencegah gulma adalah menaburkan serasah di polybag.
3) Bibit yang tumbuh abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus
dibuang, seleksi dilakukan pada saat berumur 4 dan 9 bulan.
4) Pemupukan dilakukan berapa kali selama masa pembibitan dan diberikan dalam
larutan urea atau pupuk majemuk.
Disamping pentingnya kegiatan pemeliharaan bibit kelapa sawit, tahapan
pemupukan juga harus diperhatikan. Kisaran bobot pemberian pupuk untuk bibit
kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut (Politeknik Kelapa Sawit, 2008):
11

1) Umur bibit 4-5 minggu larutan urea 0,2%, 3-4 liter larutan/100 bibit dalam satu minggu
rotasi.
2) Umur bibit 6-7 larutan urea 0,2%, dosis 4-5 liter larutan/100 bibit dalam satu minggu
rotasi. 24
3) Umur bibit 8-16 minggu; rustica 15.15.6.4 dosis 1 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.
4) Umur bibit 17-20 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 5 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.
5) Umur bibit 21-28 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 8 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi.
6) Umur bibit 29-40 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 15 gram/bibit dalam 2 minggu
rotasi.
7) Umur bibit 41-48 minggu, rustica 12.12.17.2 dosis 17 gram/bibit dalam 2 minggu rotasi

3. Pendapatan
a. Pengertian Pendapatan

Menurut Samryn (2016:57) pendapatan adalah kenaikan aktiva atau pengurangan


kewajiban yang bersumber dari penyerahan barang atau jasa dalam rangka kegiatan
komersial perusahaan. Hasil perolehan pendapatan yang belum direalisasikan menjadi kas
disebut piutang dan setelah direalisasikan piutang tersebut berubah menjadi kas.
Pendapatan adalah suatu alat untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam melakukan
suatu kegiatan usaha serta menentukan komponen utama pendapatan dan apakah
komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil
apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi
yang ada di usaha tersebut.

b. Penerimaan Usaha Pembibitan Kelapa Sawit

Penerimaan adalah hasil dari suatu produksi yang berkaitan dengan harga, jika
jumlah produk sedikit dan jumlah harga jual juga sedikit maka hasil produksi hanya
mendapatakan keuntungan yang kecil, akan tetapi jika jumlah produk yang di hasilkan
banyak dan jumlah harga jual juga banyak maka mendapatkan keuntungan yang besar.
Menurut Pahan (2008), Faktor yang sangat penting dalam penerimaan adalah volume
penjualan atau produksi dan harga jual. Penerimaan usaha pembibitan kelapa sawit adalah
12

hasil penjualan bibit kelapa sawit yang sudah siap tanam. Penerimaan usaha pembibitan
kelapa sawit dapat dihitung dalam rumus dibawah ini.

TR = P x Q

Keterangan: TR (Total Reveneu) = Total Penerimaan (Rp)

P (Price) = Harga (Rp/batang)

Q (Quantity) = Jumlah Unit Produksi (batang)

c. Biaya usaha Pembibitan Kelapa Sawit

Menurut Mulyadi, (2015: 8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu. Biaya yang di keluarkan dalam usaha pembibitan kelapa sawit adalah
biaya-biaya yang mencakup biaya investasi dan biaya variabel yang mendukung berjalan
nya usaha pembibitan kelapa sawit.

1). Biaya investasi (biaya tetap)

a) Sarlon atau jaring adalah penutup atas bibit kelapa swit yang dihitung dalam satuan
Rp/meter.
b) Biaya cangkul adalah biaya yang di gunakan untuk membeli peralatan kerja berupa
cangkul yang di ukur dalam Rp/unit.
c) Biaya sprayer yaitu biaya yang di keluarkan untuk membeli peralatan kerja berupa
alat semprot tanaman atau hand sprayer yang diukur dalam Rp/unit.
d) Biaya gerobak yaitu biaya yang di keluarkan untuk membeli dan merawat alat bantu
kerja berupa gerobak yang diukur dalam Rp/unit.
e) Biaya selang air adalah biaya yang di keluarkan untuk membeli alat bantu dalam
menyiram bibit kelapa sawit berupa selang air yang diukur dalam Rp/meter
f) Mesin pompa air adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli dan melakukan
perawatan pada alat bantu dalam mengalirkan air untuk menyiram bibit tanaman,yaitu
berupa mesin pompa air yang diukur dalam Rp/unit.
13

2). Biaya variabel (biaya tidak tetap)

a) Pembukaan lahan adalah lokasi yang digunakan untuk melakuakan usaha pembibitan
kelapa sawit yang di hitung dalam satuan Rp/hari.
b) Upah tenaga kerja adalah upah yang diberikan kepada tenaga kerja yang dihitung
dalam satuan Rp/bulan
c) Biaya bibit (kecambah) yaitu bahan utama atau bahan pokok untuk melakuakan
proses pembibitan tanaman kelapa sawit yang diukur dalam Rp/bungkus.
d) Biaya polibek adalah biaya yang di keluarkan untuk membeli media tanam berupa
polibek yang di ukur dalam Rp/unit.
e) Biaya pupuk, biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk yang digunakan dalam
pembibitan kelapa sawit dan dihitung satuan rupiah per tahun Rp/Tahun.
f) Biaya pestisida, biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pestisida dan dihitung
dalam satuan rupiah per tahun Rp/Tahun.

Untuk menghitung biaya total dapat di hitung dengan rumus yang digunakan oleh
yaitu:

TC = TFC + TVC

Keterangan : TC (Total Cost) =Biaya Total Produksi(Rp)

TFC (Total Fixed Cost) = Biaya Tetap (Rp)

TVC (Total Variable Cost) = Biaya Variabel (Rp)

d. Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan


usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat
ditingkatkan atau tidak.
14

1). Total Biaya

Biaya total yaitu seluruh jumlah biaya produksi yang di keluarkan. Biaya ini
didapat dari menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel, Untuk mengetahui total biaya
produksi dapat digunakan rumus sebagai berikut:

TC = TFC + TVC

Keterangan: TC (Total Cost) = Biaya Total Produksi (Rp)

TFC (Total Fixed Cost) = Biaya Tetap (Rp)

TVC (Total Variable Cost) = Biaya Variabel (Rp)

2). Total Peneriman

Total penerimaan dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

TR = P x Q

Keterangan : TR (Total Revenue) = Total Penerimaan (Rp)

P (Price) = Harga (Rp/Kg)

Q (Quantity) = Jumlah Unit Produksi (Kg)

3). Pendapatan

Untuk melihat pendapatan bersih digunakan rumus sebagai berikut:

‫ = ח‬TR – TC

Keterangan : ‫ = ח‬Pendapatan (Rp)

TR (Total Revenue) = Total Penerimaan (Rp)

TC (Total Cost) = Total Biaya Produksi (Rp)


15

4. Kelayakan Usaha
Menurut Kasmir dan Jafkar (2012,p7), studi kelayakan usaha adalah
suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau usaha yang
akan dijalankan, untuk menentukan dijalankan atau tidaknya usaha tersebut. Dengan
demikian suatu usaha dikatakan layak jika keuntungan yang diperoleh dapat menutup
seluruh biaya yang dikeluarkan, baik biaya yang langsung maupun yang tidak langsung.

R/C Ratio adalah besaran nilai yang menunjukan perbandingan antara Penerimaan
usaha (Revenue = R) dengan Total Biaya (Cost = C). Dalam batasan besaran nilai R/C
dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan. Secara
garis besar dapat dimengerti bahwa suatu usaha akan mendapatkan keuntungan apabila
penerimaan lebih besar dibandingkan dengan biaya usaha. Untuk melihat perbandingan
antara penerimaan total dan biaya total, digunakan rumus sebagai berikut :

R/C = TR/TC

Keterangan : TR (Total Revenue) = Total Penerimaan (Rp)

TC (Total Cost) = Total Biaya Produksi (Rp)

B. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang analisis kelayakan usaha pembibitan kelapa sawit di Desa
Embala Kecamatan Parindu Kabupatan Sanggau didasari dari beberapa referensi
penelitian terdahulu yang disajikan pada tabel 2 dibawah ini.
16

Table 3. Penelitian Terdahulu

Peneliti(Tahun) Judul Variable dan Metode Referensi yang Di Ambil


Analisis
Nungki Astuti Analisis Kelayakan Variable pendapatan dan Penjeelasan mengenai
(2019) Usahatani Kelapa Sawit alat analisis kelayakan variabel pendapatan serta
Sistem Perkebunan usaha metode analisis yang
Rakyat Di Desa digunakan untuk penelitian
Waeputeh Kecamatan kelayakan usaha
Topoyo Kabupaten pembibitan kelapa sawit ini
Mamuju Tengah

Anggi aulia Strategi pengembangan Aspek social dan Strategi pengembangan


nasution agribisnis pembibitan (pre ekonomi pembibitan dijadikan
(2018) nursery) kelapa sawit Deskriptif kualitatif, referensi untuk
(elais guineensis) metode sensus mengembangan usaha
pembibitan kelapa sawit

Rusmi Analisis Studi Kelayakan Variabel pembibitan Penjelasaan mengenai


(2015) Usaha Pembibitan Kelapa kelapa sawit proses pembibitan kelapa
Sawit Kabupaten Nagan sawit pada pemahaman di
Raya bab 2

Tifany zia aznur Analisis kelayakan Pemahaman pada Pemahaman dan penjelasan
(1) , fadli akbar finansial kelapa sawit pendahuluan penelitian pada pendahuluan yang
lubis(2),makhrani rakyat di kabupaten dijadikan referensi pada
sari ginting (3) pasaman barat penelitian ini
(2017)

Ida Bagus Made Kelayakan Usaha alat analisis dan teknis Teknik analisisi data yang
Agung Penangkaran Bibit Kelapa analisis data di gunakan sama pada
Dwijatenaya Sawit (Elaeis Guineensis penelitian ini dan sebagai
(2010) Jacq) ( Studi Kasus Pada pemahaman alatat analisis
Cv. Karisma Bangun data pada bab 3
Tama)
17

Duma Yanti Analisis Pendapatan Variabel pendapatan Pemahaman dan


Hasibuan Usaha Tani Kelapa Sawit penjelasaan pada variabel
(2019) Di Kecamatan Angkola pendapatan pada penelitian
Selatan (Studi Kasus Desa ini dijadikan refernsi yang
Gunung Baringin Mosa di gunkanan
Jae

Sri Devi Analisis Usahatani Variabel kelayakan Pemahaman dan


(2018) Wortel Di Desa Ujung usaha penjelasaan pada variabel
Bulu Kecamatan Rumbia kelayakan uasaha pada
Kabupaten Jeneponto penelitian ini dijadikan
refernsi yang di gunkanan
Sumber: Nungki Astuti(2019), Anggi aulia nasution(2018), Rusmi(2015), Tifany zia aznur (1),fadli akbar
lubis(2),makhrani sari ginting (3)(2017), Ida Bagus Made Agung Dwijatenaya(2010), Duma Yanti Hasibuan(2019), Sri
Devi(2018).

C. Kerangka Konsep
Penelitian ini mengenai analisis kelayakan usaha dari usaha pembibitan kelapa
sawit Di Desa Embala Kecamatan parindu Kabupaten Sanggau. Usaha pembibitan kelapa
sawit merupakan usaha untuk mengolah bibit kelapa sawit dari bibit yang berbentuk
kecambah kemudian dilakukan pengolahan dan perawatan hingga menjadi bibit yang siap
tanam. Sebelum dilaksanakan pendirian usaha pembibitan kelapa sawit maka harus
dianalisis kelayakannya terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk menghindari kegagalan
dalam pelaksanaan usaha yang telah direncanakan (Kasmir & Jakfar, 2012). Alur
pemikiran dapat digambarkan pada dibawah ini:
18

Gambar 2. Kerangka Konsep

Usaha Pembibitan Kelapa Sawit

Kelayakan usaha Pembibitan Kelapa Sawit Rakyat

Input:

1. alat
Output:
2. bahan
Bibit kelapa sawit
3. tenaga kerja

4. Modal

Biaya produksi Penerimaan

Pendapatan

Kelayakan usaha:

R/C Ratio

Layak Tidak Layak


BAB III

METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada di Desa Embala Kecamatan
Parindu, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa lokasi penelitian merupakan daerah
yang tidak jauh dari pusat sentral penghasil bibit unggul kelapa sawit. Dimana jarak
tempuh dari desa embala menuju kantor pusat PPKS Parindu berjarak ±30 km dengan
jarak tempuh ±45 menit. Dengan adanya pusat pembibitan kelapa sawit unggul yang tidak
jauh dari jarak penelitian, terdapat pula beberapa masyarakat yang melakukan pembibitan
kelapa sawit dengan pengetahuan yang di peroleh baik karena setelah menjadi karyawan
di PPKS serta terdapat pula adanya tenaga penyuluhan yang datang kepada kelompok tani
untuk menjelaskan bagaimana cara menghasilakan bibit kelapa sawit yang berkualitas
baik, dengan sumber kecambah kelapa sawit yang bersertifikat resmi. Dari penjelasan
diatas ada ketertarikan untuk melakukan penelitian apakah proses pembibitan yang
dilakukan oleh petani layak untuk di kembangkan .

B. Pelaksanaan Penelitian
1. Populasi dan Sampel
Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019). Populasi dalam
penelitian ini adalah petani kelapa sawit yang melaksanakan usaha pembibitan kelapa
sawit.

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2019). Teknik pengambilan sampel petani kelapa sawit yang
melakukan usaha pembibitan kelapa sawit dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik Sampling jenuh. Teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan
sampel dimana semua anggota populasi digunakan menjadi sampel (Sugiyono, 2017).

19
20

Jumlah sampel petani kelapa sawit yang melakukan usaha pembibitan kelapa sawit
sebanyak 50 orang.

2. Sumber dan Metode Pengumpulan Data


Sumber dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam variabel penelitian
ini dijelaskan sebagai berikut:

a. Sumber Data

Sumber data ada dua yaitu data primer dan sekunder. Sumber data sekunder adalah
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder
digunakan apabila peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh
pihak lain (Sugiyono, 2017).

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data yang disimpulkan
secara khusus dan berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti (Sugiyono,
2017). Data primer tersebut berupa data mentah didapat dari jawaban responden yang
diberikan mengenai perencanaan pembibitan kelapa sawit.

2) Data sekunder

Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan
pihak kedua dari hasil penelitian maupun pencatatan di lapangan (Sugiyono, 2017).
Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik
(BPS), jurnal, artikel, skripsi, buku-buku yang relevan dan sumber lainnya yang
berkaitan dengan variabel penelitian.

b. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk


memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Metode
penelitian dapat dilakukan dengan wawancara, kuesioner dan observasi (Sugiyono, 2017).
Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan melakukan studi lapangan
21

dengan melihat dan melakukan pengamatan bagaimana proses pembibitan kelapa sawit
dari bibit berbentuk kecambah sampai bibit siap di jual atau ditanamn dilahan perkebunan
kelapa sawit,dengan melakukan wawancara terhadap petani mengenai aspek keuangan
yang di perlukan untuk menjalan kan kegiatan pembibitan kelapa sawit tersebut.

Selain malakukan pengamatan dan berinteraksik dengan petani kelapa sawit,


untuk mengumpulkan data penelitian ini penulis juga melakukan studi pustaka dengan
cara mencari referensi-referensi yang relevan sehingga pada akhirnya dapat memperoleh
gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang diteliti.

C. Variable Penelitian
Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
dari suatu penelitian (Sugiyono, 2019). Variabel merupakan segala yang menjadi obyek
penelitian atau apa yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah biaya-biaya yang diperlukan untuk melakukan
perawatan bibit kelapa sawit serta manfaat yang diperoleh pada usaha pembibitan kelapa
sawit rakyat. Ada pun variable dalam penelitian ini adalah:

1. Biaya (cost)
a). Biaya investasi (biaya tetap)

1) Sarlon atau jaring adalah penutup atas bibit kelapa swit yang dihitung dalam satuan
Rp/meter.
2) Biaya cangkul adalah biaya yang di gunakan untuk membeli peralatan kerja berupa
cangkul yang di ukur dalam Rp/unit.
3) Biaya hand sprayer yaitu biaya yang di keluarkan untuk membeli peralatan kerja
berupa alat semprot tanaman atau hand sprayer yang diukur dalam Rp/unit.
4) Biaya gerobak yaitu biaya yang di keluarkan untuk membeli dan merawat alat bantu
kerja berupa gerobak yang diukur dalam Rp/unit.
5) Biaya selang air adalah biaya yang di keluarkan untuk membeli alat bantu dalam
menyiram bibit kelapa sawit berupa selang air yang diukur dalam Rp/meter
22

6) Mesin pompa air adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli dan melakukan
perawatan pada alat bantu dalam mengalirkan air untuk menyiram bibit tanaman,yaitu
berupa mesin pompa air yang diukur dalam Rp/unit.

b). Biaya variabel (biaya tidak tetap)

1) Pembukaan lahan adalah lokasi yang digunakan untuk melakuakan usaha pembibitan
kelapa sawit yang di hitung dalam satuan Rp/hari.
2) Upah tenaga kerja adalah upah yang diberikan kepada tenaga kerja yang dihitung
dalam satuan Rp/bulan
3) Biaya bibit (kecambah) yaitu bahan utama atau bahan pokok untuk melakuakan
proses pembibitan tanaman kelapa sawit yang diukur dalam Rp/bungkus.
4) Biaya polibek adalah biaya yang di keluarkan untuk membeli media tanam berupa
polibek yang di ukur dalam Rp/unit.
5) Biaya pupuk, biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk yang digunakan dalam
pembibitan kelapa sawit dan dihitung satuan rupiah per tahun Rp/Tahun.
6) Biaya pestisida, biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pestisida dan dihitung
dalam satuan rupiah per tahun Rp/Tahun.

2. Manfaat (Benefit)
Manfaat yang dianalisis dalam penelitian ini adalah apa saja yang secara langsung
diperoleh dari usaha pembibitan kelapa sawit yang dapat dihitung dan dinilai dengan uang
(Putra, et al. 2020). Manfaat dari usaha pembibitan kelapa sawit ini adalah penerimaan
hasil penjualan bibit kelapa sawit dari penjualan bibit kelapa sawit yang telah dilakukan
pengolahan dan perawatan sampai menjadi bibit kelapa sawit yang siap tanam, hasil
produksi tersebut dihitung dalam Rp/batang.
23

D. Teknis Analisis Data


Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengolah
data yang telah diperoleh mengenai objek yang diteliti. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2017: 147)
Analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau
menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan
yang lebih luas. Teknik analisis ini menekankan pada pembahasan data-data dan subjek
penelitian dengan menyajikan data-data secara sistematik untuk memperoleh hasil
penelitian. Teknis analisis data yang akan digunakan dalam penelitian di Desa Embala
Kecamatan Parindu kabupaten Sanggau yaitu:

1. Analisis Pendapatan
Untuk mengetahui tingkat pendapatan usaha pembibitan kelapa sawit di Desa Embala
Kecamatan Parindu kabupaten Sanggau digunakan analisis pendapatan dengan rumus
sebagai berikut:

Pd = TR – TC

Dimana: Pd = Pendapatan usahatani (Rp)

TR = Total penerimaan (Rp)

TC = Total biaya mengusahakan (Rp)

2. Analisis Kelayakan
Dalam menganalisis dan mengetahui kelayakan Desa Embala Kecamatan Parindu
kabupaten Sanggau dapat digunakan rumus sebagai berikut:

R/C ratio = TR/TC

Dimana: R/C ratio = Return and cost ratio

TR = Total revenue (Jumlah penerimaan)

TC = Total cost (Jumlah Biaya)


24

a). Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar
dari biaya.

b). Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian karena penerimaan lebih kecil dari
biaya.

c). Jika R/C = 1, maka usaha pembibitan kelapa sawit mengalami impas karena
penerimaan sama dengan biaya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum lokasi penelitian

Lokasi penelitian di lakukan di desa embala yaitu salah satu desa yang ada di
kecamatan parindu kabupaten sanggau, dengan titik koordinat 0⁰05’55.6” LS serta
110⁰24’27.2” BT. Desa embala terdiri dari empat dusun yaitu dusun nala loba, dusun nala
dorik, dusun empaong, dan dusun bacong dengan total jumlah penduduk lebih dari 4.109
jiwa. Mata pencaharian masyarakat di desa embala rata-rata adalah sebagai petani Untuk
bisa sampa di desan embala masyarakat secara umum menggunakan trsnsportasi darat
seperti mobil motor dan sebagian nya, dengan jarak tempuh kurang lebih 4 jam perjalanan
dari kota pontianak. Jarak desa embala ke kecamatan parindu kurang lebih 20 menit
perjalanan menggunakan transportasi darat.

B. Karakteristik identitas responden usaha pembibitan

Petani menjadi sasaran utama dari sebuah penelitian bertajuk pertanian, karena
petani adalah orang atau subjek yang melaksanakan kegiatan usahatani tersebut. Informasi
yang di perlukan dalam sebuah penelitian merupakan informasi yang berasal dari petani
oleh sebab itu identitas petani merupakan hal utama yang perlu untuk di ketahui sebelum
menggali berbagai macam kebutuhan yang digunakan oleh petani dalam menjalankan
usahatani nya.

Identitas responden yang diperlukan dalam penelitian ini adalah petani dengan
jumlah 50 orang yang melakukan usahatani pembibitan kelapa sawit yang berada di desa
embala kecamatan parindu kabupaten sanggau. Berikut ini adalah pembahasan
karakteristik identitas responden mengenai umur, pendidikan, pengalaman bertani, jumlah
tanggungan keluarga, dan luas lahan yang digunakan dalam berusahatani.

25
26

1. Umur Responden

Umur responden memiliki pengaruh dalam bekerja dan berfikir para petani. Pada
umum nya petani dengan umur yang lebih muda mempunyai kemampuan fisik yang lebih
kuat dan mudah untuk menerima inovasi serta kemampuan berfikir yang lebih kreatif
dibandingkan petani dengan umur yang lebih tua, akan tetapi petani yang berumur lebih
tua sudah memiliki pengalaman yang cukup banyak dalam bertani, sehingga bisa
menerapkan inovasi baru dengan lebih inovatif. Dengan demikian pada saat memberikan
pekerjaan pada seseorang pengaruh usia juga perlu dipertimbangkan (Tarwaka dkk, 2004).
Pengolongan umur responden petani di desa embala kecamatan parindu kabupaten
sanggau yang mengusahakan pembibitan kelapa sawit dapat dilihat pada data table di
bawah ini.

Table 4. Tingkat Golongan Umur Petani

No Golongan umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)


1 26-35 3 6%
2 36-45 30 60%
3 46-55 17 34%
Jumlah 50 100%
Sumber: Data Oleh Penulis Pada Tahun 2022

Berdasarkan data table diatas, golongan umur yg lebih dominan ada pada golongan
umur 36-45% dengan jumlah petani 30 orang dan tingkat persentase 60%. Persentase
tingkat produkstifitas petani yang ada di desa embala kecamatan parindu berada pada
golongan 36-45%, sehingga tidak menjadi penghalang bagi petani untuk
mengembangakan usaha pembibitan kelapa sawit nya pada masa yang akan datang.
27

2. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik tingkat
berfikir dan tindakan nya dalam menlakukan suatu hal. Menurut Sumarwan (2014)
seorang yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap
informasi. Data tingkat pendididikan petani usaha pembibitan kelapa sawit dapat dilihat
pada data table di bawah ini.

Table 5. Tingkat Pendidikan Petani

No Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)


1 SMP 9 18%
2 SMA 31 62%
3 D3 2 4%
4 S1 7 14%
5 S2 1 2%
Jumlah 50 100%
Sumber: Data oleh penulis pada tahun 2022

Berdasarkan data table 5 tingkat persentase pendidikan paling tinggi berada pada
tingkat SMA (62 %), dari data tersebut menujukan tingkat pendidikan petani yang ada di
lokasi penelitian masih dalam tingkat menengah, walapun demikian persentase yang
dimiliki menjelaskan bahwa tingkat pendidikan masyarakat yang ada di lokasi penelitian
mengalami kemajuan, karena tingkat pendidikan yang tinggi merupakan indikator yang
sanggat berpengaruh pada tingkat berfikir dan berperilaku dalam segala tindakan dan
usaha terkhusus pada usaha bidang pertanian.
28

3. Pengalaman bertani

Selain pendidikan dalam berusaha tani, pengalaman bertani juga mempengaruhi


tingkat keberhasilan dalam berusaha tani. Semakin lama orang mengelolah usahataninya,
maka semakin bertambah banyak pengalaman yang dia peroleh. Begitu pula bagi petani
kelapa sawit yang mengusahakan pembibitan kelapa sawit, semakin lama dalam berusaha
tani maka akan semakin efektif dan efisien lah tindakan yang dilakuakan ya dalam
menghasilakn bibit yang berkualitas baik. Berikut adalah data table tingkat pengalaman
berusahatani petani pembibitan kelapa sawit.

Table 6. Pengalaman Bertani

No Pengalaman bertani (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)


1 10-19 18 36%
2 20-29 19 38%
3 30-39 13 26%
Jumlah 50 100%
Sumber: Data Oleh Penulis Pada Tahun 2022

Berdasarkan data table diatas pengalaman bertani yang lebih banyak berada pada
antara 10-19 dan 20-29 tahun denagn persentase masing-masing 36% dan 38%. Dari data
tersebut menjelaskan bahwa pengalaman mempunyai peran yang cukup penting terlebih
bagi para petani agar kiranya dengan pengalaman tersebut membuat para petani lebih
bertindak secara rasional dan lebih memperhatikan resiko dalam berusahatani terlebih
dalam menghasilakn bibit yang berkualitas tinggi.
29

4. Jumlah tanggungan keluarga

Tanggungan dalam keluarga dapat menjadi potensi bagi para tenaga kerja luas,
karena jumlah keluarga juga merupakan pengaruh yang penting dalam membantu kegiatan
petani karena akan mengurangi curahan tenaga kerja luar, sehingga biaya produksi yang
harus dikeluarkan oleh petani akan lebih kecil. Namun terdapat pula pengaruh dimana
semakin banyak nya tanggungan keluarga maka akan semakin banyak pula beban yang
harus ditanggung oleh petani jika dilihat dari segi konsumsi dan kebutuhan berumah
tangga lainnya. Berikut adalah table jumlah tanggungan keluarga petani usaha pembibitan
kelpa sawit didesa embala kecamatan parindu kabupaten sanggau.

Table 7. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani

No Jumlah tanggungan (orang) Jumlah (orang) Persentase (%)


1 1-2 21 42%
2 3-4 26 52%
3 5-6 3 6%
Jumlah 50 100%
Sumber: Data Oleh Penulis Pada Tahun 2022

Data table 7 diatas menjelaskan bahwa tanggungan paling rendah yaitu berda pada
jumlah 5-6 orang tanggungan keluarga dengan persentase 6%, dan yang paling tinggi yaitu
pada jumlah tanggungan 3-4 orang dengan persentase 52%. Dengan demikian dapat kita
simpulkan bahwa beban yang dimiliki oleh petani di daerah penelitian tidak terlalu bersar
sehingga tidak menjadi hambatan dalam mengembangakan usahatani nya.
30

5. Luas lahan

Ketersediaan lahan yang digarap mempengaruhi tingkat skala usaha. Lahan yang
menjadi lokasi untuk mengembnagkan usaha tani oleh petani, jika garapan lahan yang
cukup bagi petani maka dapat meningkatkan pendapatan petani dalam memperoduksi
usaha tani nya tersebut. Karena semakain luas nya lahan garapan maka akan berpotensi
semakin banyak tingkat produksi dan pendapatan yang dihasilkan jika di lakukan dengan
lebih efektif oleh petani tersebut. Berikut adalah data table luas lahan yang dimiliki oleh
petani yang mengusahakan pembibitan kelapa sawit.

Table 8. Luas Lahan Pembibitan Kelapa Sawit

No Luas lahan (ha) Jumlah (orang) Persentase (%)


1 0-3-0,8 19 38%
2 0,9-1,4 31 62%
Jumlah 50 100%
Sumber: Data Oleh Penulis Pada Tahun 2022

Berdasarkan data table diatas jumlah luas lahan yang terbanyak ada pada 0,9 -1,4
hektar dengan jumlah petani 31 orang dengan persentase 62%. Dengan demikian dapat
kita simpulkan bahwa petani dengan jumlah luas lahan lebih luas mempunyai potensi
untuk memperoleh produksi dan pendapatan yang lebih tinggi.
31

C. Analisis Biaya, Penerimaan Dan Pendapatan Usaha Pembibitan Kelapa Sawit

Karakteristik suatu usaha tidak terlepas dari adanya biaya produksi dan yang
termasuk kedalam biaya produksi ini adalah biaya pembelian alat kerja, kemudian bahan
untuk diolah dan tenaga kerja untuk mengolah kedua hal tersebut menjadi suatu output
yang bermanfaat bagi pemilik usaha dan bagi sasaran usaha. Untuk memulai suatu usaha
sangat memerlukan alat serta bahan dan tenaga kerja untuk menunjang keberlangsungan
usaha tersebut dapat berjalan dari awal dan terus mengalami keberkelanjutan. Suatu usaha
yang mempunyai segala kelengkapan yang sangat memadai dalam hal ini adalah
komponen biaya produki, dapat menjadi peluang yang besar bagi usaha tersebut untuk
semakin maju untuk mengembangkan hasil produksinya, begitu pula pada usaha
pembibitan kelapa sawit.

Pembibitan kelapa sawit memerlukan bahan utama yaitu berupa benih (kecambah)
yang menjadi pusat perhatian dalam usaha ini, karena dalam usaha pembibitan kelapa
sawit segala biaya produksi yang di gunakan untuk menghasilkan bibit kelapa sawit yang
baik dan berkuliatas tinggi namun hal tersebut tetap terpengaruh pada sumber keaslian
benih yang didapat. Pada lokasi penelitian sumber benih yang didapat rata-rata benih yang
berasal dari Pusat Pembibitan kelapa Sawit, yang kemudian diolah dan di rawat oleh
petani hingga menjadi bibit kelapa sawit yang berumur 8-10 bulan, artinya bibit tersebut
siap untuk di jual dan ditanam dilahan. Dari penjualan bibit tersebut maka petani
mendapatkan keuntungan sehingga dapat kembali memutar roda usaha nya dan dengan
demikian usaha nya tersebut dapat berjalan dan berkembang hingga terus menerus.

1. Analisis biaya produksi


a. Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang tidak mempengaruhi produksi dan terus dikeluarkan
walaupun produksi diperoleh banyak atau sedikit dan meskipun tidak melakukan
produksi, besarnya biaya tidak tergantung pada besar kecilnya biaya produksi yang
diperoleh 53 (Rico, 2013). Biaya tetap adalah biaya yang jumlah nya selalu sama
walaupun hasil produksi nya selalu berubah-ubah, biaya tetap selalu digunakan dalam
32

suatu usaha karena dalam mencapai hasil produksinya biaya tetap menjadi alat dalam
membantu mecapai hasil tersebut. Biaya tetap dalam usaha pembibitan kelapa sawit
meliputi biaya penyusutan alat cangkul, hand sprayer, gerobak, mesin pompa air, selang
air dan jaring. Berikut adalah table biaya tetap penyusutan alat pada usaha pembibitan
kelapa sawit.

Table 9.Nilai Rata-Rata biaya Penyusutan Alat Usaha Pembibitan Kelapa Sawit/ha

No Jenis alat Jumlah (alat) Harga (Rp) Total biaya (Rp)


1 Cangkul 3 72.700 33.601
2 Sprayer 2 388.500 101.053
3 Gerobak 2 698.200 202.772
4 mesin pompa air 1 347.080 257.630
5 selang air 3 745.750 174.828
6 jaring 2 177.100 83.857
Jumlah 13 2.429.330 853.741
Sumber: Data oleh penulis pada tahun 2022

Table 9 menjelaskan tentang rata-rata penyusutan alat usaha pembibitan kelapa


sawit oleh petani di desa embala kecamatan parindu kabupaten sanggau. Pada nilai
penyusutan alat cangkul di peroleh dari jumlah unit yang dimiliki oleh petani di lokasi
penelitian yaitu rata-rata sebanyak 3 alat per masing-masing petani. Untuk memperoleh
alat cangkul tersebut petani membelinya dipasar bodok yang tidak jauh dari lokasi
penelitian dan dengan mengeluarkan biaya rata-rata sebesar Rp.72.700 bagi petani untuk
membeli nya, sehingga dapat diperoleh total biaya penyusustan alat cangkul adalah rata-
rata sebesar Rp.33.601/hektar.

Alat Sprayer memiliki peran cukup penting untuk membantu dalam pengolahan
OPT, karena yang sering didapati pada lokasi penelitian banyak terdapat daun tanaman
yang terkena penyakit hingga meyebabkan kematian pada tanaman kelapa sawit. Untuk
memperoleh alat sprayer petani membelinya dipasar bodok yang tidak jauh dari lokasi
penelitan dengan harga rata-rata sebesar Rp.388.500 dan rata-rata jumlah kepemilikan alat
sprayer oleh masing-masing petani terdapat 2 unit, dari data tersebut maka diperoleh lah
total biaya penyusut rata-rata sebesar Rp.101.053/hektar.
33

Alat bantu gerobak pada usaha pembibitan kelapa sawit biasanya digunakan untuk
membawa pupuk, tanah dan bibit kelapa sawit yang sudah siap tanam untuk di
pindahlokasikan. Dalam memperolehnya biasanya petani membeli alat gerobak dipasar
bodok dengen mengeluarkan biaya rata-rata sebesar Rp.698.200 oleh para petani dan rata-
rata petani memiliki 2 unit gerobak dalam usahanya, maka dapat di peroleh total biaya
penyusutan alat gerobak adalah rata-rata sebesar Rp.202.772/hektar.

Usaha pembibitan kelapa sawit dalam melakukan penyiraman tanaman muda sangan
memerlukan alat berupa mesin pompa air,karena jika dilakukan dengan manual sangat
tidak efisien, oleh karena itu petani pembibitan kelpaa sawit memiliki masing-masing 1
alat tersebut dan untuk memperolehnya ada terdapat petani yang membeli nya di pasar
bodok dan di pasar sanggau namun ada juga yang membelinya dalam kondisi bekas oleh
pemakian masyarakat di sekitarnya, dengan harga rata-rata Rp.347.080 petani bisa
memperolehnya. Maka dapat diperoleh total biaya penyusutan alat mesin pompa air yaitu
rata-rata sebesar Rp.257.630/hektar.

Alat selang air juga diperlukan oleh petani untuk proses penyiraman tanaman sehingga
lebih efisien. Dalam meperolehnya petani membelinya dipasar bodok dengan harga rata-
rata sebesar Rp.9.500 1 meter. Berdasarkan data lampiran biaya penyusutan selang air
maka ditentukan lah bahwa dalam 1 unit yaitu berjumlah 25 meter dengan nilai harga
sebesar Rp.237.500 dan dari data hasil penelitian terdapat rata-rata sebanyak 3 unit yang
petani miliki. Maka didapatilah nilai total penyusutan alat selang air adalah rata-rata
sebesar Rp.174.828/hektar.

Jaring tanaman atau paranet diperlukan bagi tanaman baru yang berusia 0-2/3 bulan,
fungsi dari alat ini adalah agar dapat menahan hantaman deras nya air hujan yang turun
yang dapat menyebabkan daun patah pada tanaman baru sehingga menggangu
pertumbuhan. Untuk meperolehnya petani membelinya dipasar bodok dengan harga rata-
rata sebesar Rp.115.000 (3m x 100m). Berdasarkan data lampiran biaya penyusutan alat
jaring maka ditentukan lah bahwa dalam 1 unit yaitu 3mx100meter = Rp.115.000 dan dari
data hasil penelitian terdapat rata-rata sebanyak 2 unit yang petani miliki. Maka
didapatilah nilai total penyusutan alat jaring adalah rata-rata sebesar Rp.83.857/hektar.
34

Penjelasan mengenai biaya-biaya penyusutan alat diatas jika di totalkan maka jumlah
nilai rata-rata penyusutan alat usaha pembibitan kelapa sawit di desa embala kecamatan
parindu kabupaten sanggau yaitu sebesar Rp.853.741/hektar.

b. Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang diperlukan oleh petani untuk mendukung
keberlangsungan usahanya dapat disebut sebagai biaya utama yang di perlukan dan biaya
variabel dapat berubah-ubah jumlah nya sesuai dengan hasil produksi. Biaya variabel pada
usaha pembibitan kelapa sawit didesa embala kecamatan parindu kabupaten sanggau
adalah bibit (kecambah), polibek, pupuk, fungisida, dan tenaga kerja. Berikut adalah table
penjelasan biaya variabel usaha pembibitan kelapa sawit didesa embala kecamatan
parindu kabupaten sanggau.
35

Table 10. Total Rata-Rata Biaya Variabel Usaha Pembibitan Kelapa Sawit/petani
No Keterangan Satuan Jumlah Total biaya (Rp)
1 Kecambah Benih 226 1.906.000
2 Polibek Unit 226 320.200
3 Pupuk
 NPK (mutiara) Kg 50
 Urea Kg 55
 Dolomit Kg 90
Total 1.210.000
4 Fungisida
 Antracol Kg 1
 Amistartop Mill 78
 Ponasa Mill 300

 Gandasil D Gram 273


Total 272.320

5 Tenaga kerja
 Persemaian HOK 1
 Penanaman HOK 1
 Penyiangan HOK 1
 Pemupukan HOK 1

 Pengolahan opt HOK 1

Total 403.400

Jumlah - 1.304 4.111.920


Sumber: Data oleh penulis pada tahun 2022

Berdasarkan data table 10 diatas menjelaskan bahwa biaya variabel usaha


pembibitan kelapa sawit meliputi yang pertama adalah biaya benih (kecambah) rata-rata
sebesar Rp.1.906.000, pada masalah sumber benih petani dilokasi penelitian rata-rata
membeli benih pada pusat pembibitan kelpa sawit, karena demi menjamin mutu yang baik
dan kepuasaan untuk konsumen yang membeli bibit kelapa sawit yang sudah siapa tanam,
rata-rata jumlah benih yang di beli oleh petani adalah sebanyak 226 benih dengan harga
rata-rata sebesar Rp.8.460/petani.
36

Biaya polibek adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli polibek, polibek
diperoleh petani dengan membelinya dipasar bodok dengan harga rata-rata Rp.1.388 dan
rata-rata sebanyak 226 unit yang dimiliki oleh petani dan biasanya disesuai kan dengan
jumlah benih(kecambah) kelapa sawit yang dimiliki, maka didapati total rata-rata biaya
polibek adalah sebesar Rp.320.200/petani.

Pupuk yang digunakan pada usaha pembibitan kelapa sawit yaitu berupa pupuk
NPK (mutiara), urea dan dolomit, ketiga bahan tersebut banyak digunakan oleh petani
karena mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan tanaman dari umur 0-
10 bulan. Untuk memperolehnya petani biasanya mengujungi tokoh pertanian yang ada di
pasar bodok dan ada juga petani yang menyuplai beberapa pupuk tersebut dengan
malakukan kerjasama terhadap pihak tertentu. Masing-masing pupuk tersebut mempunyai
nilai rata-rata seharga Rp.15.436 untuk 1 kilo pupuk NPK (mutiara) dengan jumlah petani
yang menggunakan adalah sebanyak 28 orang, dan jumlah rata-rata yang digunakan
adalah sebanyak 50 kilo, maka biaya yang di keluarkan oleh petani untuk pupuk
NPK(mutiara) adalah rata-rata sebesar Rp.771.786. Kemudian untuk pupuk urea, dikarena
kan pupuk tersebut mempunyai manfaat yang menyeluruh untuk tanaman sehingga
dilokasi penelitian semua petani menngunakan pupuk tersebut, dengan jumlah rata-rata
55 kilo untuk penggunaan dan jumlah harga rata-rata Rp.12.484 untuk 1 kilonya, maka
biaya yang harus dikeluarkan petani untuk mendapatkan nya adalaha rata-rata sebesar
Rp.686.800. Pupuk dolomit digunkaan oleh petani kebanyakan pada umur tanaman masih
baru yaitu pada umur 0-1 bulan, jangka waktu tersebut berbeda-beda dari petani yang satu
dan yang lain nya, karena tidak semua petani menggunkana pupuk ini yaitu hanya
sebanyak 34 petani saja, dengan jumlah rata-rata penggunaan adalah sebanyak 90 kilo
dengan harga rata-rata Rp.1.638 untuk 1 kilonya. Jumlah biaya yang dikeluarkan oleh
petani untuk membelinya yaitu rata-rata sebesar Rp.139.118. Berdasarkan penjelasan
diatas jika di totalkan maka rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk pembelian
biaya variabel pupuk adalah sebesar Rp.1.210.000/petani.
37

Pertumbuhan tanaman tidak jauh dari adanya hambatan penggangu seperti


organisme penggangu tumbuhan yang kerap kali menggangu pertumbuhan hingga
menyebabkan tanaman mati, untuk mengantisipasi hal tersebut agar tidak terjadi kerugian
yang sanggat besar dalam usaha pembibitan, maka petani di lokasi penelitian
menggunakan pestisida jenis fungisisda yaitu seperti antracol, amistartop, ponasa, dan
gandasil D. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian antracol adalah rata-rata sebesar
Rp.97.000 unutk 1 kilo, dengan jumlah petani yang menggunakan adalah sebanyak 30
orang dan nilai rata-rata pengunaan adalah sebanyak 1,1 kilo, sehingga didapati jumlah
biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan fungisida ini petani harus mengeluarkan uang
rata-rata sebesar Rp.106.700. Fungisida jenis amistartop di beli dengan harga rata-rata
sebesar Rp.55.000 untuk 50 mili, dengan jumlah rata-rata penggunaan adalah sebanyak
78 mili, maka didapati nilai pembelian amistartop adalah rata-rata sebesar Rp.80.200.
Kemudian fungisida jenis ponasa dengan rata-rata harga sebesar Rp.281.125 dan jumlah
petani yang menggunakan adalah sebanyak 16 orang dengan rata-rata penggunaan adalah
sebanyak 300 mili, maka biaya yang dikeluarkan petani untuk pembelian fungisida ini
adalah rata-rata sebesar Rp.281.125. Selanjutnya fungisida jenis gandasil D di gunakan
oleh petani dengan jumlah rata-rata penggunaan sebanyak 273 gram dan jumlah petani
yang menggunakan adalah sebanyak 30 orang, dengan harga Rp.27.000 untuk 100 gram,
maka didapati jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan petani untuk pembelian fungisida
gandasil D adalah sebsar Rp.65.133. Total biaya yang di keluarkan petani untuk
pembelian 4 jenis fungisida dari penjelasan diatas adalah rata-rata sebesar
Rp.272.320/petani.

Mengolah suatu usaha sangat di perlukan tenaga kerja untuk mengerjakan bahan
mentah dan dibantu dengan alat produksi untuk menghasilkan produk yang akan di
pasarkan. Tenaga kerja pada usaha pembibitan kelapa sawit melakukan kegiatan seperti
persemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan dan pengolahan OPT. Persemaian
dilakukan oleh tanaga kerja dengan upah rata-rata perharinya adalah sebesar Rp.50.000,
dan untuk setiap masing-masing usaha pembibitan hanya menggunakan 1 orang tenaga
kerja untuk melakukan persemaian, maka rata-rata pengeluaran petani untuk membayar
38

tenaga kerja persemaian adalah sebesar rata-rata Rp.50.000. Kegiatan penanaman


dilakukan oleh rata-rata 2 orang pekerja dengan upah perhari adalah rata-rata Rp.50.000,
maka jumlah biaya yang dikeluarkan petani untuk membayar tenaga kerja penanaman
adalah rata-rata sebesar Rp.73.000. Penyiangan dilakukan oleh tenaga kerja dengan
jumlah rata-rata pekerja yang di kerjakan adalah sebanyak 2 orang dengan upah yang di
terima perhari adalah rata-rata sebesar Rp.72.500. Maka upah yang didapati oleh tenaga
kerja adalah rata-rata sebesar Rp.115.200. Untuk kegiatan penyiangan petani rata-rata
memperkerjakan 2 orang tenaga kerja dengan upah rata-rata sebsar Rp.72.500. maka
pengeluaran yang di lakukan oleh petani utnuk membayar tenaga kerja penyiangan adalah
sebesar Rp.115.200. Dalam pengolahan OPT petani memperkerjakan rata-rata hanya 1
orang tanaga kerja saja, dengan upah perhari nya adalah Rp.50.000, maka biaya yang
dikeluarkan petani untuk membayar tenaga kerja pengolahan OPT adalah sebesar
Rp.50.000. Berdasarkan penjelasan diatas adalah total biaya yang dikeluarkan oleh petani
dalam membayar upah tenaga kerja dari beberapa kegiatan yang sudah dijelaskan, maka
total biaya yang dikeluarkan adalah rata-rata sebesar Rp403.400/petani .

Berdasarkan penjelasan biaya-biaya yang dikeluarkan petani untuk memenuhi


kebutuhan biaya variabel usaha pembibitannya maka didapatilah jumlah total rata-rata
biaya variabel usaha pembibitan kelapa sawit didesa embala kecamatan parindu kabupaten
sanggau adalah sebesar Rp.4.111.920/petani.

2. Analisis Penerimaan

Penerimaan adalah hasil yang di terima oleh pemilik usaha setelah melakukan
penjualan terhadap produk yang dijual, dengan melakukan perkalian antara jumlah
produksi dengan harga satuan produk maka di dapatilah hasil penerimaan tersebut. Produk
yang dihasilkan pada usaha pembibitan kelapa sawit di desa embala kecamatan parindu
kabupaten sanggau adalah bibit yang sudah siap tanam berkisaran umur 8-10 bulan
sehingga dalam 1 periode penanaman hingga penjualan berjumlah 10 bulan (1 periode),
dengan sumber bibit adalah dari pusat pembibitan kelapa sawit (PPKS). Harga persatuan
bibit siap tanam di lokasi penelitian terdapat 2 harga oleh masing-masing petani yaitu
Rp.40.000 dan Rp.45.000. jika di tarik rata-rata harga jual bibit kelapa sawit dilokasi
39

penelitian adalah sebesar Rp.42.400. sehingga didapatilah jumlah rata-rata penerimaan


masing-masing petani adalah sebesar Rp.9.565.000/petani.

3. Analisis Pendapatan

Pendapatan adalah hasil yang di peroleh oleh petani setelah menjual hasil produksi
nya yang kemudian hasil tersebut di kurangi dengan total biaya yang digunakan selama
1 periode penanaman hingga penjualan. Jumlah pendapatan per petani berbeda-beda
antara petani satu dan petani lain nya, tergantung pada jumlah penerimaan nya, jumlah
biaya produksi nya dan luas lahan nya. Berikut adalah penjelasan rekapitulasi analisis
nilai rata-rata biaya produksi, penerimaan dan pendapatan petani usaha pembibitan kelapa
sawit dapat dilihat pada table dibawah ini.

Table 11.Rekapitulasi Nilai Rata-Rata Biaya produksi, Penerimaan Dan


Pendapatan

No Keterangan Jumlah rata-rata (Rp)


1 Biaya produksi
Total biaya tetap 853.741
Total biaya variabel 4.111.920
Total biaya produksi 4.965.661
2 Penerimaan
Total penerimaan 9.565.000
3 Pendapatan
Total pendapatan 4.599.339
Sumber: Data oleh penulis pada tahun 2022

Berikut adalah penjelasan rata-rata pendapatan petani usaha pembibitan kelapa sawit
di desa embala kecamatan parindu kabupaten sanggau per 1 periode. Penerimaan petani
adalah rata-rata sebesar Rp.9.565.000 dan total biaya produksi petani rata-rata sebesar
Rp.4.965.66, sehingga pendapatan yang didapatan petani adalah rata-rata sebesar
Rp.4.599.339, kemudian di bagi dengan total rata-rata luas lahan yaitu 1 hektar maka
40

hasil nya adalah Rp.4.599.339/periode Pendapatan ini adalah rata-rata pendapatan bersih
yang diterima oleh petani usaha sembibitan kelapa sawit selama 1 periode.

D. Analisis Kelayakan Usaha Pembibitan Kelapa Sawit

Analisis kelayakan suatu usaha dapat dihitung dengan rumus R/C ratio = TR/TC,
yaitu dengan membagi total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan oleh petani
dalam menjalankan usaha nya atau total biaya produksi. Adapun perhitungan kelayakan
usaha pada usaha pembibitan kelapa sawit ini adalah sebagai berikut.

R/C ratio = TR/TC, yang dimana penerimaan petani yaitu rata-rata berjumlah
Rp.9.565.000 dan total rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani adalah rata-
rata sebsar Rp.4.965.661, maka didapati lah hasil sebesar Rp.200. Berdasarkan penjelasan
perhitungan R/C ratio maka hasil dari jumlah rata-rata total penerimaan yang dibagi
dengan jumlah rata-rata total biaya produksi adalah sebesar Rp.200. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa jumlah yang diterima petani adalah sebesar Rp.200 untuk setiap 1
rupiah dari biaya yang di keluarkan, dengan demikian usaha pembibitan kelapa sawit di
desa embala kecamatan parindu layak untuk di usahakan dan dapat untuk di kembangkan
pada tahun-tahun seterusnya.

Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena penerimaan lebih besar
dari biaya.
41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan penjelasan mengenai hasil dari kegiatan penelitian
usaha pembibitan kelapa sawit di desa embala kecamatan parindu kabupaten sanggau,
maka dapat diketahui total rata-rata biaya produksinya adalah sebesar
Rp.4.965.661/ha/petani. Hasil produksi yang dihasilkan oleh petani pembibitan kelapa
sawit adalah bibit kelapa sawit yang sudah siap tanam atau bibit yang sudah berumur 8-
10 bulan (1 periode). Kemudian rata-rata penerimaan yang petani dapatkan selama masa
produksi 1 periode adalah sebesar Rp.9.565.000/petani/periode, dan rata-rata pendapatan
usaha pembibitan kelapa sawit didesa embala adalah sebesar
Rp.4.599.339/ha/petani/periode, sehingga usaha ini termasuk dalam usaha yang
menguntungkan dan untuk menentukan usaha tersebut layak atau tidak untuk diusahakan
yaitu dengan menggunakan perhitungan R/C ratio, Sehingga hasil nya adalah sebesar
Rp.200. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dapat didapati bahwa jumlah yang
diterima petani adalah sebesar Rp.200 untuk setiap 1 rupiah biaya yang di keluarkan,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha pembibitan kelapa sawit di desa embala
kecamatan parindu kabupaten sanggau layak untuk di usahakan dan dapat untuk di
kembangkan pada tahun-tahun seterusnya.
42

B. Saran-saran

Adapun saran-saran yang diperlukan adalah sebagai berikut.

1. Diharapkan kepada petani untuk dapat mempertahankan hasil produksinya dan


memperluas lahan usaha pembibitan kelapa sawitnya agar dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

2. Diharapkan kepada petani agar dapat meningkatkan perawatan bibit kelapa sawitnya
agar apabila sudah ditanam dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik kedepannya.

3. Diharapkan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang terkait dengan permasalahan


studi kelayakan usaha menyangkut dengan pembibitan kelapa sawit agar dapat
dibandingkan antara satu Kabupaten dengan Kabupaten lainnya. Sehingga dapat diperoleh
perbandingan dari aspek keuangannya.
43

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Ariyanto, Ir,. 2006. Budi Daya Tanaman Perkebunan. Cetakan Pertama. Penerbit
PT. Citra Aji Parama. Yogyakarta

Hadi, M. (2004). Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa

Kasmir, & Jakfar. (2012). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana.

Limanseto, H. (n.d.). Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Persidangan.


Industri Kelapa Sawit Indonesia: Menjaga Keseimbangan Aspek Sosial,
Ekonomi, dan lingkungan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian,
Jakarta, 22 April 2021, (www.ekon.co.id).

Mangoensoekarjo, S. Selanjutnya, H. Samangun, 2008. Manajemen Agribisnis Kelapa


Sawit. UGM-Pers. Yogyakarta

Mulyadi. (2015). Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN

Pahan, l. (2008). Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya.

Politeknik Kelapa Sawit. 2008. Profil Kelapa Sawit. Citra Widya Edukasi Diunduh dari
http://dedidoank.files.wordpress. com/2008/11/babv-profilk-sawit.doc [27 Juni
2011]

Purba, R., Witjaksono, dan Bambang. (2006). Bibit Kelapa Sawit Tidak Bersertifikat
Penghambat Peningkatan Produktivitas. Bogor: Lembaga Riset Perkebunan
Indonesia.

Putra, I. G. B. A. W., Prijanto, A., Sukendar, N. M. C., & Arisena, G. M. K. (2020). Kajian
Analisis Biaya Dan Manfaat (Cost-Benefit Analysis) Kawasan Agrowisata Di
Indonesia. Agromix.
44

Samryn, M.L. (2016). Pengantar Akuntans: Buku 2 Metode AkuntansiUntuk Elemen


Laporan keuangan Diperkaya Dengan Perspektif IFRS & Perbankan. Cetakan
Ke-2. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persa

Sayaka, B., K. Kariyasa, T. Nurasa, Waluyo, dan Y. Marisa. (2006). Analisis Sistem
Perbibitan Komoditas Pangan dan Perkebunan Utama. Laporan Teknis. Bogor:
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Shinta A. 2011. Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya press (UB-PRESS), Malang.

Shorea Khaswarina, 2001, Keragaman Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian Berbagai
Kombinasi Pupuk di Pembibitan Utama, Jurnal Natur Indonesia Jilid III, 138-
150, Fakultas Pertanian Universitas Riau

Silala, V. (2003). Upaya-Upaya Memperkecil Peredaran Bibit Kelapa Sawit Palsu.


Sebelat: PT Agricinal.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2019). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sulistyo,B,D,H. (2010). Budidaya Kelapa Sawit, Balai Pustaka-PPKS. Jakarta.

Suliyanto. (2010). Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Andi Offset.

Sumarwan, Ujang. (2014). Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran, Ghalia Indonesia. Bogor.

Tarwaka, dkk, 2004, Ergonomi untuk Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Surakarta:
UNISBA Press.

Wizznotes. (2017). Purpose of a feasibility study. Retrieved from wizznotes.com:


http://wizznotes.com/pob/establishing-a-business/purpose-of-a-feasibility-study

Anda mungkin juga menyukai