Lidia Manurung
NIM C1011181033
Lidia Manurung
NIM C1011181033
Lidia Manurung
NIM. C1011181033
Laporan ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk Kelulusan
Mata Kuliah Magang
Tanggal : …………………
Disahkan
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan magang yang berjudul “Pemeliharaan Bibit
Kelapa Sawit Pada Main Nursery di PPKS Kebun Substation Parindu Desa Binjai
Kecamatan Tayan Hulu Kabupaten Sanggau” ini. Magang merupakan bagian dari
kurikulum Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak yang harus dan
wajib dilaksanakan oleh mahasiswa Fakultas Pertanian. Laporan ini disusun oleh
penulis sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk dapat menyelesaikan kegiatan
magang dan syarat lulus mata kuliah magang.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat Ir. Dini
Anggorowati, M.Sc selaku dosen pembimbing magang. Penyusunan Laporan
Magang ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan
kali ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang tua dan saudara tercinta yang turut memberi dukungan baik
secara doa, material dan semangat.
2. Prof. Dr. Ir. Hj. Denah Suswati, M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak.
3. Dr. Ir. Fadjar Rianto, MS selaku ketua jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.
4. Maulidi, SP.,M.Sc selaku ketua Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak.
5. Asbullah Hasibuan , SP selaku kepala kebun , Muslikun selaku mandor yang
berada di divisi pembibitan .
6. Teman-teman mahasiswa yang telah turut serta membantu pelaksanaan
magang.
Penulis menyadari bahwa Laporan Magang ini masih memiliki banyak sekali
kekurangan di dalamnya, sehingga dalam kesempatan kali ini juga penulis
bermaksud untuk meminta saran dan masukan dari semua pihak demi terciptanya
Laporan Magang yang lebih baik lagi.
i
Penulis juga berharap agar Laporan Magang yang telah penulis susun ini
bisa bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan para pembaca.
Lidia Manurung
NIM C1011181033
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pertambahan Tinggi dan Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit ............... 27
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat Penetapan Waktu Magang................................................... 36
Lampiran 2 Surat Balasan .............................................................................. 37
Lampiran 3 Surat keterangan Jalan ................................................................. 38
Lampiran 4 Lembar Kendali magang ............................................................. 39
Lampiran 5 Laporan Aktivitas magang........................................................... 40
Lampiran 6 Struktur Organisasi ...................................................................... 41
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu dari
beberapa jenis palma yang menghasilkan minyak untuk tujuan komersil. Kelapa
sawit berasal dari Afrika Barat. Industri sawit Indonesia bermula dari empat anak
benih dari Afrika yang ditanam di Tanam Botani Bogor. Perkebunan kelapa Sawit
bisa menghadirkan prestasi – prestasi yang membanggakan dan layak untuk
ditiru.Semuanya bergantung pada manajemen dan pemimpinnya (Pahan, 2011).
Tahun 2019, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia mencapai 14.67.560 ha.
Peningkatan produksi Crude Palm Oil (CPO) juga mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016, produksi CPO sebesar
31.730.961 ton dengan luasan 11.201.465 ha, pada tahun 2017 produksi CPO
menjadi 37.965.224 ton dengan luasan 14.048.722, pada tahun 2018 produksi CPO
40.567.230 ton dengan luasan 14.327.193 ha, dan pada tahun 2019 produksi CPO
mencapai 42.869.429 ton (Ditjenbun, 2019). Berdasarkan data tersebut dapat kita
lihat bahwa semakin meningkatnya produksi CPO dikarenakan semakin
bertambahnya luasan kelapa sawit, akan tetapi bila kita hitung produktivitas yang
dihasilkan tidak optimal.
Langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan produksi kelapa sawit
adalah pembibitan. Pembibitan adalah suatu proses menumbuhkan dan
mengembangkan benih menjadi bibit yang siap ditanam. Dari pembibitan ini akan
didapatkan bibit unggul yang merupakan modal dasar dari perusahaan untuk
mencapai produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang tinggi. Maka dari itu
pada tahap pembibitan perlu dirawat dengan semaksimal mungkin. Apabila tidak
dirawat dengan baik dari pembibitan maka poduksi yang dihasilkan juga tidak
optimal.
Perawatan yang perlu diperhatikan dalam pembibitan adalah pengendaliaan
hama penyakit, penyiangan gulma, konsolidasi (perbaikan letak, penambahan tanah
di polybag, pemeliharaan jalan), drainase, dan instalasi penyiraman. Selain itu perlu
dilakukannya sortasi yang ketat agar diperoleh bibit yang benar-benar baik, sehat dan
seragam, harus dilakukan (Pardamean, 2011).
1
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sebagai salah satu lembaga penelitian
yang mendapat mandat dari pemerintah , diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
benih kelapa sawit dalam negeri dengan cara terus meningkatkan kapasitas
produksinya dan terus berupaya menghasilkan varietas varietas baru sesuai dengan
kebutuhan konsumen .
Pelaksanaan magang dilakukan agar mahasiswa mendapatkan pengalaman
dan mengetahui keadaan atau kondisi pertanian yang sebenarnya baik ditinjau dari
teknik budidaya, pengolahan hasil serta system manajemen dan kemampuan
berkomunikasi, keterampilan di lapangan, membentuk jiwa kepemimpinan, serta
melatih untuk berjiwa wirausaha dan mempermudah untuk mendapatkan lapangan
kerja. Kegiatan praktek magang dianggap perlu karena dengan demikian akan
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pembibitan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya kegiatan magang ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui, memahami dan menganalisis keadaan perkebunan kelapa sawit
di lapangan, agar nantinya mahasiswa dapat menjadi tenaga kerja yang handal
di bidang pekebunan terutama di bidang kelapa sawit.
b. Menambah pengalaman, meningkatkan keterampilan dan pengenalan
terhadap teknis budidaya pertanian dan perkebunan di lapangan.
c. Studi banding antara teori yang didapatkan di bangku kuliah dengan
pelaksanaannya secara teknis di lapangan.
Untuk mempererat kerjasama antara Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura dengan pihak instansi tempat prakter magang.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah untuk mengetahui teknik
pembibitan Main Nursery (MN) kelapa sawit di PPKS Kebun Substation Parindu
Desa Binjai kecamatan Tayan Hulu Kabupaten Sanggau.
C. Manfaat magang
1. Memperluas wawasan dan pola berfikir bagi mahasiswa
2. Melatih kedisiplinan dan tanggung jawab
3. Mendekatkan mahasiswa dengan dunia kerja
2
4. Mahasiswa mengumpulkan data-data yang relevan untuk kepentingan
mahasiswa, fakultas, masyarakat dan berbagai pihak dalam rangka menambah
ilmu pengetahuan.
5. Membiasakan mahasiswa dalam kondisi Iingkungan pertanian.
D. Batasan Masalah
Meningkatkan produksi kelapa sawit tahap pembibitan menjadi salah satu
faktor penentu keberhasilannya, untuk itu perlu adanya perhatian lebih terhadap
teknik pembibitan tanaman kelapa sawit tersebut. Teknik pembibitan dalam budidaya
tanaman kelapa sawit yang diterapkan di PPKS Parindu ini sudah tepat atau tidak,
maka akan dibahas pada laporan ini.
E. Metode Pendekatan
Pelaksanaan magang dilakukan dengan beberapa metode, yakni sebagai berikut:
1. Metode Wawancara
Metode ini diterapkan dengan cara melakukan percakapan dengan pihak yang
terkait selama berada di lapangan.
2. Metode Observasi
Metode ini menuntut mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan dan
mengamati serta melihat keadaan yang ada di lapangan.
3. Studi Pustaka
Mahasiswa menggunakan berbagai literatur yang bisa memperkuat isi tulisan
seperti buku, jurnal, dan berbagai literatur lain yang berkaitan dengan ilmu
pengetahuan tentang budidaya kelapa sawit.
4. Metode Dokumentasi
Selama melaksanakan kegiatan magang, mahasiswa perlu mengambil foto
atau gambar semua kegiatan di lapangan untuk memperkuat isi laporan yang disusun.
5. Praktek
Mahasiswa ikut langsung mempraktekkan apa yang sedang dilakukan di
lapangan dengan didampingi oleh asisten dan mandor.
3
II. KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
A. Sejarah Singkat
Cikal bakal PPKS didirikan pada 26 September 1916 oleh Algemeene
Proefstation der AVROS (APA). AVROS (Alegemeene Vereniging Van Rubber
Planters ter Oostkust van Sumatera) kemudian berubah nama menjadi Balai
Penelitian Perkebunan Medan. Hasil-hasil penelitian APA cukup banyak dan sangat
berguna bagi pengembangan perkebunan di Sumatera. Setelah Perang Dunia II
sebagian besar perkebunan di Sumatera terlantar sehingga pada tahun 1952 diadakan
penyatuan dengan “Deli Planters Vereniging”.
Karena alasan politik dan ekonomi, Pemerintah Republik Indonesia
melakukan nasionalisasi dan mengambil alih perkebunan-perkebunan milik Belanda.
Pada tahun 1957 AVROS diambil alih dan diubah menjadi Gabungan Pengusaha
Perkebunan Sumatera (GAPPERSU). Selanjutnya APA diganti dengan Balai
Penelitian GAPPERSU yang dikenal dengan nama RISPA (Research Institute of the
Sumatera Planters Association). Berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian No.
247/UM/57 tanggal 11 Desember 1957 ditetapkan bahwa RISPA ditempatkan di
bawah Kementerian Pertanian RI yang pengelolaannya dilaksanakan oleh Badan
Koordinasi Perkumpulan dan Organisasi Perkebunan.
Pada tahun 1968 RISPA berubah menjadi Balai Penelitian Perkebunan
Medan (BPPM) dengan pembinaan dan pembiayaannya diserahkan kepada Direksi
PN Perkebunan I s/d IX sesuai dengan surat keputusan Menteri Pertanian RI
No.353/Kpts/OP/12/1968 tanggal 20 Desember 1968. Pada tahun 1971 pembinaan
Balai Penelitian Perkebunan Medan diserahkan kepada Dewan Pembina Balai
Penelitian Perkebunan dan mendapat dana dari Cess sesuai dengan surat keputusan
Menteri Pertanian RI No.503/Kpts/OP/12/1971 tanggal 5 Desember 1971.
RISPA mendapat biaya dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN
)pada bulan April 1976 dan mulai tahun 1978 pembinaan Balai Penelitian
Perkebunan diserahkan kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian RI berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian RI
No.133/Kpts/OP/3/1978. Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
Indonesia (APPI) didirikan di Jakarta pada bulan November 1987. Balai-Balai
4
Penelitian Perkebunan ditempatkan di bawah koordinasi AP3I. Sesuai dengan surat
keputusan Ketua Dewan Pimpinan Harian AP3I No.084/Kpts/DPH/XII/92 tanggal 24
Desember 1992 tentang penataan pengelolaan unit pelaksana penelitian di
Lingkungan AP3I, maka pada tanggal 4 Februari 1993 dibentuk Pusat Penelitian
Kelapa Sawit (PPKS) berkedudukan di Medan, yang merupakan gabungan dari Pusat
Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Medan, Puslitbun Marihat dan Puslitbun Bandar
Kuala. Penggabungan ketiga Puslitbun tersebut dilakukan dalam upaya peningkatan
efisiensi pengelolaan organisasi.
Sebagai produsen kecambah kelapa sawit terbesar di Indonesia, PPKS telah
memperoleh sertifikat pendaftaran varietas hasil pemuliaan dari pusat perlindungan
varietas tanaman. Departemen pertanian untuk beberapa varietas yang telah
dikomersilkan. Beberapa ciri ciri varietas yang telah memperoleh sertifikat
Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) tersebut adalah
1. Memenuhi peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya terkait dengan
mutu dan lingkungan.
2. Senantiasa berusaha meningkatkan kinerja melalui peningkatan kuantitas dan
kualitas produksi.
3. Senantiasa berusaha dan memenuhi atau melampaui harapan pelanggan.
Pemegang saham, karyawan dan pihak terkait lainnya.
4. Mencegah terjadinya pencemaran air. tanah. udara, berupaya untuk mengelola,
meminimalkan dan pemanfaatan limbah padat, cair, baik berbahaya maupun
tidak berbahaya dan mengendalikan emisi gas buang.
5. Mengefektitkan dan mengefisiensikan pemakaian sumber daya dan senantiasa
meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan dengan perbaikan secara
berkelanjutan.
6. Membangun dan menjalankan sistem manajemen tanaman yang tepat untuk
menjamin perbaikan/pen ingkatan terus menerus dan berkelanjutan.
7. Mengoptimalkan pengoperasian pabrik dengan pemeliharaan peralatan yang
terencana dan terprogram.
8. Memperhatikan estetika lingkungan dalam pengoperasian dan pengembangan
pabrik serta mendukung kelestarian lingkungan.
9. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan
5
perusahaan.
10. Senantiasa berusaha memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan Iingkungan
sekitarnya.
11. Menjalin hubungan yang harmonis dengan pekerja dan masyarakat sekitar.
Kebijakan ini berlaku dan menjadi tanggung jawab dari semua karyawan, mitra
kerja yang terkait serta kebijakan ini dapat ditinjau ulang atau disempurnakan apabila
dipandang perlu untuk kepentingan bersama.
1. Letak dan Luas
Luas wilayah Pembibitan Kelapa Sawit Parindu berdasarkan peta yaitu
38.8914 Ha dapat terlihat pada (Gambar 1). Dengan batas batas wilayah sebagai
berikut :
a. Sebelah timur : Berbatasan dengan kecamatan Tayan Hulu
b. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Gerundi
c. Sebelah Utara : Berbatasan dengan PTPN XIII Parindu
d. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Rumah Sakit Parindu
6
4. Keadaan Penduduk
Penduduk di sekitar PPKS Parindu memiliki karyawan yang merupakan
penduduk asli. Penduduk asli didaerah tersebut adalah suku Dayak, selebihnya
merupakan suku Jawa, Melayu, Batak, dan Tionghoa. Masyarakat hidup dengan
rukun dan mentaati aturan dan norma yang berlaku. Sosial budaya antar perusahaan
dengan masyarakat sekitar pun terjalin hubungan yang baik, keberadaan
perusahaan juga dirasakan oleh masyarakat sekitarnya seperti diberinya
kesempatan bagi masyarakat untuk bekerja, baik sebagai karyawan tetap maupun
karyawan lepas.
B. Struktur Organisasi
Struktur organisasi PPKS di jabarkan sebagai berikut dan bagan dapat dilihat
pada Lampiran 6.
1. Kepala Kebun
Bertugas untuk mengawasi, mengatur dan mengarahkan para karyawan kebun
tentang kegiatan-kegiatan di lapangan serta melaporkan kepada atasan.
2. Tata Usaha
Mengatur keuangan dan menyalin semua laporan yang ada di kebun.
3. Mandor
Bertugas untuk membuat rencana kerja harian, bulanan dan tahunan serta
memastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan sesuai target atau tidaknya. Hasil dari
pekerjaan tiap harinya juga perlu dilaporkan didalam Buku Kerja Mandor.
4. Krani
Mengimput semua laporan hasil pekerjaan yang ada di PPKS.
5. Tenaga kerja
Sumber tenaga kerja di PPKS Parindu terdiri Karyawan Harian Lepas ( KHL)
dan karyawan SKU ( Syarat Kerja Umum ). KHL yaitu karyawan tidak tetap dan
tidak memiliki ikatan kontrak dengan perusahaan yang umumnya berasal dari
perkampungan sekitar kebun. Sedangkan karyawan SKU adalah karyawan yang
memiliki ikatan kontrak , yang memiliki perjanjian kerja yang dibuat oleh
perusahaan serikat kerja perkebunan untuk karyawan harian tetap dan bulanan yang
7
berdomisili di perkebunan milik perusahaan atau mempunyai perjanjian pengolahan
dengan perusahaan.
C. Visi dan Misi
1. Visi Pusat Penelitian Kelapa Sawit
PPKS memiliki visi menjadi lembaga penelitian bertaraf intemasional yang
mampu menjadi acuan bagi perkelapa sawitan nasional, yang dalam kegiatannya
mampu mandiri secara finansial dan memiliki sumber daya insani yang berkualitas
dan sejahtera.
2. Misi Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Misi PPKS adalah menunjang industri kelapa sawit di Indonesia melalui
penelitian dan pengembangan serta pelayanan. Melalui paket teknologi maupun
pengembangan IPTEK yang dihasilkan, PPKS diharapkan dapat menjadi motor
penggerak (prime mover) bagi pengembangan industri perkebunan kelapa sawit di
Indonesia.
8
III. PELAKSANAAN MAGANG
B. Metode Pelaksanaan
1. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan percakapan dengan pihak yang
terkait selama berada di lapangan.
2. Metode Observasi
3. Studi Pustaka
9
Metode dengan didampingi oleh asisten dan mandor.
4. Dokumentasi
5. Praktek
1. Divisi Pembibitan
PPKS Parindu memiliki bibit jenis Tenera yang merupakan hasil dari
persilangan jenis Dura dengan Pesifera . Bibit jenis Dura merupakan bibit asli dari
PPKS Parindu sedangkan jenis Pesifera didapatkan dari PPKS Medan . Pembibitan
yang ada saat ini yaitu dimulai dari kecambah, Pre Nursery hingga Main Nursery.
Pre Nursery adalah tempat kecambah kelapa sawit ditanam dan dipelihara
sampai berumur 3 bulan , dengan melihat jumlah daun sekitar 4 helai . Adapun
kegiatan yang dilakukan yaitu :
Tanah yang digunakan yaitu tanah yang subur (Top Soil) diayak dengan
memakai ayakan kawat berukuran 2 cm . ukuran polybag diameter 14 cm x tinggi 22
cm x tebal 0,10 mm , jenis polybag yang dingunakan yaitu PE (Polythene Elastic) .
2. Penanaman Kecambah
Penanaman kecambah dilakukan dengan hati hati agar akar dan pucuk tidak
10
patah .Buat lubang tepat ditengah babybag sedalam 2 cm dengan menggunakan jari
telunjuk. Selanjutnya meletakkan kecambah di posisi pucuk menghadap ke atas dan
bakal akar ke bawah, kemudian timbun tanah kembali dengan lapisan tipis diatas
bibit tersebut dan tidak boleh dipadatkan .Proses penanaman dapat dilihat pada (
Gambar 2)
3. Penyiraman
Penyiraman bibit dilakukan 2 kali dalam sehari pagi dan sore , kecuali curah
hujan > 8 mm maka tidak perlu dilakukan penyiraman. Kebutuhan air 0 – 1 bulan
sebanyak 100 ml / pokok, 1- 2 bulan sebanyak 200 ml / pokok , 2 -3 bulan 300 ml /
pokok.
4. Pengendalian Gulma
11
Gambar 3. Penyiangan Gulma secara Manual
5. Pemupukan
7. Seleksi bibit
a. Tanaman kerdil ciri cirinya yaitu pertumbuhan batang pendek seperti seperti
tertekan, pelepah pendek, semak, daun klorosis bentuk daun dan kanopinya
berbeda dengan tanaman yang tumbuh normal . Produksi sangat rendah
hingga tidak berproduksi sama sekali
12
c. Pertumbuhan memanjang dengan ciri ciri yaitu daun kecil dan pertumbuhan
memanjang ke atas dan kurus
d. Bercak daun dengan ciri ciri fisik daun yang terserang bercak bewarna kuning
tua dan bintik bintik agak kecoklatan .
(a) (b)
13
1. Persiapan Tanah dan polybag
3. Perawatan pada MN
a. Pemberian Tankos
14
yang terlihat. Pengaplikasian tankos sebagai mulsa dapat dilihat pada Gambar 7.
b. Penyiraman.
Penyiraman di MN dilakukan setiap dua kali sehari, yaitu pagi hari 07.00-
10.00 dan sore hari 16.00-18.00 WIB terkecuali jika curah hujan tinggi melebihi 8
mm/hari. Untuk MN, besarnya kebutuhan air per bibit atau polybag untuk
penyiraman adalah 8 mm/hari. Jika curah hujan melebihi 10 mm/hari maka
penyiraman di hari tersebut ditiadakan dan apabila curah hujan kurang dari 8
mm/hari, maka perlu dilakukan penyiraman agar kebutuhan air per bibit atau polybag
setara dengan 8 mm/hari. Pada umur 3-6 bulan kebutuhan air 2 liter/pokok , pada
umur 6 -10 bulan kebutuhan air 3 liter/pokok . Penyiraman di MN dilakukan secara
mekanis dengan menggunakan springkle pada (Gambar 8)dan pipa pralon 3/4
kemudian disambung pipa plastik 25 meter. Alat digunakan untuk menyiram
tanaman di areal pembibitan yang luas dengan bantuan mesin diesel sebagai
penggerak springkle.
15
c. Penyiangan Gulma
Areal pembibitan harus tetap bersih dan terbebas dari gulma. Penyiangan
gulma pada polybag pada MN dilakukan 2 x sebulan (1 x 2 minggu)sebelum
pemupukan. Pengendalian gulma yang dilakukan ada dua cara yakni secara mekanik
(Gambar 9) dan kimiawi. Pengendalian secara mekanik disebut sebagai weeding,
pengendalian ini dilakukan dengan mencabut gulma yang berada di dalam polybag
menggunakan alat bantu agar saat mencabut gulma akar tanaman tidak terganggu
atau ikut tercabut. sedangkan pada gulma yang tumbuh di luar polybag dapat
dilakukan pengendalian menggunakan herbisida dengan syarat herbisida yang
digunakan bersifat selektif dan harus lebih rendah dari permukaan polybag.
d. Pemupukan
Pupuk padat yang digunakan adalah pupuk NPK dan RP. Pupuk NPK
diberikan dengan takaran 10 g /pokok sedangkan Pupuk RP diberikan dengan takaran
0,75 g /pokok. Pemberian kedua pupuk ini dilakukan dengan menaburkan pupuk
secara melingkar di sekitar pokok tanaman dan pastikan pemberian tidak terlalu
16
dekat dan tidak bersentuhan dengan pokok.
(a)
17
(b)
Sensus merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melihat bibit mana yang
normal dan tidak normal, baik itu karena hama penyakit maupun karena kesalahan
kultur teknis. Fungsi dari kegiatan ini untuk mengetahui bibit mana yang layak untuk
ditanam ke lapangan atau yang untuk diperjual belikan. Bibit yang dikatakan tidak
normal dibagi menjadi dua penyebab. Penyebab pertama adalah genesis, contohnya
adalah bibit kerdil atau terlalu besar, jarak antara anak daun pendek atau lebar
melebihi batas normal, daun terdapat strip bewarna kuning yang disebabkan karena
tidak memiliki klorofil, Crown Disease keadaan dimana anak daun tumbuh berputar
dan sebagainya. Sedangkan bibit abnomal karena serangan hama/penyakit, defesiensi
unsur hara, keracunan herbisida dan sebagainya. Contoh bibit yang tidak normal
dapat dilihat pada Gambar 12.
Seleksi merupakan kegiatan untuk membuang atau memusnahkan bibit yang
tidak normal dalam tahap sudah kritis. Pemusnahan tersebut haruslah dilihat oleh
saksi. Terdiri dari kepala kebun , mandor , dan security . Selain itu pemusnahan bibit
juga perlu dibuatkan berita acara oleh mandor dan disertai dengan foto. Proses
seleksi bibit dapat dilihat pada Gambar 13.
18
Gambar 12. Contoh Tanaman yang Terseleksi
A. Inspeksi
19
pohon induk untuk diamati , dikunjungi dan diperiksa paling lambat setiap minggu.
Aktivitas inspeksi meliputi :
Pembungkusan tandan bunga betina yang berada pada ketiak pelepah daun
mulai muncul satu bulan sebelum reseptif. Pembungkusan bunga betina dilakukan
sekurang-kurangnya 20 hari sebelum bunga reseptif/ujung seludang bunga masih
tertutup dengan kondisi seludang pecah maksimal 25 %. Setelah seludang pecah baru
dapat ditentukan jenis kelaminnya. Tandan bunga jantan biasanya lebih ramping dan
memanjang sedangkan yang betina lebih pendek dan besar.
20
Gambar 14. Pembungkusan bunga Betina
C. Penyerbukan
Reseptif bunga ditandai dengan adanya bunga yang mekar pada spikelet
dimana kepala putik berwarna putih kekuningan dan memiliki cairan putih
kekuningan. Penyerbukan dapat dilakukan pada saat bunga betina minimal 70 %
telah mengalami antesis. Waktu penyerbukan dilakukan pada pukul 08.00-11.00 dan
kepala putik telah kering (tidak berlendir) atau berubah warnanya menjadi merah
/merah kehitaman berarti saat penyerbukan telah lewat.
21
(a) (b)
(c) (d)
D. Panen
2. Divisi Produksi
A. Penerimaan Tandan
Tandan benih yang datang dari lapangan diterima di bagian persiapan benih
untuk diperiksa kebenarannya. Pemeriksaan meliputi kondisi label tandan tertancap
kokoh di antara spikelet dan tidak melukai buah, identitas label harus sesuai dengan
22
advis panen yaitu nomor penyerbukan, tanggal pembungkusan, tanggal penyerbukan,
kode pohon induk, nomor registrasi dan inisial pollinator. Tandan yang telah
diperiksa identitasnya, kemudian ditimbang dan beratnya dicatat.
B. Pencincangan Tandan
1 ) tandan busuk,
Fruit set adalah persentase buah sempurna terhadap total buah yang terbentuk.
D. Pengupasan
23
E. Seleksi Benih
F. Pematahan Dormansi
G. Perendaman I
Perendaman dilakukan selama 7 hari di dalam bak yang airnya diganti setiap
hari untuk menghilangkan jamur dan mengangkat partikel-partikel yang menempel di
24
benih sekaligus untuk meningkatkan kadar air dari 14 % menjadi 17-18 %.
H. Pengeringanginan I
Setelah 5-7 hari dalam bak perendaman, benih dikeluarkan dari kantong
jaring dan dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari kawat, kemudian
dicelupkan ke dalam larutan fungisida (dithane) dengan konsentrasi 0.1-0.2 %
selama 2 menit untuk mencegah serangan jamur. Selanjutnya benih- benih tersebut
dikeringanginkan pada rak-rak selama 1 x 24 jam sampai benih tidak kelihatan basah
lagi. Setiap rak yang berisi benih dilengkapi dengan identitas benih (label).
Pengeringanginan dibantu dengan kipas angin.
I. Pemanasan
J. Perendaman II
25
Pada umumnya benih mulai berkecambah setelah 17-21 hari berada di ruang
perkecambahan. Pada saat itu pemilihan kecambah pertama dapat dilakukan.
Selanjutnya, seleksi dilakukan hingga maksimal 6 kali atau 6 minggu dalam ruang
kecambah. Dalam memulai seleksi, tray plastik berisi benih yang berkecambah
dikeluarkan dari ruang perkecambahan. Benih atau kecambah yang kering disiram
dengan larutan fungisida (dithane) dengan konsentrasi 0,1-0,2 % dengan
menggunakan hand sprayer bersamaan waktunya dengan pelaksanaan pemilihan
kecambah.
Dalam pemilihan kecambah akan dihasikan kecambah baik dan afkir, dengan
kriteria sebagai berikut :
Ciri kecambah normal adalah :
1) kecambah tumbuh sempurna, secara jelas dapat dibedakan antara plumula dan
radikula,
2) plumula dan radikula tampak segar dengan panjang antar ujung maksimal 2 cm,
3) plumula dan radikula lurus berlawanan arah,
4) tidak berjamur.
Sedangkan kriteria kecambah abnormal adalah :
1) tumbuh membengkok,
2) plumula dan radikula tumbuh searah,
3) layu dan berjamur dan
4) plumula dan radikula lebih dari 2 cm.
Kecambah baik dan benar hasil pemilihan dimasukkan ke dalam kantong
plastik berlogo PPKS. Masing-masing kantong berisi 150 kecambah. Kantong
kemasan kecambah digembungkan supaya tersedia oksigen yang cukup
26
IV. PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan kegiatan magang di PPKS Parindu dilakukan pengukuran untuk
mengetahui apakah perawatan yang dilakukan memberi pengaruh terhadap
pertumbuhan bibit kelapa sawit. Berikut adalah data pengukuran yang diamati pada
Plot A1:
Tabel 1. Pertambahan Tinggi dan Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit
18 Agustus 15 September
No.
TT (cm) JD TT JD
1. 58 38 61,5 42
2. 61 14 61,5 16
3. 43 10 46,5 13
4. 46,5 10 48,5 12
5. 49 45 52,5 60
6. 46,5 12 47,5 12
7. 56 20 58,5 27
8. 50,5 32 51 51
9. 28 12 47,5 16
10. 47 12 50,5 64
B. Pembahasan
Pada Tabel 1 diketahui bahwa terjadi peningkatan tinggi tanaman dari awal
dan akhir pengukuran. Hal ini dikarenakan pemberian pupuk yang dilakukan. Pupuk
yang diberikan merupakan pupuk NPK dan Bayfolan. Berikut adalah penjelasan
tentang keterkaitan antara pupuk dan pertumbuhan bibit kelapa sawit :
1. Tinggi Tanaman
Pupuk NPK berfungsi mendukung proses fotosintetis dan produksi fotosintat
yang dihasilkan, serta meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui mekanisme
pengubahan unsur hara NPK menjadi senyawa organik atau energi disebut
metabolisme (Firmansyah, Syakir, & Lukman, 2017). Metabolisme merupakan
reaksi kimia yang menghasilkan ATP atau disebut juga energi yang mempunyai
27
peranan penting dalam aktivitas sel, salah satunya adalah pembelahan sel.
Pembelahan sel itu lah yang nantinya akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman
(Lestari & Kistinnah, 2009).
Selain pupuk NPK, PPKS juga memberikan pupuk RP. Fungsi dari pupuk ini
sebagai sumber P, mempunyai efek residual yang lebih lama dalam tanah dan
meningkatkan pH tanah karena mempunyai kadar CaO yang tinggi (Y.V.I, 2000).
Fosfor berperanan penting dalam proses metabolisme tanaman yang keberadaannya
tidak dapat digantikan oleh unsur hara lain. Fosfor merupakan komponen penting
asam nukleat, karena itu menjadi bagian esensial untuk semua sel hidup. Fosfor
sangat penting untuk perkembangan akar, pertumbuhan awal akar tanaman, luas
daun, dan mempercepat panen (Subhan dkk, 2009).
2. Jumlah Daun
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa pertambahan jumlah daun tiap
tanaman tidak sama atau bervariasi. Menurut (Maryani .2012), mengatakan bahwa
jumlah daun sudah merupakan sifat genetis dan lingkungan dari tanaman kelapa
sawit. Laju pembentukan daun (jumlah daun per satuan waktu) relatif konstan jika
tanaman ditumbuhkan pada kondisi suhu dan intensitas cahaya yang juga konstan.
Pertumbuhan daun yang bervariasi itulah yang perlu ditangani agar
pertumbuhan bibit nantinya akan setara satu dengan yang lainnya maka diberilah
pupuk Bayfolan. Pupuk ini berfungsi untuk menambah jumlah klorofil sehingga
jumlah daun bertambah dan fotosintesis dapat berjalan dengan baik (Hamidah,
2013). Tanaman yang mampu menghasilkan fotosintat yang lebih tinggi akan
mempunyai banyak daun, karena hasil fotosintat akan digunakan untuk membentuk
organ seperti daun dan batang sejalan bertambahnya berat kering tanaman.
Berdasarkan praktek magang yang dilakukan selain pengukuran yang
dilakukan pada tanaman juga ditemukan beberapa masalah yang mampu
menghambat pertumbuhan tanaman jika dibiarkan maka dari itu perlu dilakukannya
perbaikan untuk menghasilkan bibit yang baik.
a. Penyiraman
Air merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Apabila air yang diperlukan tanaman tidak terpenuhi maka tanaman akan
menjadi tidak normal pertumbuhannya bahkan sampai mati. Kelapa Sawit
28
merupakan tanaman yang berakar dangkal (serabut) sehingga tanaman ini mudah
sekali mengalami cekaman kekeringan. Maka dari itu perlu adanya perawatan yang
intensif atau khusus saat musim kemarau terjadi (Maryani, 2012).
Penyiraman yang dilakukan pada PPKS Parindu dilakukan dengan sistem
embun (sistem manual atau konvensional). Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari
yakni dari pukul 06.00 – 11.00 dan pukul 16.00 – 17.00 atau bisa juga dalam 1 plot
disiram selama 1 jam. Akan tetapi waktu penyiraman yang dilakukan oleh pekerja
tidak sesuai dengan ketentuan tersebut, sehingga dampaknya pada media tanam yang
digunakan menjadi kering dan keras. Apabila tanah menjadi keras maka akar
tanaman tidak tumbuh dengan baik, sehingga pertumbuhan akar juga akan terhambat.
Media tanam yang digunakan adalah tanah PMK. Tanah PMK tergolong
tanah keras yang apabila tidak disiram secara benar tanah akan menjadi keras dan
akar akan sulit tumbuh dan berkembang. Oleh sebab itu, penyiraman yang dilakukan
haruslah sesuai anjuran dan perlu ditambahkan bahan organik yang mampu
memperbaiki sifat fisik tanah seperti mengurangi kepadatan tanah dan kadar air
tersedia. Bahan orgnik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang, pupuk hijau
dan lain sebagainya.
b. Pengendaliaan Penyakit Bercak Coklat
Curvularia sp. adalah jamur salah satu penyakit yang mudah ditemukan dan
sulit dikendalikan yakni penyakit bercak coklat. Penyakit ini sangat merugikan
karena dapat menghambat pertumbuhan seperti bibit menjadi kerdil, memperlama
umur pembibitan, meningkatkan kematian saat penanaman, memperlama masa
tanaman belum menghasilkan (TBM), menurunkan nilai jual dan menjadi sumber
inokulum bibit lain. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengendalian yang tepat agar
tidak menghambat pertumbuhan kelapa sawit (Solehudin dkk .2012).
Penyakit ini menyerang daun pupus yang belum membuka atau daun dua
muda yang sudah membuka. Gejala awal adalah bercak bulat kecil berwarna kuning
tembus cahaya yang dapat dilihat dikedua permukaan daun, bercak membesar,
bentuknya bulat, warnanya lambat laun berubah menjadi coklat muda dan pusat
bercak mengendap (melekuk). Setelah itu, warna bercak berubah menjadi coklat tua
dan dikelilingi oleh holo jingga kekuningan terlihat pada Gambar 16. Penyakit ini
29
dapat menyebar melalui tanah, terbawa hembusan angin, percikan air hujan, dan
kemungkinan infeksi dari serangga (Lalang, dkk. 2016).
Penanganan penyakit bercak coklat yang dilakukan oleh PPKS Parindu ada
dua cara, pertama dengan cara pemberian fungisida Dithane M – 45 pada daun
kelapa sawit dengan takaran 30 – 50 g /kap atau setara dengan 70 cc , 30 gram dalam
15 liter air / 300 bibit . Dithane merupakan fungisida berbentuk tepung berwarna
kuning yang digunakan untuk mengendalikan penyakit jamur yang menyerang pada
pertanian, perkebunan dan pembibitan. Dithane M-45 terbuat dari bahan aktif
mankozeb yang merupakan jenis fungisida kontak yang bekerja langsung pada
penyakit jamur.
Cara pengendalian kedua adalah pengguntingan. Teknik ini merupakan
pengendalian secara mekanik, yang bertujuan untuk membuang daun kelapa sawit
yang sudah terserang Curvularia. Jamur Curvularia memiliki sifat yang
penyebarannya yang semakin cepat bila curah hujan tinggi, kelembaban tinggi dan
suhu yang tinggi. Selain itu, menurut Solehudin dkk. (2012) penularan yang paling
berperan diduga melalui kontak antara daun sakit dengan daun sehat. Maka dari itu
apabila sudah dilakukan pengguntingan sebaiknya daun yang terserang perlu
dimusnahkan, akan tetapi pada PPKS tidak dilakukan pemusnahan.
Pemusnahan dapat dilakukan dengan cara membakar daun bibit yang
terserang pada tingkat ringan dan sedang. Apablia ada bibit yang sudah masuk
kategori kritis atau terserang berat, maka harus dimusnahkan dengan cara dibakar.
Selain itu, bibit-bibit yang terserang harus diisolasi, jangan satukan dengan tanaman
lain yang masih sehat (Isnaini, 2015).
30
c. Konsolidasi
Konsolidasi adalah suatu kegiatan memperbaiki letak, menegakkan tanaman
yang miring dan penambahan tanah di polybag. Apabila polybag bibit yang tumbang
tidak ditegakkan maka tanaman akan tumbuh miring (tidak normal). Pada PPKS
konsolidasi tidak dilakukan secara keseluruhan sehingga masih ditemukannya
beberapa tanaman yang tumbuh bengkok karena tidak ditegakkannya polybag yang
tumbang.
Bibit yang tumbuh bengkok akan menyulitkan saat pemindahan ke lapangan,
menyulitkan untuk pemasaran , menurunkan hasil produksi kelapa sawit yang tajam
diawal, diikiuti oleh pemulihan yang lambat tiga sampai lima tahun. Adapun cara
untuk memperbaiki bibit yang bengkok agar tidak merugikan, yakni dengan cara
melakukan penanaman secara miring. Tanaman bengkok tersebut nantinya akan
tumbuh mengarah keatas sehingga posisi tumbuh tegak searah (Saragih & Butar,
2010).
d. Bibit Lambat di Transplanting
Umur bibit pada MN adalah 1 tahun. Pada PPKS terdapat beberapa bibit main
nursary yang sudah berumur lebih dari satu tahun hal ini dikarenakan terlambatnya
memberi label sertifikat. Keterlambatan pemindahan bibit dari MN ke lapangan
mengakibatkan bibit tumbuh tidak normal. Tanaman akan mengalami etiolasi atau
pertumbuhan yang meninggi namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh,
daun kecil dan tumbuhan tampak pucat. Hal ini terjadi karena adanya persaingan
dalam memperoleh sinar matahari (Zaenal, 2010). Maka dari itu apabila bibit sudah
melebihi umurnya pada lahan pembibitan sebaiknya dilakukan penjarangan dengan
menggeser bibit pada jarak tanam yang lebih besar.
Masalah lain yang akan dihadapi adalah saat transplanting. Bibit yang sudah
terlalu besar tersebut harus dipangkas untuk memudahkan pengangkutan. Akibatnya
tanaman mengalami transplanting shock dan masa TBM menjadi lebih panjang
untuk menjadi TM karena tanaman perlu beradaptasi. Transplanting shock adalah
keadaan dimana tanaman mengalami kemunduran pertumbuhan seperti daun menjadi
kering, tanaman lebih mudah terserang hama, penyakit dan akar tanaman tidak
mampu meregenarasi dan bila keadaan cukup parah dapat mengakibatkan kematian
pada tanaman. Maka dari itu, bila sudah terlihat gejala transplanting shock perlu
31
diberikan air yang cukup, pemupkan yang tepat dan pemangkasan daun atau pelepah
yang sudah sekarat atau mati.
32
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan di atas dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi faktor pemupukan yang diberikan kepada
tanaman.
2. Adapun beberapa masalah yang ditemukan di lapangan yang bila tidak ditangani
akan berdampak buruk kedepannya, seperti penyiraman yang tidak memenuhi
kebutuhan tanaman, pengendalian penyakit bercak coklat yang kurang tepat,
keterlambatan transplanting dari tempat pembibitan ke lahan dapat
menyebabkan penuaan umur sawit di areal pembibitan dan konsolidasi tidak
dilakukan secara menyeluruh.
3. Disiplin karyawan pembibitan masih belum baik dan dapat menurunkan kualitas
dari bibit yang dihasilkan.
B. Saran
Berdasarkan kegiatan magang yang telah dilakukan disarankan untuk
perawatan pembibitan yang dilakukan sebaiknya dilakukan sesuai dengan prosedur
atau SOP yang sudah ada, karena setiap prosedur pasti memberi pengaruh baik bagi
tanaman. Jika ada pekerja yang tidak mau mengikuti aturan yang ada sebaiknya
pekerja diberi sanksi yang sepadan agar pekerjaannya lebih teratur.
33
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, I., Syakir, M., & Lukman, L. 2017. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk N
, P , dan K Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung (Solanum
melongena L. ). Hort, 27(1), 69–78.
Hamidah. 2013. Efek Penggunaan Pupuk Daun Bayfolan dan Pupuk SP-36 terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Melon. Agrifor, 12(2), 148–155.
Isnaini, M. 2015. Beberapa Penyakit pada Daun Kelapa Sawit. Retrieved from
Kompasiana.October 12, 2021, website:
https://www.kompasiana.com/bangpilot/552863946ea8343d018b45c9/bebera
pa-penyakit-pada-daun-kelapa-sawit
Lalang, E., Syahfari, H., & Jannah, N. 2016. Inventarisasi Penyakit Bercak Daun
(Curvularia Sp.) di Pembibitan Kelapa Sawit Pt Ketapang Hijau Lestari – 2
Kampung Abit Kecamatan Mook Manaar Bulatn Kabupaten Kutai Barat.
Agrifor, 15(1), 23–28.
Lestari, E. S., & Kistinnah, I. 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya (2nd
ed.; S. Ariandi & S. I. Mutmainah, Eds.). Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Pardamean, M. 2011. Sukses Membuka Kebun Dan Pabrik Kelapa Sawit (S.
Prayugo, Ed.). Jakarta: Penebar Swadaya.
Saragih, A. H., & Butar, N. I. B. 2010. Teknik tanam Miring Kelapa Sawit di Lahan
Gambut.Desember 2, 2021, website:https://www.iopri.org/wp-
content/uploads/2017/07/III-04.-Haslan-Saragih-_-Gambut.pdf
Solehudin, D., Suswanto, I., & Supriyanto. 2012. Status Penyakit Bercak Coklat pada
Pembibitan Kelapa Sawit di Kabupaten Sanggau. Perkebunan Dan Lahan
Tropika, 2(1), 1–6.
Subhan, Nurtika, N., & Gunadi, N. 2009. Respons Tanaman terhadap Penggunaan
Pupuk Majemuk NPK 15-15-15 pada tanah Latosol pada Musim Kemarau.
Jurnal Hortikultura, 19(1), 40–48.
Y.V.I, U. S. 2000. Pengaruh Pemberian Pupuk Rock Phosphate dan Pupuk Kandang
Ayam terhadap Ketersediaan N, P, K pada Tanah Gambut untuk Budidaya
34
Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata STRUT). Pontianak.
Zaenal. 2010. Pengelolaan Pembibitan Kelapa Sawit dengan Aspek Khusus Seleksi
Bibit di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), UnitUsaha Marihat,
Sumatera Utara. Institut Pertanian Bogor.
35
Lampiran 1. Surat Penetapan Waktu Magang
36
Lampiran 2.Surat Balasan
37
Lampiran 3. Surat Keterangan Jalan
38
Lampiran 4. Lembar kendali Magang
39
Lampiran 5. Laporan Aktivitas Magang
40
Lampiran 6. Struktur Organisasi
Kepala Kebun
Mandor Mandor
Pemasaran Administrasi Perawatan Pembibitan Emplasmen
Pohon Produksi
41