Anda di halaman 1dari 53

TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI KENTANG DESA MARGAMUKTI

KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

Usulan Penelitian
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Oleh:
ANA APRILIANA
150610150004

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN KONTRIBUSI


PENDAPATAN PETANI KENTANG DESA
MARGAMUKTI KECAMATAN PANGALENGAN
KABUPATEN BANDUNG
NAMA : ANA APRILIANA
NPM : 150610150004
PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS

Jatinangor, Maret 2019


Menyetujui dan Mengesahkan,

Ketua Komisi Pembimbing

Nur Syamsiyah S.P., M.P.


NIP. 198306102014042002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Usulan Penelitian yang berjudul “Tingkat Kesejahteraan Petani
Kentang Desa Margamukti Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung”.
Usulan Penelitian ini diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Nur Syamsiyah S.P., M.P. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, bimbingan, dan saran dalam penyusunan Usulan Penelitian ini.
2. … sebagai dosen penelaah atas bimbingannya yang meluangkan waktu dalam
menyempurnakan Usulan Penelitian ini.
3. Dr. Iwan Setiawan, S.P., M.Si. selaku Ketua Program Studi Agribisnis.
4. Seluruh dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama
kegiatan perkuliahan.
5. Ibu tersayang Yayat Nurhayati yang senantiasa mendukung dan mendoakan agar
Usulan Penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis berharap semoga Usulan Penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membacanya maupun bagi penulis dan semoga Allah SWT senantiasa
memberikan rahmat-Nya untuk kita semua. Terimakasih.

Jatinangor, Maret 2019

Ana Apriliana

iii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................9
1.1 Latar Belakang.............................................................................................9
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................12
1.3 Maksud dan Tujuan...................................................................................13
1.4 Kegunaan Penelitian..................................................................................13
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................14
2.1 Kajian Pustaka...........................................................................................14
2.1.1 Gambaran Umum Tanaman Kentang..............................................14
2.1.2 Teknis Budaya Tanaman Kentang...................................................14
2.2 Petani..........................................................................................................17
2.3 Konsep Usahatani......................................................................................17
2.4 Konsep Pendapatan Keluarga Petani.........................................................18
2.5 Pengeluaran Keluarga Petani.....................................................................20
2.6 Kesejahteraan Petani..................................................................................20
2.7.1 Indikator Kesejahteraan Petani........................................................21
2.8.Penelitian Terdahulu..................................................................................25
2.9 Alur Pemikiran...........................................................................................27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................29
3.1Objek dan Tempat Penelitian......................................................................29
3.2 Desain dan Teknik Penelitian....................................................................29
3.3 Operasional Variabel.................................................................................29
3.4 Sumber Data dan Cara Menentukan Data..................................................35

iv
3.4.1 Sumber Data....................................................................................35
3.4.2 Cara Menentukan Sampel................................................................35
Halaman
3.5 Teknik Pengumpulan Data/Informasi........................................................36
3.6 Rancangan Analisis Data...........................................................................36
3.6.1 Analisis Deskriptif...........................................................................36
3.6.2 Analisis Tingkat Kesejahteraan Petani Kentang..............................37
3.7 Jadwal Penelitian.......................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................42

v
DAFTAR TABEL

No Halaman
Judul

1. Produksi kentang Kabupaten Bandung 2016 & 2017.......................................9


2. Komoditas sayuran di Pangalengan tahun 2017..............................................10
3. Komoditas sayuran yang diekspor tahun 2018................................................10
4. Dosis pemberian pupuk...................................................................................15
5. Indikator Kesejahteraan menurut BPS dalam SUSENAS 2007......................20
6. Penelitian terdahulu.........................................................................................24
7. Operasional Variabel.......................................................................................29
8. Indikator Kesejahteraan menurut BPS dalam SUSENAS 2007......................36
9. Waktu Penelitian..............................................................................................40

vi
DAFTAR GAMBAR

No Halaman
Judul

1. Alur berpikir....................................................................................................27

vii
DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman
Judul

1. Kuesioner.........................................................................................................43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti Negara yang
mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun
sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan
makanan, subsektor holtikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan
subsektor kehutanan. Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan
dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia
bekerja sebagai petani. Namun produktivitas pertanian masih jauh dari harapan. Salah
satu faktor penyebab kurangnya produktivitas pertanian adalah sumber daya manusia
yang masih rendah dalam mengolah lahan pertanian dan hasilnya. Mayoritas petani di
Indonesia masih menggunakan sistem manual dalam pengolahan lahan pertanian.
Pembangunan ekonomi adalah salah satu tolak ukur untuk menunjukkan adanya
pembangunan ekonomi suatu daerah, dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat
memperlihatkan adanya pembangunan ekonomi (Sadono, 2007). Pertumbuhan
ekonomi yang berbeda – beda menyebabkan pendapatan yang didapatkan setiap
petani juga berbeda.

viii
Tingkat kesejahteraan rumah tangga erat kaitannya dengan tingkat
kemiskinan. Tingkat kemiskinan merupakan indikator yang dapat menggambarkan
taraf kesejahteraan kehidupan masyarakat secara umum (BPS, 2011). Kemiskinan
merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh negara–negara berkembang
termasuk Indonesia. Sektor pertanian yang identik dengan daerah pedesaan,
menghadapi masalah kemiskinan. Kondisi tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan
dengan mata pencarian utama disektor pertanian sebagian besar masih di bawah rata-
rata pendapatan nasional. Kebanyakan petani di pedesaan mengembangkan
komoditas holtikultura.
Subsektor hortikultura memiliki peran penting sebagai penunjang
pertumbuhan ekonomi di Indonesia di samping sebagai sumber peningkatan
kesejahteraan petani. Subsektor hortikultura memberikan peningkatan kontribusi
yang cukup signifikan terhadap PDB, yaitu dalam kurun waktu tahun 2003-2008,
meningkat 32,9 persen dari sebesar 53,89 triliun rupiah menjadi 80,29 triliun rupiah
(BPS, 2014). Sementara itu, sektor pertanian berkontribusi pada GDP sebesar 11,36
persen, hortikultura menyumbang sebesar 16 persen dengan proporsi kenaikan
sebesar 68,6 persen pada periode tahun 2012-2013 (BPS 2014).
Sayuran sebagai komoditas unggulan dataran tinggi di Indonesia, memiliki
arti penting karena merupakan sumber vitamin dan mineral di samping juga sebagai
sumber karbohidrat yang merupakan alternatif diversifikasi pangan Indonesia. Hal ini
diikuti oleh adanya pergeseran pola konsumsi pangan di Indonesia, di mana terjadi
penurunan konsumsi beras sebagai makanan pokok masyarakat, beralih kepada
konsumsi sayuran dan buah-buahan. Faktor tersebut juga diperkuat dengan data
statistik, di mana terjadi penurunan konsumsi per kapita sereal dan umbi-umbian
dalam kurun waktu 1999-2010 sebesar 13% dan 39%, yang diiringi dengan
peningkatan konsumsi per kapita sayuran dan buah sebesar 25% dan 20% dalam
kurun waktu yang sama (BPS, 2011).
Indonesia terdiri dari beberapa provinsi salah satunya yaitu provinsi Jawa
Barat. Beberapa kabupaten di Jawa Barat memiliki potensi dalam sektor pertanian
salah satunya terdapat di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Pangalengan

ix
menjadi salah satu Kecamatan yang berkontribusi besar atas usahatani kentang dilihat
dari tabel 1.
Tabel 1. Produksi kentang Kabupaten Bandung 2016 & 2017

Kecamatan Produksi (kw) Produksi (kw)


Pangalengan 493,881 658,514
Kertasari 300,758 174,418
Rancabali 21,213 15,288
Pasirjambu 5,064 12,229
Nagreg 8,001 8,116
Ciwidey 6,808 4,049
Paseh 0 3,245
Cicalengka 0 2,042
Cikancung 3,008 603
Cimaung 0 0
Sumber: BPS 2017 & 2018

Pangalengan memiliki produksi yang cukup tinggi dalam produksi kentang


setiap tahunnya. Dapat dilihat dari tabel tersebut kenaikan produksi kentang pada
tahun 2016 – 2017 naik sebesar 164,633 kw atau 25% dari tahun sebelumnya.
Kentang merupakan salah satu holtikultura yang menjadi komunitas unggul di
Pangalengan.
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) menghasilkan umbi sebagai
komoditas sayuran yang diprioritaskan untuk dikembangkan dan berpotensi untuk
dipasarkan di dalam negeri, dapat dilihat pada tabel 2. Tanaman kentang merupakan
salah satu penunjang program diversifikasi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat (Rusiman, 2008).
Tabel 2. Komoditas sayuran di Pangalengan tahun 2017

Komoditas Produksi 2017 (ton)


Buncis 68,831
Kacang 30,102
merah
wortel 314,878
Sawi 296,786

x
Kentang 658,614
Kubis 650,639
Tomat 362,892
Cabe besar 137,260

Tabel 3. Komoditas sayuran yang diekspor tahun 2018

Komoditas Total ekspor (ton)


Baby buncis 30
Buncis 45
Selada air 30
Kentang 60
Ubi manis 25

Mayoritas masyarakat di Desa Margamukti mengusahakan tanaman kentang


sebagai tanaman utama, sehingga menjadi faktor utama dalam meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Hasil pendapatan sebagian dipergunakan
kembali untuk modal usahatani dan sebagian dipergunakan untuk biaya dalam
memenuhi kebutuhan keluarganya. Upaya peningkatan pendapatan petani secara
nyata tidak selalu diikuti dengan peningkatan kesejahteraan petani. Hal ini karena
keberhasilan usaha tersebut juga tidak terlepas dari peran pemerintah dalam hal
pendampingan melalui kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahuan petani, distribusi pupuk bersubsidi, peran pemerintah dalam menjaga
kestabilan harga, dan lain sebagainya. Peran pemerintah juga sangat besar dalam
mempengaruhi pendapatan serta tingkat kesejahteraan setiap petani.
Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang terdiri dari kebutuhan primer,
sekunder, dan tersier dapat ditentukan oleh tingkat pendapatan keluarga tersebut
karena pada saat harga kebutuhan meningkat, maka kesejahteraan relatif akan
menurun. Kecukupan pendapatan dapat dilihat dari tingkat kebutuhan minimum yang

xi
dihitung dari kebutuhan tiap tahun untuk mengkonsumsi makanan, minuman,
kesehatan, perumahan dan kebutuhan lainnya.
Dilihat dari perbedaan pendapatan setiap petani, peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana tingkat kesejahteraan petani di Desa Margamukti serta
bagaimana kontribusi pendapatan petani terhadap pendapatan keluarga. Menurut
salah satu jurnal dari penelitian Made Indra Murdani dkk tahun 2015 menyatakan
bahwa petani yang dapat dikatakan sejahtera adalah petani yang mampu
memanfaatkan lahan yang dimiliki seperti pekarangan rumah serta mereka yang dapat
menanam komoditas lebih dari satu.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahn yaitu
sebagai berikut:
1.1. Bagaimana kesejahteraan petani kentang di Desa Margamukti,
Pangalengan?
1.2. Bagaimana analisis deskriptif mengenai tingkat kesejahteraan petani
berdasarkan BPS dalam SUSENAS 2007?

1.3. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penelitian ini adalah memperoleh informasi dan data mengenai
petani kentang di Desa Margamukti. Adapun tujuan penulis mengadakan penelitian
adalah sesuai dengan masalah yang diidentifikasikan yaitu:
1. Untuk mengetahui kesejahteraan petani berdasarkan tingkat pendapatan
yang diperoleh.
2. Untuk mengetahui analisis secara deskriptif mengenai tingkat
kesejahteraan petani berdasarkan BPS dalam SUSENAS 2007.

1.4. Kegunaan penelitian


Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain
sebagai berikut:
1. Bagi pihak akademis, sebagai bahan referensi bagi penyusunan
selanjutnya, sehingga nantinya penelitian ini dapat disempurnakan.

xii
2. Bagi petani kentang Desa Margamukti dapat memberikan informasi
bagimana tingkat kesejahteraan keluarganya, sehingga dapat mendorong
petani tersebut untuk meningkatkan kesejahteraanya.
3. Bagi Pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan
atas subsidi ataupun bantuan lainnya agar membantu kebutuhan petani.

xiii
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Gambaran Umum Tanaman Kentang


Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) menghasilkan umbi sebagai
komoditas sayuran yang diprioritaskan untuk dikembangkan dan berpotensi untuk
dipasarkan di dalam negeri dan diekspor. Tanaman kentang merupakan salah satu
penunjang program diversifikasi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat
(Rusiman, 2008).
Menurut Pitojo (2008), dalam taksonomi tumbuhan-tumbuhan, kentang dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.

2.1.2. Teknis budaya tanaman kentang


Teknis budidaya tanaman kentang adalah sebagai berikut:
a. Syarat Tumbuh
Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi atau daerah
pegunungan dengan ketinggian 1000 – 3000 m dpl. Pada dataran medium,
tanaman kentang dapat di tanam pada ketinggian 300 – 700m dpl. Syarat tumbuh
tanaman kentang yaitu: curah hujan 200-300 mm/bulan, suhu udara 15 – 20 oC,
kelembaban udara 80 – 90% dan pH tanah 5 – 6,5.
b. Persiapan lahan

xiv
Pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau pencangkulan sedalam kurang
lebih 30 cm hingga gembur, kemudian diistirahatkan selama 1–2 minggu.
Pengolahan tanah dapat diulangi sekali lagi hingga tanah benar–benar gembur.
Setelah pembajakan tanah dan penggemburan dilakukan pembuatan bedengan dan
selokan untuk irigasi atau pengairan. Bedengan berukuran lebar 70–100 cm,
tinggi 30 cm, jarak antar bedeng yang merupakan lebar selokan adalah 40 cm dan
panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Kedalaman selokan sama dengan
tinggi bedengan (30 cm). Lalu dibuat selokan untuk pembuangan air.
Proses terakhir dari persiapan lahan yaitu pemberian pupuk dasar yang terdiri dari
pupuk organik dan pupuk anorganik diberikan sebelum tanam. Pupuk organik
diberikan pada permukaan bedengan kira–kira satu minggu sebelum tanam.
c. Pembibitan
Bibit dipersiapkan terlebih dahulu dengan cara sortasi secara langsung. Bibit
dibedakan menurut grade (SS, S, M, L).
d. Penanaman
Bibit kentang akan lebih baik jika ditanam pagi atau sore hari. Penanaman bibit
kentang pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan bahkan tanaman menjadi
mati.
Jarak tanam pada penanaman kentang sangat bervariasi tergantung varietasnya.
Jarak tanam juga dipengaruhi terhadap pemakaian mulsa, biasanya jarak tanam
yang digunakan 50cm x 30cm untuk sistem bedengan atau 60 –70 cm x 30 cm
untuk sistem guludan.
e. Pemeliharaan tanaman
Kegiatan pemeliharaan tanaman yaitu :
- Pengairan
Pengairan yang biasanya dilakukan setiap hari saat musim kemarau dan 2 – 3
kali saat musim penghujan. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi
hari atau sore hari saat udara dan penguapan tidak terlalu tinggi dan
penyinaran matahari tidak terlalu terik. Biasanya pengairan yang dilakukan
menggunakan sprayer.

xv
- Penyulaman
Bibit yang mati harus segera diganti atau disulam dengan bibit yang baru.
Waktu atau periode penyulaman maksimum 15 hari setelah tanam.
- Penyiangan
Waktu penyiangan umumnya saat tanaman kentang berumur 1 bulan.
Biasanya penyiangan dilakukan menggunakan kored atau dengan tangan
secara langsung.
- Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan sebanyak 2 kali selama satu musim tanam yaitu
pembumbunan pertama dilakukan saat berumur 30 hari setelah tanam,
pembumbunan yang kedua dilakukan setelah umur 40 hari.
- Pemupukan
Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanam yaitu menggunakan kombinasi
Urea/Za, TSP, KCl dengan waktu dan dosis pemberian pupuk.
Tabel 4. Dosis pemberian pupuk

N Waktu pemberian/ha
perlakuan
o 0HST 21HST 45HST
1 Pupuk kandang 20 – 40 ton
2 Pupuk buatan
Urea 150-200 kg 100-150 kg
Sp-36 500 kg
KCL 100 kg 100 kg
Sumber : Samadi (2007)
Keterangan :
HST = Hari Setelah Tanam
f. Pengendalian hama dan penyakit
Hama yang sering menyerang tanaman kentang yaitu Ulat grayak (Spodoptera
litura), Kutu daun (Aphis Sp), Orong – orong (Gryllotalpa Sp), penggerek umbi
(Phtoremae poerculella Zael) dan trip (Thrips tabaci). Penyakit umum yang
menyerang kentang yaitu busuk daun, busuk umbi, bercak kering, dll.

xvi
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara melakukan perawatan bibit,
pemberian pestisida/fungisida dan rotasi tanaman.
g. Panen
Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemnagkasan batang atau
mematikan tanaman dengan gromoxone. Panen dilakukan 10 hari setelah
dilaksanakan pemangkasan batang atau kurang lebih pada saat tanaman berumur
100–115 hari setelah tanam.
h. Pasca panen
Penanganan pasca panen berupa penjemuran, pengeringan, pembersihan,
penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan.
2.2. Petani
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian
atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian. Menurut Rodjak (2006) petani
dibedakan menjadi:
a. Petani pemilik penggarap adalah petani yang memiliki lahan usaha sendiri dengan
status lahan disebut lahan milik.
b. Petani penyewa adalah petani yang menggarap tanah orang lain dengan status
sewa. Lama waktu sewa biasanya minimal satu tahun untuk selanjutnya dapat
diperpanjang kembali sesuai dengan perjanjian antara pemilik tanah dan penyewa.
c. Petani penyakap (penggarap) adalah petani yang menggarap tanah milik petani
lain dengan sistem bagi hasil. Produksi yang diberikan penyakap kepada pemilik
tanah, ada yang setengah atau sepertiga dari hasil garapannya.
d. Petani penggadai adalah petani yang menggarap lahan usahatani orang lain
dengan sistem gadai.
e. Buruh tani adalah petani pemilik lahan atau tidak memiliki lahan usahatani sendiri
yang biasa bekerja di lahan usahatani pemilik atau penyewa dengan mendapatkan
upah, berupa uang atau hasil produksi.
2.3. Konsep Usahatani
Menurut Soekartawi (2006), ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara

xvii
efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan
sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan
efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang
melebihi masukan (input). Soekartawi (2001) berpendapatan bahwa empat faktor
produksi dalam usahatani yaitu:
a. Lahan pertanian
Lahan pertanian merupakan tanah yang digunakan untuk berusahatani dapat
dilakukan di sawah, tegal, maupun pekarangan.
b. Tenaga kerja
Tenaga kerja perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan spesialisasi. Tenaga kerja
laki-laki memiliki spesialisasi dalam pengolahan tanah, dan tenaga kerja wanita
dalam menanam.
c. Modal
Modal terdiri dari modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap merupakan
biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis digunakan dalam
satu kali produksi. Sedangkan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya
yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses
produksi.
d. Pengelolaan dan manajemen
Pengelolaan usahatani yaitu kemampuan petani dalam menentukan,
mengorganisir, mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasai
dengan sebaik-baiknya sehingga mampu menghasilkan produksi pertanian.
2.4. Konsep Pendapatan Keluarga Petani
Pendapatan menurut kamus manajemen adalah uang yang diterima baik dalam
bentuk upah, gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos dan laba (BN. Marbun, 2003).
Pendapatan petani merupakan ukuran penghasilan yang diterima oleh petani dari
usahataninya yang dihitung dari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi.
Sedangkan pendapatan keluarga petani bersumber dari dalam usahatani dan
perdapatan dari luar usahatani. Pendapatan dari dalam usahatani meliputi pendapatan

xviii
dari tanaman yang diusahakan oleh petani, sedangkan dari luar usahatani bersumber
dari pendapatan selain usahatani yang diusahakan. Pendapatan keluarga ialah jumlah
penghasilan dari seluruh anggota keluarga yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga. Pada intinya,
pendapatan keluarga berasal dari usaha sendiri, bekerja pada orang lain, dan hasil
dari pemilihan misalkan sewa tanah. Soekartawi (2002) menjelaskan pendapatan akan
mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi.
Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria kemajuan dan kesejahteraan
suatu daerah yang ditentukan oleh kemampuan keluarga dalam penerimaan atau
pendapatannya. Upaya yang dilakukan untuk memperbesar pendapatan biasanya
dengan mencari pendapatan sumber lain atau membantu pekerjaan kepala keluarga
(Sudarman,2001).
Berusahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di lahan
pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan
yang di peroleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahatani.
Dalam peningkatan pendapatan, maka petani harus berusaha untuk
meningkatkan hasil produksi agar memperoleh peningkatan pendapatan dengan
memaksimalkan faktor produksi terutama tenaga kerja yang merupakan salah satu
faktor yang sangat mempengaruhi dalam usahatani keluarga.
Tingkat pendapatan keluarga petani umumnya diukur dengan menghitung
pengeluaran keluarga/kapita/tahun. Selanjutnya dikonversikan menjadi ukuran setara
beras/kilogram (Sajogyo, 1997). Harga beras disesuaikan dengan lokasi penelitian.
Secara matematis dapat dirumuskan:
Pendapatan/Kapita/thn = Pendapatan keluarga/tahun (Rp/thn)
Jumlah tanggungan keluarga
Berdasarkan nilai tukar beras, dibedakan pula garis kemiskinan yaitu sebagai
berikut:
 Miskin Sekali : jika pengeluaran per anggota keluarga adalah <360 kg
setara beras/tahun

xix
 Miskin : jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 360-480 kg setara
beras/tahun.
 Hampir Miskin : jika pengeluaran per anggota keluarga adalah 480-640 kg
setara beras/tahun.
 Tidak Miskin : jika pengeluaran per anggota keluarga adalah >640 kg
setara beras/tahun.
2.5. Pengeluaran Keluarga Petani
Pengeluaran keluarga merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh
keluarga tersebut untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun nonpangan dinyatakan
dalam satuan rupiah per tahun (Rp/thn). Pengeluaran keluarga per kapita per tahun
merupakan total pengeluaran keluarga dibagi jumlah tanggungan keluarga.
2.6. Kesejahteraan Petani
Kesejahteraan adalah sebuah tata kehidupan dan penghidupan sosial, material,
maupun spiritual yang diikuti dengan rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman
diri, rumah tangga serta masyarakat lahir dan batin yang memungkinkan setiap warga
negara dapat melakukan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang
sebaik-baiknya bagi diri sendiri, rumah tangga, serta masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak-hak asasi (Rambe, 2004).
Kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2007) adalah suatu kondisi
dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut dapat
dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat
dari berbagai komponen yang dapat menggambarkan apakah masyarakat tersebut
sudah berada pada kehidupan yang sejahtera atau belum. Komponen yang dapat
dilihat antara lain keadaan perumahan di mana mereka tinggal, tingkat pendidikan,
kesehatan, dan lain-lain.
Rumah tangga dapat dikategorikan sejahtera apabila proporsi pengeluaran
untuk kebutuhan pokok sebanding atau lebih rendah dari proporsi pengeluaran untuk
kebutuhan bukan pokok. Sebaliknya rumah tangga dengan proporsi pengeluaran
untuk kebutuhan pokok lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran untuk

xx
kebutuhan bukan pokok, dapat dikategorikan sebagai rumah tangga dengan status
kesejahteraan yang masih rendah.

2.7.1. Indikator Kesejahteraan Petani


Indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan adalah
indikator keluarga sejahtera menurut Badan Pusat Statistik dalam SUSENAS 2007.
Indikator tersebut terdiri dari: pendapatan, konsumsi/pengeluaran keluarga, keadaan
tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan
mendapatkan pelayanan kesehatan dari tenaga medis, kemudahan memasukkan anak
kejenjang pendidikan, kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi, kehidupan
beragama, rasa aman dari gangguan kejahatan, dan kemudahan dalam melakukan
olahraga. Indikator, kriteria, bobot, dan skor dari keluarga sejahtera menurut BPS
dalam SUSENAS 2007, dapat dilihat dibawah ini:
Indikator Keluarga Sejahtera Menurut Badan Pusat Statistik dalam SUSENAS
2007
Tabel 5. Indikator Kesejahteraan menurut BPS dalam SUSENAS 2007

No Indikator Kesejahteraan Kriteria Bobot Skor


1 Pendapatan keluarga  Tidak miskin 25% 4 TM
Berdasarkan konsep garis  Hampir 3 HM
kemiskinan Sajogyo yang Miskin 2 M
menyertakan pendapatan  Miskin 1 MS
perkapita pertahun dengan  Miskin sekali
konsumsi beras perkapita.
2 Pengeluaran keluarga  Tidak miskin 16 % 4 TM
Berdasarkan Kebutuhan  Hampir 3 HM
Makanan dan Bukan Miskin 2 M
Makanan BPS  Miskin 1 MS
 Miskin sekali
3 Keadaan Tempat Tinggal  Permanen 13 % 3 P
1. Atap : genting (skor15-21) 2 SP
(5)/asbes (4)/seng  Semi 1 NP
(3)/sirap (2)/daun (1) Permanen
2. Bilik : tembok (skor 10-14)
(4)/setengah tembok  Non
(3)/kayu (2)/bambu (1) permanen
3. Status : milik sendiri (skor 5-9)

xxi
No Indikator Kesejahteraan Kriteria Bobot Skor
(3)/sewa (2)/numpang
(1)
4. Lantai : porselin
(5)/ubin (4)/plester
(3)/kayu (2)/bamboo
(1)
5. Luas lantai : luas
(100m2) (3)/sedang
(50-100m2) (2)/ sempit
(<50 m2) (1)
4 Fasilitas Tempat Tinggal  Lengkap 4% 3 L
1. Pekarangan : Luas (skor 21-27) 2 C
(>100m2) (3)/ cukup  Cukup (skor 1K
(50-100m2) (2)/ sempit 1420)
(50m2) (1)  Kurang (skor
2. Hiburan : Video (4)/Tv 713)
(3)/tape recorder (2)/
radio (1)
3. Pendingin : AC
(4)/lemari es (3)/kipas
angina (2)/ alami (1)
4. Sumber penerangan :
Listrik (3)/petromak
(2)/lampu temple (1)
5. Bahan bakar : gas
(3)/minyak tanah (2)
kayu arang (1)
6. Sumber air : PAM
(6)/sumur bor
(5)/sumur (4)/ mata air
(3)/ air hujan (2)/
sungai (1)
7. MCK : kamar mandi
sendiri (4)/ kamar
mandi umum (3)/
sungai (2)/ kebun (1)
5 Kesehatan Anggota  Baik (<25% 10 % 3 B
Keluarga Banyaknya sering sakit) 2 C
anggota keluarga yang  Cukup (25- 1 K
sering sakit dalam satu 50% sering
bulan sakit)
 Kurang
(>50% sering

xxii
No Indikator Kesejahteraan Kriteria Bobot Skor
sakit)
6 Kemudahan Mendapatkan  Mudah (skor 4 % 3 M
Pelayanan Kesehatan dari 1723) 2 C
Tenaga Medis  Cukup (skor 1 S
1. Jarak RS terdekat : 0 1216)
km (4)/ 0.01-3 km (3)/  Sulit (skor 7-
>3km (2)/ missing (1) 11)
2. Jarak ke poliklinik : 0
km (4)/ 0.01-2 km (3)/
>2km (2)/ missing (1)
3. Biaya berobat :
terjangkau (3)/ cukup
(2)/ jelek (1)
4. Penanganan berobat :
baik (3)/ cukup (2)/
jelek (1)
5. Alat kontrasepsi :
mudah didapat (3)/
cukup mudah (2)/ sulit
(1)
6. Konsultasi KB : mudah
(3)/ cukup (2)/ sulit (1)
7. Harga obat-obatan :
terjangkau (3)/ cukup
terjangkau (2)/ sulit
terjangkau (1)
7 Kemudahan Memasukkan  Mudah (skor 12 % 3 M
Anak Kejenjang 8-9) 2 C
Pendidikan  Cukup (skor 1 S
1. Biaya sekolah : 6-7)
terjangkau (3)/ cukup  Sulit (skor 3-
terjangkau (2)/ sulit 5)
terjangkau (1) Jarak
sekolah : 0 km (3)/
0.01-3km (2)/ > km (1)
2. Prosedur penerimaan :
mudah (3)/ cukup (2)/
sulit (1)
8 Kemudahan Mendapatkan  Mudah (skor 4% 3 M
Fasilitas Transportasi 8-9) 2 C
1. Ongkos dan biaya :  Cukup (skor 1 S
terjangkau (3)/ cukup 6-7)
(2)/ sulit (1)  Sulit (skor 3-

xxiii
No Indikator Kesejahteraan Kriteria Bobot Skor
2. Fasilitas kendaraan : 5)
tersedia (3)/ cukup
tersedia (2)/tidak
tersedia(1)
9 Kehidupan beragama  Toleransi 4% 3 TT
tinggi 2 TS
 Toleransi 1 TK
sedang
 Toleransi
kurang
10 Rasa Aman dari Gangguan  Aman (tidak 4 % 3 A
Kejahatan pernah 2 C
mengalami 1 K
kejahatan)
 Cukup
(pernah
mengalami
kejahatan
 Kurang
(sering
mengalami
kejahatan)
11 Kemudahan dalam  Mudah 4% 3 M
Melakukan Olahraga (sering 2 C
Frekuensi responden melakukan 1 S
dalam melalukan olahraga olahraga)
dalam satu minggu  Cukup
mudah
(cukup sering
melakukan
olahraga)
 Sulit (kurang
melakukan
olahraga)

sumber: BPS dalam SUSENAS 2007

xxiv
2.8. Penelitian Terdahulu
Tabel 6. Penelitian terdahulu

No Nama Judul Metode Hasil Penelitian


Penelitia
n
1. Daniel Analisis Tingkat Deskriptif Berdasarkan 11
Karel Kesejahteraan kualitatif indikator BPS dalam
Gustaaf Keluarga Petani SUSENAS 2007
Warouw Ubi Cilembu Di RTPUC di Desa
(2016). Desa Cilembu, Cilembu termasuk ke
Kecamatan dalam kategori
Pamulihan, kesejahteraan tinggi
Kabupaten yang artinya petani ubi
Sumedang. cilembu memiliki
keadaan ekonomi,
kesehatan, tempat
tinggal, dan fasilitas-
fasilitas penunjang
untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari
yang layak.
2. Edy Pendapatan dan Kuantitati Berdasarkan kriteria
Suyanto, Tingkat f Badan Pusat Statistik
Hurp Kesejahteraan (2007), keluarga petani
Santoso, Petani Pisang pisang ambon di Desa
Rabiatul Ambon (Musa Padang Cermin
Adawiyah paradisiaca) di Kecamatan Padang
(2014). Kecamatan Padang Cermin Kabupaten
Cermin Kabupaten Pesawarn yang masuk
Pesawaran. Jurnal kedalam kategori
sejahtera sebanyak 37
petani pisang ambon
(92,50%) dan sebanyak
3 petani pisang ambon
(7,50%) berada dalam
kategori belum
sejahtera.
3. Nova Analisis Kuantitati Berdasarkan 11
Elfrida Pendapatan Dan f indikator BPS dalam
Manullang Tingkat SUSENAS 2007,
2013 Kesejahteraan keluarga petani kedelai
Rumah di Kecamatan Jatiwaras
Tangga Petani termasuk ke dalam
Kedelai kategori kesejahteraan
tinggi yang artinya
25
No Nama Judul Metode Hasil Penelitian
Penelitia
n
petani kedelai memiliki
keadaan ekonomi,
kesehatan, tempat
tinggal, dan fasilitas-
fasilitas penunjang.
4. Made Indra Pendapatan Dan kuantitatif Keluarga petani padi di
Murdani, Tingkat Kecamatan Gadingrejo,
Sudarma Kesejahteraan terbagi ke dalam dua
Widjaya, Keluarga Petani golongan tingkat
Novi Padi (Oryza kemiskinan, yaitu
Rosanti Sativa) Di keluarga yang tergolong
(2015) Kecamatan cukup sebesar 45,59 %,
Gadingrejo dan hidup layak sebesar
Kabupaten 54,41%. Petani yang
Pringsewu hidup layak ini
diidentifikasi sebagai
petani yang mampu
menganekaragamkan
komoditas usahataninya
seperti mengoptimalkan
lahan pekarangan
sekitar rumah.
5. Ariyani Kontribusi Usaha Kuantitati Kontribusi usaha tani
. Masruroh Tani Tembakau f dan tembakau terhadap
Terhadap kualitatif pendapatan total
Pendapatan keluarga adalah sebesar
Keluarga Di Desa 58,26%. Hal ini
Salamrejo menunjukkan bahwa
Kecamatan usaha tani tembakau
Selopampang merupakan sumber
Kabupaten pendapatan yang
Temanggung Jawa memberikan kontribusi
Tengah yang cukup besar.
Pendapatan dari usaha
tani tembakau
digunakan petani untuk
memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti biaya
makan sehari-hari,
biaya sekolah anak dan
lain sebagainya.

26
2.9. Alur Pemikiran
Permasalahan utama yang terjadi pada petani kentang Desa Margamukti
Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung adalah pendapatan yang didapatkan
oleh setiap petani berbeda. Pendapatan yang berasal dari petani kentang merupakan
hasil dari penerimaan yang dikurang dengan pengeluaran (biaya). Pendapatan petani
bukan hanya berasal dari dari usahatani kentang maupun non kentang tetapi juga bisa
dari pekerjaan non pertanian misalnya berdagang, jasa ojeg, dan lain-lain. Selain itu
pendapatan keluarga yang dimaksud adalah mereka yang masuk sebagai anggota
keluarga bukan anggota rumah tangga. Kebanyakan pendapatan anggota keluarga
berasal dari pekerjaan non pertanian seperti buruh, pekerja pabrik, dan lain-lain.
Adapun dari pendapatan yang berbeda dapat diketahui 11 indikator
kesejahteraan menurut BPS dalam SUSENAS 2007. Dari ke 11 indikator tersebut
terdapat pendapatan perkapita pertahun yang dihitung berdasarkan teori Sajogyo
dengan mengkonversikan konsumsi beras perkapita pertahun terhadap harga beras
pada daerah tersebut. Lalu adapun pengeluaran yang dihitung berdasarkan kebutuhan
makan dan bukan makan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi pendapatan petani
terhadap pendapatan keluarga dan mengetahui tingkat kesejahteraan petani. Alat
analisis yang digunakan yaitu: 1) analisis tingkat kesejahteraan menurut BPS dalam
SUSENAS 2007; dan 2) analisis deskriptif mengenai tingkat kesejahteraan.

27
Gambar 1. Alur berpikir

Luas lahan, teknik budidaya, modal petani kentang di desa


Margamukti yang berbeda-beda

Penerimaan Pengeluaran

Pendapatan
- Petani kentang
- Petani non kentang
- non pertanian

11 Indikator kesejahteraan
menurut BPS dalam
SUSENAS 2007

Analisis Tingkat
kesejahteraan menurut
BPS dalam SUSENAS
2007

28
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek dan Tempat Penelitian


Objek dalam penelitian ini adalah mengetahui tingkat kesejahteraan petani
kentang di Desa Margamukti, Pangalengan Jawa Barat. Penentuan lokasi di Desa
Margamukti dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan
bahwa Pangalengan memiliki komoditas unggulyaitu kentang yang menjadi daya
tarik, dapat dilihat pada tabel 2.
3.2 Desain dan Teknik Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan adalah desain penelitian kuantitatif.
penelitian kuantitatif berkaitan erat dengan teknik-teknik survey sosial termasuk
wawancara terstruktur dan kuesioner yang tersusun, eksperimen, observasi
terstruktur, analisis isi, analisis statistik formal dan masih banyak lagi (Sutama,
2016).
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan prosedur yang telah direncanakan
sebelumnya. Penelitian menggunakan metode tertentu dengan mempertimbangkan
tujuan dari penelitian yang dilakukan.
3.3 Operasional Variabel
Variabel penelitian adalah hal-hal penting agar penelitian dapat
dikembangkan dan mendetail. Peneliti akan mengkaji mengenai tingkat kesejahteraan
petani kentang di Desa Sukamanah. Variabel yang akan diteliti yaitu:
a. Petani merupakan orang yang melakukan usaha guna memenuhi sebagian atau
seluruh hidupnya dalam bidang pertanian.
b. Keluarga merupakan orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan
fisik dan umumnya tinggal bersama serta mengelola bersama-sama kebutuhan
hidupnya.

29
c. Pendapatan usahatani adalah penerimaan yang diperoleh petani setelah
dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dalam satuan rupiah
per tahun (Rp/thn).
d. Usaha non pertanian adalah usaha di luar bidang pertanian yang dilakukan
oleh anggota keluarga untuk menambah pendapatan keluarga.
e. Pendapatan usaha non pertanian adalah seluruh pendapatan keluarga petani
yang berasal dari usaha non pertanian setelah dikurangi dengan pengeluaran
tunai yang diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/thn).
f. Pendapatan keluarga adalah hasil penjumlahan antara pendapatan usahatani
dan pendapatan non usahatani dalam satuan rupiah per tahun (Rp/thn).
g. Pengeluaran pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang yang
dinilai dengan uang untuk konsumsi semua anggota keluar dalam satuan
rupiah per tahun (Rp/thn).
h. Pengeluaran non pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang
yang dinilai dengan uang untuk konsumsi semua anggota keluarga dalam
satuan rupiah per tahun (Rp/thn).
i. Kesejahteraan merupakan kondisi setiap orang dapat memenuhi kebutuhan
material, spiritual, dan sosial.
Berikut ini merupakan tabel operasional variabel yang berfungsi untuk
mengkaji bagaimana tingkat kesejahteraan petani kentang di Desa Margamukti
menurut indikator BPS 2007 dalam SUSENAS. Variabel tersebut dibahas
menggunakan teori sesuai dengan permasalahan yang ada.
Tabel 7.Operasional Variabel

Konsep Variabel Sub Indikator Satuan


Variabel
Karakteristik Lahan Status Milik/sewa/garapan
petani kepemilikan
Luas lahan Jumlah luas lahan Ha
Usia petani Tahun
Pengalaman Tahun
usahatani

30
Konsep Variabel Sub Indikator Satuan
Variabel
Tingkat Formal SD,SMP,SMA
pendidikan
Tanggungan Jumlah tanggungan Orang
keluarga dalam satu keluarga
Pendapatan - Penerimaan Rupiah
dari - Total biaya
usahatani
kentang
Pendapatan - Penerimaan Rupiah
usahatani - Total biaya
non kentang
Pendapatan - Buruh tani Rupiah
off farm
Pendapatan - pekerjaan lain
non farm
Tingkat - pendapatan istri,
Pendapatan anak
kesejahteraan
keluarga
keluarga
petani
petani
Kriteria - > 640 kg/tahun - Tidak
kemiskinan - 480 – 640 miskin
keluarga kg/tahun (4)
petani - 360 – 480 - Hamper
dengan kg/tahun miskin
pendekatan - <360 kg/tahun (3)
sayogyo - Miskin
(1997) (2)
- Paling
miskin
(1)
Tingkat Pengeluaran Pengeluaran - Makanan Rupiah
kesejahteraan keluarga keluarga - Bukan makanan
keluarga
petani
Keadaan Atap Genting (5)/ asbes Permanen
tempat (4)/ seng (3)/ sirap (skor 15 -
tinggal (2)/ daun (1) 21) (3)

Semi

31
Konsep Variabel Sub Indikator Satuan
Variabel
Bilik - Bilik: tembok (5)/ permanen
setengah tembok (4)/ (Skor 10 -
kayu (3)/ bambu kayu 14) (2)
(2)/ bambu (1)
Status Milik sendiri (3)/ Non
kepemilika sewa (2)/ numpang (1 permanen
n (Skor 5 –
9) (1)

Lantai Porselin (5)/ ubin (4)/


plester (3)/ kayu (2)/
tanah (1)

Luas(100m²)(3)/
Luas lantai sedang(50-100m²)(2)/
sempit(<50m²)(1)
Fasilitas Pekarangan Luas (>100m²)(3)/ - Lengkap
tempat cukup (50--100m²) (Skor 21 –
tinggal (2)/ sempit (<50m²) 27) (3)
(1).
Hiburan Video (4)/ TV (3)/ - Cukup
Tape Recorder (2)/ (Skor 14 –
Radio (1). 20) (2)
Pendingin AC (4)/ Lemari es - Kurang
(3)/ Kipas angin (2)/ (Skor 7 -
alami (1). 13) (1)
Sumber Listrik (3)/ petromak
penerangan (2)/ lampu tempel (1).

Bahan bakar Gas (3)/ Minyak


tanah (2)/ kayu
arang(1).

Sumber air PAM (6)/ Sumur Bor


(5)/ Sumur (4)/ Mata
Air Umum (3)/ Air
hujan (2)/ Sungai (1)
MCK Kamar Mandi Sendiri

32
Konsep Variabel Sub Indikator Satuan
Variabel
(4)/ Kamar Mandi
Umum (3)/
Sungai/Laut (2)/
Kebun (1)
Kesehatan Anggota - < 25 % sering sakit - Baik (3)
anggota keluarga - 25-50 % sering sakit - Cukup (2)
keluarga yang sering - >50 % sering sakit -Kurang (1)
mengalami
sakit (tahun)

Kemudahan Jarak RS 0 km (4)/ 0.01-3 Km - Mudah


mendapatkan terdekat (3)/ > 3 Km (2)/ (Skor 17 -
pelayanan missing (1) 23) (3)
kesehatan
Jarak ke 0 Km (4)/ 0.01-2Km
- Cukup
Tingkat poliklinik (3)/ >2Km (2)/
(Skor 12 –
kesejahteraan missing (1)
16) (2)
keluarga Biaya - Terjangkau (3)/
petani berobat cukup terjangkau (2)/ - Sulit
sulit terjangkau (1) (Skor 7 –
11) (1)
Penanganan Baik (3)/ cukup (2)/
berobat jelek (1).

Alat - Mudah didapat (3)/


kontrasepsi cukup mudah
didapatkan (2)/ sulit
didapatkan (1)
Konsultasi - Mudah (3)/ Cukup
KB (2)/ Kurang (1)

Kemudahan Biaya Terjangkau (3)/ cukup - Mudah


Tingkat memasukkan sekolah terjangkau (2)/ sulit (Skor 8 – 9)
kesejahteraan anak terjangkau (1) - Cukup
keluarga kejenjang (Skor 5 – 6)
petani pendidikan Jarak 0 km (3)/ 0.01-3 Km (2)
sekolah (2)/ > 3 km (1) - Sulit (Skor

33
Konsep Variabel Sub Indikator Satuan
Variabel
3 – 4) (1)
Prosedur Mudah (3)/ cukup (2)/
penerimaan sulit (1)

Kemudahan Ongkos dan Terjangkau (3)/ cukup - Mudah


mendapatkan biaya (2)/ sulit (1) - Cukup
fasilitas - Sulit
transportasi Fasilitas Tersedia (3)/ cukup
kendaraan tersedia (2)/ sulit
tersedia (1).
Kepemilika Sendiri (3)/ sewa (2)/
n ongkos (1)

Kehidupan -Toleransi
beragama tinggi (3)
-Toleransi
sedang (2)
-Toleransi
kurang (1)

Rasa aman Frekuensi Tidak pernah - Aman


dari responden mengalami kejahatan (3)
gangguan dalam Pernah mengalami - Cukup
tindak mengalami kejahatan aman
kejahtan tindak (2)
kejahatan Sering mengalami - Sulit
tindak kejahatan (1)
Kemudahan Frekuensi Mudah (sering - Mudah
dalam responden melakukan olahraga) (3)
melakukan dalam Cukup mudah (cukup - Cukup
Tingkat
olahraga melalukan sering melakukan (2)
kesejahteraan
olahraga olahraga) - Sulit
keluarga
dalam satu (1)
petani Sulit (kurang
minggu
melakukan olahraga)

34
3.4 Sumber Data dan Cara Menentukan Data

3.4.1. Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer diperoleh dari hasil proses observasi langsung dilapangan dan
wawancara dengan sampel menggunakan panduan wawancara yang dibuat
sebagai panduan dalam proses wawancara langsung. Sumber data primer
adalah sampel dari petani kentang di Desa Margamukti.

2. Data sekunder diperoleh dari lembaga pengumpul data seperti dari literatur
kepustakaan, jurnal, fasilitas internet, penelitian terdahulu dan data dari
lembaga atau instansi. Data tersebut merupakan data yang sudah ada atau
sudah jadi yang mendukung penelitian. Sumber data sekunder adalah kantor
Desa Sukamanah, BPS dan database instansi terkait.
3.4.2. Cara Menentukan Sampel
Dalam penelitian ini penentuan sampel ditentukan dengan cara random
sampling menggunakan Ms. Excel. Random sampling yaitu penarikan sampel dengan
cara mengacak nama-nama petani pada data yang ada. Hal tersebut dilakukan agar
memudahkan peneliti dalam mencari sampel.
Penentuan ukuran sampel didasarkan atas metode slovin dengan jumlah
populasi 513 orang petani dan toleransi kesalahan (α) sebesar 10%.
N
n= 2
1+ N ∝
513
n= 2 = 84
1+513 .0,1
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode slovin, maka diperoleh jumlah
sampel sebanyak 84 orang petani kentang sebagai responden.
3.5 Teknik Pengumpulan Data/Informasi
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

35
1. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik
karena tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam lainnya
(Sugiyono, 2014). Observasi memerlukan pencatatan,perekaman yang
sistematik terhadap apa yang terjadi, perilaku sampel, dan segala yang terjadi
yang sifatnya spesifik. Observasi bertujuan untuk memperkaya data bisa
dengan mewawancarai narasumber lain. Dari hasil wawancara dan observasi
akan dijadikan informasi mengenai permasalahan dan harapan-harapan dari
buruh tani wanita untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya.
2. Wawancara, suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya
jawab antara peneliti dengan objek yang diteliti melalui pertanyaan-
pertanyaan tertentu untuk memperoleh informasi. Wawancara ini dilakukan
secara terbuka dimana sampel mengetahui pewawancara sebagai peneliti.
Pertama, mencari sampel dan mengobservasi menggunakan panduan
wawancara yang direkam, lalu mencatatnya, setelah itu menemukan sampel
baru juga mengembangkan strategi wawancara.
3. Studi literatur, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi yang
berkaitan dengan objek penelitian dari studi kepustakaan, data yang telah
tersedia di instansi atau lembaga terkait, dan penelusuran informasi melalui
internet.
3.6 Rancangan Analisis Data

3.6.1. Analisis deskriptif


Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif
merupakan suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek,
kondisi, sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Adapun tujuan dari analisis deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi secara
sistematis, dan faktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara
fenomena yang diselidiki (Nazir, 2005).

36
3.6.2. Analisis Tingkat Kesejahteraan Petani Kentang
Tabel 8.Indikator Kesejahteraan menurut BPS dalam SUSENAS 2007
No Indikator Kesejahteraan Kriteria Bobot Skor
1 Pendapatan keluarga  Tidak miskin 25% 4
Berdasarkan konsep garis  Hampir Miskin 3
kemiskinan Sajogyo yang  Miskin 2
menyertakan pendapatan  Miskin sekali 1
perkapita pertahun dengan
konsumsi beras perkapita.
2 Pengeluaran keluarga  Tidak miskin 16 % 4
Berdasarkan Kebutuhan  Hampir Miskin 3
Makanan dan Bukan  Miskin 2
Makanan BPS  Miskin sekali 1
3 Keadaan Tempat Tinggal  Permanen 13 % 3
1. Atap : genting (5)/asbes (skor15-21) 2
(4)/seng (3)/sirap  Semi Permanen 1
(2)/daun (1) (skor 10-14)
2. Bilik : tembok  Non permanen
(4)/setengah tembok (skor 5-9)
(3)/kayu (2)/bambu (1)
3. Status : milik sendiri
(3)/sewa (2)/numpang
(1)
4. Lantai : porselin (5)/ubin
(4)/plester (3)/kayu
(2)/bamboo (1)
5. Luas lantai : luas
(100m2) (3)/sedang (50-
100m2) (2)/ sempit (<50
m2) (1)
4 Fasilitas Tempat Tinggal  Lengkap (skor 4% 3
1. Pekarangan : Luas 21-27) 2
(>100m2) (3)/ cukup  Cukup (skor 1
(50-100m2) (2)/ sempit 1420)
(50m2) (1)  Kurang (skor
2. Hiburan : Video (4)/Tv 713)
(3)/tape recorder (2)/
radio (1)
3. Pendingin : AC
(4)/lemari es (3)/kipas
angina (2)/ alami (1)

37
No Indikator Kesejahteraan Kriteria Bobot Skor
4. Sumber penerangan :
Listrik (3)/petromak
(2)/lampu temple (1)
5. Bahan bakar : gas
(3)/minyak tanah (2)
kayu arang (1)
6. Sumber air : PAM
(6)/sumur bor (5)/sumur
(4)/ mata air (3)/ air
hujan (2)/ sungai (1)
7. MCK : kamar mandi
sendiri (4)/ kamar mandi
umum (3)/ sungai (2)/
kebun (1)
5 Kesehatan Anggota  Baik (<25% 10 % 3
Keluarga Banyaknya sering sakit) 2
anggota keluarga yang sering  Cukup (25- 1
sakit dalam satu bulan 50% sering
sakit)
 Kurang (>50%
sering sakit)
6 Kemudahan Mendapatkan  Mudah (skor 4 % 3
Pelayanan Kesehatan dari 1723) 2
Tenaga Medis  Cukup (skor 1
1. Jarak RS terdekat : 0 km 1216)
(4)/ 0.01-3 km (3)/ >3km  Sulit (skor 7-
(2)/ missing (1) 11)
2. Jarak ke poliklinik : 0 km
(4)/ 0.01-2 km (3)/ >2km
(2)/ missing (1)
3. Biaya berobat :
terjangkau (3)/ cukup
(2)/ jelek (1)
4. Penanganan berobat :
baik (3)/ cukup (2)/ jelek
(1)
5. Alat kontrasepsi : mudah
didapat (3)/ cukup
mudah (2)/ sulit (1)
6. Konsultasi KB : mudah
(3)/ cukup (2)/ sulit (1)

38
No Indikator Kesejahteraan Kriteria Bobot Skor
7. Harga obat-obatan :
terjangkau (3)/ cukup
terjangkau (2)/ sulit
terjangkau (1)
7 Kemudahan Memasukkan  Mudah (skor 8- 12 % 3
Anak Kejenjang Pendidikan 9) 2
1. Biaya sekolah :  Cukup (skor 6- 1
terjangkau (3)/ cukup 7)
terjangkau (2)/ sulit  Sulit (skor 3-5)
terjangkau (1) Jarak
sekolah : 0 km (3)/ 0.01-
3km (2)/ > km (1)
2. Prosedur penerimaan :
mudah (3)/ cukup (2)/
sulit (1)
8 Kemudahan Mendapatkan  Mudah (skor 8- 4% 3
Fasilitas Transportasi 9) 2
1. Ongkos dan biaya :  Cukup (skor 6- 1
terjangkau (3)/ cukup 7)
(2)/ sulit (1)  Sulit (skor 3-5)
2. Fasilitas kendaraan :
tersedia (3)/ cukup
tersedia (2)/tidak
tersedia(1)
9 Kehidupan beragama  Toleransi tinggi 4 % 3
 Toleransi 2
sedang 1
 Toleransi
kurang
10 Rasa Aman dari Gangguan  Aman (tidak 4 %
Kejahatan pernah
mengalami
kejahatan)
 Cukup (pernah
mengalami
kejahatan
 Kurang (sering
mengalami
kejahatan)
11 Kemudahan dalam  Mudah (sering 4 % 3

39
No Indikator Kesejahteraan Kriteria Bobot Skor
Melakukan Olahraga melakukan 2
Frekuensi responden dalam olahraga) 1
melalukan olahraga dalam  Cukup mudah
satu minggu (cukup sering
melakukan
olahraga)
 Sulit (kurang
melakukan
olahraga)

sumber: BPS dalam SUSENAS 2007

secara umum tingkat kesejahteraan dapat dirumuskan sebagai berikut:


TK = P1+P2+P3+P4+P5+P6+P7+P8+P9+P10+P11
Keterangan:
TK= Tingkat kesejahteraan
P1= Pendapatan keluarga
P2= Konsumsi/pengeluaran keluarga
P3= Keadaan tempat tinggal
P4= Fasilitas tempat tinggal
P5= Kesehatan anggota keluarga
P6= Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan
P7= Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan
P8= Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi
P9=Kehidupan beragam
P10 = Rasa aman dari tindak kejahatan
P11= Kemudahan dalam melakukan olahraga

Tingkat kesejahteraan yang dibagi kedalam tiga klasifikasi yaitu tinggi,


sedang, dan rendah. Hal ini di tentukan dengan cara mengurangkan jumlah skor
tertinggi dengan jumlah skor terendah kemudian dibagi 3 (klasifikasi yang

40
digunakan). Jumlah skor tertinggi dari kesebelas indikator kesejahteraan adalah 35
dan jumlah skor terendah adalah 11. Maka range skor adalah ((35-11)/3) = 8 sehingga
range skor adalah 8. Penentuan tingkat kesejahteraan dikelompokkan kedalam 3
bagian, yaitu:
a. Skor antara 27-35 (tingkat kesejahteraan tinggi)
b. Skor antara 19-26 (tingkat kesejahteraan sedang)
c. Skor antara 11-18 (tingkat kesejahteraan rendah)
3.7. Jadwal Penelitian
Tabel 9. Waktu Penelitian

No Kegiatan Waktu
.
1 Persiapan penelitian Oktober – November 2018
2 Pengumpulan data dan informasi November – desember 2018
3 Pengolahan data dan informasi Januari – Februari 2019
4 Penulisan Skripsi Februari – April 2019

41
DAFTAR PUSTAKA

Arsanti, I. 2014. Sayuran Dataran Tinggi : Alternatif Pengungkit Daya Saing


Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2007. Indikator kesejahteraan. Jakarta : BPS-Statistic Indonesia
Badan Pusat Statistik. 2015. Kemiskinan dan Ketimpangan. Jakarta : BPS-Statistic
Indonesia
Badan Pusat Statistik. 2017. Kabupaten Bandung dalam Angka 2017. Jakarta: BPS-
Statistic Indonesia
Badan Pusat Statistik. 2018. Jawa Barat dalam Angka 2018. Jakarta : BPS-Statistic
Indonesia
Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Bandung dalam Angka 2018. BPS-Statistic
Indonesia
Elfrida, Nova. 2017. Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga
Petani Kedelai Di Kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi
Jawa Barat. Skripsi. Universitas Padjadjaran
Ismail, A. 2017. Kerangka Pendekatan Teori. Institut Pertanian Bogor
Kadarisman, Nur.dkk. 2011. Peningkatan Laju Pertumbuhan Dan Produktivitas
Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.). Universitas Negeri Yogyakarta
Komala, Dian.dkk. 2014. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah
Tangga Petani Jagung Di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
2(1): 64 – 70
Lestari, Sylva. 2016. Analisis Pendapatan dan Kesejahteraan Petani Agroforestri Di
Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. 4(2):
17 – 26
Masruroh, Ariyani. 2015. Kontribusi Usaha Tani Tembakau Terhadap Pendapatan
Rumah Tangga Di Desa Salamrejo Kecamatan Selopampang Kabupaten
Temanggung Jawa Tengah. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta

42
Murdani, Made.dkk. 2015. Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga
Petani Padi (Oryza Sativa) Di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.
Jurnal Agribisnis. 3 (2): 165 - 172
Prasetyo, A. 2016. Latar Belakang. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sahara, Dewi.dkk. 2004. Tingkat Pendapatan Petani Terhadap Komoditas Unggulan
Perkebunan Sulawesi Tenggara. Sulawesi Tenggara: Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian
Sanang, R. 2018. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis. Bandung :
Unpas
Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usahatani. Malang: Universitas Brawijaya Press
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Tyas, A.dkk. 2010. Budidaya Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L.) di Luar
Musim Tanam. Skripsi.Universitas Sebelas Maret

43
Lampiran 1. Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN

Tingkat Kesejahteraan Petani Kentang Desa Margamukti Kecamatan Pangalengan


Kabupaten Bandung
Kuesioner ini merupakan bagian penelitian dari penulisan skripsi oleh Ana Apriliana
Mahasiswi Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Saya mohon kesediannya untuk mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar
sesuai dengan keyakinan anda. Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat
rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis.
Atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan terimakasih.
No. Responden :
Nama :
Alamat :
Tanggal Wawancara :
KARAKTERISTIK PETANI DAN KELUARGANYA
1. Jenis Kelamin : Laki- laki / Perempuan
2. Usia : tahun
3. Status : Menikah / Belum Menikah
4. Tingkat pendidikan :
a. Tidak tamat SD atau tidak sekolah
b. Tamatan SD / sederajat
c. Tamatan SMP / sederajat
d. Tamatan SMA / sederajat
e. Perguruan tinggi
5. Jumlah Tanggungan Keluarga : orang
6. Pengalaman Berusahatani : tahun
7. Status kepemilikan lahan :
8. Luas lahan : hektar/tumbak

44
9. Aktivitas pekerjaan diluar usahatani :
1) Bidang petanian ( usahatani padi sawah)
 Usahatani non padi sawah ( sebutkan :..........)
 Buruh garap
 Industri pengolahan
 Lainnya...
2) Bidang non pertanian
 PNS
 Buruh lepas
 Berdagang
 Ojek
 Pembantu RT
 Lainnya.......

STRUKTUR PENDAPATAN, PENGELUARAN, DAN KESEJAHTERAAN

STRUKTUR PENDAPATAN
Penghasilan Petani
Sektor Pertanian Keterangan
 Petani
10. a. Jenis Komoditas
b. Pendapatan (Rp/MT)
11. a. Jenis Komoditas
b. Pendapatan (Rp/MT)
12.  Buruh Tani
a. Waktu Kerja (HOK / Bulan)
b. Penghasilan (Rp/Bulan)
Pekerjaan Non Pertanian
13. a. Jenis Pekerjaan
b. Penghasilan (per bulan)
c. Waktu kerja (HOK /bulan)
14. a. Jenis Pekerjaan
b. Penghasilan (per bulan)
c. Waktu kerja (HOK/ bulan)

45
STRUKTUR PENDAPATAN
Pendapatan Keluarga
Jenis Pendapatan
Anggota ke- / Pendidika Jenis
No Status kelami Per Bulan
Nama n terakhir Pekerjaan
n (P/L) (Rp/Bulan)
15. 1….
16. 2….
17. 3….
18. 4….
19. 5….
20. 6….

STRUKTUR PENGELUARAN

No Jenis Pengeluaran Rupiah per Bulan


MAKANAN
21 Beras
22 Rokok
23 Daging Sapi
24 Daging Ayam
25 Telur Ayam
26 Gula Pasir
27 Mie Instan
28 Kopi Bubuk dan Kopi Instan
29 Sayuran
30 Buah-buahan
31 Tahu
32 Tempe
33 Makanan Lainnya
BUKAN MAKANAN
34 Sandang
35 Perlengkapan Mandi
36 Pendidikan
37 Bensin
38 Listrik

46
No Jenis Pengeluaran Rupiah per Bulan
39 Gas dan Kayu Bakar
40 Pulsa dan Kuota Internet
41 Pemeliharaan Kesehatan
42 Pemeliharaan Tempat Tinggal
43 Hubungan Sosial (pernikahan, sunatan
dsb)
44 Rekreasi
45 Bukan Makanan Lainnya

INDIKATOR KESEJAHTERAAN LAINNYA


Keadaan dan Fasilitas Tempat Tinggal
1. Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati:
a. Milik sendiri
b. Kontrak
c. Sewa
d. Bebas sewa milik orang lain
e. Bebas sewa milik orangtua / saudara
f. Dinas
2. Status tempat tinggal
a. Hak milik
b. Hak guna bangunan
c. Hak pakai
3. Jenis atap
a. Genting
b. Asbe
c. Seng
d. Sirap
e. Daun/ijuk
4. Jenis dinding terluas
a. Tembok
b. Setengah tembok

47
c. Kayu
d. Bambu kayu
e. Bambu
5. Jenis lantai
a. Porselin
b. Ubin
c. Plester
d. Kayu/bambu
e. Tanah
6. Luas lantai
a. Luas(100m²)
b. sedang(50-100m²)
c. sempit(<50m²)
7. Luas pekarangan
a. Luas (>100m²)
b. cukup (50-100m²)
c. sempit (<50m²)
8. Hiburan
a. Video
b. TV
c. Tape Recorder
d. Radio
9. Pendingin
a. AC
b. Lemari es
c. Kipas angin
d. Alami
10. Sumber penerangan

48
a. Listrik
b. petromak
c. lampu temple
11. Daya terpasang
a. 450 watt
b. 900 watt
c. 1300 watt
d. 2200 watt
e. >2200 watt
f. Tanpa meteran
12. Bahan Bakar
a. Gas
b. Minyak tanah
c. Kayu arang
13. Sumber Air :
a. PAM
b. Sumur Bor
c. Sumur
d. Mata Air Umum
e. Air hujan
f. Sungai
14. MCK
a. Kamar mandi sendiri
b. Kamar mandi umum
c. Sungai/ laut
d. kebun
15. Hiburan keluarga
a. TV

49
b. Video
c. Tape
d. Radio
e. HP

Kesehatan anggota keluarga


16. Berapa jumlah anggota keluarga yang sering sakit tiap bulannya? ..... orang dari
jumlah anggota keluarga
 <25 % sering sakit
 25-50 % sering sakit
 >50 % sering sakit

Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan


17. Jarak RS/puskesmas terdekat
a. Satu Desa
b. Beda Desa Satu Kecamatan
c. Beda Kecamatan
d. di Kota Kabupaten
18. Lokasi Dokter Umum Terdekat
a. Satu Desa
b. Beda Desa Satu Kecamatan
c. Beda Kecamatan
d. di Kota Kabupaten
19. Biaya Berobat
a. Terjangkau
b. Cukup
c. Mahal
20. Penanganan berobat
a. Baik

50
b. Cukup
c. Kurang baik
21. Mendapatkan Alat kontrasepsi dan konsultasi KB
a. Mudah
b. Cukup
c. Sulit
22. Harga Obat Obatan
a. Terjangkau
b. Cukup
c. Mahal

Pendidikan
23. Lokasi Pendidikan SD dan sederajat
a. Satu Desa
b. Beda Desa Satu Kecamatan
c. Beda Kecamatan
d. di Kota Kabupaten
24. Lokasi Pendidikan SMP dan sederajat
a. Satu Desa
b. Beda Desa Satu Kecamatan
c. Beda Kecamatan
d. di Kota Kabupaten
25. Lokasi Pendidikan SMA dan sederajat
a. Satu Desa
b. Beda Desa Satu Kecamatan
c. Beda Kecamatan
d. di Kota Kabupaten
26. Biaya sekolah
a. Terjangkau

51
b. Cukup
c. c.Mahal
27. Prosedur penerimaan
a. Mudah
b. Cukup
c. Sulit

Fasilitas Transportasi
28. Ongkos dan biaya transportasi
a. a.Terjangkau
b. Cukup
c. c.Mahal
29. Fasilitas kendaraan
a. Tersedia
b. Cukup Tersedia
c. Kurang tersedia
30. Kepemilikan
a. Sendiri
b. Sewa
c. Ongkos

Kehidupan beragama
31. Bagaimana tingkat toleransi antar umat dan golongan di daerah ini.
a. Baik
b. Cukup
c. Kurang Baik
32. Rasa aman dari gangguan dan tingkat kejahatan.
a. Tidak pernah mengalami
b. Pernah mengalami
c. Sering mengalami

52
33. Kemudahan berolahraga
a. Mudah
b. Cukup
c. Sulit

53

Anda mungkin juga menyukai