TTD
RAIHANI WAHDAH
PENGARUH PEMBERIAN PGPR DAN PUPUK MAJEMUK
NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL CABAI
RAWIT PADA LAHAN GAMBUT
Oleh
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian
ini berjudul “Pengaruh Pemberian PGPR dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap
Dr. Ir. Bambang Fredrickus Langai, M.P. dan ibu Dr. Ir. Hj. Raihani Wahdah,
dan saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga
kesempurnaan proposal skripsi ini. Besar harapan penulis semoga proposal skripsi
Penulis
Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian PGPR dan Pupuk Majemuk NPK
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Rawit Pada
Lahan Gambut
NIM : E1A115053
Anggota Ketua
Dr. Ir. Hj. Raihani Wahdah, M.S. Dr. Ir. Bambang F Langai, M.P.
NIP. 19631003 198003 2 001 NIP. 19590913 198611 1 001
Diketahui Oleh:
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... v
PENDAHULUAN................................................................................... 1
Latar Belakang............................................................................. 1
Rumusan Masalah....................................................................... 5
Hipotesis Penelitian..................................................................... 5
Tujuan Penelitian......................................................................... 6
Manfaat Penelitian....................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 7
Rancangan Penelitian.................................................................. 31
Pelaksanaa Penelitian.................................................................. 32
7
Pengamatan................................................................................. 36
Analisis Data............................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Nomor Halaman
Latar Belakang
kandungan gizi antara lain, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, dan besi.
Vitamin A, B1, B2, dan C. serta senyawa alkaloid seperti capsicin, oleoresin,
flavonoid, dan minyak esensial (Alif, 2017). Komoditas cabai bukanlah pangan
pokok bagi masyarakat di Indonesia, akan tetapi buah dari tanaman ini merupakan
Selain untuk konsumsi, buah cabai memiliki fungsi yang penting bagi
Buah cabai yang tidak dapat disimpan lama dan selalu di konsumsi dalam
keadaan segar, cabai harus tersedia setiap saat, oleh sebab itu permintaan dan
menyebabkan harga dari cabai selalu mengalami fluktuasi, hingga tak jarang cabai
berfluktuasi. Cabai rawit harganya dapat mencapai Rp 100.000 per kg, terutama
jika saat terjadi kegagalan panen/musim paceklik. Pada tahun 2015 cabai rawit
Secara nasional, produksi cabai rawit terus mengalami kenaikan dari tahun
ke tahun. Produksi cabai rawit tahun 2013 sebesar 713.503 t, mengalami kenaikan
11
sebesar 11.288 t jika dibandikan tahun sebelumnya. Untuk produksi cabai rawit
menurut provinsi 2011-2013 dapat dilihat pada lampiran 1 (Tim Mitra Agro
Sejati, 2017). Meskipun produksi cabai rawit nasional mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun, namun saat Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan cabai
nasional, sehingga harus mengimpor cabai yang mencapai 98,8 t pertahun dari
23.832,7 t dengan luas panen sebesar 4.113 ha Badan Pusat Statistik Provinsi
karena semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Ditambah lagi saat ini
cadangan lahan pertanian subur untuk peningkatan produksi cabai rawit terbatas,
yang disebabkan oleh alih fungsi lahan pertanian. Menurut (Badan Pusat Statistik
Provinsi Kalimantan Selatan, 2019), luas panen cabai tahun 2017-2018 berkurang
Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan lahan untuk peningkatan produksi
cabai rawit adalah dengan perluasan areal tanam pada lahan sub optimal, salah
Soviet dan Amerika Serikat, yaitu sekitar 14.905.475 ha dan tersebar terutama di
Sumatera, Kalimantan dan Papua. Namun variabilitas lahan ini sangat tinggi, baik
tidak semua lahan gambut layak untuk areal pertanian. Di Indonesia hanya sekitar
6 juta ha yang layak untuk pertanian (Wahyunto et al., 2014). Akan tetapi pada
gambut yang asam. Karena syarat pertama memperbaiki kesuburan tanah gambut
yang harus diperhatikan. Kapur yang diberikan ke dalam tanah gambut akan
memperbaiki kondisi tanah gambut dengan cara: (1) menaikkan pH tanah; (2)
unsur Ca dan Mg; (5) menambah ketersediaan hara; (6) memperbaiki kehidupan
unsur hara terutama P (fosfor), dimana fosfor memiliki fungsi penting bagi
di dalam tanaman, pengaturan tegangan sel tanaman agar tahan terhadap OPT,
serta berperan dalam pembentukan bunga dan buah (Najiyati et al., 2005).
pupuk majemuk. Pupuk tunggal yang dapat digunakan sebagai sumber P adalah
pupuk TSP (Tripel Super Fosfat). Akan tetapi tanaman tidak hanya membutuhkan
unsur hara P saja, maka dari itu penggunaan pupuk majemuk menjadi salah satu
pilihan untuk memenuhi berbagai hara bagi tanaman untuk tumbuh dan
menghasilkan secara optimal. Salah satu pupuk majemuk yang memiliki 3 unsur
N (nitrogen) yaitu nitrat dan ammonium, untuk P (fosfor) yaitu P 2O5, dan untuk K
(kalium) yaitu K2O. Dimana unsur hara N memiliki kegunaan untuk membantu
pembentukan dan pertumbuhan daun, batang dan akar, dan bagian dari hijau daun
yang berguna dalam proses fotosintesis. Unsur hara P memiliki kegunaan sebagai
pengaturan tegangan sel tanaman agar tahan OPT, dan berperan dalam
pembentukan bunga dan buah. Hara K berguna untuk memperkuat dinding sel,
2019).
aktif mengkolonisasi rhizosfer dan itu sangat diperlukan oleh tanaman karena
mensintesis dan mengatur fitohormon alami IAA. PGPR dapat juga menekan
tanaman cabai merah (Sriyanti et al., 2015). Menurut A`yun et al., (2013),
Mosaic Virus) serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada tanaman cabai
pemberian PGPR dapat berpengaruh positip pada tinggi tanaman, jumlah buah,
tomat yang di beri PGPR juga mengalami pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi PGPR (Taufik, 2010). Oleh
karena itu, penulis menduga jika tanaman lain terutama tanaman yang masih
satu suku terong-terongan seperti cabai, jika diberi PGPR dengan dosis yang
tepat maka akan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tersebut.
Rumusan Masalah
NPK terhadap pertumbuhan dan hasil cabai rawit pada lahan gambut?
dosis yang berbeda dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil cabai
Hipotesis Penelitian
Mutiara berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil cabai rawit pada lahan
gambut.
2. Pemberian kombinasi PGPR dengan pupuk NPK mutiara dengan dosis yang
berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil cabai rawit pada lahan
NPK Mutiara terhadap pertumbuhan dan hasil cabai rawit pada lahan gambut.
dan pupuk NPK mutiara yang berbeda terhadap terbaik bagi pertumbuhan dan
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi tentang penggunaan PGPR dan NPK Mutiara di lahan
gambut.
gambut.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Alif (2017), tanaman cabai rawit dalam botani tumbuhan dapat
Ordo : Solanales
Genus : Capsicum
tinggi. Cabai rawit merupakan tanaman tahunan yang tumbuh tegak, tanaman
antara varietas secara alami sangat mungkin terjadi di lapangan yang dapat
a. Daun
cabai rawit, variasi warna daun sangat bergantung pada iklim serta lingkungan
tempat tanaman di tanam. Pada umumnya berwarna hijau muda, dengan panjang
sekitar 3-4 cm dan lebar 1-2 cm. Termasuk ke dalam kategori daun tunggal,
dengan bentuk bulat dan agak lebar dengan ujung meruncing, pangkal menyempit,
dan tepi rata, serta bentuk tulang daunnya merata (Alif, 2017).
b. Batang
batang berkisar 30-37,5 cm dan berdiameter 1,5-3 cm. jumlah cabangnya yakni
18
antara 7-15 per tanaman. panjang cabang sekitar 5-7 cm dengan diameter sekitar
0,5-1 cm. Pada daerah percabangan terdapat tangkai daun. Ukuran tangkai daun
c. Bunga
Bunga tanaman cabai rawit bersifat tunggal dan tumbuh di ujung ruas
tunas. Mahkota bunga berwarna putih, kuning muda, kuning, ungu dengan dasar
putih, putih dengan dasar ungu, atau ungu, tergantung dari varietas tanaman itu
sendiri. Benang sari dan putik terletak di satu bunga, sehingga termasuk bunga
sempurna. Putik bunga berukuran panjang 0,5 cm berwarna putih dengan kepala
berwarna hijau. Posisi bunga cabai ada yang menggantung, horizontal, dan tegak
(Alif, 2017).
d. Buah
19
Daging buah cabai memiliki tekstur yang renyah dan lunak, serta memiliki
ukuran yang beragam, mulai dari pendek sampai panjang dengan ujung runcing
atau tumpul. Bentuk buah cabai rawit tegak, kadang merunduk, berbentuk bulat
telur, lurus atau bengkok dengan ujung meruncing dengan panjang 1-5 cm. Buah
muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih. Sedangkan buah yang telah
masak berwarna merah. Ukuran cabai rawit lebih kecil jika dibandingkan dengan
jenis cabai lainnya, namun memiliki rasa yang lebih pedas (Alif, 2017).
e. Biji
Dalam buah cabai rawit terdapat biji dengan jumlah yang banyak. Biji
cabai rawit berbentuk bulat pipih dan menempel di sepanjang plasenta. Warnanya
juga beragam, mulai dari putih hingga kuning jerami. Bagian terluarnya terdapat
20
lapisan keras. Biji inilah yang kemudian menghasilkan bibit tanaman yang baru
(Alif, 2017).
f. Akar
Akar tanaman cabai rawit termasuk ke dalam kategori akar serabut. Pada
bagian ujung akar terdapat akar semu yang berfungsi untuk menyerap nutrisi
(Alif, 2017).
terdiri dari jenis lokal dan jenis hibrida yang merupakan hasil dari pemuliaan.
Beberapa jenis cabai rawit lokal yang dikenal di Indonesia menurut Alif (2017),
antara lain:
Cabai varietas ini memiliki ukuran kecil dan dengan panjang berkisar 2-
2,5 cm dengan diameter 5 mm, serta berat rata-rata 0,65 g. Saat muda, cabai ini
memiliki warna buah hijau dan berubah menjadi merah menyala setelah masak.
Cabai rawit jemprit memiliki rasa yang sangat pedas dengan aroma kuat karena
Cabai varietas ini merupakan cabai rawit yang memiliki ukuran lebih besar
dari cabai rawit jemprit, dengan warna kekuning-kuningan. Rasa buah pedas,
Cabai varietas ini buahnya lebih besar dari cabai rawit jemprit, dan lebih
kecil dari cabai rawit putih. Cabai ini kurang pedas jika dibandingkan dengan
cabai jemprit. Buah memilik warna hijau dan akan berwarna merah cerah setelah
masak.
Rasa pedas pada cabai di timbulkan oleh senyawa yang di sebut capsaicin,
rasa pedas tersebut sebenarnya adalah sensasi yang disebabkan oleh adanya iritasi
ringan dan dapat menimbulkan sensasi rasa terbakar pada reseptor syaraf tertentu,
sehingga otak merespon sama seperti rasa panas. Senyawa ini juga dapat
rawit dikenal sebagai bahan salep dan obat gosok, karena bermanfaat mencegah
Cabai rawit mengandung banyak vitamin dan mineral. 100 g cabai rawit
dapat memenuhi asupan gizi harian yang direkomendasikan. Menurut Alif (2017),
berikut adalah nilai kandungan nutrisi cabai rawit (ditunjukkan dalam % asupan
Selain itu, cabai rawit juga memberikan beberapa mineral penting lain dalam
jumlah yang cukup tinggi, yakni berupa magnesium, mangan, fosfor, selenium,
dan zinc. Perbandingan nilai gizi cabai rawit dengan jenis cabai lainnya dapat
dan tinggi tanaman cabai kurang lebih mencapai 1,5 m. Tanaman dapat ditanam di
lahan kering dan dapat juga ditanam pada lahan basah. Kondisi dari lingkungan
hidup tanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil dari tanaman
a. Curah hujan
Tanaman cabai kurang bagus bila ditanam di musim penghujan. Hal ini
menyebabkan bunga dan buah banyak yang rontok. Curah hujan yang terlalu
tinggi juga menyebabkan buah menjadi busuk, atau sering disebut petani patek.
23
Kelembaban yang tinggi akan merangsang perkembangan hama lalat buah dan
b. Angin
Angin juga dibutuhkan oleh tanaman cabai rawit, yaitu untuk membantu
proses penyerbukan bunga. Jika tidak ada angin, penyerbukan bunga tidak lancar
c. Sinar matahari
Tanaman cabai rawit membutuhkan sinar matahari penuh dari pagi hingga
sore hari atau 10 jam setiap harinya. Jika sinar matahari kurang, maka tanaman
d. Air
Semua tanaman membutuhkan air, apa lagi tanaman cabai. Kebutuhan air
tanaman cabai cukup hanya sebatas tanah basah, tidak butuh genangan air. Jika
tanaman cabai kekurangan air dan tanah sampai kering, maka pertumbuhan
tanaman cabai terhambat. Kekurangan air pada tanaman cabai pada masa
Menurut Alif (2017), canai rawit dapat tumbuh dengan baik di dataran
tinggi maupun dataran rendah dengan ketinggian mulai dari 1-1500 m diatas
permukaan laut (dpl). Dan untuk kisaran ketinggian yang sesuai dengan tanaman
cabai adalah 0-500 m diatas permukaan laut (dpl) dan untuk iklim yang dihendaki
oleh tanaman adalah tidak terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Kelembaban
Setiadi (2011) adalah tanah yang subur (kaya bahan organic) dengan pH tanah
24
yaitu berkisar 6,0-7,0 (optimal pada pH 6,5). Tekstur tanah remah atau gembur
diperlukan tanaman agar peresapan air dan sirkulasi udara dalam tanah berjalan
lancar. Kelembaban tanah harus cukup dengan ditandai oleh kandungan air yang
tidak berlebihan dan tidak kekurangan (kapasitas lapang). Tanah tersebut juga
mempunyai suhu yang sedang, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Cabai
rawit tumbuh baik di tanah bertekstur lempung, lempung berpasir, dan lempung
berdebu. Namun, cabai ini masih bisa tumbuh baik pada tekstur tanah yang agak
berat, seperti lempung berliat. Beberapa kultivar cabai rawit lokal bahkan bisa
tumbuh dengan baik pada tekstur tanah yang lebih berat lagi, seperti tekstur liat
Lahan Gambut
dangkal sampai sangat dalam hampir merata. Dan untuk Kalimantan sendiri
merupakan pulau yang memiliki lahan gambut terluas kedua setelah Sumatra.
lahan gambut terluas dengan luas 2.659.234 ha, dan disusul Kalimantan Barat
dengan luas 1.680.135 ha. Provinsi Kalimantan Timur hanya sekitar 332.365 ha
Tanah gambut merupakan salah satu tanah yang memiliki sifat jenuh air.
Jenis tanah ini terbentuk dari bahan tanah organik berupa sisa-sisa tanaman dan
jaringan tanaman yang telah melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Dalam
sistem klasifikasi taksonomi tanah, tanah gambut disebut Histosols (histos, tissue:
25
jaringan) atau sebelumnya bernama Organosols (tanah tersusun dari bahan
pertanian. Menurut Barchia (2015), jenis tanah pada lahan gambut dalam
dangkal (dengan ketebalan lapisan bahan organic 50-100 cm), gambut tengahan
(dengan ketebalan lapisan bahan organic 200-300 cm), dan gambut sangat dalam
(dengan ketebalan lapisan bahan organic >300 cm). Untuk tingkat kematangan
gambut dibagi menjadi 3 kelas, yaitu fibrik atau gambut mentah (tanah gambut
dengan kandungan serat tinggi >66 %, sehingga masih terlihat jelas serpihan kayu
yang belum melapuk), hemik atau setengah matang (tanah gambut dengan
kandungan serat 33-66 %), dan sapric atau matang (serpihan kayu sudah tidak
adalah tanah masam, kandungan Al dan Fe yang cukup tinggi, rendah akan nutrisi
(Barchia, 2015). Untuk mengatasi kendala pada saat bertanam di lahan gambut
pemberian pupuk organik atau kompos dapat sangat membantu tanah gambut
Tanah gambut memiliki sifat tanah sangat asam dan tidak baik untuk
tanaman, pemberian kapur pada tanah gambut akan memperbaiki kondisi tanah
Lahan yang akan dikapur harus dibersihkan dari gulma. Setelah bersih,
tanah dicangkul kemudian di taburi kapur sesuai kebutuhan kapur dan tingkat
kapur tercampur dengan tanah dan kapur cepat bereaksi. Selanjutnya, tanah
dibiarkan selama 2-3 minggu dan kemudian diolah kembali untuk ditanami
(Susila, 2006).
wilayah seluas ±371,38 Km2 atau 0,8 dari luas wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan. Secara astronomis Kota Banjarbaru terletak pada posisi 3° 27’ 5” LS dan
27
114° 45’ BT, serta berada pada ketinggian 0–500 m dari permukaan laut, dengan
luas wilayah Kota Banjarbaru) dan terletak pada ketinggian 66 feet dpl dengan
wilayah relative datar. Kecamatan Liang Anggang terbagi atas 4 kelurahan, yang
salah satunya adalah kelurahan landasan ulin barat dengan luas wilayah 1615 Ha.
Pupuk NPK
proses fotosintesis. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman pada dasarnya
sudah terdapat pada tanah, akan tetapi pada suboptimal unsur hara tersebut sangat
randah oleh karena itu perlu unsur hara tambahan yang untuk meningkatkan hara
pada tanah tersebut. Menurut Kasifah (2017), unsur hara dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro
merupakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman jalan jumlah yang besar,
terdiri atas C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S. Untuk unsur hara mikro merupakan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah kecil, diantaranya Fe, Mn, B,
ditambahnya kebutuhan akan hara di tanah tersebut. Menurut penulis, pupuk NPK
28
merupakan pupuk yang cukup untuk membantu memenuhi kebutuhan unsur hara
Pupuk NPK
kadar N, P2O5, dan K2O (Kasifah 2017). Pupuk NPK Mutiara 16:16:16 merupakan
pupuk anorganik dengan komposisi hara nitrogen (N) sebesar 16%, yang mana
6,5% adalah nitrat-N dan 9,5% adalah ammonium-N, komposisi hara fosfor (P)
P2O5 sebesar 16%, dan untuk hara kalium (K) K2O sebesar 16%.
Dosis anjuran pupuk NPK Mutiara 16:16:16 untuk tanaman cabai rawit
adalah 250kg/ha. Menurut Hapsoh (2019), pemberian pupuk NPK mutiara dengan
tinggi tanaman, mempercepat umur berbunga, dan umur panen pada tanaman
cabai jika dibandingkan dengan tanpa pemberian NPK Mutiara. Menurut Susila
(2006), pemberian pupuk pada tanaman cabai dilakukan sebanyak 3 kali dengan
interval pemberian 2 minggu setelah tanam. Pemberian pupuk juga dilakukan satu
kali sebelum penanaman cabai. Pemberian pupuk NPK dengan dosis 200 kg/ha
selama 3 kali dengan interval dua minggu pada lahan gambut menurut Lestari
Nitrogen (N)
N merupakan salah satu unsur hara esensial yang sangat penting untuk
nitrogen hasil fiksasi nitrogen oleh bakteri dan petir. Nitrogen berfungsi:
dan pembuahan.
Kebutuhan akan unsur N pada tanaman cabai untuk setelah pemindahan ke lahan
adalah mencapai 199 kg/ha, sedangkan untuk kebutuhan pupuk selanjutnya (2mst,
Fosfor (P)
pertumbuhan dan hasil yang berperan penting dalam memacu terbentuknya bunga,
buah, biji, membantu pembentukan inti sel, protein dan lemak. Pemberian pupuk
tanaman yang berupa buah atau biji, misalnya buah menjadi kecil dan jelek Riyadi
30
(2019). Menurut buku yang di tulis oleh Susila (2006), kebutuhan unsur hara P
Kalium (K)
Riyadi (2019). Peran utama kalium bagi tanaman adalah sebagai aktifator
enzimesensial dalam reaksi fotosintesis dan respirasi, serta dalam sintesis protein
dan pati (Lakitan, 2001). Menurut Susila (2006), kebutuhan unsur K pada
tanaman akan mengalami daun kering dan terbakar pada sisinya, sehingga dengan
kurangnya kalium ini dapat menghambat proses fotosintesis dan dampak terburuk
Rizobakteria
pertumbuhan tanaman atau yang umum di kenal sebagai PGPR (Plant Growth
organik serta meningkatkan asupan gizi bagi tanaman yang dilakukan oleh bakteri
yang membentuk koloni pada akar tanaman, sehingga kebutuhan akan nutrisi
besar pada pertumbuhan tanaman terutama pada tinggi tanaman dan banyaknya
tidak terganggu dalam penyerapan unsur hara dan nutrisi tanaman, serta lebih
Ditambah lagi dengan adanya bakteri yang membentuk koloni di bagian akar
dapat meningkatkan hara yang diperlukan pada tanaman. Jadi tanaman akan
tumbuh dengan samak baik dan menghasilkan buah dengan kualitas tinggi.
berasal dari kelompok gram-negatif dengan jumlah strain paling banyak dari
strain tertentu dari genus ini ada yang mampu melakukannya sehingga bisa
merupakan golongan bakteri yang hidup dan berkembang dengan baik pada tanah
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Khalimi dan Wirya (2009)
menyatakan bahwa benih kacang kedelai yang diberi perlakuan PGPR memiliki
pertumbuhan yang lebih cepat dan lebih besar jika dibandingkan dengan benih
Pengaplikasian PGPR
sangat baik untuk digunakan dalam melindungi tanaman, karena PGPR dapat
pembibitan, saat pindah tanam ataupun setelah pindah tanam (Taufik et al., 2005).
10ml/liter pada tanaman cabai rawit dapat meningkatkan tinggi tanaman cabai.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Iswati Rida (2012) pemberian
dosis PGPR 10ml/liter dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan
panjang akar. Sesuai pernyataan dari Widodo (2016), bahwa bakteri PGPR dapat
memobilitasi atau menfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah dan
lakukan oleh Rachma Lasmi Yati (2018) adalah 7 hari sekali, 10 hari sekali, dan
15 hari sekali dengan dosis 10ml/liter dan 200ml/tanaman. Akan tetapi waktu
aplikasi yang paling efektif adalah setiap 10 hari sekali, karena pada pemberian
antraknosa terbaik dan pertumbuhan tinggi tanaman terbaik adalah pada perlakuan
10 hari sekali.
Fungsi PGPR
Menurut Rahni (2012) bakteri penyedia hara yang hidup pada rizosfer akar
PGPR juga dapat memacu giberelin, sitokinin dan etilen yang sangat diperlukan
oleh tanaman; (2) kebutuhan nitrat (NO3) tanaman semakin terpenuhi, karena
bakteri bersifat biofertilizer dengan cara menambat N2 dari udara sehingga dapat
diserap langsung oleh tanaman; sebagai pemacu ZPT dan sebagai pemenuh hara N
bagi tanaman, akan tetapi dapat juga sebagai pengendali pathogen (bioprotectan);
(3) berfungsi sebagai pengendali pathogen yaitu bakteri Bacillus subtilis. Bakteri
34
ini mampu berperan sebagai antagonis melalui mekanisme antibiosis dengan
pathogen tanaman.
Bakteri dari PGPR yang mengkolonisasi akar tanaman sangat baik bagi
berkembang dengan baik dan sehat akan efisien menyerap unsur hara. Mekanisme
sepenuhnya dipahami. Hal ini terkait dengan kompleksitas peran PGPR bagi
Bhatnagar, 2005).
yang baik, penting pula untuk mengantisipasi hama dan penyakit tanaman cabai
seringkali diincar olah lalat buah dan kutu daun yang dapat merusak buah.
Menurut Tim Mitra Agro Sejati (2017), Pengendalian hama dan penyakit
secara terpadu antara lain, dengan pengendalian kultur teknik, hayati (biologi),
varietas tahan penyakit, fisik, mekanik, dan kimiawi. Sesuai dengan hama ataupun
PGPR).
Kutu daun atau sering disebut aphid merupakan hama sekaligus pembawa
virus bagi tanaman. pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan kultur teknik (menanam trap crop di sekeliling kebun cabai, seperti
busuk buah. Pengendalian hama dengan dapat dilakukan dengan cara, yaitu
dengan kultur teknik (rotasi tanaman yang bukan merupakan tanaman inang lalat
buah), secara mekanis (memusnahkan buah cabai yang terserang lalat buah), dan
kimiawi (memasang perangkap beracun metil eugenol atau protein hidrolisat, atau
tanaman menjadi keriting ke atas dan membuat bunga gagal mekar. Pengendalian
hama dapat dengan rotasi tanaman dan di semprot dengan insektisida berbahan
metomil.
36
Tungau merupakan pemangsa segala jenis tanaman. Tungau menyerang
tanaman dengan cara menghisap cairan sel daun dan pucuk tanaman. tanaman
yang diserang oleh tungau aka memiliki ciri timbul bintik-bintik kuning atau
keputihan dan kemudian tanaman akan tumbuh tidak normal dan daun-daunnya
b. Penyakit
dijumpai pada tanaman cabai dan disebabkan oleh cendawan. Jenis penyakit ini
fungisida antracol.
sungkup yang kedap kutu kebul, menggunakan mulsa plastik perak pada
memusnahkan dan disulam dengan tanaman baru yang sehat, serta rajin
menyiangi gulma.
Layu bakteri mampu membuat tanaman menjadi layu baik pada bagian
batang ataupun pada bagian daun, kemudian menjalar ke seluruh bagian tanaman.
Adapun cara pengendalian layu bakteri, yaitu dengan merendam benih atau bibit
warna tulang daun di sebelah atas, kemudian diikuti dengan daun merunduk,
sehingga tanaman layu dan kemudian mati. Pengendalian dapat dilakukan dengan
cara, merendam benih atau bibit dengan larutan fungisida sistemik, misalnya
benlate atau derosal selama 10-15 menit, pengapuran tanah sebelum tanam,
mengatur drainase dengan baik, dan penyiraman derosal, anvil, previcur N, dan
Busuk daun dan buah memiliki gejala yang tampak pada tepian daun
jarak tanam yang baik, memusnahkan buah yang busuk, dan disemprot dengan
(CMV), Potato virus Y (PVY), Tobacco Etch Virus (TEV), Tabacco Mosaic Virus
(TMV), Tobacco Rattle Virus (TRV), dan Tomato Ringspot Virus (TRSV). Gejala
dari virus yang umumnya ditemukan adalah daun mengecil, keriting, dan mosaik.
Penyebaran virus biasanya dibantu oleh serangga penular (vektor) seperti kutu
daun dan thrips. Pengendalian penyakit virus ini dapat dilakukan dengan
Bahan
adalah benih cabai rawit varietas Dewata. Deskripsi varietas dapat dilihat pada
lampiran 3.
dasar.
Pupuk NPK Mutiara 16:16:16. Pupuk NPK Mutiara ini adalah fokus bahan
penelitian.
Kapur. Kapur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapur pertanian
Alat
Rol Meter. Rol meter digunakan untuk mengukur Panjang, lebar, dan jarak
antar bedengan.
39
Tali Rafia. Tali rafi digunakan untuk mendesain tanah yang akan dibuat
bedengan.
cabai.
tanam cabai.
batang.
kegiatan.
Buku dan pena. Buku dan pena digunakan pada penelitian ini adalah untuk
Rancangan Penelitian
Rancangan Acak Lengkap (RAL) factorial dua faktor. Ada pun faktor yang diteliti
adalah:
a. A0 a0 = 0 ml l-1
40
b. A1 a1 = 10 ml l-1
c. A1 a2 = 20 ml l-1
d. A1 a2 = 30 ml l-1
2. Dosis pupuk NPK mutiara 16:16:16 (b) yang terdiri dari 3 taraf:
a. B1 b0 = 200 kg ha-1
b. B1 b1 = 225 kg ha-1
c. B1 b2 = 250 kg ha-1
2 kali. Secara terperinci kombinasi dosis PGPR dan pupuk NPK Mutiara 16:16:16
Pupuk NPK
PGPR (a)
(b) a0 a1 a2 a3
b0 a0b0 a1b0 a2b0 a3b0
b1 a0b1 a1b1 a2b1 a3b1
b2 a0b2 a1b2 a2b2 a3b2
Pelaksanaan Penelitian
Oktober 2020 di Desa Suka Maju, Kelurahan Landasan Ulin Barat, Kec. Liang
Lahan yang digunakan sebagai tempat penanaman cabai rawit adalah lahan
gambut yang terletak di desa Suka Maju. Pada lahan tersebut terdapat 24 petak
bedengan dengan panjang 1 m dan lebar 1 m. Bagan tata letak penelitian dapat
membentuk petakan. Tanah dicampur pupuk kendang dengan dosis 2,5 kg/petak
sebagai pupuk dasar. Pengapuran pada tanah masam dengan pH < 6.5 guna
Persemaian
Sebelum disemai, benih terlebih dahulu dicuci dengan air hangat, dan
direndam selama 12 jam. Untuk penyemaian bisa di wadah kotak, polybag, pot,
atau baki. Media tanam yang digunakan dalam penyemaian bisa menggunakan
campuran pasir halus dengan pupuk kendang, dengan perbandingan volum antara
Untuk tahap penyemaian cabai rawit adalah, pilih benih yang berkualitas
baik (tidak rusak), tanam benih yang sudah diseleksi pada alur yang dibuat dengan
jarak 1x5 cm, kemudian tutup tipis benih dengan tanah. Penyiraman pada proses
42
persemaian dilakukan dengan menggunakan hand sprayer untuk menghindari
resiko rusaknya media semai akibat kucuran air. Hindarkan semaian dari cahaya
langsung dari matahari atau beri naungan. Naungan atau sungkup dapat dibuat
dari daun kelapa, genteng atau juga dapat menggunakan paranet. Setelah umur
benih 7-10 hari, buka sungkup atau naungan guna memberi kebutuhan sinar agar
cahaya langsung ke bibit. Setelah berumur 14-20 hari, bibit cabai rawit sudah
Penanaman
Untuk setiap petak bedengan terdapat empat tanaman dengan jarak tanam
50 x 60 cm. Bagan tata letak tanaman dapat dilihat pada lampiran 5. Setelah
tanaman berumur 3 minggu atau bibit telah muncul daun sebanyak 4 helai
dilakukan penanaman. Bibit cabai yang dipilih adalah bibit yang memiliki
pertumbuhan yang baik dan seragam, serta bibit tidak terkena penyakit (sehat) dan
dari sinar matahari terik dan radiasi sinar matahari berlebih. Penanaman cabai
rawit dilakukan pada sore hari pukul 16.00 WITA, dimana sinar matahari tidak
Pemupukan
minggu sekali. Perhitungan dosis pupuk tiap petak dapat dilihat pada lampiran 6.
Pemberian PGPR
tumbuh, yaitu satu hari sebelum tanam. PGPR diberikan secara rutin setiap satu
minggu sekali dengan cara di kocor dan dengan dosis sesuai dengan perlakuan,
yaitu perlakuan pertama (A0) tanpa pemberian PGPR, perlakuan kedua (A1)
dengan menggunakan dosis 10ml, perlakuan ketiga (A2) dengan dosis 20ml,
perlakuan keempat (P3) dengan dosis 30ml. Penyiraman untuk tiap tanaman
Pemeliharaan
turus, serta pencegahan hama dan penyakit jika diperlukan. Pencegahan hama dan
bedengan. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam pada tanaman yang
mati atau layu dengan bibit yang sudah disediakan. Penyiraman dilakukan setiap
hari yaitu pagi sebelum pukul 09.00 WITA dan sore hari pada pukul 16.00 WITA,
akan tetapi penyiraman tidak dilakukan jika hujan. Penyiangan dilakukan apabila
ada tumbuh gulma dengan cara manual atau mencabut langsung. Pemberian turus
dilakukan pada buah cabai yang telah masak fisiologis atau yaitu pada saat
tanaman telah berubah warna dari hijau menjadi merah dengan cara memetik
buah. Kriteria cabai yang siap untuk dipanen adalah buah berwarna merah 80-
100%. Selama penelitian panen dilakukan sebanyak 5 kali dengan interval waktu
Pengamatan
minggu sekali setelah tanam pada setiap sampel tanaman. Pengukuran dilakukan
minggu sekali setelah tanam pada setiap sampel tanaman dengan, menghitung
jumlah cabang per tanaman. Satuan yang digunakan adalah buah (bh).
dua minggu sekali setelah tanam pada setiap sampel tanaman. Cabang yang
cabang per tanaman. Satuan yang digunakan adalah buah (bh). Pengukuran
Jumlah Bunga. Dihitung pada saat tanaman berbunga pertama kali setelah
Jumlah Bunga Jadi Buah. Dihitung pada saat tanaman berbunga pertama
panen, yaitu mulai panen pertama sampai panen kelima. Satuan yang digunakan
buah yang sudah dipanen. Panen dilaksanakan lima kali dengan interval 5 hari
Analisis Data
Keterangan:
= rata-rata umum
(αβ)ij = pengaruh interaksi dosis PGPR ke-i dengan dosis pupuk NPK Mutiara
ke-j
Ɛijk = pengaruh alat gacak percobaan yang menerima perlakuan takaran dosis
PGPR ke-I dan dosis pupuk NPK Mutiara ke-j pada ulangan ke-k
pengaruh pemberian dosis PGPR dan pupuk NPK Mutiara terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman cabai rawit, maka dilakukan analisis terhadap peubah yang
Jika pada perlakuan F-hitung lebih besar dari F table 5% dan 1% maka
untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan maka dilanjutkan dengan uji beda
Alif, S.M. 2017. Kiat Sukses Budidaya Cabai Rawit. Yogyakarta. Bio Genesis.
Badan Pusat Statistik Kota Banjarbaru, 2018. Banjarbaru Dalam Angka Tahun
2017. BPS Kota Banjarbaru.
Badan Pusat Statistik, 2018. Data Produksi Cabai Rawit Nasional. 11 Maret 2019.
www.bps.go.id.
Hapsoh. 2019. Pengaruh Kompos TKKS, Jerami Padi, dan Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
48
Iswati Rida. 2012. Pengaruh Dosis Formula PGPR Asal Perakaran Bambu
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat (Solanum Iycopersicum syn).
Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Lestari Amelia. 2018. Pengaruh Pupuk NPK Dan Dan Pengapuran Pada Tanah
Gambut Rawa Pening Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Najiyati S., Muslihat L., & Suryadiputra I N. N. 2005. Panduan Pengolahan Lahan
Gambut Untuk Pertanian Berkelanjutan. Wetlands International-Indonesia
Progamme. Bogor.
Rachma Lasmi Yati. 2018. Pengaruh Waktu Aplikasi PGPR (Plant Growth
Promoting Rhizobacteria) Terhadap Penyakit Antraknosa (Collectotrichum
sp.) Pada Tanaman Cabai Hiyung. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Setiadi, 2011. Bertanam Cabai di Lahan dan Pot. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sriyanti N. L. G., Dewa N. S., & I K. Suada. 2015. Uji Keefektifan Rizobakteri
dalam Menghambat Pertumbuhan Jamur Colletotrichum spp. Penyebab
Antraknosa pada Cabai Merah (Capsicum annuum L.). E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika 4 (1) : 53-65.
Yanuarti Astri, R. & Afsari Mudya, D. 2016. Profil Komoditas Barang Kebutuhan
Pokok dan Barang Penting Komoditas Cabai. Direktorat Jendral
Perdagangan Dalam Negeri. Jakarta.
LAMPIRAN
51
Lampiran 1. Produksi cabai rawit menurut provinsi 2011-2013
Provinsi/ Tahun
No.
province 2009 2010 2011 2012 2013
1 Aceh 14.093 28.825 19.507 38.615 36.711
2 Sumatera Utara 30.377 41.653 35.449 48.361 36.945
3 Sumatera Barat 5.745 6.665 10.106 7.433 7.120
4 Riau 3.468 4.333 5.329 5.931 6.420
5 Jambi 4.033 5.149 5.258 4.397 13.348
Sumatera
6 7.863 9.806 4.501 4.974 3.992
Selatan
7 Bengkulu 7.562 12.694 11.742 11.279 12.927
8 Lampung 8.022 9.916 18.365 14.308 13.341
Kepulauan
9 2.791 2.989 3.292 2.873 3.351
Bangka Belitung
10 Kepulauan Riau 1.589 1.441 968 1.102 921
11 DKI Jakarta - - - - -
106.30
12 Jawa Barat 78.399 105.237 90.522 123.756
4
13 Jawa Tengah 80.936 60.399 65.227 84.997 85.361
14 DI Yogyakarta 1.892 2.056 2.163 2.319 3.229
177.79
15 Jawa Timur 142.109 101.806 244.040 227.486
5
16 Banten 2.351 2.797 3.092 5.184 4.231
17 Bali 14.506 11.826 17.055 16.040 16.040
Nusa Tenggara
18 34.835 13.090 19.666 29.700 20.425
Barat
Nusa Tenggara
19 5.639 3.331 3.209 4.521 28.927
Timur
Kalimantan
20 7.205 4.372 6.426 5.472 3.333
Barat
Kalimantan
21 5.830 2.514 2.974 2.872 5.620
Tengah
Kalimantan
22 3.606 3.191 2.506 2.192 3.884
Selatan
Kalimantan
23 8.653 7.721 7.023 7.168 2.624
Timur
52
Lampiran 1. Lanjutan
Provinsi/ Tahun
No.
province 2009 2010 2011 2012 2013
24 Sulawesi Utara 12.899 9.150 9.180 9.565 7.251
Sulawesi
25 5.434 9.957 14.818 10.156 8.461
Tengah
Sulawesi
26 9.660 9.150 15.913 20.673 7.660
Selatan
Sulawesi
27 2.600 14.429 2.848 4.086 18.006
Tenggara
28 Gorontalo 14.690 17.001 10.869 11.834 4.869
29 Sulawesi Barat 1.590 2.004 1.864 2.165 12.523
30 Maluku 245 768 1.656 2.028 1.974
31 Maluku Utara 290 362 504 523 3.945
32 Papua Barat 2.337 3.122 1.643 1.651 838
33 Papua 6.454 4.176 4.031 5.141 831
591.294 521.704 594.227 702.214 726.350
Lampiran 2. Gambar Denah Kecamatan Liang Anggang Gambar denah Kecamatan Liang Anggang
KETERANGAN
: Batas Kecamatan
: Batas Kabupaten
: kecamatan
Lampiran 3. Deskripsi varietas cabai rawit dewata
A2B0 (1) A3B1 (2) A0B1 (1) A1B0 (2) A0B1 (2) A1B1 (2) A0B0 (1) A0B2 (2)
A0B2 (1) A1B1 (1) A2B1 (1) A1B2 (1) A2B2 (2) A3B0 (1) A3B2 (1) A0B0 (2)
30 cm
1m
1m A3B1 (1) A2B1 (2) A3B2 (2) A1B0 (1) A3B0 (2) A1B2 (2) A2B2 (1) A2B0 (2)
Ket:
= Parit = Petakan
Lampiran 5. Bagan tata letak tanama
20 cm
60 cm
1m
Ket :
= Tanaman tepi
= Tanaman sampel
25 cm = Petakan
50 cm
2m
Lampiran 6. Cara Perhitungan Dosis Pupuk NPK Perpetak
kg/m2
250 kg ¿ m2
X =
10.000 m2
= 0,025 kg
kg/m 2
275 kg ¿ m2
X =
10.000 m2
= 0,0275 kg
kg/m2
300 kg ¿ m 2
X =
10.000 m2
= 0,03 kg