Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN

PRATIK KERJA LAPANGAN (PKL)-MAGANG


DI PBPH PT. HUTAN PRODUKSI LESTARI

ARGA ALEXANDER PANDIANGAN

193020404069

JURUSAN/PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2022
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN PELAKSANAAN

PRATIK KERJA LAPANGAN (PKL)-MAGANG

DI PBPH HT PT. HUTAN PRODUKSI LESTARI

ARGA ALEXANDER PANDIANGAN

193020404069

JURUSAN/PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

Mengetahui: Pembimbing
Ketua Jurusan/Program Studi Kehutanan

Dr. Ir. Johanna Maria Rontisulu, M.P. Prof. Dr. Ir. Yetrie Ludang, M.P

NIP 19620808 198903 2 006 NIP . 1963061719880320


iii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pratek Kerja
Lapangan (PKL)/Magang ini dengan tepat waktu. Laporan ini dibuat untuk memberikan
pemahaman kepada pembaca melalui informasi dari beberapa referensi.
Penulisan laporan PKL ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Panitia Praktik Kerja Lapang (PKL)/Magang Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Palangka Raya.
2. Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Univesitas Palangka Raya.
3. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.
4. Narasumber Pembekalan Praktik Kerja Lapang (PKL)/Magang.
5. Pembimbing Lapangan.
6. Rekan-rekan kelompok yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan Laporan Pratek Kerja Lapangan (PKL)/Magang ini, penulis
menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam materi ini. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan
ini bisa menjadi lebih baik terlebih-lebih untuk penyusunan makalah berikutnya. Akhir
kata saya ucapkan terima kasih.

Palangka Raya, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL................................................................................................ i

LEMABAR PENGESAHAAN ............................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PKL-Magang .....................................................................1


1.2 Maksud dan tujuan PKL-Magang ................................................................2
1.3 Manfaat PKL-Magang .................................................................................2
1.4 Tempat PKL-Magang...................................................................................2
1.5 Jadwal PKL-Magang....................................................................................2

BAB 11. TINJAUAN UMUM LOKASI PKL-MAGANG

2.1 Sejarah PBOH dan Struktur Organisasi ...................................................4

2.2 Kondisi Umum Lokasi PNPH ..................................................................7

2.3 Kegiatan Umum PBPH ..........................................................................10

BAB III. REALISASI KEGIATAN PKL-MAGANG

3.1 Penataan Areal Kerja (PAK) ..................................................................12

3.2 Pembukaan Wilayah hutan (PWH) .........................................................14


v

3.3 Penebangan .............................................................................................20

3.4 Pengukuran, Pembagian batang dan Penomoran ....................................21

3.5 Penyaradan ..............................................................................................22

3.6 Pengangkutan .........................................................................................23

3.7 Penataan Hasil Hutan ..............................................................................23

3.8 Pengadaan Bibit ......................................................................................25

3.9 Pemeliharaan Bibit..................................................................................26


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Struktur Organisasi PBPH PT. Hutan Produksi Lestari .............................5


Tabel 2. Data Pokok Keadaan Hutan .......................................................................7
Tabel 3. Rencana Produksi tahun 2022 PT. Hutan Produksi Lestari .....................15

Tabel 4. Jenis Kayu di PT. Hutan Produksi Lestari ...............................................20


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Batas Areal IUPHHK, PT. Hutan Produksi Lestari ............................12
Gambar 2. PAK (Penataan Areal Kerja). Petak Kerja tahun 2022 ........................13
Gambar 3. Pembukaan Jalan dan Pembukaan Wilayah Hutan Areal Tebang .......14

Gambar 4. TPn dan TPK PT. Hutan Produksi Lesatari .........................................15

Gambar 5. Pengukuran Kayu dan pencatatan ukuran Kayu ..................................22

Gambar 6. Pengangkutan Kayu dari TPn ke TPK .................................................23

Gambar 7. Pemasangan Barcode pada Kayu .........................................................25

Gambar 8. Pengadaan Bibit di PT Hutan Produksi Lestari ....................................26

Gambar 9. Pemeliharaan Bibit ...............................................................................27


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penerimaan Mahasiswa Magang oleh Perusahaan ......... 31

Lampiran 2. Pengecekan Areal TPn PT. Hutan Produksi Lesatri ...... 31

Lampiran 3. Kegiatan Pengukuran Kayu ............................................ 31

Lampiran 4. Kegiatan Pengecekan Areal PWH .................................. 32

Lampiran 5. Kegiatan Proses Penebangan Kayu ................................ 32

Lampiran 6. Kegiatan Proses Produksi Baan Kayu Mentah............... 32

Lampiran 7. Foto Bersama Dengan Pihak Perusahaan ....................... 33

Lampiran 8. Pemeliharaan Bibit ......................................................... 33

Lampiran 9 Bongkar Muatan Kayu dari TPn ke TPK ........................ 33


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PKL-Magang

Hutan sebagai sumberdaya alam idealnya adalah suatu ekosistem yang dapat
diperbaharui. Umumnya, pembaharuan komposisi hutan dapat dilakukan secara alami dan
dengan menggunakan bantuan manusia. Hutan sebagai salah satu penghasil oksigen di
dunia perlu dilakukan pengelolaan yang baik dan tepat sehingga manfaatnya dapat
digunakan secara berkelanjutan. Peningkatan kualitas serta produktivitas kawasan hutan
dalam menghasilkan oksigen sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang mampu
menunjang pengelolaan sumberdaya hutan. Ilmu kehutanan dan profesi yang bergerak
pada bidang kehutanan merupakan salah satu bidang yang sangat erat kaitannya dengan
hutan. Oleh sebab itu, diperlukan adanya penerapan ilmu kehutanan di dalam kawasan
hutan sehingga pengelolaannya dapat dilakukan dengan baik dan tepat.
PT. HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHL) merupakan salah satu perusahaan yang
berkomitmen dalam pembangunan hutan tanaman industri serta mendukung program
revitalisasi industri kehutanan. Perusahan ini bergerak dibagian Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) sesuai dengan surat
keputusan mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Pertumbuhan manusia yang berlangsung sangat pesat pada jaman sekarang ini
menuntut banyak kebutuhan yang perlu disediakan salah satunya adalah oksigen.
Peningkatan kebutuhan oksigen disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah penduduk
serta bertambahnya penggunaan kendaraan bermotor (Ardani, dkk., 2013). Hal tersebut
diatas merupakan sebuah problematika yang memerlukan tanggapan serta tindakan yang
tepat. Keberadaan kawasan hutan kampus dinilai berpotensi dalam meminimalisir
masalah tersebut sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu solusi dalam mengatasi
kebutuhan oksigen.
Praktik Kerja Lapang (PKL)/Magang merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
dengan maksud menerapkan ilmu kehutanan secara langsung di lapangan yang diperoleh
dari kegiatan perkuliahan oleh mahasiswa. Kegiatan PKL yang dilakukan di lapangan
2

melibatkan kegiatan pengamatan, pengukuran, pemeliharaan, dan analisis serta


merumuskan masalah yang terjadi di lapangan.
1.2 Maksud dan Tujuan PKL-Magang
Maksud dan Tujuan dari kegiatan Pratik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan wawasan pengetahuan, pengalaman, kemampuan dan keterampilan
mahasiswa
2. Mengajarkan kepada mahasiswa untuk mampu menganalisis permasalahan-
permasalahan dan dapat memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan
yang dihadapi.
3. Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dibangku kuliah dengan kondisi aktual
di lapangan.
4. Memberikan gambaran tentang dunia kerja bagi para mahasiswa tingkat akhir.

1.3 Manfaat PKL-Magang


Adapun manfaat yang diharapkan dengan adanya kegiatan praktik kerja lapang
ini adalah sebagai berikut:
1. Melatih keterampilan mahasiswa tingkat akhir sesuai dengan pengetahuan yang
diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Jurusan/Program Studi Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.
2. Belajar mengenal dinamika dan kondisi yang sebenarnya di dunia kerja melalui
pembekalan melalui daring.
3. Mengaplikasikan ilmu yang diperolehdi bangku kuliah melalui simulasi praktikum
dan tugas terstruktur.
1.4 Tempat PKL-Magang
Pelaksanaan PKL/Magang dilaksanakan di Perusahaan IUPHHK-HTI PT HUTAN
PRODUKSI LESTARI kabupaten Gunung Mas desa Dahian Tamboek Kalimantan
Tengah
1.5 Jadwal Waktu PKL/Magang
3

Pelaksanaan PKL/Magang dilaksanakan selama 1 bulan dari tanggal 31 oktober


sampai 30 november
BAB II. TINJAUAN UMUM LOKASI MAGANG

2.1 Sejarah PBPH HT dan Struktur Organisasi

2.1.1 Sejarah PBPH

PT. HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHL) telah berdiri sejak 5 Mei 2020, PT.
HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHL) telah terdaftar sebagai wajib pajak. Perusahaan
ini yang bertempat di desa Dahian Tambuk, Kecamatan Mihing Raya, Kabupaten Gunung
Mas.
PT. HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHL) merupakan salah satu perusahaan
yang berkomitmen dalam pembangunan hutan tanaman industri serta mendukung
program revitalisasi industri kehutanan. Seperti yang kita ketahui bahwa setiap
perusahaan selalu memiliki visi dan misi masing-masing. PT. HUTAN PRODUKSI
LESTARI (PHL) telah mengurus dan telah mendapatkan izin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) sesuai dengan surat
keputusan mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.
54/Menlhk/Setjen/HPL.0/1/2020 tentang Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu dalam Hutan Tanaman Industri seluas ± 10.050 Ha pada Wilayah KPH Unit XI di
Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Seperti yang kita ketahui.
PT. HUTAN PRODUKSI LESTARI (PHL) memulai melakukan pengurusan
permohonan UPHHK-HTI pada areal dengan permohonan awal seluas ± 30.029 Ha dan
mendapat surat pertimbangan teknis UPHHK-HTI dari Dinas Kehutanan Provinsi
Kalimantan Tengah. Pada tanggal 19 september 2017 PT. HUTAN PRODUKSI
LESTARI (PHL) mendapatkan surat persetujuan Prinsip (RATTUSIP) UPHHK-HTI dari
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan luas areal yang disetujui ± 10.050
Ha. Setelah memenuhi semua ketentuan dan kewajiban yang dipersyaratkan dalam rangka
permohonan UPHHK-HTI, maka pada tanggal 22 januari 2020 PT. HUTAN PRODUKSI
5

LESTARI (PHL) mendapatkan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan
Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) seluas ± 10.050 Ha pada wilayah KPH Unit XI di
Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah.

2.1.2 Stuktur Organisasi PBPH HT PT. HUTAN PRODUKSI LESTARI


Organisasi merupakan sarana yang sangat penting dalam
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Aagar tujuan perusahaan dapat tercapai dengan efektif dan
efisien, maka organisasi harus ditata dengan membangun struktur organisasi
dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan internal maupun eksternal
di dalam perusahaan

BOARD OF DIRECTOR

DIREKTUR UTAMA

Internal
Sekretariat
Auditor

DIREKTUR

Manager Camp

Kepala Bagian
Kepala Bagian Kepala Bagian Kepala Bagian Sosial Kepala Bagian
Pembinaan &
Perencanaan Produksi dan Lingkungan Umum
Litbang

Kasie Kasie Humas dan Kasie


Kasie PAK & PWH Kasie Persemaian
Peralatan Kelola Sosial Umum

Kasie Pemb. & Kasie Penanaman dan Kasie Pengelolaan &


Kasie ITSP Kasie Personalia
Pemeliharaan Pemeliharaan Pemantauan

Kasie Pengukuran Kasie Perlindungan &


Kasie Penebangan Kasie Litbang
dan Perpetaan Pengamanan Hutan

Kasie
Pengangkutan

Kasie
Logistik

Tabel 1. Struktur Organisasi PBPH PT. Hutan Produksi Lestari


6

1. Luas Areal IUPHHK-HTI : ± 10.050 Ha


2. Letak Areal IUPHHK-HTI
a. Kelompok Hutan : Kelompok Hutan Sungai Mentaring
b. Wilayah Pengelolaan
- Wilayah KPH : Unit XI Kapuas Tengah

- Dinas Provinsi : Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan


Tengah
c. Wilayah Administrasi
Pemerintahan
- Kecamatan : Kecamatan Mantangai

- Kabupaten : Kapuas

- Provinsi : Kalimantan Tengah

3. Persetujuan RKUPHHK-
HTI
- Nomor : 4693/MenLHK-PHL/UHP/HPL.1/8/2020

- Tanggal : 07 Agustus 2020

- Luas : 10.050 Ha

4. Kondisi Tutupan Lahan (Analisis Mosaik Citra Sentinel 2A MSI Band


11.8A.2 scene id T49MHU Liputan tanggal 08 Juli 2019)
- Hutan Primer : - Ha (-%)

- Hutan Sekunder : 8.948 Ha (89,00%)

- Semak dan Belukar : 1.075 Ha (10,70%)

- Tanah Terbuka : 27 Ha (0,30%)

5. Fungsi Kawasan Hutan IUPHHK-HTI PT. HUTAN PRODUKSI LESTARI


7

2.2 Kondisi Umum PBPH HT


2.2.1 Data Pokok Keadaan Hutan
Tabel 2. Data Pokok Keadaan Hutan
Luas
N Kondisi Tutupan Fungsi Hutan *) %
(Ha)
o Lahan
TN HPT HP HPK APL
1 Hutan Primer - - - - - - -
2 Hutan Sekunder - - 8.948 - - 8.948 89,0
3 Semak dan belukar - - 1.075 - - 1.075 10,7
4 Tanah terbuka - - 27 - - 27 0,3
10.05 10.05 100,0
Total
0 0 0

2.2.2 Data Pokok Industri IUIPHHK


1. Luas Areal IUIPHHK : ± 3.984 M²
2. Letak Areal IUIPHHK
- Desa Kecamatan : Dahian Tambuk
- Kecamatan : Kecamatan Mihing Raya

- Kabupaten : Gunung Mas

- Provinsi : Kalimantan Tengah

3. SK IUIPHHK
- Nomor : 570/2/DISHUT-IUIPHHK/IV/DPMPTSP-
2020
- Tanggal : 06 April 2020

- Kapasitas Izin : 5.950 M³/tahun

- Jenis Industri : Veneer


8

2.2.3 Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju areal konsesi IUPHHK-HTI PT. HUTAN PRODUKSI
LESTARI dapat ditempuh melalui jalan darat dengan waktu tempuh ± 3,5 jam dari Kota
Palangka Raya. Untuk menuju areal HTI dapat melalui Desa Dahian Tambuk dengan
kondisi jalan aspal dan dapat ditempuh ± 3 jam dan dilanjutkan menuju areal HTI melalui
jalan koridor dengan kondisi jalan tanah diperkeras dapat ditempuh ± 0,5 jam dengan
kendaraan roda 4 maupun roda dua. Sedangkan Lokasi industri IUIPHHK terletak di Desa
Dahian Tambuk, Kecamatan Mihing Raya, Kabupaten Kapus. Akses menuju lokasi
industri (IUIPHHK) PT. HUTAN PRODUKSI LESTARI dapat ditempuh dari Kota
Palangkaraya melalui jalan darat dengan waktu tempuh ± 3 jam dengan menggunak
9

kendaraan roda 4. Untuk menuju lokasi konsesi HTI, yaitu melewati lokasi industri
IUIPHHK yang terletak di Desa Dahian Tambuk.

2.2.4 Ketersediaan Tenaga Kerja


Areal konsesi IUPHHK-HTI & IUIPHHK PT. HUTAN PRODUKSI LESTARI
berdekatan dengan 2 desa, yaitu Desa Murui Raya Kecamatan Mantangai dan Desa
Dahian Tambuk Kecamatan Mihing Raya. Dengan demikian ketersediaan tenaga kerja
disekitar areal konsesi sangat mencukupi, namun demikian pemenuhan tenaga kerja
tentunya dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan tingkat
ketrampilan/kualitas SDM yang tersedia. Penerimaan tenaga kerja atau karyawan
dilakukan melalui seleksi sesuai dengan jenjang pendidikan dan ketrampilan tenaga kerja.
Hal ini dilakukan untuk menentukan klasifikasi status tenaga kerja, apakah statusnya
bulanan, harian maupun borongan. Tingkat pendidikan masyarakat di kedua desa tersebut
sangat beragam, mulai dari tingkat SD, SMP, SLTA bahkan sampai dengan tingkat
Sarjana, sehingga pihak perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam mencari tenaga
kerja. Namun demikian, tenaga kerja yang memiliki keahlian/ketrampilan khusus masih
sedikit, sehingga kedepannya perlu diadakan pendidikan dan pelatihan.

2.2.5 Sistem Sylvikultur dan Potensi Hutan


Dalam pelaksanaan pengelolaan hutan tanaman industri, PT. HUTAN PRODUKSI
LESTARI menerapkan multi sistem sylvikultur yaitu penanaman dengan
mengkombinasikan antara jenis tanaman budidaya kayu dengan jenis tanaman budidaya
pertanian. Selain penerapan pola penanaman multi jenis, juga diterapkan pola tataruang
HTI dengan peruntukkan areal berdasarkan fungsinya, yaitu areal untuk tanaman pokok,
areal untuk tanaman kehidupan dengan pola kemitraan, areal untuk kawasan lindung dan
areal untuk pembangunan sarana dan prasarana.
Untuk jenis tanaman pokok terdapat beberpa jenis yang dikembangkan, diantaranya;
Eukaliptus, Albazia dan Jabon. Sedangkan untuk jenis tanaman kehidupan yaitu jenis
Durian, Karet, Jengkol, Pete, Sukun, Kopi, Porang, Jagung dan jenis lainya. Untuk jenis
unggulan kayu alam sesuai dengan kondisi habitanya, maka akan dikembangkan jenis
Shorea Sp dan penanamannya dilakukan pada blok dengan sistem TPTJ.
10

Penanaman jenis tanaman pokok sebagaimana tersebut di atas berorientasi pada


pemenuhan bahan baku industri perkayuan berupa veneer maupun produk lainnya.
Sedangkan pengembangan jenis tanaman kehidupan dengan berbagai jenis tanaman
bertujuan untuk pemenuhan bahan baku industri pangan. Dengan demikian, dimasa
mendatang akan tercapai keseimbangan antara kelestarian hutan dan kelestarian hasil
hutan yang akan berdampak positif pada peningkatan perekonomian masyarakat sekitar
hutan. Selain itu, di Kabupaten Kapus akan tumbuh industri terpadu, yaitu berdirinya
industri perkayuan dengan industri pangan yang terintegrasi, hal ini karena ditopang oleh
bahan baku yang mencukupi.
Potensi hutan alam pada areal hutan sekunder didominasi oleh jenis-jenis kayu
komersil, seperti ; Meranti, Keruing, Bengkirai, Kapur, Nyatuh, Bintangur, Benuang,
Resak dan jenis lainnya. Sedangkan volume rata-rata per hektar pada diameter 10 Cm Up
dapat mencapai 110, 99 M³/Ha yang didominasi oleh kelas diameter 30 Cm Up. Untuk
kegiatan pemanenan atau jatah tebang pada tahun 2021 ini adalah 81.965,49 M³ atau rata-
rata per Ha = 54,94 M³/Ha sesuai dengan SK RKU tahun 2021.
Potensi hutan yang tersedia pada areal kerja HTI yang cukup besar tersebut dapat
mencukupi kebutuhan bahan baku kayu log yang diperlukan oleh industri, sehingga
keberlanjutan operasional industri dapat terjamin dan terpenuhi. Ketersediaan bahan baku
log disekitar industri PT. HUTAN PRODUKSI LESTARI sangatlah besar, karena bukan
hanya dari areal kerja HTI sendiri, melaikan pada saat ini masih terdapat pula beberapa
perusahaan yang bergerak dalam pengusahaan hutan yang memproduksi kayu bulat.
Dimasa mendatang, ketersediaan bahan baku indsutri akan semakin besar, karena
ditambah oleh hasil hutan kayu dari hasil penanaman, sementara hasil hutan kayu dari
hutan alam pun masih tersedia. Dengan ketersediaan potensi hutan (potensi hutan alam
dan potensi hutan tanaman) yang cukup besar tersebut, maka kelangsungan operasional
industri dimasa mendatang dapat terjamin.

2.3 Kegiatan Umum PBPH HT


2.3.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
11

Kondisi sosial ekonomi masyarakat disekitar areal kerja HTI maupun disekitar areal
industri, yaitu di Desa Murui Raya Kecamatan Mantangai Kabupaten Kapuas dan Desa
Dahian Tambuk, Kecamatan Mihing Raya, Kabupaten Gunung Mas pada umumnya
mempunyai pekerjaan/aktifitas yang sama, yaitu di sektor pertanian dan perkebunan dan
sebagian menjadi pedagang, PNS serta pegawai swasta di berbagai perusahaan termasuk
perusahaan perkebunan sawit dan perusahaan pengusahaan hutan. Jenis pertanian yang
dikembangkan, yaitu tanaman pangan berupa tanaman Padi, Jagung, Kacang Tanah,
Kedelai, Ubi Kayu, Ubi Jalar dan Sayuran. Sedangkan jenis tanaman perkebunan yang
banyak dikembangkan adalah jenis Karet, Durian, Kelapa, Kelapa Sawit dan Kopi. Untuk
menambah penghasilan, masyarakat disekitar areal kerja HTI maupun disekitar areal
industri telah banyak mengembangkan peternakan berupa ternak Sapi, Kambing dan Babi.
Untuk mengisi waktu masa panen dari tanaman yang mereka kembangkan, masyarakat di
kedua daerah tersebut sudah terbiasa menjadi tenaga harian pada beberapa perusahaan
disekitar wilayah mereka.

Dengan beroperasinya industri IUIPHHK dan HTI PT. HUTAN PRODUKSI


LESTARI maka telah banyak masyarakat di kedua desa tersebut yaitu Desa Dahian
Tambuk dan Desa Murui Raya yang menjadi karyawan di industri maupun di areal kerja
HTI baik menjadi tenaga harian, borongan maupun bulanan. Keberadaan industri maupun
HTI tersebut cukup membantu masyarakat dalam menyediakan lapangan kerja maupun
lapangan untuk berusaha berupa warung makanan maupun warung kelontong.
BAB III. REALISASI KEGITAN PKL

3.1. PENATAAN AREAL KERJA (PAK)


Penataan Areal Kerja merupakan kegiatan untuk menagatur dan membuat batas blok
kerja tahunan serta petak kerja bagi kepentingan perencanaan, pelaksan aan, pemantauan
dan pengawasan unit pengelolaan hutan. Batas blok dan petak kerja di lapangan berupa
rintisan dan patok batas, selanjutnya digambar dalam peta kerja. Blok kerja tahunan
merupakan blok yang dibuat untuk masa pengelolaan satu tahun. Batasan blok ini dapat
dibuat menggunakan batasan secara alami atau buatan. Selanjutnya petak kerja diartikan
sebagai bagian dari blok kerja tahunan yang luasnya 100 ha berbentuk bujur sangkar yang
dibuat dengan menggunakan batas buatan.

Gambar 1. Batas Areal IUPHHK, PT. Hutan Produksi Lestari


Di PT. Hutan Produksi Lestari (HPL) luas RKT 2022 yaitu 1.312 ha dan dibagi
menjadi dua, untuk TPTJ ada 306 ha, dengan jumlah petak 12 dengan nomor petak E4,
D4, D3, D2, C4, C3, C2, C1, B4, B3, B2, B1 dan untuk THPB 1.006 ha dengan jumlah
petak 18 dengan nomor petak E4, E3, D4, D3, D2, D1, C4, C3, C2, C1, B4, B1, B2, B3,
B4, A4, A3, A2, A1. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar petak dibawah.
Penataan untuk seluruh areal pengelolaan dilakukan dengan membagi luas total dengan
siklus tebangnya, yaitu 35 tahun. Dengan cara ini maka realisasi luas penebangan tidak
13

akan mencapai 100% dari rencana karena di dalamnya selalu ditemukan areal tidak efektif
(seperti sarana prasarana dan lain-lain) serta kawasan perlindungan (PUP, tegakan benih,
plasma nutfah, sempadan sungai dan lain-lain).
Penataan Areal Kerja adalah membuat batas blok dan petak kerja untuk memudahkan
pengelolaan unit pengelolaan hutan dengan tujuan untuk mengatur areal kerja sehingga
pengelolaan hutan dapat efesien. Penetapan blok kerja tahunan berdasarkan daur yang
diperkirakan mempunyai produktifitas hampir sama serta mempertimbangkan bentang
alam, seperti punggung, l ereng, lembah dan sungai. Pal batas blok kerja tahunan dibuat
dengan kayu keras berukuran 10x10x180 Cm bertuliskan angka tahun RKT, Urutan blok
kerja tahunan dalam RKL serta angka periode RKL. Pada bagian atas ditandai menjadi 4
bagian masing-masing menunjuk nomor petak kerja. Bahan yang diperlukan adalah
camping unit, logistik dan obatobatan. Peralatan terdiri GPS, Theodolit/BTM/T-nol,
Kompas, Peta kerja, Thally sheet, Tali 25 m, alat tulis menulis, penanda (cat). Regu kerja
PAK terdiri 10 orang, terdiri 1 ketua regu (pemegang GPS dll), 1 pencatat, 2 pemegang
tali dan rambu, 2 perintis jalan, 2 pemasang tanda batas, 1pembantu umum, 1 pembawa
alat ukur. Pimpinan regu dari tenaga berpengalaman seperti dari SKMA, Sarjana muda,
Sarjana kehutanan. Pelaksanaan kegiatan PAK adalah menelaah peta kerjaskala 1:10.000,
mendatangi starting point (tanda alam/patokpermanen), menentukan titik ikatan, membuat
batas blok dan petak kerja serta membuat peta hasil kerja skala1:10.000.

Gambar 2. PAK (Penataan Areal Kerja). Petak Kerja tahun 2022


14

Penataan areal kerja bertujuan untuk mengatur perencanaan, pelaksanaan, pemantauan


dan pengawasan kegiatan pengusahaan hutan. Penataan areal kerja dalam satu blok kerja
tahunan dilaksanakan dengan memberi areal kerja menjadi petak-petak kerja dan blok
kerja. Kegiatan penataan areal kerja meliputi kegiatan perencanaan, pembuatan dan
pemasangan pal-pal batas blok dan petak kerja tahunan, pengukuran serta pemetaannya.
Hasil pengukuran batas blok dan petak kerja tahunan digambarkan pada petak kerja

3.2 PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN (PWH)


Pembukaan wilayah hutan merupakan kegiatan penyediaan sarana prasarana seperti
jalan, wilayah produksi kayu, pembinaan hutan, perlindungan inspeksi, transportasi dan
komunikasi anatar pusat kegiatan. Hasil kegiatan PWH berupa jaringan jalan utama,
cabang dan sarat, tempat pengumpulan sementara (TPn), tempat penimbunan kayu (TPk),
dan juga camp serta yang lainnya. Faktor terpenting dari pembukaan wilayah hutan adalah
terlaksananya pembuatan jalan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
jalan yaitu umur jalan, sifat ketahanan, lebar jalan, tebal perkerasan, tanjakan, saluran
drainase, jembatan, gorong-gorong, dan knepel apabila dibutuhkan.

Gambar 3. Pembukaan Jalan dan Pembukaan Wilayah Hutan Areal Tebang

Kegiatan pembukaan wilayah hutan antara lain meliputi pengukuran, pemetaan,


pembuatan dan pemeliharaan jalan angkutan dan jembatan, dengan urutan kegitan sebagai
berikut
a. Mencari dan menetapkan titik ikat.
b. Membuat rencana pembukaan wilayah hutan dalam blok kerja tahunan dengan
memperhatikan rencana pembukaan wilayah hutan dalam blok kerja lima tahunan.
c. Mengadakan pengukuran secara definitif di lapangan atas semua kegiatan
pembukaan wilayah hutan dan mencatat hasilnya.
15

Alat berat yang di TPn sebanyak 5 (lima) diantaranya : 3 excavator dan 2 boldoser,
sedangkan alat berat yang ada di TPK ada sebanyak 10 (Sepuluh) diantaranya : 7
excavator dan 3 buldoser.

Gambar 4. TPn dan TPK PT. Hutan Produksi Lesatari

Luas RKT 2022 : 306(TPTJ)

Jumlah PetaK : 12

No Petak : E4, D4, D3, D2, C4, C3,


C2, C1, B4, B3, B2, B1

PWH
Menuju Dalam
TPTJ Limbah Total
No Uraian Blok Blok
RKT RKT
N V N V N V V N V Ket
1 Balau 1588 13537.81 1588 13537.81
2 Bangkirai 155 134.54 155 134.54
3 Durian 229 199.19 229 199.19
4 Jelutung 77 59.72 77 59.72
5 Kapur 30 24.65 30 24.65
6 Keruing 2120 1834.95 2120 1834.95
7 Malapari 241 214.15 241 214.15
16

8 Meranti 678 577.15 678 577.15


Meranti
9 574 503.85 574 503.85
Batu
Meranti
10 1382 1146.53 1382 1146.53
Kuning
Meranti
11 1625 1368.81 1625 1368.81
Merah
Meranti
12 132 125.33 132 125.33
Putih
13 Mersawa 421 356.03 421 356.03
14 Nyatoh 696 597.58 696 597.58
15 Palapi 305 263.43 305 263.43
16 Resak 354 306.06 354 306.06

Jumlah 10607 9069.76 0 0 0 0 0 10607 9069.76

Rimba
II
Campuran
1 Bintangur 406 327.85 406 327.85
Gerungga
2 199 154.89 199 154.89
ng
Jambu-
3 350 279.95 350 279.95
Jambu
Kedondon
4 654 508.09 654 508.09
g Hutan
Kembang
5 Semangko 318 260.06 318 260.06
k
6 Kempas 243 201.03 243 201.03
7 Keranji 81 67.11 81 67.11
8 Mahang 382 181.36 382 181.36
17

9 Medang 721 601.27 721 601.27


Mempisan
10 163 122.95 163 122.95
g
Mendarah
11 470 368.53 470 368.53
an
Rimba
12 452 343.78 452 343.78
Campuran
13 Terap 417 316.56 417 316.56
14 Terentang 15 13.48 15 13.48
Jumlah 4871 3746.91 0 0 0 0 0 4871 3746.91
Kayu
III
Indah
1 Dahu 18 15.02 18 15.02
2 Rengas 324 245.60 324 245.60
3 Sindur 39 28.54 39 28.54
Jumlah 381 289.16 0 0 0 0 0 381 289.16
Kayu
IV
Eboni
Kayu
1 99 73.16 99 73.16
Arang
Jumlah 99 73.16 0 0 0 0 0 99 73.16

Jumlah Total 15958 13178.99 0 0 0 0 0 15958 13178.99


18

Luas RKT 2022 : 1.006 (THPB)


Jumlah Petak RKT 2022 : 18
No. Petak : E4, E3, D4, D3, D2, D1, C4, C3, C2, C1, B4, B1, B2, B3,
B4, A4, A3, A2, A1
PWH
Menuju Dalam
THPB Limbah Total
No Uraian Blok Blok
RKT RKT
N V N V N V V N V Ket
1 Balau 4906 4264.62 4906 4264.62
2 Bangkirai 428 422.56 428 422.56
3 Durian 711 625.63 711 625.63
4 Jelutung 241 187.57 241 187.57
5 Kapur 95 77.41 95 77.41
6 Keruing 6548 5763.21 6548 5763.21
7 Malapari 745 672.59 745 672.59
8 Meranti 2096 1812.70 2096 1812.70
9 Meranti Batu 1773 1582.48 1773 1582.48
10 Meranti Kuning 4273 3601.04 4273 3601.04
11 Meranti Merah 5019 4299.16 5019 4299.16
12 Meranti Putih 411 393.64 411 393.64
13 Mersawa 1299 1118.22 1299 1118.22
14 Nyatoh 2155 1876.88 2155 1876.88
15 Palapi 945 827.39 945 827.39
16 Resak 1095 961.26 1095 961.26
Jumlah 32794 28486.37 0 0 0 0 0 32794 28486.37
Rimba
II
Campuran
1 Bintangur 1254 1029.73 1254 1029.73
2 Gerunggang 617 486.48 617 486.48
19

3 Jambu-Jambu 1085 879.28 1085 879.28


Kedondong
4 2025 1595.81 2025 1595.81
Hutan
Kembang
5 985 816.79 985 816.79
Semangkok
6 Kempas 757 631.38 757 631.38
7 Keranji 252 210.77 252 210.77
8 Mahang 1173 569.61 1173 569.61
9 Medang 2229 1888.46 2229 1888.46
10 Mempisang 503 386.17 503 386.17
11 Mendarahan 1455 1157.49 1455 1157.49
Rimba
12 1396 1079.74 1396 1079.74
Campuran
13 Terap 1292 994.26 1292 994.26
14 Terentang 50 42.35 50 42.35
Jumlah 15073 11768.32 0 0 0 0 0 15073 11768.32
III Kayu Indah
1 Dahu 60 47.17 60 47.17
2 Rengas 1005 771.39 60 47.17
3 Sindur 123 89.63 123 89.63
Jumlah 1188 908.20 0 0 0 0 0 1188 908.20
IV Kayu Eboni
1 Kayu Arang 305 229.78 305 229.78
Jumlah 305 229.78 0 0 0 0 0 305 229.78
Jumlah Total 49360 41392.67 0 0 0 0 0 49360 41392.67

Tabel 3. Rencana Produksi tahun 2022 PT. Hutan Produksi Lestari


20

3.3 Penebangan (Felling)

Hutan di PT. Hutan Produksi Lestari (HPL) masih hutan alam, areal penebangan sudah
ditetapkan didalam RKT (Rencana Kerja Tahunan) jeni kayu yang banyak yaitu meranti,
keruing, dan resak. Jenis komersial kayu D = 40cm. kayu meranti memiliki panjang
keseluruhan 21,20 m, 18,60 m. Standar perusahaan panjang 8,64 m, 10,60,16,40. Pohnn-
pohon yang dilindungi tidak boleh ditebang, pembagian batang, pengarahan,
pengangkutan/ TPn atau TPK. Jenis kayu PT. Hutan Produksi Lestari (HPL) terbagi
menjadi dua yaitu kayu lunak dan kayu keras yaitu:

Kayu Lunak Kayu Keras


Tuing Keruing
Biu

Meranti kuning
Kempas

Meranti merah
Granci

Meranti Putih
Babi Kulus (BKU)

Maha pari
Rempas (KPS)

Redangdung

Tabel 4. Jenis Kayu di PT. Hutan Produksi Lestari

Diameter kayu yang bisa ditebang di PT. Hutan Produksi Lestari (HPL) yaitu 25
cm (ukuran terkecil). Untuk arah rebahnya sendiri mengikuti arah cendong kayu. Untuk
pemotongannya di atas banir dan menyesuikan dengan lokasi penebangan, kendala dalam
penebangan ini yaitu kalau pohonnya tidak beraturan karena masih hutan alam.

Pengukuran pemotongan ini memiliki ukuran atau standar dari PT Hutan Produksi
Lestari (HPL), Panjang pemotongan untuk kayu halus 260-275 cm, Panjang pemotongan
untuk kayu keras 4-12 meter. Batang yang busuk tidak di bawa ke pabrik jika sudah
tertebang dan dibawa ke TPn kayu tersebut akan dibiarkan dan tidak aka nada pembayaran
pajak untuk Negara, ciri-ciri batang yang busuk yaitu batang memiliki capuk-capuk atau
mata buaya.
21

Umumnya batang capuk-capuk ini akan ditemui pada kayu meranti, batang yang
berlubang dapat dilihat dari pangkal dan ujung batang di saat penebangan. Terlihat dari
luar batang tetap dapat digunakan apabila fisik kayu masih bagus dan kualitas/persenan
lubang dapat diperhatikan. Hampir 50% jenis kayu keruing mengalami kebusukan.

Penebangan merupakan langkah awal dari kegiatan pemanenan kayu meliputi


tindakan yang diperlukan untuk dari tunggaknya secara aman efisien (suparto,1979)
Tujuan penebangan adalah untuk mendapatkan bahan baku untuk keperluan industri
perkayuaan dalam jumlah yang cukup berkualitas baik. Berdasarkan petunjuk teknis TPTI
adalah pohon dengan jenis komersial seperti meranti, agatis, dan keruing sesuai dengan
batasan diameter yang diijinkan berkisar 30 cm-60 cm. Pohon-pohon yang siap tebang
harus sudah diberikan label silang merah dan telah berada pada rancangan karya tahunan
(RKT) pada setiap blok secara berurutan. Dalam kegiatan pemanenan ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan seperti topografi dan kelerengan lahan

3.4 Pengukuran, Pembagian Batang, dan Penomoran

Setelah batang kayu disarad ke TPn tempat pengumpulan kayu maka dilakukan
pengukuran, pemotongan, dan penomoran. Pelaksanaan pengukuran dilakukan oleh tim
pengukuran dari produksi dan dilakukan di TPn.Peralatan yang digunakan adalah rol
meter, meteran seng, kapur dan cat. Tim pengukuran ini bertugas untuk menentukan
kayu mana yang akan diukur dan pada bagian mana kayu yang akan dipotong.
Pemotongan dilakukan apabila panjang kayu bulat lebih dari 40 m maka kayu bulat akan
akan dibagi menjadi nama kayu bulat A dan B.
Langkah awal dalam pengukuran adalah dengan mengukur panjang kayu.
pengukuran dilakukan dengan cara mengukur diameter pada kedua bontos (pangkal dan
ujung) dengan meteran seng, kemudian dirata-ratakan dan mengukur kayu dengan roll
meter. Pengukuran diameter pada bontos kayu dilakukan dengan cara mengukur
diameter terpanjang dan terpendek yang melewati pusat kayu dan saling memotong
tegak lurus. Pengukuran juga harus memperhatikan bentuk kayu yang akan diukur
supaya pembagian dalam pengukuran seimbang. Tempat pengukuran yang dipraktekan
oleh praktikan juga harus ditandai dengan kapur untuk mencegah kesalahan dalam
22

pengukuran. Jika terdapat growong pada kayu, yang tidak layak di pasarkan maka kayu
tersebut tidak diukur. Setelah pengukur mencatat hasil pengukuran pada buku ukur
(diameter, pangkal, diameter ujung, panjang) mencatat nomor pohon dan jenisnya sesuai
yang tertera pada label merah dan memberikan nomor produksi. Hasil pengukuran dari
tim pengukuran kemudian diberikan kepada bagian TUK. Filosofi penting yang perlu
praktikan ketahui dalam pengukuran nilai kubikasi kayu adalah ketelitian dan
keakuratan pekerjaan. Volume batang kayu dihitung dengan rumus:

V = (P x D² x 0,7854) /10000

Keterangan:
P : Panjang kayu (m)
D : Diameter kayu (cm)
0,7854 : Koefisien

Gambar 5. Pengukuran log dan pencatatan ukuran log

3.5 Penyaradan

Areal IUPHHK-HTI PT. Hutan Produksi Lestari berupa hutan perbukitan sehingga
setelah pohon rebah maka untuk mengumpulkan kayu ketempat pengumpulan kayu (TPn)
perlu dilakukan penyaradan dengan menggunakan traktor sarad namun pada kegiatan ini
pohon yang ditebang berada di kanan kiri jalan maka penyaradan nya tidak sesulit
23

ditengah hutan. Penyaradan pohon yang sudah rebah digunakan dengan loader untuk
menggumpulkan ke TPn

3.6 Pengangkutan

Pengangkutan dari TPn ke TPK hingga menuju log yard dengan menggunakan
logging truck trailer. Logging truck trailer yang dengan merek Logging X Actros 4048
kapasitas muatan yang mampu diangkut logging truck trailer pada setiap pengangkutan
minimal 40 m³. Pemuatan dan pembongkaran digunakan alat bongkar muat yakni
logloader dengan merek komatsu dan caterpillar. Truck logging akan mengangkut kayu
dengan jarak pendek dari TPn ke Estafet dimana setelah di estafet kayu akan ditata
ulang. Kayu bulat yang ditata diestafet akan diangkut kembali (hauling) dengan
menggunakan logging truck ke log yard dimana jarak yang ditempuh lebih jauh
dibandingkan dari TPn ke TPK (Estafet) dan muatan yang mampu diangkut satu
longging truck minimal 40 m³ sekali jalan ke log yard Palangka raya .
Kegiatan tata usaha kayu maka kayu (log) yang diangkut haruslah log kayu (log)
yang telah dipasang barcode. Barcode ini memberikan informasi tentang kayu (log)
yang diangkut. Informasi yang terdapat pada barcode nomor biru, nomor barcode,
petak/kayu, jenis kayu, diameter dan volume kayu. Pengangkutan kayu bulat yang
dilaksanakan di Estafet menuntut praktikan untuk bisa memperkirakan muatan logging
dalam satu trip serta memperkirakan cuaca.

Gambar 6. Pengangkutan Log dari TPn ke TPK

3.7 Penataan Hasil Hutan

Penatausahaan hasil hutan (PUHH) merupakan kegiatan yang meliputi penatausahaan


24

tentang perencanaan produksi, pemanenan atau penebangan, penandaan, pengukuran,


pengangkutan dan penimbunan serta pengolahan dan pelaporan. Penatausahaan Hasil
Hutan (PUHH) terdapat di TPn, TPK (Estafet) dan di logpond. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kehutanan P.55/MenHut-III/2006 tentang penatausahaan hasil hutan yang
berasal dari hutan negara, maka PT Hutan Produksi LestariKalimantan Tengah
melakukan penatausahaan hasil hutannya untuk memastikan bahwa kayu yang dipungut
dan dipasarkan merupakan kayu yang sah. Penatausahaan yang dilakukan di TPn berupa
perhitunganm volume, pengukuran diameter,pengukuran panjang kayu, pemberian nomor
kayu, pemberian barcode.

Penatausahaan hasil hutan (PUHH) ini didapat dari hasil pengukuran di TPn dicatat
dalam buku ukur. Buku ukur ini menjadi dasar penerbitan laporan hasil penebangan
(LHP) yang akan disahkan oleh pejabat pengesah laporan hasil penebangan (PPLHP) dari
Dinas Kehutanan. Pembayaran Dana Reboisasi (DR) dan Provisi Sumber Daya Hutan
(PPSDH) didasarkan pada LHP yang telah disahkan. Kayu bisa diangkutapabila DR dan
PPSDH sudah dibayar, pengangkutan dari TPn menuju TPK harus dilengkapi dokumen
penerbitan Laporan Hasil Penebangan (LHP) sedangkan pengakutan dari dari TPK ke
log yard harus memiliki pengesahan dokumen Surat Keterangan Sah Hasil Hutan Kayu
(SKSHHK) oleh P2SKSHHK disertai dengan Daftar Kayu Bulat (DKB) serta
pemasangan barcode. Surat Keterangan Sah Hasil Hutan Kayu dan Daftar Pemeriksaan
Kayu Bulat (DPKB) menyertai pengangkutan kayu kelogpond. SKSHHK dimatikan oleh
P3KB di logyard selanjutnya pembuatan dan pengesahan Faktur Angkutan Kayu Bulat
(FA- KB) dan Daftar Kayu Bulat Faktur Angkutan (DKB-FA) menyertai di log yard
Penatausahaan hasil hutan yang dilakukan praktikan menuntut praktikan untuk
mengetahui bagaimana cara mendapatkan kayu yang legal dan mengetahui proses awal
pengangkutan kayu hingga kayu akan dipasarkan. Berikut ini adalah contoh gambar Surat
Keterangan Sah Hasil Hutan Kayu dan Daftar Pemeriksaan Kayu Bulat yang di buat di
kantor.
25

Gambar 7. Pemasangan barcode pada log

3.8 Pengadaan bibit

Pengadaan bibit merupakan kegiatan yang meliputi penyiapan tempat pembibitan,


pengadaan sarana dan prasarana, kegiatan lain yang berhubungan dengan pengadaan bibit.
Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah untuk memperoleh benih atau bibit yang
berkualitas tinggi dalam jumlah yang memadai dan tepat waktu serta untuk meningkatkan
produktifitas maupun kualitas pohon. Jenis-jenis pohon yang disemai atau disediakan
bibitnya adalah jenis komersil setempat. Kegiatan pengadaan bibit disesuaikan dengan
luas areal yang akan ditanam. Di PT. Hutan Produksi Lestari (HPL) bibit utama di yang
digunakan yaitu Sengon. Biji sengon di taroh pada wadah steril atau wadah untuk
perendaman. Takaran benih yang direndam disesuaikan dengan kebutuhan dan tenaga
kerja juga untuk mencegah terbuangnya biji. Perendaman biji sengon ini menggunakan
air hangat menghabiskan waktu sekitar 1 menit dengan suhu air 70˚ sampai dengan 80 ˚
setelah itu menggunakan air dingin bersih sekitar 24% untuk mempercepat
perkecambahan.
Biji sengon yang direndam dengan air dingin setelah 24 jam di tuang airnya,
kemudian biji yang terendam tersebut dibagi sehingga memberikan ruang untuk biji
sengon bernafas dan juga bermanfaat untuk mempercepat perkecambahan. Pada
perendaman air hangat disertai membuang biji sengon yang terampung sebab biji terapung
26

merupakan biji kosong. Untuk biji yang biasanya di beli di petani biasanya dijemur
kembali untuk strelisasi dari jamur, apa bila biji bersertifikat umunya sudah teruji dan
sudah mendapat perlakuan khusus dan lebih bersih.

Gambar 8. Pengadaan Bibit di PT Hutan Produksi Lestari

3.9 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman di PT. Hutan Produksi Lestari (HPL), dilakukan setiap hari,
dan untuk pemupukan dilakukan 1 kali dalam seminggu sedangkan penyemprotan
dilakukan 1 kali dalam sebulan. Pupuk yang digunakan yaitu NPK dan di campur dengan
pupuk lain, pupuk NPK ini dicampurkan dan dijaikan pupuk cair, pengadaan pupuk cair
bisa disemprot sebelum penanaman bibit, setelah penanaman NPK bisa dimasukan
perbutirnya sekitar dua butir di tepi polybag. Untuk Penyemaian tidak dilakukan sebab
penyemaian langsung perpolybag, masing-masing polybag akan langsung menjadi media
tanam sebelum di pindahkan ke lahan, ini terjadi karena curah hujan tinggi dan jenis tanah
jika dilakukan perapihan maka akar tanaman akan membusuk apa bila terjadi hujan,
sementara ketika musim kemarau dan dilakukan penyapihan akar akan kering karena tidak
menyerap air. Menurut Utami, S (2019) menekankan bahwa pemberian pupuk pada
dasarnya bertujuan untuk menyediakan unsur hara mkaro dan mikro, meningkatkan
pertumbuhan tanaman, dan mempercepat proses produksi buah.Jenis pupuk cair yaitu
• Green tonik
• Jimmy and CO
Pengelolaan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan tinggi dan diameter salah
satunya dengan pemeliharaan yang intensif, tujuan kegiatan pemeliharaan adalah
27

menyediakan ruang tumbuh yang optimal, mengurangi persaingan untuk mendapatkan


hara, memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan persen jadi tanaman. Penelitiaan
mengenai pemeliharaan diarahkan terutama untuk mengetahui perlakuaan yang cocok
yang diberikan kepada anakan jenis-jenis family Fabaceae (Leguminoceae).
Terutama pada saat baru ditanam dilapangan. Keluaran yang diinginkan adalah
besarnya persentase kematiaan anakan yang baru dipindahkan dari persemaian ke
lapangan dengan berbagai jenis perlakuaan

Gambar 9. Pemeliharaan Bibit


BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Peserta PKL/Magang merupkan penerapan di tiap kegitan lapangan dengan
mengikuti SOP dari perusahaan, dimana ada beberapa kegiatan yaitu :

1. Perencanaan hutan memiliki kegiatan antara lain Penataan Areal Kerja (PAK)
yang memiliki komponen dalam menata areal tenaga kerja sesuai dengan
keterampilan para tenaga kerja dan Pembukaan Wilayah Hutan (PWH)
merupakan penyediaan sarana prasarana seperti jalan, wilayah produksi kayu,
pembinaan hutan, perlindungan inspeksi, transportasi dan komunikasi anatara
pusat kegiatan Hasil kegiatan PWH berupa jaringan jalan utama, cabang dan sarat,
tempat pengumpulan sementara (TPn), tempat penimbunan kayu (TPk), dan juga
camp serta yang lainnya
2. Produksi terdapat kegiatan yang peserta ikuti yaitu Pengukuran kayu,
Pengangkutan kayu dan Penebangan Kayu. Pengangkutan kayu dilakukan dengan
menggunakan logging truk dimana dalam setiap satu trip logging truk dapat
memuat 30 m kubik
3. Dalam pembinaan hutan PT. Hutan Produksi Lestari Melakukan kegiatan
pengadaan bibit dan pemeliharan bibit dan mensuplai nutrisi bibit dengan pupuk
NPK dan melakukan pemantauan terhadap hama bibit.

4.2 Saran

Adapun saran yang yang dapat saya sampaikan adalah sebagai berikut:

A. Bagi Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya

1. Dosen pembimbing ikut serta dalam memonitoring praktikan di lapangan, minimal


satu dosen dalam satu kelompok, sehingga mempermudah dosen dalam memberikan
penilaian pada masing-masing praktikan dan hasil penilaian pun lebih akurat, selain
29

itu juga, dapat membantu mahasiswa dalam menyelesaikan tugas praktik kerja lapang
di lapangan.

2. Pelaksanaan Praktik Lapang/ Magang sebaiknya jangan dilakukan pada akhir


tahun, karena pada akhir tahun perusahaan telah memasuki masa tutup buku RKT.
Sehingga kurang efektif bagi Mahasiswa magang dan kegiatan pada akhir tahun
sudah berkurang.

B. Bagi IUPHHK-HA PT. Karda Traders

Saran penulis untuk IUPHHK-HTI PT HUTAN PRODUKSI LESTARI pada masing-


masing bidang praktik, antara lain:

1. Perlunya menambah transportasi di lapangan agar untuk setiap pekerja lapangan


bisa bekerja dengan tepat waktu.
2. Perlunya akses jaringan yang kuat, agar bias memberikan kabar ke kota, maupun
ke keluarga.
3. Tetap jaga keselamatan kerja dengan selalu menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) seperti helm, sarung tangan dan pelampung untuk petugas lapangan di
logpond., Sekian dan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Ediwijoto, B. 1993. Petunjuk Teknis Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) Pada Hutan

Alam Daratan. Departemen Kehutanan RI. Jakarta.

Elias, 1988. Pembukaan Wilayah Hutan. Diktat Kuliah Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Kementerian Kehutanan RI, 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Nomor: P.33 Tahun 2009 Tentang Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh
Berkala (IHMB) Pada Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Produksi.
Lembaran Negara RI Tahun 2009, No. 110. Sekretariat Negara. Jakarta.
Muhdi, 2006 Pemanenan Hasil Hutan (Buku Ajar) USU. Medan
Panitia Magang, 2019. Buku Panduan Praktek Kerja Lapang/Magang Universitas
Palangka Raya. Jurusan Kehutanan. Palangka Raya
Suparto,R.S. 1979 Pemanenan Kayu. Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor
31

LAMPIRAN
Lampiran 1 . Penerimaan Mahasiswa Magang oleh PT. Hutan Produksi Lestari

Lampiran 2. Pengecekan Areal TPn PT. Hutan Produksi Lestari

Lampiran 3. Kegiatan Pengukuran kayu


32

Lampiran 4. Kegiatan Pengecekan Areal PWH

Lampiran 5. Kegiatan Proses Penebangan Kayu

Lampiran 6. Kegiatan Proses Produksi Bahan Kayu Mentah


33

lampiran 7. Foto Bersama Dengan Pihak Perusahaan

Lampiran 8. Pemeliharaan bibit

Lampiran 9. Bongkar Muatan kayu dari TPn ke TPK

Anda mungkin juga menyukai