Oleh :
Nama Siswa NIS
1. Deden 192010611
2. Fahmi Ramadhan Firmansyah 192010613
SMKN 2 GARUT
2022
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DIVISI EKSPLORASI BIDANG PENGEBORAN
PEMBINGBING PEMBINGBING
SEKOLAH INDUSTRI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT. Atas segala berkah, rahmat, serta karuniaNya
yang telah terlimpahkan kepada kami semua, serta atas do’a dan dukungan dari
kedua orang tua serta keluarga, sehingga Laporan Kegiatan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) ini dapat terselesaikan.
Magang/Praktek Kerja Lapngan ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan
untuk memenuhi standar kelulusan di SMK Negeri 2 Garut dengan maksud untuk
memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi siswa untuk merasakan dunia kerja
yang sebenarnya. pemboran. Laporan ini mencakup Pemboran Eksplorasi Darat
maupun Laut.
Dalam mengerjakan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini tidak terlepas dari
do’a, dorongan, bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak yang
telah banyak membantu, baik dalam tahapan persiapan dan juga tahapan penelitian
di lapangan.
Kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Dadang Johar Arifin, MM. sebagai kepala SMK Negeri 2 Garut
2. Bapak Ica Santana, S.Pd.,MM. sebagai Ketua Praktek Kerja Industri
3. Bapak Cahya Nugraha ST. Sebagai Ketua Program Keahlian
4. Bapak Rahmat Taufik Sebagai Kepala Divisi Pembelajaran & Pengembangan SDM
PT. Timah Tbk.
5. Bapak Slamet Sugiharto Sebagai Kepala Divisi Eksplorasi PT. Timah Tbk.
6. Bapak Andika Galang Perdana Sebagai Kepala Bidang Operasi Pemboran PT.
Timah Tbk.
7. Bapak Brian Perdana Putra Sebagai Pembimbing di Industri.
8. Bapak Abdul Hakim MT. Sebagai Pembimbing di Sekolah.
9. Kedua Orang Tua serta keluarga, yang telah banyak mendukung baik secara moril
maupun materil, serta selalu mendo’akan kelancaran Praktek Kerja Industri (PKL)
ini.
10. Kakak Alumni Geologi Pertambangan SMK Negeri 2 Garut.
ii
iii
Kami menyadari, bahwa Laporan Uji Kompetensi ini masih banyak kekurangan.
Sehingga, segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima
dengan berlapang dada guna memperbaiki laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
iv
v
PENUTUP.................................................................................................................... 45
DAFTAR PUSAKA - ............................................................................................... 47
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Alur Kerja Bidang Oprasi Pemboran .......................................................... 14
Tabel 4. 2 Warna Deskripsi Lapisan ............................................................................ 31
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) melalui kegiatan Praktek Kerja
Lapangan/ Industri sebagai perwujudan dari "Link and Match” dalam prosesnya
dilaksanakan pada dua tempat yaitu di sekolah dan di DUDIKA. Upaya ini
dilaksanakan dalam rangka peningkatan mutu tamatan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dalam mencapai tujuan relevansi pendidikan dengan tuntutan
kebutuhan tenaga kerja.
Harapan utama dari kegiatan penyelenggaraan praktik di dunia usaha lindustri
ini disamping keahlian profesional siswa meningkat sesuai dengan tuntutan
kebutuhan DUDIKA, juga siswa akan memiliki etos kerja yang meliputi:
kemampuan bekerja, inisiatif, kreativitas, hasil kerja yang berkualitas, disiplin
waktu dan rajin bekerja.
Kami memilih Perusahaan PT TIMAH Tbk. Sebagai tempat melakukan
kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Karena kegiatan-kegiatan di perusahaan
tersebut sejalur dengan membelajaran di sekolah serta kami dapat memahami
kegiatan eksplorasi pemboran secara langsung.
PT. Timah Tbk. merupakan produsen dan eksportir logam timah, dan memiliki
segmen usaha penambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan eksplorasi,
penambangan, pengolahan hingga pemasaran .Ruang lingkup kegiatan perusahaan
meliputi bidang pertambangan, perindusrtian, perdagangan, dan pengangkutan.
Kegiatan utama perusahaan adalah sebagai perusahaan induk yang melkukan
kegiatan operasi penambangan timah. Perusahaan memiliki beberapa cabang yang
bergerak di bidang perbengkelan dan galangan kapal, jasa rekayasa teknik,
penambangan timah.
1
2
Praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Timah Tbk ini dilakukan pada tanggal 07
September 2022 di kantor pusat PT. Timah Tbk Divisi eksplorasi, Jln. Jendral
Sudirman No.51 Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung.
BAB 2
3
4
(700m), dan Bukit Bebuluh, yang menjulang sekitar 2.150 kaki (655m) di
tenggara. Di Belitung Tengah, Gunung Tajem membentang di atas 1.640 kaki
(500m). Provinsi ini di aliri oleh banyak sungai kecil, terutama Kampa, Batu
Rusa, Kepo, Kurau, Layang dan Kambu, semuanya di Bangka, serta Buding
dan Linggang, di Belitung. (Bateng, 2018)
BAB 3
KAJIAN TEORITIS
6
7
halus, sedangkan batuan yang berumur trias dicirikan dengan adanya interklasi
batuan samping dan butirannya kasar.
Secara umum di daerah Bangka terdapat dua generasi Granit. Batuan
granit yang berumur tua tidak mengandung kasiterit dan biasanya terdapat pada
daerah yang rendah yaitu granit klabat. Sedangkan batuan granit generasi muda
merupaakan batuan sebagai pembawa timah dan pada umumnya telah terkena
erosi tingkat lanjut. Batuan sedimn dan metamorf di Bangka Utara terdapat
perlipatan silang akibat dari devormasi yang berbeda. Devormasi yang pertama
mengakibatkan erbentuknya lipatan yang arahnya Barat Laut Tenggara dan
lipatan ini sulit ditemukan dengan pasti.
Lipatan yang kedua arahnya Timur Laut Barat Daya (Orogen II)
disebabkan oleh devormasi pada jaman Zura atas. Orogen yang kedua ini
menghilangkan jejak Orogen yang lebih tua. Dengan adanya kedudukan
rekahan-rekahan atau urat-urat di daerah sambung giri dan Pemali
menyimpulkan bahwa gerak Orogen sebelum Zura atas menyebabkan
perlipatan pada ubatuan sedimen yang berumur karbon-trias selain membentuk
lipatan, depormasi ini juga membuat rekahan. Struktur sesar dan kekar
ditemukan dalam arah yang bervariasi tetapi mempunyai arah dominan yaitu
Utara Selatan.
Pada zaman Paleozolikum pulau Bangka dan laut sekitarnya merupakan
daratan. Selanjutnya pada karbon-trias berubah menjadi laut dangkal.
Orogenesa kedua terjadi pada masa mesozoikum pulau Bangka, dan Riau
muncul kepermukaan intrusi granit menerobos batuan sedimen dan granit
tersebut terjadi metamorfosa sentuh. Bersamaan intrusi granit ini terjadi proses
peneumatolitik yang menghasilkan kasiterit. Proses ini diikuti dengan proses
Hidrotermal yang menghasilkan kasiterit yang mengisi rekahan-rekahan granit.
Pada zaman kenozoikum terjadi erosi intensif diman lapisan yang menutupi
granit terkikis habis sehingga batuan granit tersingkap kemudian diikuti oleh
proses pelapukan transportasi pengendapan dilembah-lembah suasana Bangka
belanjut sampai tersier. Pencairan es pada zaman Pleistosen mengakibatkan
beberapa daerah di Bangka menjadi laut dangkal seperti sekarang ini. Erosi
berlanjut hingga membentuk pulau Bangka yang seperti sekarang ini.
8
mineral yang memberikan bahan dasar seperti platina, khronit, korondumt, dll.
Kasiterit jarang terjadi, dan apabila terbentuk terdapat dalam keadaan terhambur
merata dengan kadar rendah (Wicaksono & Handayani, 2021).
Mineralisasi dan tipe endapan Timah Bangka dibagi menjadi empat, yaitu :
a) Tipe Greisen
Merupakan Endapan hasil proses penematolitik/metasomatisme kontak.
Contohnya daerah Pemali.
b) Urat Celah dan Bentuk Jalur
Terbentu pada granit dekat dengan kontak metasedimen. Asosiasi endapan ini
adalah mineral turmalin, kuarsa, sering dijumpai sebagai urat kuarsa dan kasiterit
saja. Urat celah sering dijumpai sebagai urat turmalin kasiterit, dengan asosiasi
mineral kuarsa dan logam sulfide.
c) Urat Lapisan
Tipe ini berasosiasi dengan urat kuarsa atau sering terjadi sebagai urat yang
mempunyai jurus sama dengan lapisan batuan. Bentuk urat kecil/tidak ekonomis.
Asosiasi mineral, turmalin, pirit, Arsenopirit, Kalkopirit, Galena.
Contohnya di bukit Selintang Pangkal Pinang di tambang Pemali.
d) Stockwork
Mineral timah primer dalam bentuk urat jejaringan (Stockwork) terjadi pada granit
gneis dibagian kupolanya. Urat “Stockwork” di Pemali terdiri atas urat kuarsa
dengan topaz, mika, dan kasiterit. Urat kuarsa dengan topaz dan zeolit urat limonit
dan kasiterit asosiasi mineral : Monasit arsenopirit, oksida besi, wolframit, pirit,
kalkopirit. (Ali, Sutanto, & Supranto, 2017)
otonomi daerah maka saat ini untuk mengurus suatu KP diberikan sepenuhnya
oleh Pemda setempat,, dengan ketentuan :
• Darat dikeluarkan oleh Bupati/Walikota
• Laut
o 0 - 4 mil dari garis pantai dikeluarkan oleh Bupati/Walikota
o 4 - 12 mil dari garis pantai dikeluarkan oleh Gubernur.
BAB 4
PEMBORAN EKSPLORASI
Berdasarkan keadaan geologi daerah pulau Bangka, maka sasaran yang harus
kita teliti dalam penyelidikan adalah tentang pencarian pembawa timah dan pola
cebakan (trapping area). Untuk endapan sekunder adalah lembah-lembah
tradisional sedangkan untuk endapan primer adalah daerah mineralisasi
terutama daerah yang dikaitkan dengan keadaan struktur geologi serta geologi
lainnya seperti adanya indikasi endapan timah dangkal atau deep seated granite.
Selanjutnya diadakan invetarisasi daerah perangkap timah secara kwlitatif dari
aspek genesa dan cara terdapatnya timah.
13
14
B. Gearbox Rotary
Gearbox Rotary berfungsi untuk memutar rangkaian pipa bor.
C. Water Swifel
Water Swifel berpungsi sebagai pemisah antara air masuk dari pompa
dengan Sampel keluar dari dalam Inner Tube.
D. Clamp
Clamp berpungsi sebagai penjepit pipa saat pemasangan dan
pembongkaran rangkaian pipa.
Gambar 4. 5 Clamp
18
E. Clamp Stand By
Clam Stand By berfungsi sebagai tempat sementara sebelum pipa
disambungkan pada gearbox rotary dan juga sebagai penjepit Ketika pipa
akan dilepaskan dari Gearbox Rotary.
F. Pipa Bor
Pipa Bor berfungsi untuk penyaluran tenaga putaran dan tekanan yang
dihasilkan oleh mesin bor menuju sepatu pipa (Casing Shoe), selain itu
Pipa Bor berfungsi sebagai jalur masuk Air dan pengangkat Sampel. Pipa
bor yang digunakan terdiri dari 2 bagian, yaitu :
- Rod atau Inner Tube untuk mennyalurkan Sampel ke atas permukaan
melalui swifel ukuran pipa rod ini berdiameter 2 ich.
- Cassing outer tube berfungsi sebagai masuknya saluran air ke sela-sela
nozzle untuk membantu menghancurkan Sampel, ukuran casing ini
berdiameter 4 inc.
19
H. Telecopic Crane
Berfungsi untuk mengangkat pipa bor dari bak penyimpanan pipa ke pipa
stand by.
I. Winch Jangkar
Berfungsi sebagai penggerak jangkar saat proses positioning ataupun saat
berlabuh.
J. Jangkar Kerja
Berfungsi sebagai penahan kapal pada saat proses pemboran dengan
tujuan agar kapal tidak berpindah posisi karena arus.
K. Indeker
Berfungsi sebagai penampung dan pemisahan Sampel antara mineral
berukuran lempung sampai pasir kasar dan mineral yang berukuran lebih
besar. dari kerikil juga berfungsi untuk mengurangi debit air pada Sampel.
Gambar 4. 12 Indeker
22
L. Bak Ukur
Berfungsi sebagai penampung Sampel dari indeker
M. Stik Ukur
Berfungsi untuk menghitung volume dengan satuan liter di dalam bak
ukur.
N. Jangka Sorong
Berfungsi untuk mengukur diameter Sepatu Pipa.
O. Dulang
Berfunsi sebagai alat pemisah Sampel berdasarkan berat jenisnya
Gambar 4. 16 Dulang
24
P. Bak Cuci
Berfunsi sebagai penampung air untuk membantu proses pendulangan
Q. Mangkok Sampel
Berfungsi untuk menyimpan Sampel yang telah di dulang.
R. Wajan
Berfungsi sebagai alat untuk mengeringkan Sampel.
Gambar 4. 19 Wajan
S. Plastik Sampel
Berfungsi untuk menyimpan Sampel yang telah dikeringkan.
T. Mesin Hidrolik
Berfungsi sebagai penggerak mesin yang menggunakan hidrolik.
2. Positioning
a) Ploting
Merupakan kegiatan dimana juru ukur memasukan koordinat RK yang
telah ditentukan kedalam sofwere Hydropro Navigation (Survey), untuk
selanjutnya sebagai panduan posisi kapal atau alat bor tepat pada titik RK
yang ditentukan.
b) Menuju Lokasi Pengeboran
Merupakan kegiatan dimana Juru Ukur meninformasikan koordinat yang
akan dituju kapal kepada Nahkoda,Mualim, atau Juru Mudi.
c) Penjangkaran
Penjangkaran adalah penjatuhan jangkar kerja, tujuan penjangkaran adalah
untuk memposisikan kapal pada titik RK dengan tolerasi < 2 meter, dan agar
kapal tidak bergeser atau terbawa arus ketika proses pemboran berlangsung.
3. Penjangkaran
a) Perisapan Penjangkaran
• Pastikan petugas menggunakan APD.
• Menghidupkan Hydrolik winch jangkar
• Memasang tali nylon propylin 38mm dibawah jangkar.
• Mengikat tali nylon propylin 38mm yang menyambung dibawah
jangkar dengan tali nylon 12mm yang ujung lainya diikatkan pada
pelampung (Drigent).
• Siapkan alat komunikasi (HT dan Pengeras Suara).
28
b) Pelaksanaan Penjangkaran
• Menentukan koordinat titik lubang yang akan dilaksanakan
pengeboran.
• Menentukan koordinat posisi jangkar (Depan kanan, Depan kiri,
Belakan Kiri, Belakang Kanan) dengan sudut 27° terhadap arah
kapal.
• Tentukan arah rencana perpindahan kapal.
• Kapal bergerak menuju titik Jangkar yang telah ditentukan juru ukur.
• Jatuhkan Jangkar satu persatu dimulai dengan intruksi dari Nahkoda,
Mualim, ataupun Juru mudi yang bertugas sampai semua Jangkar
turun.
• Kemudian posisikan kapal tepat pada titik RK setelah semua
Jangkar dijatuhkan dengan menarik dan mengulur sling sesuai
arahan orang ukur.
• Setelah kapal tepat berada di koordinat RK, kemudian kencangkan
kedua sling.
• Jika sudah dipastikan kencang, kunci dengan rem hydrolik.
• Kemudian pemboran siap dilakukan.
• Sling Putus
Masalah ini bisa saja terjadi jika seling yang digunakan sudah dalam
keadaaan tidak baik atau tidak layak digunakan. Akibatnya sling
bisa saja putus dan jangkar kerja akan tenggelam ke bawah
permukaan laut. Jika putus maka harus dilakukan penyelaman untuk
mengambil jangkar.
4. Persiapan Pengeboran
a. Persiapan personil dan peralatan pengeboran
• Semua pekerja di wajibkan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
secara lengkap.
• Lakukan pengukuran luar Sepatu Pipa (Casing Shoe) menggunakan
jangka sorong yang berguna untuk menghitung koefesion bor dan
sebagai dasar penghitungan recovery.
• Mengukur kedalaman air baik secara manual maupun secara
langsung bersamaan saat pipa masuk.
• Lumasi drat pipa menggunakan grease sebagai perawatan agar ulir
drat tidak mudah aus.
b. Pelaksanaan Pengeboran
• Pemasangan Sepatu Pipa pada pipa bor.
• Penurunan dan penyambungan pipa sampai dasar laut.
• Sebelum dilakukan flushing bor (Penyemprotan) dilakukan
penekanan lapisan 0,3-0,5 meter. Hal ini dilakukan agar pada saat
pertama penyemprotan, material awal seperti lumpur/lemah dapat
terangkat.
• Lakukan Flushing atau penyemprotan dengan debit 900-1200 LPM
bersamaan dengan dilakukanya putaran yang ditenagai oleh Rotary
Box dan juga melakukan penetrasi dengan penurunan pipa (force
down) secara perhalahan.
31
20% dari feed tailing pendulangan pertama dan tailing sisa dulang
(sampel MIT).
• Tailing sisa dulang pada pendulangan ke 2 sampel MIT yang
tertampung pada baskom selanjutnya dimasukan kedalam plastik
sampel MIT yang sudah dituliskan No Lobang dan No Lapisan.
Sampel MIT di bungkus plastic Sampel dalam kondisi basah.
Setelah proses pengeboran selesai, hasil sampel MIT seluruh
lapisan dijadikan satu dibungkus dengan karung sampel yang
menggunakan spidol permanent (Nama kapal, tanggal, lokasi
pengeboran, nomor lobang, dan jumlah Sampel).
• Konsentrat hasil pendulangan dibilas, dicuci mengguakan air tawar
kemudian ditempatkan pada wajan pengering/pemanggang.
Konsentrat dari pendulangan pada pemboran MIT ataupun tanpa
MIT diperlukan sama.
• Keringkan sampel konsentratmenggunakan kompor/oven, aduk
hingga konsentrat benar-benar karing.
• Setelah konsentrat kering, tuang dan ratakan konsentrat pada
loyang agar suhunya menurun.
• Tulis label Sampel konsentrat dengan data: No Lobamg , No
lapisan.
• Masukan dan bungkus konsentrat kering yang suhunya sudah
normal kedalam plastik Sampel konsentrat dan masukan label
sesuai no lapisannya.
• Konsentrat kering yang sudah dibungkus plastik dan diberi label
setiap lapisan dalam 1 lobang bor di kumpulkan menjadi satu
menggunkan steples.
35
Gambar 4. 27 Pendulangan
KB = 1
Luas penampang sepatu pipa
Ukuran diameter dalam satuan mm (milimeter)
37
6. Perhitungan Tinggi laut rata - rata (TLR) awal dan akhir pengeboran
kemudian di rata - rata kembali.
TLR = (Koreksi niveau - Koreksi tabel) + dalam air
Catatan :
Koreksi niveau : Batas rata-rata stasiun pasang surut tiap daerah (dm)
Koreksi tabel : nilai prediksi tinggi pasang/surut dilihat dari tabel prakiraan
pasang surut yang dikeluarkan oleh Hidronav disesuaikan dengan jam
pengukuran
Kedalam air : Hasil Pengukuran Realtime sesudah dan sebelum Pengeboran.
5. Pengisian jam aktifitas kegiatan
6. Pengisian jumlah/Panjang akumulasi rangkaian pipa bor.
7. Pengisian kedalaman dan tebal penetrasi pengeboran setiap lapisan
8. Pengisian volume (liter) tiap fraksi (ukuran butir) matrial sampel
pengeboran (sedimen)
9. Pengisian Recovery pengeboran (% Isi) :
% lsi = Total lsi liter x Keofisien bor x 10
Tebal (meter)
10. Pengisian % komposisi matrial pasir & krikilan :
% pasir = Vol.Pasir (halus _& Kasar) x 100
Vol. Total
13. Pengisian sifat lapisan pengeboran (insitu/tanah asli dan tanah bekas)
14. Pengisian kecepatan penetrasi pengeboran per menit
38
Deskripsi Lapisan
a. Deskripsi lapisan batuan dasar
Sebelum memutuskan jenis batuan dasar apa yang di dapat sebaiknya terlebih
dahulu di teliti batuan apa yang dimaksud. Secara umum berdasarkan
pengalaman juru bor sudah dapat mengetahui jenis KONG (Bed rock ) apa
yang diperoleh dari lubang bor.
a. Deskripsi lapisan
Lapisan yang umumnya dijumpai pada hasil pemboran adalah sebagai berikut:
➢ Lempung (Lp)
Menurut kondisinya lempung dapat dibedakan sebagai berikut:
• Lumpur Kulit kerang (LuKu).
Adalah lapisan awal yang di tandai dengan adanya kulit kerang.
39
➢ Pasiran
Menurut kondisinya pasir dapat dibagi sebagai berikut:
• Pasir halus (Ph)
Adalah lapisan yang seluruhnya terdiri dari pasir halus.
• Pasir halus lempung (Ph.Lp)
Adapun lapisan yag terdiri dari sedikit pasir halus dan lempung.
• Pasir halus pasir kasar (Ph.Pk)
Adalah lapisan yang terdiri dari pasir halus dan sedikit pasir kasar.
• Pasir halus pasir kasar krikil (Ph.Pk.Ki)
40
Adalah lapisan pasir halus yang sedikit tercampur sedikit pasir kasar dan
sedikit krikil.
• Pasir halus pasir kasar krikil krakal (Ph.Pk.Ki.Kk)
Adalah lapisan pasir halus yang bercampur dengan pasir kasar, ktikil, serta
krakal.
• Pasir kasar (Pk)
Seluruhnya terdiri dari pasir kasar.
• Pasir kasar lempung (Pk.Lp)
Adalah lapisan pasir kasar yang mengandung sedikit lempung.
• Pasir kasar pasir halus lempung (Pk.Ph.Lp)\
Adalah lapisan pasir kasar yang bercampur dengan pasir halus serta
lempung. Namun yang dominannya pasir kasar.
• Pasir kasar pasir halus (Pk.Ph)
Adalah lapisan-lapisan pasir kasar yang bercampur dengan pasir halus,
namun yang dominan adalah pasir kasarnya.
• Pasir kasar pasir halus krikil (Pk.Ph.Ki)
Adalah lapisan pasir kasar yang bercampur dengan sedikit pasir halus dan
krikil.
• Pasir kasar pasir halus krikil krakal (Pk.Ph.Ki.Kk)
Adapun lapisan pasir kasar yang bercampur dengan sedikit pasir halus,
krikil, serta krakal.
➢ Krikil (Ki)
Material yang berukuran dari 2,00 hingga 5,00 mm di kelompokan
sebagai batuan krikil.
➢ Krakal (Kk)
Material yang berukuran 5,00 sampai dengan 40,00 mm di kelompokan
sebagai krakal.
41
1. Dasar Hukum
• Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
• Undang-undang No. 4 Tahun 2009 (No. 11 Tahun 1967) tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara.
• Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelengaraan Pengeloaan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara.
Keputusaan Menteri Pertambangan dan Energi No, 555.K/26/M.PE/1995
tentang Keselamatandan Kerja Pertambangan Umum.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Prinsip K3
Setiap pekerjaan pasti dapat dilakukan dengan aman dan selamat.
Setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya.
42
3. Keselamatan Kerja
Adalah instrument yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kerja, dan bertujuan untuk
mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero
accident). (KEMENTERIAN ENERGl DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA, 2009).
4. Kesehatan Kerja
Adalah adanya jaminan Kesehatan pada saat meningkatkan melakukan
derajat sebuah Kesehatan pekerjaan fisik, yang mental, bertujuan dan untuk
social memelihara bagi pekerja disemua dan jenis pekerjaan.
5. Kecelakaan Tambang
Kejadian yang tidak direncanakan, tidak diinginkan, tidak diduga, terjadi
kapan saja, terjadi dimana saja dan dapat menimpa siapa saja yang dapat
berakibat cedera pada manusia, kerusakan pada harta benda atau terhentinya
dari suatu proses produksi sebagai akibat dari kontak dengan bahan kimia atau
energi yang diatas daya tahan atau tambang batas amannya.
43
Sistem ini dihubungkan dengan metode eksplorasi yaitu makin luas area
prnyelidikannya makin besar pula biaya yang diperlukan. Tahap-tahap
eksplorasi meliputi:
1) Studi Pendahuluan.
2) Survey Tinjau.
3) Propeksi detail/Eksplorasi Pendahuluan.
4) Ekspolrasi detail.
5) Penelitian Tambang dan Penentuan cadangan.
A.J, B., M.J, C., & M.E.M, D. S. (2005). Geology Resources and Tectonic Evaluation
Geological Society Memoar. Retrieved from
https://journal.ubb.ac.id/index.php/promine/article/download/85/73/
Ali, M. M., Sutanto, & Supranto. (2017, September). STUDI KARAKTERISTIK
MINERALISASI TIMAH PRIMER TIPE ENDAPAN . Retrieved from
https://repository.ugm.ac.id/274164/1/PMP-04.pdf
Bateng, D. (2018, October). Geografis. Retrieved from
https://bangkatengahkab.go.id/halaman/detail/geografis
Gusman ST.,MT, M. (2010, Desember). Konsep Eksplorasi. Retrieved from Konsep
Eksplorasi:
http://repository.unp.ac.id/1312/1/MULYA%20GUSMAN_422_10.pdf
KEMENTERIAN ENERGl DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK
INDONESIA. (2009). PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER
DAYA MINERAL NO 28. KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL REPUBLIK INDONESIA.
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2010). Dalam kegiatan pertambangan
maka tidak lepas dari izin usaha Pertambangan (IUP). IUP adalah suatu ijin
terhadap suatu daerah yang bertujuan untuk dilakukan penyelidikan pencarian,
pengambilan, dan pengolahan suatu bahan galian yang dikelola oleh suatu per.
Retrieved from https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/tata-cara-
pemberian-izin-usaha-pertambangan-batuan
PT TIMAH Tbk. (2019). History PT Timah Tbk. Retrieved from
https://timah.com/blog/about-us/history.html
Wicaksono, H. H., & Handayani, E. (2021). KARAKTERISASI MINERALOGI
MINERAL BERBASIS Cu-Fe-S DENGAN SEM EDS DI DAERAH KELAPA
KAMPIT, PULAU BELITUNG. Retrieved from Jurnal Teknologi Mineral dan
Batubara:
https://jurnal.tekmira.esdm.go.id/index.php/minerba/article/view/1127
47