Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

KERANGKA DASAR HORIZONTAL


dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Kerangka Dasar Horizontal

yang diampu oleh :

Dr.Nanin Trianawati Sugito, ST.,MT.

Dibuat Oleh:

Kelompok 2

Aria Fathi Izaz (2200510)


Fadhlan Dwi Anargya (2202248)
Kayla Nurhaliza (2205315)
Rayya Putri Nurfaisa (2202412)
Salwa Putri Cikal Budiman (2202232)
Syaqif Taqi Alfauzi (2202264)
Syifa Nurul Jannah (2205826)

PRODI SURVEI PEMETAAN DAN INFORMASI GEOGRAFIS

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karenaberkat rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas dari mata kuliah Praktikum Kerangka Dasar Vertikal
yang berupalaporan praktikum dengan tepat waktu.

Dalam laporan praktikum ini, kami ingin mempersembahkan hasil pemetaan terestis yang
telah kami lakukan. Pemetaan terestis merupakan suatu teknik untuk menentukan posisi dan
elevasi dari titik-titik di permukaan bumi menggunakan pengukuran yang sangat akurat.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari prinsip dasar pemetaan terestis, serta
menerapkannya dalam situasi nyata. Kami telah melakukan pengukuran dengan menggunakan
perangkat GPS dan perangkat lunak pemrosesan data yang modern untuk menghasilkan peta
yang akurat dan berguna.

Dalam laporan ini, kami akan menjelaskan secara detail tentang teknik pemetaan terestis
yang kami gunakan, serta proses pengukuran dan pemrosesan data yang kami lakukan. Kami
juga akan menunjukkan hasil akhir dari pemetaan terestis yang kami lakukan, seperti peta dan
diagram elevasi.

Kami berharap bahwa laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
yang ingin mempelajari tentang pemetaan terestis, serta dapat menjadi referensi yang berguna
bagi mereka yang berkecimpung dalam bidang pemetaan dan survei.

Bandung,27 Maret 2023

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerangka dasar horizontal atau yang juga dikenal sebagai flat design adalah
sebuah gaya desain grafis yang menekankan pada kesederhanaan, minimalisme, dan
penggunaan warna solid yang cerah. Gaya desain ini melibatkan penggunaanelemen
desain dasar seperti bentuk geometris sederhana, tipografi yang jelas dan simpel,
serta penggunaan warna yang minim.
Istilah "flat design" pertama kali digunakan oleh desainer grafis asal Amerika
Serikat, Roger Belknap, pada tahun 2002 untuk menggambarkan gaya desain yang
menekankan pada kesederhanaan dan minimalisme. Namun, kerangka dasar
horizontal sebagai gaya desain yang terkenal saat ini baru mulai dikenal pada tahun
2012 ketika Microsoft merilis sistem operasi Windows 8 dengan antarmuka
pengguna yang didasarkan pada konsep ini.
Gaya desain ini menjadi populer pada awal 2010-an, terutama karena pengaruh
dari teknologi mobile dan desain responsif. Desain yang minimalis dan sederhana
ini memungkinkan konten untuk lebih mudah dibaca dan dipahami oleh pengguna,
terutama pada perangkat mobile dengan layar yang lebih kecil.
Meskipun kerangka dasar horizontal sering dianggap sebagai tren desain yang
baru, namun sebenarnya gaya desain yang menekankan pada kesederhanaan dan
minimalisme telah ada sejak awal abad ke-20. Salah satu tokoh yang terkenal dalam
desain minimalis adalah seniman Jepang, Kazimir Malevich, yang menciptakan
karya seni dengan bentuk geometris sederhana dan warna monokrom.
Secara umum, kerangka dasar horizontal adalah hasil evolusi dari gaya desain
sebelumnya, seperti desain Bauhaus, Swiss Style, dan Minimalisme. Gaya desain ini masih
populer dan banyak digunakan oleh desainer grafis dan web di seluruh dunia pada saat ini.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu Kerangka Dasar Horizontal?
b. Bagaimana Cara Perhitungan Data Kerangka Dasar Horizontal?
c. Hasil Apa Saja yang didapatkan Dari Perhitungan Kerangka Dasar Horizontal?
1.3 Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui pengertian Kerangka Dasar Horizontal
b. Untuk mengetahui perhitungan Data Kerangka Dasar Horizontal
c. Untuk mengetahui hasil yang di dapatkan dari perhitungan Kerangka Dasar Horizontal
?
1.4 Manfaat
a. Memberi pemahaman mengenai Kerangka Dasar Horizontal
b. Memberi pemahaman mengenai Perhitungan Kerangka Dasar Horizontal
c. Memberi pemahaman mengenai Hasil yang di dapakan dari perhitungan Kerangka
Dasar Horizontal
BAB II
METODE

Metode yang digunakan dalam pengukuran Kerangka Dasar Horizontal ialah metode
poligon tertutup terikat sempurna. Dikatakan polygon terikat sempura karena diketahui besar
sudut awal dan sudut akhirnya, adanya absis dan ordinat titik awal atau akhir,dan diketahuinya
koordinat awal dan koordinat akhir. Ada pun alat-alat yang digunakan sebagai berikut.
No. Gambar Keterangan
1.
ElectronicTotal Station
(sumber:teknologisurvey.com)

2. Prisma
(sumber:dokumentasi lapangan)
3. Statif
(Sumber:Alat Uji Geoteknik)

4. Patok(Su
mber:
www.pratamabangunan.com)

Langkah-langkah dalam pengukuran Kerangka Dasar Horizontal :

1) Rangkai dan dirikan statif diatas titik yang sudah ditentukan.


2) Letakkan totalstation /prisma dengan baik dan benar.
3) Bidik titik poligon (paku payung) menggunakan memakai lensa centeringoptis
sampai benang bidik lebih kurang hampir tepat pada titik. Lalu, atur benang bidik
sampai tepat pada titik patok yang berada di tanah dengan dibantu tiga sekrup
penyetel
4) Atur ketinggian kaki kaki statif buat mengarahkan gelembung nivo kotak kedalam
bulat tengah. Bila gelembung telah pada lingkaran tengah, gerakkan gelembung
dengan tiga sekrup penyetel agar gelembung tepat berada ditengah.
5) Lihat apakah benang bidik lensa centering optis masih sempurna di titikpoligon atau
tidak. Jika bergeser, kendurkan sedikit pengunci antara statifserta tribrach
kemudian geser tribrach beserta TS sehingga benang bidiklensacentering optis
sempurnamengarah ketitikpoligonlagi.
6) Atur ekuilibrium gelembung nivo tabung menggunakan menggunakan
3sekruppenyetel. Lakukan di ketiga sisisegitiga tribrach.

7) Hidupkan totalstation menggunakan menekan tombol power


8) Dirikan tiga statif pada 3 titik ikat yang berurutan.Letakkan ETS pada statif yang ditengah atau
berada diantara dua prisma
9) Lakukan pengukuran biasa dengan membidik prisma arah muka (Frontsight),catat hasil sudut
lalu arah belakang (BackSight), catat hasil sudut
10) Lakukan pengukuran luar biasanya memutar lensa lalu memutar ETS searah jarum jam. Bidih
arah muka (yang sebelumnya backsight), catat hasil sudut. Lalu arah belakang (yang
sebelumnya front sight),catat hasil sudut.
11) Lakukan pengukuran berlawanan arah jarum jam untuk mendapatkan sudut dalam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil survei wilayah, ditentukan 7 titik ikat yang membentuk poligon tertutup
berdasarkan sifat dan karakteristik area pengukuran.

4.1 Hasil Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal


Setelah melakukan pengukuran Kerangka Dasar Horizontal menggunakan Electronis Total
Station dan duabuah reflektor, telah didapat pengukuran sudut dari6 titik polygon tertutup sebagai berikut.

Titik Bacaan Sudut Horizontal


Besar Sudut rata-
Jarak
Targ rata
Berdiri B LB B LB
et
GPS 180°00´00
00°00´00” 62°23´54” 49,768
8 ”
BM 62°23´53”
242°23´52
4 1 62°23´54” 62°23´52” 69,525

180°00´01
BM 4 00°00´00” 99O16´31” 69,504

Titik 1 99°16´30˝
Titik 279°16´30
99°16´31” 99°16´29” 54,385
2 ”
Titik 180°00´00
00°00´00” 175°35´10.5” 54,365
1 ”
Titik 2 175°35´9,5”
Titik 355°35´8,5 175°35´8,5
175°35´10.5” 31,801
3 ” ”
Titik 180°00´00
00°00´00” 104O52´7,5” 31,783
2 ”
Titik 3 104°52´6,5ʺ
Titik 284°52'10, 104°52´10,
104°52'7,5" 51,608
4 5" 5”
Titik 180°00´01
3 00°00´00” ” 87°32'11" 51,574
Titik 4 87°32'12"
Titik
87°32'11" 267°32'13" 87°32'13" 40,546
5
Titik 180°00´01
00°00´00” 155°43'16,7" 40,519
4 ”
Titik 5 155°43'15,5"
335°43'14, 155°43'14,
GPS 155°43'16,7" 20,163
3" 3"
Titik 180°00´00
00°00´00” 215°37'22" 20,133
5 ”
GPS 215°37'25"
BM
215°37'22" 395°37'22" 215°37'28" 49,727
4

. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal dilakukan berlawanan dengan arah jarum jam
untuk memperoleh sudut horizontal atau sudut dalam dari setiap sudut pada polygon. Sudut
horizontal merupakan hasil selisih dari bacaan arah muka (ForeSight) dikurangi dengan bacaan
arah belakang (BackSight). Perlu diperhatikan toleransi kesalahan pengamatan sudut tersebut,
mulai dari kesalahan pengamatan biasa dan luar biasa yang tidak lebih dari dua detik dari hasil
sudut pada alat pengukuran.

Lalu setelah didapat sudut horizontal dan jarak,dilakukan perhitungan poligon tertutup
menggunakan metode Bowditch. Metode Bowdicth adalah metode untuk mendapat ketelitian
hasil pengukuran poligon dengan memenuhi syarat sudut, syarat, absis, dan syarat ordinat serta
mengoreksi kesalahan penutup sudut, kesalahan absis, dan kesalahan kordinat. Adapun tahapan
perhitungan poligon tertutup menggunakan metode Bowditch sebagai berikut:

1) Jumlahkan sudut horizontal hasil pengukuran(∑𝛽)


2) Hitung syarat sudut,kesalahan penutup sudut,dan koreksi penutup sudut dengan
rumus berikut
a) Syarat sudut

∑𝑺=(𝒏−𝟐)×𝟏𝟖𝟎°
n= Jumlah titik pada poligon
b) Kesalahan Penutup Sudut
𝒇𝒔=∑𝖰−(𝒏−𝟐)×𝟏𝟖𝟎

fs=Kesalahan penutup sudut


𝛽=𝑆𝑢𝑑𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚
n =Jumlah titik pada poligon
c) Koreksi Sudut
3) Mengitung sudut azimut awal yang sudah diketahui koodirnatnya
(𝑿𝑩− 𝑿𝑨)
𝑎𝑨𝑩=𝐚𝐫𝐜𝐭𝐚𝐧
(𝒀𝑩− 𝒀𝑨)
𝛼AB =Sudut Azimut AB

Lalu, dengan menggunakan nila sudut horizontal


terkoreksi dan azimuth awal, hitung semua sudut azimut pada
poligon
𝑎(𝒔𝒊𝒔𝒊)=𝑎(𝒔𝒊𝒔𝒊 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎𝒚𝒂)+𝖰(𝒕𝒆𝒓𝒌𝒐𝒓𝒆𝒌𝒔𝒊)−𝟏𝟖𝟎°

Rumus ini disesuaikan dengan bentuk dari poligon area


pengukuran dan dilakukan secara berantai.
4) Hitung syarat absis dan syarat ordinat serta koreksinya untuk
semua sisi poligon.
d. Syarat absis
∑𝒅×𝐬𝐢𝐧𝑎=Xakhir–Xawal
d=jarak sisi poligon
𝛼=sudut azimuth
e. Koreksi syarat absis

𝑲𝒙=𝐗𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫−𝐗𝐚𝐰𝐚𝐥−∑𝒅×𝐬𝐢𝐧𝑎

𝒇𝒙=𝒅𝒂𝟏x Kx
∑𝒅

Kx = Koreksi syarat absis

fx = Kesalahan syarat absis

d=jarak sisi poligon


𝛼=sudut azimuth
f. Syarat Ordinat
∑𝒅×𝐜𝐨𝐬𝑎=Yakhir–Yawal
d=jarak sisi poligon
𝛼=sudut azimuth
g. Koreksi syarat ordinat
𝑲𝒚=𝐗𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫−𝐗𝐚𝐰𝐚𝐥 −∑𝒅×𝐜𝐨𝐬𝑎

𝒇𝒚=𝒅𝒂𝟏x Ky
∑𝒅
Ky = Koreksi syarat ordinat
fx = Kesalahan syarat ordinat
d=jarak sisi poligon
𝛼=sudut azimuth

5) Hitung Koordinat (x,y) titik-titik poligon secara berantai

Xj=Xi+dijsin ij
+kxijYj=Yi+dijc
os ij+kyij

Xi = Koordinat X sebelumnya
Yi = Koordinat Y sebelumnya
dijsin ij= Syarat Absis
Dij cos i j= syarat ordinat
kxij = Koreksi absis
kyij =KoreksiOrdinat

Pengolahan data ini dapat dilakukan secara manual pada formulir atau menggunakan bantuan
perangkat lunakMs. Exel untuk mempermudah perhitungan. Berikut merupakan hasil dari
perhitungan polygon tertutup dengan metode Bowditch pada perangkat lunak Microsoft Excel.
4. 2 Hasil Peta Kerangka
]
Setelah melakukan pengukuran Kerangka Dasar Horizontal didapatkan nilai koordinat x dan y
dari 8 titik ikat polygon tertutup. Lalu koordinat tersebut di input pada perangkat lunak Arcmap.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui dari ketepatan pengukuran dan hasil perhitungan.
Berikut hasil dari peta kerangka.
4.3 Pembahasan

Praktikum pemetaan terestris ini dilaksanakan pada 27 Februari 2023 dengan tujuan
mengenalkan alat, menggunakannya,dan mengolah hasilnya secara langsung di lapangan.

Pada praktikum pertama tanggal 27 Februari 2023, kami dikenalkan dengan alat-alat
pengukuran. Mulai dari nama alatnya, cara membawanya, dan cara memakainya. Alat untuk
pengukuran yang dikenalkan adalah statif, Electronic Total Station (ETS), Prisma/Reflektor, dan
rambu ukur. Untuk pengukuran Kerangka Dasar Horizontal dibutuhkan 3 buah statif, 2 buah
prisma, dan satu buah ETS.

Hal pertama yang dilakukan dimulai dari melakukan mendirikan alat dan melakukan
centering agar alat berada pada posisi datar dengan memperhatikan nivo kotak dan nivo tabung
pada ETS. Selain ETS, waterpass dan prisma juga harus dilakukan centering sebelum digunakan.
Lalu,dilanjutkan dengan membidik target prisma menggunakan ETS dan membaca sudut dalam
serta jaraknya.

Hari senin tanggal 6 Maret 2023 , kami mulai melakukan survei area untuk menentukan
titik patok. Ditentukan pula 7 titik patok membentuk poligon tertutup di sekitar area parkiran atas
dekat Museum, lalu membuat sketsa poligonnya, kami juga langsung melakukan pengukuran
Kerangka Dasar Horizontal dengan metode poligon tertutup. Alat yang dibawa adalah tiga buah
statif, dua buah prisma, dan satu buah ETS. Hal pertama yang dilakukan saat di area pengukuran
adalah mendirikan statif pada 3 titik patok dan melakukan centering pada prisma dan ETS, ETS
berada diantara dua prisma. Pengukuran dilakukan dengan cara membaca sudut dalam.
Pembacaan ini dilakukan dilakukan dua kali yaitu pada pembacaan biasa dan luar biasa untuk
mendapatkan koreksi kesalahan.
Pengukuran pada hari itu banyak terkendala karena area parkiran yang cukup ramai di
lalui kendaraan baik roda 2 maupun roda 4 yang menghambat proses centering Digital pada ETS.
Pengukan pertama ini bisa di bilang cukup lancar karena kami belum melakukan perhitungan
pada data yang kami dapat kan,alhasil kami melakukan pengukuran ulang pada minggu
berikutnya karena koreksi nya cukup besar,pada pengukuran kedua ini kami langsung
menghitung data yang kami dapat kan, kendala nya pada ETS yang pada saat akan di centering
angka yang keluar itu kedap kedip sehingga memerlukan banyak waktu untuk melakukan
centering,pada 27 Maret 2023 kami melakukan pengukuran ketiga pengukuran Kerangka Dasar
Horizontal mrtode polygon tertutup di karenakan hasil pengukuran kedua terdapat kesalahan
yang mengharuskan di lakukan pengukuran ulang. Karena kendala-kendala tersebut waktu proses
pengukuran dan perhitungan lebih lama dari kelompok lain namun kami dapa
tmenyelesaikannya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kami mendapatkan banyak pengalaman setelah melakukan praktikum Kerangka Dasar
Horizontal ini. Kami didampingi serta diberikan arahan oleh asisten dosen mulai dari
menggunakan alat, mengolah data serta menghasilkan hasil atau output dari pengukuran yang
kami lakukan.

Lalu, penggunaan alat Electronic Total Station yang digunakan untuk mengambil data
jarak dan sudutdalam pengukuran Kerangka Dasar Horizontal serta pengukuran detail situasi
yang dibantu oleh alat prisma, statif, dan jalon untuk membidik titik. Selanjutnya, penggunaan.
Kami juga belajar tentang pengolahan data lapanganyang kami hasilkan baik dari perhitungan
juga pengolahan hingga menjadi peta.
Setelah melakukan praktikum ini maka data yang kami hasilkan dari 7 titik ikat yang
membentuk poligon tertutup yaitu data pengukuran Kerangka Dasar Horizontal. Data ini didapat
dari pengukuran sudut dari 7 titik polygon tertutup dengan metode Bowditch.
Selama pelaksanaan praktikum ini, kami menghadapi banyak kendala.
Kendala yang kami alami selama praktikum berlangsung salah satunya adalah
tertundanya praktikum karena turunnya hujan, kesulitan ketika melakukan centering karena
keadaan tanah yang cukup curam, baterai ETS tidak terpasangdengan baik yang menyebabkan
alat terus mati saat sedang dipakai, hingga alat ETS harus dikalibrasi sehingga pengukuran
tertunda, namun dengan terus bersemangat mencoba dan bersabar akhirnya kami dapat
menyelesaikan praktikum ini dengan baik. Terakhir, dari pengalaman praktikum ini kami juga
belajar tentang apa itu kerja sama, saling menghargai sesama, mengajari dan diajari,
memperhatikan satu sama lain, membagi tugas mulai dari praktikum dilapangan hingga ketika
pengolahan data juga laporan kami lakukan bersama, sehingga kami dapat menyelesaikan
praktikum ini dengan baik.
5.2 Saran
Pada saat awal pengukuran diharapkan praktikan melakukan pembagian tata letak
pengukuran dan melakukan analisis kondisi lapangan agar mengetahui perkiraan bentuk profil
yang nantinya akan didapatkan. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan oleh praktikan
selama proses pengukuran berlangsung,yaitu:
• Posisi prisma yang harus lurus sama ETS agara memudahkan pembidik untuk membikik ke
titik tengah prisma
• Sebelum meninggalkan Laboratorium periksa kembali perlengkapan yang di bawa,agara tidak
ada yang tertinggal dan tidak menghabiskan waktu

• Proses pembacaan data dengan teliti

• Pada tahap pengolahan data setiap kali melakukan perhitungan harus dilakukan dengan hati-
hati dan teliti. Hal tersebut dilakukan agar data dapat diolah dengan baik dan meminimalisir
kesalahan pengukuran yang terlalu banyak.
DAFTAR PUSTAKA

APP,P.Y.(2022,Mei27).PENETUANJARAKDANSUDUT KERANGKAHORIZONTAL
DENGANMETODEPOLIGONPADASUATUWILAYAH.RetrievedfromEnginEerber
BagiInfor:http://iputuyuliawanappp.blogspot.com/
Muda, I. (2008). Teknik Survei dan Pemetaan. Jakarta: Direktorat
pembinaansekolahmenengah kejuruan.
Sibarani, A. S. (2012). PERHITUNGAN KOORDINAT (X, Y, Z)
POLIGONTERTUTUP DENGAN METODE BOWDITCH
PADASPREADSHEETSEXEL. Jurnal APTEK, 4(1), 1-
8.NASIONAL,B.P.MODUL ILMUUKURTANAH.

Anonim. (2020). Apa itu Survei Terestris?. Retrieved from KKNI


IG:http://akreditasi.big.go.id/sdm/subbidanginfo/
Afifah,N.(2017).PengukuranKerangkaDasarHorizontalDanKerangkaDasarVertikal.
Retrieved from scribd: https://www.scribd.com/document /372051900/ Pengukuran-
Kerangka-Dasar-Horizontal-dan-Kerangka-Dasar-Vertikal
Sobatnu,F.(2018).SurveiTerestris.Retrievedfrompoliban:http://repository.poliban.ac.i
d/id/eprint/430/1/Survei%20Terrestris_Ebook.pdf
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai