Anda di halaman 1dari 88

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Ilmu Ukur Tanah merupakan bagian dari ilmu Geodesi. Ilmu Geodesi

tersebut merupakan suatu ilmu yang mempelajari ukuran dan bentuk bumi dan
menyajikan nya dalam bentuk tertentu. Berdasarkan ketelitian pengukurannya,
ilmu Geodesi dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu:
1. Geodetic Surveying, yaitu suatu survey yang memperhitungkan kelengkungan
bumi atau kondisi sebenarnya. Geodetic surveying ini digunakan dalam
pengukuran daerah yang luas dengan menggunakan bidang hitung yaitu bidang
lengkung (bola/ellipsoid).
2. Plane Surveying, yaitu suatu survey yang mengabaikan kelengkungan bumi
dan mengasumsikan bumi adalah bidang datar. Plane surveying ini digunakan
untuk pengukuran daerah yang tidak luas dengan mengunakan bidang hitung yaitu
bidang datar.
Dalam praktikum ini kita memakai Plane Surveying (Ilmu Ukur Tanah).
Ilmu ukur tanah dianggap sebagai disiplin ilmu, teknik dan seni yang meliputi
semua metoda untuk pengumpulan dan pemrosesan informasi tentang permukaan
bumi dan lingkungan fisik bumi yang mengangap bumi sebagai bidang datar,
sehingga dapat ditentukan posisi titik-titik di permukaan bumi. Dari titik yang
telah didapatkan tersebut dapat disajikan dalam bentuk peta.
Dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah ini kita akan dilatih melakukan
pekerjaan-perkerjaan survey, dengan tujuan agar Ilmu Ukur Tanah yang didapat di
bangku kuliah dapat diterapkan di lapangan, dengan demikian diharapkan
mahasiswa dapat memahami dengan baik ketiga aspek tersebut diatas.
Dengan praktikum ini diharapkan dapat melatih kita melakukan pemetaan
situasi teritris. Hal ini ditempuh mengingat bahwa peta situasi pada umumnya
diperlukan untuk berbagai keperluan perencanaan teknis atau keperluan-keperluan
lainnya yang menggunakan peta sebagai acuan.

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


1.2

Maksud dan Tujuan


Pratikum Ilmu Ukur Tanah dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan dari

teori-teori dasar Ilmu Ukur Tanah yang didapatkan dibangku kuliah seperti
poligon, azimuth matahari, profil, detail situasi dan proses penggambaran peta.
Tujuan yang ingin dicapai dari Pratikum Ilmu Ukur Tanah adalah agar
mengetahui serta memahami dengan baik bagaimana tahapan :
a. Pengukuran poligon dan pengolahan data.
b. Pengukuran azimuth matahari dan pengolahan data.
c. Pengukuran profil dan pengolahan data.
d. Pengukuran detail situasi dan pengolahan data.
e. Penggambaran peta.
1.3

Ruang Lingkup
Pemetaan situasi dilakukan dalam beberapa tahap pekerjaan, yaitu sebagai

berikut:
a. Orientasi lapangan dan persiapan pengukuran.
b. Proses pengumpulan data, mencakup :

Pengukuran poligon.
Pengukuran detail situasi.
Pengukuran pengikat kemuka.
Pengukuran profil.

c. Proses pengolahan data, mencakup :

Hitungan poligon.
Hitungan beda tinggi.
Hitungan detail situasi
Hitungan pengikat kemuka

d. Proses penyajian data, mencakup :

Penggambaran.

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

1.4

Laporan.
Waktu dan Pelaksanaan

Waktu dan tempat praktikum adalah:


Hari :
Jumat s/d Sabtu
Tanggal
:
25-26 Maret 2016
Pukul :
08.00 s/d selesai
Tempat
:
Desa Sungai Paku, Kecamatan Kampar Kiri

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


BAB II
PENGENALAN ALAT

2.1 Alat Ukur Sipat Ruang


Dengan alat ukur sipat ruang (Theodolite) kita dapat mengukur sudutsudut dua titik atau lebih dan udut curaman terhadap bidang yang horizontal
pada titik pembacaan. Dengan alat ini kita akan mendapatkan suatu sudut
horizontal dan sudut vertical. Ketelitian dan garis tengah lingkaran vertical
berskala menjadi pelengkap Theodolite.
2.1.1 Konstruksi Theodolite
Secara umum konstruksi Theodolite terdiri dari 3 (tiga) bagian utama,
yaitu:
1. Bagian bawah yang tidak dapat bergerak dan berlandaskan pada statip
2. Bagian atas yang dapat digerakkan secara horizontal,
3. Bagian teropong yaitu alat bidik yang dapat digerakkan secara vertical dan
bersamaan dengan bagian atasnya dapat digerakkan secara horizontal.
Setiap Theodolite pada umumnya mempunyai bagian- bagian yang
sama. Perbedaan antara satu dengan yang lain biasanya pada tingkat ketelitian
dan cara pengoperasiannya.
Pada Theodolite dikenal tiga macam system sumbu (gambar 2.6), yaitu:
a. Sumbu I, sejajar dengan garis gaya berat (menuju pusat bumi)
b. Sumbu II, sejajar dengan bidang nivo dan tegak lurus dengan sumbu I
c. Sumbu nivo indek (nivo tabung koinsidensi) sejajar dengan garis bidik
Suatu Theodolite dapat dikatakan dalam keadaan baik atau sempurna
dan layak digunakan untuk pengukuran apabila:
a. Sumbu nivo aldehide (nivo tabung) tegak lurus sumbu I
b. Garis bidik tegak lurus sumbu II

c. Sumbu II tegak lurus sumbu I

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


d. Sumbu nivo indek (nivo tabung koinsidensi) sejajar dengan garis bidik atau
koinsidensi, bila garis bidik distel horizontal.
Catatan :
a. Nivo kotak, adalah nivo yang berguna mengatur sentring alat ke target.
b. Nivo aldehide, nivo yang mengatur agar sumbu I benar-benar tegak.
c. Nivo indeks, adalah nivo yang mengatur sumbu II benar-benar datar.
Sumbu nivo indeks

Sumbu II
Z

Y
X
Sumbu I

Gambar 2.1Sistem Sumbu pada Theodolite


2.1.2 Macam-macam Theodolite
Ada berbagai jenis Theodolite menurut bagian dan ketelitiannya.
A. Menurut bagiannya
1. Theodolite WILD T-0
Tingkat ketelitian alat ini rendah, dengan pembagian skala kecil dari 1-10.
Tempat pembacaan skala horizontal dan skala vertical terpisah, bayangan yang
tampak pada teropong adalah terbalik. Alat ini mempunyai kompas sendiri (built
in compass) sehingga pembacaan horizontal langsung menunjukkan araj utara
kompas. Sedangkan pembacaan vertical menunjukkan Zenith.
2. Theodolite SOKKISHA TS-20A
Theodolite ini mempunyai tingkat ketelitian yang rendah dengan pembagian skala
terkecil adalah 1. Theodolite ini mempunyai system dua tingkat, yag bertujuan
apabila hendak melakukan pengukuran horizontal, maka bacaan skala verticaharus
90 agar kedudukan alat benar-benar horizontal.
3. Theodolite TM20E
Tingkat ketelitian dari Theodolite ini dapat dibaca sampai ketelitian 20 melalui
satu teropong. Apabila alat ini diutarakan terlebih dahulu maka bacaan

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


horizontalnya adalah bacaan Azimuth geografis. Bayangan yang terlihat pada alat
ini adalah tegak.
4. Theodolite NIKON NE20S
Theodolite ini merupakan Theodolite yang menggunakan system digital, dengan
tingkat ketelitian 20, cara penggunaannya sama dengan Theodolite TM20E.
5. Theodolite NIKON NE101
Tingkat ketelitian dari Theodolite ini dapat dibaca sampai ketelitian 5. Theodolite
ini juga merupakan Theodolite yang menggunakan system digital.
6. Theodolite NIKON NE100
Tingkat ketelitian dari Theodolite ini dapat dibaca sampai ketelitian 1. Theodolite
ini juga merupakan Theodolite yang menggunakan system digital.

Gambar 2.2 Theodolite Nikon


(Sumber: Google.com)
B. Berdasarkan kebutuhan tingkat ketelitian pengukuran sudutnya, Theodolite
dibedakan atas empat macam, yaitu:

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


1. Theodolite dengan ketelitian rendah (low precision), dengan pembagian skala
terendah 1-10. Contoh: Wild T-0, Sokkisha 60, dan Zeiss theo-080A.
2. Theodolite dengan ketelitian sedang (medium precision), dengan pembagian
skala terendah 1-10. Contoh: Fennel FT-1A, Kern DKM-1, Wild T16 dan
Kern K1-A, Zeiss theo-010A.
3. Theodilite teliti (high precision), denagn pembagian skala terkecil antara 1-1-.
Contoh: Kern DKM-2a, Nikon NT-3.
4. Theodolite sangat teliti (highest precision), dengan skala terkecil lebih dari 1.
Contoh: Wild T-3, Kern DKM-3, Zeis theo-002.

Gambar 2.3 Theodolite Nikon


(Sumber: Google.com)
1

Alat Ukur Sipat Datar


Alat ukur sipat datar (Waterpass) ini dirancang konstruksinya sedemikian
rupa sesuai dengan fungsinya, yaitu untuk mengukur beda tinggi antara dua titik
atau lebih di permukaan bumi.
Pada alat ukur sipat datar tingkat ketelitiannya tergantung pada kepekaan
nivo tabung dan pembesaran teropongnya. Kepekaan nivo tabung ditentukan oleh
jari-jari busur nivo tabung tersebut. Makin besar jari-jari busur nivo tabung
tersebut, maka kepekaanya juga semakin tinggi. Ini berarti alat ukur sipat datar
tersebut memiliki ketelitian yang makin tinggi.
Pada dasarnya alat ukur sipat datar terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu:
1. Teropong, untuk membidik rambu dan memperbesar bayangan rambu.
2. Nivo tabung, diletakkan pada teropong untuk mengatur teropong agar garis bidik
mendatar.

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


3. Kiap (Lavelling Head/Base Plate), pada bagian ini terdapat tiga buah sekrup dan
nivo tabung yang fungsinya digunakan untuk mensejajarkan sumbu satu (sumbu
tegak) Waterpass dengan garis gaya berat.

Gambar2.4 Alat Ukur Sipat Datar


(sumber : google.com)
Beberapa alat ukur jarak yang umumnya digunakan diantaranya adalah rantai
ukur, baja ukur dan pita ukur, yang digunakan untuk mengukur jarak secara
langsung, sedangkan untuk mengukur jarak secara tidak langsung dapat digunakan
alat ukur EDM ( penukuran jarak menggunakan gelombang elektromagnetik) dan
pengukuran jarak dengan metoda trigonometri, tachimetry serta metoda lainnya.
1.5

Alat Ukur Jarak


Beberapa alat ukur jarak yang umumnya digunakan diantaranya adalah

rantai ukur, baja ukur dan pita ukur, yang digunakan untuk mengukur jarak secara
langsung, sedangkan untuk mengukur jarak secara tidak langsung dapat digunakan
alat ukur EDM ( penukuran jarak menggunakan gelombang elektromagnetik) dan
pengukuran jarak dengan metoda trigonometri, tachimetry serta metoda lainnya.
Jarak sisi-sisi polygon umumnya cukup diukur dengan menggunakan baja
atau pita ukur yang dilakukan 2 (dua).

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


Untuk mengukur jarak dari satu titik ke titik lainnya menggunakan rantai,
baja atau pita ukur, usahakanlah pengukuran tersebut dilakukan secermat dan
sebaik mungkin dengan aturan sebagai berikut:
a. Usahakan selalu baja atau pita ukur dalam keadaan sedatar mungkin dan tidak
kendor.
b. Jika daerah pengukuran terjal dan berbukit, maka sebaiknya lakukan pengukuran
jarak yan dibagi atas beberapa bagian (slag), agar diperoleh ketelitian yang baik.
2.3.1 Secara Konvensional
Cara ini menggunakan pita ukur atau rantai ukur. Ada beberapa cara
diperhatikan bila menggunakan cara ini, yaitu:
1. Jika jarak melebihi pita, maka pengukuran dilakukan secara bertahap.
2. Pengukuran dilakukan pulang pergi untuk satu slag pengukuran
3. Gunakan pita ukur dengan baik.
2.3.2 Secara Elektronis
Pengukuran elektronis dilakukan dengan alat EDM (Electrinic Distance Meter).
Denagn alat ini diperlukan alat tambahan berupa reflector yang berfungsi
mengembalikan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh EDM kembali
ke alat tersebut agar dapat dilakukan pemprosesan perhitungan jarak. Jadi alat ini
memberikan hasil secara didital dan hasilnya lebih teliti.
2.3.3Metoda Tachymetry
Dalam metoda ini, jarak ditentukan dengan menggunakan prinsip
Trigonometry. Prinsip ini didukung oleh data yang didapat dari bacaan benang
diafragma pada Theodolite. Jarak ini didapat dengan rumus:

Dimana:

d
BA
BB
V

d = k*(BA-BB)
V
= jarak (m)
= Bacaan benang atas
= Bacaan benang bawah
= Sudut vertical ( )

2.3.4 Alat Bantu Pengukuran


Ada beberapa alat bantu dalam pengukuran yaitu:
1. Statip
RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


Berguna sebagi tempat diletakkannya Theodolite, ketiga kaki statip dapat dinaik
atau diturunkan dengan melonggarkan sekrup pengatur kaki.

Gambar 2.5 Statip


(sumber : google.com)
2. Rambu ukur
Alat ini berbentuk mistar yang besar dengan satuan panjang terkecil adalah cm,
namun ada skala 0.5 cm. satu bagian besarnya 10 cm dan ditandai oleh dua bagian
yang terpisah dengan panjang 5 cm dengan demikian panjang terkecil yang
terdapat di rambu ukur adala 1 cm.

Gambar 2.6 Rambu Ukur


(sumber : google.com)
3. Unting-unting
Unting-unting ini berguna untuk penyetringan alat ukur yang memiliki setring
optos. Unting-unting terdiri dari benang yang diberi pemberat.

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Gambar 2.7 Unting-unting


(sumber : google.com)
4. Kompas
Berguna untuk menentukan arah utara geografis agar memudahkan mencari nilai
sudut Azimuth yang pasti.

Gambar 2.8 Kompas


(sumber : google.com)
1.6

Kesalahan Pengukuran

2.4.1 Sumber-sumber Kesalahan (Galat)


Beberapa kesalahan sistematis yang bersumber dari kesalahan yang
mungkin terdapat pada suatu alat Theodolite, diantaranya adalah:
a. Kesalahan miringnya sumbu I (sumbu tegak), yaitu bila kedudukan sumbu I
miring terhadapa unting-unting alat, atau dengan kata lain bahwa sumbu I tidak
sejajar dengan arah garis gaya berat.
b. Kesalahan miringnya sumbu II (sumbu mendatar), yaitu bila kedudukan sumbu II
tidak tegak lurus terhadap sumbu I
c. Kesalahan kolimasi, yaitu bila garis bidik tidak tegak lurus terhadap sumbu II
d. Kesalahan eksentrisitas, yaitu bila kedudukan pusat sumbu I (pusat nonius) tidak
tepat berhimpit dengan pusat lingkaran skala horizontal
e. Kesalahan diemetral, Bila letak nonius I tidak tepat berhadapan dengan nonius II
f. Kesalahan indeks, yaitu tidak tepatnya letak indeks bacaan lingkaran skala
vertical, bila mana teropong diarahkan secara horizontal (mendatar) diperoleh

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


harga bacaan pada lingkaran skala vertical tidak dapat menunjukkan arah 0 (pada
system sudut miring) atau tidak tepat menunjuk 90 (pada system sudut Zenith)
g. Kesalahan pembagian skala, yang umumnya kesalahan langsung dari pabrik.
Kesalahan-kesalahan sistematis tersebut diatas dapat dieliminir (dapat
dihilangkan)

secara

langsung

dilapangan

dengan

menggunakan

metoda

pengukuran tertentu, yaitu:


1. Bila suatu sudut diukur dengan cara pengukuran satu seri rangkap (pengukuran
sudut pada posisi B dan B) maka harga sudut rata-rata yang diperoleh dari bacaan
biasa dan luar biasa ((B + LB)/2), bebas dari kesalahan:
a. Miringnya sumbu I ( sumbu tegak), yaitu bila kedudukan sumbu I miring
terhadap unting-unting alat, atau dengan kata lain bahwa sumbu I tidak miring
dengan arah garis gaya berat.
b. Kolimasi, yaitu bila garis bidik tidak tegak lurus terhadap sumbu I
c. Diametral, yaitu bila letak nonius I tidak tepat terhadapan dengan sumbu
nonius II
d. Kesalahan indeks (bila yang diukur sudut vertical)
2. Bila dilakukan pembacaan sudut pada nonius I dan pada nonius II, maka harga
sudut rata-ratanya bebas dari kesalahan ekstrik (eksentristas).
2.4.2 Kesalahan Pada Pengukuran Beda Tinggi
Kesalahan- kesalahan yang terjadi pada pengukuran beda tinggi dengan
menggunakan alat ukur sipat datar (waterpass), dapat dikelompokkan kedalam:
a. Kesalahan si pengukur
b. Kesalahan alat ukur
c. Kesalahan karena pengaruh refraksi dan kelengkungan bumi
2.4.3 Kesalahan si pengukur
Kesalahan-kesalahan sipengukur dalam melakukan pengukuran, antara lain:
1. Pengukur merupakan panca indera (mata) yang tidak sempurna.
2. Pengukur kurang cermat, kurang hati-hati atau lalai serta tidak paham dalam
menggunakan alat ukur dan dalamm melakukan pembacaan rambu.
2.4.4 Kesalahan Alat Ukur
A. Kesalahan Garis Bidik

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


Kesalahan garis bidik adalah kesalahan yang terjadi akibat tidak sejajarnya
garis bidik denagn garis nivo. Pada alat ukur waterpass walaupun telah dirancang
sedemikian rupa dan tidak dapat digerak-gerakkan dalam arah vertical sehingga
diharapkan pengukuran beda tinggi lebih teliti, namun kesalahan garis bidik yang
mungkin terjadi sebaiknya tetap di perhitungkan, karena hal ini sangat
berpengaruh terhadap hasil pengukuran beda tinggi yang dilakukan.
Kesalahan garis bidik merupakan kesalahan sistematis yang bersumber
dari alat. Oleh karena itu, harganya dapat diketahui dengan jalan pengecekan
khusus yang harus dilakukan dua, yaitu sebelum dan sesudah melakukan
pengukuran sipat datar dalam satu hari pengukuran.
B. Kesalahan Nol Rambu
Pada umumnya dalam melakukan pengukuaran sipat datar, digunakan dua
rambu ukur. Salah satu atau kedua ukur rambu tersebut karena sering dipakai
menyebabkan bagian bawah rambu (disekitar skala nol) ada yang telah aus dan
akibatnya panjang rambu lebih pendek dari yang sebenarnya.
C. Kesalahan Miringnya Rambu
Bila rambu tidak terdiri betul-betul tegak, akan mengakibatkan hasil
pengukuran sipat datar tidak lagi benar karena dipengaruhi oleh kesalahan
miringnya rambu. Oleh karena itu pada waktu pengukuran harus diusahakan agar
rambu benar-benar tegak, sebab kesalahan akibat kemiringan rambu tidak dapat
dieliminir langsung dilapangan.
D. Kesalahan Pembagian Skala Rambu
Pembagian skala pada rambu seharusnya adalah sama unruk setiap interval
yang tidak sama maka rambu tersebut memiliki kesalahan pembagian skala.
Kesalahan tersebut tidak dapat dihilangkan. Oleh karena itu gunakan rambu yang
baik dalam pengukuran.
2.4.5 Kesalahan karena Pengaruh Refraksi dan Kelengkungan Bumi
Apabila dilakukan pengukuran sipat datar dari titik P ke Q, maka menurut
defenisi beda tinggi titik P dan Q adalah:

h PQ = t
m

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


Tetapi dari data ini pengukuran bila tidak dipengaruhi refraksi udara, maka
garis bidik akan menunjukkan skala m, harga (m,-m) disebut kesalahan
pengaruh kelengkungan bumi, dimana:
(m-m) =
2
D /2R

Karena lapisan udara di P atau Q mempunyai kerapatan yang tidak sama,


maka garis bidik ke m akan dibiaskan ke m, harga (m- m) ini disebut
kesalahan pengaruh refraksi udara dimana :
(m m) = k x

Jadi harga kesalahan pengaruh refraksi dan kelengkungan bumi (m m)


adalah:
(m m) = (m m) (m m )
= (1 k) x D 2 /2R

Apabila dilakukan pengukuran sipat datar antara titik O dan Q, maka akan
diperoleh harga kesalahan pengaruh refraksi dan kelengkungan bumi:
h = (( 1 k )/( 2R)) x ( D b2

Dm

))

Dimana:
h
Kl
R
Db
Dm

= Kesalahan pengaruh refraksi dan kelengkungan bumi


= Koefisien refraksi udara (0,14)
= Jari-jari bumi belakang (6370 m)
= jarak alat ke rambu belakang
= jarak alat ke rambu muka
Bidang nivo

Bidangnivo

L
Q Bidang nivo
A

bidang

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Pusat Bumi

Gambar 2.9 Pengaruh Kelengkungan Bumi Terhadap Pengukuran

BAB III
POLIGON
Pengukuran Poligon dimaksudkan untuk mendapatkan dan merapatkan titik ikat
pengukuran di lapangan dengan tujuan sebagai dasar untuk keperluan pemetaan
atau keperluan teknis lainnya.
3.1. Peralatan

Theodolite
Statip
Rambu Ukur
Payung
Patok

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


Cat Pilox
Alat Tulis
3.2. Teori Dasar
Poligon berasal dari kata polyyang berarti banyak dan gono yang berarti sudut.
Jadi poligon merupakan suatu rangkaian sudut banyak atau deretan titik yang
menghubungkan dua titik tetap (titik triangulasi).
Berdasarkan

kepada

titik-titik

tetap

(koordinat

diketahui)

dan

bentuk

geometrisnya, secara umum poligon dibedakan atas 3 macam, yakni :


a. Poligon Sempurna
Merupakan poligon yang deretan titik-titiknya terikat pada titik tetap pada awal
dan akhir poligon tersebut serta diketahui azimuth awal dan azimuth akhirnya.
Hasil ukuran dapat dikontrol dan diketahui kesalahnnya, melalui proses hitungan
perataan.

awal

akhir
Gambar 3.10 Poligon Terbuka Sempurna

b. Poligon Lepas atau Poligon Tidak Sempurna


Merupakan Poligon yang deretan titik-titiknya hanya pada satu titik tetap. Dalam
hal ini, hasil ukurannya tidak dapat dikontrol atau diketahui kesalahannya.

Gambar 11 Poligon Terbuka Tidak Sempurna


c. Poligon Tertutup
Merupakan Poligon yang deretan titik-titiknya terikat kepada satu titik tetap yang
berfungsi sebagai titik awal sekaligus titik akhirnya (artinya titik awal dan titik
akhirnya sama). Hasil pengukuran dapat dikontrol dan dikoreksi kesalahannya.

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


1

A
4
5
Gambar 12 Poligon Tertutup Sempurna
Pengolahan data dilakukan sesuai dengan tahapan proses sebagai berikut :
a. Tentukan rataan sudut horizontal dan sudut dalam
Dimana:

Hij =

1
2

(B+LB180)

+ 180, bila B > LB


- 180, bila B > LB
Untuk mencari sudut dalam
j = Hjk - Hij
b. Kesalahan penutup sudut

f = u (n-2) 180
Dimana: n = jumlah titik pengukuran
c. Toleransi kesalahan penutup sudut

f 0130

Dimana : n = jumlah titik pengukuran


d. Koreksi kesalahan penutup sudut
V = - f/n
Dimana : n = jumlah titik pengukuran
Pembagian harus merupakan bilangan bulat. Apabila pembagiannya bersisa, maka
sisa tersebut dibagi-bagikan ke sudut yang mempunyai sisi terpendek.
RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


e. Hitung harga definitif setiap sudut
= u + VI

f. Hitung azimuth sisi-sisi poligon


ij = awal + i - 180
ij = akhir + i - 180

g. Hitung selisih absis (X) dan selisih ordinat (Y) antara titik-titik poligon
Xij = dij sin ij
h. Toleransi jarak

Xij = dij cos ij

(Y ) +(Y ) 0.01 d
2

i. Hitung koreksi absis (VX) dan ordinat (Vy)


VXij = -dij X / d
VYij = -dij Y / d
j. Hitung selisih absis dan ordinat definitif
X i j = Xij + VXij
Y i j = Yij + VYij
k. Koordinat
Untuk absis
Xi = Xawal
Xj =

+ Xij
Xi

Untuk koordinat
Yi = Yawal
+ Yij
Yj = Yi

l. Beda tinggi (h)


hij(B) = 0,05(BA-BB)sin 2V + (1-bt)/1000
RAHMAYATI APRILLIA
- 1507115341
hij(LB)PUTRI
= 0,05(BA-BB)sin
2(360-V) + (1-bt)/1000

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

m. Beda tinggi rata-rata


hijrata-rata = (hij(B) + hij(LB) - hij(B) - hij(LB))/4
n. Hitung kesalahan beda tinggi
f = hurata-rata - h

o. Hitung koreksi beda tinggi


Vh = -fh/n
p. Hitung beda tinggi definitif
hij

= hijrata-rata + V h

q. Elevasi
Hj = Hi +

hij

3.3 Tahapan pelaksanaan


A. Prosedur Pelaksanaan
Tahap-tahap pelaksanaan poligon/kerangka dasar
1. Menentukan titik target yang menjadi kerangka poligon.
2. Dirikanlah alat pada titik awal pengukuran dan beri nama berlawanan arah
jarum jam, kemudian setring alat.
3. Setelah melakukan penyetringan alat, baru mulailah pengukuran
dilakukan. Bidik titik patok sebelumnya, baca kondisi biasa dan luar biasa.
4. Tempatkan alat pada kedudukan biasa, bidik target pertama yang ditemui
dari arah utara searah jarum jam. Lakukan pembacaan benang difragma
pada bagian atas, tengah dan bawahnya. Kemudian catat pembacaan skala
vertikal dan skala horizontal. Untuk pembacaan skala horizontal ini

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


sebaiknya vizier atau teropong diarahkan langsung ke patok yang dapat
dibidik.
5. Arahkan vizier/teropong ke titik target berikutnya, catatlah bacaan benang
difragma dan bacaan skala vertikal serta skala horizontalnya.
6. Masih pada titik yang sam, ubahlah posisi alat dari kondisi biasa ke posisi
luar biasa. Catatlah bacaan benang difragma, skala vertikal dan skala
horizontalnya.
7. Arahkanlah kembali teropong ke target pertama tadi. Lakukanlah
pembacaan benang diafragma serta skala vertikal dan horizontalnya.
8. Untuk keperluan beda tinggi ukur tinggi alat dari permukaan tanah.
9. Kemudian pindahkan alat ke titik selanjutnya. Lakukanlah hal yang sama
dari titik tersebut terhadap dua titik yang mengapitnya.
3.4 Tahapan Pengolahan Data

Jarak
BABB
x sin2 (vertikal)
10

= 69.9989 m
Sudut Beta Dalam
= Bacaan Belakang Bacaan Depan
= 189,6227778

Koordinat
X = Xawal + Jarak sin
= 1038.548
Y = Yawal + Jarak cos
= 941.572

Dicari nilai Vx
:
dP 0P1
Vx
=
d

* fx

= 0.000318514 m
RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Dicari nilai Vy
:
dP 0P1
Vy
=
d

* fy

= 0.001001088 m

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


Hasil pengukuran dapat dilihat dalam tabel.

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


BAB IV
PENGIKATAN KEMUKA

4.1. Peralatan
1.
2.
3.
4.
5.

Theodolite
Statip
Meteran
Rambu
Alat Tulis
4.2.Dasar Teori
Pengunaan metoda pengikatan kemuka pada pekerjaan ukur tanah
dilakukan umumnya untuk daerah-daerah yang jarak sisi-sisi dari suatu jaringan
kerangka horizontal tidak dapat diukur langsung dengan alat ukur jarak.
Penggunaan metode pengikat kemuka ini memerlukan minimal dua titik
tetap yang telah diketahui.

Pengikat Kemuka Didasarkan pada


Sudut titik yang diketahui
Penentuan Koordinat
satu titik

Pengikatan Kebelakang Didasarkan


pada Sudut Titik yang Tidak Diketahui

Koordinat titk P ditentukan dari koordinat titik A (XA,YA) dan koordinat titik B
(XB, YB) dengan cara mengukur lansung dilapangan sudut-sudut pada kedua titik
tetap tersebut.
Titik tersebut adalah 1 ( <PAB) dan

2 ( <ABP)Koordinat titik P ditentukan

dari titik A (XA, YA)


X P1 =

XA

+ d AP sin AP

Y P 1 = Y A + d AP cos AP
Koordinat titik P ditentukan dari titik B (XB, YB)
X P2 =

X B + d AP sin BP

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


Y P2

= YB

+ d AP cos BP
P

Diketahui:
A ( xa ,
B ( xb ,

d AP

AB

AP ,
BP

d BP

AP

ya )
yb )

d AB

BP
BP
B

Gambar 13 Pengikat Kemuka


Jarak ditentukan dengan:
= (xb xa) / Sin AB

d AP
d AB

= ( yb -

y a )/ cos AB

d AP / Sin

= d
/ Sin {180 ( + )}
AB

d AP

= Sin

* { d AB /Sin ( + )}

= d AB / Sin ( + )

Jika m

maka

d AP = m * Sin

Distance BP
d BP
d BP

/ Sin

= Sin
Jika m

= d
/ Sin {180 ( + )}
AB
* { d AB /Sin ( + )}

= d AB / Sin ( + )

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


d BP

= m * Sin

Penentuan jarak antar titik digunakan persamaan


d AB
Sin

d AP
Sin

d BP
sin

Koordinat defenitif titik P adalah harga rerata kedua hasil hitungan diatas:
XP =

YP

X P 1 + X
2

Y P 1+ Y

P2

P2

4.3 Tahapan Pelaksanaan


1. Prosedur Pelaksanaan
a. Tentukan lokasi tempat pengukuran
b. Tentukan 2 buah titik referensi yan akan digunakan sebagai titik dasar
pengukuran
c. Ukur panjang kedua titik tersebut
d. Letakkan alat Theodolite pada salah satu titik dasar kemudian setting alat
sehingga dapat digunakan untuk penukuran
e. Tentukan arah utara alat pada sudut 0 00
f. Pilih target pertama pada titik dasar kedua, kemudian baca sudut horizontal
dengan bacaan seri rangkap
g. Kemudian arahkan alat ke target pada suatu titik sasaran yang akan kita
tentukan posisinya dan baca sudut horizontalnya
h. Kemudian ulangi langkah f dan g
i. Selanjutnya lakukan perhitungan sesuai dengan teori dasar

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


4.4 Data Pengukuran
U

U
p

A
B

Diketahui :
AB =

225 33 00

AP =

292 45 50

Bluar = 249 29 50
dAB =

50 m

4.5 Tahapan Pengolahan Data


Diketahui :
AB =

225 33 00

AP =

292 45 50

Bluar = 249 29 50

A= AP- AB

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


= 292 45 50 - 225 33 00
= 67 12 40
B= 360 Bluar
= 360 - 249 29 50
= 110 30 10
P= 180 A -B
= 180 - 67 12 40 - 110 30 10
= 2 17 10
BP
sin A

AB
sin P

BP
sin67 12 ' 40

0,9219382834

BP

50
sin2 17 ' 10
50
0,0398895795

BP 0,0398895795 = 46,09691417
AC =

46,09691417
0,0398895795

AC = 1155,612938 M
PA
sin B

AB
sin P

PA
sin110 30 ' 10

AB
sin2 17 ' 10

0,9366552096

PA

50
0,0398895795

PA 0,0398895795 = 46,83276048
PA

46,83276048
0,0398895795

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


PA

= 1174,060019 M

Sin B =
PC

OC
AC

= Sin A x PA
= Sin 67 12 40 x 1174,060019
= 0,9219382834 x 1174,060019
= 1082,410871 M .

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


4.5 Tabel dan Gambar
Tabel 5.3. Pengukuran Pengikat Kemuka
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

dalam

dalam

dalam

ungai

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Penyelesaian
=

AP

'

AB
1

67.21111111

67

B
=

360

luar
3

110.5027778

110

A
dala
=

180

B
-

dalam
1

2.286111111

B
=

AB

180

dalam

295.047222

29

dAB

sinb

1174.060

1155.61

sin P
sin
=

dAB

sinP
sin
=

dAp

1082.41087
=

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


BAB V
POTONGAN MELINTANG DAN MEMANJANG
(PROFIL)

5.1 Profil Memanjang


5.1.1 Peralatan
a. 1 set Waterpass
b. 1 set meteran
c. 1 set alat tulis
d. Statif
e. Payung
f. Rambu ukur
5.1.2 Dasar Teori
Maksud dan tujuan pengukuran profil memanjang adalah untuk
menentukan ketinggian titik-titik sepanjang garis proyek, sehingga dapat
digambarkan irisan tegak keadaan permukaan tanah sepanjang garis rencana
proyek tersebut. Jadi, profil adalah irisan tegak permukaan bumi.
Untuk menggambarkan profil memanjang dari suatu rencana proyek
diperlukan ketinggian dan jarak mendatar antara titik-titik tersebut. Ketinggian
dihitung dari beda tinggi titik-titik tersebut dari titik datumnya ( titik referensi
hitungan ). Sedangkan jarak mendatarnya diambil untuk setiap jarak tertentu,
misalnya diukur dengan pita ukur kemudian ditandai dengan patok atau
berpedoman kepada tali yang sudah diberi tanda setiap jarak-jarak tertentu,
kemudian direntang disepanjang garis rencana proyek.
Pengukuran profil memanjang dan melintang dilakukan pada proyek
pengukuran untuk jalan raya, saluran irigasi, jaringan transmisi tegangan tinggi
dan lain-lain.

5.1.3 Metoda Perhitungan


1. Hitung jarak optis dengan rumus:

dij = k* (BA BB) sin 2


RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


Dimana: BA = Bacaan benang atas (mm)
BB = Bacaan benang bawah (mm)
V = Sudut vertical ( )
Dij = jarak optis (m)
Karena waterpass selalu berada dalam keadaan mendatar (90 ), sehingga sin2V
selalu bernilai satu, sehingga persamaan diatas berubah menjadi :

dij = k* (BT-BB)
Penentuan jarak optos ini dapat juga digunakanuntuk mengontrol benar atau
tidaknya pembacaan benang diafragma.
2. Hitung beda tinggi dengan rumus:
1
Dimana:
h = k* (BA BB ) *
sin 2V + ( TA BT )/1000
2
h
= beda tinggi (mm)
BA
= Bacaan benang atas (mm)
BB
= Bacaan benang bawah (mm)
BT
= Bacaan benang tengah (mm)
V
= Sudut vertical ( )
I
= Tinggi alat (m)
Karena waterpass selalu berada dalam keadaan mendatar (90 ) sehingga sin2V
bernilai nol, maka persamaan diatas menjadi:
h = (TA BT)/1000
Apabila beda tinggi yang diperoleh bernilai negative, berarti titik dimana alat
berdiri lebih tinggi dari target. Dan apabila yan diperoleh bernilai positif, berarti
titik target lebih tinggi.
3. Hitung elevasi/ketinggian (h)

masing-masig titik

pengukuran

Dimana:

H B = H A +
H B = elevasi titik target
(m)
h AB
H A = elevasi titik acuan (m)
h AB =beda tinggi hasil pengukuran dari A dan B (m)

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


5.1.4 Tapan Pelaksanaan
Pada pengambilan data dilapangan, dilaksanakan tahapan pelaksanaan
berikut yang merupakan tahapan pengukuran profil memanjang dan melintang:
a. Siapkanlah peralatan dan keperluan pengukuran.;
b. Tentukanlah daerah yang akan diukur (orientasi medan);.
c. Pengukuran profil memanjang:
1. Tentukan titik-titik sepanjang garis rencana proyek denga jarak 10 m
(misal titik A G);
2. Dirikanlah alat diantara titik tersebut (misal: alat diantara A-B, B-C
dst) lalu sentring alat;
3. Baca benang diafragma rambu A kemudian putar alat dan baca rambu
B;
4. Pembacaan diafragma juga dilakukan setiap kelipatan 2 meter dan
titik ekstrim, lakukan hal yang sama untuk semua slag;
5. Pengukuran dilakukan pulang pergi;
6. Ukurlah tinggi alat.

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


6.1.5 Data Pengukuran
Tabel 6.4. Data Pengukuran Lavelling
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru

S
T
A

0
0
0
5

T
I
T
I
K

B
E
L
A
K
A
N
G
T
E
N
G
A
H

M
U
K
A
T
A
N
G
A
H

J
A
R
A
K

B
E
D
A
T
I
N
G
G
I

3
5
.
0
0
0

C
L

0
+
0
0
0

b
a

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

E
L
E
V
A
S
I

1
9
5
5

1
0

1
6
9
0
1
2
7
2

7
.
6
1
.
6

0
.
1
3

3
5
.
1
3

0
.
6
3
0
.
3
6
5
0
.
0
5
3

3
4
.
5
3
4
.
7
6
5
3
5
.
1
8

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


0
+
0
0
0

C
L

1
4
5
5

1
2
4
3

1
3
0
3

2
0
+
0
1
5

0
+
0
1
5

1
3
2
5

0
.
0
8
2

6
.
7

0
.
0
2
2
1
.
3
5

4
8
0

1
1
5
0

6
.
2
3
.
1
3

1
1
9
0

1
3
7
5

2
.
7

0
0
.
1
8
5

1
1
4
0
5
4
7

2
.
9
5
5
.
6

0
.
0
5
0
.
6

C
L

2
5
4
0

2
3

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

0
.
7
1
0
.
0
4

3
3
5
.
1
3
3
5
.
2
1
2
3
5
.
1
5
2
3
6
.
4
8
3
7
.
1
9
3
6
.
5
2
3
6
.
4
8
3
6
.
2
9
5
3
6
.
5
3
3
7
.

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


4
3
0
+
0
2
5

1
.
1
7
2

6
9
0

1
0

0
.
5

9
3
5

3
.
2

0
.
2
5
5

1
1
7
8

2
.
4
2

0
.
0
1
2

1
1
9
0

1
.
9

0
.
1
7

0
+
0
2
5

C
L

2
3
6
2

1
3
6
0

S
T
A

2
T
I
T
I
K

B
E
L
A
K
A
N

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

1
1
5
0
M
U
K
A

2
.
1
J
A
R
A
K

0
.
0
4
B
E
D
A
T
I

1
2
3
3
7
.
6
5
2
3
8
.
1
5
2
3
7
.
9
0
7
3
7
.
6
6
4
3
7
.
6
5
2
3
7
.
4
8
2
3
7
.
6
9
2
E
L
E
V
A
S
I

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

G
T
E
N
G
A
H

N
G
G
I
T
A
N
G
A
H

5
8
3

3
.
0
5

0
+
0
3
5

0
.
5
7
3

5
5
5

0
.
7
5

1
0
5
9

2
.
7
2

0
.
2
4
6

1
4
0
5

2
.
6

0
.
1

1
3
0
5

1
2
7
5

1
.
2
2

0
.
0
3

0
+
0
3
5

0
.
6
0
7

C
L

1
8
7
8

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

3
8
.
2
5
9
3
8
.
2
2
5
3
8
.
9
7
5
3
8
.
4
7
1
3
8
.
1
2
5
3
8
.
2
2
5
3
8
.
2
5
5

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

1
0
9
4

2
0
+
0
4
0
.
3

3
8
.
4
3
6

0
.
7
3
6

3
8
.
9
6
1

6
9
5

1
0

1
.
1
3

7
1
2

6
.
9
2

1
.
1
1
3

1
1
4
8

6
.
3
6

0
.
6
7
7

1
5
3
4

3
.
4

0
.
2
9
1

1
7
3
5

2
.
9

0
.
0
9

4
0
.
0
9
1
4
0
.
0
7
4
3
9
.
6
3
8
3
9
.
2
5
2
3
9
.
0
5
1

0
0
.

3
8
.
9
6
1
3
9

0
+
0
4
0
.
3

1
.
6

0
.
2
1
1

C
L
1

2
5
6
1

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

1
8
2
5
1
7

0
5

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


0
4
5

8
0

0
+
0
5
0

0
.
0
6
0
.
1
5
5

0
.
0
6
7

1
8
8
5

0
+
0
5
0

6
.
1
4

1
7
3
5

2
.
6

1
8
0
2

1
9
7
0

2
.
5

2
5
3
0

4
.
4
3

1
4
6
0

1
.
0
5

C
L

1
6
4
7

0
+
0
7
5
a

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

.
0
0
6
3
8
.
9
0
1
3
8
.
8
0
6

0
0
.
1
6
8
0
.
7
2
8
0
.
0
7
4

3
8
.
8
7
3
3
8
.
8
0
6
3
8
.
6
3
8
3
8
.
0
7
8
3
8
.
7
3
2

0
.
0
0
5

3
8
.
7
3

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

0
+
0
7
5

C
L

1
3
9
1

1
4
6
5

1
.
5
9
1
1
.
0
2
4
1
.
0
2
4
0
.
0
4
7
B
E
D

3
6
.
9
2
3
7
.
4
8
7
3
7
.
4
8
7
3
8
.
4
6
4
E
L
E

1
4
6
2

0
.
0
0
3

2
3
6
5

4
.
9
4

0
+
1
0
0

S
T
A

0
.
9
0
.
2
2
1

7
3
8
.
7
3
2
3
8
.
7
3
5
3
7
.
8
3
2
3
8
.
5
1
1

2
9
1
2

5
.
1

2
3
4
5

4
.
2

2
3
4
5

4
.
0
5

a
T
I
T

1
3
6
8
M
U
K

2
.
2
J
A
R

B
E
L

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


A

I
K

0
+
1
0
0

A
K
A
N
G
T
E
N
G
A
H

1
3
2
1

1
4
0
5

2
.
2

2
1
6
3

3
.
4

C
L

1
1
0
0

A
T
A
N
G
A
H

A
K

0
+
1
2
5

c
b

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

T
I
N
G
G
I

0
0
.
0
8
4
0
.
8
4
2
0
.
1
1

2
8
2
0

5
.
1
7

1
.
4

2
3
5
0
2
3

4
.
4
4

0
.
9
3
0

V
A
S
I

3
8
.
5
1
1
3
8
.
4
2
7
3
7
.
6
6
9
3
8
.
4
0
1
3
7
.
0
0
1
3
7
.
4
7
1
3
7

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

0
.
1
3
5
1
.
4
3
3
0
.
8
8
3
0
.
8
8
3

3
7
.
1
0
3
3
7
.
6
5
3
3
7
.
6
5
3

5
0

.
5

1
5
7
0

2
.
6
5

0
.
1
5

1
4
2
0

1
4
6
5

2
.
5

2
2
0
5

3
.
3
5

0
0
.
0
4
5
0
.
7
8
5

a
0
+
1
2
5

.
4
7
1
3
8
.
2
5
1
3
8
.
4
0
1
3
8
.
3
5
6
3
7
.
6
1
6
3
8
.
5
3
6

.
9
3

C
L

1
3
1
0

0
+
1
5
0

2
7
1
8

5
.
3

2
1
6
8

4
.
3
5

2
1
6
8

4
.
2

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

a
0
+
1
5
0

C
L

1
4
2
0

1
2
8
5

2
.
2

1
9
5
3

3
.
5

0
+
1
7
5

2
5
1
0

4
.
1

1
9
7
8

3
.
7

1
9
7
8
1
5
0
7

3
.
5
5
2
.
5

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

1
.
1
0
.
5
6
8
0
.
5
6
8
0
.
0

3
7
.
4
1
3
3
7
.
9
4
5
3
7
.
9
4
5
3
8
.
4

1
2
3
7

0
.
0
4
8

1
4
4
5

b
a

0
.
1
6
0
.
6
6
8
0
.
0
2
3

3
8
.
5
8
4
3
8
.
5
3
6
3
8
.
3
7
6
3
7
.
8
6
8
3
8
.
5
1
3

2
.
1
5

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


9
7
0
+
1
7
5

1
4
1
0

1
5
0
8

2
.
5

2
0
0
2

3
.
5

2
5
6
5

4
.
5

C
L

1
3
8
7

0
+
2
0
0

2
5
0
0

4
.
9

2
0
0
5

3
.
4

2
0
0
5
1
6

3
.
3
5
2

b
a

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

0
.
0
3
8

1
6
3
8
.
5
1
3
3
8
.
4
1
5
3
7
.
9
2
1
3
7
.
3
5
8
3
8
.
5
5
1

1
.
0
3
3
0
.
5
3
8
0
.
5
3
8
0

3
7
.
5
1
8
3
8
.
0
1
3
3
8
.
0
1
3
3
8

0
0
.
0
9
8
0
.
5
9
2
1
.
1
5
5

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

4
0

S
T
A

0
+
2
0
0

T
I
T
I
K

B
E
L
A
K
A
N
G
T
E
N
G
A
H

J
A
R
A
K

1
4
6
7

1
7
1
0

2
.
5

2
1
3
0

3
.
2

C
L

1
5
0
5

M
U
K
A
T
A
N
G
A
H

.
5

0
+
2
2
5

d
c

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

2
3
5
0
1

3
.
2
3
-

.
1
7
3
B
E
D
A
T
I
N
G
G
I

.
3
7
8

E
L
E
V
A
S
I

0
.
0
4

3
8
.
5
5
1
3
8
.
3
0
8
3
7
.
8
8
8
3
8
.
5
1
1

0
.
9
4
5
-

3
7
.
5
6
6
3

0
0
.
2
4
3
0
.
6
6
3

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

0
+
2
2
5

8
6
0

2
.
9
3

1
8
6
0

2
.
7
8

1
4
7
0

2
.
5

1
4
0
5

1
4
4
0

2
.
5

1
4
8
0

2
.
9

1
7
7
0

3
.
2
7

2
6
8
0

6
.
2
4

C
L

1
3
6
5

0
+
2
5
0

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

0
.
4
5
5
0
.
4
5
5
0
.
0
6
5

0
0
.
0
3
5
0
.
0
7
5
0
.
3
6
5
1
.
2
7
5
0
.
1
1

8
.
0
5
6
3
8
.
0
5
6
3
8
.
4
4
6
3
8
.
5
1
1
3
8
.
4
7
6
3
8
.
4
3
6
3
8
.
1
4
6
3
7
.
2
3
6
3
8
.
4
0
1

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

2
6
5
8

1
9
8
0

4
.
2
6

1
8
0
6

3
.
7
2

1
6
7
1

3
.
1
5

0
.
5
0
.
3
2
6
0
.
1
9
1

1
4
8
0

1
6
4
0

2
.
4
5

2
1
9
2

3
.
5

0
+
2
5
0

1
.
1
7
8

C
L

1
3
7
0

0
+
2
7
5
d

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

2
2
2

5
.

3
7
.
2
2
3
3
7
.
9
0
1
3
8
.
0
7
5

0
.
0
7

3
8
.
2
1
3
8
.
4
0
1
3
8
.
2
4
1
3
7
.
6
8
9
3
8
.
3
3
1

0
.

3
7
.

0
.
1
6
0
.
7
1
2

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

0
+
2
7
5

0
9

1
7
0
0

3
.
7
6

1
6
5
0

3
.
3

1
4
3
4

2
.
4

1
3
4
5

C
L

1
2
7
5

1
3
9
6

2
.
2
6

1
7
7
1

3
.
1
5

0
+
3
0
0

c
b

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

1
9
5
5
1

3
.
6
5
-

8
7
7
0
.
3
5
5
0
.
3
0
5
0
.
0
8
9

0
0
.
0
5
1
0
.
4
2
6

4
5
4
3
7
.
9
7
6
3
8
.
0
2
6
3
8
.
2
4
2
3
8
.
3
3
1

0
.
0
3
8

3
8
.
2
8
3
7
.
9
0
5
3
8
.
3
6
9

0
.
6
1
8
-

3
7
.
7
5
1
3

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

S
T
A

0
+
3
0
0

T
I
T
I
K

B
E
L
A
K
A
N
G
T
E
N
G
A
H

1
4
2
0

2
.
1

M
U
K
A
T
A
N
G
A
H

J
A
R
A
K

1
3
3
7

1
4
6
5

2
.
7
5

1
8
5
0

3
.
3
5

C
L

1
3
7
5

6
5
0

2
.
8
5

0
+
3
2
5

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

0
.
3
1
3
0
.
0
8
3
B
E
D
A
T
I
N
G
G
I

0
0
.
1
2
8
0
.
5
1
3
0
.
0
6
5

8
.
0
5
6
3
8
.
2
8
6

E
L
E
V
A
S
I

3
8
.
3
6
9
3
8
.
2
4
1
3
7
.
8
5
6
3
8
.
4
3
4

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

0
+
3
2
5

0
.
0
2

3
7
.
8
9
4
3
8
.
2
8
9
3
8
.
4
3
9
3
8
.
4
3
4
3
8
.
2
4
4
3
8
.
0
7
9
3
8
.
4
1
4

0
.
4
6
5
0
.
0

3
7
.
9
4
9
3
8
.
3

1
8
9
5

4
.
3
7

1
5
0
0

2
.
5
9

0
.
5
4
0
.
1
4
5

1
3
5
0

1
.
8

0
.
0
0
5

1
3
5
5

1
5
4
5

2
.
6
5

1
7
1
0

3
.
2

C
L

1
4
2
0

0
+
3
5
0

d
c

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

1
9
6
5
1
5
8
5

3
.
8
2
.
8

0
.
1
9
0
.
3
5
5

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

0
+
3
5
0

2
.
5

8
5
0
.
0
8
5

1
5
3
0

1
6
8
0

3
.
2

0
.
1
8

2
2
8
0

4
.
1
5

0
.
7
8

2
9
3
8
.
3
2
9
3
8
.
4
4
4
3
8
.
4
1
4
3
8
.
3
8
4
3
8
.
2
3
4
3
7
.
6
3
4

2
0
0
0
1
5
7

4
.
3
5
3
.

0
.
4
9
5
0
.

3
7
.
1
3
9
3
7
.

1
5
8
5

1
4
7
0

0
.
0
3

1
5
0
0

2
.
5

0
.
0
3

C
L

1
4
8
0

3
0
+
3
7
5

d
c

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

a
0
+
3
7
5

C
L

1
3
0
5

2
0
+
4
0
0

c
b

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

0
6
5

1
4
7
0

2
.
5
5

0
.
0
3
5

1
4
7
0

1
.
8

0
.
0
3
5

1
5
0
5

1
6
1
5

2
.
7
5

0
.
1
1

2
1
0
5

3
.
5
5

0
.
6

5
6
9
3
7
.
6
6
9
3
7
.
6
6
9
3
7
.
6
3
4
3
7
.
5
2
4
3
7
.
0
3
4

0
.
6
6
5
0
.
1
8
5
0

3
6
.
3
6
9
3
6
.
8
4
9
3
6

2
0
8
5

3
.
7

1
6
0
5
1
6

2
.
8
2

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

.
6

.
1
8
5

1
4
5
0

1
.
9

0
.
0
3

1
4
2
0

0
5

a
0
+
4
0
0

S
T
A

C
L

T
I
T
I
K

1
5
3
5

B
E
L
A
K
A
N
G
T
E
N
G
A
H

2
0
+
4
2
5
b

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

0
B
E
D
A

.
8
4
9
3
7
.
0
0
4
3
7
.
0
3
4

E
L
E
V
A
S
I

J
A
R
A
K

T
I
N
G
G
I

2
.
6

0
.
1
1
1

1
9
8
0

3
.
4

0
.
5
6

3
6
.
9
2
3
3
6
.
4
7
4

2
2

3
5

M
U
K
A
T
A
N
G
A
H
1
5
3
1

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

1
2

.
7
5

1
6
6
0

3
.
2
5

1
2
6
3

1
3
0
0

1
.
5

1
5
4
0

2
.
2
3

1
5
6
5

2
.
7

2
2
4
0

3
.
3
5

a
0
+
4
2
5

C
L

1
3
9
5

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

.
9
4
9
0
.
3
9
7

0
0
.
0
3
7
0
.
2
7
7
0
.
3
0
2
0
.
9
7
7

.
5
2
5
3
6
.
0
7
7
3
6
.
4
7
4
3
6
.
4
3
7
3
6
.
1
9
7
3
6
.
1
7
2
3
5
.
4
9
7

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


6.1.6 Tahapan Pengolahan Data
Beda Tinggi :

0+00
0
CL

(14551325)/1000=0.13

(13251272)/1000=1.053

(13251690)/1000=0.365

(1325-1955)/1000
=-0.63

(13251243)/1000=0.082

(13251303)/1000=0.022

0+01
5
CL

(25401190)/1000=1.35

(1190-1150)/1000
=0.04

(1190480)/1000=0.71

(11901375)/1000=0.185

(11901140)/1000=0.05

(1190547)/1000=0.643

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

0+02
5
CL

(2362-1190)/1000
= 1.172

(1190-1178)/1000
= 0.012

(1190-935)/1000
= 0.255

(1190-690)/1000=
0.5

(1190-1360)/1000
= -0.17

(1190-1150)/1000
= 0.04

(1190-583)/1000
= 0.607

0+03
5
CL
A

(1305-1405)/1000
= -0.1

(1305-1059)/1000
= 0.246

(1305-555)/1000
= 0.75

(1305-1275)/1000
= 0.03

(1878-1305)/1000
= 0.573

(13051094)/1000=
0.211

0+04
0.3
CL
a

(2561-1825)/1000
= 0.736
(1825-1735)/1000

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


=

(1825-1534)/1000
= 0.291

(1825-1148)/1000
= 0.677

(1825-712)/1000=
1.113

(1825-695)/1000
= 1,13

(1825-1780)/1000
= 0.045

(1825-1885)/1000
= -0.06

0+05
0
CL
a

(1647-1802)/1000
= -0.155
(1802-1735)/1000
= 0.067

(1802-1970)/1000
= -0.168

(1802-2530)/1000
= -0.728

0+07
5
CL

(1391-1465)/1000
=-0.074

(1465-1460)/1000
= 0.005

(1465-1462)/1000
= 0.003

0.09

(1465-2365)/1000
= -0.9

0+10
0

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

CL

(1100-1321)/1000
= -0.221

(1321-1368)/1000
= -0.047

(1321-2345)/1000
= -1.024

(1321-2345)/1000
=-1.024

(1321-2912)/1000
= -1.591

(1321-1405)/1000
= -1.084

(1321-2163)/1000
= -0.842

0+12
5
CL

(1310-1420)/1000
= -0.11

(1420-1570)/1000
= -0.15

(1420-2350)/1000
=
-0.93

(1420-2350)/1000
= -0.93

(1420-2820)/1000
= -1.4

(1420-1465)/1000
= -0.045

(1420-2205)/1000
= -0.785

0+15
0
CL

(1420-1285)/1000
= 0.135

(1285-1237)/1000
= 0.048

(1285-

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


2168)/1000=
-0.883

(1285-2168)/1000
= -0.883

(1285-2718)/1000
=-1.433

(1285-1445)/1000
= -0.16

(12851953)/1000=
-0.668

0+17
5
CL

(1387-1410)/1000
= -0.023

(1410-1507)/1000
= -0.097

(1410-1978)/1000
= -0.568

(1410-1978)/1000
= -0.568

(1410-2510)/1000
= -1.1

(14101508)/1000=
-0.098

(1410-2002)/1000
= -0.592

(1410-2565)/1000
= -1.155

0+20
0
CL

(15051467)/1000=
0.038
(1467-1640)/1000
= -0.173

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

(1467-2005)/1000
= -0.538

(1467-2005)/1000
= -0.538

(1467-2500)/1000
= -1.033

(1467-1710)/1000
= -0.234

(1467-2130)/1000
= -0.663

0+22
5
CL

(1365-1405)/1000
= -0.04

(1405-1470)/1000
= -0.065

(1405-1860)/1000
= -0.455

(1405-1860)/1000
= -0.455

(1405-2350)/1000
= -0.945

(1405-1440)/1000
= -0.035

(1405-1480)/1000
= -0.075

(1405-1770)/1000
= -0.365

(1405-2680)/1000
= -1.275

0+25
0
CL

(1370-1480)/1000
= -0.11

(1480-1671)/1000
= -0.191

(1480-1806)/1000

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


=

-0.326

(1480-1980)/1000
= -0.5

(1480-2658)/1000
= -1.178

(1480-1640)/1000
= -0.16

(1480-2192)/1000
= -1.712

0+27
5
CL

(12751345)/1000=
-0.07

(1345-1434)/1000
= -0.089

(1345-1650)/1000
= -0.305

(1345-1700)/1000
= -0.355

(1345-2222)/1000
= -0.877

(1345-1396)/1000
= -0.051

(1345-1771)/1000
= -0.426

0+30
0
CL

(1375-1337)/1000
= 0.038

(1337-1420)/1000
= -0.083

(1337-1650)/1000
= -0.313

(1337-1955)/1000
= -0.618

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

(1337-1465)/1000
= -0.128

(1337-1850)/1000
= -0.513

0+32
5
CL

(1420-1355)/1000
= 0.065

(1355-1350)/1000
= 0.005

(13551500)/1000=
-0.145

(1355-1895)/1000
= -0.54

(1355-1545)/1000
= -0.19

(13551710)/1000=
-0.355

0+35
0
CL
a

(1480-1500)/1000
= -0.02
(1500-1470)/1000
= 0.03

(1500-1585)/1000
= -0.085

(1500-1585)/1000
= -0.085

(1500-1965)/1000
= -0.465

(1500-1530)/1000
= -0.03

(1500-1680)/1000
= -0.18

(1500-2280)/1000

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


=

0+37
5
CL

-0.78

(1305-1505)/1000
= -0.2

(1505-1470)/1000
= 0.035

(1505-1470)/1000
= 0.035

(1505-1570)/1000
= -0.065

(1505-2000)/1000
= -0.495

(1505-1615)/1000
= -0.11

(1505-2105)/1000
= -0.6

0+40
0
CL

(1535-1420)/1000
= 0.115

(1420-1450)/1000
= -0.03

(1420-1605)/1000
= -0.185

(1420-1605)/1000
= -0.185

(1420-2085)/1000
= -0.665

(1420-1531)/1000
= -0.111

(1420-1980)/1000
= -0.56

0+42
5

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


CL

(1395-1263)/1000
= 0.132

(1263-1660)/1000
= -0.397

(1263-2212)/1000
= -0.949

(1263-1300)/1000
= -0.037

(1263-1540)/1000
= -0.277

(1263-1565)/1000
= -0.302

(1263-2240)/1000
= -0.977

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


5.2. Profil Melintang
5.2.1. Peralatan
a. 1 set Waterpass
b. 1 set meteran
c. 1 set alat tulis
d. Statif
e. Payung
f. Rambu ukur
5.2.2. Dasar Teori
Maksud dan tujuan pengukuran profil melintang adalah untuk
menentukan ketinggian titik-titik (profil permukaan tanah) sepanjang garis tegak
lurus terhadap garis rencana proyek atau sepanjang garis yang membagi sama
besar sudut antara dua sub garis rencana proyek yang berpotongan. Dalam
pelaksanaan pengukuran, biasanya profil melintang diukur sejalan dengan profil
memanjang.
Yang diukur pada profil pada profil melintang adalah ketinggian titiktitik detail untuk setiap jarak tertentu sepanjang garis profil melintang, misalnya
setiap titik pada jarak 2 meter sepanjang garis profil melintang tersebut. Adapun
prosedur pengukuran, perhitungan dan penggambarannya sama halnya seperti
profil memanjang. Skala jarak dan tinggi pada profil melintang dibuat sama.

Gambar 14 Pengukuran Profil Memanjang dan Melintang

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


5.2.3. Tahapan Pelaksanaan
Pada pengambilan data dilapangan, dilaksanakan tahapan pelaksanaan
berikut yang merupakan tahapan pengukuran profil memanjang dan melintang:
a. Siapkanlah peralatan dan keperluan pengukuran.;
b. Tentukanlah daerah yang akan diukur (orientasi medan);.
c. Pengukuran profil memanjang:
1. Dirikan alat pada titik sepanjang garis rencana proyek lalu setring
alat.
2. Nolkan sudut horizontal ketitik berikutnya (titik B), putar alat sejauh
90

(sisi kanan) lakukanlah pembacaan benang diafragma setiap

kelipatan 2 meter dan titik ekstrim;


3. Putar alat sebesar 180 dari sisi kanan (hingga 270 dari titik B ),
lakukanlah pembacaan benang diafragma setiap kelipatan 2 meter dan
titik ekstrim;
4. Lakukanlah hal yang sama untuk titik berikutnya;
5. Apabila antara garis rencana proyek membentuk sudut, maka profil
untuk pengukuran profil melitang sudut tersebut dibagi dua.
6. Ukurlah tinggi alat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran sifat datar (Waterpass):
a. Jika ditemui jarak antar 2 titik (A-B) berjauhan, maka sebaiknya pengukuran
dibagi menjadi beberapa seksipengukuran yang ditandai dengan patok-patok.
b. Sebelum menggunakan alat Waterpass periksalah dahulu kesalahan garis bidik
alat dimana harga koreksinya adalah rata-rata dari pemeriksaan kesalahan garis
bidik sebelum dan sesudah pengukuran setiap harinya.
c. Lakukan pengukuran untuk setiap slag genap untuk tiap seksi pengukuran, dan
pindahkan rambu secar selang-seling agar kesalahan nol rambu dapat tereliminir
langsung.
d. Letakkan Waterpass sedemikian rupa, sehingga jarak alat ke rambu depan sama
dengan jarak ke rambu belakang.
e. Dirikan Waterpass pada tanah yang stabil/keras.
f. Sebelum pengukuran, gelembung nivo tabung harus berada tepat ditngah
lingkaran.
g. Dahulukan pembacaan rambu belakang, lalu baru muka.
h. Pembacaan skala rambu sebaiknya dimulai dari pembacaan benang tengah, atas
kemudian bawah.

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


5.2.4 Cara Penentuan Beda Tinggi dengan Alat Sipat Datar
1. Menempatkan alat di atas salah satu titik yang akan ditentukan tingginya

B
T

T
A

A
B

Gambar 15Alat Sipat Datar di atas Salah Satu Titik

Beda tinggi antara A dan B adalah ;


h AB =(TABT )

Dimana : TA =
Tinggi alat Waterpass (mm)
BT
=
Bacaan benang tengah (mm)
h AB
=
Beda tinggi hasil pengukuran dari A dan B
(m)

2. Menempatkan alat sipat datar diantara dua titik yang akan ditentukan beda
tingginya,

bt

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

mt

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Gambar 16Alat Sipat Diantara Dua Titik


Beda tinggi adalah:
h AB

Dimana :

= (BT-

bt
= Bacaan benang tengah rambu belakang
(mm)
Mt
= Bacaan benang tengah rambu muka
(mm)
h AB
=Beda tinggi hasil pengukuran dari A dan B (m)

3. Menempatkan alat di luar kedua titik yang akan dihitung beda tingginya.Teknik
ini dilakukan apabila terdapat kendala penempatan alat di antara kedua titik
tersebut.

MT 1

MT 2
B

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


h

A
Gambar 17Alat Sipat Datar di Luar Kedua Titik

Beda tingginya adalah :


h AB
Dimana :
MT 2
h AB

= ( mt 1 -

MT 1 = Bacaan benang tengah rambu A (mm)


=Bacaan benang tengah rambu B
(mm)
=Beda tinggi hasil pengukuran dari A dan B (m)

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


BAB VI
PEMETAAN SITUASI
6.1 Peralatan
a. 1 set Theodolite
b. 1 set meteran
c. 1 set alat tulis
6.2 Umum
Pemetaan adalah suatu pekerjaan penggambaran yang dihasilkan
berdasarkan kemampuan gabungan dari ilmu, teeknik dan seni. Ketiga aspek
tersebut mengisyaratkan suatu keterpaduan dalam pemetaan, sehingga dapat
dihasilkan suatu peta yang terlihat baik dan mudah dimengerti oleh si pemakai
(user) sebagai alat informasi dan komunikasi.
Pemetaan situasi adalah pekerjaan pengukuran dan penggambaran
sebagian permukaan bumi (suatu daerah) dengan lebih rinci, yang pada
umumnya digambarkan dalam skala besar pada kertas gambar yang disebut
peta.
Pada objek ini tujuan yang utama adalah penyajian gambar dalam
bentuk peta dengan menggunakan aplikasi suatu dasar-dasar territis yaitu
pemetaan situasi dan detail. Pemetaan situasi suatu daerah mencakup penyajian
bentuk dalam dimensi horizontal dan vertical secara bersama-sama dalam suatu
gambar peta.
Maksud dari pengukuran ini adalah memindahkan gambaran dari
permukaan bumi kedalam suatu bidang gambar (kertas gambar). Detail-detail
situasi yang perlu diamati adalah:
1. Unsur-unsur buatan alam
a. Garis pantai, danau dan batas rawa;
b. Batas-batas tebing atau jeram, batas hutan;
c. Dan lain-lain.
2. Unsur - unsur buatan manusia
a. Bangunan
b. Jalan
c. Batas sawah
d. Saluran irigasi
e. Batas kepemilikan tanah.

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


6.3 Dasar Teori
Dasar pengukuran detail situasi, perlu dilakukan pengukuran terhadap beberapa
hal, yaitu:
1. Penentuan titik dasar.
Peta sutuasi ini harus terikat pada system kerangka yang telah diketahui
sebelumnya yang berfungsi sebagai kerangka acuan.
2. Pengukuran kerangka horizontal (sudut dan jarak)
Umumnya untuk peta yang tidak terlalu besar, dipakai kerangka polygon.
3. Pengukuran beda tinggi
Pengukuran beda tinggi (kerangka vertical) selalu mengikuti kerangka dasar
horizontal yang telah dibangun terlebih dahulu. Pengukuran detail dengan data
yang diambil meliputi:
a. Sudut antara sisi kerangka dengan jarak ke titik detail yang
bersangkutan.
b. Jarak optis atau pita ukur antara titik kerangka dengan detail.
c. Beda tinggi antara titik tetap kerangka dengan titikdetail yang
bersangkutan.
Dalam pemetaan situasi, kerangka dasar vertiakal selalu mengikuti kerangka
dasar horizontal yang telah dibangun sebelumnya. Berikut metoda pengukuran
kerangka dasar horizontal:
a. Metoda Triangulasi
Merupakan cara untuk menentukan koordinat titik dengan cara mengukur
sudutsudut pada suatu kerangka dasar dengan bentuk berupa rangkaian segitiga
yang mempunyai satu atau lebih titik ekstrim.
b. Metoda Jaring Segitiga
Penentuan titik di lapangan dengan cara mengukur sudut-sudut dalam jaringan
segitiga yang mempunyai satu titik sentral.
c. Metoda Trilaterasi
Penentuan titik kerangka horizontal yang berbentuk rangkaian segitiga
dilapangan dengan cara mengukur jarak sisi kerangka tersebut.
6.4 Tahap Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaannya meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan keperluan pengukuran.
2. Lakukanlah orientasi terhadap daerah atau medan yang akan diukur,
sketsakanlah secara kasar untuk membantu dalam penandaan titik dan
keteraturan dalam pengukuran.

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


3. Tentukan titik target yang akan jadi kerangka polygon.

Dirikanlah alar

padat titik awal dengan sempurna ( centring alat).


4. Posisikan alat pada kedudukan biasa, bidik titik belakang (patok belakang)
pembacaan bebang atas, benang tengah, benang bawah, kemudian nolkan
bacaan sudut horizontalnya lalu catatlah sudut horizontal (0) dan vertilal.
5. Arahkan teropong kearah depannya (patok depan), kemudian baca bacaan
benang, sudut vertical dan sudut horizontalnya.
6. Lakukanlah pengukuran jarak secara manual dengan menggunakan pita ukur
(meteran) yaitu dari titik berdirinya alat ketitik/patok belakang dank ke
titik/patok didepannya. Pengukuran ini dilakukan dengan cara pulang-pergi.
Pada saat pengukuran pita ukur (meteran) haruslah tegang, lurus dan datar.
7. Pada titik yang sama, ubahlah posisi alat menjadi luar biasa, kemudian baca
bacaan benang, sudut vertical dan sudut horizontalnya.
8. Kemudian arahkanlah lagi teropong ketitik belakang, kemudian baca bacaan
benang, sudut vertical dan sudut horizontalnya.
9. Masih pada titik yang sama posisikan alat dalam keadaan biasa, kemudian
pada sketsa yang telah dipersiapkan, rencanakanlah pembidikan yang
teratur terhadap objek-objek alam (unsur-unsur alam, unsur-unsur buatan
manusia, dan
mencantumkan

pada titik ekstrim) yang akan dipetakan dengan


abjad/nomor

pada

bata-batas

yang

telah

ditentukan.Usahakan pembidikan tetap teratur searah dengan jarum jam,


menurut nomor untuk tidak menimbulkan kekacauan dalam penulisan data
padaformulir atau dalam penggambaran.
10. Data-data yang perlu dicatat dan amati adalah bacaan benang, sudut
vertical dan sudut horizontal.
11. Untuk tempat gedung yang terentuknya teratur, tidak perlu pada semua titik
sudut bangunan dibidik dengan Theodolite, tapi ambil saja data yang diukur
denagn menggunakan alat ukur jarak (meteran). Ambil data selengkap
mungkin.
12. Pindahkanlah data hasil pengamatan ke dalam data form, penomoran pada
formulir dicatat dan harus sama atau sesuai dengan data yang dinuat pada
sketsa.
13. Ukurlah tinggi alat dari permukaan tanah.
14. Pindahkanlah alat ke titik berikutnya (patok depan) kemudian lakukanlah
yang sama seperti langkah-langkah diatas.

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


6.5 Tahap Pengolahan Data
Pelaksanaan pengukuran pada umumnya dilakukan dalam beberapa metoda.
Pada praktikum kali ini cukup dibahas mengenai metoda Tachymetri dan
Trigonometri.
6.5.1 Metoda Tachymetri
Metoda Tachymetri dapat digunakan untuk penentuan jarak datar dan beda
tinggi yang tidak membutuhkan ketelitian yang akurat (untuk pengerjaan
pengukuran yang sederhana)
A. Penentuan Jarak dengan Metoda Tachymetri
Penentuan jarak datar metoda Tachymetri
A
T
D
Z

B
H

Gambar 18 Metoda Tachymetry


Perhatikan gambar diatas, diukur sudut m (sudut miring), timggi alat = I, bacaan
skala rambu pada benang tengah =t, bacaan skala rambu pada benang atas = a
dan bacaan rambu pada benang bawah = b, maka:
Jarak miring
dm = k* (BA-BB) Cos m
dm = k* (BA-BB) Sin z
jarak mendatar

dm = k* (BA-BB) cos 2 m
dm = k* (BA-BB) sin 2 z

B. Penentuan Beda Tinggi Metoda Tachymetry


Perhatikan gambar 6.1, maka:
Beda tinggi adalah:
hij = k* (BA BB ) *

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

1
2

sin 2m + TA BT

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


hij = k* (BA BB ) *

1
2

sin 2z + TA BT

Pada daerah yang datar tetapi bamyak bangunan terdapat pada daerah pemetaan
tersebut, maka pelaksanaan pengukurannya dapat dilakukan menggunakan sipat
datar.
6.5.2 Metoda Trigonometri
Penentuaan beda tinggi denagn cara trigonometri adalah penetuan beda tinggi
secara tidak langung, yaitu beda tinggi fungsi dari jarak mendatar dan sudut
vertical antara dua titik yang diukur beda tingginya. Jarak mendatar diperoleh
dari hasil pengukuran jarak menggunakan pita ukur, substense bar atau secara
elektrinik ( EDM) sedangkan sudut vertical diukur dengan menggunakan alat
ukur theodolite.

Gambar 5.6 Metoda Trigonometri


1. Perhatikan gambar diatas, misalkan ditentukan beda tinggi antara titik AB secara trigonometric.
2. Tegakkan Theodolite denan sempurna d A. ukur tinggi theodolite ( tinggi
sumbu mendatar alat terhadap titik A ), misalkan t.
3. Tegakkan target di B. Target dapat berupa rambu ukur, remote atau tinggi
tiang. Tandai sasaran yang akan dibidik pada rambu (tiang), kemudian
ukur tingginya misalkan p.
4. Ukur sudut tegak m ( sudut miring ) atau z (sudut Zenit) dengan
theodolite maka panjang I dapat ditentukan.
L = D tg m = D cotg z
Dimana:
RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


D : jarak mendatar antara A dan 13 yang diukur dengan alat ukur jarak.
Jadi beda tinggi antara A dan B dapat ditentukan, yaitu:
H AB = L + t p
H AB = hij + TA - BT
atau
H AB = D tg m + TA BT atau
H AB = D tg z + TA BT
Apabila bada tinggi A dan B diperkirakan cukup besar dan jarak A dan B
berjauhan, serta diharapkan hasil pengukuran beda tinggi ini dapat ditentukan
lebih teliti, maka pengaruh refraksi udara dan kelengkungan bumi harus
diperhitungkan sehingga beda tinggi seharusnya adalah:
H AB = D tg m + TA BT +

1K 2
D
2R

Atau
H AB = D Cotg z + TA BT +

1K 2
D
2R

Dimana :
K = Koefisien = 0.14
R = Jari-jari

= 6370 km

6.6 Kontur
6.6.1. Peralatan
a. 1 set Theodolite
b. 1 set meteran
c. 1 set alat tulis
6.6.2. Teori Dasar
Kontur adala garis khayal yang menhubungkan titik-titik yang
mempunyai ketinggian yang sama. Walauun garis tersebut menghubungkan
antar dua titik, namun bentuk dan polanya tidak merupakan garis patah-patah.
Garis-garis tersebut dihaluskan (smooting) untuk membuat kontur menjadi
luwes atau tidak kaku. Hal ini diperbilehkan pada proses kartografi.

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

Gambar 197 Kontur


6.6.3 Metoda Pengukuran Kontur
Pada pengukuran kontur ada dua metoda yang dapat digunakan, yaitu:
A. Metoda Langsung
Pengukuran kontur dilakukan sejalan dengan pengukuran poligo dan detail
situasi. Dari titik polygon dan detail situasi dapat dihitung beda tinggi karena
pada kedua pengukuran tersebut terdapat bacaan benang, sudut vertical dan
tinggi alat.
B. Metoda Tak Langsung
Pembuatan peta kontur dengan metoda tidak langung dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain:
1. Radial
Umumnya digunakan untuk pemetaan situasi topografi pada daerah terjal,
berlembah dan berbukit-bukit dan daerah yang banyak bangunannya (daerah
pemukiman). Pelaksanaan pengukurannya pada umumnya menggunakan
metoda penentuan beda tinggi tachymetry, dengan ukurnya adalah Theodolite.
Detail detail topografi yang diukur adalah titik-titik sepanjang garis radial
pada jarak-jarak tertentu sesuai dengan kebutuhan. Untuk daerah datar tetapi
banyak terdapat bangunan didaerah pemetaan tersebut, maka pelaksanaan
pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan sipat datar.
2. Cara profil
Umumnya digunakan untuk pemetaan situasi topografi pada perencanaan
jalur jalan raya, jalan kereta api dan saluran irigasi. Jika kondisi daerahnya
relative berbukit-bukit dan terjal maka pegukuran ketinggian detail topografi
dapat dilakukan dengan metoda tachymetry sedangkan untuk kondisi daerah
relative datar dapat juga menggunakan metoda sipat datar.
3. Cara jalur (paralel)

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


Umumnya digunakan pada daerah relative datar tetapi berhutan lebat.
Seringkali terjadi pada pemetaan situasi topografi dengan cara fotorametris
terdapat daerah yang tertutup hutan lebat, sehingga pemetaanya dibantu dengan
cara jalur mrnggunakan pengukuran terristris.
4. Cara kotak (Kisi/Grid/Rester)
Umumnya digunakan untuk pemetaan topografi pada daerah relative datar
dan terbuka, dengan luas daerah relative kecil. Ukuran jarak antara kisi-kisi
biasanya antara 5 m 50 m, bergantung pada:
a. Kondisi relative tanah
b. Skala peta
c. Keperluas teknis.
Keperluan teknis yang membutuhkan pengukuran cara kotak untuk menentukan
ketinggian detail topografinya, diantaranya adalah untuk:
a. Perencanaan lapangan terbang
b. Perencanaan kompleks perumahan dan kompleks industry
c. Perencanaan stasiun kereta api
d. Perencananaan lapangan olahraga dll.
Pelaksanaan pengukurannya pada umumnya menggunakan metoda sipat datar.
Tetapi dapat juga menggunakan metoda tachymetry apabila kondisi medan tidak
memungkinkan, dalam praktikum metoda ini yang dipakai.

Gambar 208 Tahap Pelaksanaan Pengukuran


6.6.4 Sifat-sifat Kontur
a. Garis kontur yang saling melingkari satu sama lain dan tidak akan saling
berpotongan.
b. Garis kontur tidak mungkin bercabang (dalam hubungan dengan keaslian alam,
kecuali buatan manusia).
c. Interval kontur sebagai beda harga antara dua kontur yag terdekat.
d. Daerah yang datar akan mempunyai kontur yang jarang.
RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


e. Daerah yang terjal (curam) akan mempunyai kontur yang rapat.
f. Kontur tidak akan masuk bangunan atau rumah, tetapi mengikuti tepi dari
bangunan tersebut.
g. Kontur yang melewati sungai akan membentuk huruf v arah pangkalnya, arah
naik.
h. Kontur yang melewati/memotong jalan yang turun akan membentuk huruf u
menghadap kea rah naiknya jalan.
i. Dua garis kontur yang mempunayai ketinggian sama tidak dapat dihubungkan
dan dilanjutkan menjadi satu garis kontur.
j. Kontur mempunyai interval tertentu.
k. Kontur dapat mempunyai nilai positif (+), nol(0), dan negatif (-).
6.6.5 Pengertian Datum
Datum geodetic atau referensi permukaan atau georeferensi adalah parameter
sebagai acuan untuk mendefenisikan geometri ellipsoid bumi. Datum geodetic
diukur menggunakan metode manual hingga lebih akurat lagi menggunakan
satelit.
6.6.6 Tahapan Pelaksanaan
Pada pengambilan data dilapangan, dilaksanakan tahapan pelaksanaan berikut
yang merupakan tahapan pengukuran profil memanjang dan melintang:
a. Siapkanlah peralatan dan keperluan pengukuran.;
b. Tentukanlah daerah yang akan diukur (orientasi medan);.
c. Pengukuran kontur:
1. Dirikanlah alat diantara titik tersebut (misal: alat diantara A-B, B-C
dst) lalu sentring alat;
2. Baca benang diafragma rambu A kemudian putar alat dan baca rambu
B;
3. Pembacaan diafragma juga dilakukan setiap kelipatan 2 meter dan
titik ekstrim, lakukan hal yang sama untuk semua slag;
4. Pengukuran dilakukan pulang pergi;
5. Ukurlah tinggi alat.

6.6.7 Tahapan Pengolahan Data


P0 Titik 1 - Pohon

Menghitung jarak

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


=
=

BA BB
2

sin v
10

620500
x sin (90,427)2
10

= 11,9993 m

Menghitung beda tinggi


TA
BT
BA BB

* 0,5 * SIN 2(V ) (


10
1000
1000

620500
x 0,5 x sin ( 2 x90,427)+
10

1390
1000

= 0,740 m

Menghitung koordinat
X1

= Xawal + Jarak sin


= 947,474868 + 11,9993 x sin 270,2722
= 935,4757034 m

Y1

= Yawal + Jarak cos


= 1021,417284 + 11,9993 x cos 270,2722
= 1021,47429 m

Elevasi
Z1

= Elevasi awal + beda tinggi


= 54,14822358 + 0,740409761
= 54,889 m

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

560
1000

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


Hasil perhitungan lainnya dapat dilihat dalam tabel hitungan detail dan situasi

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016

BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan
Setiap proses perhitungan dari satu titik ke titik yang lain ataupun dari
perhitungan satu keperhitungan yang lain mempunyai suatu keterkaitan yang erat, jika
salah dalam proses perhitungan pertama(langkah pertama) maka akan berakibat salah
pula pada perhitungan selanjutnya, bahkan semua perhitungan yang kita lakukan bisa
salah hanya karena sedikit kesalahan pada langkah pertama.
Dalam praktikum ini saya banyak mendapatkan ilmu baru yaitu:
1. Dapat menggunakan aplikasi autocad, walau belum lancar.
2. Dapat mengetahui bagaimana cara menggunakan alat-alat yang ada dalam
dunia ilmu ukur tanah.
3. Dapat mengolah data yang ada, walau sangat sulit dan rumit. Seperti data
Theodolite, Thacimetry, poligon, pemetaan situasi dan kontur.
8.2

Saran
Sebaiknya setiap kali melakukan pengambilan data dilapangan harus dilakukan

dengan teliti, agar dalam pengolahan data kesalahan dapat di kurangi (koreksi
kesalahan yang tidak terlalu besar). Kerjasama yang baik antar anggota kelompok dan
asisten pembimbing sangat dibutuhkan guna untuk mendapatkan data yang akurat
serta kepahaman setiap anggota dalam proses pengolahan data dan juga sebagai acuan
dalam kerjasama dalam dunia kerja kedepanya.

DAFTAR PUSTAKA

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

79

Praktikum Ilmu Ukur Tanah 2016


http://www.msurvey.com/gallery/product_118/ne100_image.jpg&imgrefurl/
http://itunes.apple.com/us/app/theodolite/
http://www.pcivil.co.in/wp-content/uploads/2011/09/sokkia-digital/Theodolite/
Tim penyusun, Modul Ilmu Ukur Tanah, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Laboratorium Survei dan Pemetaan Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Riau

RAHMAYATI APRILLIA PUTRI - 1507115341

Anda mungkin juga menyukai